You are on page 1of 4

Guru Merdeka, Berani Berinovasi

Oleh : Untung Agus Purnama, S.S., M.Pd.

Mendikbud Nakdiem Makarim mengatakan ada 4 (empat ) syarat pengaktifan


kembali pembelajaran Tatap Muka di masa pandemik Covid 19, diantaranya: 1.
Berada di zona hijau dan kuning, 2. Persetujuan pemerintah daerah (Bupati//wali
kota), 3. Kepala Sekolah bisa memenuhi protocol kesehatan yang ketat, 4.
Persetujuan orang tua peserta didik.
Pembelajaran daring sampai hari ini masih dilaksanakan akibat penyebaran
Covid 19 masih merata. Demikian juga di daerah saya pembelajaran daring masih
berjalan. Dampak yang ditimbulkan pembelajaran tersebut berpengaruh ke siswa
dan guru.
Sehingga pembelajaran jarak jauh tetap dilaksanakan yang menuntut
kreativitas dari seorang guru. Guru harus bisa menyesuaikan keadaan yang ada,
yang biasanya pembelajaran dengan tatap muka, dan harus mengalami perubahan.
Otomatis cara pembelajarannya pun juga berubah, baik cara menghadapi siswa dan
metode pembelajaran yang digunakan. Seorang guru yang semula tidak tahu apa-
apa tentang teknologi, kini harus dituntut harus melek terhadap teknologi. Kalau
seandainya guru tidak bisa mengoperasikan komputer, hal ini akan menghambat
proses pembelajaran yang ada.
Akibat adanya covid 19 ini, sebetulnya mempunyai dampak yang positif bagi
guru, karena yang semula guru jadul dalam teknologi, kini dituntut harus melek
terhadap teknologi. Akibatnya, adanya pemaksaan terhadap diri guru, hal itu berarti
adanya proses pembelajaran pada diri guru. Guru yang bisa mengikuti
perkembangan zaman, insyaallah tidak akan tertinggal informasi dan dapat
berkarya.
Selama pandemi proses pembelajaran tetap berlangsung seperti biasanya,
namun ada pengurangan durasi waktu pembelajarannya. Hal itu membawa banyak
waktu kosong.bagi guru, diharapkan kesempatan itu tidak dibuang sia-sia dan dapat
dipergunakan untuk menghasilkan karya yang lainnya. Seorang guru harus tetap
aktif dan kreatif di dalam berkarya. Seperti yang saya alami saat ini, di saat adanya
covid 19, membawa dampak yang positif terhadap diri saya sendiri. Saya bisa
menghasilkan sebuah buku.
Sebagian orang menulis itu merupakan momok atau hal yang sulit untuk
dilakukan. Hal itu, dikarenakan mereka belum pernah mencoba. Keterampilan
menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan
praktik yang banyak dan teratur. Atmazaki (2006:viii) mengatakan bahwa
kemampuan mengarang tidak akan datang dengan sendirinya kecuali dipelajari dan
ditekuni. Kunci segala sesuatu yang bersifat keterampilan adalah berlatih. Sama
halnya dengan belajar memainkan seruling, cara meniup dan menggerakkan jari di
atas lubang-lubang kecilnya dapat dilatihkan kepada siapa saja. Begitu juga
mengarang, siapa saja dapat dilatih mengarang asal ada kemauan untuk berlatih.
Tidak hanya itu saja, Pada bulan Oktober 2020 Dinas Pendidikan Jawa
Tengah menggelar Lomba virtual bagi guru dan siswa. Cabang yang dilombakan
diantaranya: 1. Podcast untuk guru, 2. Vlog untuk siswa SD/MI/SDLB sederajat, 3.
ILM (Iklan Layanan Masyarakat) untuk siswa SMP/MTs/SMPLB, 4. Film Pendek
Kolaboratif untuk siswa SMA/SMK/MA/SMALB sederajat. Perlombaan itu
mengangkat tema “Menyikapi Pandemi Covid 19”
Dalam ajang itu, saya pun tak mau ketinggalan, saya sebgai guru ikut serta
mengirimkan podcast dan siswa mengirimkan film pendek, lomba itu membahas
proses pembelajaran jarak jauh yang ada di SMAN 1 Karangdowo, yang telah
mematuhi pemerintah dengan menerapkan protocol kesehatan, serta menampilkan
guru-guru yang mempunyai prestasi dalam menulis. Guru-guru tersebut sudah
menerbitkan karyanya.
Ada beberapa keterampilan yang diperlukan untuk sukses di sekolah,
kehidupan dan pekerjaan. 1. Keterampilan dasar. Literasi dan angka sangat penting
untuk pembelajaran lebih lanjut, pekerjaan produktif dan keterlibatan sipil. 2.
Keterampilan digital. Keterampilan digital mendukung pengembangan anak-anak
yang melek digital, memungkinkan mereka untuk menggunakan dan memahami
teknologi, mencari dan mengelola informasi, membuat dan berbagi konten,
berkolaborasi, berkomunikasi, membangun pengetahuan, dan memecahkan
masalah dengan aman, kritis, dan etis. 3. Keterampilan yang dapat ditransfer.
Dikenal sebagai 'keterampilan hidup', 'keterampilan abad 21', 'soft-skill' atau
'keterampilan sosial- emosional', keterampilan ini memungkinkan kaum muda untuk
menjadi pembelajar yang tangkas dan warga global yang dilengkapi untuk
menavigasi tantangan pribadi, sosial, akademik dan ekonomi. Keterampilan yang
dapat ditransfer juga membantu remaja yang terkena dampak krisis mengatasi
trauma dan membangun ketahanan. Mereka termasuk pemecahan masalah,
negosiasi, mengelola emosi, empati dan komunikasi. 4. Keterampilan khusus
pekerjaan. Keterampilan khusus pekerjaan mendukung transisi remaja yang lebih
tua ke dalam tenaga kerja dengan keterampilan teknis dan kejuruan yang secara
langsung terkait dengan pekerjaan tertentu.

Profil Penulis:

Untung Agus Purnama, S.S., M.Pd., lahir di Klaten, 15 Agustus 1973.

Bertugas sebagai guru Bahasa Indonesia di SMAN 1 Karangdowo, Klaten.

Buku tunggal yang telah diterbitkan : Lubuk Ulang Aling Punya Cerita (2020)

Penulis bisa dihubungi melalui email: untungaguspurnama@gmail.com / WA. 081374051901

You might also like