Professional Documents
Culture Documents
Defisit Perawatan Diri Eka
Defisit Perawatan Diri Eka
KEPERAWATAN JIWA
Disusun Oleh :
19089014024
SEMESTER IV
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
Menurut Wilkinson dan Ahern (2012) deficit perawatan diri berhubungan dengan:
a. Defisit perawatan diri mandi / hygiene berhubungan dengan :
Penurunan motivasi, kendala lingkungan, ketidakmampuan untuk
merasakan bagian tubuh, ketidakmampuan untuk merasakan hubungan
spasial, gangguan musculoskeletal, kerusakan neuromuscular, nyeri,
gangguan persepsi atau kognitif, ansietas hebat, kelemahan dan kelelahan
(NANDA).
Faktor lain yang berhubungan (non NANDA international) depresi,
ketunadayaan perkembangan, intoleran aktivitas, pembatasan karena
pengobatan, gangguan psikologis.
b. Defisit perawatan diri berpakaian / berhias berhubungan dengan :
Penurunan motivasi, ketidaknyamanan, hambatan lingkungan, keletihan,
gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan
kognitif atau persepsi, ansietas berat, kelemahan / kelelahan.
c. Defisit perawatan diri makan berhubungan dengan :
Penurunan motivasi, hambatan lingkungan, keletihan, hambatan mobilitas,
hambatan kemampuan berpindah, gangguan musculoskeletal, gangguan
neuromuscular, nyeri, gangguan kognitif atau persepsi, ansietas berat,
kelemahan.
d. Defisit perawatan diri eliminasi (BAB / BAK) berhubungan dengan :
Penurunan motivasi, ketidaknyamanan, kendala lingkungan, keletihan,
gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan
kognitif atau persepsi, ansietas berat, kelemahan.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
gangguan kognitif atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Faktor-
faktor yang mempengaruhi :
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik, individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit, kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
3. Mekanisme Koping
a. Regresi
Regresi adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan cirri
khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini
b. Penyangkalan
Penyangkalan merupakan mekanisme koping / pertahanan untuk mengurangi
kesulitan untuk menegakkan diagnosis.
c. Isolasi diri, menarik diri
Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau
menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka
sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri.
Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.
d. Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi
situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara
analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila
individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan
dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu
terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi,
manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak
menyenangkan bagi dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk
meninjau permasalah secara obyektif.
4. Rentang Respon
Rentang respon meliputi respon adaptif dan maladaptif
a. Respon Adaptif
Respon adaptif merupakan respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat dan individu
dalam menyelesaikan masalahnya, dengan kata lain respon adaptif adalah respon
atau masalah yang masih dapat ditoleransi atau masih dapat diselesaikan oleh kita
sendiri dalam batas yang normal
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif merupakan respon yang diberikan individu dalam
menyelesaikan masalahnya menyimpang dari norma-norma dan kebudayaan
suatu tempat atau dengan kata lain diluar batas individu tersebut.
Adaptif Maladaptif
Keterangan :
a. Pola perawatan diri seimbang, saat pasien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan pasien seimbang, pasien
masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak, saat pasien mendapatkan stresor kadang –
kadang pasien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
c. Tidak melakukan perawatan diri, pasien mengatakan dia tidak peduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stresor.
6. Klasifikasi
Menurut Nanda-I (2012), jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian
dan berhias untuk diri sendiri
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
secara mandiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri
C. Pohon Masalah
Perawatan diri tidak efektif (BAB / BAK / PH / Nutrisi dan cairan )
Defisit Perawatan Diri
D. Diagnosa Keperawatan
F. Implementasi Keperawatan
Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
G. Evaluasi
Menurut Nurhalimah, 2016 adapaun keberhasilan pemberian asuhan keperawatan
ditandai dengan peningkatan kemampuan pasien dalam perawatan diri, seperti
1) Klien mampu melakukan mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan
2) menggunting kuku dengan benar dan bersih
3) Mengganti pakaian dengan pakaian bersih
4) Membereskan pakaian kotor
5) Berdandan dengan benar
6) Mempersiapkan makanan
7) Mengambil makanan dan minuman dengan rapi
8) Menggunakan alat makan dan minum dengan benar
9) BAB dan BAK pada tempatnya
10) BAB dan BAK air kecil dengan bersih.
Evaluasi kemampuan keluarga defisit perawatan diri berhasil apabila keluarga dapat :
1) Mengenal masalah yg dirasakan dalam merawat pasien (pengertian, tanda dan
2) gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri )
3) Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien
4) Merawat dan membimbing pasien dalam merawat diri : kebersihan diri ,
5) berdandan (wanita), bercukur (pria), makan dan minum, BAB dan BAK.
6) Follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan rujukan.
Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
1. Identifikasi masalah: 1. Identifikasi masalah dalam merawat
Kebersihan diri, berdandan, makan, pasien dengan masalah kebersihan diri,
BAB/ BAK berdandan, makan, BAB/BAK
2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri 2. Jelaskan deficit perawatan diri
3. Jelaskan alat dan cara kebersihan diri 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan
4. Masukan dalam jadwal kegiatan masalah kebersihan diri, berdandan,
makan, BAB/BAK
4. Bermain peran cara merawat
5. RTL keluarga/ jadwal untuk merawat
SP 2 SP 2
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) 1. Evaluasi SP 1
2. Jelaskan pentingnya berdandan 2. Latih/ simulasi cara merawat
3. Jelaskan alat dan cara berdandan kebersihan diri dan berdandan
4. Latih cara berdandan 3. Latih langsung ke pasien
5. Masukan dalam jadwal kegiatan 4. RTL keluarga
SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan yang lalu 1. Evaluasi SP 1 dan 2
2. Jelaskan alat dan cara makan yang 2. Latih langsung ke pasien cara makan,
benar BAB/BAK
3. Latih cara makan yang benar 3. RTL keluarga
4. Masukan dalam jadwal kegiatan
SP 4 SP 4
1. Evaluasi kemampuan pasien yang lalu 1. Evaluasi SP 1,2,3
2. Latih cara BAB/ BAK yang benar 2. Latih langsung ke pasien
3. Masukan dalam jadwal kegiatan 3. RTL Keluarga: follow up dan rujukan
DAFTAR PUSTAKA
Anna, Keliat Budi. (2011). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
Direktorat Keperawatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. (2015). Keperawatan
Jiwa.Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa.
Fitria, Nita. (2015). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika.