You are on page 1of 18

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328280253

HOMESTAY DAN BUDAYA: IDEALISME KEBERADAAN HOMESTAY

Chapter · February 2018

CITATIONS READS

0 3,212

2 authors:

Putu Ayu Aryasih N. Trisna Aryanata


Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali, Indonesia
4 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    7 PUBLICATIONS   6 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by N. Trisna Aryanata on 18 May 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


HOMESTAY DAN BUDAYA:
IDEALISME KEBERADAAN HOMESTAY

Putu Ayu Aryasih


Nyoman Trisna Aryanata

S
1. Pendahuluan
ektor pariwisata merupakan industri jasa yang telah
memberikan kontribusi besar dan memiliki peran yang
strategis dalam pembangunan perekonomian secara nasional,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pengembangan wilayah
dan berkontribusi dalam menyumbangkan devisa bagi negara,
menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat luas. Selain itu,
industri pariwisata juga memiliki peran penting terhadap aspek
sosial, budaya dan lingkungan dalam kaitannya dengan pelestarian
sumber daya alam dan budaya, meningkatkan rasa cinta tanah air
dan sebagai perekat persatuan bangsa.
Sebagai sektor strategis dan pilar pembangunan per­
konomian nasional, sektor pariwisata membutuhkan strategi
pengembangan, salah satunya adalah Amenitas. Amenitas wisata,
salah satunya adalah homestay dan pengelolaannya yang berbasis
masyarakat lokal semakin menjadi kekuatan pariwisata nasional
yang diperhitungkan. Homestay merupakan konsep yang sangat
sesuai untuk mendukung pengembangan amenitas pariwisata
nasional, mengingat, potensi terbesar pariwisata Indonesia ialah
budaya dan alam.
Homestay merupakan rumah masyarakat yang ditumpangi
ataupun disewa oleh wisatawan dengan tujuan ingin mengenal
bahasa, budaya, keseharian dan kearifan lokal dari masyarakat
tersebut (Chairunisa, 2015). Menginap di homestay dinilai dapat
menambah pengalaman serta informasi mengenai aktifitas dan
kebiasaan masyarakat lokal. Para wisatawan dapat mempelajari
tentang living culture masyarakat lokal melalui interaksi langsung
yang terjalin diantara wisatawan dan masyarakat setempat. Hal-hal

93
kecil seperti rutinitas sehari-hari, bahasa daerah yang digunakan,
serta  kebiasaan adat istiadat merupakan pengalaman menarik
bagi wisatawan. Interaksi tersebut merupakani nilai tambah bagi
keberadaan homestay.
Sebagai bagian dari pengembangan Desa Wisata, homestay
merupakan bagian dari amenitas pariwisata yang memadukan
antara penginapan dengan biaya yang terjangkau dan budaya lokal
yang otentik sebagai atraksi wisata budaya yang juga melestarikan
arsitektur tradisional setempat. Homestay sebagai bagian dari
amenitas pariwisata kemudian menjadi tempat tinggal yang
aman dan nyaman bagi wisatawan dengan pengelolaan homestay
berstandar internasional.
Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini hendak mengupas
tentang idealisme terkait sustainability melalui perspektif budaya
yang berkaitan dengan keberadaan homestay.

2. Penegasan Keberadaan Homestay di Indonesia


Era otonomi daerah sebagai implikasi dari berlakunya
UU No. 32 tahun 2004, memberikan peluang bagi setiap
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk merencanakan dan mengelola
pembangunan daerahnya sendiri, serta tuntutan bagi partisipasi
aktif masyarakat dalam proses pembangunan dari perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
Masyarakat sebagai komponen utama dalam pembangunan
pariwisata berbasis masyarakat mempunyai peranan penting
dalam menunjang pembangunan pariwisata daerah yang ditujukan
untuk mengembangkan potensi lokal yang bersumber dari alam,
sosial budaya ataupun ekonomi masyarakat. UU No 9 Tahun 1990
tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa masyarakat memiliki
kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta
dalam penyelenggaraan kepariwisataan. Tren homestay akan sangat
cocok untuk Indonesia yang memiliki keragaman dan 74.959 desa
yang ada saat ini. Peran serta masyarakat dalam memelihara sumber
daya alam dan budaya yang dimiliki merupakan andil yang besar
dan berpotensi menjadi daya tarik wisata.
Keberadaan homestay pun didukung dalam program kerja
pemerintah yang tercantum dalam visi misi Kementerian Pariwisata
Republik Indonesia. Skema pembangunan dan pengembangan
homestay dibagi menjadi 4 tipe, yaitu sebagai berikut:

94 Homestay: Mozaik Pariwisata Berbasis Kerakyatan


1. Konversi adalah penambahan kualitas interior dan
peningkatan homestay untuk bangunan yang telah memenuhi
kriteria homestay secara fisik;
2. Renovasi adalah perbaikan/penambahan sebagian bangunan
eksisting, untuk peningkatan homestay;
3. Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu
kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup,
akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi.
Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro dimana
Kementerian Pariwisata fokus pada revitalisasi skala mikro
yaitu untuk rumah adat, dan
4. Pembangunan Baru adalah pembangunan dari lahan kosong
dengan desain sayembara homestay arsitektur nusantara atau
produk/model lain dengan menggunakan material lokal
(Kemenpar. 2017).

3. Homestay: Sebuah Misi Keberlanjutan (Sustainability) Dan


Kebertahanan Budaya dan Komunitas
Secara internasional, sektor ekonomi pariwisata didominasi
oleh usaha kecil yang menyediakan barang dan jasa kepada
konsumen wisata yang berkunjung. Pariwisata berbasis
masyarakat (Community Based Tourism) adalah bentuk pariwisata
yang bertujuan memberdayakan masyarakat untuk mengelola
pertumbuhan pariwisata dan mencapai aspirasi masyarakat yang
berkaitan dengan kesejahteraan mereka, termasuk ekonomi, sosial
dan lingkungan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu,
CBT tidak hanya melibatkan kemitraan antara bisnis pariwisata
dan masyarakat untuk memberikan keuntungan kepada keduanya,
namun juga melibatkan dukungan masyarakat (dan eksternal)
untuk usaha pariwisata kecil, yang pada gilirannya berkomitmen
untuk memberikan dukungan bagi proyek masyarakat yang
memperbaiki kesejahteraan bersama.
CBT memberdayakan masyarakat lokal untuk menentukan
dan mengamankan masa depan sosial ekonomi mereka melalui
kegiatan yang biasanya menyajikan dan merayakan tradisi dan
gaya hidup lokal; melestarikan sumber daya alam dan budaya;
dan mendorong interaksi host-guest yang setara dan saling
menguntungkan. CBT biasanya melayani ceruk pasar seperti wisata
petualangan, wisata budaya, ekowisata dan agribisnis, namun

Homestay: Mozaik Pariwisata Berbasis Kerakyatan 95


mengacu pada produk dan layanan lokal untuk menyebarkan
manfaat ekonomi dari pariwisata.
ASEAN Community Based Tourism Standard menyebutkan
bahwa Pariwisata Berbasis Masyarakat (CBT) adalah kegiatan
pariwisata, masyarakat yang dimiliki dan dioperasikan, dan
dikelola atau dikoordinasikan di tingkat masyarakat yang
berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat melalui
dukungan mata pencaharian yang berkelanjutan dan melindungi
tradisi sosio-budaya dan sumber daya warisan alam dan budaya
yang berharga.
Berdasarkan hal tersebut, CBT harus melibatkan dan
memberdayakan masyarakat untuk memastikan kepemilikan dan
pengelolaan yang transparan, membangun kemitraan dengan
pemangku kepentingan terkait, memperoleh pengakuan berdiri
dengan pihak yang berwenang, meningkatkan kesejahteraan sosial
dan pemeliharaan martabat manusia, menyertakan mekanisme
pembagian keuntungan yang adil dan transparan, meningkatkan
keterkaitan dengan ekonomi lokal dan regional, menghormati
budaya dan tradisi setempat, berkontribusi terhadap konservasi
sumber daya alam, meningkatkan kualitas pengalaman pengunjung
dengan memperkuat interaksi host dan tamu yang bermakna,
dan bekerja menuju swasembada keuangan. Homestay sebagai
implementasi dari CBT dikembangkan dengan memperhatikan
pula fasilitas pendukung sesuai dengan budaya setempat.
Tinjauan di atas menegaskan bahwa homestay merupakan
suatu akomodasi yang bertujuan untuk memelihara budaya dan
alam setempat. Terutama pada pariwisata yang berkembang di
Indonesia, budaya dan alam merupakan unsur utama yang menjadi
daya tarik wisata. Konsep “sustainability” sendiri merupakan konsep
yang menegaskan pada usaha preservasi atas berbagai unsur lokal
pada masyarakat setempat sembari tetap memperoleh manfaat
ekonomi dari keberadaannya. Oleh sebab itu, sustainability turut
memiliki orientasi pemeliharaan dan penjagaan atas keberadaan
masyarakat dan ruang lingkup kehidupannya. Usaha ini lebih
dari sekedar menjaga keaslian wilayah dan masyarakat setempat
maupun pelestarian alam semata.
Konsep sustainability dalam pariwisata, khususnya homestay,
justru juga merupakan usaha untuk menjaga kebertahanan
masyarakat setempat pada wilayah tempat tinggal mereka.

96 Homestay: Mozaik Pariwisata Berbasis Kerakyatan


Orientasi pada pengembangan komunitas tidak lain bertujuan
untuk menjaga kohesivitas masyarakat setempat terutama bila
mengingat bahwa wilayah mereka adalah dunia yang mereka
ketahui dan perlu mereka pertahankan demi keberlangsungan
lingkungan dan generasi.
Istilah “sustainability’ dan ‘sustainable development’ telah
muncul dalam berbagai tinjauan kebijakan dan penelitian.
Beberapa literatur menerangkan konsep pariwisata berbasis
komunitas sebagai suatu bentuk usaha untuk mempertahankan
dan memelihara kekayaan lokal, khususnya budaya setempat,
baik dalam program homestay maupun program lainnya. Unsur
budaya menjadi hal yang senantiasa muncul dalam pembahasan
mengenai usaha-usaha yang berorientasi pada ‘sustainability’
(Binti Ramele, 2014; Bhan & Singh, 2014; Kayat, 2010; Lama, 2013).
Istilah budaya dapat dipahami sebagai berbagai artefak, perilaku,
tradisi, adat, hingga nilai-nilai yang melandasi suatu praktik khas
dalam kebudayaan. Budaya sendiri dapat dipahami sebagai suatu
cara hidup khas masyarakat setempat; realita keseharian dalam
dinamika sosial masyarakat pada suatu wilayah (Robinson &
Picard, 2006; Koentjaraningrat, 2015). Oleh sebab itu, kerangka
sustainability yang berkaitan dengan budaya dapat mencakup
berbagai hal tersebut, meskipun tetap perlu ditelaah lebih lanjut
kaitannya dengan program homestay.
Keberadaan konsep atau ide mengenai sustainability tidak
lepas dari keprihatinan atas perkembangan ekonomi yang memiliki
kecenderungan pada orientasi Barat maupun tergerusnya berbagai
unsur-unsur lokal untuk pemenuhan kebutuhan pasar, termasuk
pariwisata. Perkembangan, dalam kerangka globalisasi, cenderung
membawa ide-ide dan praktik yang bersifat westernisasi budaya
masyarakat setempat maupun munculnya krisis lingkungan hingga
di tingkat global. Perkembangan ekonomi yang turut disertai
dengan perkembangan teknologi dan eksploitasi alam membawa
keprihatinan pada makin tergerusnya kualitas lingkungan hingga
kualitas hidup masyarakat setempat, khususnya wilayah yang
memiliki unsur-unsur budaya lokal yang berbeda dengan budaya
Barat. Hal inilah yang kemudian membedakan konsep sustainability
dengan pengembangan ekonomi selama ini.
Brocchi (2008) menjelaskan bahwa konsep sustainability
muncul sebagai manifestasi kesadaran manusia global atas kualitas

Homestay: Mozaik Pariwisata Berbasis Kerakyatan 97


lingkungan dan kehidupan sosial yang menurun. Pemikiran
mengenai sustainability memandang secara skeptis ekonomi pasar
bebas maupun kompetisi bebas. Dalam kerangka konsep ini,
keberlangsungan yang berwawasan lingkungan dan kebertahanan
hidup masyarakat lokal menjadi hal yang dipandang penting untuk
dipelihara dan menjadi wilayah inti dalam setiap pengembangan
ekonomi. Dalam sudut pandang ini, berbagai tindakan ekonomi
diterapkan dalam paradigma keberagaman, keterlibatan dalam
pengalaman masyarakat setempat, prinsip-prinsip humanitas dan
keadilan, serta keseimbangan kehidupan (Brocchi, 2008). Seluruh
hal ini berbanding terbalik dengan orientasi ekonomi global yang
menekankan pada kuantitas, kontrol, keuntungan, wawasan dunia
yang berorientasi profit, dan monokultur.
Dalam kerangka sustainability, budaya merupakan elemen
esensial dan krusial dalam worldview dan cara-cara hidup masyarakat
suatu wilayah. Menimbang bahwa budaya sebagai elemen esensial
kehidupan, maka tidak ada satupun manusia maupun masyarakat
di dunia yang tidak memiliki budaya atau nilai. Oleh sebab itu,
dalam berbagai perkembangan yang terjadi, setiap individu akan
senantiasa membawa budaya asalnya dalam menghadapi berbagai
perkembangan. Dengan kerangka berpikir sustainability yang
berusaha membangun kemampuan bertahan dan pemeliharaan
ini, maka berbagai perubahan berusaha dihadapi dengan orientasi
inti pada kebutuhan masyarakat lokal dan pemeliharaan cara-cara
hidup alamiahnya (Brocchi, 2008; Soini & Dessein, 2016).
Kerangka berpikir ini turut mewarnai berbagai usaha
pengembangan homestay di berbagai wilayah. Binti Ramele &
Yamazaki (2014) melakukan riset yang hendak meninjau dampak
program homestay pada ekonomi, lingkungan, masyarakat, dan
budaya suatu kampung di Malaysia. Penelitian ini hendak meninjau
dampak program homestay yang dilakukan sebagai usaha untuk
mengurangi segregasi ras keturunan Cina, India, dan Melayu di
suatu wilayah di Malaysia. Hasilnya adalah tercapainya penurunan
tingkat pengangguran, peningkatan infrastruktur, menurunnya
kerusakan lingkungan, dan makin terintegrasinya masyarakat lintas
kultur di wilayah tersebut. Interaksi antarmasyarakat yang berbeda
ras di wilayah tersebut meningkat dan menguatkan hubungan
mereka. Hasil ini menunjukkan bahwa keberagaman budaya yang
ada di wilayah tersebut tetap terjaga sembari memberi ruang bagi

98 Homestay: Mozaik Pariwisata Berbasis Kerakyatan


interaksi antarelemen masyarakat untuk mengurangi jarak dan
meningkatkan kontak mereka.
Eksplorasi Lama (2013) dalam tesisnya mengenai kontribusi
program homestay pada pengembangan wisata di Nepal menemukan
adanya kontribusi homestay dalam mendukung pariwisata
yang berkelanjutan. Homestay telah secara efektif menjadi suatu
alat untuk mendukung keberlanjutan ekonomi dan alam pada
masyarakat rural di Nepal. Hal ini terjadi karena terintegrasinya
langkah-langkah untuk mempertahankan tradisi dan budaya lokal.
Tercapainya usaha ini berkat adanya pengembangan kapasitas
masyarakat lokal, mekanisme-mekanisme dukungan dari
pemerintah setempat, dan keberadaan infrastruktur.
Artikel yang ditulis oleh Bhan & Singh (2014) menjelaskan
potensi dan tantangan pengembangan program homestay di India.
India merupakan suatu negara yang masih memiliki demografi
masyarakat di bawah garis kemiskinan yang besar. Di sisi lain,
potensi pariwisata India masih sangat besar, seperti cinderamata
maupun artefak budaya lainnya, lingkungan sosial yang relatif
masih terpelihara keasliannya, dan lain sebagainya. Di saat yang
sama, terdapat tantangan bagi berbagai wilayah desa miskin di India,
dimana semakin banyak tenaga kerja potensialnya memutuskan
untuk tinggal di kota, yang turut menambah persoalan populasi di
kota-kota besar. Menurut Bhan & Singh (2014), program homestay
dapat menjadi program yang mendukung masyarakat miskin
sekaligus juga mempertahankan keberadaan penduduk setempat
untuk memelihara wilayah tempat tinggalnya.
Riset lainnya oleh Kayat (2010) turut memberi gambaran
manfaat homestay pada kebertahanan masyarakat lokal. Studi
eksploratifnya pada homestay yang berbasis pada komunitas di
suatu wilayah kampung di Malaysia menemukan adanya dampak
pada relasi antaranggota dalam komunitas. Bentuk program
homestay yang berorientasi pada partisipasi masyarakat membantu
pembentukan hubungan antaranggota (‘sillatul-rahim’), yakni antara
tuan rumah, tamu, maupun antar sesama penduduk setempat.
Hubungan yang terbentuk membantu terbangunnya kohesi
antarindividu yang berkontribusi pada komitmen mereka untuk
menjaga dan menyediakan pengetahuan bagi sesama penduduk
tentang berbagai usaha untuk menjaga lingkungan setempat dan
mengoptimalkan pengalaman turis.

Homestay: Mozaik Pariwisata Berbasis Kerakyatan 99


Orientasi pada kebertahanan masyarakat setempat melalui
homestay bukan tanpa tantangan. Keterlibatan masyarakat menjadi
kunci penting dari program maupun idealisme ‘sustainability’ yang
diusung program ini. Riset Kayat (2002) menemukan bahwa suatu
program pariwisata yang berbasis komunitas dapat berlangsung
dalam jangka waktu yang lebih lama bila masyarakat setempat
terpelihara keikutsertaannya. Di sisi lain, partisipasi masyarakat
lokal juga merupakan suatu tantangan tersendiri mengingat
ditemukannya unsur motivasi dan keiikutsertaan anggota lainnya
yang mendorong keterlibatan individu dalam program. Tidaklah
mengherankan bila keberadaan individu lain dalam suatu
program turut melandasi partisipasi anggota lain dalam kegiatan,
terutama pada masyarakat kolektivis. Telah lama diketahui bahwa
masyarakat kolektivis cenderung menekankan pada relasi dan
konformitas (Markus & Kitayama, 2010). Oleh sebab itu, adanya
sejumlah anggota kelompok yang turut serta dapat mendorong
partisipasi anggota lainnya. Di samping itu, Kayat (2007) dalam
tulisannya juga merekomendasikan agar dilakukan program atau
penyuluhan yang berorientasi pada pengembangan kesadaran
masyarakat atas pentingnya program homestay.

4. Penutup
Program homestay pada prinsipnya muncul sebagai wujud
keprihatinan atas berbagai penurunan kualitas hidup masyarakat,
baik dari segi lingkungan maupun ekonomi. Program ini muncul
sebagai suatu ide yang terpicu dari tema “sustainability” pada dunia
pariwisata di dunia. Oleh sebab itu, idealisme yang muncul dari
program ini tidak jauh bergerak dari adanya berbagai motivasi untuk
mengembangkan taraf hidup masyarakat sembari memelihara
unsur-unsur lokal yang penting bagi keberlangsungan kehidupan
masyarakat setempat. Paradigma sustainability yang menghargai
keberagaman mendukung berkembangnya usaha-usaha yang
lebih empatik dan tidak bergerak dalam kerangka monokultur,
seperti yang selama ini muncul dalam diskursus ekonomi global.
Penyelenggaraan program homestay, sebagai manifestasi dari
idealisme ini, akan sangat perlu mempertimbangkan penggalian
keunggulan lokalitas dan implementasinya yang berkesinambungan.
Di samping program-program yang berorientasi pada pembentukan

100 Homestay: Mozaik Pariwisata Berbasis Kerakyatan


kesadaran, wujud program akan perlu dirancang sedemikian rupa
agar terjadi interaksi antarelemen masyarakat yang mengarah pada
integrasi dan kohesivitas anggota komunitas.

DAFTAR PUSTAKA

ASEAN Secretariat Jakarta. 2016. ASEAN Community Based


Tourism Standard. Retrieved February 25, 2018, from www.
asean.org/storage/2012/05/ASEAN-Community-Based-
Tourism-Standard.pdf.
Chairunisa, M. 2015. Ini alasan “homestay” lebih menarik dibanding
hotel. Retrieved February 25, 2018, from http://travel.kompas.
com/read/2015/09/14/092600127/Ini.Alasan.Homestay.Lebih.
Menarik.Dibanding.Hotel.
Binti Ramele, R. & Yamazaki, J. 2014. The effects of malaysian
homestay program on economy, environment, society, and
culture of Malay Kampung: A case of Banghuris Homestay
in Selagor. Journal of Architecture and Planning, 79(705), pp.
2433-2442.
Bhan, S. & Singh, L. 2014. Homestay Tourism in India: Opportunities
and Challenges. African Journal of Hospitality, Tourism and
Leisure, 3(2).
Brocchi, D. 2008. The Cultural Dimension of Sustainability. Dalam
S. Kagan dan V. Kirchberg (Eds.), Sustainability: a new frontier
for the arts and cultures (pp. 26-58). Waldkirchen: VAS – Verlag
für akademische Schriften.
Kayat, K. 2002. Exploring factors influencing individual participation
in community‐based tourism: The case of Kampung relau
homestay program, Malaysia. Asia Pacific Journal of Tourism
Research, 7(2), pp. 19-27.
Kayat, K. 2010. The nature of cultural contribution of a community-
based homestay programme. Tourismos: An International
Multidisciplinary Journal of Tourism, 5(2), pp. 145-159.
Koentjaraningrat. 2015. Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Lama, M. 2013. Community homestay programmes as a form of
sustainable tourism development in Nepal. Unpublished thesis,
Centria University of Applied Sciences.

Homestay: Mozaik Pariwisata Berbasis Kerakyatan 101


Markus, H.R. & Kitayama, S. 2010. Cultures and selves: A Cycle of
Mutual Constitution. Perspectives on Psychological Science,5(4),
pp. 420-430.
Robinson, M. & Picard, D. 2006. Tourism, culture, and sustainable
development. UNESCO.
Soini, K. & Dessen, J. 2016. Cultural-sustainability relation: Towards
a conceptual framework. Sustainability, 8, 167.
www.kemenpar.go.id. Visi Misi Kemenpar, Homestay dan Progress
Homestay. Retrieved February 25, 2018, from kemenpar.
go.id/asp/detil.asp?c=16&id=3740.

102 Homestay: Mozaik Pariwisata Berbasis Kerakyatan


Putu Diah Sastri Pitanatri
Perkembangan pariwisata di Indonesia, tidak dapat
terlepas dari keberadaan homestay sebagai sarana

I Wayan Mertha
akomodasi sebelum masuknya berbagai investor hotel.

Editor:
Homestay sebagai bentuk usaha mikro, menjadi satu-
satunya pilihan bagi para pelancong yang datang.
Sayang sekali kajian-kajian terkait homestay belum
sepenuhnya terdokumentasikan dengan baik.

Tulisan dalam buku ini mencoba menggambarkan


kepingan kecil yang tidak teratur dalam bentuk mozaik
dari homestay yang dikumpulkan dari berbagai studi di
tanah air, terutamanya di Bali. Berbagai perspektif

MOZAIK PARIWISATA BERBASIS KERAKYATAN


coba diulas, dan dikelompokkan menjadi empat topik
besar, yakni homestay dalam competitive advantage,
tata kelola, peluang dan tantangan yang dihadapi,
serta homestay dalam ragam sudut pandang.

HOMESTAY
HOME
S TAY
MOZAIK PARIWISATA BERBASIS KERAKYATAN

Editor:
I Wayan Mertha
Putu Diah Sastri Pitanatri

Center
Center
Community-Based
Tourism PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Community-Based
Tourism

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI


HOMESTAY
MOZAIK PARIWISATA BERBASIS KERAKYATAN

Editor:
I Wayan Mertha
Putu Diah Sastri Pitanatri

Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua-Bali


2018
HOMESTAY
MOZAIK PARIWISATA BERBASIS KERAKYATAN

Editor
I Wayan Mertha
Putu Diah Sastri Pitanatri

Pracetak
Slamat Trisila

Penerbit
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua-Bali

Cetakan Pertama: 2018

ISBN 978-602-51521-1-5

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................. iii


Wasana Kata Dari Editor .............................................................
Daftar Isi .........................................................................................
Daftar Tabel ....................................................................................
Daftar Gambar ...............................................................................

HOMESTAY: COMPETITIVE ADVANTAGE

Metamorfosis ‘Homestay’ dalam Dunia Pariwisata Bali


• I Nyoman Darma Putra .................................................... 1

Elemen Tata Ruang Luar (Lanskap) Sebagai Bentuk Karakter


Homestay dalam Mendukung Eksistensi Pariwisata di
Indonesia (Studi Kasus di Kampung Wisata Dipowinatan
Kota Yogyakarta)
• Muhamad, Anik Nabati .................................................... 19

Esensi Dalam Eksistensi: Sharing Economy Pada Pengelolaan


Homestay Tiga Destinasi Prioritas Di Indonesia
• Putu Diah Sastri Pitanatri ................................................. 37

Edutourism, Teknologi dan Hiburan dalam Pengembangan


Homestay yang Berbasis Masyarakat Lokal dan Ber­
kelanjutan
• Ni Made Eka Mahadewi .................................................. 53

Morotai Juga Butuh Homestay


• Nyoman Darmayasa ......................................................... 75

Homestay dan Budaya : Idealisme Keberadaan Homestay


• Putu Ayu Aryasih, Nyoman Trisna Aryanata ............... 93

vii
Keunggulan Daya Saing Homestay di Desa Ubud
• NLK. Sri Sulistyawati, Dewa Ketut Sujatha, NLG. Sri
Sadjuni ................................................................................ 103

HOMESTAY: TATA KELOLA

Homestay: Profil Kepemilikan dan Pengelolaannya


• I Wayan Mertha ................................................................. 119

Sistem Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus


Pengelolaan Limbah Homestay di Ubud)
• Ida Ayu Kalpikawati ......................................................... 133

Strategi Pengelola Homestay dalam Menghadapi Persaingan


Di Kawasan Pantai Berawa
• Ni Putu Diah Prabawati ................................................... 147

Homestay dalam Kerangka Community-Based Tourism


• I Ketut Sutama ................................................................... 157

Pelayanan Tata Graha Pada Homestay di Desa Wisata Pinge


• I Gede Darmawijaya ......................................................... 175

Pelayanan Kepada Pelanggan di Pondok Wisata (Customer


Service In Homestay)
• I Nyoman Sudiksa ............................................................. 193

Kebutuhan Pelatihan Pengelolaan Keuangan Bagi Homestay


• Ida Ayu Putri Widawati ................................................... 205

Sistem Informasi Akuntansi Permintaan Kas Homestay


• Ida Ayu Agung Ngurah Indrawati, Ketut Sudarsana... 219

Prosedur Pengeluaran Biaya Homestay di Kawasan Ubud


Gianyar Bali
• IGN Agung Wiryanata, Dewa Ayu Rai Sumariati ........ 233

viii
Laporan Keuangan Homestay yang Efektif dan Efisien di
Kawasan Wisata Ubud
• IGN Agung Wiryanata, Chistna Susanti ........................ 247

HOMESTAY DALAM PELUANG DAN TANTANGAN

Peluang Dan Kendala Pengelolaan Homestay (Studi Kasus


Di Labuan Bajo, Manggarai Barat)
• Ni Luh Suastuti, I Nyoman Arcana ................................ 259

Homestay: Peluang Atau Ancaman? Sebuah Studi Kasus


Pengembangan Partisipasi Masyarakat Lokal di Kek
Mandalika Lombok - Nusa Tenggara Barat
• Luh Yusni Wiyarti ............................................................. 273

Potensi dan Tantangan Pengelolaan Homestay Sebagai


Elemen Pariwisata Kerakyatan : Studi Kasus Desa Munduk,
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali
• Putu Devi Rosalina, Made Handijaya Dewantara ........ 295

HOMETAY DALAM RAGAM PERSPEKTIF

Homestay Dan Wisatawan Repeater: Studi Fenomenologi


Aktivitas Wisatawan Eropa yang Menginap di Desa Ubud
Bali
• I Gede Gian Saputra, Ni Made Tirtawati, Dewa Ayu
Made Lily Dianasari .......................................................... 311

Karakteristik Pondok Wisata di Kawasan Wisata Ubud


Kabupaten Gianyar
• I Wayan Sunarsa ................................................................ 329

Persepsi Wisatawan Terhadap Kualitas Pelayanan di


Homestay Desa Wisata Kelecung, Kabupaten Tabanan
• Joshua Jonas Adiwidya, I Nyoman Sukana Sabudi....... 343

ix
Kajian Persepsi Pemilik Homestay Terhadap Laporan
Keuangan di Ubud
• Ni Luh Riska Yusmarisa ................................................... 361

Peranan Sumber Daya Perempuan Terhadap Pengelolaan


Homestay di Ubud : Studi Kasus Pada Krisda Homestay
• Ni Desak Made Santi Diwyarthi ..................................... 373

Peranan Entertainment Pada Homestay Stanggor Nusa


Tengagara Barat
• Made Darmiati ................................................................... 383

Indeks ...............................................................................................
Tentang Penulis ...............................................................................

View publication stats

You might also like