You are on page 1of 6

1

HUBUNGAN MASA KERJA, PENGETAHUN, SIKAP, Latar Belakang


PENGAWASAN DAN PROMOSI K3 DENGAN KEJADIAN
KECELAKAAN KERJA PADA TENAGA KERJA Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
OUTSHORCING DI PT. NADIRA UTAMA JAYA PLTU
adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
WILAYAH AIR ANYIR
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia
pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
Gita Fajrianti masyarakat yang adil dan makmur (Mangkunegara, 2008
: 163). Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk
Dosen STIKES Abdi Nusa Pangkalpinang mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan Undang-
ABSTRAK Undang No 1 tahun 1970, bertujuan agar masyarakat
Perilaku tidak aman adalah tingkah laku, tindakan- menjadi aman sehat dan sejahtera yang pada akhirnya
tindakan atau perbuatan beberapa karyawan yang akan meningkatkan produktivitas serba efisien hal yang
memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan. Jenis paling utama dalam Undang-Undang tersebut adalah
perilaku tidak aman yang terjadi di PT Nadira Utama Jaya suatu system pencegahan, serta perangkat K3 ditempat
yaitu, akibat kelalaian dalam menggunakan APD, kerja, hak kewajiban, tenggung jawab dan sanksi serta
kelalaian dalam bekerja akibat kurang konsentrasi dan pembinaan kerja (Rosediani, 2013).
menggunakan peralatan secara tidak benar. Tujuan Pengolahan K3 dalam pendekatan modern mulai
penelitian yaitu untuk melihat hubungan antara lama lebih maju dengan diperhatikan dan diikutkannya K3
kerja, pengetahuan, sikap, pengawasan dan promosi K3 sebagai bagian dari manejemen perusahaan. Hal ini
dengan kejadian kecelakaan kerja. mulai disadari karena dari data kecelakaan yang terjadi
Jumlah tenaga kerja yang ada di PT Nadira Utama juga mengakibatkan kerugian yang besar. Dengan
Jaya sebanyak 123 orang. Data kecelakaan kerja yang memperhatikan banyaknya resiko yang diperoleh
diambil sebagai sampel penelitian dari tahun 2017 perusahaan maka mulailah diterapkan manajemen resiko
sampai dengan tahun 2018 sebanyak 20 kasus yang telah menerapkan pola preventif terhadap
kecelakaan. Jenis penelitian ini adalah desain Case kecelakaan yang akan terjadi. Manajemen resiko
Control dengan perbandingan 1 : 2 yaitu 20 kasus dan 40 menuntut tidak hanya keterlibatan pihak manajemen
kontrol, cara melakukan penelitian ini adalah dengan tetapi juga komitmen manajemen dan seluruh pihak yang
metode wawancara dengan alat bantu kuesioner. Analisa terkait (Rudiyanto, 2009 : 5).
data berupa analisa data univariat dan bivariat dengan Berdasarkan data kecelakaan kerja PT. Jamsostek,
menggunakan uji chi-square. jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian 2011 terjadi 99.023 kasus. Tahun 2012 terjadi 95.624
kecelakaan kerja pada tenaga kerja Outshourcing di PT. kasus sedangkan tahun 2013 terjadi 81.852 kasus
Nadira Utama Jaya PLTU Desa Air Anyir adalah lama kecelakaan kerja. Sedangkan jumlah kasus kecelakaan
kerja (p=0,021), pengetahuan (p=0013), sikap (p=0031), kerja di Bangka Belitung tahun 2011 adalah 11.414
pengawasan (p=0044) dan promosi K3 (p=0008), kasus, 132 orang diantaranya meninggal dunia. Pada
sedangkan faktor yang dominan adalah promosi K3. tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 9.349 kasus,
Diharapkan kepada perusahaan agar dimana 116 orang meninggal dunia. Sedangkan pada
meningkatkan lagi untuk melakukan promosi k3 kepada tahun 2013 terjadi 4.551 kasus kecelakaan kerja, 66
karyawan agar mempunyai kesadaran dan lebih patuh diantanya meninggal dunia. Kepala kantor PT. Jamsostek
dalam bekerja dan paham akan pentingnya wilayah Bangka Belitung terjadi 39 kasus kecelakaan
menggunakan APD disaat bekerja, dan bagi yang tidak kerja dimana 5 orang diantaranya meninggal dunia
patuh maka perusahaan harus menerapkan reward dan (Jamsostek, 2018).
punishment, melakukan penyuluhan dan memberikan Berdasarkan data dari Disnakertrans Provinsi
pengetahuan tentang potensi-potensi bahaya yang ada Kepulauan Bangka Belitung data angka kecelakaan kerja
disetiap tempat kerja yang mempunyai potensi untuk yang tercatat pada tahun 2016 adalah 249 kasus dengan
terkena kecelakaan maupun penyakit akibat kerja dan jumlah memakan korban dan 248 orang dengan kasus
lakukan secara rutin inspeksi Keselamatan dan kecelakaan tunggal (Disnakertrans Bangka Belitung,
Kesehatan Kerja (K3) agar bisa meminimalisir risiko, 2018).
bekerjalah sesuai prosedur kerja yang ada dan PT. NADIRA UTAMA JAYA merupakan perusahaan
gunakanlah APD karena semakin sering karyawan tidak yang bergerak dibidang jasa cleaning service. Cleaning
menggunakan APD maka akan semakin mendekati Service adalah suatu pekerjaan yang memberikan
dengan risiko dan bahaya dalam bekerja pelayanan kebersihan, kerapihan dan Hygenisasi dari
. sebuah gedung atau bangunan baik indoor ataupun
Kata Kunci : Alat Peindung Diri outdoor sehingga tercipta suasana yang comfortable
dalam menunjang aktifitas sehari-hari sebagai tujuan
jangka pendeknya, dan sebagai tujuan jangka
panjangnya (Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT.
NADIRA UTAMA JAYA).
2

Rumusan Masalah Hasil uji statistik didapatkan nilai p (0.021) < α


Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang (0.05) berarti ada hubungan antara lama kerja dengan
menjadi perumusan masalah dari penelitian ini adalah kejadian kecelakaan kerja pada tenaga Kerja
masih terjadinya kecelakaan kerja dan belum diketahui Outshourcing. Analisa lebih lanjut didapatkan nilai OR
faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian : 4.333 (95% CI : 1,385-13.561) yang berarti tenaga
kecelakaan kerja pada tenaga kerja outshorcing di PT. kerja yang memiliki masa kerja yang baru mempunyai
Nadira Utama Jaya PLTU Wilayah Air Anyir tahun 2018. risiko 4.333 kali lebih besar untuk mengalami
kecelakaan kerja bandingkan tenaga kerja yang
Metode Penelitian memiliki masa kerja yang lama
Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor 2. Hubungan Antara Pengetahuan Terhadap Bahaya
yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Tenaga
pada tenaga kerja di PT. Nadira Utama Jaya PLTU Desa Kerja Outshourcing
Air Anyir 2018, dengan variabel dependent yaitu perilaku Berdasarkan tabel 1.1 diatas, hasil analisa
tidak aman dan variabel independent yaitu masa kerja, hubungan antara pengetahuan dengan kejadian
pengetahuan, sikap, pengawasan dan promosi K3. kecelakaan kerja menunjukkan bahwa pada kelompok
Penelitian ini dilakukan karena masih tingginya kasus, tenaga kerja yang pengetahuan tidak baik
kecelakaan kerja dari tahun 2016 sampai tahun 2017. sebesar 70,0% lebih besar dibandingkan dengan
Lokasi penelitian dilaksanakan di PT. Nadira Utama Jaya. tenaga kerja yang pengetahuannya baik, sedangkan
Penelitian tersebut dilaksanakan pada bulan Juni tahun pada kelompok kontrol tenaga kerja yang
2018. Populasi penelitian adalah karyawan di PT. Nadira pengetahuannya baik sebesar 67,5% lebih tinggi
Utama Jaya PLTU yaitu berjumlah 123 orang dan dibandingkan dengan tenaga kerja yang
sampel penelitian sebanyak 60 orang. Desain penelitian pengetahuannya tidak baik
menggunakan pendekatan case control dengan Hasil uji statistik didapatkan nilai p (0.013) < α (0.05)
perbandingan 1 : 2 yaitu 20 kasus dan 40 kontrol, kasus berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan
diperoleh dari data tahun 2016 dan tahun 2017, alat kejadian kecelakaan kerja pada tenaga kerja
bantu yang digunakan kuesioner dan metode penelitian Outshourcing. Analisa lebih lanjut didapatkan nilai OR
observasi dan wawancara : 4.846 (95% CI : 1,515-15.504) yang berarti tenaga
kerja yang memiliki pengetahuan tidak baik
mempunyai risiko 4.846 kali lebih besar untuk
Hasil Penelitian mengalami kecelakaan kerja dibandingkan tenaga
kerja yang memiliki pengetahuan baik
Tabel 1.1 3. Hubungan Antara Sikap Terhadap Bahaya Dengan
Hubungan Antara Masa Kerja, Pengetahuan, Sikap, Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Tenaga Kerja
Pengawasan, Promosi K3 Dengan Kejadian Outshourcing
Kecelakaan Pada Tenaga Kerja Outshourcing Berdasarkan tabel 1.1 diatas, hasil analisa
Di PT Nadira Utama Jaya PLTU Desa Air Anyir
hubungan antara sikap dengan kejadian kecelakaan
kerja menunjukkan bahwa pada kelompok kasus,
Kecelakaan Kerja
Total tenaga kerja yang sikap tidak baik sebesar 60,0%
Variabel Kasus Kontrol p
lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja yang
n % n % n %
sikapnya baik, sedangkan pada kelompok kontrol
Masa kerja 13 5.0 12 30.0 25 41.7
1. Baru 7 5.0 28 70.0 35 58.3
0.021 tenaga kerja yang sikapnya baik sebesar 72,5% lebih
2. Lama tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang
Pengetahuan 14 70.0 13 32.5 27 45.0 sikapnya tidak baik
1. Tidak baik 6 30.0 27 67.5 33 55.0 0.013 Hasil uji statistik didapatkan nilai p (0.031) < α
2. Baik (0.05) berarti ada hubungan antara sikap dengan
Sikap 12 60.0 11 27.5 23 38.3 kejadian kecelakaan kerja pada tenaga kerja
1. Tidak baik 8 40.0 29 72.5 37 61.7 0.031 Outshourcing. Analisa lebih lanjut didapatkan nilai OR
2. Baik : 3,955 (95% CI : 1.275-12.269) yang berarti tenaga
Pengawasan kerja yang memiliki sikap tidak baik mempunyai risiko
1. Tidak baik 11 55.0 10 25.0 21 35.0 3,955 kali lebih besar untuk mengalami kejadian
0.044
2. Baik 9 45.0 30 75.0 39 65.0
kecelakaan kerja dibandingkan tenaga kerja yang
Promosi K3
memiliki sikap yang baik
1. Tidak baik 15 75.0 14 35.0 29 48.3
0.008 4. Hubungan Antara Pengawasan Dengan Kejadian
2. Baik 5 25.0 26 65.0 31 51.7
Kecelakaan Kerja Pada Tenaga Kerja
1. Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Kejadian Outshourcing
Kecelakaan Kerja Pada Tenaga Kerja Berdasarkan tabel 1.1 diatas, hasil analisa
Outshourcing hubungan antara pengawasan dengan kejadian
Berdasarkan tabel 1.1 di atas, hasil analisa kecelakaan kerja menunjukkan bahwa pada kelompok
hubungan antara lama kerja dengan kejadian kasus, pengawasan tenaga kerja yang tidak baik
kecelakaan kerja menunjukkan bahwa pada kelompok sebesar 55,0% lebih besar dibandingkan dengan
kasus, tenaga kerja yang baru bekerja sebesar 65,0% pengawasan tenaga kerja yang baik, sedangkan pada
lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja yang kelompok kontrol pengawasan tenaga kerja yang baik
sudah lama bekerja, sedangkan pada kelompok sebesar 75,0% lebih tinggi dibandingkan dengan
kontrol tenaga kerja yang lama bekerja sebesar 70% pengawasan tenaga kerja yang tidak baik
lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang Hasil uji statistik didapatkan nilai p (0.044) < α
baru bekerja (0.05) berarti ada hubungan antara pengawasan
3

dengan kejadian kecelakaan kerja pada tenaga kerja minimal 2 tahun kerja bagi seorang karyawan yang
Outshourcing. Analisa lebih lanjut didapatkan nilai OR baru. Berdasarkan pengalamannya, seseorang akan
: 3,667 (95% CI : 1. 179-11.408) yang berarti tenaga mendapat pelajaran bagaimana ia dapat bekerja
kerja yang pengawasannya tidak baik mempunyai secara aman (Herudin, 2005).
risiko 3,667 kali lebih besar untuk mengalami kejadian Menurut Suma’mur (2008) juga berpendapat
kecelakaan kerja dibandingkan tenaga kerja yang bahwa pengalaman seseorang untuk kewaspadaan
pengawasannya baik terhadap kecelakaan bertambah baik sesuai dengan
5. Hubungan Antara Promosi K3 Dengan Kejadian masa kerjanya di tempat kerja yang bersangkutan.
Kecelakaan Kerja Pada Tenaga Kerja Jadi, masa kerja dan pengalaman dapat membentuk
Outshourcing perilaku karyawan untuk selalu berhati-hati dalam
Berdasarkan tabel 1.1 diatas, hasil analisa bekerja sehingga dapat mencerminkan perilaku aman,
hubungan antara promosi k3 dengan kejadian dan kecelakaan pun dapat dihindari.
kecelakaan kerja menunjukkan bahwa pada kelompok Berdasarkan hasil penelitian responden yang
kasus, promosi k3 yang tidak baik sebesar 75,0% memiliki masa kerja yang baru dan berperilaku tidak
lebih besar dibandingkan dengan promosi k3 yang aman sebesar 65,0%, menurut peneliti bahwa
baik, sedangkan pada kelompok kontrol promosi k3 pengalaman kerja bisa bertambah karena semakin
yang baik sebesar 65,0% lebih tinggi dibandingkan lama seseorang melakukan pekerjaan tersebut,
dengan promosi k3 yang tidak baik kebanyakan kecelakaan terjadi pada tenaga kerja
Hasil uji statistik didapatkan nilai p (0.008) < α yang baru yang belum banyak pengalaman terhadap
(0.05) berarti ada hubungan antara promosi k3 pekerjaan tersebut sehingga berpeluang lebih besar
dengan kejadian kecelakaan kerja pada tenaga kerja untuk beresiko terjadi kecelakaan kerja. Tetapi hal ini
Outshourcing. Analisa lebih lanjut didapatkan nilai OR tidak menjamin tenaga kerja tersebut akan berperilaku
: 3,955 (95% CI : 1.674-18.548) yang berarti tenaga aman dan tidak terjadi kecelakaan, mungkin saja
kerja yang memiliki promosi k3 tidak baik mempunyai tenaga kerja dengan pengalaman kerja yang lebih
risiko 5,571 kali lebih besar untuk mengalami kejadian banyak dapat saja lebih ceroboh dan lalai serta
kecelakaan kerja dibandingkan tenaga kerja yang berperilaku tidak aman dibandingkan dengan
memiliki promosi k3 yang baik karyawan yang baru.
Pekerja melakukan perilaku yang tidak aman
karena mereka merasa itu bukanlah masalah, yang
Pembahasan penting adalah bagaimana pekerjaan mereka bisa
1. Hubungan Masa Kerja Dengan Kejadian cepat selesai. Hal ini sejalan dengan pendapat
Kecelakaan Kerja Pada Tenaga Kerja Winardi dalam Sialagan (2008) yang menyebutkan
Outshourcing Di PT Nadira Utama Jaya PLTU bahwa seseorang berperilaku tertentu karena adanya
Desa Air Anyir suatu situasi yang diyakininya, bukan karena situasi
Berdasarkan analisis bivariat ada hubungan yang terdapat disekitarnya. Dalam hal ini, situasi yang
antara lama kerja dengan kejadian kecelakaan kerja diyakini oleh pekerja adalah bagaimana mereka
pada tenaga Kerja Outshourcing. Analisa lebih lanjut menyelesaikan pekerjaan mereka dengan cepat
didapatkan nilai OR : 4.333 yang berarti tenaga kerja meskipun dalam proses pengerjaannya dengan tidak
yang memiliki masa kerja yang baru mempunyai risiko menggunakan APD. Sedangkan situasi yang ada
4.333 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan disekitarnya adalah perilaku pekerja yang dapat
kerja dibandingkan tenaga kerja yang memiliki masa mengakibatkan kecelakaan.
kerja yang lama 2. Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian
Karyawan baru memerlukan perhatian lebih, Kecelakaan Kerja Pada Tenaga Kerja
pelatihan, pengawasan dan bimbingan daripada Outshourcing Di PT Nadira Utama Jaya PLTU
karyawan lama yang memiliki pengalaman. Segala Desa Air Anyir
sesuatu yang baru bagi mereka seperti, teman Berdasarkan analisis bivariat ada hubungan
sekerja, alat-alat, fasilitas kerja, prosedur kerja, antara pengetahuan dengan kejadian kecelakaan
kebiasaan, dan peraturan-peraturan yang berlaku di kerja pada tenaga kerja Outshourcing. Analisa lebih
perusahaan serta lingkungan tempat kerja mereka. lanjut didapatkan nilai OR : 4.846 yang berarti tenaga
Mereka berusaha memberi kesan yang baik pada kerja yang memiliki pengetahuan tidak baik
perusahaan dan atasan dengan melakukan pekerjaan mempunyai risiko 4. 846 kali lebih besar untuk
yang baik (Brid and Germain, 2009). mengalami kejadian kecelakaan kerja dibandingkan
Lama kerja mempengaruhi pengalaman kerja. tenaga kerja yang memiliki pengetahuan baik
Sejumlah penelitian yang berkaitan dengan Pengetahuan tentang keselamatan dan
keselamatan kerja menunjukkan bahwa karyawan kesehatan kerja sangat dibutuhkan oleh setiap
baru memiliki kemungkinan mendapatkan kecelakaan karyawan agar dapat menghindari atau meminimalisir
hampir 2 kali dari karyawan yang berpengalaman kejadian akibat perilaku tidak aman. Karyawan yang
(Brid and Germain, 2009). kurang memiliki pengetahuan terhadap bahaya
Seorang pekerja yang senantiasa diberi cenderung untuk melakukan perilaku tidak aman
rangsangan dengan kerja yang baru dan kreatif akan karena tidak menyadari apa yang dilakukan
mudah mengingatnya yang kemudian dijadikan pola mempunyai potensi yang berbahaya atau tidak.
kerja kesehariannya. Pengembangan kinerjanya Pengetahuan merupakan landasan seseorang untuk
melalui proses interaksi sosial yang dapat bertindak dan melakukan sesuatu, karyawan
berkesinambungan. Lama kerja seseorang dapat yang memiliki tingkat pengetahuan akan lebih berhati-
dikaitkan dengan pengalaman. Semakin lama kerja hati dalam bekerja dan akan selalu bertindak aman
seseorang semakin banyak pengalamannya. dalam pekerjaannya (Notoatmodjo, 2007:78).
Pengalaman baru bisa didapatkan apabila bekerja
4

Menurut Notoatmodjo pengetahuan dapat sebaliknya semakin rendah pengetahuan karyawan


diperoleh dari pendidikan baik formal maupun non maka akan cenderung untuk bertindak melakukan
formal seperti pelatihan, penyuluhan, pengarahan, perilaku tidak aman. Sikap merasa acuh tak acuh
pengalaman atau informasi lainnya. Sebagian besar karyawan terhadap sesuatu bisa berdampak untuk
pengetahuan manusia berasal dari indera mata dan menimbulkan kecelakaan kerja seperti seringnya
telinga. Semakin baik pengetahuan seseorang maka frekwensi karyawan melihat rekan kerja tidak
yang diharapkan adalah perilakunya juga semakin menggunakan APD di area wajib menggunakan APD
baik. Dengan pengetahuan yang baik tentang suatu dan tanpa menghiraukan rekan kerja tersebut maka
masalah maka secara tidak sadar seseorang akan tindakan tidak aman rekan kerja tersebut bisa
berperilaku aman tanpa merasa dipaksa (Bandjar, merangsang dirinya untuk melakukan tindakan yang
2006). sama.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian 4. Hubungan Pengawasan Dengan Kejadian
pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan didapatkan Kecelakaan Kerja Pada Tenaga Kerja
melalui pengalaman dan bertanya kepada senior, Outshourcing Di PT Nadira Utama Jaya PLTU
tetapi terkadang karyawan merasa pengetahuan Desa Air Anyir
dianggap tidak begitu penting karena karyawan Berdasarkan analisis bivariat ada hubungan
merasa dapat menghindari kecelakaan yang terlihat antara pengawasan dengan kejadian kecelakaan
dan juga kurangnya motivasi atau keinginan karyawan kerja pada tenaga kerja Outshourcing. Analisa lebih
untuk mempelajari atau mengulang pengetahuan lanjut didapatkan nilai OR : 3.667 yang berarti tenaga
yang dimiliki sehingga wajar pengetahuan yang kerja yang memiliki pengawasan tidak baik
kurang baik akan berdampak pada perilaku yang tidak mempunyai risiko 3.955 kali lebih besar untuk
baik. Semakin pengetahuan seseorang baik maka mengalami kejadian kecelakaan kerja dibandingkan
perilakunya juga semakin baik dan apabila tenaga kerja yang memiliki pengawasan baik
pengetahuan tidak baik bisa menimbulkan risiko untuk Pengawasan dilakukan untuk menjamin bahwa
terjadi kecelakaan sangat tinggi dan bisa berakibat setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan
fatal. mengikuti setiap prosedur dan petunujuk kerja yang
3. Hubungan Sikap Dengan Kejadian Kecelakaan telah ditentukan Permenakertrans 1996 tentang
Kerja Pada Tenaga Kerja Outshourcing Di PT Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Nadira Utama Jaya PLTU Desa Air Anyir Kerja. Menurut Roughton (2002) dalam Kristianto
Berdasarkan analisis bivariat ada hubungan (2009), kelemahan dari peraturan keselamatan adalah
antara sikap dengan kejadian kecelakaan kerja pada hanya berupa tulisan yang menyebutkan bagaimana
tenaga kerja Outshourcing. Analisa lebih lanjut seseorang bisa selamat, tetapi tidak mengawasi
didapatkan nilai OR : 3.955 yang berarti tenaga kerja perilaku aktifitasnya. Karyawan akan cenderung
yang memiliki sikap tidak baik mempunyai risiko 3.955 melupakan kewajibannya dalam beberapa hari atau
kali lebih untuk mengalami kejadian kecelakaan kerja minggu.
dibandingkan tenaga kerja yang memiliki sikap baik Pelakasanaan pengawasan tidak hanya
Sikap berhubungan dengan kecenderungan diperuntukkan kepada karyawan baru saja, tetapi
seseorang untuk bertindak terhadap seseorang atau untuk karyawan lama harus mendapatkan
hal tertentu dengan cara tertentu. Sikap adalah pengawasan yang sama pula. Pengawasan terhadap
determinan perilaku yang berupa keadaan sikap karyawan supaya karyawan menghindari perilaku
mental yang dipelajari dan diorganisasi menurut tidak aman dalam melaksanakan pekerjaannya akan
pengalaman dan yang menyebabkan timbulnya kurang efektif jika tidak diikuti oleh motivasi karyawan
pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap tersebut.
orang-orang atau objek-objek dan situasi-situasi Meskipun secara statistik pengawasan yang
dengan siapa dia berhubungan (Winardi, 2009). dilakukan telah baik dan sering dilakukan namun tidak
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau menutup kemungkinan untuk terjadi kecelakaan
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan karena kurang kesadaran karyawan yang peduli akan
suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi keselamatan dalam bekerja dan juga dipengaruhi oleh
tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau motivasi dan aturan yang ada bisa menimbulkan
tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo, 2007). perilaku yang tidak aman. Motivasi atau aturan yang
Berdasarkan teori yang dikemukan oleh baik bila karyawan melakukan perilaku yang
Sarwono (2009:85), sikap adalah suatu cara individu berbahaya maka langsung diberikan sangsi atau
yang khas dalam menanggapi suatu objek atau situasi teguran agar memberi efek jera dan bila karyawan
berdasarkan pengalaman individu, dan interpretasinya bekerja sesuai prosedur kerja yang ada maka
terhadap pengalaman tersebut akan berakibat pada diberikan seperti reward atau pujian sehingga
perilaku atau opini tertentu, atau sikap dapat diartikan memotivasi para karyawan yang lain untuk melakukan
pula sebagai keadaan mental dari kesiapan yang perilaku yang aman dalam bekerja. Pengawasan
diatur melalui pengalaman yang memberikan seharusnya tidak hanya melihat karyawan bekerja
pengaruh dinamika atau terarah terhadap respon saja namun juga memberikan arahan cara bekerja
individu pada semua objek atau situasi yang berkaitan yang baik sehingga bisa meningkatkan pengetahuan
dengannya. karyawan dalam bekerja.
Sikap merupakan kecenderungan untuk Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
bertindak melakukan sesuatu, sikap dipengaruhi oleh oleh peneliti dilapangan, masih ada pengawas yang
pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosional. kurang tegas mengawasi karyawan yang tidak
Sikap yang positif dapat mempengaruhi perilaku yang menggunakan APD, masih ada pekerja yang
positif. Semakin tinggi pengetahuan karyawan maka walaupun sudah ditegur tetapi masih tidak memakai
menunjukkan sikap yang semakin baik juga dan APD dengan lengkap dan memakai APD jika diawasi
5

saja. Oleh sebab itu pengawas harus lebih berperan 3. Faktor-faktor yang paling tinggi hubungannya dengan
aktif dalam mengawasi pekerja, seperti memberikan kejadian kecelakaan kerja pada tenaga kerja
dukungan dan motivasi kerja agar pekerja dapat tertib Outshourcing di PT. Nadira Utama Jaya PLTU Desa
untuk menggunakan APD. Air Anyir 2017 adalah Promosi K3 (p = 0,008 dan OR
5. Hubungan Promosi K3 Dengan Kejadian = 5,571).
Kecelakaan Kerja Pada Tenaga Kerja
Outshourcing Di PT Nadira Utama Jaya PLTU Saran
Desa Air Anyir 1. Perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen
Berdasarkan analisis bivariat ada hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai
antara promosi K3 dengan kejadian kecelakaan kerja dengan Permenakertrans/05/1996 tentang SMK3
pada tenaga kerja Outshourcing. Analisa lebih lanjut dimana perusahaan yang memperkerjakan
didapatkan nilai OR : 5,571 yang berarti tenaga kerja karyawan lebih dari seratus orang dan mengandung
yang memiliki promosi K3 tidak baik mempunyai risiko potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik
5,571 kali lebih besar untuk mengalami kejadian proses atau bahan produksi yang dapat
kecelakaan kerja dibandingkan tenaga kerja yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
memiliki promosi K3 baik. 2. Melakukan penyuluhan melalui spanduk/baleho
Promosi K3 adalah suatu usaha yang tentang potensi-potensi bahaya yang ada disetiap
dilakukan untuk mendorong dan menguatkan tempat kerja yang mempunyai potensi untuk terkena
kesadaran serta perilaku pekerja tentang K3 sehingga kecelakaan maupun penyakit akibat kerja
dapat melindungi pekerja, properti dan lingkungan. 3. Pekerja yang memiliki masa kerja yang baru
Program promosi K3 menjadi efektif apabila terjadi khususnya karena mayoritas bertindak tidak aman
perubahan sikap dan perilaku pada pekerja. Media sebaiknya perlu diberikan pelatihan dan diberikan
promosi adalah alat bantu untuk menyampaikan pengetahuan atau arahan K3 untuk meningkatkan
informasi. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur kemampuan dan keterampilan agar berperilaku K3
pesan-pesan media dibagi menjadi 3, yaitu : media yang baik
cetak, media elektronik dan papan (billboard) 4. Menerapkan reward dan punishment agar karyawan
(Notoatmodjo, 2009 : 75). memiliki kesadaran dan lebih patuh dalam bekerja
Berdasarkan hasil penelitian melalui kegiatan dan paham akan pentingnya perilaku aman disaat
observasi dan wawancara dengan kuesioner diketahui bekerja.
bahwa kondisi kegiatan promosi K3 di PT. Nadira
Utama Jaya cukup baik namun kegiatan ini belum Daftar Pustaka
dapat menurunkan angka kecelakaan kerja secara
signifikan, hal ini dikarenakan tiap tahunnya masih Aditama, Tjandra Yoga., Hastuti, Tri, (2002).
terjadi kecelakaan kerja, tetapi perlunya perhatian Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
serius terhadap pencegahan kecelakaan kerja dengan Universitas Indonesia.
menelusuri faktor yang menjadi penyebab dari
meningkatknya risiko terjadinya kecelakaan kerja Ahmadi, Ali, (1994). Peranan Pendidikan di Bidang
berulang, diketahui juga bahwa promosi K3 yang baik Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan, Dalam
juga belum dapat menjamin akan nihilnya angka makalah seminar Keselamatan Lalu Lintas Jalan
kecelakaan kerja (zerro accident). II. Jakarta : Dephub.
Peneliti menyimpulkan bahwa kurang efektifnya
program promosi keselamatan dan kesehatan kerja, Anggraini, Dwi, (1998). Gambaran Pemakaian APD Pada
bisa terjadi karena belum tepatnya sasaran walaupun Pekerja PT. National Gobel Tahun 1998. Skripsi
peran dari media promosi ini sudah dilakukan namun Tidak Dipublikasikan. Depok : FKM UI.
tempat pemasangan media promosi K3 seperti
pemasangan rambu-rambu keselamatan belum Basuki, Bastaman, (2000). Aplikasi Metode Kasus
sesuai dan bentuk ajakan-ajakan terhadap penerapan Kontrol. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran
keselamatan dan kesehatan kerja maka dari itu Komonitas Fakultas Kedokteran Universitas
diharapkan kepada petugas untuk menambah pesan- Indonesia.
pesan K3 di tempat yang bisa selalu dilihat pekerja,
serta perlunya pemasangan tanda-tanda bahaya Bird, F.E, Jr and Germain, G.L, (1990). Practical Loss
(safety sign) jika memang area kerja tersebut terdapat Control Leadership. Edisi Revisi. Division of
bahaya International Loss Control Institute. USA.

Didi, Sugandi, (2003). Bunga Rampai : HIPERKES dan


Kesimpulan KK. Edisi ke-2. Nugraha Sentosa. Semarang.
1. Distribusi Ferkuensi perilaku tidak aman tenaga kerja
outshourchig pada kelompok kasus yaitu sebanyak 20 Gerungan, WA, (1998). Psikologi Sosial. Bandung :
orang (33,3%), dan pada kelompok kontrol sebanyak Eresco.
40 orang (66,7%).
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Gibson, Ivancevich dan Donnelly, (1996). Organisasi :
kecelakaan kerja pada tenaga kerja Outshourcing di Perilaku, Struktur dan Proses. Jakarta :
PT. Nadira Utama Jaya PLTU Desa Air Anyir adalah Erlangga.
masa kerja (p=0,021), pengetahuan (p=0013), sikap
(p=0031), pengawasan (p=0044) dan promosi K3 Heinrich, H. W, (1980). Industrial Accident Prevention.
(p=0008). McGraw-Hill Book Company. New York.
6

Herudin, Ugih Cece, (2005). Keselamatan dan Kesehatan


Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.

ILO, (1998). Encyclopedia of Occupational Health and


Safety. Ganeva.

Kemkes RI, (2014). Modul pelatihan bagi fasilitator


kesehatan kerja (dasar). Jakarta.

Kemnakertrans, Angka Kecelakaan Kerja Di Provinsi


Kepulauan Bangka Belitung (online)
http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id.
diakses Rabu, 06 Mei 2018

Notoatmodjo, Soekidjo, (2009). Pengantar Pendidikan


dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

PT. Timah Industri (persero), (2010). Profil Balai Karya


PT. Timah Industri, Tbk. Sungailiat.

Reason, J, (1990). Human Error. Cambridge University


Press.

Sarwono, Sarlito Wirawan, (1991). Teori-Teori Psikologi


Sosial. Jakarta : Rajawali.

Sunarsih, (2003). Bunga Rampai : HIPERKES dan KK.


Edisi ke-2. Nugraha Sentosa. Semarang.

Suma’mur P.K, Msc, (1996). Higiene Perusahaan dan


Kesehatan Kerja. Jakarta : Gunung Agung.

Tresnaningsih, (2007). Promosi Kesehatan pekerja.


Jakarta : Warta Kesehatan Kerja.

Winardi, J, (2004). Manajemen Perilaku Organisasi.


Jakarta : Prenada Media.

You might also like