You are on page 1of 6

1.

Salam kepada sesama muslim


‫سلَّ َم َقا َل خَ لَ َق اللَّ ُه آ َد َم‬ َ َ‫ي صَ لَّى اللَّ ُه عَ لَيْ ِه و‬ ِّ ‫ي اللَّ ُه عَ ْن ُه عَ نْ النَّ ِب‬ َ ‫ض‬ ِ َ‫عَ نْ َأ ِبي ُهرَ يْرَ َة ر‬
‫اس تَ ِمعْ َم ا‬ ْ ‫س لِّ ْم عَ لَى ُأولَِئكَ ِمنْ ا ْل َماَل ِئ َك ِة َف‬ َ ‫وَ طُولُ ُه ِس تُّونَ ِذرَ اعً ا ثُ َّم َق ا َل ا ْذ َهبْ َف‬
‫ساَل ُم عَ لَيْ كَ وَ رَ ْح َم ُة اللَّ ِه‬ َّ ‫ساَل ُم عَ لَيْ ُك ْم َف َقالُوا ال‬ َّ ‫ي َُحيُّونَكَ تَ ِحيَّتُكَ وَ تَ ِحيَّ ُة ُذرِّ يَّتِكَ َف َقا َل ال‬
ُ‫ص ورَ ِة آ َد َم َفلَ ْم يَ زَ لْ ا ْلخَ ْل قُ يَ ْن ُقص‬ ُ ‫َفزَ ادُو ُه وَ رَ ْح َم ُة اللَّ ِه َف ُك ُّل مَنْ َيدْخُ ُل ا ْل َجنَّ َة عَ لَى‬
َ‫َحتَّى اآْل ن‬
“Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW bersabda: Dahulu Allah mencipta Adam a.s. yang
tingginya enam puluh hasta (tangan kalian) kemudian berfirman: Pergilah kamu dan berilah
salam kepada mereka para malaikat dan dengarkanlah bagaimana mereka menjawab salam
penghormatan kepadamu dan juga salam penghormatan dari anak keturunanmu. Maka
Adam menyampaikan salam: “as-Salaamu ‘alaikum” (salam sejahtera untuk kalian).
Mereka menjawab: “as-salaamu ‘alaika wa rahmatullah” (salam sejahtera dan rahmat
Allah buat kamu). Mereka menambahkan kalimat “wa rahmatullah”. Nanti setiap orang
yang masuk surga bentuknya seperti Adam ‘alaihissalam dan manusia terus saja berkurang
(tingginya) sampai sekarang”.[4]
Ucapan salam yang lengkap adalah:
‫ألَسال ُم عليكم ورحم ُة هللا وبركاتُ ُه‬
(Semoga keselamatan tetap atas kamu sekalian, demikian pula rahmat Allah dan barakah-
Nya).
Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW dan mengucapkan: “Assalamu’alaikum”, Nabi
bersabda: “sepuluh”. Lalu datang laki-laki lain dan mengucapkan: “Assalamu’alaikum
Warahmatullah”, Nabi bersabda: “dua puluh”. Dan datanglah laki-laki yang ketiga dan
mengucapkan: “Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakaatuh”, Nabi bersabda: “tiga
puluh”.[5]
2. Salam kepada penghuni kubur
Salam kepada penguni kubur adalah dengan ucapan sebagai berikut:
َ‫شا َء اللَّ ُه ِب ُك ْم اَل ِح ُقون‬
َ ْ‫ساَل ٌم عَ لَيْ ُك ْم دَارَ َقوْ ٍم ُمْؤ ِم ِنينَ وَ ِإنَّا ِإن‬
َ
“Keselamatan atas kalian semua wahai kaum muslimin, dan sungguh insyaallah kami akan
menyusul kalian.”
Lafal tersebut seperti yang dicontohkan Rasulullah dalam hadits berikut:
َ ‫س لَّ َم ِإلَى ا ْل َم ْقبَ رَ ِة َف‬
‫س لَّ َم‬ َ َ‫ص لَّى اللَّ ُه عَ لَيْ ِه و‬
َ ‫س و ُل اللَّ ِه‬ ُ َ‫عَ نْ َأ ِبي ُهرَ يْرَ َة َقا َل خَ رَ َج ر‬
َ‫شا َء اللَّ ُه ِب ُك ْم اَل ِح ُقون‬ َ ‫عَ لَى َأ ْه ِل َها َقا َل‬
َ ْ‫ساَل ٌم عَ لَيْ ُك ْم دَارَ َقوْ ٍم ُمْؤ ِم ِنينَ وَ ِإنَّا ِإن‬
“Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW keluar menuju areal pekuburan, lalu
Beliau memberi salam kepada para penghuninya seraya bersabda: Keselamatan atas kalian
semua wahai kaum muslimin, dan sungguh insyaallah kami akan menyusul kalian”.[6]
3. Salam kepada ahli kitab
Rasulullah SAW melarang kita mendahului ahli kitab dengan salam. Hal ini sebagaimana
sabda Rasulullah berikut:
‫س لَّ َم َق ا َل اَل تَ ْب َدءُوا ا ْليَ ُه و َد وَ اَل‬
َ َ‫ص لَّى اللَّ ُه عَ لَيْ ِه و‬
َ ‫س و َل اللَّ ِه‬ ُ َ‫عَ نْ َأ ِبي ُهرَ ْي رَ َةَأنَّ ر‬
‫يق َفاضْ ط َ ُّرو ُه ِإلَى َأضْ يَ ِق ِه‬ ‫َأ‬
ٍ ‫ساَل ِم َفِإ َذا لَ ِقيتُ ْم َح َد ُه ْم ِفي ط َ ِر‬
َّ ‫النَّصَ ارَ ى ِبال‬
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: Janganlah kalian mendahului orang-
orang Yahudi dan Nasrani memberi salam. Apabila kalian berpapasan dengan salah
seorang di antara mereka di jalan, maka desaklah dia ke jalan yang paling sempit.”[7]
 Memberi Salam
ِ ‫ُس لِّ ُم ال رَّ اكِبُ عَ لَى ا ْلم‬َ ‫سلَّ َم َق ا َل ي‬
َ َ‫ي صَ لَّى اللَّ ُه عَ لَيْ ِه و‬ ‫َأ‬
‫َاش ي‬ ِّ ‫عَ نْ ِبي ُهرَ يْرَ َة عَ نْ النَّ ِب‬
َ ‫ير وَ زَ ا َد ابْنُ ا ْل ُمثَنَّى ِفي َح ِديثِ ِه وَ ي‬
‫ُس لِّ ُم‬ ِ ِ‫اع ِد وَ ا ْل َق ِلي ُل عَ لَى ا ْل َكث‬ ِ ‫َاش ي عَ لَى ا ْل َق‬ ِ ‫وَ ا ْلم‬
ِ ‫صغِيرُ عَ لَى ا ْل َك ِب‬
‫ير‬ َّ ‫ال‬
“Dari al-Hasan dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, Beliau bersabda: hendaknya yang
berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan, yang berjalan memberi salam kepada
yang duduk, kelompok yang sedikit memberi salam kepada yang banyak. Ibnu Mutsanna
menambahkan dalam haditsnya: hendaknya yang kecil memberi salam kepada yang
besar.”[8]
Berdasarkan hadits Nabi SAW riwayat Tirmidzi tersebut, maka orang yang seharusnya
memberi salam terlebih dahulu adalah:
1. Orang berkendaraan memberi salam kepada pejalan kaki
Orang yang berkendaraan diutamakan mendahului mengucapkan salam kepada para pejalan
kaki. Apabila Anda naik kendaraan, usahakan mendahului mengucapkan salam jika bertemu
muslim pejalan kaki lainnya. Hal ini tentu saja dilakukan apabila kendaraan yang digunakan
cukup memungkinkan Anda untuk mengucapkan salam. Apabila naik kendaraan yang melaju
dengan cepat, seperti misalnya kereta api, bus dan mobil, tentu Anda tidak mudah
memberikan salam. Dalam hal ini, tidak mengapa apabila Anda tidak mengucapkan salam.
Tetapi jika Anda mengendarai sepeda motor, becak, andong atau alat transportasi lain yang
dijalankan dengan tidak terlalu kencang, tentu Anda dapat memberikan salam dengan mudah.
2.  Pejalan kaki memberi salam kepada yang duduk
Orang yang sedang berjalan diutamakan mendahului salam kepada mereka yang diam di
tempat. Bagi pejalan kaki tentu tidak menemui hambatan dalam mengucapkan salam kepada
orang yang dijumpainya, baik dalam keadaan sedang duduk atau berdiri. Hal ini tentu
berbeda apabila dibandingkan dengan orang yang sedang berkendaraan dengan kecepatan
tinggi. Oleh sebab itu, maka orang yang berjalan kaki hendaknya mendahului mengucapkan
salam kepada mereka yang dijumpainya, baik sedang duduk atau berdiri.
Dalam kehidupan sehari-hari, kondisi seperti ini sering kita alami di berbagai tempat, baik
sekolah/kampus, kantor atau tempat-tempat lainnya. Bagi pegawai yang tiba di tempat kerja
dan dalam keadaan berjalan menemui rekan-rekan yang telah datang lebih dahulu serta sudah
berada di ruang kerja masing-masing, maka kewajiban Anda adalah mendahului memberi
salam. Bagi pelajar/mahasiswa yang baru memasuki ruang belajar dan mendapati teman-
temannya sudah berada di tempat, maka kewajiban Anda adalah memberi salam kepada
mereka. Apabila sedang mendapatkan layanan, seperti misalnya pemeriksaan oleh dokter,
berbelanja, mengurus ijin usaha, membeli tiket, check-in atau check-out hotel, dan lain
sejenisnya, maka kewajiban Anda adalah memberi salam kepada orang-orang yang melayani
Anda. Demikian halnya ketika sedang bertamu, maka kewajiban Anda adalah memberi salam
kepada shahibul bait atau tuan rumah.
3. Kelompok sedikit memberi salam kepada kelompok yang lebih besar
Apabila ada dua kelompok orang saling bertemu, maka hendaknya mereka yang paling
sedikit jumlah anggotanya mendahului memberi salam. Orang yang sendirian termasuk
dalam kelompok yang sedikit. Dalam kehidupan sehari-hari, baik ketika berjalan sendirian
atau bersama istri/suami dan bertemu sahabat yang sedang berjalan-jalan sekeluarga, atau
tatkala berangkat bersama rombongan menuju tempat pengajian dan di jalan bertemu
rombongan dengan jumlah yang lebih banyak, maka kewajiban Anda adalah mendahului
memberi salam. Dalam kelompok tersebut cukup seorang saja yang mengucapkan salam.[9]
4.  Anak muda memberi salam kepada orang yang lebih tua
Rasulullah SAW mengajarkan agar anak muda menghormati orang yang lebih tua.
Sebaliknya, orang yang lebih tua menyayangi mereka yang lebih muda. Demikian halnya
dengan memberi salam, anak muda hendaknya mendahului mengucapkannya sebagai wujud
penghormatan kepada orang yang lebih tua. Ketika bertemu kakek, nenek, orangtua, paman,
bibi, guru, kakak dan orang-orang yang usianya lebih tua dari Anda, dahuluilah mereka
dengan salam.
 Menjawab Salam Sesama Muslim
1. Menjawab Salam adalah kewajiban
Menjawab salam adalah kewajiban bagi orang yang mendapatkan ucapan salam. Menerima
salam balik menjadi hak orang yang telah memberikan ucapan salam. Hal ini sebagaimana
sabda Nabi Muhammad SAW berikut:
‫ب َأنَّ َأبَ ا‬ َ ‫س ِعي ُد بْنُ ا ْلم‬
ِ َّ‫ُس ي‬ َ ‫ب َق ا َل َأخْ بَ رَ ِني‬ ٍ ‫ي َق ا َل َأخْ بَ رَ ِني ابْنُ ِش َها‬ ِ َ‫عَ نْ اَأْلوْ ز‬
ِّ ‫اع‬
‫س لَّ َم يَ ُق و ُل َح ُّق‬ َ َ‫س ِم ْعتُ رَ سُو َل اللَّ ِه صَ لَّى اللَّ ُه عَ لَيْ ِه و‬َ ‫ي اللَّ ُه عَ ْن ُه َقا َل‬َ ‫ض‬ِ َ‫ُهرَ يْرَ َة ر‬
‫يض وَ اتِّبَ اعُ ا ْل َجنَ اِئ ِز وَ ِإ َجابَ ُة‬ ِ ‫الس اَل ِم وَ ِعيَ ا َد ُة ا ْل َم ِر‬
َّ ‫ُس ِل ِم خَ مْ سٌ رَ ُّد‬ْ ‫ا ْلمُسْ ِل ِم عَ لَى ا ْلم‬
ُ‫ش ِميت‬ ْ َ‫الدَّعْ وَ ِة وَ ت‬
“Dari al-Awza’iy berkata, telah mengabarkan kepada saya Ibnu Syihab berkata, telah
mengabarkan kepada saya Sa’id bin al-Musayyab bahwa Abu Hurairah radliallahu ‘anhu
berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Hak muslim atas muslim lainnya ada
lima, yaitu menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi
undangan dan mendo’akan orang yang bersin”.[10]
Kewajiban menjawab salam akan berakibat kepada si pemberi salam. Dalam hal ini, pemberi
akan mendapatkan salam yang sama sesuai dengan apa yang ia berikan. Tata-cara salam yang
mengedepankan hak salam atas orang lain pun akan menempatkan kita pada posisi memberi
kemanfaatan baginya. Dengan demikian, kita didorong menjadi manusia terbaik, sebab
sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.
Apabila terdapat sekelompok orang, cukuplah salah satu di antaranya yang memberi atau
menjawab salam. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “cukuplah salah seorang dari
kelompok yang lewat memberikan salam, dan salah seorang dari orang-orang yang duduk
menjawabnya”.[11]
2. Menjawab salam dengan yang lebih baik
Menjawab salam dengan yang lebih baik didasarkan firman Allah sebagai berikut: “apabila
kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang
lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa).[12]
 Keadaan-keadaan Khusus Tidak Menjawab Salam
a. Saat Melaksanakan Shalat
Tidak menjawab salam tatkala melaksanakan shalat didasarkan pada hadits berikut:
‫الص اَل ِة‬
َّ ‫س لَّ َم وَ ُه وَ ِفي‬ َ َ‫ص لَّى اللَّ ُه عَ لَيْ ِه و‬ َ ‫ي‬ َ ‫عَ نْ عَ ْب ِد اللَّ ِه َقا َل ُكنْتُ ُأ‬
ِّ ‫س لِّ ُم عَ لَى النَّ ِب‬
ُ َ‫ي وَ َقا َل ِإنَّ ِفي الصَّ اَل ِة ل‬
‫ش ْغاًل‬ َّ َ‫سلَّمْ تُ عَ لَيْ ِه َفلَ ْم يَرُ َّد عَ ل‬
َ ‫ي َفلَمَّا رَ َجعْ نَا‬
َّ َ‫َفيَ ُر ُّد عَ ل‬
Artinya: “Dari ‘Abdullah r.a. berkata: Aku pernah memberi salam kepada Nabi SAW ketika
Beliau sedang shalat, maka Beliau membalas salamku. Ketika kami kembali (dari negeri an-
Najasyi), aku memberi salam kembali kepada Beliau, namun Beliau tidak membalas
salamku. Kemudian Beliau berkata: Sesungguhnya dalam shalat terdapat kesibukan”.[13]
Dalam hadits lain, dari Jabir bin ‘Abdullah r.a. berkata; Rasulullah SAW mengutusku untuk
menyelesaikan keperluan Beliau. Maka aku berangkat, kemudian kembali setelah
menuntaskan tugasku itu, lalu aku menemui Nabi SAW. Aku memberi salam kepada Beliau,
namun Beliau tidak membalas salamku. Kejadian itu menimbulkan kegusaran dalam hatiku
yang hanya Allah sajalah yang lebih mengetahuinya. Kemudian aku berkata dalam hatiku,
barangkali Rasulullah SAW menganggap aku terlambat menunaikan tugas dari Beliau.
Kemudian aku memberi salam kembali, dan lagi-lagi Beliau tidak membalasnya. Timbul lagi
kegusaran dalam hatiku yang lebih besar dari yang pertama. Kemudian aku memberi salam
lagi, lalu Beliau membalasnya seraya berkata: “Sesungguhnya yang menghalangiku buat
menjawab salammu adalah karena Aku sedang melaksanakan shalat”. Saat itu, Beliau
sedang berada di atas hewan tunggangannya yang tidak menghadap ke arah kiblat.
b. Ketika Buang Hajat
Tidak menjawab salam ketika sedang buang hajat didasarkan pada hadits berikut:
‫سلَّ َم وَ ُهوَ َيبُو ُل َفلَ ْم َي ُر َّد‬
َ َ‫ي صَ لَّى اللَّ ُه عَ لَيْ ِه و‬
ِّ ‫سلَّ َم عَ لَى النَّ ِب‬ َ ‫ْن ُق ْن ُف ٍذ َأنَّ ُه‬
ِ ‫عَ نْ ا ْل ُم َها ِج ِر ب‬
‫عَ لَيْ ِه َحتَّى تَوَ ضَّ َأ َفلَمَّا تَوَ ضَّ َأ رَ َّد عَ لَيْ ِه‬
Artinya: “Dari al-Muhajir bin Qunfudz, ia pernah memberi salam kepada Rasulullah SAW
ketika ia sedang buang air kecil, dan Rasulullah SAW tidak membalas salamnya. Setelah
berwudlu, Beliau membalas salamnya”.[14]
Dalam hadits lain, dari Jabir bin Abdullah berkata: “Seorang laki-laki melewati Nabi SAW,
kemudian ia mengucapkan salam ketika Beliau sedang kencing”. Maka Rasulullah SAW
bersabda kepadanya: “Apabila kamu melihatku dalam kondisi seperti ini, maka jangan
memberi salam kepadaku. Karena sesungguhnya jika kamu melakukannya, maka aku tidak
akan membalasnya”.[15]
c. Menjawab Salam Ahli Kitab
ُ ْ‫وَ عَ لَي‬
Apabila mendapat salam dari Ahli Kitab, maka jawaban kita adalah: ‫ك ْم‬
)Demikian juga atas kalian). Jawaban tersebut didasarkan atas pertanyaan para sahabat
kepada Nabi SAW dalam hadits berikut:
‫ص لَّى اللَّ ُه عَ لَيْ ِه‬ َ ‫ي‬ ِّ ‫س لَّ َم َق الُوا ِللنَّ ِب‬
َ َ‫ص لَّى اللَّ ُه عَ لَيْ ِه و‬
َ ‫ي‬ِّ ‫ص َحابَ النَّ ِب‬ ْ ‫س َأنَّ َأ‬ ‫َأ‬
ٍ َ‫عَ نْ ن‬
‫سلِّمُونَ عَ لَيْنَا َف َكيْفَ نَرُ ُّد عَ لَي ِْه ْم َقا َل ُقولُوا وَ عَ لَيْ ُك ْم‬ ِ ‫سلَّ َم ِإنَّ َأ ْه َل ا ْل ِكتَا‬
َ ُ‫ب ي‬ َ َ‫و‬
Artinya: “Para sahabat Nabi SAW bertanya kepada Beliau: Sesungguhnya Ahli Kitab
memberi salam kepada kami, bagaimana kami menjawabnya? Jawab Beliau: Ucapkan:
Wa’alaikum”.[16]
Dalam hadits lain, yang juga dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika
Ahli Kitab memberi salam kepada kalian, maka jawablah, Wa’alaikum”.[17] Salam orang
Yahudi yang biasanya bukanlah salam keselamatan, karena itu perlu dijawab dengan:
َ‫(عَ لَيْك‬demikian juga atasmu). Jawaban ini didasarkan pada hadits Nabi sebagai berikut:
‫س ِمعْ تُ ابْنَ عُ مَرَ يَ ُق و ُل َق ا َل‬ َ ‫ار َقا َل‬ٍ َ‫س ْفيَانَ َح َّدثَ ِني عَ ْب ُد اللَّ ِه بْنُ ِدين‬ ُ ْ‫َح َّدثَنَا ي َْحيَى عَ ن‬
‫سلَّمُوا َفِإنَّمَا تَقُو ُل السَّا ُم عَ لَيْكَ َف ُق ْل‬َ ‫سلَّ َم ِإنَّ ا ْليَ ُهو َد ِإ َذا‬
َ َ‫رَ سُو ُل اللَّ ِه صَ لَّى اللَّ ُه عَ لَيْ ِه و‬
‫ص لَّى‬ َ ‫ي‬ِّ ‫ْن ُع َم رَ عَ نْ النَّ ِب‬
ِ ‫ار عَ ِن اب‬ ٍ َ‫ْن ِدين‬ِ ‫ك عَ ِن عَ ْب ِد اللَّ ِه ب‬ ٍ ‫عَ لَيْكَ َح َّدثَنَا ي َْحيَى عَ نْ مَا ِل‬
‫سلَّ َم نَ ْحوَ ُه ِمثْلَ ُه‬
َ َ‫اللَّ ُه عَ لَيْ ِه و‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Sufyan telah menceritakan kepadaku
Abdullah bin Dinar ia berkata: Aku mendengar Ibnu Umar ia mengatakan, Rasulullah SAW
bersabda: Jika orang Yahudi memberi salam, sesungguhnya ia mengucapkan, ‘Assamu
‘Alaikum (semoga kecelakaan atas kalian), maka katakanlah, ‘Alaika (atasmu pula). Telah
menceritakan kepada kami Yahya dari Malik dari Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar dari
Nabi SAW seperti itu”.[18]
Dalam hadits lain, yang diriwayatkan Ahmad dari Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar, Nabi
SAW bersabda: “Jika orang-orang Yahudi memberi salam kepada kalian dengan
mengatakan, Assaamu Alaikum (kecelakaanlah atas kalian), maka katakanlah, Wa
Alaika (dan untuk kalian).”[19]
Fadhilah Salam
Salam dengan mengucapkan “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh” memiliki
nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan salam-salam lain yang telah menjadi tradisi ucapan
umat manusia di dunia, seperti: selamat pagi, selamat siang, dan selamat malam pada
masyarakat Indonesia; atau good morning, good afternoon, dan good night pada tradisi
masyarakat yang berbahasa Inggris. Keistimewaannya terletak pada kandungan ucapan salam
yang berisi do’a agar keselamatan, rahmat Allah dan barakah-Nya diberikan kepada orang
yang diberikan salam. Bandingkan dengan ucapan selamat pagi atau good morning, yang
hanya menyiratkan maksud pagi yang selamat atau pagi yang baik. Paginya baik, tetapi buat
siapa?
Salam yang diucapkan dengan iringan senyum memberikan dorongan energi positif bagi
mereka yang mengucapkan dan yang menerimanya. Menurut Hiromi Shinya, MD dorongan
energi positif yang muncul dari cinta, tawa dan kebahagiaan dapat menstimulasi DNA untuk
memproduksi limpahan enzim pangkal dalam tubuh kita, yaitu sang enzim ajaib yang beraksi
sebagai bio-katalis untuk memperbaiki sel-sel kita. Kebahagiaan dan cinta dapat
membangunkan suatu potensi yang jauh di luar pemahaman kita sebagai manusia saat ini.[20]
Pernyataan Rasulullah tentang adanya hak-hak seorang muslim atas muslim lainnya
menunjukkan adanya kewajiban kita terhadap muslim di luar diri kita. Salah satu kewajiban
tersebut adalah apabila menemui seorang muslim, maka ia mempunyai hak mendapatkan
salam dari kita. Hak orang lain tersebut bermakna kewajiban yang harus kita tunaikan
kepadanya. Apabila lalai, berarti kita telah menahan hak orang lain. Inilah salah satu
indahnya ajaran Islam. Semangatnya adalah memberi kemanfaatan kepada orang lain. Jika
dapat memenuhi haknya mendapatkan salam dengan kewajiban memberi salam, berarti kita
telah memberi manfaat kepadanya melalui do’a dan senyuman. Do’a dan senyuman
memberikan manfaat bagi kedua-duanya, baik yang memberi maupun yang menerima.
Ucapan “semoga keselamatan tetap atas Anda, demikian pula rahmat Allah dan barakah-
Nya” merupakan do’a yang akan mempengaruhi pikirannya bahwa Allah akan memberinya
keselamatan, rahmat dan barakah-Nya. Pikiran tersebut apabila sering diulang-ulang (karena
banyaknya orang yang mendo’akannya) akan menjadi keyakinan bahwa insya Allah  ia akan
mendapatkan keselamatan, rahmat, dan barakah Allah. Keyakinan itu akan membawanya
menjalani hidup sesuai jalan yang dikehendaki oleh Allah, sehingga dirinya betul-betul
pantas mendapatkan keselamatan, rahmat dan barakah-Nya.
Senyuman juga memberikan manfaat karena mampu menstimulasi keluarnya
hormon endorphin yang dikenal pula sebagai hormon kebahagiaan. Semakin banyak
hormon endorphin dikeluarkan pada diri seseorang, ia akan merasakan kebahagiaan yang
meningkat. Memberi senyum kepada seseorang akan menjadi rangsangan bagi orang tersebut
untuk juga ikut tersenyum. Rata-rata orang akan membalas senyuman apabila kita
mengajaknya tersenyum. Hanya orang-orang yang sedang mengalami gangguan jiwa sajalah
yang tidak merespons senyum yang kita berikan dengan senyum. Dengan senyuman kita
yang direspon dengan senyuman, setidak-tidaknya kita telah bersedekah
hormon endorphin kepadanya.
Keyakinan positif bahwa keselamatan dan curahan rahmat dan barakah Allah akan menjadi
miliknya serta perasaan bahagia yang dirasakannya memberikan banyak manfaat luar biasa.
Ia semakin mantap dalam menjalani kehidupan dan mempersiapkan masa depannya,
dan Insya Allah menjadi manusia yang sukses [  ]

ADAB MENEBARKAN SALAM


1. Urutan salam
2. Mendahului salam
3. Menjawab dengan setara atau lebih
4. Dengan berjabat tangan
5. Berwajah manis
6. Tidak memalingkan wajah
7. Tidak membuat keributan
8. Tidak mengucapkan alaikasalam

You might also like