You are on page 1of 7

ALERGI OBAT

Merupakan reaksi hipersensitivitas tip 1,2,3, atau 4. Perlu paparan obat terlebih dahulu atau reaksi
silang.Diagnosis alergi obat pada anak sulit karena sulitnya melakukan skin test sehingga sering
overdiagnosis.Faktor risiko terpenting adalah riwayat alergi sebelumnya dengan obat yang sama.
Parenteral dan topikal lebih sering menyebabkan sensitisasi. Dosis tunggal yang besar jarang
menyebabkan sensitisasi dibandingan dengan yang frekuensi sering dan lama. Usia dewasa muda lebih sering
daripada bayi dan lansia. Predisposisi alergi menyebabkan kemungkinan rraksi yang lebih berat tetapi tidak
meningkatkan kemunkinan terjadinya alergi obat. Infeksi HIV, Heroes, EBV dan CMV meningkatkan
kemungkinan terjadinya alergi obat.

DIAGNOSIS
Anamnesis

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Tes Kulit
Tes kulit untuk penisilin butuh metabolit imunogennya (Pre-Pen) yang belum ada di INdonesia. Untuk
antibiotik lain dilakuakn tes kulit dengan pengenceran terlebih dahulu untuk mencegah iritasi kulit. Tes kulit
sebenarnya tidak dianjurkan karena pada NVP rendah (pada hasil negatif, masih ditemukan yg ternayat alergi
obat)
Graded Challange
Tes provokasi denagn dosis yang ditingkatkan dengan hati hati via PO. dosis dimulai 1/10 sd 1/100 dari dosis
penuh dan dinaikkan 2-5 kali mlipat setiap 30 menit sampai mencapai dosis penuh. Jika ada reaksi alergi, maka
prosedur dihentikan dan ditatalaksana alerginya.
Tes ini dilakukan bila skin test negatif dan dx masih meragukan.

TATALAKSANA
- Hentika obat yang dicurigai
- Obati reaksi alergi (Bab Urtikari dan ANgioedema)
- Identifikasi dan hindari cross reacting drug
- Catat reaksi yang terjadi
- Pilih alternatif lain
- Jika tidak ada alternatif lain bisa dilakukan desensitisasi dengen memberikan alergen secara bertahap agar
sel efektor kurang reaktif.

ALERGI SUSU SAPI

ASS adalah reaksi simpang terhadap susu sapi yang diperantarai imunologi. Alergi adalah reaksi
hipersensitivitas yang diperankan oleh mekanisme imunologi. Mekanisme yang diperantarai IgE (tipe 1, cepat),
non IgE (tipe 3 dan 4, lambat). ASS non IgE mengenai saluran cerna, ASS IgE berbagai sistem pada saluran
nafas bisa berupa asma ata RA.

DIAGNOSIS
Anamnesis
- ASS bisa menyebabkan berbagai gejala di berbagai sistem, sulit dikenali.
- Awitan gejala, jarak waktu antara pemberian susu dan munculnya gejala, jumlah susu yang diminum hingga
muyncul gejala.
- Riwayat atopi keluarga/saudara kandung.
- Riwayat atau gejala alergi sebelumnya.

Gejala pada Saluran Cerna


Edema dan gatal pada bibir, mukosa oral, dan faring. Muntah atau diare terutama pada bayi, kolik infantil, jika
berat bisa merusak mukosa usus, dehidrasi, electolite imbalance dan failure to thrive. Konstipas kronik yang
tidak membaik dg laksatif.

Gejala pada Kulit


Dermatitis atopi, erupsi kemerahan terjadi setelah sensitisasi 1-2 minggu. Urtikaria dan angioedema.

Gejala pada Saluran Nafas


Rhinitis, Otitis media, BKB, mengi.
Gejala Hematologi
Anemia karena perdarahan mikro sla cerna.

Pemeriksaan Fisik
1. KU: status gizi, hidrasi, pucat/tidak
2. Kulit: tanda dermatritis, urtikaria, a ngioedema
3. Sl Nafas: RA (konka edema dan pucat), asam (mengi), otitid media efusi
4. Sl cerma: meteorismus, skibala, fisura ani

Pemeriksaan Penunjang
1. DBPCFC (double blind placebo controlled food challenge)= baku emas. pemberian alergen dan palsebo dg
metode crossover, biasa dilakukan untuk riset. Untuk klinis lebih sering dg uji provokasi dan uji eliminasi.
2. Uji Provokasi, Uji Eliminasi
3. SPT dan IGE spesifik

TATALAKSANA
Prinsip utamanya adalah hindari alergen.
Indikasi Rawat
- Dehidrasi berat
- Gibur
- Anafilatik
- Anemia berat

PROGNOSIS
Umumnya anak toleran seiring bertambhnya usia, Pada ASS non IgE lebih cepat membaik. Toleran 50% pada 1
thaun, 70% pada 2 tahun dan 85% pada 3 tahun.
ANEMIA DEFISIENSI BESI (ADB)

ADP adalah anemia akibatb kekurangan zat besi dan merupakan anemia yang paling sering dijumpai pada
anak. Prevalensi anemia balita di INdonesia 55% (1992). Komplikasi anemia antara lain: gangguan fungsi
kognitif, perubahan tingkah laku, terhambatnya tumbuh kembang, dan gangguan imunitas.

DIAGNOSIS
Anamnesis
- Pucat yang berlangsung lama tanpa disertahi perdarahan
- Lelah, lesu, marah, tidak nafsu makan, sering infeksi, gangguan perilaku dan prestasi
- Pica
- Nutrisi rendah Fe, atau nutrisi menganggu penyerapan Fe (kalsium, fitat)
- Infeksi malaria/ankylostoma/schistosoma

Pemeriksaan Fisik
- Gejala klinis ADB
- Pucat (jika Hb < 7)
- Tanpa oragnomegali
- Koilonikia / Glositis / Stomatitis angularis/ Takikardia/ Gagal jantung
- Rentan infeksi
- Gg tumbuh
- Penurunan aktivitas kerja

Pemeriksaan Penunjang
- Darah lengkap: Hb rendah, MCV/MVH/MCHC rendah.
- Mentzer Index (MCV/RBC) > 13
- APusan darah tepi: mikro, hipo, anisositosi, poikilositosis
- Tria: Besi elemental 3mg/kg/hari, setelah 1 bulan evaluasi jika Hb naik 1 gr/dl.

Kriteria DIagnosis
- Hb turun
- Konsentrasi Hb 31%
- Fe serum < 50
- Saturasi transferri < 15%
JIka lab terbatas, ADB bisa ditegakkan dengan:
- Anemia tanpa perdarahan
-Anemia tanpa organomegali
- Gambaran darah tepi: mikro hipo, anisositosis, sel target
- Respon terhadap terapi besi

TERAPI
- Besi elemental 4-6mg/kgBB/hari, evaluasi Hb setelah 1 bulan mestinya naik 2mg/dl.
F.Fumarat: 33% besi elemental
F. glukonas: 11% besi elemental
F. sulfat: 20% besi elemental
- Transfusi jika HB kurang dari 4, dgn PRC.

PENCEGAHAN
- PRIMER
Asi ekslusif, tunda susu sapi sd 1 tahun, MPAS sejak 6 bulan. HIndari susu sapi berlebihan dan teh.
- SEKUNDER
Cek HB usia 9-12 bulan, kemudian 6 bulannya lagi, dan pada usia 24 bulan.
- SUPLEMENTASI BESI
ASUHAN NUTRISI PEDIATRI
BBLR (BERAT BADAN LAHIR RENDAH)

BBLR adalah BB pada bayi dengan berat < 2500gr, berapapun usia gestasinya. Penyebeb tersering prematur,
usia ibu, gangguan plasnetas, gangguan janin. Masalah yang sering timbul pada BBLR: asfiksia, gg jantung,
perdarahan otak, liver belum sempurna, anemia, hipotermia, gg pencernaan, resiko infeksi.

You might also like