Professional Documents
Culture Documents
Retinoblastoma (Anak Sakit)
Retinoblastoma (Anak Sakit)
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
(B15-B NON REGULER)
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan Anak Sakit Kronis dan Terminal.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka dari itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran dan masukan serta kritik dari berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Tim Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling sering di
jumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan,
melainkan juga kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum
banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang
masihminim mengenai penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia
sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan
masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat
diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan
mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan
dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan
kedokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik
atau terdapat faktor risiko.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang penyakit
retinablastoma ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masih kurang diperhatikan.
Dan kami sebagai perawat perlu memahami dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan
terhadap pasien dengan retinoblastoma.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
Tujuan umum
Tujuan khusus
1. Mengetahui Pengertian dari penyakit retino blastoma.
2.1 Definisi
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik
retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia klien
saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral.
Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata
yanglain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk
memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral,
khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006).
2.2 Etiologi
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor
dimakula,dapat terlihat gejala awal strabismus. massa tumor yang semakin membesar akan
memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (vitreous seeding) yang
menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior
mata ,akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau
hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan infasi tumor melalui
ner8usoptikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis
jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning
mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan
perdarahan. karna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe
preaurikular dan submandibuladan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.
Kanker retina ini pemicunya adalah faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan infeksi
virus. Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagiantengah
mata atau retina, membuat mata seolah!olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian kelopak
mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling./api
apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tanda-tanda berupa
mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi gelap
terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit
retinoblastoma.
2.4 Patofisiologi
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin
membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan viterus yang
menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata,
akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan infasi tumor melalui
nervusoptikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh
kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat,
dapatmenonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Karna
iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan
submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera , terutati.
1. Golongan I
b. Tumor multipel tidak lebih dari 4dd, dan terdapat pada atau dibelakang ekuator
2. Golongan II
b. tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
4. Golongan IV
5. Golongan V
b. penyebaran ke viterous
tumor menjadi lebih besar, bola mata membesar menyebabkan eksoftalmus kemudian
dapat pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya. Menurut
Grabowski dan Cbrahamson, membagi penderajatan berdasarkan tempat utama dimana
retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
1. Derajat I intraokular
a. tumor retina.
c. penyebaran ke ueva.
2. Derajat II orbita.
a. tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan biopsi.
b. nervous optikus
2.6 Penatalaksanaan
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan
localuntuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis
ekstrokular,regional, dan metastatic.
Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya masih terlindungi.
Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang memiliki riwayat keluarga, karena
diagnosis biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua
matanya terambil atau keluar karena penyakit intraocular yang sudah lanjut, baik pada waktu
masuk atau setelah gagal pengobatan local.
1. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma. Pemasangan
bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelah prosedur ini, untuk meminimalkan efek
kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua tahun pertama
kehidupan,asimetri wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan orbita. Bagaimanapun,
jika matakontralateral juga terlibat cukup parah, pendekatan konservatif mungkin bisa
diambil.Anukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, in8asi ke rongga naterior, atau terjadi
rubeosisiridis, dan apabila terapi local tidak dapat dievaluasi karena katarak atau gagal untuk
mengikuti pasien secara lengkap atau teratur. Anuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan
padasaat diagnosis tumor sudah menyebar ke ekstraokular. Massa orbita harus dihindari.
Pembedahan intraocular seperti vitrektomi, adalah kontraindikasi pada pasien retinoblastoma,
karena akan menaikkan relaps orbita.
3. Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin sering
digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan untuk tumor yang
ukurannya kecil sampai sedang yang tidak setuju dengan kryo atau fotokoagulasi, pada
kasusyang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga digunakan pada terapi awal,
khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara ini menimbulkan malignansi
sekunder.
4. Kryo atau fotokoagulasi 4ara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5
mm) dan dapat diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali
sampai kontrol lokal terapi kryoterapi biasanya ditujukan untuk tumor bagian depan dan
dilakukan dengan petanda kecil yang diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi
secara umum digunakan untuk tumor bagian belakang baik menggunakan laser argon atau
xenon. Eotokoagulasi tidak boleh diberikan pada tumor dekat makula atau diskus optikus,
karena bisa meninggalkan jaringan parut yang nantinya akan menyebabkan ambliopi. kedua
cara ini tidak akan atau sedikit menyebabkan komplikasi jangka panjang.
Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan kemoterapi sebagai terapi
awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan untuk mengurabgi ukuran tumor dan membuat
tumor bisa diterapi secara lokal. Kemoterapi sudah dibuktikan tidak berguna untuk kasus
intraocular, tetapi dengan menggunakan obat yang lebih baru dan lebih bisa penetrasi kemata,
obat ini muncul lagi. Pendekatan ini digunakan pada kasus-kasus yang tidak dilakukan EBRT
atau enukleasi, khususnya kasus yang telah lanjut. Carboplatin baaik sendiri ataudikombinasi
dengan fincristine dan VP16 atau VM26 setelah digunakan. Sekarangkemoreduksi dilakukan
sebagai terapi awal kasus retinoblastoma bilateral dan mengancam fungsi mata.
6. Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang luas,
prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil pasien
dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang diterimanya secra luas sistem
stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar penelitian
didasarkan pada gambaran factor risiko secara histopatologi. Penentuan stadium secara
histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk menentukan risiko relaps. Banyak
peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk pasien-pasien retinoblastoma intraokular dan
memiliki faktor risiko potensial seperti nervus optikus yang pendek (<5mm), tumor undif
ferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar. Kemoterapi ingtratekal dan radiasi
intracranial untuk mencegah penyebaran ke otak tidak dianjurkan.
7. Komplikasi
1. Glaukoma
2.Katarak
3.Kebutaan
4. antropi mata
8. Pemeriksaan Penunjang
1.oftalmoskopi mata
2. ultrsonograf
3. foto fundus
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN RETINO BLASTOMA
Anak T umur 3 tahun di diagnosa retino blastoma pada mata kanannya setahun yang
lalu.Lima bulan yang lalu, mata kanan anak / di lakukan oprasi pengangkatan tumor . Saat ini
anak / masuk rumah sakit karena di mata kirinya terdapat bercak putih di mata tengahnya.
matanya menonjol terdapat stabismus. Anak mata kirinya visusnya 1/60 dan dari hasil
pemriksaan patologi anatomi d temukan metastase ke otak dan mata kiri. Dari keterangan
keluarga, ternyata nenek pasien pernah menderita kanker servik.
3.1 Pengkajian
Anamnesa
1. Identitas Pasien
a. Nama : Anak T
b. Usia : 3 thn
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
2. Keluhan Utama
Keluhan Utama yang dirasakan pasien adanya penurunan fungsi penglihatan
Biopsikososial spritual
Gejala : perasaan tidak percaya diri, berbeda dengan teman sebayanya .
Tanda : murung, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung
Ketajaman
penglihatan menurun
Ke otak
Malu
Risiko keterlambatan
perkembangan
berikan
pencahayaan
yang adekuat.
Menghindari
Jangan lakukan
kebingungan
perubahan yang
pasien dalam
tidak diperlukan
menjalani
oleh lingkungan
kehidupan
fisik.
sehari-hari
Berikan support
sistem (keluarga,
teman dekat dan
Mempertahanka
lain lain)
n kotrak sosial
kekuatan moral
klien dalam
mengahdapi
masalahnya.
5 Risiko Klien mampu Bangun rasa percaya Agar klien
keterlambatan berintegrasi dengan diri. mampu
Tingkatkan rasa
percaya diri dan Agar klien
kemampuan diri mampu dan mau
klien yang positif. melakukan/
melaksanakan
program
perawatan yang
dianjurkan tanpa
mengurangi
peran ser-tanya
dalam
pengobatan/
perawatan diri-
nya.
3.5 Evaluasi
No.
Tgl Catatan Perkembangan Paraf
Dx
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi