You are on page 1of 94

STUDI ETNOFARMASI TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT

PADA SUKU BAJAU DI KECAMATAN MARATUA


KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR

SKRIPSI

ERISKA DAMAYANTI
G701 17 126

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

JUNI 2022
STUDI ETNOFARMASI TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT
PADA SUKU BAJAU DI KECAMATAN MARATUA
KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan


dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Farmasi pada Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

ERISKA DAMAYANTI
G70117126

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UVERSITAS TADULAKO

JUNI 2022

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul : Studi Etnofarmasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Pada Suku Bajau


Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan Timur

Nama : Eriska Damayanti

Stambuk : G70117126

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan pada Seminar Hasil.

Palu, 26 Februari 2022

Pembimbing I Pembimbing II

apt. Dr. Hj. Nurlina Ibrahim, M.Si apt. Ritha Pratiwi, S.Si., M.Si
NIP. 19610217 198903 2 001 NIDN. 0004128607

Mengetahui,
Ketua Jurusan Farmasi
FMIPA Universitas Tadulako

apt. Syariful Anam, S.Si., M.Si., Ph.D.


NIP. 1980226 200501 1 001

iii
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

Judul : Studi Etnofarmasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Pada


Suku Bajau Kecamatan Maratua Kabupaten Berau
Kalimantan Timur

Nama : Eriska Damayanti

Stambuk : G70117126

Disetujui Tanggal : 09 Agustus 2022

DEWAN PENGUJI

Ketua : apt. Dr. Hj. Nurlina Ibrahim, M.Si ..............

Sekretaris : apt. Ritha Pratiwi, S.Si., M.Si ..............

Penguji 1 : apt. Yusriadi, S.Si., M.Si ..............

Penguji 2 : apt. Arya Dibyo Adisaputra, S.Farm., M.Farm ..............

Penguji 3 : apt. Setiawati Fadhilah Zainal, S.Farm., M.Farm ..............

Mengetahui,
Dekan FMIPA
Universitas Tadulako

Prof. Dr. Ir. Darmawati Darwis, S.Si., M.Si., Ph.D


NIP. 19711124 1997 02 2 001

iv
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Palu, 09 Agustus 2022

Eriska Damayanti
G70117126

v
ABSTRAK

Suku Bajau adalah suku yang bermukim di Kecamatan Maratua Kabupaten Berau
Provinsi Kalimantan Timur. Pengetahuan lokal mengenai tumbuhan obat yang
dimiliki oleh Suku Bajau diwariskan secara turun temurun. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan data tumbuhan sebagai obat, jenis dan bagian, cara
pengolahan, cara penggunaan, takaran, lama penggunaan dalam mengobati suatu
penyakit, sehingga tersusun basis data terkait kekayaan biodiversitas tumbuhan
obat. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan metode
kualitatif dengan teknik pengambilan purposive sampling. Hasil penelitian yang
diperoleh 36 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat. Bagian tumbuhan
yang digunakan antara lain daun 56%, rimpang 13%, buah 10%, batang 10% ,
herba 5%, umbi 3% dan akar 3%. Cara pengolahan tumbuhan obat antara lain
direbus 51%, dihaluskan 17%, diseduh 15%, dilumatkan 10% dan diparut 7%.
Cara penggunaan tumbuhan obat antara lain diminum 66%, ditempel 10%,
dimakan 8%, dikompres 8%, dibasuh 5%, dan digosok 3%. Jumlah takaran obat
yaitu ½ gelas, 1 gelas dan 1 sendok sehari serta lama penggunaan tergantung
gejala dan tingkat keparahan penyakit. Penyakit yang diobati menggunakan
tumbuhan obat yaitu hipertensi, demam, kolesterol, nyeri, diabetes mellitus,
keputihan, liver, diare, luka, luka bakar, sariawan, rematik, asam urat, maag,
tumor dan melancarkan air susu ibu.

Kata Kunci : Etnofarmasi, Tumbuhan Berkhasiat Obat, Suku Bajau

vi
ABSTRACT

The Bajau are a tribe who live in Maratua District, Berau Regency, East
Kalimantan Province. Local knowledge about medicinal plants owned by the
Bajau is passed down from generation to generation. This study aims to obtain
data on plants as drugs, types and parts, processing methods, methods of use,
dosage, duration of use in treating a disease, so that a database is compiled related
to the richness of the biodiversity of medicinal plants. This type of research is
descriptive research that uses qualitative methods with purposive sampling
technique. The results obtained 36 types of plants that are used as medicine. The
plant parts used included 56% leaves, 13% rhizomes, 10% fruit, 10% stems, 5%
herbs, 3% tubers and 3% roots. Methods for processing medicinal plants include
boiling 51%, mashing 17%, brewing 15%, pulverizing 10% and grating 7%.
Methods for using medicinal plants include drinking 66%, sticking 10%, eating
8%, compressing 8%, washing 5%, and rubbing 3%. The number of doses of the
drug is cup, 1 cup and 1 spoon a day and the duration of use depends on the
symptoms and severity of the disease. Diseases that are treated using medicinal
plants are hypertension, fever, cholesterol, pain, diabetes mellitus, vaginal
discharge, liver, diarrhea, wounds, burns, canker sores, rheumatism, uric acid,
ulcers, tumors and promoting breast milk.

Keyword : Ethnopharmaceuticals, Traditional Medicinal Plants, Bajau Tribe

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillahi robbil alamin, Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT,
yang mana telah memberikan kesehatan dan karunia-Nya kepada penulis serta
mengucapkan sholawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad
SAW sehingga penulis memiliki kekuatan untuk dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul: Studi Etnofarmasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Pada Suku
Bajau Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan Timur.

Terutama dan teristimewa saya persembahkan tulisan ini dengan sangat


berterima kasih kepada kedua orang tua. Kepada Almarhumah Ibunda tercinta
Ernawati dan Bapak Derpin, kepada Mertua saya Papa Makmur Dg. Ruppa
dan Mama Kalsum Makaramah, kepada Suami Mohamad Hadi Cahyadi dan
anak kecil yang cantik Arabella Khairunnisa dan Kepada Saudara saya kakak
Debi Erwanda dan Adik Melinda Sari, khususnya kepada kedua orang tua
yang telah memberikan dukungan, materil serta doa yang selalu dipanjatkan
kepada Allah SWT.

Skripsi ini disusun oleh penulis guna memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Sarjana Farmasi di Program Studi Farmasi
Fakuktas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini melibatkan banyak
pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H.Mahfudz MP. selaku rektor Universitas Tadulako yang telah
memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menempuh
pendidikan di Universitas Tadulako.
2. Prof. Dr. Ir. Darmawati Darwis, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako beserta
jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan di Prodi Farmasi FMIPA UNTAD.

viii
3. Bapak apt. Syariful Anam , S.Si., M.Si., Ph.D selaku Ketua Jurusan
Farmasi beserta rekan-rekan dosen yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan selama masa perkuliahan.
4. Ibu apt. Andi Atirah Masyita, S.Farm., M.Si selaku dosen pembimbing
akademik yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis.
5. Ibu apt. Dr. Hj. Nurlina Ibrahim, M.Si dan Ibu apt. Ritha Pratiwi, S.Si.,
M,Si selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan semaksimal
mungkin bimbingan dan saran-saran yang sangat berharga.
6. Bapak apt. Ihwan, S.Si., M.Kes dan bapak apt. Akhmad Khumaidi, S.Si.,
M.Sc selaku dosen pembahas skripsi pada seminar hasil yang telah
membantu mengarahkan dan memberi masukan sehingga penulis dapat
memperbaiki skripsi ini dengan baik, serta terima kasih kepada ibu apt.
Khilda Khaerati, S.Si., M.Si selaku moderator pada seminar hasil
sehingga seminar hasil penulis berjalan dengan lancar.
7. Camat Maratua yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian, masyarakat yang telah membantu serta informan yang bersedia
untuk diwawancara.
8. Teman-teman seperjuangan Elixir 2017, khususnya kelas E terima telah
menjadi wadah untuk menemukan inspirasi, untuk kebersamaan serta
teman berbagi.
9. HIMAFAR (Himpunan Mahasiswa Farmasi FMIPA Universitas
Tadulako), terima kasih telah memberikan kepercayaan kepada penulis
Eriska Damayanti menjadi anggota Advokasi tahun 2020 dan menjadi
wadah bagi mahasiswa farmasi.
10. Tim “Keluarga Bahagia” Ike, Shalsa, Fitri, Posang, Diqdiq, Indrajeed,
Rio, Ucok, Vian, Arya teman kerja tugas, makan-makan, nginap bareng,
jalan-jalan, terima kasih selalu ada teman dari awal kuliah sampai
sekarang.
11. Teman skripsian ike, anggun, arwinda, mami, yang banyak membantu
penulis selama mengerjakan skripsi.

ix
12. Semua pihak yang terlibat yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu
persatu terima kasih banyak atas bantuan serta doanya.
13. At last but not list, terima kasih banyak untuk diri sendiri Eriska
Damayanti, terima kasih sudah mau berjuang, berusaha kuat, bekerja
keras, berdoa, karena support system terbaik adalah diri sendiri. Semoga
lelah menjadi lillah.

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal
terbaik dari penelitian ini. Besar harapan penulis, semoga penelitian ini dapat
memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak.
Aamiin.

Palu, 09 Agustus 2022

Eriska Damayanti
G70117126

x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................................... iv
PERNYATAAN .............................................................................................. v
ABSTRAK.......................... ............................................................................ vi
ABSTRACT .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 3
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3
1.5. Batasan Penelitian ......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 5
2.1. Tinjauan Etnofarmasi .................................................................... 5
2.2 Obat Tradisional ............................................................................ 7
2.3 Bagian Tumbuhan Obat ................................................................ 8
2.4 Tinjauan Lokasi Penelitian............................................................ 10
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 14
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ....................................................... 14
3.2 Alat Dan Bahan Penelitian ............................................................. 14
3.3 Jenis Penelitian ............................................................................... 14
3.4 Menentukan Informan .................................................................... 15
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 15
3.6 Pengumpulan Sampel ..................................................................... 15

xi
3.7 Metode Analisis ............................................................................ 16
3.8 Definisi Operasional...................................................................... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 17
4.1 Hasil ............................................................................................... 17
4.1.1 Karakteristik Hattra ............................................................... 17
4.1.2 Jenis Dan Bagian Tumbuhan Obat........................................ 18
4.1.3 Cara Pengolahan, Penggunaan, Jumlah Takaran, Lama
Penggunaan dan penyakit yang diobati ............................... 20
4.1.4 Karakteristik Tumbuhan Obat yang dimanfaatkan Oleh Suku
Bajau..................................................................................... 25
4.2 Pembahasan ..................................................................................... 26
4.1.1 Karakteristik Hattra ............................................................... 26
4.1.2 Jenis Dan Bagian Tumbuhan Obat........................................ 27
4.1.3 Cara Pengolahan, Penggunaan, Jumlah Takaran, Lama
Penggunaan dan kandungan Kimia Tumbuhan .................... 28
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 32
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 32
5.2 Saran............................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 33
LAMPIRAN.................................................................................................... 36
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 64

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik hattra pada Suku Bajau di Kecamatan Maratua


Kabupaten Berau Kalimantan Timur ............................................ 17

Tabel 4.2 Jenis dan bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh
masyarakat Suku Bajau di Kecamatan Maratua Kabupaten
Berau Kalimantan Timur ............................................................... 18

Tabel 4.3 Cara pengolahan, cara penggunaan, jumlah takaran, lama


penggunaan dan penyakit yang diobati menggunakan
tumbuhan obat oleh hattra Suku Bajau di Kecamatan Maratua
Kabupaten Berau Kalimantan Timur ............................................ 23

Tabel 4.4 Karakteristik tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh hattra


Suku Bajau Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan
Timur .............................................................................................. 25

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan


Timur .......................................................................................... 11

Gambar 4.1 Persentase bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat


oleh hattra pada Suku Bajau di Kecamatan Maratua
Kabupaten Berau Kalimantan Timur .......................................... 19

Gambar 4.2 Persentase cara pengolahan tumbuhan yang digunakan


sebagai obat oleh hattra pada Suku Bajau Di Kecamatan
Maratua Kabupaten Berau Kalimantan Timur............................ 24

Gambar 4.3 Persentase cara penggunaan tumbuhan yang diguanakan


sebagai obat oleh hattra pada Suku Bajau Di Kecamatan
Maratua Kabupaten Berau Kalimantan Timur............................ 24

xiv
DAFTAR ISTILAH

No. Singkatan Arti


1. IRT Ibu Rumah Tangga
2. SD Sekolah Dasar
3. SMP Sekolah Menengah Pertama

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skema kerja............................................................................... 36

Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data .................................................... 37

Lampiran 3 Surat Izin Pengantar Kepala Desa ............................................ 38

Lampiran 4 Contoh Kuesioner ..................................................................... 39

Lampiran 5 Hasil Wawancara Hattra ........................................................... 41


Lampiran 6 Dokumentasi Wawancara Hattra .............................................. 51

Lampiran 7 Dokumentasi Sampel ................................................................ 52

Lampiran 8 Surat Permohonan Izin di Laboratorium .................................. 58


Lampiran 9 Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan ........................................... 60

Lampiran 10 Analisis Data ............................................................................. 61

Lampiran 11 Riwayat Hidup .......................................................................... 64

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biodiversitas adalah kekayaan bangsa dengan nilai yang tidak terhitung
besarnya, karena ancaman terhadap kepunahan biodiversitas akan
mengancam kelestarian dan eksistensi suatu bangsa. Indonesia tidak saja
dikenal memiliki kekayaan biodiversitas tumbuhan dan hewan yang tinggi,
namun juga memiliki kekayaan atas keragaman budaya yang terekspresi dari
beragamnya suku bangsa. Kekayaan keanekaragaman hayati dengan budaya
tersebut menjadi aset nasional yang harus dikembangkan untuk meningkatkan
ketahanan dan kedaulatan bangsa. Demikian juga terhadap kekayaan
tumbuhan obat dan pengetahuan tradisonal terkait pemanfaatan tumbuhan
obat untuk pengobatan. Kekayaan sumber daya tumbuhan obat memiliki
potensi untuk dikembangkan sekaligus potensi ancaman dimasa mendatang
(RISTOJA, 2017).

Pengetahuan tentang tumbuhan obat bervariasi dari satu daerah ke daerah


lain. Banyak jenis tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan tradisional
dapat dijadikan sebagai referensi dunia pengobatan, terutama dengan
mengulang kembali slogan “back to nature” atau “kembali ke alam”. Obat
tradisional pada awalnya dikenal sebagai obat herbal, namun hingga saat ini
obat herbal telah dianggap sebagai obat mujarab untuk pengobatan berbagai
penyakit bahkan berkembang di industri modern (Dianto et al., 2015).
Pengetahuan ini biasanya diturunkan dari generasi ke generasi (Nurrani,
2013).

Setiap tumbuhan obat memiliki nama lokal/daerah yang berbeda-beda pada


setiap kelompok budaya. Satu jenis tumbuhan seringkali memiliki khasiat
obat pada penyakit yang berbeda pada daerah yang berbeda bahkan ada juga
tanaman yang khas sehingga dimanfaatkan dengan baik di suatu daerah tapi
tidak di tempat lainnya kondisi yang berbeda tersebut merupakan warisan
yang tidak ternilai karena diturunkan secara lisan melalui cerita-cerita dan
praktek pengobatan dukun/tabib di masa lampau. Pengetahuan lokal tentang
pengobatan menggunakan tumbuhan atau lebih kita kenal dengan istilah
pengobatan herbal/pengobatan tradisional (Tapilouw MC, 2020).

Masyarakat Suku Bajau yang bermukim di Kecamatan Maratua Kabupaten


Berau masih erat kaitannya dengan pengobatan tradisional. Meskipun saat ini
masyarakat Suku Bajau sudah mengenal pengobatan modern dan didukung
dengan adanya fasilitas kesehatan di Kecamatan Maratua terdapat Puskesmas
Induk yang terdapat di Kecamatan Teluk Harapan, Puskesmas Pembantu
(PUSTU) dan Posyandu yang terdapat di masing-masing kampung, Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) serta tenaga kesehatan yang cukup memadai
(BPS, 2019). Tetapi hingga saat ini masyarakat Suku Bajau masih
menggunakan Tumbuhan obat untuk mengobati penyakit tertentu.
Masyarakat Suku Bajau meyakini menggunakan tumbuhan obat untuk
pengobatan rendah efek samping, mudah didapatkan dan lebih ekonimis.
Salah satu tumbuhan obat yang sering digunakan masyarakat suku Bajau
yaitu tumbuhan kapal-kapal (Bryophyllum pinnatum (Lam.) oken) yang
digunakan untuk mengobati demam pada anak-anak. Contoh tumbuhan lain
yang sering digunakan yaitu pemeddas keyat (Zingiber officinale Roscoe.)
yang digunakan untuk mengobati nyeri terutama nyeri haid.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian kajian Etnofarmasi untuk mendapatkan jenis tumbuhan yang
dijadikan sebagai obat mulai bagian tumbuhan, cara pengolahan, cara
penggunaan, jumlah takaran dan lama penggunaan dalam mengobati penyakit
dengan demikian sangat pentingnya tersusun basis data terkait kekayaan
biodiversitas tumbuhan obat.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Jenis dan bagian tumbuhan apa saja yang digunakan sebagai obat oleh
Suku Bajau di Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan Timur?
2. Bagaimana cara pengolahan, cara penggunaan, jumlah takaran dan berapa
lama waktu pengobatan oleh Suku Bajau di Kecamatan Maratua
Kabupaten Berau Kalimantan Timur?
3. Penyakit apa saja yang diobati menggunakan tumbuhan obat oleh Suku
Bajau di Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan Timur?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mendapatkan jenis dan bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat
oleh Suku Bajau di Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan
Timur.
2. Mendapatkan cara pengolahan, cara penggunaan, jumlah takaran dan
waktu untuk mengobati suatu penyakit oleh Suku Bajau di Kecamatan
Maratua Kabupaten Berau Kalimantan Timur.
3. Mendapatkan jenis penyakit yang diobati menggunakan tumbuhan obat
oleh Suku Bajau di Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan
Timur.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Memberikan informasi mengenai tumbuhan obat tradisional yang telah
digunakan oleh masyarakat Suku Bajau di Kecamatan Maratua Kabupaten
Berau Kalimantan Timur.
2. Memberikan informasi tentang cara pengolahan dan cara penggunaan serta
penyakit yang dapat diobati menggunakan tumbuhan obat yang telah
digunakan oleh masyarakat suku Bajau di Kecamatan Maratua Kabupaten
Berau Kalimantan Timur.
3. Menambah pengetahuan dan referensi yang dibutuhkan untuk mendukung
penelitian selanjutnya di Kecamatan Maratua Kabupaten Berau
Kalimantan Timur.

3
1.5 Batasan Masalah
Penelitian ini hanya sebatas mengetahui jenis tumbuhan, bagian-bagian yang
digunakan, cara pengolahan, cara penggunaan, jumlah takaran, lama
penggunaan dan penyakit yang diobati menggunakan tumbuhan yang
digunakan sebagai obat oleh Suku Bajau di Kecamatan Maratua Kabupaten
Berau Kalimantan Timur.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Etnofarmasi


Etnofarmasi adalah bagian dari ilmu farmasi yang mempelajari obat dan
pengobatan yang dilakukan oleh etnik atau suku bangsa tertentu. Ruang
lingkup etnofarmasi meliputi obat serta cara pengobatan menggunakan bahan
alam. Komunitas etnik suatu daerah mempunyai kebudayaan dan kearifan
lokal yang khas sesuai dengan daerahnya masing-masing. Hal itu berdampak
pada pengetahuan obat dan pengobatan tradisionalnya. Etnofarmasi
merupakan bagian dari ilmu pengobatan masyarakat tradisional yang sering
kali terbukti secara empiris dan telah melalui pembuktian-pembuktian ilmiah
dapat ditemukan dan dikembangkan senyawa obat baru. Dengan demikian,
dalam pencarian dan penemuan obat baru, obat tradisional yang merupakan
bagian integral dari sosial budaya suatu etnik atau bangsa tertentu sering
menjadi cikal bakal ditemukannya obat baru (Moektiwardoyo, 2015).

2.1.1 Sejarah Etnofarmasi


Ruang lingkup etnofarmasi meliputi obat serta cara pengobatan
menggunakan bahan alam. Penggunaan bahan alam untuk obat-obatan
telah berlangsung sejak ribuan tahun lalu. Para ahli bangsa mesir kuno
pada 2500 tahun sebelum Masehi telah menggunakan tumbuhan obat.
Hal itu terdokumentasikan dalam Code of Hamurrabi. Bangsa Yunani
kuno juga banyak menyimpan catatan mengenai penggunaan tanaman
obat yaitu Hypocrates (466 tahun SM), Theophrastus (372 tahun SM)
dan Pendanios Dioscorides (100 tahun SM) membuat himpunan
keterangan terinci mengenai tumbuhan obat dalam De Materia Medica,
berisi uraian sekitar 600 jenis tumbuhan yang digunakan untuk obat dan
pengobatan oleh masyarakat etnik Yunani dan Mediterranean. Leonhart
Fuchs (1542) dalam buku De Historia Stirpium memuat 400 jenis
tumbuhan dan John Ray (1686-1704) dalam Historia Plantarum
memperkenalkan sebutan spesies tumbuhan yang digunakan sebagai
obat. Pengetahuan sistematika tumbuhan semakin berkembang, sampai
pada tahun 1753 Carl Linnaeus, dalam Spesies Plantarum
memperkenalkan sistem penamaan Binomial untuk tumbuhan. Sejak
saat itu jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat menjadi lebih jelas
dan spesifik (Moektiwardoyo, 2010).

2.1.2 Pendukung Etnofarmasi


Ditinjau dari pengertian etnofarmasi maka dalam bidang ilmu ini akan
terkait berbagai ilmu pendukung yang semuanya berdasarkan
pengetahuan turun temurun suatu etnik tertentu. Karena pengetahuan
etnofarmasi tidak hanya mencakup pengetahuan obat tradisional saja
tetapi juga mencakup pengetahuan penggunaan obat dan cara
pengobatan khas suatu etnik, maka dalam pengetahuan etnofarmasi
akan terkait pengetahuan-pengetahuan pendukung. Menurut
(Moelyono, 2014) Beberapa pengetahuan etnik yang terkait dalam
etnofarmasi adalah :
a) Etnobotani
Etnobotani adalah pengetahuan etnik tentang tumbuhan, yang
mempelajari tentang bagaimana masyarakat etnik dari daerah dengan
budaya tertentu menggunakan tumbuhan dalam lingkungannya,
termasuk sebagai makanan, obat dan upacara keagamaan.
b) Etnozoologi
Pengetahuan masyarakat etnik tentang penggunaan binatang sebagai
makanan, obat, atau keperluan lain sesuai dengan budaya dan
lingkungan tempat hidupnya.
c) Etnofarmakognosi
Pengetahuan etnik yang mencakup tentang penggunaan tumbuhan
obat dan pengobatan.
d) Etnofarmasetika
Pengetahuan etnis tentang bagaimana masyarakat tradisional
mempersiapkan obat dari bahan alam untuk pengobatan tradisional.
Etnofarmasetika terbagi menjadi etnofarmasetika obat minum dan
etnofarmasetika obat luar.

6
e) Etnomedika
Etnomedika adalah pengetahuan komunitas etnik tertentu mengensi
obat dan cara pengobatan suatu penyakit.
f) Antropologi medik
Studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan
masyarakat tentang penyakit dan kesehatan, mengkaji masalah
kesehatan dan penyakit berdasarkan budaya serta mempelajari
filosofi sakit dan sehat.

2.2 Obat Tradisional


Obat bahan alam yang dikenal dengan obat tradisional adalah bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sedian sari atau galenik, atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan sebagai pengobatan berdasarkan pengalaman.
Sejalan dengan tren “back to nature” yang berkembang pada masyarakat saat
ini, penggunaan berbagai tumbuhan serta bahan alam lainnya sebagai
alternatif obat terus berkembang semakin besar, baik untuk pengobatan suatu
penyakit maupun pemeliharaan kesehatan (Wasito, 2011).

Obat tradisional sering kali merupakan cikal bakal penemuan obat baru.
Sejarah membuktikan bahwa Chinchonine, suatu alkaloid yang menjadi obat
terpilih untuk mengatasi malaria, merupakan metabolit sekunder yang berasal
dari batang pohon kina (Cinchona succirubra L.). Penelitian yang pada
penemuan alkaloid kina sebagai obat malaria bukanlah karena kebetulan
belaka, tetapi dilandasi oleh penggunaan obat tradisional kulit kina untuk
mengatasi gangguan demam oleh masyarakat diberbagai daerah endemi
malaria (Moektiwardoyo, 2010).

Obat bahan alam di indonesia atau yang lebih dikenal dengan obat tradisional
dikelompokkan menjadi tiga golongan yakni jamu, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka. Jamu adalah ramuan dari bahan, bahan hewan, bahan mineral,
sedian galenik atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat herbal terstandar
merupakan obat tradisional yang biasanya disajikan dari ekstrak atau hasil

7
penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, biota laut
maupun mineral. Sedangkan fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional
yang terbuat dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern
karena dalam proses pembuatannya sudah terstandar dengan ditunjang bukti
ilmiah bahkan sudah sampai uji klinis (BPOM RI, 2005).

Menurut Sutrisna (2016) keunggulan dan kelemahan obat tradisional:


Keunggulan obat tradisional/obat bahan alam antara lain:
1. Adanya banyak senyawa aktif dalam obat bahan alam sehingga
menimbulkan efek komplementer/saling melengkapi.
2. Karena banyak senyawa aktif, maka memungkinkan obat bahan alam
memiliki banyak efek farmakologis.
3. Karena sebagian besar obat tradisional dalam bentuk ekstrak kasar maka
kandungan senyawa juga relatif sedikit tetapi banyak macamnya. Hal ini
menyebabkan jika muncul efek samping relatif ringan.
Kelemahan obat tradisional:
1. Masih sedikit obat tradisional yang sudah dibuktikan dengan penelitian
ilmiah dalam bentuk uji klinis.
2. Kurangnya standarisasi bahan obat tradisional.

2.3 Bagian Tumbuhan Obat


a) Daun (Folium)
Daun merupakan suatu tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap
tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Bagian batang tempat
duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang,
dan tempat di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun
dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis melebar, kaya akan
suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil, oleh karena itu daun
biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah
yang ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tubuh
tumbuhan ini mempunyai umur yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan
meninggalkan bekas pada batang. Pada waktu akan runtuh warna daun 9
berubah menjadi kekuning-kuningan. Jadi daun yang lebih tua, kemudian

8
mati dan runtuh dari batang mempunyai warna yang berbeda dengan daun
yang masih segar (Tjitrosoepomo, 2016).
b) Batang (Caulis)
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting, dan
mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang
dapat disamakan dengan sumbuh tubuh tumbuhan. Batang suatu tumbuhan
ada yang bercabang kebanyakan dari golongan tumbuhan yang berbiji
tunggal. Umumnya batang memperlihatkan percabangan, baik banyak
maupun sedikit (Tjitrosoepomo, 2016).
c) Akar (Radix)
Akar adalah bagian pokok yang nomor tiga (di samping batang dan daun)
bagi tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan kormus. Akar bagi
tumbuhan mempunyai tugas untuk memperkuat berdirinya tumbuhan,
untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air tersebut
dari dalam tanah untuk mengangkut air dan zat-zat makanan terlarut ke
tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan, kadang-kadang
sebagai tempat untuk penimbunan makanan. Menurut Tjitrosoepomo
(2016), akar biasanya mempunyai sifat-sifat berikut:
a. Merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah,
dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air
(hidrotrop), meninggalkan udara dan cahaya.
b. Tidak berbuku-buku, jadi juga tidak beruas dan tidak mendukung daun-
daun atau sisik-sisik maupun bagian-bagian lainnya.
c. Warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning- kuningan.
Tumbuh terus pada ujungnya, tetapi umumnya pertumbuhannya masih
kalah jika dibanding dengan batang.
d. Bentuknya seringkali meruncing, hingga lebih mudah untuk menembus
tanah.
d) Bunga (Flos)
Bunga sebagai suatu bagian tumbuhan, jika kita memperhatikan susunan
suatu bunga, mudah diketahui bahwa bunga adalah penjelmaan suatu tunas
(batang dan daun-daun) yang bentuk, warna, dan susunannya disesuaikan

9
dengan kepentingan tumbuhan, sehingga pada bunga ini dapat berlangsung
penyerbukan dan pembuahan, akhirnya dapat dihasilkan alat-alat
perkembangbiakan. Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan, pada
bunga terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk
melaksanakan tugasnya sebagai penghasil alat perkembangbiakan yang
sebaik- baiknya. Demikian karakteristik sifat-sifat tersebut untuk setiap
jenis atau golongan tumbuhan, sehingga sifat-sifat bunga merupakan tanda
pengenal tumbuhan yang paling utama (Tjitrosoepomo, 2016).
e) Buah (Fructus)
Buah terbentuk karena terjadinya penyerbukan pada bunga yang kemudian
diikuti oleh pembuahan. Pada peristiwa pembuahan ini maka bakal buah
(ovarium) akan tumbuh menjadi buah dan bakal biji (ovulum) yang
terdapat di dalam bakal buah akan tumbuh menjadi biji (Utami,2008).
f) Rimpang (Rhizoma)
Rimpang adalah batang yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang
dan tumbuh mendatar, dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul
di atas tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru. Rimpang di
samping merupakan alat perkembangbiakan juga merupakan tempat
penimbunan zat-zat makanan cadangan (Tjitrosoepomo, 2016).
g) Umbi (Tuber)
Umbi merupakan suatu badan yang membengkak, bangun bulat, seperți
kerucut atau tidak beraturan, merupakan tempat penimbunan makanan
pula seperti rimpang, dapat merupakan penjelmaan batang, dapat pula
merupakan penjelmaan akar (Tjitrosoepomo, 2016).

2.4 Tinjauan Lokasi Penelitian

2.4.1 Sejarah Singkat Suku Bajau


Suku Bajau atau suku Sama adalah suku bangsa yang tanah asalnya
Kepulauan Sulu, Filipina Selatan. Suku -suku di Kalimantan
diperkirakan berimigrasi dari arah utara (Filipina). Suku bajau yang
beragama Islam ini merupakan gelombang terakhir migrasi dari arah
utara Kalimantan yang memasuki pesisir Kalimantan Timur hingga

10
Kalimantan Selatan. Di Kalimantan Timur salah satunya Pulau
Maratua yang merupakan penduduk asli Suku Bajau yang telah
melekat dengan budaya Indonesia, sehingga telah jauh berbeda
dengan suku Bajau Sulu, Filipina. Mulai dari tempat tinggal bahasa,
cara berbicara hingga keyakinan. Masyarakat suku Bajau di
Kecamatan Maratua mayoritas menganut agama islam. Kecamatan
Maratua merupakan pemekaran dari Kecamatan Pulau Derawan yang
terbentuk pada tahun 2003. Pusat pemerintahan Kecamatan Maratua
terletak di desa Maratua Teluk Harapan (BPS, 2019).

2.4.2 Letak Geografis


Koordinat titik terluar Maratua 20 15’ 12" LU, 1180 38’ 41" BT. Pulau
ini berbatasan dengan negara tetangga Malaysia (Malingsia) dan Filipina
atau berada di Selat Sulawesi. Maratua terdiri dari empat kampung, yaitu
Kampung Tanjung Harapan Bohe bukut, Teluk Alulu, Bohesilian dan
Payung-payung. Suku yang bermukim di Maratua mayoritas Suku Bajau
yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai nelayan.

Gambar 2.1. Peta Kecamatan Maratua (BPS, 2017)

11
Sarana penghubung antar desa yang ada di Kecamatan Maratua
sebagian besar adalah jalan darat yang sudah diaspal/beton dapat
dilalui dengan kendaraan roda dua maupun roda empat sehingga akses
antar desa sangat mudah, jarak terjauh desa dengan ibu kota
kecamatan adalah 20 km dan jarak terdekat yaitu Desa Payung-
payung sekitar 8 km (BPS, 2019).

2.4.3 Keadaan Demografis


Penduduk Kecamatan Maratua dari tahun ke tahun meningkat. Dari
tahun 2010 berjumlah 3.200 jiwa terus meningkat hingga di tahun
2018 menjadi 3.927 jiwa. Dari tahun 2017 ke tahun 2018, penduduk
Kecamatan Maratua meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 2,35
persen. Desa yang terpadat penduduknya adalah Desa Maratua Teluk
Harapan dengan jumlah penduduknya sebesar 1.237 jiwa dikarenakan
Desa Maratua Teluk Harapan merupakan ibukota Kecamatan Maratua.
Lalu diikuti dengan Desa Maratua Bohesilian dengan jumlah
penduduk sebesar 1.194 jiwa dimana di Desa Bohesilian merupakan
desa yang memiliki jumlah RT terbanyak di Kecamatan Maratua. Lalu
diikuti dengan Desa Maratua Teluk alulu yang jumlah penduduknya
sebesar 802 jiwa dan desa Maratua Payung-Payung yang jumlah
penduduknya sebesar 694 jiwa (BPS, 2019).

2.4.4 Keadaan Sosial-Ekonomi


a) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan
pembangunan suatu negara. Program-program peemerintah seperti
wajib belajar 9 tahun, bantuan operasional sekolah (BOS), bantuan
siswa miskin (BSM) dan program-program pemerintah lainnya
adalah upaya- upaya pemerintah untuk meningkatakan pendidikan
penduduk Indonesia (BPS, 2019).

12
b) Kesehatan
Pembangunan di sektor kesehatan juga merupakan hal yang sangat
penting, karena dengan berhasilnya pembangunan di sektor kesehatan
maka secara tidak langsung berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat.
Untuk Kecamatan Maratua sendiri, prasarana kesehatan yang dimiliki,
yaitu 1 puskesmas induk yang terletak di desa Teluk Harapan yang sudah
dilengkapi dengan fasilitas rawat inap dan 3 puskesmas pembantu yang
berada di masing-masing desa lainnya. Setiap desa juga memiliki
kegiatan posyandu untuk membantu menjaga kesehatan ibu dan balita
(BPS, 2019).
c) Agama
Sama seperti sebagian besar penduduk Indonesia, di Kecamatan Maratua
juga sebagian besar penduduknya beragama Islam. Fasilitas ibadah yag
ada di Kecamatan Maratua total sejumlah 6 unit yang terdiri dari 5
masjid dan 1 buah musholla. Selain itu, tidak ada tempat peribadatan bagi
penduduk Kecamatan Maratua yang beragama selain Islam (BPS, 2019).

13
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


3.1.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2021-Maret 2022 di
Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan Timur.

3.1.2 Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di empat Desa yaitu Desa Payung – payung,
Desa Bohe silian, Desa Teluk Harapan Dan Desa Teluk Alulu di
Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan Timur.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kamera untuk
mengambil gambar sebagai dokumentasi, lembar kuisioner sebagai
acuan dalam memberikan pertanyaan, alat tulis untuk mencatat hasil
wawancara, cutter sebagai alat pemotong tumbuhan, plastik embalase
untuk menyimpan tumbuhan, label untuk penamaan tumbuhan yang
diambil.

3.2.3 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tumbuhan obat yang
digunakan sebagai obat tradisional pada Suku Bajau di Kecamatan
Maratua Kabupaten Berau Kalimantan Timur.

3.3 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan metode
kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui penggunaan
tumbuhan obat tradisional oleh masyarakat suku Bajau di Kecamatan Maratua
Kabupaten Berau Kalimantan Timur.
3.4 Menentukan Informan
Informan dalam penelitian ini adalah orang yang mempunyai pengetahuan
dan keahlian dalam penyembuhan dan mengobati penyakit dengan
menggunakan tumbuhan obat dalam hal ini orang yang dianggap paling tahu
tentang tumbuhan obat. Informan ditentukan dengan metode purposive
sampling berdasarkan informasi tokoh masyarakat.
3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Masyarakat asli suku Bajau
2. Memiliki pengetahuan tentang pengobatan tradisional.
3. Berumur 40 tahun keatas
4. Sehat jasmani dan rohani
3.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Bukan masyarakat asli suku Bajau
2. Tidak bersedia diwawancarai
3. Tidak menggunakan tumbuhan obat dalam pengobatan`

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara secara langsung
yang bersifat semistruktur yaitu teknik wawancara yang terlebih dahulu
menggunakan pertanyaan terstruktur menggunakan media kuesioner sehingga
kemudian satu persatu diperdalam untuk mendapatkan data lebih lanjut terkait
topik penelitian, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data karakteristik
hattra serta tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan, cara pengolahan,
cara penggunaan, takaran, lama penggunaan dan penyakit apa saja yang dapat
diobati menggunakan tumbuhan obat tradisional dan kearifan lokal dalam
pengelolaan tumbuhan obat.

3.6 Pengumpulan Sampel


Pengumpulan sampel dilakukan langsung pada lokasi tumbuhnya dengan
dibantu oleh informan. Selanjutnya sampel kemudian didokumentasi
diidentifikasi di Laboratorium Biosistematika Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Tadulako.

15
3.7 Metode Analisis
Identifikasi tumbuhan dilakukan dengan menganalisa nama ilmiah dan
familia tumbuhan dari hasil wawancara dengan informan sebagai obat
tradisional pada suku Bajau di Kecamatan Maratua Kabupaten Berau
Kalimantan Timur.

3.8 Definisi Operasional


1. Penyehat tradisional (hattra) yaitu masyarakat asli suku Bajau yang
memiliki pengetahuan tentang pengobatan tradisional dan telah berusia
lebih dari 40 tahun
2. Tumbuhan Obat merupakan ramuan bahan alam dari tumbuhan yang
diolah secara tradisional untuk mengobati suatu penyakit.
3. Kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang sudah demikian
menyatu dengan sistem kepercayaan, norma dan budaya pada suku Bajau
seperti mempercayai angka ganjil itu baik, selalu mengucapkan basmalah
ketika hendak melakukan pengobatan, membacakan shalawat pada obat
yang diberikan hingga doa-doa khusus.
4. Jenis tumbuhan ialah nama spesies yang menunjuk pada satu atau
beberapa kelompok tumbuhan.
5. Bagian tumbuhan yaitu daun, buah, batang, kulit batang, kulit buah, biji,
getah, rimpang, akar dan herba yang memiliki fungsinya masing-masing.
6. Jumlah takaran yaitu sebagai pengukur untuk mengetahui banyaknya
tumbuhan yang digunakan dalam pembuatan ramuan.

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Karakteristik Hattra
Penelitian ini dilakukan di 4 desa yang ada di Kecamatan Maratua
Kabupaten Berau Kalimantan Timur yaitu Desa Bohe Silian, Desa
Payung-payung, Desa Teluk Harapan dan Desa Teluk Alulu.
Wawancara dilakukan kepada 6 hattra yang merupakan Penyehat
tradisional atau orang-orang yang memiliki pengetahuan dalam
mengobati penyakit menggunakan tumbuhan obat yang didapat secara
turun-temurun.

Tabel 4.1 Karakteristik Hattra pada Suku Bajau di Kecamatan Maratua


Kabupaten Berau Kalimantan Timur

No. Uraian Jumlah Persentase (%)


1. Keturunan suku asli Bajau 6 100%
2. Jenis kelamin
a. Laki-laki - -
b. Perempuan 6 100%
3. Usia
a. Lansia awal (46-55 tahun) 3 50%
b. Lansia akhir (56-65 tahun) 3 50%
4. Pendidikan
a. Tamat SD/sederajat 4 67%
b. Tamat SMP/sederajat 2 33%
5. Pekerjaan utama
a. Pedagang 2 33%
b. Petani 1 17%
c. Nelayan 1 17%
d. IRT 2 33%
6. Sumber pengetahuan
a. Orang tua 5 83%
b. Nenek 1 17%
7. Lama menjadi hattra
a. 5-10 Tahun 5 83%
b. >10 Tahun 1 17%
4.1.2 Jenis dan bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh hattra Suku
Bajau di Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan Timur
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Laboratorium
Biosistematika Jurusan Biologi FMIPA UNTAD, diketahui terdapat 36
jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk pengobatan suatu penyakit
oleh masyarakat Suku Bajau.

Tabel 4.2 Jenis dan bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh hattra
Suku Bajau di Kecamatan Maratua Kabupaten Berau
Kalimantan Timur
Bagian
Nama Yang
No Nama Lokal Nama Latin
Umum Digunakan

1 Alpukat Alpukat Persea americana Mill. Daun


2 Gandarusa Gandarusa Justicia Gendarussa Burm. F. Daun
Andrographis paniculata
3 Sambiloto Sambiloto Daun
(Burm.fil.) Nees
4 Daun Seri Kersen Muntingia calabura L. Daun
5 Tambora Bandotan Ageratum conyzeides L. Daun
6 Jeruju Jeruju Acanthus ilicifolius L. Daun
7 Buyu Sirih Piper betle L. Daun
Nangka
8 Sirsak Annona muricata L. Daun
belanda
Abelmoschus manihot (L.)
9 Mustajab Gedi Daun
Medik
Artocarpus altilis (Parkinson)
10 Sukun Sukun Daun
Fosberg
Kumis Orthosiphon aristatus
11 Kumis kucing Daun
kucing (Blume) Miq.
12 Jambu Batu Jambu biji Psidium guajava L. Daun
Plectranthus amboinicus
13 Jintan Jintan Daun
(Lour.) Spreng.
14 Anggur hutan Murbei Morus alba L. Daun
Bryophyllum pinnatum (Lam.)
15 Kapal-kapal Cocor bebek Daun
oken
16 Kates Pepaya Carica papaya L. Daun
17 Tapak liman Tapak liman Elephantopus scaber L. Daun
18 Kelor Kelor Moringa oleifera Lam. Daun
Chromolaena odorata (L.)
19 Kirinyuh Kirinyuh Daun
R.M.King & H.Rob
Daun dan
20 Kemangi Kemangi Ocimum basilicum L
batang
Daun dan
21 Daun sop Seledri Apium graveolens L.
batang
Sauropus androgynus (L.) Daun dan
22 Cangkok Katuk
Mrr. batang
Cymbopogon nardus (L.)
23 Serai Serai Batang
Rendle
24 Kunyit Kunyit Curcuma longa L. Rimpang
25 Pemeddas Jahe merah Zingiber Officinale Roscoe. Rimpang

18
keyat
26 Bengallai Bangle Zingiber sp. Rimpang
27 Temulawak Temulawak Curcuma zanthorriza Roxb. Rimpang
28 Lengkuas Lengkuas Alpini galanga (L.) Willd. Rimpang
Belimbing Belimbing
29 Averrhoa bilimbi L. Buah
telunjuk wuluh
30 Ciplukan Ciplukan Physalis angulata L Buah
31 Bengkudu - Mengkudu Morinda citrifolia L. Buah
Mahkota Phaleria macrocarpa
32 Mahkota dewa Buah
dewa (Scheff.) Boerl
Tanaman
33 Meniran Phyllanthus urinaria L. Herba
gendong anak
Tumbuhan Sphaerosstephanos sp.
34 Paku andam Herba
paku
Bawang Allium sativum L.
35 Bawang pote Umbi
putih
Imperata cylindria (L.)
36 Alang-alang Alang-alang Akar
P.Beauv.

3% 3%
5%

10%

10%
56%

13%

Daun Rimpang Buah Batang Herba Umbi Akar

Gambar 4.1 Persentase bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh hattra
Suku Bajau di Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan Timur

19
4.3 Cara pengolahan, cara penggunaan, jumlah takaran, lama penggunaan dan penyakit yang diobati menggunakan tumbuhan obat oleh Suku
Bajau Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan

Nama umum Cara penggunaan dan jumlah


No. Nama Lokal Cara pengolaan Lama penggunaan Penyakit
takaran

Alpukat Hingga gejala


1. Alpukat Direbus Diminum 1 kali sehari 1 gelas Hipertensi
berkurang/sembuh

2. Gandarusa Gandarusa Direbus Diminum 1 kali sehari ½ gelas 3 hari Nyeri haid

Hingga gejala
3. Sambiloto Sambiloto Diseduh Diminum 2 kali sehari 1 gelas Hipertensi
berkurang/sembuh

Kersen Hingga gejala


4. Seri Direbus Diminum 1 kali sehari 1 gelas Hipertensi
berkurang/sembuh

5. Tambora Bandotan Direbus Dibasuh 2 kali sehari 5-7 hari Keputihan

6. Jeruju Jeruju Direbus Diminum 1 kali sehari 1 gelas 1-3 hari Nyeri perut

Dilumatkan Ditempelkan 1 kali sehari 7-14 hari Luka bakar,


7. Buyu Sirih
Dibasuh 2 kali sehari pada saat
Direbus 7 hari Keputihan
mandi

Sirsak Demam pada


8. Nangka belanda Dihaluskan Dikompres 1 kali sehari 3 hari
anak

9. Mustajab Gedi Direbus Diminum 2 kali sehari 1 gelas 1 bulan Diabetes mellitus

10. Sukun Sukun Direbus Diminum 2 kali sehari ½ gelas >1 bulan Liver

20
11. Kumis kucing Kumis kucing Direbus Diminum 2 kali sehari 1 gelas >1 bulan Diabetes mellitus

Jambu biji Ditempelkan pada perut 2 kali


12. Jambu batu Dihaluskan 3 hari Diare pada anak
sehari

Jintan Langsung dimakan Dimakan atau diminum 2 kali


13. Jintan 3-5 hari Sariawan
atau direbus sehari

14. Anggur hutan Murbei Direbus Diminum 3 kali sehari ½ gelas 7 – 14 hari Malaria

15. Kapal – kapal Cocor bebek Dilumatkan Dikompres 2 kali sehari 3 hari Demam

Pepaya Daun hasil rebusan


16. Kates Direbus 1-3 hari Nyeri
dimakan 1-2 kali sehari

17. Tapak liman Tapak liman Direbus Diminum 2 kali sehari 1 gelas 5 – 7 hari Rematik

18. Kelor Kelor Direbus Diminum 2 kali sehari 1gelas 5 – 7 hari Asam urat

Kirinyuh Menyembuhkan
19. Kirinyuh Dilumatkan Ditempel pada luka 1-3 hari
luka

20. Kemangi Kemangi Direbus Diminum 2 kali sehari 1 gelas 7 Hari Melancarkan ASI

Seledri Dilumatkan lalu


21. Daun sop Diminum 2 kali sehari 1 gelas 3 hari Hipertensi
diseduh
Direbus atau dapat
22. Cangkok Dimakan 1 -2 kali sehari Selama masa menyusui Melancarkan ASI
Katuk dijadikan sayur

21
Dikompres 2 kali sehari
23. Serai Serai Direbus 5-7 hari Rematik
pada bagian yang nyeri
Diminum sehari sekali 1 gelas,
5 -7 hari Maag
pagi sebelum sarapan.
Kunyit Dihaluskan lalu Rimpang kunyit digosokkan
24. Kunyit 1-3 hari Diare
diseduh pada perut
Diminum 1 kali sehari 1 gelas 3-5 hari Melancarkan haid
Diminum 1 kali sehari 1 gelas 3 hari Nyeri
Jahe merah Dihaluskan lalu
25. Pemeddas keyat Dikompres pada bagian yang Hingga gejala
diseduh Rematik
nyeri 2 kali berkurang/sembuh

Bangle Diparut lalu diseduh +


26. Bengallai Diminum 2 kali sehari ½ gelas 3 hari Demam
madu

Temulawak Diminum 1 kali sehari 1 gelas


27. Temulawak Diseduh 3-5 hari Maag
Sebelum sarapan pagi

Lengkuas Diminum 1 kali sehari


Lengkuas Diparut 3-5 hari Diare
28. 2 sendok makan

29. Belimbing telunjuk Belimbing Dihaluskan Diminum 1 kali sehari 1 gelas 7- 30 hari Diabetes mellitus
wuluh

30. Ciplukan Ciplukan Langsung dimakan Dimakan sesering mungkin ≥1 bulan Diabetes mellitus

31. Bengkudu Mengkudu Diparut Diminum 2 kali sehari 1 gelas 3 – 5 hari Sariawan

32. Mahkota dewa Mahkota dewa Direbus Diminum 1 kali sehari 1 gelas > 1 bulan Tumor

22
Tanaman gendong Nyeri buang air
33. Meniran Direbus Diminum 1 kali sehari 1 gelas 5-7 hari
anak kecil

34. Paku andam Tumbuhan paku Dihaluskan Ditempelkan pada perut 1-3 hari Nyeri perut

Bawang putih Dihaluskan lalu Hingga gejala


35. Bawang pote Diminum 1 kali sehari 1 gelas Hipertensi
diseduh berkurang/sembuh

36. Alang-alang Alang-alang Direbus Diminum 2 kali sehari 1 gelas 3 hari Nyeri

23
7%

10%

15%
51%

17%

Direbus Dihaluskan Diseduh Dilumatkan Diparut

Gambar 4.2 Persentase cara pengolahan tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh
hattra Suku Bajau di Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan
Timur

3%
5%

8%

8%

10%
66%

Diminum Ditempel Dikompres Dimakan Dibasuh Digosok

Gambar 4.3 Persentase cara penggunaan tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh
hattra Suku Bajau di Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan
Timur.

24
Tabel 4.4 Karakteristik Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan oleh hattra Suku
Bajau

No. Uraian Jumlah Persentase (%)


1. Bagian yang digunakan
a. Daun 22 56%
b. Rimpang 5 13%
c. Buah 4 10%
d. Batang 4 10%
e. Herba 2 5%
f. Umbi 1 3%
g. Akar 1 3%

3. Cara pengolahan
a. Direbus 21 51%
b. Dihaluskan 7 17%
c. Diseduh 6 15%
d. Dilumatkan 4 10%
e. Diparut 3 7%

4. Cara pemakaian
a. Diminum 26 66%
b. Ditempel 4 10%
c. Dikompres 3 8%
d. Dimakan 3 8%
e. Dibasuh 2 5%
f. Digosok 1 3%

5 Takaran penggunaan
a. ½ gelas 4 15%
b. 1 gelas 21 81%
c. 1 sendok makan 1 4%

6. Aturan pakai
a. 1 x sehari 17 47%
b. 2 x sehari 19 53%
7. Lama pengobatan
a. ≤ 1 minggu 27 67%
b. >1 minggu – 1 3 8%
bulan
c. > 1 bulan 4 10%
d. Berkurang/hilan 6 15%
g gejala

25
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Hattra
Pada tabel 4.1 hasil wawancara terhadap 6 hattra yang menggunakan
tumbuhan obat yang merupakan keturunan Suku Bajau asli didapatkan
dengan persentase 100%. Hal ini dikarenakan hattra adalah Suku Bajau
asli yang bertempat tinggal di Kecamatan Maratua Kabupaten Berau
Provinsi Kalimantan Timur.

Pada karakteristik jenis kelamin pada suku Bajau didapatkan hasil


100% berjenis kelamin perempuan. Hal ini sejalan dengan (Pawitasari,
2015) bahwa kemampuan perempuan dalam memahami sesuatu dinilai
lebih tinggi dari laki-laki dalam memahami isyarat terselubung (non-
verbal), perempuan lebih banyak menggunakan wajah dan tubuhnya
untuk berekspresi serta perempuan dapat menunjukkan empati yang
lebih tinggi terhadap kondisi emosi orang lain.

Pada karakteristik usia berdasarkan wawancara hattra didapatkan hasil


usia lansia awal (46-55 tahun) dan lansia akhir (55-65 tahun) memiliki
persentase yang sama yaitu 50%. Usia adalah lamanya hidup seseorang,
maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki,
walaupun pengetahuan didapatkan secara turun temurun tidak menutup
kemungkinan para hattra mendapatkan pengetahuan tambahan dari
pengalaman sendiri atau dari orang lain (Meliani, 2017). Hattra suku
bajau masih berpraktik pada usia lanjut, harapan penelitian ini untuk
mendokumentasikan pemanfaatkan tumbuhan obat sehingga dapat
dijadikan acuan dalam memperkaya pengetahuan pengobatan
tradisional di Indonesia khususnya pada suku Bajau, menurut
(RISTOJA, 2017) sebanyak 36,6% informan berpraktik pada usia
lanjut, sehingga perlu dipikirkan regenerasinya supaya pengetahuan
tentang tumbuhan obat yang dimiliki tidak hilang.

Pada katakteristik pendidikan persentase tertinggi yaitu hattra yang


hanya menempuh pendidikan tamat SD/sederajat dengan persentase

26
67%, dikarenakan pada saat itu sulitnya akses pendidikan. Tetapi tidak
menjadi penghalang untuk menjadi hattra karena pengetahaun dan
keterampilan pengobatan didapatkan langsung secara turun temurun
dari orang tua atau nenek. Hal ini menjadikan mereka lebih banyak
memperoleh pengobatan secara informal dari keluarga dan pengalaman.
Dengan demikian, kemungkinan besar keaslian pengetahuan
pengobatan mereka tetap terjaga dari pengaruh luar (RISTOJA, 2017).

Pada karakteristik pekerjaan, hattra pada suku Bajau mempunyai


pekerjaan utama bukan hattra, melainkan sebagai pedagang, nelayan,
petani ataupun ibu rumah tangga. Hal sejalan dengan kehidupan
masyarakat Suku Bajau di Kecamatan Maratua yang berada di
pedesaan. Pekerjaan sebagai hattra belum bisa digunakan untuk
membantu perekonomian karena sebagian hattra berpendapat bahwa
penyehat tradisional bukanlah pekerjaan yang dapat menghasilkan uang
melainkan untuk menolong sesama dan tidak menuntut pembayaran.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Suryaningsih, 2015) salah satu alasan
masyarakat berobat ke hattra adalah faktor ekonomi, yaitu hattra tidak
meminta bayaran. Namun pasien boleh memberikan rezeki mereka
seikhlasnya.

Pada karakteristik sumber pengetahuan 100% didapatkan secara turun


temurun yaitu dari orang tua atau nenek. Menurut (Wahyono, 2017)
seorang hattra cenderung mewariskan pengetahuan kepada anak
keturunannya yang diyakini mampu meneruskan dan dianggap mampu
bertanggung jawab sebagai hattra.

4.2.2 Jenis dan Bagian Tumbuhan Obat Tradisional Pada Suku Bajau Di
Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan Timur
Pada tabel 4.4 didapatkan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan
yaitu daun dengan persentase 57%. Pada umumnya bagian tumbuhan yang
sering digunakan sebagai obat yaitu daun, buah, batang, rimpang, umbi,
akar dan seluruh organ tanaman. Namun bagian yang paling banyak

27
digunakan sebagai bahan baku ramuan obat adalah daun. Daun merupakan
bagian tumbuhan yang paling mudah diperoleh dibandingkan dengan
bagian-bagian yang lain. Pada umumnya pengambilan bagian tumbuhan
tersebut tidak memberikan dampak yang besar pada pertumbuhan tersebut,
sebab daun memiliki regenerasi yang tinggi untuk kembali bertunas dan
tidak memberi pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan suatu
tumbuhan meskipun daun tempat fotosintesis (Fakhrozi, 2009).
Pemanfaatan bagian daun untuk obat lebih mudah cara pengolahannya,
penggunaan daun juga tidak merusak organ tumbuhan. Hal ini dikarenakan
bagian daun mudah tumbuh kembali dan dapat dimanfaatkan secara terus-
menerus sampai tumbuhan tersebut tua dan mati (Zuhud & Haranto, 1994).

4.2.3 Cara pengolahan, cara penggunaan, jumlah takaran, lama penggunaan


dalam mengobati penyakit oleh masyarakat suku bajau di Kecamatan
Maratua Kabupaten Berau Kalimantan Timur

Berdasarkan tabel 4.4 Pada pengolahan semua tumbuhan setelah diambil


diharuskan untuk dicuci bersih terlebih dahulu dan penggunaan tumbuhan
obat dalam bentuk segar tidak memerlukan waktu yang lama untuk
dikonsumsi atau dapat langsung digunakan, tetapi tumbuhan obat tidak
dapat bertahan lama. Cara pengolahan tumbuhan obat pada Suku Bajau
yaitu direbus, dihaluskan, diseduh, diparut dan dilumatkan. Cara pengolahan
yang paling banyak digunakan adalah direbus dengan persentase 51%, hal
ini dikarenakan menurut para hattra pengolahan tumbuhan obat dengan cara
direbus dapat mengeluarkan zat yang terkandung dalam tumbuhan. Tujuan
merebus tumbuhan obat adalah untuk memindahkan zat-zat berkhasiat yang
ada pada tumbuhan ke dalam larutan air, kemudian diminum untuk
kebutuhan pengobatan (Mahendra, 2006).

Cara penggunaan ramuan oleh suku Bajau yang paling banyak digunakan
yaitu diminum dengan persentase 66% hal ini sejalan dengan penelitian
(Mahendra, 2006) tumbuhan obat bila diminum mempunyai reaksi lebih
cepat dibandingkan dengan cara ditempel atau dikunyah dan juga dapat
mengurangi rasa pahit dari tumbuhan.

28
Jumlah takaran penggunaan obat pada suku Bajau sebagian besar diminum
dari hasil rebusan dan seduhan tumbuhan obat yaitu sebanyak 1-2 gelas
tergantung gejala atau tingkat keparahan penyakit. Hal ini menurut hattra
penggunaan gelas lebih mudah dan takaran menggunakan gelas sudah
dilakukan sejak dahulu.

Lama pengobatan umumnya dipercaya akan menimbulkan efek setelah


penggunaan jangka waktu tertentu (tidak seketika). Lama pengobatan <1
minggu memiliki persentase lebih tinggi yaitu 21% hal ini karena
pengobatan dengan jangka waktu <1 minggu merupakan penyakit ringan
dan sering dialami oleh masyarakat. Lama pengobatan dalam penelitian ini
yaitu untuk penyakit ringan seperti demam, nyeri, sariawan, diare, susah
buang air kecil, keputihan yaitu sebagian besar 1-7 hari namum bisa lebih
dari 7 hari hingga benar-benar sembuh. Untuk melancarkan ASI biasanya
pemakaian obat tradisional dilakukan setiap hari karena jangka menyusui
hingga berbulan-bulan. Sedangkan pada penyakit degeneratif seperti
hipertensi, diabetes mellitus, liver dan tumor yaitu rata-rata 14 – 30 hari,
namun bisa lebih dari 1 bulan tergantung gejala dan keparahan penyakit dan
dilihat dari waktu yang dibutuhkan hingga efek, manfaat atau adanya
perbaikan yang dirasakan pasien.

Penggunaan tumbuhan obat dalam mengobati penyakit oleh hattra Suku


Bajau dikombinasikan dengan cara-cara khusus, mulai dari pengambilan
tanaman berjumlah ganjil hal ini dipercaya hattra merupakan angka baik,
mengambil tumbuhan dengan tangan kanan, membacakan basmalah dan
shalawat saat akan mengambil dan memberikan ramuan obat hingga doa-
doa tertentu yang hattra tidak bisa sebutkan hal ini merupakan kearifan lokal
yang dimiliki dan dipercayai oleh hattra Suku Bajau sebagai penunjang
dalam menyembuhkan penyakit.

Metabolit sekunder adalah molekul organik yang tidak memiliki peran


secara langsung dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.

29
Metabolit sekunder dapat diseintesis oleh bagian-bagian tertentu tumbuhan
seperti akar, daun, bunga dan biji. Contoh metabolit sekunder pada
tumbuhan yaitu flavonoid, akaloid, terpenoid, steroid, saponin dan lain-lain
(Anggraito, dkk, 2018). Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang
paling banyak terdapat pada tumbuhan. Flavonoid berperan dalam
mengobati penyakit diantaranya hipertensi, diabetes mellitus, diare, asam
urat, nyeri, kanker dan rematik. Pada hipertensi flavonoid mengandung
quarcetin memberikan pengaruh menurunkan tekanan darah (Yunus, 2015).
Pada diabetes mellitus flavonoid dan sapponin merupakan salah satu
senyawa metabolik sekunder penting yang meregulasi kadar glukosa darah
(Andriaty, 2019). Pada nyeri flavonoid berpotensi untuk mengurangi rasa
nyeri dengan menghambat enzim siklooksigenase (Safwan, dkk, 2016).
Pada diare flavonoid bekerja menghambat mortilitas usus sehingga dapat
mengurangi cairan dan elektrolit (Afrisa, 2016). Pada asam urat flavonoid
adalah senyawa yang berperan penting dalam menurunkan kadar asam urat
(Bauda, dkk, 2021). Pada tumor/kanker flavonoid menghambat aktivitas
reseptor tirosin kinase, karena aktivitas reseptor tirosin kinase yang
meningkat berperan dalam pertumbuhan keganasan sel kanker (Woo, et al,
2013). Pada rematik flavonoid luteolin 7 glikosida dapat menghambat enzim
xanthin oksidase (Sudjarwo, 2008).

Senyawa metabolit sekunder lainnya yaitu alkaloida, alkaloida berperan


dalam mengobati penyakit yaitu sariawan dan malaria. Minyak atisiri
berperan dalam mengatasi nyeri dan keputihan. Pada nyeri minyak atsiri
memiliki sifat kimiawi dan efek farmakologi rasa pedas dan hangat sebagai
antiradang, menghilngkan rasa sakit atau nyeri (Hembing, 2007). Senyawa
kimia sapponin berperan dalam mengobati luka atau luka bakar, dengan
adanya sappoin memacu pembentukan kolagen yang berperan dalam proses
penyembuhan luka (Abdassah, 2009). Senyawa kimia kurkumin berperan
mengatasi maag. Kurkuminoid berperan dalam melindungi mukosa
lambung (Simbolon, 2018). Senyawa kimia allisin dan alil-metil-sulfida
berkhasiat sebagai antihipertensi, (Kuswardani, 2016). Senyawa kimia
gingerol, ginggerdione dan zingeron berperan mengatasi nyeri, asam urat.

30
Gingerol, ginggerdione dan zingeron berfungsi menghambat leukotriene dan
prostaglandin yang merupakan mediator nyeri (Herlina, 2013). Senyawa
kimia steroid dan polifenol berperan melancarkan ASI dimana steroid dan
polifenol bisa membantu untuk meningkatkan kadar prolaktin. Kadar
prolaktin yang sangat tinggi ini akan membantu untuk meningkatkan,
mempercepat dan melancarkan produksi ASI (Subagya, 2013). Senyawa
kimia anethol berperan dalam produksi ASI dimana senyawa anethol
merangsang hormon esterogen dan merangsang produksi ASI (Bangun,
2019).

Telah dilakukan penelitian sebelumnya pada tahun 2017 mengenai Riset


Tumbuhan Obat Jamu (RISTOJA, 2017) pada etnis Bajau di Kabupaten
Berau Kalimantan Timur, pada RISTOJA tersebut hanya terdapat data-data
berupa angka terkait tumbuhan obat setiap etnis yang tersebar diseluruh
provinsi. Pada tahun 2022 dilakukan peneltian mengenai studi Etnofarmasi
pada Suku Bajau dimana terdapat 36 jenis tumbuhan. Perkembangan
penelitian ini menyajikan secara langsung jenis tumbuhan obat yang
berkhasiat untuk mengobati penyakit, cara pengolahan, cara penggunaan,
jumlah takaran dan lama pengobatan serta bagaimana adat kebiasaan
masyarakat setempat sejak tanaman tersebut diambil dari tempat tumbuhnya
hingga ramuan obat siap untuk dikonsumsi dimana pada (RISTOJA, 2017)
tidak dibahas secara mendalam.

31
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Studi Etnofarmasi Tumbuhan Obat pada Suku
Bajau Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan Timur dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Jumlah tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat diperoleh 36 jenis
yaitu alpukat, gandarusa. sambiloto, kersen, bandotan, jeruju, sirih,
sirsak, gedi, sukun, kumis kucing, jambu biji, jintan, murbei, cocor
bebek, pepaya, tapak liman, kelor, kirinyuh, kemangi, seledri, katuk,
serai, kunyit, jahe merah, bangle, temulawak, lengkuas, belimbing wuluh,
ciplukan, mengkudu, mahkota dewa, meniran, tumbuhan paku, bawang
putih dan alang-alang. Bagian tumbuhan yang digunakan antara lain:
daun 57%, rimpang 13%, buah 10%, batang 10%, umbi 5%, akar 3% dan
herba 3%.
2. Tumbuhan obat yang dimanfaatkan untuk mengobati penyakit diolah
dengan cara direbus 51%, dihaluskan 17%, diseduh 15%, dilumatkan
10% dan diparut 7%. Penggunaannya dengan cara diminum 66%,
ditempel 10%, dikompres 8%, dimakan 8%, dibasuh 5% dan digosok
3%. Jumlah takaran obat untuk diminum biasanya ½ gelas, 1 gelas dan 1
sendok sehari serta lama penggunaan tergantung gejala dan tingkat
keparahan penyakit.
3. Penyakit yang dapat diobati menggunakan tumbuhan obat oleh suku
Bajau yaitu hipertensi, demam, kolesterol, nyeri, diabetes mellitus,
keputihan, liver, diare, luka, luka bakar, sariawan, rematik, asam urat,
maag, tumor dan melancarkan air susu ibu.

5.2 Saran
Perlu kesadaran bersama untuk dilakukan upaya pelestarian dan pemeliharaan
pengetahuan tentang tanaman obat dari budaya pengobatan leluhur, agar
warisan budaya pengobatan asli di Indonesia tetap terjaga dan terus
berlangsung dari generasi kegenerasi berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdassah, M., Sumiwi,S. A., Hendrayana, J. (2009).Formulasi Ekstrak Daun Sukun


(Artocarpus Altilis (Parkins.) Fosberg) Dengan Basis Gel Sebagai
Antiinflamasi. Jurnal Farmasi Indonesia, 4 (4), 199 -209.

Afrisa, H. P., 2016, Uji Efektivitas Ekstrak Rimpang Rumput Teki (Cyperus
rotundus L.) dengan Obat Imodium terhadap Antidiare pada Mencit (Mus
musculus L.) Jantan yang Diinduksi Oleum Ricini. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Andriaty, SN., Akbar, F., Wahab, A. (2019). Perbandingan Efektifitas Ekstrak


Etanol 96% Akar Dan Daun Kumis Kucing (Orthosiphon Stamineus)
Terhadap Penurunan Glukosa Darah Mencit (Mus Musculus). Fakultas
Kedokteran. Universitas Abdulyatama.

Anggraito, YU., Susanti, R., Iswari, RS., Yuniastuti, A., Lisdiana.,


Nugrahawaningsih, SH., Habibah, NA. et al., Bintari, SH dan Dafid, M.
(2018). Metabolit Sekunder Dari Tanaman: Aplikasi dan Produksi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Malang.

Badan POM RI. (2005). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI
Nomor HK.00.05.4.1380 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional
yang Baik. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Maratua dalam Angka 2019. BPS
Kabupaten Berau.

Bangun, A. (2019). Ensiklopedia Tanaman Obat. Indonesia Publishing House.


Bandung.

Bauda, H., Hariyadi., Pareta., D., Tumbel., S. (2021). Uji Efektivitas Ekstrak Daun
Kemangi Ocimum Americanum L. Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat
Pada Tikus Putih Jantan Rattus Novergicus. Program Studi Farmasi Fakultas
MIPA. Universitas Kristen Indonesia Tomohon.

Dianto, I. (2015). Studi Etnofarmasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Pada Suku Kaili
Ledo Di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. J. Farm. Galen. Galen.
J. Pharm. E-J. 1, 85–91.

Fakhrozi. I. (2009). Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Tradisional Di Sekitar


Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Fakultas Kehutanan. Institute Pertanian
Bogor.

Handayani. L. (2003). Membedah Rahasia Ramuan Madura. Jakarta: Agromedia


Pustaka.

33
Herliana Ersi. 2013. Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Jakarta. FMedia.

Katno. (2008). Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional. B2P2TOOT Badan Litbangkes RI. Karanganyar.

Kumoro, A. C. (2015). Teknologi Ekstraksi Senyawa Bahan Aktif dari Tanaman


Obat. Penerbit Plantaxia : Yogyakarta.

Kustanti C. (2017). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Sirih Hijau Terhadap
Kejadian Keputihan. Jurnal Keperawatan Notokusumo Vol. V:1

Kuswardani, DS. (2016). Sehat Tanpa Obat dengan Bawang putih Bawang Merah-
seri Apotik Dapur.Yogyakarta.

Mahendra, B. 2006. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Jakarta: Penebar Swadaya

Meliani. D,S. (2016). Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Desa
Nanggaleng. Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat. Unpublished
Essay. Universitas Pasundan Bandung: Bandung.

Moektiwardoyo, M. (2010). Etnofarmakognosi Daun Jawer Kotok Plectranthus


scutellaroides (L.).RBr. Sebagai Anti Radang Komunitas Tatar Sunda,
Disertasi, Universitas Padjadjaran. Bandung.

Moektiwardoyo, M. (2015). Analysis total flavonoid calculated as genistein,


Antioxidant activity and anti-inflammatory Properties of cranberry plant
ethanol extract Journal of pharmacy and pharmaceutical science. Universitas
Padjajaran. Jatinagor. Indonesia.

Moelyono. (2014). Etnofarmasi. Deepublish. Yogyakarta.

Nurrani, L. (2013). Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam Berkhasiat Obat


Oleh Masyarakat Di Sekitar Cagar Alam Tangale 3, 22.

Pawitasari. E. (2015). Pendidikan Khusus Perempuan : Antara Kesetaraan Gender


Islam. Vol. 11. No.2.

Safwan, dkk. (2016). Aktivitas Analgetik Ekstrak Etanol Daun Melinjo (Gnetum
Gnemon L.) Pada Mencit Putih (Mus musculus L.) Jantan. Jurnal Ilmiah Ibnu
Sina, 1(1), 71-78, 2016.

Simbolon SB, Katar Y, Rusjdi SR. Efektivitas Kombinasi Ekstrak Kunyit (Curcuma
Domestica Val) dan Madu 1059 Terhadap Ulkus Lambung Mencit BALB/c
Akibat Pemberian Aspirin Secara Mikroskopis. J Kesehat Andalas.
2018;7(1):26.

Subagya, Hamid Prasetya. (2013). Kitab Ramuan Tradisional Dan Herbal


Nusantara. Jogjakarta : Laksana.

34
Sudjarwo, S. A., Setyari W. (2008). Potensi Analgesik Dan Antiinflamasi dari
Ekstrak Tapak Liman (Elephantophus scraber). J.Penelit.Med.Eksakta ,
volume 7 no.1: 16-22.

Sutrisna, EM. (2016). Herbal Medicine:Suatu Tinjauan Farmakologis. Surakarta :


Muhammadiyah University Press.

Tapilouw, M. C. (2020). Inventarisasi Tumbuhan Obat Kelompok Budaya Sunda


Sebagai Suatu Potensi Dalam Pengembangan Bahan Ajar Pembelajaran
Tematik Ipa Terpadu. Universitas Kristen Satya Wacana. Indonesia. Vol. 7,
No. 1, 2020.

Titrosoepomo, (2016). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press.

Utami, D. (2008). Struktur Dasar Dan Terminologi Tumbuhan Berbiji. Universitas


Terbuka. Jakarta.

RISTOJA Wahyono, S., Widowati, L., Mujahid, R., Subositi, D., Widyastuti, Y.,
Haryanti, S., Junediono, Jokopriyambodo, W., Budiarti, M., Maruzy, A.,
Indriani, M.F., Sari, A.N. (2017). Laporan Nasional Eksplorasi Pengetahuan
Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas di Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta.
Wasito. H. (2011). Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Woo, H. D dan Kim, J. 2013. Dietary Flavonoid Intake and Risk of Stomach and
Colorectal Cancer. World Journal of Gastroenterology. 7: 1011-1019

Yunus, dkk. (2015). Identifikasi Senyawa Flavonoid Ekstra Etanol Daun Salam
(Syzygium Polyanthum) Asal Gorontalo dengan Menggunakan
KromatografiLapis Tipis Univ. Gorontalo : Gorontalo.

Zuhud, EAM dan Haryanto. (1994). Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman


Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Jurusan Konservasi Sumberdaya
Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan Lembaga Alam Tropika Indonesia
(LATIN). Bogor.

35
LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja

Disiapkan alat dan Alat : kamera, lembar


bahan kuesiner, alat tulis.
Bahan : tumbuhan
obat.

Menentukan Teknik penentuan


informan informan dengan cara
purposive sampling.

Wawancara Teknik wawancara


informan bersifat semi
terstruktur.

Pengumpulan Diambil dari lokasi


sampel tumbuhnya dibantu
oleh informan

Analisis Nama Diidentifikasi di


Ilmiah Laboratorium
Biosistematika Jurusan
Biologi FMIPA
UNTAD.
Pembahasan dan
kesimpulan

36
Lampiran 2. Surat Izin Pengambilan Data Penelitian

37
Lampiran 3. Surat Pengantar Kepala Desa

38
Lampiran 4. Contoh Kuesioner

STUDI ETNOFARMASI TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT PADA SUKU


BAJAU KECAMATAN MARATUA KABUPATEN BERAU
KALIMANTAN TIMUR

Nomor kuisioner :
Nama responden :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :

Penggunaan Obat Tradisional


1. Dari mana bapak/ibu mendapatkan pengetahuan tentang pengobatan
tradisional?
Jawab :
2. Sudah berapa lama bapak/ibu melakukan pengobatan tradisional?
Jawab:
3. Keluhan /penyakit apa saja yang telah Bapak/Ibu obati?
Jawab:
4. Tumbuhan apa saja yang bapak/ibu gunakan sebagai obat tradisional untuk
pengobatan?
Jawab:
5. Apakah dalam penggunaan tumbuhan tersebut sebagai penyembuh
penyakit dapat di kombinasi?
Jawab :
6. Bagian tumbuhan manakah yang digunakan sebagai obat tradisional untuk
pengobatan?
Jawab:

39
7. Berapa jumlah takaran/sebanyak apa tumbuhan yang digunakan untuk
pengobatan?
Jawab:
8. Bagaimana cara pengolahan tumbuhan tersebut ketika akan digunakan?
Jawab:
9. Bagaimana cara penggunaan hasil ramuan/olahan tumbuhan tersebut?
Jawab:
10. Berapa lama ramuan tersebut digunakan oleh penderita dalam mengobati
penyakit?
Jawab:
11. Berapa kali pasien datang berobat untuk mengobati penyakit yang
dideritanya dan apakah perubahan penyakitnya?
Jawab:
12. Apakah ada tumbuhan obat yang sulit diperoleh/darang di temukan?
Jawab :
13. Apakah ada upaya untuk pelestarian tumbuhan tersebut?
Jawab :
14. Apakah ada cara khusus saat pengambilan, pengolahan dan penggunaan
tumbuhan tersebut?
Jawab :

40
Lampiran 5. Hasil Wawancara Hattra Suku Bajau Kecamatan Maratua
Kabupaten Berau Kalimantan Timur

1. Nomor Kuesioner : 1 (satu)

Identitas Sando
Nama Ny. MH
Umur 53 tahun
Alamat Desa Payung – payung
Pendidikan SD
Pekerjaan Nelayan

Informasi Pengobatan
No Pertanyaan
1. Dari mana ibu mendapatkan pengetahuan tentang pengobatan tradisional?
Jawaban:
Orang tua
2. Sudah berapa lama ibu menggunakan tumbuhan obat tradisional?
Jawaban:
6 tahun
3. Keluhan /penyakit apa saja yang telah Bapak/Ibu obati??
Jawaban:
Hipertensi, sakit liver, demam, melancarkan ASI, keputihan
4. Tumbuhan apa saja yang bapak/ibu gunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan?
Jawaban:
Alpukat, sukun, nangka belanda, kapal – kapal, daun seri, kemangi, buyu
5. Apakah dalam penggunaan tumbuhan tersebut sebagai penyembuh penyakit dapat di
kombinasi?
Jawaban:
Tidak
6. Bagian tumbuhan manakah yang digunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan?
Jawaban:
a. Daun: alpukat, sukun, nangka belanda, kapal-kapal, kemangi, buyu
b. Batang: kemangi
7. Berapa jumlah takaran/sebanyak apa tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan?
Jawaban:
a. Alpukat, buyu, kapal-kapal: 5-7 lembar
b. Sukun: 1-3 lembar
c. Nangka belanda: 3-5 lembar
d. Kemangi: secukupnya
8. Bagaimana cara pengolahan tumbuhan tersebut ketika akan digunakan?
Jawaban:
a. Alpukat: diambil alpukat, kemudian cuci bersih. direbus dengan 3 gelas air menjadi
1 gelas
b. Sukun: diambil daun sukun yang telah menguning sebanyak 3 lembar, dicuci bersih
lalu rebus dengan 3 gelas air menjadi 2 gelas
c. Nangka belanda: diambil daun nangka belanda, dicuci bersih lalu dihaluskan
d. Kapal-kapal: diambil daun kapal-kapal, lalu dicuci bersih kemudian dilumatkan
e. Kemangi: diambil secukupnya daun kemangi segar, dicuci bersih lalu direbus dapat

41
juga dimakan langsung
f. Buyu: diambil daun buyu dicuci bersih, kemudian direbus selama 15 menit
9. Bagaimana cara penggunaan hasil ramuan/olahan tumbuhan tersebut?
Jawaban:
a. Alpukat: diminum 1 kali sehari 1 gelas
b. Sukun: diminum 2 kali sehari ½ gelas
c. Nangka belanda: dikompres 1 kali sehari pada dahi anak
d. Kapal-kapal: dikompres 2 kali sehari
e. Kemangi: Diminum 2 kali sehari 1 gelas
f. Buyu: dibasuh 2 kali sehari pada saat mandi
10. Berapa lama ramuan tersebut digunakan oleh penderita dalam mengobati penyakit?
Jawaban:
a. Hipertensi: Hingga gejala berkurang/sembuh
b. Sakit liver: >1 bulan
c. Demam: 3 hari
d. Melancarkan ASI: selama masa menyusui
e. Keputihan: 7 hari
11. Berapa kali pasien datang berobat untuk mengobati penyakit yang dideritanya dan
apakah perubahan penyakitnya?
Jawaban:
2-3 kali
12. Apakah ada tumbuhan obat yang sulit diperoleh / jarang ditemukan ?
Jawaban:
Tidak ada
13. Apakah ada upaya penanganan untuk pelestariannya ?
Tidak ada
14. Apakah ada penangan khusus saat pengambilan tumbuhan obat, mulai dari persiapan
hingga siap digunakan dalam pengobatan ?
Jawaban:
Hanya pada saat penggunaan di bacakan sholawat

2. Nomor Kuesioner : 2 (Dua)

Identitas Hattra
Nama Ny. NM
Umur 60 tahun
Alamat Desa Payung – payung
Pendidikan SD
Pekerjaan Ibu rumah tangga

Informasi Pengobatan
No Pertanyaan
1. Dari mana ibu mendapatkan pengetahuan tentang pengobatan tradisional?
Jawaban:
Nenek
2. Sudah berapa lama ibu menggunakan tumbuhan obat tradisional?
Jawaban:
10 tahun
3. Keluhan /penyakit apa saja yang telah Bapak/Ibu obati??
Jawaban:

42
Kencing manis, demam, maag, luka bakar, tekanan darah tinggi, nyeri haid
4. Tumbuhan apa saja yang bapak/ibu gunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan?
Jawaban:
Kumis kucing, benggalai, temulawak, kunyit, buyu, pemeddas keyat, kapal-kapal, seri,
belimbing telunjuk
5. Apakah dalam penggunaan tumbuhan tersebut sebagai penyembuh penyakit dapat di
kombinasi?
Jawaban:
Tidak ada
6. Bagian tumbuhan manakah yang digunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan?
Jawaban:
a. Daun: kumis kucing, buyu, kapal-kapal
b. Rimpang: bengallai, kunyit, temulawak, pemeddas keyat
c. Buah belimbing telunjuk
7. Berapa jumlah takaran/sebanyak apa tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan?
a. Kumis kucing: secukupnya
b. Buyu: 1-3 lembar
c. Kapal-kapal: 5-7 lembar
d. Bengallai, kunyit, temulawak, pemeddas keyat: 2-3 ruas jari
e. Belimbing telunjuk: 5 -7 buah
8. Bagaimana cara pengolahan tumbuhan tersebut ketika akan digunakan?
a. Kumis kucing: diambil secukupnya daun kumis kucing, dicuci bersih lalu direbus
menggunakan 1 gelas air
b. Buyu: diambil daun buyu, dicuci bersih lalu dilumatkan
c. Kapal-kapal: diambil daun kapal-kapal, lalu dicuci bersih kemudian dilumatkan
d. Bengallai: diambil beberapa ruas bengallai, dikupas lalu dicuci bersih, kemudian
diparut lalu diseduh dengan ½ gelas air panas, air seduhan dapat dicampurkan madu
e. Kunyit: diambil kunyit, dikupas lalu dicuci bersih kemudian diparut lalu diseduh
dengan gelas air panas kemudian disaring dapat ditambahkan madu 3 sendok makan
f. Temulawak: diambil temulawak, dikupas lalu dicuci bersih, diparut kemudian diseduh
dengan 1 gelas air panas, kemudian disaring
g. Belimbing telunjuk: diambil buah belimbing telunjuk, dicuci bersih lalu dihaluskan,
ditambahkan 1 gelas air
h. Pemeddas keyat: Diambil pemeddas keyat, dikupas lalu dicuci bersih, haluskan
kemudian seduh dengan 1 gelas air panas
9. Bagaimana cara penggunaan hasil ramuan/olahan tumbuhan tersebut?
a. Kumis kucing: Diminum 2 kali sehari 1 gelas
b. Buyu: ditempelkan 1 kali sehari
c. Kapal-kapal: dikompres pada dahi
d. Bengallai: Diminum 2 kali sehari ½ gelas
e. Kunyit: diminum 1 kali sehari 1 gelas sebelum sarapan
f. Temulawak: diminum 1 kali sehari 1 gelas sebelum sarapan
g. Belimbing telunjuk: Diminum 1 kali sehari 1 gelas
h. Pemedddas keyat: diminum 1 kali sehari 1 gelas
10. Berapa lama ramuan tersebut digunakan oleh penderita dalam mengobati penyakit?
a. Kencing manis: > 1bulan
b. Demam: 3 hari
c. Maag: 3-5 hari
d. Tekanan darah tinggi: hingga gejala berkurang/sembuh
e. Nyeri haid: 3 hari
f. Luka bakar: 7-14 hari
11. Berapa kali pasien datang berobat untuk mengobati penyakit yang dideritanya dan apakah
perubahan penyakitnya?
Jawaban:
2-3 kali

12. Apakah ada tumbuhan obat yang sulit diperoleh / jarang ditemukan?
Jawaban:

43
Tidak ada
13. Apakah ada upaya penanganan untuk pelestariannya ?
Jawaban
Tanam sendiri
14. Apakah ada penangan khusus saat pengambilan tumbuhan obat, mulai dari persiapan hingga
siap digunakan dalam pengobatan ?
Jawaban:
Pada saat pengambilan dibacakan basmalah dan tanaman yang diambil berjumlah ganjil
setelah pemberiaan pada pasien dibacakan sholawat

3. Nomor Kuesioner : 3 (Tiga)

Identitas Hattra
Nama Ny. TN
Umur 48 tahun
Alamat Desa Bohe silian
Pendidikan SMP
Pekerjaan Pedagang

Informasi Pengobatan
No Pertanyaan
1. Dari mana ibu mendapatkan pengetahuan tentang pengobatan tradisional?
Jawaban:
Orang tua
2. Sudah berapa lama ibu menggunakan tumbuhan obat tradisional?
Jawaban:
8 tahun
3. Keluhan /penyakit apa saja yang telah Bapak/Ibu obati?
Jawaban:
Nyeri perut, tekanan darah tinggi, sariawan, diare, kencing manis, melancarkan ASI
4. Tumbuhan apa saja yang bapak/ibu gunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan?
Jawaban:
Jeruju, daun jintan, jambu batu, lengkuas, pemeddas keyat, seri, cangkok, bawang putih
5. Apakah dalam penggunaan tumbuhan tersebut sebagai penyembuh penyakit dapat di
kombinasi?
Jawaban:
Tidak
6. Bagian tumbuhan manakah yang digunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan?
Jawaban:
a. Daun: jeruju, jintan, jambu batu, seri, cangkok
b. Rimpang: lengkuas, pemeddas keyat
c. Umbi: bawang putih
7. Berapa jumlah takaran/sebanyak apa tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan?
a. Jeruju: 3-5 lembar
b. Jintan, jambu batu: 5-7 pucuk atau daun segar
c. Seri, cangkok: diambil secukupnya
d. Lengkuas, pemeddas keyat: 2-3 ruas
e. Bawang putih: 3-4 biji
8. Bagaimana cara pengolahan tumbuhan tersebut ketika akan digunakan?

44
a. Jeruju: diambil daun jeruju, cuci bersih kemudian direbus dengan 2 gelas air menjadi
1 gelas
b. Jintan: diambil pucuk atau daun segar, dicuci bersih bisa langsung dimakan atau
direbus
c. Jambu batu: diambil daun jambu batu, dicuci bersih lalu dihaluskan
d. Seri: diambil secukupnya daun seri, dicuci bersih lalu direbus dengan 2 gelas
menjadi 1 gelas
e. Cangkok: diambil secukupnya daun kelor, dicuci bersih lalu direbus atau dapat
dijadikan sayur
f. Lengkuas: diambil lengkuas, dikupas lalu dicuci bersih, kemudian diparut
ditambahkan sedikit air
g. Pemeddas keyat: diambil pemeddas keyat, digeprek lalu direbus dengan air
secukupnya, kemudian menggunakan handuk air rebusan yang hangat dibalutkan
pada bagian yang nyeri
h. Bawang putih: diambil bawang putih, dikupas lalu cuci bersih kemudian dihaluskan
lalu diseduh dengan 1 gelas air panas
9. Bagaimana cara penggunaan hasil ramuan/olahan tumbuhan tersebut?
a. Jeruju: diminum 1 kali sehari 1 gelas
b. Jintan: dmakan atau diminum 2 kali sehari
c. Jambu batu: ditempelkan pada perut 2 kali sehari
d. Cangkok: dimakan 1 -2 kali sehari
e. Lengkuas: Diminum 1 kali sehari
f. Pemeddas keyat: diminum 1 kali sehari 1 gelas
g. Bawang putih: diminum 1 kali sehari 1 gelas
10. Berapa lama ramuan tersebut digunakan oleh penderita dalam mengobati penyakit?
a. Nyeri perut: 1-3 hari
b. Tekanan darah tinggi: hingga gejala berkurang/sembuh
c. Sariawan: 3-5 hari
d. Diare: 3 hari
e. Kencing manis: > 1 bulan
f. Melancarkan ASI: selama masa menyusui
11. Berapa kali pasien datang berobat untuk mengobati penyakit yang dideritanya dan apakah
perubahan penyakitnya?
Jawaban:
1-3 kali atau lebih
12. Apakah ada tumbuhan obat yang sulit diperoleh / jarang ditemukan?
Jawaban:
Tidak ada
13. Apakah ada upaya penanganan untuk pelestariannya ?
Jawaban:
Tidak ada
14. Apakah ada penangan khusus saat pengambilan tumbuhan obat, mulai dari persiapan
hingga siap digunakan dalam pengobatan?
Jawaban:
Saat pengambilan dibacakan sholawat dan saat pemberiaan dibacakan doa-doa tertentu

45
4. Nomor Kuesioner : 4 (Empat)

Identitas Hattra
Nama Ny. SH
Umur 65 tahun
Alamat Desa Bohe silian
Pendidikan SD
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga

Informasi Pengobatan
No Pertanyaan
1. Dari mana ibu mendapatkan pengetahuan tentang pengobatan tradisional?
Jawaban:
Orang tua
2. Sudah berapa lama ibu menggunakan tumbuhan obat tradisional?
Jawaban:
7 tahun
3. Keluhan /penyakit apa saja yang telah Bapak/Ibu obati?
Jawaban:
Hipertensi, tumor, demam, nyeri, asam urat, maag, malaria melancarkan ASI
4. Tumbuhan apa saja yang bapak/ibu gunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan?
Jawaban:
Bawang pote, mahkota dewa, anggur hutan, daun kates, sambiloto, kelor, kemangi,
temulawak, kapal-kapal
5. Apakah dalam penggunaan tumbuhan tersebut sebagai penyembuh penyakit dapat di
kombinasi?
Jawaban:
Tidak
6. Bagian tumbuhan manakah yang digunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan?
Jawaban:
a. Daun: anggur hutan, sambiloto, kelor, seri, kemangi, kapal-kapal, kates
b. Buah: mahkota dewa
c. Rimpang: temulawak
7. Berapa jumlah takaran/sebanyak apa tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan?
a. Anggur hutan, sambiloto, kelor, kemangi, kates, mahkota dewa: secukupnya
b. Kapal-kapal: 5-7 lembar
c. Temulawak: 2-3 ruas jari
8. Bagaimana cara pengolahan tumbuhan tersebut ketika akan digunakan?
a. Anggur hutan: diambil secukupnya daun anggur hutan, dicuci bersih, kemudian
direbus dengan 2 gelas air hingga 1 gelas
b. Sambiloto: diambil pucuk daun sambiloto yang masih segar, dicuci bersih kemudian
direbus menggunakan 2 gelas air menjadi 1 gelas
c. Kelor: diambil bagian pucuk atau daun yang muda dengan batangnya, dicuci bersih
lalu direbus dengan 2 gelas air menjadi 1 gelas
d. Kemangi: diambil secukupnya daun kemangi segar, dicuci bersih lalu direbus dapat
juga dimakan langsung
e. Kapal-kapal: diambil daun kapal-kapal, lalu dicuci bersih kemudian dilumatkan
f. Kates: diambil secukupnya pucuk daun kates yang masih segar, kemudian direbus
g. Mahkota dewa: diambil simplisia buah mahkota dewa secukupnya kemudian dicuci
bersih, lalu direbus dengan air 3 gelas menjadi 1 gelas
h. Temulawak: diambil 2-3 ruas temulawak, dikupas lalu dicuci bersih, diparut

46
kemudian diseduh dengan 1 gelas air panas, kemudian disaring
9. Bagaimana cara penggunaan hasil ramuan/olahan tumbuhan tersebut?
a. Anggur hutan: diminum 1 kali sehari 1 gelas
b. Sambiloto: diminum 2 kali sehari 1 gelas
c. Kelor : diambil bagian pucuk atau daun yang muda dengan batangnya, dicuci bersih
lalu direbus dengan 2 gelas air menjadi 1 gelas
d. Kemangi: diminum 2 kali sehari 1 gelas
e. Kapal-kapal: dikompres 2 kali sehari pada dari
f. Kates: daun hasil rebusan dimakan 1-2 kali sehari
g. Mahkota dewa: diminum 1 kali sehari 1 gelas
h. Temulawak: diminum 1 kali sehari 1 gelas sebelum sarapan pagi
10. Berapa lama ramuan tersebut digunakan oleh penderita dalam mengobati penyakit?
a. Hipertensi: hingga gejala berkurang atau sembuh
b. Tumor: > 1 bulan
c. Demam: 1-3 hari
d. Nyeri:1-3 hari
e. Asam urat: 5-7 hari
f. Maag: 3-5 hari
g. Melancarkan ASI: selama masa menyusui
h. Malaria: 7-14 hari
11. Berapa kali pasien datang berobat untuk mengobati penyakit yang dideritanya dan apakah
perubahan penyakitnya?
1-3 kali
12. Apakah ada tumbuhan obat yang sulit diperoleh / jarang ditemukan?
Jawaban:
Tidak ada
13. Apakah ada upaya penanganan untuk pelestariannya ?
Jawaban:
Budidaya sendiri
14. Apakah ada penangan khusus saat pengambilan tumbuhan obat, mulai dari persiapan
hingga siap digunakan dalam pengobatan ?
Jawaban:
Pada saat digunakan dibacakan sholawat

5. Nomor Kuesioner : 5 (Lima)

Identitas Hattra
Nama Ny. EG
Umur 53 tahun
Alamat Desa Teluk harapan
Pendidikan SMP
Pekerjaan Petani

Informasi Pengobatan
No Pertanyaan
1. Dari mana ibu mendapatkan pengetahuan tentang pengobatan tradisional?
Jawaban:
Orang tua
2. Sudah berapa lama ibu menggunakan tumbuhan obat tradisional?

47
8 tahun
3. Keluhan /penyakit apa saja yang telah Bapak/Ibu obati?
Keputihan, nyeri, diare, rematik, nyeri saat buang air kecil, melancarkan ASI, Hipertensi
4. Tumbuhan apa saja yang ibu gunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan?
Jawaban:
Tambora, alang-alang, sereh, tanaman gendong anak, cangkok, buyu dan daun sop
5. Apakah dalam penggunaan tumbuhan tersebut sebagai penyembuh penyakit dapat di
kombinasi?
Jawaban:
Tidak
6. Bagian tumbuhan manakah yang digunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan?
Daun: tambora, cangkok, buyu, sop
Batang: sereh, alang-alang
Herba: tanaman gendong anak

7. Berapa jumlah takaran/sebanyak apa tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan?


a. Tambora, alang-alang, tanaman gendong anak: 5-7 lembar
b. Sereh: 3-5 batang
c. Cangkok: secukupnya
d. Daun sop: 5-7 batang dan daun
e. Buyu: 3-5 lembar
8. Bagaimana cara pengolahan tumbuhan tersebut ketika akan digunakan?
a. Tambora, buyu: diambil daun tambora, kemudian dicuci bersih, lalu direbus
menggunakan 1 gayung air selama 15 menit
b. Alang-alang: Diambil batang dan akar alang-alang, dicuci bersih lalu direbus dengan
2 gelas menjadi 1gelas
c. Sereh: diambil serai, lalu cuci bersih kemudian digeprek lalu direbus
d. Tanaman gendong anak: diambil seluruh tanaman gendong anak, dicuci bersih
hingga ke akar, direbus menggunakan 3 gelas air hingga menjadi 1 gelas
e. Cangkok: diambil secukupnya daun kelor, dicuci bersih lalu direbus atau dapat
dijadikan sayur
f. Buyu
g. Daun sop: diambil daun sop beserta batangnya, kemudian dilumatkan lalu diseduh
dengan segelas air panas, kemudian air seduhan disaring
9. Bagaimana cara penggunaan hasil ramuan/olahan tumbuhan tersebut?
a. Tambora, buyu: dibasuh 2 kali sehari pada area kemaluan
b. Alang-alang: Diminum 2 kali sehari 1 gelas
c. Sereh: Dikompres menggunakan handuk yang dibasahkan dengan air rebusan serai 2
kali sehari pada bagian yang nyeri
d. Tanaman gendong anak: diminum 1 kali sehari 1 gelas
e. Cangkok: dimakan 1 -2 kali sehari
f. Buyu
g. Daun sop: diminum 1 kali sehari 1 gelas
10. Berapa lama ramuan tersebut digunakan oleh penderita dalam mengobati penyakit?
a. Keputihan: 5-7 hari, untuk pencegahan dapat dilakukan 2 kali seminggu
b. Nyeri: 3 hari
c. Rematik, nyeri saat buang air kecil: 5-7 hari
d. Melancarkan ASI: selama masa menyusui
e. Hipertensi: 3 hari
11. Berapa kali pasien datang berobat untuk mengobati penyakit yang dideritanya dan apakah
perubahan penyakitnya?
Jawaban:
2-3 kali
12. Apakah ada tumbuhan obat yang sulit diperoleh / jarang ditemukan?
Jawaban:
Tidak ada
13. Apakah ada upaya penanganan untuk pelestariannya?

48
Jawaban:
Budidaya sendiri, namun seperti tanaman gendong anak itu tidak karena itu biasa tumbuh
dipinggir jalan atau disekitar rumah, sama halnya dengan tanaman alang-alang terdapat di
hutan atau di sepanjang jalan
14 Apakah ada penangan khusus saat pengambilan tumbuhan obat, mulai dari persiapan
hingga siap digunakan dalam pengobatan?
Ada, untuk pengambilan tanaman tidak boleh dalam keadaan berhalangan (menstruasi

6. Nomor Kuesioner : 6 (Enam)

Identitas Hattra
Nama Ny. RD
Umur 60 tahun
Alamat Desa Teluk alulu
Pendidikan SD
Pekerjaan Pedagang

Informasi Pengobatan
No Pertanyaan
1. Dari mana ibu mendapatkan pengetahuan tentang pengobatan tradisional?
Jawaban:
Orang tua
2. Sudah berapa lama ibu menggunakan tumbuhan obat tradisional?
3. Keluhan /penyakit apa saja yang telah Bapak/Ibu obati?
Jawaban:
Kencing manis, sakit kepala, diare, luka, asam urat, sariawan, demam
4. Tumbuhan apa saja yang bapak/ibu gunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan?
Jawaban:
Mustajab, gandarusa, pemeddas keyat, paku andam, jambu batu, kirinyuh, tapak liman,
ciplukan, bengkudu, kumis kucing, kapal-kapal
5. Apakah dalam penggunaan tumbuhan tersebut sebagai penyembuh penyakit dapat di
kombinasi?
Jawaban:
Tidak ada
6. Bagian tumbuhan manakah yang digunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan?
a. Daun: mustajab, gandarusa, paku andam, jambu batu, kirinyuh, tapak liman, kumis
kucing, kapal-kapal
b. Buah: ciplukan, bengkudu
c. Rimpang: pemeddas keyat
7. Berapa jumlah takaran/sebanyak apa tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan?
a. Mustajab, kirinyuh, paku andam, jambu batu, tapak liman: 5-7 lembar daun
b. Gandarusa: 3-5 lembar
c. Pemeddas keyat: 2-3 ruas jari
d. Ciplukan: secukupnya
e. Bengkudu: 1-2 buah
f. Kumis kucing
8. Bagaimana cara pengolahan tumbuhan tersebut ketika akan digunakan?
a. Mustajab: diambil daun mustajab, dicuci bersih kemudian direbus dengan 3 gelas air
menjadi 1 gelas

49
b. Gandarusa: diambil daun gandarusa, dicuci bersih kemudian direbus dengan 1 gelas
hingga menjadi ½ gelas
c. Pemeddas keyat: diambil pemeddas keyat, dikupas lalu dicuci bersih, haluskan
kemudian seduh dengan 1 gelas air panas
d. Paku andam: diambil tumbuhan paku, dicuci bersih lalu dihaluskan
e. Jambu batu: diambil 5-7 lembar daun jambu batu, dicuci bersih lalu dihaluskan
f. Kirinyuh: diambil daun kirinyuh segar, dicuci bersih lalu dilumat atau dihaluskan
g. Tapak liman: diambil daun tapak liman, dicuci bersih direbus menggunakan 1 gelas
air selama 15 menit
h. Ciplukan: diambil secukupnya buah ciplukan, dicuci bersih dapat langsung dimakan
i. Bengkudu: diambil buah mengkudu, dicuci bersih lalu buah mengkudu diparut
ditambahkan 1 gelas air biasa lalu disaring
j. Kumis kucing
9. Bagaimana cara penggunaan hasil ramuan/olahan tumbuhan tersebut?
a. Mustajab: diminum 2 kali sehari 1 gelas
b. Gandarusa: diminum 1 kali sehari ½ gelas
c. Pemeddas keyat: diminum 1 kali sehari 1 gelas
d. Paku andam: ditempelkan pada perut
e. Jambu batu: ditempelkan pada perut
f. Kirinyuh: ditempel pada luka
g. Tapak liman: diminum 2 kali sehari 1 gelas
h. Ciplukan: dimakan sesering mungkin
i. Bengkudu: diminum 2 kali sehari 1 gelas
10. Berapa lama ramuan tersebut digunakan oleh penderita dalam mengobati penyakit?
a. Kencing manis: >1 bulan
b. Nyeri saat haid, sariawan: 3-5 hari
c. Sakit kepala
d. Diare: 1-3 hari
e. Luka: 1-3 hari
f. Rematik: 5-7 hari
11. Berapa kali pasien datang berobat untuk mengobati penyakit yang dideritanya dan apakah
perubahan penyakitnya?
2-3 kali
12. Apakah ada tumbuhan obat yang sulit diperoleh / jarang ditemukan ?
Jawaban:
Tidak ada
13. Apakah ada upaya penanganan untuk pelestariannya ?
Jawaban:
Budidaya sendiri, namun seperti tumbuhan paku dan kirinyuh tumbuh liar
14. Apakah ada penangan khusus saat pengambilan tumbuhan obat, mulai dari persiapan
hingga siap digunakan dalam pengobatan ?
Jawaban:
Tidak ada

50
Lampiran 6. Dokumentasi Wawancara Hattra

Nama : MH Nama : NM
Jenis kelamin : Perempuan Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 53 tahun Umur : 60 tahun
Alamat : Payung - payung Alamat : Payung - payung

Nama : TN Nama : SH
Jenis kelamin : Perempuan Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 48 tahun Umur : 65 tahun
Alamat : Bohe silian Alamat : Bohe silian

Nama : EG Nama : RD
Jenis kelamin : Perempuan Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 53 tahun Umur : 60 tahun
Alamat : Teluk harapan Alamat : Teluk alulu

51
Lampiran 7. Dokumentasi Sampel

Kersen/Daun seri Alpukat


Muntingia calabura L. Persea americana Mill.

Kunyit Cocor bebek/Kapal-kapal


Curcuma longa L. Bryophyllum pinnatum (Lam.)
oken

Sirsak/Nangka belanda Bawang putih/Bawang pote


Annona muricata L. Allium sativum L.

52
Jahe merah/Pemeddas keyat Mahkota dewa
Zingiber Officinale Roscoe. Phaleria macrocarpa (Scheff).
Willd.

Jambu Batu/jambu biji Ciplukan


Psidium guajava L. Physalis angulate L

Kumis kucing Seledri/Daun sop


Orthosiphon aristatus (Blume). Miq. Apium graveolens L.

53
Sirih/Buyu Bengkudu/Mengkudu
Piper betle L. Morinda citrifolia L.

Kemangi Serai
Ocimum basilicum L. Cymbopogon nardus (L.) Rendle.

Katuk/Cangkok Pepaya/Kates
Sauropus androgynus (L.) Merr. Carica papaya L.

54
Daun jintan Temulawak
Plectranthus amboinicus Curcuma zanthorrhiza Roxb.
(Lour.) Spreng.

Murbei/Anggur hitam Lengkuas


Morus alba L. Alpini galanga (L.) Willd.

Bengallai/Bangle Tumbuhan Paku/Paku andam


Zingiber sp. Sphaerosstephanos sp.

55
`
Tapak liman Alang-alang
Elephantopus scaber L. Imperata cylindria (L.) P.Beauv.

Kelor Sukun
Moringa oleifera Lam. Artocarpus altilis (Parkinson)
Fosberg.

Meniran/Tanaman gendong anak Gedi/Mustajab


Phyllanthus urinaria L. Abelmoschus manihot (L.) Medik

56
Belimbing wuluh/Belimbing Telunjuk Jeruju
Averrhoa bilimbi L. Acanthus ilicifolius L.

Sambiloto Kirinyuh/Minjangan
Andrographis paniculata (Burm.f) Nees. Chromolaena odorata (L.)
R.M.King & H.Rob

fggggggggggg
Bandotan/Tambora Gandarusa
Ageratum conyzoides L. Justicia gendarussa Burm.f.

57
Lampiran 8. Surat Permohonan Izin Penelitian di Laboratorium

58
Lampiran 9. Surat Keterangan Hasil Identifikasi Tumbuhan

59
60
Lampiran 10. Analisis Data
1. Persentase bagian tumbuhan yang digunakan
Rumus menghitung presentase bagian tumbuhan yang digunakan:

% bagian tumbuhan = × 100%

Keterangan: a = Jumlah bagian tumbuhan yang digunakan


b = jumlah seluruh bagian tumbuhan yang digunakan

a. Presentase daun e. Persentase herba

% daun = × 100% % herba = × 100%


= × 100% = × 100%
= 56% = 5%

b. Persentase rimpang f. Persentase umbi

% rimpang = × 100% % umbi = × 100%


= × 100% = × 100%
= 13% = 3%

c. Persentase buah g. Persentase akar

% buah = × 100% % akar = × 100%


= × 100% = × 100%
= 10% = 3%

d. Persentase batang

% batang = × 100%
= × 100%
= 10 %

61
2. Persentase cara pengolahan
Rumus menghitung presentase bagian tumbuhan yang digunakan:

% cara pengolahan = × 100%

Keterangan: a = Jumlah cara pengolahan yang digunakan


b = jumlah seluruh cara pengolahan yang digunakan

a. Persentase direbus d. Persentase dilumatkan

% direbus = × 100% % dilumatkan = × 100%


= × 100% = × 100%
= 51% = 10%

b. Persentase dihaluskan e Persentase diparut

% dihaluskan = × 100% % diparut = × 100%


= × 100% = × 100%
= 17% = 7%

c. Persentase diseduh

% diseduh = × 100%
= × 100%
=15 %

62
3. Persentase cara penggunaan
Rumus menghitung presentase bagian tumbuhan yang digunakan:

% cara pengolahan = × 100%

Keterangan: a = Jumlah cara penggunaan yang digunakan


b = jumlah seluruh cara penggunaan yang digunakan

a. Persentase diminum d. Persentase dimakan

% diminum = × 100% % dimakan = × 100%


= × 100% = × 100%
= 66 % = 8%

b. Persentase ditempel e. Persentase dibasuh

% ditempel = × 100% % dibasuh = × 100%


= × 100% = × 100%
= 10 % =5%

c. Persentase dikompres f. Persentase digosok

% dikompres = × 100% % digosok = × 100%


= × 100%
= × 100%
=8%
=3%

63
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Eriska Damayanti


Tempat, Tanggal Lahir : Berau, 12 Maret 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 24 Tahun
Agama : Islam
No. Handphone : 0821-3635-5646
Instagram : @eriskadynt
Email : eriskady08@gmail.com
Alamat : Jln. Roviga, Tondo

A. Latar Belakang Pendidikan


Tahun Tempat Kelulusan Jurusan
2005-2010 SDN 001 MARATUA -
2011-2014 SMPN 27 BERAU -
2014- 2017 SMKF AL-FALAH QUEEN FARMASI
JURUSAN FARMASI
2017-2022 UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS MIPA

B. Pengalaman Organisasi
Tahun Nama Organisasi Jabatan
2020 HIMAFAR FMIPA UNTAD Anggota Advokasi

64
STUDI ETNOFARMASI TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT PADA SUKU
BAJAU KECAMATAN MARATUA KABUPATEN KABUPATEN
BERAU KALIMANTAN TIMUR

AN ETHNOPHARMACEUTICAL STUDY OF MEDICINAL PLAN FROM


THE BAJAU TRIBE, MARATUA SUB-DISTRICT, BERAU DISTRICT, EAST
KALIMANTAN

Eriska Damayanti1, Nurlina Ibrahim2, Ritha Pratiwi3

Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,


Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

*Corresponding author : eriskady08@gmail.com

ABSTRAK
Suku Bajau adalah suku yang bermukim di Kecamatan Maratua Kabupaten Berau
Provinsi Kalimantan Timur. Pengetahuan lokal mengenai tumbuhan obat yang
dimiliki oleh Suku Bajau diwariskan secara turun temurun. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan data tumbuhan sebagai obat, jenis dan bagian, cara
pengolahan, cara penggunaan, takaran, lama penggunaan dalam mengobati suatu
penyakit, sehingga tersusun basis data terkait kekayaan biodiversitas tumbuhan
obat dan kearifan lokal masyarakat. Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengambilan purposive
sampling. Hasil penelitian yang diperoleh 36 jenis tumbuhan obat. Bagian
tumbuhan yang digunakan antara lain daun 56%, rimpang 13%, buah 10%, batang
10%, herba 5%, umbi 3% dan akar 3%. Cara pengolahan tumbuhan obat
tradisional antara lain direbus 51%, dihaluskan 17%, diseduh 15%, dilumatkan
10% dan diparut 7%. Cara penggunaan tumbuhan obat tradisional antara lain
diminum 66%, ditempel 10%, dimakan 8%, dikompres 8%, dibasuh 5%, dan
digosok 3%. Penyakit yang diobati menggunakan tumbuhan obat yaitu hipertensi,
demam, kolesterol, nyeri, diabetes mellitus, keputihan, liver, diare, luka, luka
bakar, sariawan, rematik, asam urat, maag, tumor dan melancarkan air susu ibu.

Kata kunci : Etnofarmasi, Tumbuhan Berkhasiat Obat, Suku Bajau


ABSTRACT

The Bajau are a tribe who live in Maratua District, Berau Regency, East
Kalimantan Province. Local knowledge about medicinal plants owned by the
Bajau is passed down from generation to generation. This study aims to obtain
data on plants as drugs, types and parts, processing methods, methods of use,
dosage, duration of use in treating a disease, so that a database is compiled related
to the richness of biodiversity of medicinal plants and local wisdom of the
community. This type of research is descriptive research that uses qualitative
methods with purposive sampling technique. The results of the study obtained 36
types of medicinal plants. The plant parts used included 56% leaves, 13%
rhizomes, 10% fruit, 10% stems, 5% herbs, 3% tubers and 3% roots. Methods for
processing traditional medicinal plants include boiling 51%, mashing 17%,
brewing 15%, pulverizing 10% and grating 7%. Methods for using traditional
medicinal plants include drinking 66%, sticking 10%, eating 8%, compressing
8%, washing 5%, and rubbing 3%. Diseases treated using medicinal plants are
Hypertension, Fever, Cholesterol, Pain, Diabetes mellitus, Leucorrhoea, Liver,
Diarrhea, Wounds, Burns, Sprue, Rheumatism, Gout, Ulcer, Tumor and
Breastfeeding.

Keywords: Ethnopharmacy, Medicinal plants, Bajau Tribe

PENDAHULUAN suku bangsa. Demikian juga terhadap


Biodiversitas adalah kekayaan kekayaan tumbuhan obat dan
bangsa dengan nilai yang tidak pengetahuan tradisonal terkait
terhitung besarnya, karena ancaman pemanfaatan tumbuhan obat untuk
terhadap kepunahan biodiversitas pengobatan. Kekayaan sumber daya
akan mengancam kelestarian dan tumbuhan obat memiliki potensi
eksistensi suatu bangsa. Indonesia untuk dikembangkan sekaligus
tidak saja dikenal memiliki kekayaan potensi ancaman dimasa mendatang.
biodiversitas tumbuhan dan hewan (RISTOJA, 2017).
yang tinggi, namun juga memiliki
kekayaan atas keragaman budaya Pengetahuan tentang tumbuhan obat
yang terekspresi dari beragamnya bervariasi dari satu daerah ke daerah
lain. Banyak jenis tumbuhan yang kapal (Bryophyllum pinnatum (Lam.)
digunakan dalam pengobatan oken) yang digunakan untuk
tradisional dapat dijadikan sebagai mengobati demam pada anak-anak.
referensi dunia pengobatan, terutama Contoh tumbuhan lain yang sering
dengan mengulang kembali slogan digunakan yaitu pemeddas keyat
“back to nature” atau “kembali ke (Zingiber officinale Roscoe.) yang
alam”. Obat tradisional pada awalnya digunakan untuk mengobati nyeri
dikenal sebagai obat herbal, namun terutama nyeri haid.
hingga saat ini obat herbal telah
Berdasarkan latar belakang tersebut
dianggap sebagai obat mujarab untuk
diatas peneliti tertarik untuk
pengobatan berbagai penyakit
melakukan penelitian kajian
bahkan berkembang di industri
Etnofarmasi untuk mendapatkan
modern (Dianto et al., 2015).
jenis tumbuhan yang dijadikan

Masyarakat suku Bajau yang sebagai obat mulai bagian tumbuhan,

bermukim di Kecamatan Maratua cara pengolahan, cara penggunaan,

Kabupaten Berau masih erat jumlah takaran dan lama penggunaan

kaitannya dengan pengobatan dalam mengobati penyakit dengan

tradisional. Meskipun saat ini demikian sangat pentingnya tersusun

masyarakat suku Bajau sudah basis data terkait kekayaan

mengenal pengobatan modern dan biodiversitas tumbuhan obat.

didukung dengan adanya fasilitas


METODE PENELITIAN
kesehatan tetapi hingga saat ini
masyarakat suku Bajau masih Waktu dan Tempat Penelitian

menggunakan Tumbuhan obat untuk Penelitian ini dilakukan mulai dari


mengobati penyakit tertentu. bulan Juli 2021-Maret 2022 yang
Masyarakat suku Bajau meyakini bertempat di Kecamatan Maratua.
menggunakan tumbuhan obat untuk
Alat dan Bahan
pengobatan rendah efek samping,
Alat dan bahan yang digunakan
mudah didapatkan dan lebih
dalam penelitian ini adalah alat tulis,
ekonimis. Salah satu tumbuhan obat
lembar kuesioner, kamera dan
yang sering digunakan masyarakat
tumbuhan obat yang dimanfaatkan
suku Bajau yaitu tumbuhan Kapal-
tumbuhan obat yang dimanfaatkan di topik penelitian ini hal ini
Kecamatan Maratua. dimaksudkan untuk memperoleh data
karakteristik hattra serta tumbuhan
Jenis Penelitian
yang digunakan dalam pengobatan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif yang menggunakan
Pengumpulan Sampel
metode kualitatif. Metode kualitatif
Pengumpulan sampel dilakukan
digunakan untuk mengetahui
langsung pada lokasi tumbuhnya
penggunaan tumbuhan obat
dengan dibantu oleh informan.
tradisional oleh masyarakat suku
Selanjutnya sampel kemudian
Bajau di Kecamatan Maratua
didokumentasi diidentifikasi di
Kabupaten Berau Kalimantan Timur.
Laboratorium Biosistematika Jurusan
Biologi FMIPA Universitas
Menentukan Informan
Tadulako.
Informan dalam penelitian ini adalah
orang yang mempunyai pengetahuan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan keahlian dalam penyembuhan
dan mengobati penyakit dengan
Karakteristik Hattra
menggunakan tumbuhan obat dalam
Penelitian ini dilakukan di 4 desa
hal ini orang yang dianggap paling
yang ada di Kecamatan Maratua
tahu.
Kabupaten Berau Kalimantan Timur
Teknik Pengumpulan Data yaitu Desa Bohe Silian, Desa
Teknik pengumpulan data dilakukan Payung-payung, Desa Teluk Harapan
dengan wawancara secara langsung dan Desa Teluk Alulu. Wawancara
yang bersifat semistruktur yaitu dilakukan kepada 6 hattra yang
teknik wawancara yang terlebih merupakan Penyehat tradisional atau
dahulu menggunakan pertanyaan orang-orang yang memiliki
terstruktur menggunakan media pengetahuan dalam mengobati
kuesioner sehingga kemudian satu penyakit menggunakan tumbuhan
persatu diperdalam untuk obat yang didapat secara turun-
mendapatkan data lebih lanjut terkait temurun.
Tabel 4.1 Karakteristik Hattra
No. Uraian Jumlah Persentase (%)
1. Keturunan suku asli Bajau 6 100%
2. Jenis kelamin
a. Laki-laki - -
b. Perempuan 6 100%
3. Usia
a. Lansia awal (46-55 tahun) 3 50%
b. Lansia akhir (56-65 tahun) 3 50%
4. Pendidikan
a. Tamat SD/sederajat 4 67%
b. Tamat SMP/sederajat 2 33%
5. Pekerjaan utama
a. Pedagang 2 33%
b. Petani 1 17%
c. Nelayan 1 17%
d. IRT 2 33%
6. Sumber pengetahuan
a. Orang tua 5 83%
b. Nenek 1 17%
7. Lama menjadi hattra
a. 5-10 Tahun 5 83%
b. >10 Tahun 1 17%
.
Jenis dan Bagian Tumbuhan Obat
Biologi FMIPA UNTAD, diketahui
Tradisional pada Suku Bajau di
Kecamatan Maratua Kabupaten terdapat 36 jenis tumbuhan obat
Berau Kalimantan Timur
tradisional yang digunakan untuk
Hasil identifikasi tumbuhan yang pengobatan suatu penyakit oleh
dilakukan di Laboratorium masyarakat suku Bajau.
Biosistematika tumbuhan Jurusan.

Tabel 4.2 Jenis dan bagian tumbuhan


Bagian Yang
No Nama Lokal Nama Umum Nama Latin Digunakan

1 Alpukat Alpukat Persea americana Mill. Daun


2 Gandarusa Gandarusa Justicia Gendarussa Burm. F. Daun
Andrographis paniculata
3 Sambiloto Sambiloto Daun
(Burm.fil.) Nees
4 Daun Seri Kersen Muntingia calabura L. Daun
5 Tambora Bandotan Ageratum conyzeides L. Daun
6 Jeruju Jeruju Acanthus ilicifolius L. Daun
7 Buyu Sirih Piper betle L. Daun
8 Nangka belanda Sirsak Annona muricata L. Daun
Abelmoschus manihot (L.)
9 Mustajab Gedi Daun
Medik
Artocarpus altilis (Parkinson)
10 Sukun Sukun Daun
Fosberg
Orthosiphon aristatus
11 Kumis kucing Kumis kucing Daun
(Blume) Miq.
12 Jambu Batu Jambu biji Psidium guajava L. Daun
Plectranthus amboinicus
13 Jintan Jintan Daun
(Lour.) Spreng.
14 Anggur hutan Murbei Morus alba L. Daun
Bryophyllum pinnatum (Lam.)
15 Kapal-kapal Cocor bebek Daun
oken
16 Kates Pepaya Carica papaya L. Daun
17 Tapak liman Tapak liman Elephantopus scaber L. Daun
18 Kelor Kelor Moringa oleifera Lam. Daun
Chromolaena odorata (L.)
19 Kirinyuh Kirinyuh Daun
R.M.King & H.Rob
Daun dan
20 Kemangi Kemangi Ocimum basilicum L
batang
Daun dan
21 Daun sop Seledri Apium graveolens L.
batang
Sauropus androgynus (L.) Daun dan
22 Cangkok Katuk
Mrr. batang
Cymbopogon nardus (L.)
23 Serai Serai Batang
Rendle
24 Kunyit Kunyit Curcuma longa L. Rimpang
25 Pemeddas keyat Jahe merah Zingiber Officinale Roscoe. Rimpang
26 Bengallai Bangle Zingiber sp. Rimpang
27 Temulawak Temulawak Curcuma zanthorriza Roxb. Rimpang
28 Lengkuas Lengkuas Alpini galanga (L.) Willd. Rimpang
Belimbing Belimbing
29 Averrhoa bilimbi L. Buah
telunjuk wuluh
30 Ciplukan Ciplukan Physalis angulata L Buah
31 Bengkudu - Mengkudu Morinda citrifolia L. Buah
Phaleria macrocarpa
32 Mahkota dewa Mahkota dewa Buah
(Scheff.) Boerl
Tanaman
33 Meniran Phyllanthus urinaria L. Herba
gendong anak
34 Paku andam Tumbuhan paku Sphaerosstephanos sp. Herba
35 Bawang pote Bawang putih Allium sativum L. Umbi
Imperata cylindria (L.)
36 Alang-alang Alang-alang Akar
P.Beauv.

Tabel 4.3 Cara pengolahan, cara penggunaan, jumlah takaran, lama penggunaan
dan penyakit yang diobati menggunakan tumbuhan obat oleh Suku
Bajau Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan

Cara penggunaan
Nama Cara
No. dan jumlah Lama penggunaan Penyakit
Lokal pengolahan
takaran
Diminum 1 kali Hingga gejala
1. Alpukat Direbus Hipertensi
sehari 1 gelas berkurang/sembuh
Diminum 1 kali
2. Gandarusa Direbus 3 hari Nyeri haid
sehari ½ gelas
Diminum 2 kali Hingga gejala
3. Sambiloto Diseduh Hipertensi
sehari 1 gelas berkurang/sembuh
Diminum 1 kali Hingga gejala
4. Seri Direbus Hipertensi
sehari 1 gelas berkurang/sembuh
Dibasuh 2 kali
5. Tambora Direbus 5-7 hari Keputihan
sehari

Diminum 1 kali
6. Jeruju Direbus 1-3 hari Nyeri perut
sehari 1 gelas
Ditempelkan 1 kali
Dilumatkan 7-14 hari Luka bakar,
sehari
7. Buyu Dibasuh 2 kali
Direbus sehari pada saat 7 hari Keputihan
mandi
Nangka Dikompres 1 kali Demam pada
8. Dihaluskan 3 hari
belanda sehari anak

Diminum 2 kali Diabetes


9. Mustajab Direbus 1 bulan
sehari 1 gelas mellitus
Diminum 2 kali
10. Sukun Direbus >1 bulan Liver
sehari ½ gelas
Kumis Diminum 2 kali Diabetes
11. Direbus >1 bulan
kucing sehari 1 gelas mellitus

Ditempelkan pada Diare pada


12. Jambu batu Dihaluskan 3 hari
perut 2 kali sehari anak

Langsung Dimakan atau


13. Jintan dimakan diminum 2 kali 3-5 hari Sariawan
atau direbus sehari
Anggur Diminum 3 kali
14. Direbus 7 – 14 hari Malaria
hutan sehari ½ gelas

Kapal- Dikompres 2 kali


15. Dilumatkan 3 hari Demam
kapal sehari
Daun hasil rebusan
16. Kates Direbus dimakan 1-2 kali 1-3 hari Nyeri
sehari
Tapak Diminum 2 kali
17. Direbus 5-7 hari Rematik
liman sehari 1 gelas

Diminum 2 kali
18. Kelor Direbus 5-7 hari Asam urat
sehari 1 gelas

Menyembuhka
19. Kirinyuh Dilumatkan Ditempel pada luka 1-3 hari
n luka

Diminum 2 kali Melancarkan


20. Kemangi Direbus 7 hari
sehari 1 gelas ASI
Dilumatkan Diminum 2 kali sehari 1
21. Daun sop 3 hari Hipertensi
lalu diseduh gelas
Direbus atau
dapat Selama masa Melancarkan
22. Cangkok Dimakan 1 -2 kali sehari
dijadikan menyusui ASI
sayur
Dikompres 2 kali sehari
23. Serai Direbus 5-7 hari Rematik
pada bagian yang nyeri
Diminum sehari sekali 1
gelas, 5 -7 hari Maag
pagi sebelum sarapan.
Dihaluskan
24. Kunyit Rimpang kunyit digosokkan
lalu diseduh 1-3 hari Diare
pada perut
Diminum 1 kali sehari 1 Melancarkan
3-5 hari
gelas haid
Diminum 1 kali sehari 1
3 hari Nyeri
gelas
Pemeddas Dihaluskan
25. Dikompres pada bagian Hingga gejala
keyat lalu diseduh
yang berkurang Rematik
nyeri 2 kali /sembuh
Diparut lalu
Diminum 2 kali sehari ½
26. Bengallai diseduh + 3 hari Demam
gelas
madu
Diminum 1 kali sehari 1
27. Temulawak Diseduh gelas 3-5 hari Maag
Sebelum sarapan pagi

Diminum 1 kali sehari


28. Lengkuas Diparut 3-5 hari Diare
2 sendok makan

Belimbing Diminum 1 kali sehari 1 Diabetes


29. Dihaluskan 7- 30 hari
telunjuk gelas mellitus

Langsung Diabetes
30. Ciplukan Dimakan sesering mungkin ≥1 bulan
dimakan mellitus

Diminum 2 kali sehari 1


31. Bengkudu Diparut 3 – 5 hari Sariawan
gelas
Mahkota Diminum 1 kali sehari 1
32. Direbus > 1 bulan Tumor
dewa gelas
Tanaman
Diminum 1 kali sehari 1 Nyeri buang
33. gendong Direbus 5-7 hari
gelas air kecil
anak
Paku
34. Dihaluskan Ditempelkan pada perut 1-3 hari Nyeri perut
andam
Hingga gejala
Bawang Dihaluskan Diminum 1 kali sehari 1
35. berkurang/se Hipertensi
pote lalu diseduh gelas
mbuh
Alang- Diminum 2 kali sehari 1
36. Direbus 3 hari Nyeri
alang gelas
Tabel 4.4 Karakteristik tumbuhan bat yang dimanfaatkan oleh hattra Suku
Bajau
No. Uraian Jumlah Persentase (%)
1. Bagian yang digunakan
Daun 22 56%
Rimpang 5 13%
Buah 4 10%
Batang 4 10%
Herba 2 5%
Umbi 1 3%
Akar 1 3%

3. Cara pengolahan
Direbus 21 51%
Dihaluskan 7 17%
Diseduh 6 15%
Dilumatkan 4 10%
Diparut 3 7%

4. Cara pemakaian
Diminum 26 66%
Ditempel 4 10%
Dikompres 3 8%
Dimakan 3 8%
Dibasuh 2 5%
Digosok 1 3%

5 Takaran penggunaan
a. ½ gelas 4 15%
b. 1 gelas 21 81%
c. 1 sendok makan 1 4%

6. Aturan pakai
a. 1 x sehari 17 47%
b. 2 x sehari 19 53%
7. Lama pengobatan
a. ≤ 1 minggu 27 67%
b. >1 minggu – 1 bulan 3 8%
c. > 1 bulan 4 10%
d. Berkurang/hilang 6 15%
gejala

PEMBAHASAN kelamin perempuan. Pada


karakteristik usia berdasarkan
Hasil wawancara terhadap 6 hattra
wawancara hattra didapatkan hasil
yang menggunakan tanaman obat
usia lansia awal (46-55 tahun) dan
tradisional yang merupakan
lansia akhir (55-65 tahun) memiliki
keturunan Suku Bajau asli. Jenis
persentase yang sama yaitu 50%.
kelamin hatta pada Suku Bajau
(RISTOJA, 2017) sebanyak 36,6%
didapatkan hasil 100% berjenis
informan berpraktik pada usia lanjut, anak keturunannya yang diyakini
sehingga perlu dipikirkan mampu meneruskan dan dianggap
regenerasinya supaya pengetahuan mampu bertanggung jawab sebagai
tentang tumbuhan obat yang dimiliki hattra.
tidak hilang.
Bagian tumbuhan yang paling
Pada katakteristik pendidikan banyak digunakan yaitu daun dengan
persentase tertinggi yaitu hattra yang persentase 57%. Pada umumnya
hanya menempuh pendidikan tamat bagian tumbuhan yang sering
SD/sederajat dengan persentase 67%. digunakan sebagai obat yaitu daun,
Hal ini menjadikan mereka lebih buah, batang, rimpang, umbi, akar
banyak memperoleh pengobatan dan seluruh organ tanaman. Namun
secara informal dari keluarga dan bagian yang paling banyak
pengalaman. Dengan demikian, digunakan sebagai bahan baku
kemungkinan besar keaslian ramuan obat adalah daun. Hal ini
pengetahuan pengobatan mereka dikarenakan bagian daun mudah
tetap terjaga dari pengaruh luar tumbuh kembali dan dapat
(RISTOJA, 2017). dimanfaatkan secara terus-menerus
sampai tumbuhan tersebut tua dan
Pada karakteristik pekerjaan, hattra
mati (Zuhud & Haranto, 1994).
pada suku Bajau mempunyai
pekerjaan utama bukan hattra, Pada pengolahan semua tumbuhan
melainkan sebagai pedagang, setelah diambil diharuskan untuk
nelayan, petani ataupun ibu rumah dicuci bersih terlebih dahulu dan
tangga. Hal sejalan dengan penggunaan tumbuhan obat dalam
kehidupan masyarakat Suku Bajau di bentuk segar tidak memerlukan
Kecamatan Maratua yang berada di waktu yang lama untuk dikonsumsi
pedesaan .Pada karakteristik sumber atau dapat langsung digunakan,
pengetahuan 100% didapatkan secara tetapi tumbuhan obat tidak dapat
turun temurun yaitu dari orang tua bertahan lama. Cara pengolahan
atau nenek. Menurut (Wahyono, tumbuhan obat pada Suku Bajau
2017) seorang hattra cenderung yaitu direbus, dihaluskan, diseduh,
mewariskan pengetahuan kepada diparut dan dilumatkan. Cara
pengolahan yang paling banyak dengan jangka waktu <1 minggu
digunakan adalah direbus dengan merupakan penyakit ringan dan
persentase 51%, hal ini dikarenakan sering dialami oleh masyarakat
menurut para hattra pengolahan sehingga hattra lebih memanfaatkan
tumbuhan obat dengan cara direbus tumbuhan obat karena diyakini
dapat mengeluarkan zat yang minim efek samping dan sangat
terkandung dalam tumbuhan terjangkau.

Cara penggunaan ramuan oleh suku Penggunaan tumbuhan obat dalam


Bajau yang paling banyak digunakan mengobati penyakit oleh hattra suku
yaitu diminum dengan persentase Bajau dikombinasikan dengan
66% hal ini sejalan dengan penelitian caracara khusus, mulai dari
(Mahendra, 2006) tumbuhan obat pengambilan tanaman berjumlah
bila diminum mempunyai reaksi ganjil hal ini dipercaya hattra
lebih cepat dibandingkan dengan merupakan angka baik, mengambil
cara ditempel atau dikunyah dan juga tumbuhan dengan tangan kanan,
dapat mengurangi rasa pahit dari membacakan shalawat saat akan
tumbuhan. mengambil dan memberikan ramuan
obat hingga doa-doa tertentu yang
Jumlah takaran penggunaan obat
hattra tidak bisa sebutkan.
pada suku Bajau sebagian besar
diminum dari hasil rebusan dan
KESIMPULAN
seduhan tumbuhan obat yaitu
Berdasarkan hasil penelitian
sebanyak 1-2 gelas tergantung gejala
inventarisasi tumbuhan obat yang
atau tingkat keparahan penyakit. Hal
digunakan oleh hattra Suku Bajau di
ini menurut hattra penggunaan gelas
Kecamatan Maratua Kabupaten
lebih mudah dan takaran
Berau Kalimantan Timur :
menggunakan gelas sudah dilakukan
sejak dahulu. 1. Jumlah tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai obat
Lama pengobatan <1 minggu diperoleh 36. Bagian tumbuhan
memiliki persentase lebih tinggi yang digunakan antara lain: daun
yaitu 21% hal ini karena pengobatan 57%, rimpang 12%, buah 10%,
batang 10%, umbi 5%, akar 3% DAFTAR PUSTAKA
dan herba %. Dianto, I. (2015). Studi Etnofarmasi
2. Tumbuhan obat yang Tumbuhan Berkhasiat Obat
Pada Suku Kaili Ledo Di
dimanfaatkan untuk mengobati Kabupaten Sigi, Provinsi
penyakit diolah dengan cara Sulawesi Tengah. J. Farm.
Galen. Galen. J. Pharm. E-J. 1,
direbus 51%, dihaluskan 17%, 85–91.
diseduh 15%, dilumatkan 10%
Mahendra, B. 2006. 13 Jenis
dan diparut 7%. Penggunaannya Tanaman Obat Ampuh.
dengan cara diminum 66%, Jakarta: Penebar Swadaya.

ditempel 10%, dikompres 8%, RISTOJA (2017). Laporan Nasional


Eksplorasi Pengetahuan Lokal
dimakan 8%, dibasuh 5% dan
Etnomedisin dan Tumbuhan
digosok 3%. Jumlah takaran obat Obat Berbasis Komunitas di
Indonesia. Badan Penelitian dan
untuk diminum biasanya ½ - 2
Pengembangan Kesehatan
gelas sehari serta lama Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta.
penggunaan tergantung gejala dan
tingkat keparahan penyakit. Wahyono. (2013). Pemanfaatan
Tradisional Tumbuhan Alam
3. Penyakit yang dapat diobati Berkhasiat Obat Oleh
menggunakan tumbuhan obat oleh Masyarakat Di Sekitar Cagar
Alam Tangale 3, 22.
suku Bajau yaitu Hipertensi,
Demam, Kolesterol, Nyeri, Zuhud, EAM dan Haryanto. (1994).
Pelestarian Pemanfaatan
Diabetes mellitus, Keputihan, Keanekaragaman Tumbuhan
Liver, Diare, Luka, Luka bakar, Obat Hutan Tropika Indonesia.
Jurusan Konservasi
Sariawan, Rematik, Asam urat, Sumberdaya Hutan Fakultas
Maag, Tumor dan Melancarkan Kehutanan IPB dan Lembaga
Alam Tropika Indonesia
air susu Ibu. (LATIN). Bogor.
KEPUTUSAN
DEKAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
Nomor :3683/UN28.1.28/KM/2022
TENTANG
PERPANJANGAN PENGANGKATAN DOSEN PEMBIMBING KARYA TULIS ILMIAH/SKRIPSI
DEKAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Menimbang : a. bahwa sesuai surat Ketua/Sek.Jurusan Farmasi No.619/UN28.1.28/PSF/KM/2022 tanggal 04 Juli 2022 tentang Usul
Perpanjangan Pengangkatan Dosen Pembimbing Karya Tulis/Skripsi, maka usul tersebut disetujui;
b. bahwa berhubung belum selesainya penulisan/penyusunan karya tulis ilmiah/skripsi mahasiswa atas nama :
Nama : Eriska Damayanti
NIM : G70117126
Jurusan/Prodi : Farmasi/Farmasi
maka dipandang perlu perpanjangan pengangkatan dosen pembimbing;
c. bahwa untuk kelancaran serta terarahnya penulisan/penyusunan karya ilmiah/skripsi mahasiswa, dipandang perlu mengangkat
kembali dosen pembimbing;
d. bahwa yang tersebut namanya di bawah ini dipandang memenuhi syarat untuk diangkat sebagai pembimbing
penulisan/penyusunan karya ilmiah/skripsi;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a,huruf b, huruf cdan huruf ddi atas, perlu ditetapkan dengan Keputusan Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako sebagai dasar pelaksanaannya;
Mengingat : 1. Undang-undang RI, Nomor 17 Tahun 2003, Tentang Keuangan Negara;
2. Undang-undang RI, Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301 );
3. Undang-undang RI, Nomor 12 Tahun 2012, Tentang Pendidikan Tinggi;
4. Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 2014, Tentang Aparatur Sipil Negara;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 , Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi;
6. Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI, Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Statuta Universitas Tadulako;
7. Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Nomor 44 Tahun 2017 jo. Nomor 3 Tahun 2019 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Universitas Tadulako;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi;
9. Peraturan Presiden Nomor: 82 Tahun 2019 Tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
10. Keputusan Presiden Nomor: 36 Tahun 1981, Tentang Pendirian Universitas Tadulako;
11. Keputusan Menteri Keuangan RI, Nomor 97/KMk.05/2012, Tentang Penetapan Universitas Tadulako pada Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
12. Keputusan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI Nomor : 10782/M/KP/2019, tentang Pengangkatan Rektor
Universitas Tadulako Masa Jabatan 2019-2023
13. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 193/PMK.05/2016, tentang penetapan Remunerasi bagi Pejabat Pengelola, Dewan
Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum Universitas Tadulako pada Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi;
14. Keputusan Rektor Universitas Tadulako, Nomor 2958/H28/KP/2007, Tentang Pembukaan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Tadulako;
15. Keputusan Rektor Universitas Tadulako, Nomor 4418/UN28/KP/2019,Tentang Pengangkatan Dosen yang diberi Tugas
Tambahan Sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako masa jabatan 2019-2023.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TADULAKO TENTANG
PERPANJANGAN PENGANGKATAN DOSEN PEMBIMBING KARYA ILMIAH/SKRIPSI
KESATU : Mengangkat kembali dosen pembimbing masing-masing :
Nama :apt. Dr. Hj. Nurlina Ibrahim, M.Si
NIP/NIDN :19610217 1989 03 2 001
Pangkat/Gol. : Penata Tk. 1/III/d sebagai Pembimbing I
Nama :apt.Ritha Pratiwi, S.Si., M.Si
NIP/NIDN :0004128607
Pangkat/Gol. : - sebagai Pembimbing II
KEDUA : Mereka yang namanya tersebut pada dictum KESATU pada keputusan ini untuk segera melanjutkan pembimbingan
penulisan/penyusunan karya tulis ilmiah/skripsi kepada mahasiswa:
Nama :Eriska Damayanti
NIM :G70117126
Jurusan/Prodi :Farmasi/Farmasi
DenganJudul :Studi Etnofarmasi Tumbuhan Berkhasiat Obat pada Suku Bajau Kecamatan Maratua Kabupaten Berau Kalimantan
Timur
KETIGA : Jika mahasiswa tidak dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah/skripsi tersebut sampai berakhirnya SK tersebut, maka segera
mengganti judul karya tulis ilmiah/skripsi dan/atau dosen pembimbing.
KEEMPAT : Konsekuensi biaya yang diperlukan atas diterbitkannya keputusan ini dibebankan pada DIPA Universitas Tadulako yang dialokasikan
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universita Tadulako melalui sistem perhitungan pembayaran remunerasi.
KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berakhir pada tanggal 31 Desember 2022.
Ditetapkan di : Palu
Pada tanggal : 04 Juli 2022
D e k a n,

Prof. Ir. DARMAWATI DARWIS, S.Si.,M.Si.,Ph.D


NIP.197111241997022001
Tembusan :
1. Rektor Universitas Tadulako
2. Wakil Dekan Bidang Akadedmik FMIPA UNTAD
3. Ketua Jurusan/Prodi Farmasi FMIPA UNTAD
4. Masing-masing yang bersangkutan untuk dilaksanakan

You might also like