You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN

KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh :

LUH EKA YULIANTINI

19089014024

SEMESTER IV

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2022

LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Kasus ( Masalah Utama)


1. Pengertian
Deficit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan BAB
atau BAK (toileting) (Fitria, 2015).
Deficit perawatan diri menggambarkan suatu keadaan seseorang yang
mengalami gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri, seperti
mandi, berganti pakaian, makan dan toileting
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya
jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2010).

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Faktor Predisposisi
Deficit perawatan diri seringkali disebabkan oleh intoleransi aktivitas,
hambatan mobilitas fisik, nyeri, ansietas, atau gangguan kognitif atau persepsi
(misalnya deficit perawatan diri : makan yang berhubungan dengan disorientasi).
Sebagai etiologi, deficit perawatan diri dapat menyebabkan depresi, ketakutan
terhadap ketergantungan dan ketidakberdayaan (misalnya, ketakutan menjadi
ketergantungan total yang berhubungan dengan deficit perawatan diri akibat
kelemahan residual karena penyakit stroke)
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) faktor predisposisi deficit perawatan
diri adalah:
a. Perkembangan:
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c. Kemampuan Realitas turun
Klien dengan dengan gangguan jiwa, dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri. Masalah psikologi tersebut contohnya harga diri rendah :
klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri, body image: gambaran
individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri, misalnya
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan dari lingkungannya. Situasi
lingkngan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

Menurut Wilkinson dan Ahern (2012) deficit perawatan diri berhubungan dengan:
a. Defisit perawatan diri mandi / hygiene berhubungan dengan :
Penurunan motivasi, kendala lingkungan, ketidakmampuan untuk
merasakan bagian tubuh, ketidakmampuan untuk merasakan hubungan
spasial, gangguan musculoskeletal, kerusakan neuromuscular, nyeri,
gangguan persepsi atau kognitif, ansietas hebat, kelemahan dan kelelahan
(NANDA).
Faktor lain yang berhubungan (non NANDA international) depresi,
ketunadayaan perkembangan, intoleran aktivitas, pembatasan karena
pengobatan, gangguan psikologis.
b. Defisit perawatan diri berpakaian / berhias berhubungan dengan :
Penurunan motivasi, ketidaknyamanan, hambatan lingkungan, keletihan,
gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan
kognitif atau persepsi, ansietas berat, kelemahan / kelelahan.
c. Defisit perawatan diri makan berhubungan dengan :
Penurunan motivasi, hambatan lingkungan, keletihan, hambatan mobilitas,
hambatan kemampuan berpindah, gangguan musculoskeletal, gangguan
neuromuscular, nyeri, gangguan kognitif atau persepsi, ansietas berat,
kelemahan.
d. Defisit perawatan diri eliminasi (BAB / BAK) berhubungan dengan :
Penurunan motivasi, ketidaknyamanan, kendala lingkungan, keletihan,
gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan
kognitif atau persepsi, ansietas berat, kelemahan.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
gangguan kognitif atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Faktor-
faktor yang mempengaruhi :
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik, individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit, kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene:


a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.Gangguan fisik yang
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah yang berhubungan dengan kebersihan diri / personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial

3. Mekanisme Koping
a. Regresi
Regresi adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan cirri
khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini
b. Penyangkalan
Penyangkalan merupakan mekanisme koping / pertahanan untuk mengurangi
kesulitan untuk menegakkan diagnosis.
c. Isolasi diri, menarik diri
Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau
menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka
sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri.
Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.
d. Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi
situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara
analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila
individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan
dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu
terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi,
manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak
menyenangkan bagi dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk
meninjau permasalah secara obyektif.

4. Rentang Respon
Rentang respon meliputi respon adaptif dan maladaptif
a. Respon Adaptif
Respon adaptif merupakan respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat dan individu
dalam menyelesaikan masalahnya, dengan kata lain respon adaptif adalah respon
atau masalah yang masih dapat ditoleransi atau masih dapat diselesaikan oleh kita
sendiri dalam batas yang normal
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif merupakan respon yang diberikan individu dalam
menyelesaikan masalahnya menyimpang dari norma-norma dan kebudayaan
suatu tempat atau dengan kata lain diluar batas individu tersebut.

Adaptif Maladaptif

- Pola perawatan - Kadang perawatan diri - Tidak melakukan

diri seimbang kadang tidak perawatan saat stres

Keterangan :

a. Pola perawatan diri seimbang, saat pasien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan pasien seimbang, pasien
masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak, saat pasien mendapatkan stresor kadang –
kadang pasien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
c. Tidak melakukan perawatan diri, pasien mengatakan dia tidak peduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stresor.

5. Tanda Dan Gejala


Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2)   Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur
5) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandiri

6. Klasifikasi
Menurut Nanda-I (2012), jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian
dan berhias untuk diri sendiri
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
secara mandiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri

C. Pohon Masalah
Perawatan diri tidak efektif (BAB / BAK / PH / Nutrisi dan cairan )
Defisit Perawatan Diri

Penurunan Motivasi dan kemampuan

2. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


a. Subjektif
1) Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di RS tidak
tersedia alat mandi
2) Klien mengatakan dirinya malas berdandan
3) Klien mengatakan ingin disuapi makan
4) Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK
maupun BAB
b. Objektif
1) Ketidakmampuan mandi / membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor,
gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor
2) Ketidakmampuan berpakaian / berhias ditandai dengan rambut acak – acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur, (laki-laki)
atau tidak berdandan (wanita)
3) Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran dan makan tidak pada tempatnya
4) Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan BAB/BAK
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAB/BAK

D. Diagnosa Keperawatan

Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK

E. Rencana Tindakan Keperawatan

Tgl No. Dx. Perencanaan


Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Defisit TUM :
Perawatan Klien dapat 1. Setelah …x…… 1. Bina hubungan
Diri. melakukan interaksi klien saling percaya
perawatan diri menunjukkan dengan :
secara mandiri. tanda-tanda  Beri salam setiap
percaya pada berinteraksi.
perawat :  Perkenalkan
 Wajah cerah, nama, nama
TUK 1 :
tersenyum. panggilan
Klien dapat
 Mau perawat, dan
membina hubungan
berkenalan. tujuan perawat
saling percaya.
 Ada kontak berinteraksi.
mata.  Tanyakan dan
 Bersedia panggil nama
menceritakan kesukaan klien.
perasaan.  Tunjukkan sikap
 Bersedia empati, jujur dan
mengungkapk menepati janji
an setiap kali
masalahnya. berinteraksi.
 Tanyakan
perasaan klien
dan masalah
yang dihadapi
klien.
 Buat kontrak
interaksi yang
jelas.
 Dengarkan
dengan empati.
 Penuhi
kebutuhan dasar
klien.
TUK 2 : 2. Dalam…x 2. Diskusikan dengan
Klien mengetahui interaksi klien klien :
pentingnya menyebutkan :  Penyebab klien
perawatan diri.  Penyebab tidak merawat
tidak merawat diri.
diri.  Manfaat
 Manfaat menjaga
menjaga perawatan diri
perawatan diri. untuk keadaan
 Tanda-tanda fisik, mental
bersih dan dan sosial.
rapi.  Tanda-tanda
 Gangguan perawatan diri
yang dialami yang baik.
jika perawatan  Penyakit atau
diri tidak gangguan
diperhatikan. kesehatan yang
bisa dialami
oleh klien bila
perawatan diri
tidak adekuat.
TUK 3 : 3.1 Dalam …x 3.1 Diskusikan
Klien mengetahui interaksi klien frekuensi menjaga
cara-cara menyebutkan perawatan diri
melakukan frekuensi selama ini.
perawatan diri. menjaga  Mandi.
perawatan diri :  Gosok gigi.
 Frekuensi  Keramas.
mandi.  Berpakaian.
 Frekuensi  Berhias.
gosok gigi.  Gunting kuku.
 Frekuensi
keramas.
 Frekuensi
ganti pakaian. 3.2 Diskusikan cara
 Frekuensi praktek perawatan
berhias. diri yang baik dan
 Frekuensi benar.
gunting kuku.  Mandi.
3.2 Dalam …x  Gosok gigi.
interaksi klien
 Keramas.
menjelaskan cara
 Berpakaian.
menjaga
 Berhias.
perawatan diri :
 Gunting kuku.
 Cara mandi.
 Cara gosok
3.3 Berikan pujian
gigi.
untuk setiap
 Cara keramas.
respon kliken yang
 Cara
positif.
berpakaian.
 Cara berhias.
 Cara gunting
kuku.
TUK 4 : 4. Dalam …x 4.1 Bantu klien saat
Klien dapat interaksi klien perawatan diri :
melaksanakan mempraktekan  Mandi.
perawatan diri perawatan diri  Gosok gigi.
dengan bantuan dengan dibantu  Keramas.
perawat. oleh perawat :  Berpakaian.
 Mandi.  Berhias.
 Gosok gigi.  Gunting kuku.
 Keramas.
 Berpakaian. 4.2 Beri pujian setelah
 Berhias. klien selesai
 Gunting kuku. melaksanakan
perawatan diri.

TUK 5 : 5. Dalam …x 5.1 Pantau klien dalam


Klien dapat interaksi klien melaksanakan
melaksanakan melaksanakan perawatan diri :
perawatan secara praktek  Mandi.
mandiri. perawatan diri  Gosok gigi.
secara mandiri :  Keramas.
 Mandi 2x  Berpakaian.
sehari.  Berhias.
 Gosok gigi  Gunting kuku.
sehabis
5.2 Beri pujian saat
makan.
klien melaksanakan
 Keramas 2x perawatan diri secara
seminggu. mandiri.
 Ganti pakaian
1x sehari.
 Berhias
sehabis
mandi.
 Gunting kuku
setelah mulai
panjang.
TUK 6 : 6.1 Dalam …x 6.1 Diskusikan dengan
Klien mendapatkan interaksi keluarga :
dukungan keluarga keluarga  Penyebab klien
untuk menjelaskan tidak
meningkatkan cara-cara melaksanakan
perawatan diri. membantu klien perawatan diri.
dalam memenuhi  Tindakan yang
kebutuhan telah dilakukan
perawatan klien selama di
dirinya. rumah sakit
6.2 Dalam …x dalam menjaga
interaksi perawatan diri
keluarga dan kemajuan
menyiapkan yang telah
sarana perawatan dialami oleh
diri klien : sabun klien.
mandi, pasta  Dukungan yang
gigi, sikat gigi, bisa diberikan
sampo, handuk, oleh keluarga
pakaian bersih, untuk
sandal dan alat meningkatkan
berhias. kemampuan
6.3 Keluarga klien dalam
mempraktekan perawatan diri.
perawatan diri 6.2 Diskusikan dengan
kepada klien. keluarga tentang :
 Sarana yang
diperlukan untuk
menjaga
perawatan diri
klien.
 Anjurkan kepada
keluarga
menyiapkan
sarana tersebut.
6.3 Diskusikan dengan
keluarga hal-hal yang
perlu dilakukan
keluarga dalam
perawatan diri :
 Anjurkan
keluarga untuk
mempraktekan
perawatan diri
( mandi, gosok
gigi, keramas,
ganti baju,
berhias dan
gunting kuku ).
 Ingatkan klien
waktu mandi,
gosok gigi,
keramas, ganti
baju, berhias dan
gunting kuku.
 Bantu jika klien
mengalami
hambatan dalam
perawatan diri.
 Berikan pujian
atas keberhasilan
klien.

F. Implementasi Keperawatan
Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
G. Evaluasi
Menurut Nurhalimah, 2016 adapaun keberhasilan pemberian asuhan keperawatan
ditandai dengan peningkatan kemampuan pasien dalam perawatan diri, seperti
1) Klien mampu melakukan mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan
2) menggunting kuku dengan benar dan bersih
3) Mengganti pakaian dengan pakaian bersih
4) Membereskan pakaian kotor
5) Berdandan dengan benar
6) Mempersiapkan makanan
7) Mengambil makanan dan minuman dengan rapi
8) Menggunakan alat makan dan minum dengan benar
9) BAB dan BAK pada tempatnya
10) BAB dan BAK air kecil dengan bersih.
Evaluasi kemampuan keluarga defisit perawatan diri berhasil apabila keluarga dapat :
1) Mengenal masalah yg dirasakan dalam merawat pasien (pengertian, tanda dan
2) gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri )
3) Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien
4) Merawat dan membimbing pasien dalam merawat diri : kebersihan diri ,
5) berdandan (wanita), bercukur (pria), makan dan minum, BAB dan BAK.
6) Follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan rujukan.

H. Intervensi Berdasarkan SP Pasien dan Keluarga

Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
1. Identifikasi masalah: 1. Identifikasi masalah dalam merawat
Kebersihan diri, berdandan, makan, pasien dengan masalah kebersihan diri,
BAB/ BAK berdandan, makan, BAB/BAK
2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri 2. Jelaskan deficit perawatan diri
3. Jelaskan alat dan cara kebersihan diri 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan
4. Masukan dalam jadwal kegiatan masalah kebersihan diri, berdandan,
makan, BAB/BAK
4. Bermain peran cara merawat
5. RTL keluarga/ jadwal untuk merawat
SP 2 SP 2
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) 1. Evaluasi SP 1
2. Jelaskan pentingnya berdandan 2. Latih/ simulasi cara merawat
3. Jelaskan alat dan cara berdandan kebersihan diri dan berdandan
4. Latih cara berdandan 3. Latih langsung ke pasien
5. Masukan dalam jadwal kegiatan 4. RTL keluarga
SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan yang lalu 1. Evaluasi SP 1 dan 2
2. Jelaskan alat dan cara makan yang 2. Latih langsung ke pasien cara makan,
benar BAB/BAK
3. Latih cara makan yang benar 3. RTL keluarga
4. Masukan dalam jadwal kegiatan
SP 4 SP 4
1. Evaluasi kemampuan pasien yang lalu 1. Evaluasi SP 1,2,3
2. Latih cara BAB/ BAK yang benar 2. Latih langsung ke pasien
3. Masukan dalam jadwal kegiatan 3. RTL Keluarga: follow up dan rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Anna, Keliat Budi. (2011). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Direktorat Keperawatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. (2015). Keperawatan
Jiwa.Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa.

Fitria, Nita. (2015). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika.

Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Tarwoto,Wartonah. (2015).Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.
Yusuf, A., Fitriasari, R.,& Nihayati, H.E. (2015).Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

You might also like