You are on page 1of 4

BAB 4

PENDEKATAN TRADISIONAL UNTUK PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI

Pendekatan tradisional merupakan riset konvensional dan bukannya riset aliran baru yang
mengandalkan pemikiran tradisional untuk merumuskan kerangka akuntansi konseptual. Kita
dapat membedakan beberapa pnedekatan tersebut menjadi:

1. Pendekatan non-teoritis
2. Pendekatan deduktif
3. Pendekatan induktif
4. Pendekatan sosiologis
5. Pendekatan ekonomis

HAKIKAT AKUNTANSI: BERBAGAI GAMBARAN

Committee on Terminology dari American Institute of Certified Public Accountant pada awalnya
mendefinisikan akuntansi sebagai berikut:

Akuntansi adalah seni pencatatan, pengkalsifikasian, dan pengikhtisaran, dengan aturan baku
dan dalam satuan uang, transaksi dan peristiwa yang paling tidak sebagian darinya, memiliki
karakter keuangan, dan selanjutnya interpretasi atas hasilnya.

Belakangan ini, akuntansi telah didefinisikan dengan referensi pada suatu konsep informasi:

Akuntansi merupakan aktivitas jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif.


terutama yang bersifat keuangan, mengenal entitas ekonomi yang dimaksudkan untuk dapat
memberikan manfaat dalam pengambilan keputusan, dan dalam membuat pilihan logis di
antara serangkaian tindakan.

Definisi-definisi di atas mengacu kepada akuntansi, baik akuntansi sebagai seni maupun sebagai
aktivitas jasa dan secara tidak langsung menyatakan bahwa akuntansi mencakup sekumpulan
teknik yang dianggap bermanfat untuk suatu bidang tertentu. The Handbook of Accounting
mengidentifikasi berbagai bidang yang memanfaatkan akuntansi yaitu: laporan keuangan,
perhitungan dan perencanaan pajak, audit independent, pemrosesan data dan sistem
informasi, akuntansi biaya dan akuntansi manajemen, akuntansi pendapatan nasional, dan
konsultasi manajemen.

Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam
menguraikan perbedaan teori-teori akuntansi. Beberapa pandangan tersebut antara lain:

1. Akuntansi Sebagai Ideologi

Ideologi merupakan pandangan umum yang terlepas dari wawasannya yang perihal dan
mungkin penting, mencegah kita untuk memahami masyarakat di mana kita tinggal dan
kemungkinan untuk mengubahnya.

Karl Marx menganggap bahwa akuntansi memberikan suatu bentuk kesadaran yang salah dan
merupakan sarana untuk membingungkan dan bukannya mengungkapkan hakikat yang
sebenarnya dari hubungan sosial yang membentuk suatu usaha yang produktif. Akuntansi juga
telah dianggap sebagai suatu mitos, simbol, dan ritual yang memungkinkan penciptaan aturan-
aturan simbolis yang mana di dalamnya agen-agen sosial dapat saling berinteraksi. Kedua
persepsi tersebut juga tertanam dalam pandangan umum yang melihat akuntansi sebagai
instrumen dari rasionalitas ekonomi dan sebagai alat sistem kapitalis.

Persepsi akuntansi sebagai instrument rasionalitas ekonomi digambarkan dengan sangat baik
oleh Weber, yang mendefinisikan rasionalitas formal dari suatu tindakan ekonomi sebagai
“tingkat sampai sejauh mana perhitungan kuantitatif atau akuntansi mungkin dilakukan secara
teknis dan secara nyata dapat diterapkan”.

Praktik kapitalis mengubah satuan uang menjadi suatu alat perhitungan biaya-laba yang
rasional, yang monumen utamanya adalah pembukuan pencatatan berpasangan (double-entry
bookkeeping)... terutama produk dari evolusi rasionalitas ekonomi, kalkulus biaya-laba, yang
selanjutnya bereaksi terhadap rasionalitas itu sendiri melalui pengkristalan dan pendefinisian
secara numerik, dan dengan kuat mendorong logika mengenai perusahaan.

2. Akuntansi Sebagai Bahasa


Akuntansi dipandang sebagai suatu bahasa (language) bisnis. Akuntansi adalah satu alat
mengkomunikasikan informasi suatu bisnis. Persepsi akuntansi sebagai bahasa ini juga diakui
oleh profesi akuntansi, yang menerbitkan bulletin terminologi akuntansi. Hal ini juga diakui
dalam literature empiris, yang mencoba untuk mengukur komunikasi dari konsep akuntansi.
Terdapat dua komponen dari bahasa, yaitu simbol dan aturan tata bahasa. Jadi, pengakuan
akuntansi sebagai bahasa terletak pada identifikasi dari kedua komponen tersebut sebagai dua
tingkat dalam akuntansi. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:

1. Simbol atau karakter leksikal (symbol or lexical characteristic) dari suatu bahasa adalah unit
unit atau kata-kata "yang memiliki arti" dan dapat diidentifikasikan dalam bahasa mana pun.
Simbol-simbol ini merupakan objek linguistik yang digunakan untuk mengidentifikasi konsep
konsep tertentu. Penyajian secara simbolik memang ada di akuntansi. Sebagai contoh,
McDonald mengidentifikasi angka dan kata serta debit dan kredit sebagai satu-satunya simbol
yang diterima dan unik dalam disiplin ilmu akuntansi

2. Aturan tata bahasa (grammatical rules) dari suatu bahasa mengacu pada pengaturan
sintaksis pada bahasa apa pun. Dalam akuntansi, aturan fata bahasa mengacu pada sekelompok
prosedur umum yang digunakan dan diikuti untuk menciptakan seluruh data keuangan bisnis.

Jain membuat persamaan berikut antara aturan tata bahasa dengan aturan akuntansi: CPA (ahli
dalam akuntansi) mensertifikasi kebenaran dari penerapan aturan sama halnya dengan ahli
bahasa untuk kebenaran tata bahasa dari kalimat. Aturan-aturan akuntansi merumuskan
struktur inheren dari suatu bahasa baku.

3. Akuntansi Sebagai Catatan Historis

Umumnya, akuntansi telah dipandang sebagai suatu sarana penyediaan sejarah/historis


(history) suatu organisasi dan transaksi-transaksinya dengan lingkungannya. Baik bagi pemilik
maupun pemegang saham perusahaan, pencatatan akuntansi menyediakan suatu sejarah
kepengurusan manjer terhadap sumber daya pemilik. Konsep kepengurusan pada dasarnya
adalah suatu fitur dari hubungan prinsipal agen, dimana agen diasumsikan menjaga sumber
daya dari prinsipal. Pengukuran konsep kepengurusan ini tela berevolusi dari waktu ke waktu.
Binberg membedakannya menjadi empat periode :

1. Periode pemeliharaan murni (pure custodial period)


2. Periode pemeliharaan tradisional (traditional custodial period).
3. Periode utilisasi aktiva (asset-utilization period)
4. Periode terbuka (open-ended period)

Dua periode ini mengacu pada kebutuhan agen untuk mengembalikan sumber daya secara utuh
kepada prinsipal dengan melakukan pekerjaan secara minimal guna memenuhi fungsi
pemeliharaan dan pengungkapan data neraca dianggap sudah memadai. Periode ketiga
mengacu pada kebutuhan agen untuk memberikan inisiatif dan wawasan dalam menggunakan
aktiva untuk melakukan rencana yang telah disetujui, dan membutuhkan diperolehnya data
evaluasi kinerja atas efektivitas penggunaan aktiva. Pada periode terbuka, memberikan
fleksibilitas yang lebih tinggi dalam penggunaan aktiva dan memperbolehkan agen untuk
memetakan arah dari utilitas aktiva.

4. Akuntansi Sebagai Realitas Ekonomi Masa Kini

Akuntansi juga telah dipandang sebagai suatu sarana untuk mencerminkan realitas ekonomi
masa kini (current economic reality). Tesis utama dari pandangan ini adalah bahwa baik neraca
maupun laporan laha rug harus didasarkan pada suatu basis penilaian yang lebih
mencerminkan kenyataan ekonomi daripada biaya historis. Metode yang dianggap paling
mencerminkan kenyataan ekonomi berfokus pada harga masa kini dan masa depan, bukannya
pada harga historis. Tujuan utama dari gambaran akuntansi ini adalah penentuan laba yang
sebenarnya, suatu konsep yang mencerminkan perubahan kesejahteraan perusahaan pada
suatu periode waktu. Metode mana yang paling baik dalam mengukur

You might also like