Professional Documents
Culture Documents
Bab I-Iii-1
Bab I-Iii-1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ini sekitar 235 juta jumlah pasien asma. Lebih dari 80% kematian akibat asma
penyebab utama kematian di dunia dengan sekitar 235 juta orang. Pada tahun
2015 sekitar 338.000 kematian dilaporkan yang sebagian besar terjadi pada orang
dewasa. Data prevalensi berdasarkan umur sebesar 7,4% pada dewasa dan 8,6%
pada anak-anak.
Data GINA 2020, prevalensi asma di dunia 1-18%, tren yang terus
umur, gejala dapat sangat ringan sampai berat dan dapat menyebabkan kematian.
memprediksikan pada tahun 2025 akan terjadi kenaikan populasi asma sebanyak
400 juta dan terdapat 250 ribu kematian akibat asma. Indonesia menempati
Masalah yang sering dialami pada pasien asma adalah sesak napas. Sesak
napas ini terjadi karena obstruksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh
menebalnya dinding saluran napas yang ditimbulkan oleh peradangan dan edema
1
2
yang dipicu oleh pengeluaran zat histamine, tersumbatnya saluran napas oleh
oleh konstriksi hebat saluran napas kecil akibat spasme otot polos di dinding
meningkat karena tekanan positif dalam dada selama eskpirasi. Hal ini
sehingga volume udara yang masuk dan keluar tidak seimbang. Penyempitan
pada saluran napas ini akan mengakibatkan kesulitan dalam ekspirasi (Guyton
dilakukan dengan inspirasi maksimal melalui hidung dan mengurangi kerja otot
mengefektifkan difusi oksigen yang akan meningkatkan kadar O2 dalam paru dan
meningkatkan saturasi oksigen (Mayuni et al, 2015). Selain itu intervensi yang
dengan pengaturan posisi pada klien asma (Black & Hawks, 2014).
3
dapat mencegah terjebaknya udara dalam paru karena adanya obstruksi jalan
teknik latihan pernafasan yang menitik beratkan penggunaan otot diafragma saat
diafragma hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan nilai APE (Arus Puncak
otot diafragma yang merupakan otot utama pernapasan (Morrow et al., 2018).
kekuatan otot diafragma yang merupakan otot utama pernapasan dan berperan
meningkatkan ruang toraks dan secara aktif mengembangkan paru (Black &
Hawks 2014).
Penelitian lain oleh Wong et al., (2016) tentang pengaruh Electric Fan
bahwa udara dingin dari kipas dapat mengurangi dyspnea dan dapat digunakan
5
Berdasarkan data di Provinsi Bengkulu tahun 2020 berjumlah 908 orang dan
pada tahun 2021 penderita asma bronkial berjumlah 1.063 orang. Data di
kassus kejadian Asma pada tahun 2019 sebanyak 146 orang, tahun 2020
sebanyak 53 orang dan tahun 2021 sebanyak 70 orang. Pada studi pendahuluan
Bengkulu, yang terdiri dari 2 laki-laki dan 1 perempuan dengan rentang umur 35-
datang pada malam hari, serangan datang pada saat cuaca dingin atau sedang
hujan. Pada hampir seluruh responden mengatakan upaya yang dilakukan pasien
saat serangan asma muncul adalah dengan minum obat. Pasien juga mengatakan
B. Rumusan Masalah
C. Pertanyaan Penelitian
Bengkulu?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Kota Bengkulu.
Kota Bengkulu.
7
Kota Bengkulu.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
medical bedah dalam memberikan latihan pernapasan pada pasien asma dalam
2. Manfaat Praktis
dikombinasikan dengan cold stimulation over the face pada klien PPOK
merupakan latihan dan perawatan yang efektif, sederhana dan murah yang
sehingga aktivitas sehari-hari klien terkontrol dan kualitas hidup klien menjadi
lebih baik
F. Keaslian Penelitian
oleh :
Stimulation Over The Face Terhadap Persepsi Dyspnea, Respiratory Rate Dan
Peak Ekspiratory Flow Rate Pada Klien Ppok Di Poli Paru Rsud Jombang.
experimental pre-test and posttest with control group design. Populasi dalam
penelitian ini adalah klien PPOK yang menjalani rawat jalan di RSUD
Jombang. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada
diaphragm breathing exercise kombinasi cold stimulation over the face pada
responden kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan p > 0,05. Hasil
signifikan persepsi dyspnea sebelum dan sesudah intervensi. Hasil uji statistik
responden merupakan output yang adaptif sebagai hasil suatu proses masukan
stimulation over the face sehingga terjadi suatu proses regulator berupa
yang keluar masuk akan lebih lancar dan nilai aliran puncak ekspirasi (APE)
pernapasan (RR dan APE) pada lansia di upt pslu kabupaten jember. Program
pada lansia di UPT PSLU Kabupaten Jember. Saran dalam penelitian ini
lansia.
3. Yulia, dkk. 2019. Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi
Oksigen dan Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma. Desain yang digunakan
posttest with control group. Analisis yang digunakakan uji mann whitney.
Hasil penelitian ada pengaruh intervensi nafas dalam dan posisi terhadap nilai
SpO2 pasien asma (P Value = 0,001) dan ada pengaruh intervensi nafas dalam
kematian.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
al., 2018).
otot utama melekat pada prosesus xifoideus sternum dan rusuk bagian
11
12
2. Tujuan
b. Klien dengan PPOK kriteria GOLD II (nilai 50% ≤ FEV1< 80%) dan
c. Alergi dingin
sebagai berikut :
dipilih adalah 30 menit 3 kali dalam seminggu selama 4 minggu (Seo et al.
2015).
14
1. Pengertian
mungkin dapat saja bantal, kasur pakaian jenis tertentu, hewaan peliharaan,
sabun, makanan tertentu, jamur dan serbuk sari. Jika serangan berkaitan
dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat. Upaya yang
pada setiap anak, yang dipicu oleh banyak faktor. Asma biasanya membuat
Ana (2015) faktor penyebab asma paling utama, antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Faktor Genetik
adalah faktor genetik atau faktor bawaan. Faktor genetik atau bawaan
gejalagejala asma yang mirip dengan orang tua atau kakek neneknya
dahulu. Asma yang diperoleh karena faktor genetik atau bawaan ini
gejalanya secara bertahap. Faktor genetik ini, selain berasal dari faktor
keturunan, memiliki beberapa faktor lain, yaitu jenis kelamin dan ras.
b. Faktor Lingkungan
d. Stres
f. Asap rokok bagi perokok aktif maupun pasif, asap rokok berhubungan
usia dini
4. Pencegahan kekambuhan
2016) :
a. Menjaga kesehatan
yang bergizi baik, minum banyak air putih, istirahat yang cukup,
kucing, anjing, dan tikus, menghindari tempat yang terlalu sesak atau
ramai, kelelahan yang berlebihan, asap rokok, dan udara kotor lainnya.
bentuk tablet, kapsul, maupun sirup.Tetapi jika gejala asma ingin cepat
hilang, aerosol lebih baik. Sedangkan pada penderita asma kronis bila
berikut:
19
Tabel 3
Copd Assessment Test (CAT)
Saya tidak pernah 0 1 2 3 4 5 Saya selalu batuk
batuk
Tidak ada dahak 0 1 2 3 4 5 Dada saya penuh
(riak) sama sekali dengan dahak
(riak)
Tidak ada rasa berat 0 1 2 3 4 5 Dada saya terasa
(tertekan) di dada berat (tertekan)
sekali
Ketika saya jalan 0 1 2 3 4 5 Ketika saya jalan
mendaki/ naik mendaki/ naik
tangga, saya tidak tangga, saya
sesak sangat sesak
Aktivitas sehari-hari 0 1 2 3 4 5 Aktivitas sehari-
saya di rumah tidak hari saya di
terbatas rumah sangat
terbatas
Saya tidak khawatir 0 1 2 3 4 5 Saya sangat
keluar rumah khawatir keluar
meskipun saya rumah karena
menderita penyakit kondisi paru saya
paru
Saya dapat tidur 0 1 2 3 4 5 Saya tidak dapat
dengan nyenyak tidur nyenyak
karena kondisi
paru saya
Saya sangat 0 1 2 3 4 5 Saya tidak punya
bertenaga tenaga sama
sekali
20
C. Asma
1. Pengertian
Penyakit Asma berasal dari kata “Asthma” yang diambil dari bahasa
mengi, sesak napas, dada terasa berat, batukbatuk terutama pada malam
hari atau dini hari/subuh. Gejala ini berhubungan dengan luasnya inflamasi,
dengan “mengi” atau suara bersiul bernada tinggi yang terdengar saat
bernafas, terutama pada saat bernafas. Namun, mengi tidak selalu terjadi,
dan asma juga bisa melibatkan sesak napas atau batuk, terutama pada anak-
anak. Asma paling umum berkembang pada anak usia dini, dan lebih dari
tiga perempat anak-anak yang mengalami gejala asma sebelum usia 7 tahun
tidak lagi memiliki gejala asma pada usia 16 tahun. Namun, asma dapat
berkurang yang meliputi batuk, sesak dada, mengi, dan dispnea. Penderita
berlangsung dalam hitungan menit, jam, sampai hari (Brunner & Suddarth,
2017).
2. Etiologi
unsur inilah yang menyebabkan terjadi rasa sesak nafas. Serangan asma
pada setiap orang juga berbeda. Ada yang mengalami sedikit rasa sesak
pada dada dan mengalaminya pada waktu yang singkat, dan ada pula yang
mengalami rasa sesak nafas yang parah setiap hari dalam jangka waktu
yang lama. Terkadang, beberapa alveoli (kantong udara yang ada di paru -
rongga pleura atau disekitar rongga dada. Hal ini akan memperburuk sesak
dihubungkan dengan kejadian asma alergi. Selain itu, alergen pada manusia
juga dapat dicetuskan dari debu rumah (tungau) yang paling sering
Apabila fungsi epitel telah dihancurkan, maka alergen dan partikel lai dapat
dengan mudah masuk ke area yang lebih dalam yaitu di daerah lamina
rumah tersebut dapat masuk ke daerah epitel dan melakukan penetrasi lebih
perokok aktif ataupun pasif. Sekitar 25%-30% dari pengidap asma adalah
seorang perokok. Dari data ini, dapat kita tarik kesimpulan bahwa merokok
penyakit dari penderita asma. Terpapar asap rokok yang lama pada
3. Faktor resiko
Berikut ini adalah beberapa faktor risiko yang paling sering dimiliki
a. Riwayat keluarga
Asma paling sering terjadi pada masa kanak – kanak, anak laki – laki
c. Alergi
hewan, jamur, atau zat beracun sering kali bisa menjadi acuan
d. Merokok
asma.
4. Patofisiologi
napas, meliputi:
a. Bronkokonstriksi
lebih progresif, akan diikuti oleh munculnya faktor lain yang lebih
saluran napas.
25
c. Airway Hyperresponsiveness
d. Airway Remodeling
saluran napas, terkait hilangnya fungsi paru secara progresif yang tidak
5. Penegakan diagnosis
Tabel 1
Kriteria Diagnosis Asma (Wahyuningtyas, 2016)
Gejala Karakteristik
Wheezing, batuk, sesak Biasanya >1 gejala respiratori, gejala
napas, dada tertekan, berfluktuasi intensitasnya seiring waktu,
produksi sputum gejala memberat pada malam hari atau dini
hari, gejala timbul bila ada pencetus
Konfirmasi adanya limitasi aliran udara respirasi
Gambaran obstruksi FEV1 rendah (<80% nilai prediksi);
saluran napas FEV1/FVC
≤90%
Uji reversibilitas Peningkatan FEV1 >12%
(paska bronkodilator)
Variabilitas Perbedaan PEFR harian >13%
Uji provokasi Penurunan FEV1 >20% atau PEFR >15%
27
6. Klasifikasi
Tabel. 2
Klasifikasi Derajat Berat Asma Berdasarkan Gambaran Klinis
(Setiawan, 2018)
7. Komplikasi
(Utomo, 2015) :
a. Pneumonia
Adalah peradangan pada jaringan yang ada pada salah satu atau kedua
b. Atelektasis
c. Gagal nafas
d. Bronkhitis
yang berlebihan.
e. Fraktur iga
kekuatan otot diafragma yang merupakan otot utama pernapasan dan berperan
meningkatkan ruang toraks dan secara aktif mengembangkan paru (Black &
Hawks 2014). Apabila kerja otot diafragma dapat maksimal maka klien dapat
mempertahankan ekspansi paru (Luh et al. 2017). Ekspansi paru yang maksimal
held fan lebih efektif dan bermanfaat bagi pasien jika dibandingkan dengan
tentang pengaruh Electric Fan terhadap dyspnea di Chinese pada klien Kanker
stadium akhir menunjukkan bahwa udara dingin dari kipas dapat mengurangi
merasakan sensasi dyspnea. Stimulasi ini mengubah umpan balik dari re-aferen
2017).
Satu teori lain adalah aliran udara dingin dapat mempengaruhi reseptor
suhu dingin di wajah khususnya saraf trigeminal, yang berjalan di bawah kulit
di hidung dan mulut. Saraf trigeminal ini juga dapat mengaktifkan otot-otot,
salah satunya otot perut anterior digastrics (Booth et al. 2016). Otot perut
utama pernapasan dan berperan sebagai tepi bawah thorak. Kontraksi diafragma
Aktivitas ringan yang dilakukan secara rutin dalam durasi yang lama, lebih
dari 15 menit akan dapat menstimulasi saraf simpatis pada medula adrenal yang
sehingga akan terjadi bronkodilatasi sehingga udara yang keluar masuk akan
lebih lancar dan nilai aliran puncak ekspirasi (APE) akan meningkat (Novarin
et al. 2015).
median (5.00) (lihat tabel 1). Dari tabel 2 dapat dilihat hasil penelitian setelah
pernapasan sebelum dan setelah melakukan terapi tiup super bubbles ratarata
dalam kategori sedang (26,91) dan setelah intervensi dalam kategori sedang
balingbaling bambu sedang (26,69) dan ringan (24,81). Hasil analisis bivariat
pada anak dengan p value= 0,000 dan ada pengaruh meniup baling-baling
bambu terhadap frekuensi pernafasan pada anak penderita asma dengan nilai p
value= 0,007.
32
E. Kerangka Konsep
Bagan 1.
Kerangka Konsep
F. Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
pra-eksperiment dengan pendekatan pre test-post test one group design dengan
B. Kerangka Penelitian
A1 B A2
Keterangan :
Bagan 2
Kerangka Penelitian
33
34
C. Definisi Operasional
Tabel.4
Definisi Operasional
Variable Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
Variabel
Independen
Diaphragmatic Merupakan Wawancara SOP Terlaksanan -
breathing pemberian terapi Diaphrag ya program
exercise pernafasan dengan matic pendamping
meminta responden breathing an terapi
untuk mengambil exercise diaphragm
posisi setengah breathing
duduk dan posisi exercise
tangan kiri di atas
otot rectus
abdominalis (tulang
kosta anterior)
kemudian tangan
kanan memegang
kipas portable
menghadap wajah
sambil menghirup
udara melalui hidung
dan mengeluarkan
udara melalui mulut.
Dependen :
Kekambuhan Keadaan fisik klien Observasi Kuesioner Skor Interval
Dyspnea Pada asma yang Assesment 0-40
Penderita merasakan COPD
Asma ketidaknyamanan Test (CAT)
dan kesulitan dalam
bernafas seperti nafas
tersengal-sengal dan
sesak.
1. Populasi
Basuki Rahmad Kota Bengkulu. Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu
berjumlah 70 orang.
2. Sampel
penelitian ini didapatkan melalui rumus besar sampel yaitu sebagai berikut :
(X1-X2) ²
Keterangan :
simpangan gabungan sebesar 0,4 dan selisih minimal rerata yang dianggap
koreksi sebesar 10% (Sastroasmoro & Ismael, 2014) maka besar sampel
n= 21 = 23
1-f
Keterangan :
1. Pengambilan Data
a) Data Primer
Jenis data yang dikumpulkan selama penelitian ini adalah data primer,
mengambil posisi setengah duduk dan posisi tangan kiri di atas otot rectus
perutnya namun posisi bahu tetap terjaga/ rileks/ tidak terangkat ke atas,
detik: 3 detik: 6 detik yang dilakukan dengan durasi waktu 25 menit 3 kali
dengan skor antara 0-5 sehingga nilai total 0 sampai 40, 8 pertanyaan
berupa; (1) adanya keluhan batuk, (2) adanya dahak/ tidak, (3) rasa tertekan
di dada, (4) rasa sesak saat mendaki/ naik tangga, (5) keterbatasan aktivitas
38
sehari-hari, (6) kekhawatiran keluar rumah, (7) kualitas tidur, dan (8)
bertenaga/ tidak.
b) Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan pelaporan atau
2. Pengolahan Data
a. Editing (Pemeriksaan)
pengolahan data.
b. Coding (Pengkodean)
c. Processing (Memproses)
komputer.
d. Tabulating
e. Entry
f. Cleaning
3. Analisis Data
analisis bivariat.
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
Sehingga dalam analisis ini dapat digunakan uji statistik uji t-test yaitu uji
beda dua mean dependen. Uji dua mean dependen digunakan untuk
DAFTAR PUSTAKA
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba
Emban Patria.
Brunner & Suddarth. 2017. Keperawatan Medikal – Bedah, Edisi 12. Jakarta – EGC.
Booth, S., Galbraith, S., Ryan, R., Parker, R. A., & Johnson, M. 2016. The
importance of the feasibility study : Lessons from a study of the hand-held fan
used to relieve dyspnea in people who are breathless at rest. Palliative Medicine,
30(5), 504–509. https://doi.org/10.1177/0269216315607180
Dorland N. 2016. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi ke 28. Mahode AA, editor.
Jakarta: EGC
Global Asthma Network. 2019. The Global Asthma Report. Retrieved From
www.globalastthmareport.org//global_asthma_report.
GINA. 2020. Global Strategy for Asthma Management and Prevention (2018update).
http://ginasthma.org.
Guyton and Hall. 2016. Textbook of Medical Physiology. 13th ed. Philadelphia (PA):
Elsevier, Inc.
Kartikasari, D., Jenie, I. M., & Primanda, Y. 2019. Latihan Pernapasan Diafragma
Meningkatkan Arus Puncak Ekspirasi (Ape) Dan Menurunkan Frekuensi
Kekambuhan Pasien Asma. Jurnal Keperawatan Indonesia, 22(1), 53–64.
https://doi.org/10.7454/jki.v22i1.691
Lee, H.-Y., Cheon, S.-H., & Yong, M.-S. 2017. Effect of diaphragm breathing
exercise applied on the basis of overload principle. The Journal of Physical
Therapy Science, 29, 1054–1056.
Luh et al. 2017. Effect of diaphragm breathing exercise applied on the basis of
overload principle. The Journal of Physical Therapy Science, 29, 1054–1056.
42
Masriadi. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans Info Media
Morrow, B., Brink, J., Grace, S., Pritchard, L., & Smith, A. L. 2018. The effect of
positioning and diaphragmatic breathing exercises on respiratory muscle activity
in people with chronic obstructive pulmonary disease. South African Journal of
Physiotherapy, 1–6. Retrieved from http://www.sajp.co.za
Potter, & Perry, A. G. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC
Seo, K., Park, S. H., & Park, K. 2015. Effects of diaphragm respiration exercise on
pulmonary function of male smokers in their twenties. Journal Physical Therapy
Science, 27(No. 7), 2313–2315.
Sherwood, LZ. (2014). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC,
595-677.
43
Utomo, Adi Kurniawan. 2015. Pengalaman Pasien Dengan Serangan Asma di IGD
RSUD Karanganyar.
Wong, S. L., Leong, S. M., Chan, C. M., Kan, S. P., Wai, H., Cheng, B., & Uk, M.
2016. The Effect of Using an Electric Fan on Dyspnea in Chinese Patients With
Terminal Cancer: A Randomized Controlled Trial. American Journal of Hospice
& Palliative Medicine, 1–5. https://doi.org/10.1177/1049909115615127
Yamaguti, W. P., Claudino, R. C., Neto, A. P., Chammas, M. C., Gomes, A. C.,
Salge, J. M., … Ap, N. 2012. Diaphragmatic Breathing Training Program
Improves Abdominal Motion During Natural Breathing in Patients With Chronic
Obstructive Pulmonary Disease : A Randomized Controlled Trial. Archives of
Physical Medicine and Rehabilitation, 93(4), 571–577.
https://doi.org/10.1016/j.apmr.2011.11.026
Yulia, dkk. 2019. Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen dan
Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma.
44
NIM : 2182614004
Sehubungan dengan hal itu, saya mohon kesediaan saudara untuk berkenaan
menjadi subyek penelitian. Identitas dan informasi yang berkaitan dengan saudara
dirahasiakan oleh peneliti. Atas partispasi dan dukunganya disampaikan terima kasih.
Peneliti
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
dilakukan oleh Fona Intan Indah Ayu Mahasiswa Program Studi Keperawatan
Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu” dan saya akan mengikuti proses
Oleh karena itu, saya menyatakan bahwa saya bersedia untuk menjadi
responden pada penelitian ini dengan suka rela dan tanpa paksaan dari pihak
manapun.
(_______________)
46
No Tahap Pelaksanaan
I Tahap Pra Interaksi
1. Cek catatan perawatan dan catatan medic klien
a) Nama
b) Nomor Register
c) Umur dalam tahun
d) Tinggi badan tanpa alas kaki dalam inci atau cm
e) Berat badan dalam pon atau kg
f) Suku bangsa
2. Persiapan alat, penderita dan lingkungan
a) Persiapan alat
(1) kipas genggam portabel
(2) alat tulis
(3) jam
b) Persiapan penderita
Syarat sebelum melakukan pemeriksaan antara lain:
(1) Kondisi klien harus tenang, kesadaran composmentis
(2) Tidak boleh berpakaian ketat
(3) Posisikan senyaman mungkin
c) Ruang dan fasilitas
(1) Ruangan yang digunakan harus mempunyai sistem ventilasi
yang baik
(2) Suhu udara ditempat pemeriksaan tidak boleh < 17oC atau >
40oC
II Tahap Orientasi
1. Berikan salam dan panggil klien dengan namanya
2. Menjelaskan tujuan pemeriksaan, cara kerja alat, menegaskan bahwa
pemeriksaan ini tidak menyakitkan
47
KUESIONER
COPD ASSESSMENT TEST (CAT)
Petunjuk pengisian:
Bacalah baik-baik setiap pernyataan di bawah ini. Pilih salah satu dan berilah tanda
centang (√) pada kolom di bawah ini sesuai dengan kondisi Bapak/ Ibu saat ini!
Keterangan :
3 : Tidak pernah batuk 3 : Kadang-kadang batuk
4 : Hampir tidak pernah 4 : Batuk
5 : Jarang batuk 5 : Selalu batuk