You are on page 1of 6

Kesimpulan SHI kelompok 7

Nama : Routh intang masgustipati


Nim : E1B021097
Kelas : 3C

• SISTEM HUKUM ADAT


Pengertian Hukum Adat
Menurut buku Sistem Hukum Indonesia karya Sukardi, hukum adat diartikan sebagai keseluruhan
kaidah-kaidah atau norma-norma baik tertulis maupun tidak tertulis yang berasal dari adat istiadat atau
kebiasaan masyarakat Indonesia untuk mengatur tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat,
terhadap yang melanggarnya akan dikenakan sanksi.
Sementara dalam buku berjudul Perbandingan Sistem Hukum (Hukum Barat, Adat dan Islam) karya
Mawardi Muzamil dan Anis Mashdurohatun, hukum adat mantan Guru Besar Hukum Adat Universitas
Airlangga menjelaskan soal apa itu hukum adat. Hukum adat adalah sistem yang telah lama berlaku di
Indonesia.

Sumber Hukum Adat


Sumber hukum adat dapat dikategorikan lagi ke dalam 3 bentuk, yaitu:
• Sumber pengenal
- Menurut B Ter Haar, sumber pengenal hukum adat adalah keputusan penguasa adat. Namun hal itu
dibantah oleh Mohammad Koesnoe. Menurutnya, sumber pengenal hukum adat adalah apa yang benar-
benar terlaksana di dalam pergaulan hukum dalam masyarakat yang bersangkutan, baik tingkat laku
yang sekali atau berulang kali dilakukan.
• Sumber isi
- Sumber isi hukum adat adalah kesadaran hukum yang hidup di masyarakat adat
• Sumber pengikat
- Sumber pengikat hukum adat adalah rasa malu yang muncul oleh karena berfungsinya sistem nilai
dalam masyarakat Adat yang bersangkutan atau karena upaya-upaya lain yang pada akhirnya akan
mengenai orang yang bersangkutan apabila ia tidak mematuhi hukum yang ada. Dengan kata lain,
kekuatan mengikat hukum Adat adalah kesadaran hukum anggota masyarakat adat yang bersangkutan
Unsur-unsur Hukum Adat
Terdapat dua unsur dari adanya hukum adat yaitu:
1. Unsur material, adanya kebiasaan atau tingkah laku yang tetap diulang-ulang,artinya suatu
rangkaian perbuatan yang sama
2. Unsur intelektual, kebiasaan itu harus dilakukan karena ada keyakinan bahwa hal itu
dilakukan secara objektif.

Adapun hukum adat memiliki beberapa sifat, yaitu:


1. Kebersamaan
2. Bersifat religius-magis
3. Bersifat konret atau nyata
4. Bersifat kontan atau tunai.
5. Bentuk Hukum Adat

Tujuan Adanya Hukum Adat


Sebenarnya tidak ada tujuan terperinci dan jelas soal tujuan adanya hukum adat yang berlaku di
masyarakat. Namun dapat dikatakan, hukum adat bertujuan menyelenggarakan kehidupan masyarakat
yang aman, tenteram dan sejahtera.
Lingkup hukum adat hanya mengatur hubungan antar satu masyarakat dengan lainnya serta penguasa
dalam masyarakat. Hukum Adat berpedoman pada asas- asas, kerukunan, kepatutan, keselarasan dalam
pergaulan dan bersifat religio magis.
Hukum adat tidak mengenal pembidangan hukum, seperti halnya hukum barat. Di hukum adat, tidak
ada pemisah yang jelas antara kepentingan pribadi (perdata) dengan kepentingan umum (publik).

• SISTEM HUKUM PERDATA


Sistem hukum perdata Indonesia dibentuk berdasarkan model Romawi-Belanda. Kolonialisme Belanda
350 tahun yang lalu mempengaruhi penetapan hukum di Indonesia sejak hukum kolonial Belanda
tercermin dalam hukum perdata, komersial, dan pidana Indonesia. Setelah Indonesia merdeka pada
tahun 1945, negara ini mulai merumuskan hukum modernnya, yang didasarkan pada hukum adat yang
ada sebelum kolonialisme dan hukum Islam.
Hukum perdata berawal dari pembagian hukum menurut isinya oleh para ahli hukum Romawi sebelum
abad pertengahan. Pada saat itu, hukum dibagi menjadi hukum publik (Ilus Publicum Roman Law),
yang mengatur bagaimana warga negara berhubungan dengan negara dan hukum privat/perdata (Ius
Privatum) mengatur hubungan antara warga negara dan kepentingannya. Sistem pembagian ini tidak
hanya dianut di Indonesia, tetapi negara-negara lain di dunia seperti Perancis, Italia, dan Jerman antara
lain menerapkannya untuk menguasai rakyatnya. Berdasarkan latar belakang singkat yang diberikan di
atas, melalui tulisan ini saya bermaksud untuk mengeksplorasi tinjauan terhadap sejarah hukum perdata
dan contoh penerapan hukum perdata.

SIFAT HUKUM ACARA PERDATA


Sifat hukum acara perdata di Indonesia seyogianya harus sesuai dengan sifat cara orang Indonesia
dalam memohon peradilan yang pada umumnya sangat sederhana. Pada dasarnya, orang mengajukan
perkaranya ke pengadilan begitu saja disebabkan merasa haknya dilanggar oleh orang lain. Kehendak
orang yang sederhana demikian itu tidak akan terpenuhi apabila peraturan-peraturan acara sangat
mengikat para pencari keadilan, bahkan mungkin merupakan hambatan atau rintangan bagi mereka
untuk memperoleh peradilan.43 Acara yang sangat mengikat (formalistis) sebagaimana dianut dalam
BRv (hukum acara perdata bagi raad van justitie) akhirnya juga dirasakan oleh orang-orang Belanda
sendiri tidak memuaskan sehingga di Belanda cara ini mendapat tentangan keras oleh aliran yang
menghendaki penyederhanaan hukum acara perdata. Oleh karena itu, sangatlah keliru apabila Indonesia
akan menerapkan ketentuan-ketentuan yang sangat mengikat dalam mengatur acara perdata
sebagaimana diatur dalam hukum acara perdata bagi raad van justitie.

ASAS-ASAS HUKUM PERDATA


ada lima asas-asas hukum perdata yang dikenal dalam perjanjian. Asas-asas hukum perikatan yang
dimaksud adalah asas konsensualisme, asas kebebasan berkontrak, asas pacta sunt servanda, asas
itikad baik, dan asas kepribadian.

1. Asas Konsensualisme
Makna dari asas konsensualisme adalah para pihak yang mengadakan perjanjian harus sepakat dalam
setiap isi atau hal-hal yang pokok dalam perjanjian yang dibuat. Asas konsensualisme tersirat dalam
salah salah satu syarat sah perjanjian berdasarkan KUH Perdata.
Pasal 1320 KUH Perdata menerangkan bahwa supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi
empat syarat:
1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. suatu pokok persoalan tertentu;
4. suatu sebab yang tidak terlarang.

2. Asas Kebebasan Berkontrak


Kebebasan berkontrak tersirat dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang menerangkan bahwa semua
persetujuan (perjanjian) yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan
kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan harus
dilaksanakan dengan iktikad baik.
Dalam hukum kontrak perdata, dikenal dengan adanya lima asas hukum perdata yaktu :
1. Menentukan/memilih klausa dari perjanjian yang akan dibuat.
2. Menentukan apa yang menjadi objek perjanjian.
3. Menentukan bentuk perjanjian.
4. Menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang bersifat opsional.

3. Asas Pacta Sunt Servanda


Jika diterjemahkan dari bahasa latin, pacta sunt servanda berarti janji harus ditepati. Diterangkan Harry
Purwanto dalam Mimbar Hukum Volume 21 No. 1, asas pacta sunt servanda adalah asas atau prinsip
dasar dalam sistem hukum civil law yang dalam perkembangannya diadopsi dalam hukum
internasional.
Kemudian, Purwanto juga menerangkan bahwa asas hukum perdata yang satu ini berkaitan dengan
kontrak atau perjanjian yang dilakukan antara para individu dan mengandung makna, bahwa:
1. perjanjian merupakan undang-undang bagi para pihak yang membuatnya; dan
2. mengisyaratkan bahwa pengingkaran terhadap kewajiban yang ada pada perjanjian merupakan
tindakan melanggar janji atau wanprestasi.

4. Asas Iktikad Baik


Iktikad baik bermakna melaksanakan perjanjian dengan maksud (iktikad) yang baik. Berdasarkan
Simposium Hukum Perdata Nasional, iktikad baik hendaknya diartikan sebagai:
1. kejujuran saat membuat kontrak;
2. pada tahap pembuatan ditekankan, apabila kontrak dibuat di hadapan pejabatan, para pihak
dianggap beriktikad baik; dan
3. sebagai kepatutan dalam tahap pelaksanaan, yaitu terkait suatu penilaian, baik terhadap
perilaku para pihak dalam melaksanakan kesepakatan dalam kontrak; atau semata-mata untuk
mencegah perilaku yang tidak patut dalam pelaksanaan kontrak.

5. Asas Kepribadian
Diterangkan M. Muhtarom dalam Asas-Asas Hukum Perjanjian: Suatu Landasan dalam Pembuatan
Kontrak, asas kepribadian adalah asas yang menentukan bahwa seseorang akan melakukan atau
membuat kontrak hanya untuk kepentingan pribadi atau perseorangan saja.
Dalam KUH Perdata, asas hukum perdata ini tersirat dalam pasal berikut.
1. Pasal 1315 KUH Perdata yang menerangkan bahwa pada umumnya seseorang tidak dapat
mengadakan pengikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.
2. Pasal 1340 KUH Perdata yang menerangkan bahwa persetujuan hanya berlaku antara pihak-
pihak yang membuatnya. Persetujuan tidak dapat merugikan pihak ketiga; persetujuan tidak
dapat memberi keuntungan kepada pihak ketiga selain dalam hal yang ditentukan.

• SISTEM HUKUM AGRARIA


Hukum dan kebijakan pertanahan yang ditetapkan oleh penjajah senatiasa diorentasikan pada
kepentingan dan keuntungan mereka penjajah, yang pada awalnya melalui politik dagang. Mereka
sebagai penguasa sekaligus merangkap sebagai pengusaha menciptakan kepentingan-kepentingan atas
segala sumber-sumber kehidupan di bumi Indonesia yang menguntungkan mereka sendiri sesuai
dengan tujuan mereka dengan mengorbankan banyak kepentingan rakyat Indonesia.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah indonesia untuk menyesuaikan hukum agraria kolonial dengan
keadaan dan kebutuhan setelah indonesia merdeka, yaitu :
 Mengunakan kebijaksanaan dan tafsir baru.
 Penghapusan hak-hak kovensi.
 Penghapusan tanah pertikelir.
 Perubahan peraturan persewaan tanah rakyat.
 Peraturan tambahan untuk mengawasi pemindahan hak atas tanah.
 Peraturan dan tindakan mengenai tanah-tanah perkebunan.
 Kenaikan canon dan ciji.
 Larangan dan penyelesayan soal pemakaian tanah tanpa izin.
 Peraturan perjanjian bagi hasil (tanah pertanian).
 Peralihan tugas dan wewenang.

• SISTEM HUKUM TATA NEGARA

Tujuan dari Dibentuknya Suatu Hukum Tata Negara


Negara adalah sebuah organisasi besar dimana di dalamnya ada pemerintah dan rakyat. Diantara
keduanya ada kekuasaan yang mengatur operasional satu negeri. Pembentukan HTN juga tidak
sembarangan, melainkan dilandasi oleh berbagai tujuan hukum tata negara berikut ini:
1. Mengejawantahkan berbagai pengertian dari Undang-undang Dasar 1945 setelah melalui proses
amandemen.
2. Memberikan pemahaman dan kesadaran bagi seluruh masyarakat Indonesia terkait hak serta
kewajiban selaku subjek HTN, sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945.
3. Memberikan bantuan pemahaman kepada para pemula dalam meresapi ruang lingkup pengetahuan
terkait hukum tata sebuah negara yang tepat.
4. Membuat seluruh masyarakat Indonesia akrab dengan teori dan implementasi HTN di Indonesia.
5. Mendukung berbagai studi ilmiah yang bisa saja dikembangkan terus-menerus terkait HTN.

• SISTEM HUKUM ACARA PERDATA DI INDONESIA


Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin
ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim.
Dengan perkataan lain, hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang menentukan bagaimana
caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil.

Fungsi Dan Tujuan Hukum Acara Perdata


Fungsi
Mempertahankan dan melaksanakan hukum perdata materiil, artinya hukum perdata materiil itu
dipertahankan oleh alat-alat penegak hukum berdasarkan hukum acara perdata.
Tujuan
Untuk merealisir pelaksanaan dari hukum perdata materiil.
Sumber-Sumber Hukum Acara Perdata
Belum terhimpun hukum acara perdata yang berlaku hingga sekarang dalam lingkungan peradilan
umum dalam satu kodifikasi. Tetapi tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan, baik
produk nasional setelah Indonesia merdeka.
Dengan adanya peraturan hukum acara perdata itu, orang dapat memulihkan kembali haknya yang
telah dirugikan atau terganggu itu lewat hakim dan akan berusaha menghindarkan diri dari tindakan
main hakim sendiri.

Azas-Azas Hukum Acara Perdata

1. Hakim Bersifat Pasip Azas Ini Meliputi Beberapa Hal.


2. Sidang Pengadilan Terbuka Untuk Umum Pada Dasarnya.
3. Mendengar Kedua Belah Pihak Para Pihak Yang Berperkara.
4. Tidak Ada Keharusan Untuk Mewakilkan Para Pihak Yang Berperkara
5. Putusan Harus Disertai Alasan-Alasan
6. Baracara Perdata Dengan Biaya Pada Azasnya
7. Peradilan Diselenggarakan Dengan Sederhana, Cepat Dan Biaya Ringan.
• SISTEM HUKUM PIDANA
PENGERTIAN HUKUM PIDANA
Hukum Pidana, sebagai salah satu bagian independen dari Hukum Publik merupakan salah satu
instrumen hukum yang sangat urgen eksistensinya sejak zaman dahulu. Hukum ini ditilik sangat
penting eksistensinya dalam menjamin keamanan masyarakat dari ancaman tindak pidana, menjaga
stabilitas negara dan (bahkan) merupakan “lembaga moral” yang berperan merehabilitasi para
pelaku pidana. Hukum ini terus berkembang sesuai dengan tuntutan tindak pidana yang ada di setiap
masanya.

B. Tujuan Hukum Pidana


Secara konkrit tujuan hukum pidana itu ada dua, ialah :
• Untuk menakut-nakuti setiap orang jangan sampai melakukan perbuatan yang tidak baik.
• Untuk mendidik orang yang telah pernah melakukan perbuatan tidak baik menjadi baik dan dapat
diterima kembali dalam kehidupan lingkunganya
Tujuan hukum pidana ini sebenarnya mengandung makna pencegahan terhadap gejala-gejala sosial
yang kurang sehat di samping pengobatan bagi yang sudah terlanjur tidak berbuat baik. Jadi Hukum
Pidana, ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah laku manusia dalam
meniadakan pelanggaran kepentingan umum.

C. Klasifikasi Hukum Pidana


Secara substansial atau Ius Poenalle ini merupakan hukum pidana. Dalam arti obyektif yaitu
“sejumlah peraturan yang mengandung larangan-larangan atau keharusan-keharusan dimana terhadap
pelanggarnya diancam dengan hukuman”.

D. Ruang Lingkup Hukum Pidana


Hukum Pidana mempunyai ruang lingkup yaitu apa yang disebut dengan peristiwa pidana atau delik
ataupun tindak pidana. Menurut Simons peristiwa pidana ialah perbuatan salah dan melawan hukum
yang diancam pidana dan dilakukan seseorang yang mampu bertanggung jawab.

• Definisi Hukum Acara Pidana


Dalam buku Hukum Acara Pidana oleh Didik Endro Purwoleksono (2019), berikut beberapa definisi
hukum acara pidana menurut para ahli:
Moeljatno: hukum acara pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara
yang memberikan dasar-dasar dan aturan-aturan yang menentukan dengan cara dan prosedur macam
apa ancaman pidana yang ada pada suatu perbuatan pidana dan dilaksanakan apabila ada sangkaan
bahwa orang telah melakukan delik tersebut.
Simons: hukum acara pidana adalah mengatur bilamana negara dengan alat-alat pelengkapannya
mempergunakan haknya untuk memidana.
De Bos Kemper: hukum acara pidana adalah sejumlah asas dan peraturan undang-undang yang
mengatur bilamana undang-undang hukum pidana dilanggar, negara menggunakan haknya untuk
memidana.
Dari beberapa definisi tersebut, secara singkat hukum acara pidana adalah:
Dalam arti sempit mengandung pengertian jika ada pelanggaran hukum pidana materiil, maka hukum
acara pidana berlaku atau berfungsi.
Dalam arti luas, hukum acara pidana merupakan ketentuan-ketentuan yang digunakan untuk mencari
dan mendapatkan kebenaran yang selengkap-lengkapnya. Walaupun belum atau bahkan tidak ada
pelanggaran terhadap hukum pidana materiil, hukum acara pidana sudah berjalan atau berfungsi
apabila sudah ada sangkaan telah terjadi suatu tindak pidana.

Tujuan Hukum Acara Pidana


Dalam buku Pengantar Ilmu Hukum oleh Herlina Manullang, hukum acara pidana bertujuan:
1. Mencari dan mendapatkan kebenaran materil
2. Melakukan penuntutan
3. Melakukan pemeriksaan dan memberikan keputusan.
4. Melaksanakan putusan hakim
Fungsi Hukum Acara Pidana
Adapun berikut fungsi dari adanya hukum acara pidana:
1. Melaksanakan dan menegakkan hukum pidana. Fungsi ini disebut represif terhadap hukum
pidana di mana jika ada perbuatan yang tergolong sebagai hukum acara pidana harus diproses
agar ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam hukum pidana itu dapat diterapkan kepada
pelaku.
2. Mencegah dan mengurangi tingkat kejahatan. Fungsi ini dapat terlihat ketika hukum acara
pidana dioperasikan dalam berbagai kegiatan penyelenggaraan peradilan melalui bekerjanya
sistem peradilan pidana

Asas-asas Hukum Acara Pidana


1. Ada beberapa asas yang dipakai dalam hukum acara pidana, antara lain:
2. Asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan.
3. Asas Praduga Tidak Bersalah (Presumption of Innocence)
4. Asas Oportunitas
5. Asas Pemeriksaan Pengadilan Terbuka Untuk Umum
6. Asas Semua Orang Diperlakukan Sama Di Depan hakim
7. Asas Peradilan Dilakukan Oleh Hakim Karena Jabatannya Tetap
8. Asas Tersangka dan Terdakwa Berhak Mendapat Bantuan Hukum
9. Asas Akusator dan Inkisator
10. Asas Pemeriksaan Hakim yang Langsung dan dengan Lisan

Pihak-pihak dalam Hukum Acara Pidana


Dalam proses pelaksanaan hukum acara pidana, berikut adalah beberapa pihak yang turut serta, yaitu:
1. Tersangka dan terdakwa
2. Penuntut Umum (jaksa)
3. Penyidik dan penyelidik
4. Penasihat hukum

You might also like