You are on page 1of 7

HAK PENGELOLAAN (HPL)

                Pasal 2 UUPA memuat hak menguasai dari


negara atas tanah  dan bersumber  dari hak bangsa
Indonesia, kewenangannya diatur dalam ayat (2),
yaitu : 
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,
penggunaan persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan
ruang angkasa.
b. Menentukan dan mengatur hubungan2 hukum antara
orang denganbumi, air dan ruang angkasa.
c. menentukan dan mengatur hubungan2 hukum antara
orang2 dan perbuatan2 hukum yang mengenai bumi, air
dan ruang angkasa.

Ayat (4) hak menguasai dalam pelaksanaannya dapat di


kuasakan kepada Daerah Swatantra dan masyarakat
hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan2
peraturan pemerintah.
Pasal 4 UUPA (dasar hukum  untuk HAT yang bersumber dari
hak menguasai negara) Ayat (1) dengan dasar hak
menguasai negara tersebut, maka dapat ditentukan
adanya macam2 hak atas tanah yang dapat diberikan
kepada dan dipunyai oleh orang/badan hukum

Macam HAT [menurut Pasal 16 (1) dan 53]


1. HAT bersifat tetap : HM, HGB, HGU, Hak Pakai,
Hak Sewa Untuk Bangunan, Hak Membuka Tanah,
hak Memungut Hasil Hutan
2.  HAT yang akan ditetapkan oleh UU : sampai saat
ini belum ada 
3.  HAT bersifat sementara : Hak Gadai, Hak Usaha
Bagi Hasil, Hak Menumpang, Hak Sewa Tanah  
Pertanian.   

Sistem UUPA bersifat terbuka dalam menentukan


HAT, ditunjukan dalam Pasal 16 (1) (h) yaitu hak2 lain
yang akan ditetapkan oleh UU
Sifat Limitatif :  lahirnya HAT tersebut harus diatur
dalam UU (bukan HAT tetap maupun sementara). Hal ini
untuk mengantisipasi lahirnya HAT baru sesuai dengan
perkembangan masyrakat dan pembangunan.

            Hak Pengelolaan (HPL), dalam UUPA secara


tersurat tidak disebut, istilah pengelolaan muncul dalam
Penjelasan Umum Angka II Nomor 2 UUPA, yang intinya
adalah negar dapat memberikan dalam pengelolaan
kepada suatu badan penguasa untuk digunakan bagi
pelaksanaan tugas masing2.

Sejarah HPL
1. Peraturan Pemerintah 8/1953 tentang Penguasaan
tanah-tanah Negara disebut dengan Hak
Penguasaan.
2. Peraturan Menteri Agraria 9/1965 tentang
pelaksanaan Konversi Hak penguasaan Atas Tanah
Negara dan Kebijaksanaan maka Hak Penguasaan di
konversi menjadi Hak Pengelolaan (Pasal 2)
3. UU 16/1985 tentang Rumah Susun disebutkan
mengenai Hak Pengelolaan (Pasal 7 (1) 

Pengertian HPL  

1. Dalam PP 40/1996 yaitu; hak menguasai negara


yang kewenangan pelaksanaannya sebagian
dilimpahkan kepada pemegangnya.
2.  Dalam UU 20/2000 Tentang Perubahan Atas UU
21/1997 tentang BPHTB jo Pasal 1 PP 36/1997
tentang pengenaan BPHTB karena Pemberian HPL,
yaitu; Hak menguasai dari negara atas tanah yang
kewenangan pelaksannannya sebagian dilimpahkan
kepada pemegang haknya untuk merencanakan
peruntukan dan penggunaan tanah, menggunakan
untuk keperluan pelaksanaan tugasnya,
menyerahkan bagian-bagian tanah tersebut kepada
Pihak Ketiga (P III) dan/atau bekerja sama dengan
P III.
Subjek HPL

1. Suatu badan penguasa (departemen, jawatan dan


daerah swantatra). Dasar : Penjelasan Umum Angka
II Nomor 2 UUPA
2.  Departemen, direktorat dan daerah swantatra
selain untuk digunakan instansi sendiri, juga
dimaksudkan untuk diberikan suatu hak pada P III.
Dasar: Permen Agraria 9/1965 Pasal 5 
3. Departemen, Direktorat dan Daerah Swntatra.
Dasar : Permen Agraria 1/1966 Pasal 1 huruf b
4. Departemen dan Jawatan Pemerintah, Badan
Hukum yang di tunjuk Pemerintah. Dasar : PerMen
Dalam Negeri 5/1973 Pasal 29
5.  Perusahaan pembangunan perumahan yang seluruh
modalnya berasal dari Pemerintah dan/atau Pemda,
Industri estate yang seluruh modalnya berasal dari
Pemerintah yang berbentuk Perum, Persero dan
dari Pemda yang berbentuk Perusahaan
daerah.          Dasar : Per Men Dalam Negeri
5/1974 Pasal 5 dan 6 
6. Pemerintah Daerah, lembaga, instansi dan/atau
badan/badan hukum (milik) Pemerintah. Dasar : Per
Men Dalam Negeri 1/1977 Pasal 2
7. Departemen, Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Pemda Tk I, Pemda Tk II, Lembaga
Pemerintah lainnya dan Perumnas (dalam penjelasan
disebutkan yang termasuk lembaga pemerintah
lainnya adalah Otarita Batam, Badan Pengelola GOR
Senayan dan lembaga sejenis yang di atur dengan
Kep Pres). Dasar : PP 36/1997 Pasal 2
8. a. Instansi Pemerintah termasuk Pemda
b. BUMN
c. BUMD
d. PT Persero
e. Badan Otorita
f. Badan2 Hukum Pemerintah lainnya yang
ditunjuk oleh Pemerintah

     Dasar : Per Men Agraria/Kepala BPN 9/1999


Pasal 67

Terjadinya HPL

1.  Konversi
Dengan ketentuan Per Men Agraria No. 9/1965,
Hak Pengelolaan adalah konversi dari Hak
Penguasaan (Hak beheer), yaitu yang tanahnya
digunakan untuk kepentingan instansi yang
bersangkutan. HPL yang berasal dari konversi
tersebut berlangsung selama tanahnya digunakan
untuk keperluan itu.   
2.  Pemberian HakDasar : Permendagri 5/1973 yang
diubah dengan Permen Agraria/Kepala BPN 9/1999
Langkah Permohonan HPL :

a.    Permohonan kepada Kepala BPN melalui Kakan


setempat dilanjutkan dengan pemeriksaan data fisik
dan yuridis oleh Kakan
b.    Jika permohonan memenuhi syarat maka Kakan akan
menyampaikan  pada KaKanwil untuk diminta
pertimbangan dan pendapat
c.    Kakanwil menyampaikan pada Kep BPN untuk dilakukan
pemeriksaan data fisik dan data yuridis berikut
memperhatikan pertimbangan dan pendapat Kakanwil
untuk dipertimbangkan diterima atau tidaknya
permohonan tersebut.
d.    Penyampaian keputusan diterima atau tidak
permohonan hak tersebut kepada pemohon.
e.    Jika diterima maka pemohon wajib mendaftarak
keputusan tersebut untuk diterbitkan sertifikat dengan
terlebih dahulu membayar BPHTB.
f.    Sertipikat HPL diserahkan kepada pemohon.

Kewenangan pemegang HPL


Dasar PP 36/1997 Pasal 1
a. Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah
b. Menggunakan tanah untuk keperluan pelaksanaan
tugasnya
c. Menyerahkan bagian-bagian tanah tersebut kepada P
III dan/atau bekerjasama dengan P III
       

HPL  tidak berjangka waktu,  juga tidak dapat


dialihkan, sehingga tidak dapat dibebani HT

Pemberian Hak diatas HPL


P III yang ingin mempunyai HGB atau Hak Pakai,
terlebih dahulu membuat perjanjian penggunaan tanah
dengan pemegang HPL. Pemberian hak diatas HPL, tidak
memutus hubungan hukum antara pemegang HPL dengan
Hak Pengelolaannya, setiap HGB atau Hak Pakai
berakhir, maka perpanjangan atau pembaharuannya
harus dengan ijin tertulis pemegang HPL.

Pemegang HPL dapat menyerahkan bagian tanah HPL


dalam bentuk HM kepada P III melalui pelepasan atau
penyerahan HPL, dengan demikian hubungan hukum
pemegang HPL dengan hak pengelolaannya berakhir.

You might also like