You are on page 1of 14

TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, ISSN CETAK: 2655-2728

2022 ISSN ONLINE: 2655-4712, VOLUME 4 NOMOR 11 NOVEMBER 2022] HAL 3022-3035

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT


PASIEN GLAUKOMA DI KOTA PADANG

Dwi Christina Rahayuningrum1*, Ratna Indah Sari Dewi2, Nurmayanti3


1-3
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang

Email Korespondensi: dwichristina05@gmail.com


Disubmit: 02 Agustus 2022 Diterima: 25 Agustus 2022 Diterbitkan: 01 November 2022
DOI: https://doi.org/10.33024/mnj.v4i11.7393

ABSTRACT

WHO an estimated 39 million people in the world suffer from blindness and
glaucoma accounted for 4.5 million or approximately 12%. Patient
noncompliance in glaucoma can be influenced by the attitude and family
support. The purpose of this study to determine the factors - factors related
to treatment compliance in patients with glaucoma in UPTD BKIM West
Sumatra. Cross sectional study design. The research was conducted in
September 2019, population of 284 people and a sample of 74 patients who
visit UPTD BKIM West Sumatra. Sampling with accidental sampling technique
by using research instrument in the form of a questionnaire. The results
showed more than half (56.8%) of respondents did not obey treatment, more
than half (55.4%) of respondents had low knowledge, more than half (52, 7%)
of the respondents have the negative attitude, and more than half (54.1%)
support poor families. Chi-Square test results obtained knowledge with
treatment compliance (p-value 0.000), attitude and treatment compliance (p-
value 0.000), and family support with treatment compliance (p-value 0.000). It
was concluded that there is a correlation between knowledge, attitude and
family support adherence in patients with glaucoma in UPTD BKIM West
Sumatra. It is suggested to the leadership of health professionals continue to
improve the screening and counseling about the factors - factors that affect
treatment compliance, especially glaucoma patients, and family support with
treatment compliance (p-value 0.000).

Keyword: Compliance, Knowledge, Attitude and Family Support, Blindness

ABSTRAK

Data WHO memperkirakan 39 juta orang didunia menderita kebutaan dan


glaukoma menyumbang sebesar 4,5 juta atau sekitar 12%. Ketidakpatuhan
Pasien glaukoma dalam dapat dipengaruhi oleh sikap dan dukungan keluarga.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan berobat pada pasien glaukoma di UPTD BKIM Sumatera
Barat. Desain penelitian cross sectional study. Penelitian dilaksanakan pada
bulan September 2019, dengan jumlah populasi 284 orang dan sampel 74 orang
pasien yang berkunjung ke UPTD BKIM Sumatera Barat. Pengambilan sampel
dengan teknik accidental sampling dengan menggunakan instrument penelitian
berupa kuesioner. Hasil penelitian didapatkan lebih dari separuh (56,8%)
responden tidak patuh berobat, lebih dari separuh (55,4%) responden memiliki

3022
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, ISSN CETAK: 2655-2728
2022 ISSN ONLINE: 2655-4712, VOLUME 4 NOMOR 11 NOVEMBER 2022] HAL 3022-3035

pengetahuan rendah, lebih dari separuh (52,7%) responden memilki sikap


negatif, dan lebih dari separuh (54,1%) dukungan keluarga yang kurang baik.
Hasil uji Chi-Square didapatkan pengetahuan dengan kepatuhan berobat (p-
value 0,000), sikap dengan kepatuhan berobat (p-value 0,000), dan dukungan
keluarga dengan kepatuhan berobat (p-value 0,000). Disimpulkan bahwa
terdapat hubungan pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga dengan
kepatuhan pada pasien Glaukoma di UPTD BKIM Sumatera Barat . Disarankan
kepada pimpinan tenaga kesehatan terus meningkatkan skrining dan
penyuluhan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan berobat
khususnya pasien glaukoma.

Kata Kunci: Kepatuhan, Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Keluarga, Kebutaan

PENDAHULUAN yang tersedia menunjukkan bahwa


Glaukoma merupakan 86.000 sampai 116.000 dari mereka
penyebab kebutaan terbanyak telah mengalami kebutaan bilateral
kedua di dunia setelah katarak. (Riordan-eva et al., 2008) Glaukoma
Pada tahun 2013, prevalensi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu
kebutaan di Indonesia pada usia 55- glukoma sudut terbuka, glaukoma
64 tahun sebesar 1,1%, usia 65-74 sudut tertutup, dan glaukoma pada
tahun sebesar 3,5% dan usia 75 anak -anak (childhood glaucoma)
tahun ke atas sebesar 8,4%. Pada (Riordan-eva et al., 2008). Kelainan
semua kelompok umur sepertinya mata glaukoma ditandai dengan
prevalensi kebutaan di Indonesia meningkatnya tekanan bola mata,
tidak tinggi, namun di usia lanjut atrofi papil saraf optik, dan
masih jauh di atas 0,5% yang berarti menciutnya lapangan pandang (Ilyas
masih menjadi masalah kesehatan & Yulianti, 2017). Kerusakan saraf
masyarakat. Berbeda dengan pada glaukoma umumnya terjadi
katarak, kebutaan yang diakibatkan karena peningkatan tekanan dalam
glaukoma bersifat permanen atau bola mata. Bola mata normal
tidak dapat diperbaiki (irreversible) memiliki kisaran tekanan antara 10-
(Kemenkes, 2014) 20 mmHg sedangkan penderita
Berdasarkan data World glaukoma memiliki tekanan mata
Health Organiztion (WHO) yang lebih dari normal bahkan
menyatakan bahwa terdapat 285 terkadang dapat mencapai 50-60
juta orang di dunia mengalami mmHg pada keadaan akut. Tekanan
gangguan penglihatan, 39 juta mata yang tinggi akan menyebabkan
diantaranya mengalami kebutaan. kerusakan saraf, semakin tinggi
Glaukoma menyebabkan gangguan tekanan mata akan semakin berat
penglihatan sebanyak 2% dan kerusakan saraf yang terjadi
kebutaan sebanyak 8%. Tahun 2020 (Kemenkes, 2015)
diperkirakan penderita glaukoma di Survei Kesehatan Indera tahun
seluruh dunia akan meningkat 1993-1996 menyatakan sebesar 1,5%
sebanyak 76 juta dengan proporsi penduduk Indonesia mengalami
terbanyak terdapat di wilayah Asia kebutaan dengan prevalensi
dan Afrika (WHO, 2010) kebutaan akibat glaukoma sebesar
Diperkirakan 3 juta penduduk 0,20%. Prevalensi glaukoma hasil
Amerika Serikat terkena glaukoma, Jakarta Urban Eye Health Study
dan diantara kasus-kasus tersebut, tahun 2008 adalah glaukoma primer
sekitar 50% tidak terdiagnosis. Data sudut tertutup sebesar 1,89%,

3023
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, ISSN CETAK: 2655-2728
2022 ISSN ONLINE: 2655-4712, VOLUME 4 NOMOR 11 NOVEMBER 2022] HAL 3022-3035

glaukoma primer sudut terbuka kebutaan. Meskipun tidak ada


0,48%, dan glaukoma sekunder penanganan untuk glaukoma,
0,16% atau keseluruhannya 2,53%. namun glaukoma dapat dikontrol
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar dengan obat (Smeltzer & Bare,
tahun 2013, responden yang pernah 2002)
didiagnosis glaukoma oleh tenaga Kepatuhan penderita
kesehatan sebesar 0,46%, tertinggi glaukoma berobat hanya berkisar
di Provinsi DKI Jakarta (1,85%), 24-59%. Penelitian kohor didapatkan
berturut - turut diikuti Provinsi hampir 50% pasien glaukoma
Aceh (1,28%), Kepulauan Riau menghentikan pengobatan setelah
(1,26%), Sulawesi Tengah (1,21%), menjalankan pengobatan selama 6
Sumatra Barat (1,14%) dan terendah bulan. Di BKIM Sumatera Barat,
di Provinsi Riau (0,04%) (Kemenkes, berdasarkan hasil penelitian
2015) Susandra 2015 tentang faktor –
Penelitian (Artini, 2011) faktor yang berhubungan dengan
menyatakan bahwa terdapat 625 kepatuhan kontrol berobat pasien
penderita baru glaukoma yang glaukoma di dapatkan lebih dari
berobat di divisi glaukoma poiklinik separuh pasien tidak patuh berobat
mata RSCM pada tahun 2005-2007 (3 yaitu 69,1% (Bansal & Tsai, 2007)
tahun) dan yang mengalami buta 2 Faktor-faktor yang
mata sebanyak 105 orang dan buta berhubungan dengan
1 mata 220 orang, Penelitian yang ketidakpatuhan pasien Glaukoma
dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi dalam pengobatan, yaitu faktor
Medan pada tahun 2011, dari pengetahuan, faktor sikap, dan
seluruh pasien yang memiliki faktor dukungan keluarga. Faktor
gangguan penglihatan yang mencakup pengetahuan pasien
berjumlah 1223 pasien, didapatkan glaucoma yaitu keterampilan
52 orang penderita glaukoma, pasien, sikap dan motivasi pasien.
dengan jenis glaukoma terbanyak Sedangkan faktor lingkungan atau
adalah glaukoma sudut terbuka situasi meliputi kurangnya
sebanyak 20 orang (Febrina, 2011) dukungan, permasalahan hidup
Dinas Kesehatan kota Padang pasien, sedang berada jauh dari
tahun 2018 melaporkan glaukoma rumah, kesibukan dan perubahan
menduduki peringkat ke-3 rutinitas (Bansal & Tsai, 2007).
terbanyak penyakit mata setelah Keterlibatan kelurga dalam
kelainan refraksi dan katarak di memberikan dukungan pada proses
tahun 2013 (Kemenkes RI, perawatan anggota keluarga yang
2018)Jumlah pasien glaukoma di sedang sakit ternyata memiliki
RSUP Dr. M. Djamil Padang periode peranan penting. Dukungan
Juli 2017 –Juni 2018 adalah 279 keluarga tersebut dapat berupa
orang dengan jumlah pasien lama pendampingan klien saat
sebanyak 174 orang dan pasien baru berkunjung kepelayanan kesehatan,
105 orang (RSUP Dr. M.Djamil) pemenuhan kebutuhan secara
Glaukoma merupakan materi, pertolongan mobilisasi klien
penyakit yang akan dialami pasien yang terhambat (Purwito, 2016).
seumur hidup dan tidak dapat Kebutaan akibat Glaukoma
disembuhkan. Namun, glaukoma disebabkan oleh gejala Glaukoma
dapat dikendalikan dengan terapi yang seringkali asimptomatik
dan tujuan utama dari terapi terutama pada stadium awal,
glaukoma adalah untuk mencegah kesadaran publik yang kurang akan
kehilangan penglihatan, cacat, dan Glaukoma dan faktor risikonya,

3024
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, ISSN CETAK: 2655-2728
2022 ISSN ONLINE: 2655-4712, VOLUME 4 NOMOR 11 NOVEMBER 2022] HAL 3022-3035

serta individu yang tidak proaktif faktor-faktor yang berhubungan


terhadap kesehatan mata sehingga kepatuhan pengobatan penderita
sebagian besar individu dengan Glaukoma menunjukan hasil bahwa
Glaukoma tidak terdiagnosis faktor kepuasan terhadap layanan
(Bressler et al., 2011) yang secara petugas kesehatan, dukungan
tidak langsung berpengaruh pada petugas kesehatan, pengetahuan
penurunan kualitas hidup seperti tentang manfaat pengobatan dan
berjalan, berkendara, berpergian, dukungan dari keluarga dan
membaca, melihat di malam hari, lingkungan sosial berhubungan
melihat benda yang berada di kepatuhan penderita terhadap
samping, menentukan jarak pengobatan. Dari aspek pasien,
(Skalicky et al., 2016), trauma penelitian ini juga menunjukan
(Ramulu et al., 2017), jatuh pada bahwa usia, keyakinan, sikap dan
Lansia (Lamoreux et al., 2008), dan dukungan sosial serta alat
peningkatan gangguan psikologi, transportasi menuju pelayanan
seperti ketakutan, penarikan diri kesehatan sering menjadi hambatan
dari lingkungan sosial, dan depresi dalam kepatuhan pasien untuk
(Skalicky et al., 2016). menjalani pengobatan Glaukoma.
Penelitian (Fauzian et al., Berdasarkan laporan kasus
2016) didapatkan hubungan yang Glaukoma di Balai Kesehatan Indera
signifikan antara perilaku dengan Masyarakat Sumbar setiap tahunnya
pengetahuan (p = 0,003). Kuat mengalami peningkatan, glaukoma
hubungan secara statistik antar merupakan penyakit ke – 3
variabel termasuk kategori sedang terbanyak. Kasus glukoma untuk
(0,4- <0,6). Ada hubungan antara tahun 2016 jumlah kunjungan
tingkat pengetahuan mengenai pasien yang menderita glukoma
glaukoma dengan perilaku sebanyak 5965 orang. Tahun 2017
memeriksakan diri ke pelayanan jumlah kunjungan pasien yang
kesehatan. menderita glukoma sebanyak 7126
Beberapa aspek penting dalam orang. Data untuk tahun 2018
pengobatan pasien adalah aspek jumlah kunjungan pasien yang
pengetahuan, sikap, dukungan menderita glukoma sebanyak 8224
keluarga, dukungan petugas orang penderita glaucoma yang
kesehatan. Fungsi afektif dalam datang berobat ke UPTD BKIM
keluarga yaitu saling mengasuh, Sumatera Barat. Upaya yang sudah
cinta kasih, kehangatan, saling dilakukan di pelayanan Balai
menenerima, dan saling mendukung Kesehatan Indera Masyarakat
antar anggota keluarga, karena Sumbar yaitu melakukan pendidikan
tanpa dukungan dari keluarga kesehatan (Pendkes) disekitar
keberhasilan penyembuhan penyakit lingkungan pelayanan, diadakannya
akan menjadi sia-sia jika tidak di pelatihan kepada tenaga kesehatan
lanjutkan oleh keluarga di rumah diwilayah kerja puskesmas binaan
(FIK UI, 2013). UPTD BKIM Sumbar, serta
Menurut (Newman-Casey et diadakannya pemeriksaan skrining
al., 2013), bahwa dari beberapa terhadap pasien baru yang berobat.
penelitian kualitatif dadapatkan Berdasarkan fenomena diatas,
bahwa rendahnya angka kepatuhan maka peneliti tertarik ingin
pasien Glaukoma berhubung erat melakukan penelitian yang berjudul
dengan rendahnya pengetahuan ‘’Faktor – Faktor Yang Berhubungan
pasien tentang glaukoma. Penelitian Dengan Kepatuhan Berobat Pasien
(Stryker et al., 2010) mengenai Glaukoma Di Kota Padang’’. Tujuan

3025
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, ISSN CETAK: 2655-2728
2022 ISSN ONLINE: 2655-4712, VOLUME 4 NOMOR 11 NOVEMBER 2022] HAL 3022-3035

dari penelitian ini untuk Kepatuhan Berobat Pasien


mengidentifikasi Faktor – Faktor Glaukoma Di Kota Padang
Yang Berhubungan Dengan

KAJIAN PUSTAKA tidak terdapat penyakit mata lain


Glaukoma (Glaukoma primer) (Vaughan dkk,
Glaukoma adalah suatu 2008 : 220).
penyakit dimana gambaran klinik Gejala yang dialami oleh
yang lengkap di tandai oleh penderita glaukoma sangat beragam
peninggian Tekanan Intra Okuler, tergantung pada jenis Glaukoma
penggauangan dan degenerasi papil yang diderita, apakah akut atau
saraf optic serta lapang pandang kronik. Gejala Glaukoma akut
yang khas (Ilyas & Yulianti, 2017). sangat jelas, karena penderita akan
Glaukoma ditandai oleh merasakan sakit kepala, mata
meningkatnya tekanan intra okuler sangat pegal, mual dan bahkan
yang disertai oleh pencekungan muntah. Penglihatan akan terasa
diskus optic dan pengecilan lapang buram dan melihat pelangi di
pandang. Pada sebagian besar kasus sekitar lampu. Mata penderita akan
tidak terdapat penyakit mata lain terlihat merah. Namun sayangnya,
(glaukoma primer) (Vaughan karena gejala yang dirasakan
dkk,2008 :220). terutama adalah sakit kepala, mual
Tergantung pada jenis dan muntah banyak penderita
Glaukoma yang diderita. Tidak Glaukoma akut yang tidak
semua jenis glaukoma diketahui menyadari bahwa sebenarnya yang
penyebabnya. Berdasarkan ada atau menjadi penyebab adalah Glaukoma
tidaknya penyebab, Glaukoma yang akut.
dibedakan menjadi 2 jenis. Jenis Pada awalnya mereka akan
glaukoma yang diturunkan dan tidak berusaha minum obat sakit kepala
diketahui sebabnya disebut sebagai selama beberapa waktu sebelum
Glaukoma primer. Jenis glaukoma akhirnya diketahui bahwa yang
yang tidak diturunkan dan diketahui menjadi penyebab adalah penyakit
penyebabnya disebut sebagai pada mata. Pada saat itu umumnya
glaukoma sekunder. Apabila dalam kerusakan saraf mata telah terjadi
1 keluarga diketahui. ada yang karena tekanan mata yang sangat
menderita Glaukoma primer, maka tinggi (Virna, 2010).
keluarga terdekat mempunyai resiko
yang besar untuk menderita Kepatuhan
glaukoma jenis ini juga. Glaukoma Kepatuhan adalah perilaku
sekunder bisa disebabkan oleh positif penderita dalam mencapai
banyak hal, antara lain: trauma tujuan terapi (Suparyanto, 2010).
mata, peradangan, diabetes Menurut Decision theory (1985)
(kencing manis), perdarahan dalam penderita adalah pengambil
mata, bahkan katarak pun bisa keputusan dan kepatuhan sebagai
menyebabkan Glaukoma. hasil pengambilan keputusan.
Glaukoma ditandai oleh Perilaku ketat sering diartikan
meningkatnya tekanan intra okuler sebagai usaha penderita untuk
yang disertai oleh pencekungan mengendalikan perilakunya bahkan
diskus optik dan pengecilan lapang jika hal tersebut bisa menimbulkan
pandang. Pada sebagian besar kasus resiko mengenal kesehatannya.

3026
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, ISSN CETAK: 2655-2728
2022 ISSN ONLINE: 2655-4712, VOLUME 4 NOMOR 11 NOVEMBER 2022] HAL 3022-3035

Sarafino (1990) Dalam hal kepatuhan


mendefinisikan kepatuhan Suparyanto (2010) berpendapat
(Compliance) adalah tingkat pasien bahwa faktor-faktor yang
melaksanakan cara pengobatan dan berhubungan tingkat kepatuhan
perilaku yang disarankan oleh adalah segala sesuatu yang dapat
dokternya atau oleh yang lain. berpengaruh positif sehingga
Lutfey dan Wishner (1999), penderita tidak mampu lagi
mengemukakan konsep kepatuhan mempertahankan kepatuhanya,
(Compliance) dalam konteks medis, sampai menjadi kurang patuh dan
sebagai tingkatan yang tidak patuh. Adapun faktor-faktor
menunjukkan perilaku pasien yang berhubungan kepatuhan
dalam mentaati atau mengikuti diantaranya: pengetahuan, sikap
prosedur atau saran ahli medis. dan dukungan keluarga, tingkat
Kaplan (1997) mendefinisikan pendidikan, kesakitan dan
kepatuhan (Compliance) yang juga pengobatan, tingkat ekonomi,
dikenal dengan ketaatan dukungan sosial, dukungan petugas
(Adherence) adalah derajat dimana kesehatan.
pasien mengikuti anjuran klinis dari
dokter yang mengobatinya (Safitri,
2013).

METODOLOGI pasien glaukoma). Analisis data


Rancangan dalam penelitian dilakukan dengan analisis univariat
cross sectional dengan jenis analitik yaitu pengetahuan, sikap, dukungan
kuantitatif dengan populasi dalam keluarga, sementara analisis
penelitian ini adalah pasien bivariat adalah analisis hubungan
Glaukoma yang datang berobat ke antara dua variabel, variabel
UPTD Balai Kesehatan Indera dependen dan independen dengan
Masyarakat Sumatera Barat dengan teknik analisis bivariat Chi Square.
jumlah 284 orang dan teknik Pengambilan data ini dilakukan
pengambilan sampel secara dengan menggunakan lembar
purposive sampling dengan jumlah kuesioner A yang menilai kepatuhan
74 orang. Variabel yang diukur berobat pasien, Kuesioner B
dalam penelitian ini adalah variabel pengetahuan yang terdiri dari 10
independen (pengetahuan, sikap, pertanyaan, Sikap terdiri dari 10
dukungan keluarga) dan variabel pertanyaan, dan Dukungan Keluarga
dependen (kepatuhan berobat pada yang terdiri dari 10 pertanyaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian dipaparkan bentuk tabel distribusi frekuensi.
1. Analisa Univariat
Tabel 1 Analisis Univariat

No Variabel f %
1 Kepatuhan
Tidak Patuh 42 56,8%
Patuh 32 43,2%
2 Pengetahuan
Rendah 41 55,4%

3027
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, ISSN CETAK: 2655-2728
2022 ISSN ONLINE: 2655-4712, VOLUME 4 NOMOR 11 NOVEMBER 2022] HAL 3022-3035

Tinggi 33 44,6%
3 Sikap
Kurang Baik 39 52,7%
Baik 35 47,3%
4 Dukungan Keluarga
Kurang Baik 40 54,1%
Baik 34 46,9%

Tabel 1 menunjukkan bahwa yang kurang baik , lebih dari


lebih dari separuh responden separuh responden (54,1%)
(56,8%) tidak patuh dalam berobat, mendapat dukungan keluarga yang
lebih dari separuh responden kurang baik dalam kepatuhan
(55,4%) memilki pengetahuan berobat di UPTD BKIM Sumatera
rendah, lebih dari separuh Barat.
responden (52,7%) memiliki sikap

2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan komputerisasi. Hubungan variabel
dengan uji chi- square dengan dependen dan independent
derajat kepercayaan 95 %, dikatakan bermakna apabila nilai p
menggunakan bantuan sistem yang diperoleh ≤ 0,05.

Tabel 2 Analisa Bivariat

Kepatuhan
Variabel Tidak Patuh Patuh Total pvalue
f % f % f %
Pengetahuan
Rendah 36 85,7% 6 14,3% 42 100% 0,000
Tinggi 5 15,6% 27 84,4% 32 100%
Sikap
Negatif 34 81,0% 8 19,0% 42 100% 0,000
Positif 5 15,6% 27 84,4% 32 100%
Dukungan
Keluarga
Kurang 29 69,0% 13 31,0% 42 100% 0,000
Baik 5 15,6% 27 84,4% 32 100%

Berdasarkan tabel 2 dapat dengan kepatuhan berobat


dilihat bahwa hasil analisis diperoleh nilai p=0,000. Maka dapat
hubungan antara pengetahuan disimpulkan terdapat hubungan
dengan kepatuhan berobat antara pengetahuan, sikap dan
diperoleh nilai p=0,000, untuk hasil dukungan keluarga dengan
analisis hubungan antara sikap kepatuhan berobat pada pasien
dengan kepatuhan berobat galukoma dalam berobat di UPTD
diperoleh nilai p=0,000. Hasil BKIM Sumatera Barat
analisis antara dukungan keluarga

3028
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, ISSN CETAK: 2655-2728
2022 ISSN ONLINE: 2655-4712, VOLUME 4 NOMOR 11 NOVEMBER 2022] HAL 3022-3035

PEMBAHASAN mempengaruhi ketidakpatuhan


Analisa Univariat pasien glaucoma dalam menjalani
Kepatuhan pengobatan yaitu, faktor obat,
Tabel 1 menunjukkan lebih faktor pasien, faktor petugas
dari separuh responden (56,8%) kesehatan dan faktor lingkungan
tidak patuh dalam berobat atau situasi. Faktor obat mencakup
glaukoma ke UPTD BKIM Sumatera biaya obat, kompleksitas obat dan
Barat. Penelitian ini sejalan dengan efek samping obat. Faktor pasien
penelitian yang dilakukan oleh mencakup pengetahuan,
(Asicha, 2013) dengan judul keterampilan pasien, sikap,
Kepatuhan Berobat Pada Pasien motivasi, memori serta penyakit
Glaukoma di Rumah Sakit Umum dr. penyerta yang diderita pasien.
Soedarso Pontianak Tahun 2013” Faktor petugas kesehatan dan
menyatakan, kepatuhan penderita komunikasi petugas kesehatan serta
glaucoma berobat hanya berkisar dukungan kepada pasien. Sedangkan
24-59%. Suatu penelitian kohor di faktor lingkungan atau situasi
dapatkan hampir 50% pasien meliputi kurangnya dukungan,
glaucoma menghentikan pengobatan permasalahan hidup pasien,
setelah menjalankan pengobatan kesibukan dan perbahan rutinitas.
selama 6 bulan. Menurut Taylor (1991), faktor –
Menurut Soewondo dkk faktor yang mempengaruhi
(2010) dalam Purwanti (2013), kepatuhan minum obat yaitu sikap
Kepatuhan adalah suatu perilaku dan dukungan keluarga. Sikap atau
manusia yang taat terhadap respon dari pasien terhadap suatu
perintah, prosedur dan disiplin. stimulus atau objek. Dukungan
Menurut Decision thery (1985) keluarga yang terdiri dari tipe
dalam Susanti, M (2013), penderita keluarga, fungsi keluarga dan
adalah pengambil keputusan dan sumber dukungan keluarga
kepatuhan sebagai hasil pengambil (Afryanto, 2017).
keputusan. Perilaku ketat sering Menurut peneliti, patuh
diartikan sebagai usaha penderita adalah suka menuruti perintah, taat
untuk mengendalikan perilakunya pada perintah atau aturan,
bahkan jika hal tersebut bisa sedangkan kepatuhan adalah
menimbulkan resiko mengenai perilaku sesuai aturan dan disiplin.
kesehatanya (Taylor, 1991). Seseorang dikatakan patuh berobat
Glaukoma adalah penyakit yang bila menepati anjuran pertemuan
menyerang saraf mata (Optik atau kontrol dengan dokter dengan
Nerve) manusia, hingga terjadi jadwal yang telah ditetapkan serta
kerusakan struktur dan fungsional mau melaksanakan apa yang
saraf yang bersesuain. Kerusakan dianjurkan oleh petugas kesehatan.
tersebut dapat terjadi secara Responden (56,8%) tidak patuh
mendadak atau perlahan tergantung berobat glaucoma berobat di UPTD
pada tekanan bola mata BKIM Sumatera Barat. Pada pasien
penderitaanya. Kerusakan yang glaucoma di UPTD BKIM Sumatera
terjadi akan menyebabkan Barat rata – rata responden tidak
gangguan penglihatan hingga patuh untuk berobat karena mereka
akhirnya mengakibatkan kebutaan tidak berfikir optimis untuk bisa
permanen (Riordan-eva et al., 2008) sembuh sehingga mereka tidak
Menurut (Niven et al., mengikuti aturan dan jadwal yang
2012)menyatakan terdapat telah ditetapkan oleh petugas
beberapa faktor yang

3029
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, ISSN CETAK: 2655-2728
2022 ISSN ONLINE: 2655-4712, VOLUME 4 NOMOR 11 NOVEMBER 2022] HAL 3022-3035

kesehatan yang ada di UPTD BKIM patuh dalam berobat ke UPTD BKIM
Sumatera Barat. Sumatera Barat, karena lebih dari
separuh pasien dengan glaucoma
Pengetahuan memiliki pengetahuan yang rendah.
Tabel 1 menunjukkan lebih
dari separoh responden (55,4%) Sikap
berpengetahuan rendah tentang Tabel 1 menunjukkan lebih
kepatuhan berobat di UPTD BKIM separuh responden (52,7%) memilki
Sumatera Barat. Penelitian ini sikap negative dalam berobat
sesuai dengan penelitian Newman glaucoma di UPTD BKIM Sumatera
Casey, dkk (2015) ‘Hubungan Barat. Penelitian ini sejalan dengan
Tingkat Pengetahuan Pennderita penelitian yang dilakukan oleh
Glaukoma Dengan Ketaatan (Fauzian et al., 2016)‘Hubungan
Menggunakan Obat’ menyatakan Tingkat Pengetahuan Dengan
bahwa rendahnya angka kepatuhan Perilaku Memeriksakan Diri Ke
pasien glaucoma berhubungan erat Pelayanan Kesehatan : Penelitian
dengan rendahnya pengetahuan Pada Pasien Glaukoma Di Rumah
pasien tentang penyakit galukoma Sakit Dr. Kariadi’ mengenai faktor –
(57,6%) responden. faktor yang mempengaruhi
Teori Bloom dalam kepatuhan pengobatan penderita
(Notoatmodjo, 2010) mengatakan glaucoma menunjukan bahwa sikap
bahwa pengetahuan merupakan responden (57,4%) sering menjadi
kemampuan kognitif yang paling hambatan dalam kepatuhan pasien
rendah namun sangat penting untuk menjalani pengobatan
karena dapat membentuk prilaku glaucoma di RSUD Tanjung Balai,
seseorang. Menurut (Notoatmodjo, Medan.
2010) bahwa pengetahuan adalah Penelitian (Maloring et al.,
merupakan hasil dari tahu, dan ini 2014)Hubungan Pengetahuan Dan
terjadi setelah seseorang Sikap Dengan Kepatuhan Perawatan
melakukan penginderaan terhadap Pada Pasien Post Operasi Katarak Di
suatu objek tertentu. Penginderaan Balai Kesehatan Mata Masyarakat
terjadi melalui panca indera Sulawesi Utara menyatakan
manusia, yakni indera penglihatan, kepatuhan mengacu pada proses
pendengaran dan penciuman, dimana penderita mampu
perasa dan raba. Sebagian mengasumsikan dan melaksanakan
pengetahuan manusia diperoleh beberapa tugas yang merupakan
melalui mata dan telinga. Menurut bagian dari sebuah regimen
Smet (1994) kepatuhan yaitu tingkat terapeutik. Kemampuan penderita
atau derajat dimana penderita untuk mengontrol kehidupanya
glaucoma mampu melaksanakan dapat mempengaruhi tingkat
cara pengobatan dan perilaku yang kepatuhan. Kepatuhan dipengaruhi
disarankan oleh petugas kesehatan oleh sikap seseorang. Sikap
hasil dari tahu atau pengetahuan. merupakan reaksi atau respon yang
Menurut peneliti, lebih dari masih tertutup dari seseorang
separuh tingkat pengetahuan terhadap suatu stimulus atau objek.
rendah hal ini dikarenakan masih Menurut Newcomb salah seorang
banyaknya responden yang belum ahli psikologi sosial menyatakan
paham penyakit yang diderita, serta bahwa sikap merupakan kesiapan
akibat lanjut yang akan muncul jika atau kesedian untuk bertindak dan
glaucoma tidak disembuhkan. Hal bukan merupakan pelaksana motif
inilah yang membuat klien tidak tertentu. Sikap belum merupakan

3030
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, ISSN CETAK: 2655-2728
2022 ISSN ONLINE: 2655-4712, VOLUME 4 NOMOR 11 NOVEMBER 2022] HAL 3022-3035

suatu tindakan atau aktifitas, akan RSUD dr. Moch Ansari Saleh,
tetapi merupakan predisposisi Banjarmasin.
tindakan suatu prilaku (Friedman, 2015)
(Notoatmodjo, 2010). Komponen menyatakan keluarga merupakan
pokok sikap yaitu kepercayaan penggabungan dua individu yang
(keyakinan), ide dan konsep memiliki ikatan, hubungan
terhadap suatu objek. Artinya perkawinan atau pengangkatan dan
bagaimana penilaian (terkandung hidup dalam satu rumah tangga,
dalam faktor emosi) orang tersebut berinteraksi serta mempertahankan
terhadap objek. Kecenderungan kebudayaan. Dukungan keluarga
untuk bertindak (tend to behave). adalah sikap, tindakan dan
Artinya sikap merupakan komponen penerimaan keluarga terhadap
yang mendahului tindakan atau anggotanya. Dukungan keluarga
perilaku terbuka. juga diartikan sebagai sebagian dari
Menurut peneliti, lebih dari dukungan sosial, yang merupakan
separoh sikap kurang baik integritas antar individu yang
responden karena pasien tidak mau memberikan kenyamanan fisik dan
berusaha untuk sembuh dengan psikologis melalui terpenuhnya
berobat yang tidak teratur serta kebutuhan akan afeksi serta
tidak patuh mengikuti jadwal keamanan (Yuan, 2009 dalam
berobat yang telah ditentukan oleh Rahmawati, 2012). Menurut Smet
petugas kesehatan. Hal ini juga (1994) dalam Christine (2016)
terlihat dari responden tidak Dukungan keluarga didefinisikan
kontrol sesuai jadwal dengan sebagai informasi verbal atau
teratur dan datang untuk kontrol nonverbal, saran, bantuan yang
dengan tekanan bola mata yang nyata atau tingkah laku yang
tinggi >18.00 mmHg. Berdasarkan diberikan oleh orang – orang yang
hal inilah nampak jelas bahwa akrab dengan subjek di dalam
pasien tidak patuh untuk berobat lingkunganya atau yang berupa
glaukoma ke UPTD BKIM Sumatera kehadiran dan hal – hal yang dapat
Barat dan dapat disimpulkan ada memberikan keuntungan emosional
hubungan sikap dengan kepatuhan dan berpengaruh pada tingkah laku
berobat glaukoma ke UPTD BKIM penerimanya. Dalam hal ini orang
Sumatera Barat. yang merasa memperoleh dukungan
secara emosional merasa lega
Dukungan Keluarga karena diperhatikan, mendapat
Tabel 1 menunjukkan lebih saran atau kesan yang
separuh responden (54,1%) menyenangkan pada dirinya.
mendapat dukungan keluarga yang Menurut peneliti, lebih dari
kurang baik dalam kepatuhan separuh responden (54,1%)
berobat di UPTD BKIM Sumatera mendapatkan dukungan keluarga
Barat. Penelitian ini sejalan dengan yang kurang baik kepada pasien
penelitian yang dilakukan oleh karena 60% keluarga belum
Stryker (2015) mengenai Faktor – mengerti bahwa penyakit glaucoma
Faktor Yang Mempengaruhi ini adalah penyakit yang bisa
Kepatuhan Pengobatan Penderita menyebabkan kebutaan. Oleh
Glaucoma menunjukan hasil bahwa karena itu keluarga kurang
dukungan dari keluarga dan mendukung agar pasien patuh
lingkungan sosial mempengaruhi dalam berobat. Hal ini terlihat dari
kepatuhan penderita terhadap 45% keluarga tidak mengingatkan
pengobatan (59,2%) di Poli Mata pasien untuk minum obat atau

3031
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, ISSN CETAK: 2655-2728
2022 ISSN ONLINE: 2655-4712, VOLUME 4 NOMOR 11 NOVEMBER 2022] HAL 3022-3035

membantu meneteskan obat tiap petugas kesehatan hasil dari tahu


hari, 43% keluarga tidak atau pengetahuan.
memberikan informasi untuk kontrol
sesuai anjuran, 63% keluarga tidak Hubungan Sikap Dengan
menemani pasien saat berobat ke Kepatuhan
dokter, 40% keluarga tidak Berdasarkan hasil analisis
memberikan dukungan moril, sikap dengan kepatuhan terdapat
materil dan emosional dalam hubungan yang signifikan antara
menjalankan penngobatan secara sikap dengan kepatuhan berobat
teratur. Penelitian ini ada hubungan pada pasien glaucoma di UPTD BKIM
yang bermakna antara dukungan Sumatera Barat dengan nilai p-
keluarga dengan kepatuhan karena value sebesar 0,000 (P Value <0,05).
semakin rendah keluarga maka Penelitian ini sejalan Sopiyudin
semakin rendah kepatuhan berobat 2015 “Faktor-Faktor yang
pasien. Behubungan dengan Perilaku
Masyarakat Untuk Kepatuhan
Analisa Bivariat Berobat Pada Pasien Glaukoma di
Hubungan Pengetahuan Dengan RSUD Tapanuli di Kabupaten
Kepatuhan Tapanuli Selatan, bahwa terdapat
Hasil penelitian ini sejalan hubungan bahwa motivasi yang
dengan penelitian yang dilakukan rendah akan memiliki frekuensi
oleh (Chaidir et al., 2016) judul kepatuhan berobat yang kurang baik
Hubungan Tingkat Pengetahuan pada pasien glaukoma, hasil uji
Penderita Glaukoma Dengan statistik chi- square didapatkan nilai
Ketaatan Menggunakan Obat, hasil p-value sebesar 0,005 (p-value <
uji statistik chi- square didapatkan 0,05) dengan sikap rterhadap
nilai p-value sebesar 0,003 (p-value kepatuhan berobat.
< 0,05). Kuat hubungan secara Sikap merupakan reaksi atau
statistik antar variabel termasuk respon yang masih tertutup dari
kategori sedang (0,4 - <0,6), dan seseorang terhadap suatu stimulus
arah korelasinya positif yang artinya atau objek. Menurut Newcomb salah
semakin tinggi variabel bebas, seorang ahli psikologi sosial
berdampak pada semakin tinggi menyatakan bahwa sikap
variabel terikat merupakan kesiapan atau kesedian
(Notoatmodjo, 2010)) bahwa untuk bertindak dan bukan
pengetahuan adalah merupakan merupakan pelaksana motif
hasil dari tahu, dan ini terjadi tertentu. Sikap belum merupakan
setelah seseorang melakukan suatu tindakan atau aktifitas, akan
penginderaan terhadap suatu objek tetapi merupakan predisposisi
tertentu. Penginderaan terjadi tindakan suatu prilaku
melalui panca indera manusia, yakni (Notoatmodjo, 2010)
indera penglihatan, pendengaran Asumsi peneliti hubungan
dan penciuman, perasa dan raba. sikap dengan kepatuhan berobat
Sebagian pengetahuan manusia pada pasien glaukoma, sikap yang
diperoleh melalui mata dan telinga. positif dari dalam maupun luar,
Menurut Smet (1994) kepatuhan pada seorang responden akan dapat
yaitu tingkat atau derajat dimana meningkatkan kepatuhan berobat
penderita glaucoma mampu secara optimal. Pada penelitian ini
melaksanakan cara pengobatan dan menunjukkan bahwa responden
perilaku yang disarankan oleh memiliki sikap yang negatif yaitu
responden tidak mempunyai

3032
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, ISSN CETAK: 2655-2728
2022 ISSN ONLINE: 2655-4712, VOLUME 4 NOMOR 11 NOVEMBER 2022] HAL 3022-3035

keyakinan untuk sembuh pada timbal balik dalam konteks “caring”


dirinya sehingga berpengaruh dan membina hubungan. Untuk itu
terhadap kepatuhan berobat pasien pemberian informasi terhadap orang
glukoma. dengan penyakit diabetes melitus
akan sangat membantu peran
Hubungan Dukungan Keluarga “caring” keluarga agar diabetesi
Dengan Kepatuhan termotivasi untuk mematuhi aturan
Berdasarkan hasil analisis pengobatan yang diperlukan bagi
dukungan keluarga dengan diabetes. Lebih lanjut Friedman
kepatuhan terdapat hubungan (Friedman, 2015) mengemukakan
antara dukungan keluarga dengan bahwa dukungan keluarga adalah
kepatuhan berobat pada pasien sikap, tindakan dan penerimaan
glaucoma di UPTD BKIM Sumatera keluarga terhadap orang yang sakit.
Barat dengan nilai p-value sebesar Anggota keluarga memandang
0,000 (p-value <0,05). t. Hasil bahwa mereka akan selalu siap
penelitian (Fitrianda, 2013) memberikan pertolongan dan
‘Hubungan Dukungan Keluarga bantuan jika diperlukan.
Dengan Kepatuhan Dalam Dukungan keluarga dapat
Perawatan Pada Klien Glaukoma Di berupa dukungan keluarga internal,
Wilayah Kerja Puskesmas Balung seperti dukungan dari suami atau
Kabupaten Jember’’, juga istri atau dukungan dari saudara
menunjukkan terdapat hubungan kandung atau dukungan keluarga
positif antara pemberian dukungan eksternal. Dukungan keluarga
keluarga dengan kepatuhan adalah sebuah proses yang terjadi
berobat. Hasil uji statistik chi- sepanjang masa kehidupan, sifat
square didapatkan nilai p-value dan jenis dukungan sosial berbeda-
sebesar 0,005 (p-value <0,05), beda dalam berbagai tahap-tahap
berarti bahwa ada Hubungan siklus kehidupan. Namun demikian,
Dukungan Keluarga Dengan dalam semua tahap siklus
Kepatuhan Dalam Perawatan Pada kehidupan, dukungan keluarga
Klien Glaukoma Di Wilayah Kerja membuat keluarga mampu berfungsi
Puskesmas Balung Kabupaten dengan berbagai kepandaian dan
Jember akal. Sebagai akibatnya, hal ini
Menurut (Friedman, 2015), meningkatkan kesehatan dan
salah satu tugas keluarga di bidang adaptasi keluarga (Friedman, 2015).
kesehatan adalah memelihara Secara lebih spesifik, keberadaan
kesehatan anggota keluarganya dan dukungan sosial yang adekuat
memberi perawatan serta dukungan terbukti berhubungan dengan
kepada anggota keluarga yang sakit. menurunnya mortalitas, lebih
Dukungan tersebut dapat berupa mudah sembuh dari sakit dan
dukungan moril seperti perhatian, dikalangan kaum tua, fungsi
kasih sayang, rasa aman dan kognitif, fisik dan kesehatan emosi
dukungan materiil berupa usaha menjadi lebih baik (Friedman, 2015)
keluarga untuk memenuhi Asumsi peneliti, hubungan
kebutuhan anggota keluarganya. dukungan keluarga dengan
Sebuah keluarga ditandai dengan kepatuhan berobat menunjukkan
komitmen, pengambilan keputusan bahwa responden yang memiliki
bersama dan membuat berbagai dukungan keluarga yang rendah
tujuan. Untuk masalah yang menunjukkan kepatuhan berobat
berkaitan dengan emosional, yang kurang baik. Didapatkan hasil
keluarga memiliki tanggung jawab analisa statistik p-value sebesar

3033
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, ISSN CETAK: 2655-2728
2022 ISSN ONLINE: 2655-4712, VOLUME 4 NOMOR 11 NOVEMBER 2022] HAL 3022-3035

0,000 (p-value <0,05), berarti Penderita Glaukoma Di Rumah


bahwa ada hubungan antara Sakit Umum Dr. Soedarso
dukungan keluarga dengan Pontianak Tahun 2009-2010.
kepatuhan berobat pada pasien Jurnal Mahasiswa Fakultas
glaucoma di UPTD BKIM Sumatera Kedokteran Untan, 1(1).
Barat. Hal ini dikarenakan banyak Bansal, R. K., & Tsai, J. C. (2007).
dari responden yang mengatakan Medical Treatment:
bahwa keluarga responden tidak Compliance/Adherence To
memberikan dukungan yang cukup Glaucoma Medications-A
baik pada responden dan keluarga Challenge. Current Journal Of
responden tidak memperdulikan Glaucoma Practice With Dvd.
masalah kesehatan responden Https://Doi.Org/10.5005/Jp-
sehingga responden tidak memiliki Journals-10008-1052
keinginan sama sekali untuk patuh Bressler, N. M., Doan, Q. V., Varma,
dalam minum obat sesuai dengan R., Lee, P. P., Suñer, I. J.,
anjuran dokter. Peranan keluarga Dolan, C., Danese, M. D., Yu,
dalam menjaga atau merawat E., Tran, I., & Colman, S.
responden, mempertahankan dan (2011). Estimated Cases Of
meningkatkan status mental, serta Legal Blindness And Visual
memberikan motivasi dan Impairment Avoided Using
memfasilitasi kebutuhan spiritual Ranibizumab For Choroidal
responden. Dukungan keluarga Neovascularization: Non-
merupakan suatu bentuk bantuan Hispanic White Population In
yang bertujuan untuk merawat The United States With Age-
seorang anggota keluarga dirumah Related Macular Degeneration.
yang mengalami ketidakmampuan In Archives Of Ophthalmology.
atau keterbatasan. Https://Doi.Org/10.1001/Arch
ophthalmol.2011.140
KESIMPULAN Chaidir, Q., Rahmi, F. L., Nugroho,
Terdapat hubungan T., & Obat, K. M. (2016).
bermakna antara pengetahuan Hubungan Tingkat Pengetahuan
dengan kepatuhan berobat pada Penderita Glaukoma Dengan
pasien glaucoma dalam kepatuhan Ketaatan Menggunakan Obat.
berobat, terdapat hubungan Jurnal Kedokteran Diponegoro,
bermakna antara sikap dengan 5(4), 1517–1525.
kepatuhan berobat pada pasien Fauzian, R., Rahmi, F., & Nugroho,
glaucoma, serta terdapat hubungan T. (2016). Hubungan Tingkat
yang bermakna antara dukungan Pengetahuan Dengan Perilaku
keluarga dengan kepatuhan berobat Memeriksakan Diri Ke
pada pasien glaucoma di UPTD BKIM Pelayanan Kesehatan :
Sumatera Barat. Penelitian Pada Pasien
Glaukoma Di Rumah Sakit Dr.
Kariadi. Jurnal Kedokteran
DAFTAR PUSTAKA Diponegoro, 5(4), 1634–1641.
Febrina, S. (2011). Prevalensi
Artini, D. W. (2011). Glaucoma Glaukoma Di Rumah Sakit
Caused Blindness With Its Umum Daerah Dr. Pirngadi
Characteristic In Cipto Medan Pada Tahun 2011 Kota
Mangunkusumo Hospital. Jurnal Medan.
Oftalmologi Indonesia. Fitrianda, M. I. (2013). Hubungan
Asicha, N. (2013). Karakteristik Dukungan Keluarga Dengan

3034
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, ISSN CETAK: 2655-2728
2022 ISSN ONLINE: 2655-4712, VOLUME 4 NOMOR 11 NOVEMBER 2022] HAL 3022-3035

Kepatuhan Dalam Perawatan P. (2012). How To Win


Pada Klien Glaukoma Di Friendship And Trust By
Wilayah Kerja Puskesmas Influencing People’s Feelings:
Balung Kabupaten Jember. An Investigation Of
Friedman, M. (2015). Dukungan Interpersonal Affect Regulation
Keluarga. Keperawatan And The Quality Of
Keluarga, Teori Dan Praktik. Relationships. Human
Ilyas, S., & Yulianti, S. R. (2017). Relations.
Ilmu Penyakit Mata. In Badan Https://Doi.Org/10.1177/0018
Penerbit Fakultas Kedokteran 726712439909
Universitas Indonesia. Notoatmodjo, S. (2010). Promosi
Https://Doi.Org/10.1002/Ab.2 Kesehatan, Teori & Aplikasi. In
0258 Jakarta: Rineka Cipta.
Kemenkes. (2014). Situasi Gangguan Https://Doi.Org/10.1108/Jmt
Penglihatan Dan Kebutaan. In m-03-2018-0075
Journal Of Chemical Riordan-Eva, P., Whitcher, J. P.,
Information And Modeling (Vol. Brooks, C. W., Borish, I. M., &
53, Issue 9). Tombran-Tink, J. (2008).
Https://Doi.Org/10.1017/Cbo9 Vaughan And Asbury ’ S
781107415324.004 General Ophthalmology , 17th
Kemenkes. (2015). Situasi Dan Edition System For Ophthalmic
Analisis Glaukoma.Pdf. In Dispensing , 3rd Edition Retinal
Kementerian Kesehatan Ri Degenerations : Biology ,
Pusat Data Dan Informasi. Diagnostics And Therapeutics.
Kemenkes Ri. (2018). Kemenkes Ri. November, 577–578.
Profil Kesehatan Indonesia Smeltzer, S., & Bare, B. (2002).
2017. Data Dan Informasi. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Kementrian Keseahtan Ri; Bedah Brunner & Suddarth Edisi
2018. In Jurnal Ilmu 8. Egc : Jakarta.
Kesehatan. Https://Doi.Org/10.1037/1524-
Maloring, N., Kaawoan, A., & 9220.4.1.3
Onibala, F. (2014). Hubungan Stryker, J. E., Beck, A. D., Primo, S.
Pengetahuan Dan Sikap Dengan A., Echt, K. V., Bundy, L.,
Kepatuhanperawatan Pada Pretorius, G. C., & Glanz, K.
Pasien Post Operasi Katarak Di (2010). An Exploratory Study Of
Balai Kesehatan Mata Factors Influencing Glaucoma
Masyarakat Sulawesi Utara. Treatment Adherence. Journal
Jurnal Keperawatan Unsrat. Of Glaucoma.
Newman-Casey, P. A., Weizer, J. S., Https://Doi.Org/10.1097/Ijg.0
Heisler, M., Lee, P. P., & Stein, b013e31819c4679
J. D. (2013). Systematic Vaughan And Asbury’s General
Review Of Educational Ophthalmology, 17th Edition.
Interventions To Improve (2008). Clinical And
Glaucoma Medication Experimental Optometry.
Adherence. In Seminars In Https://Doi.Org/10.1111/J.144
Ophthalmology. 4-0938.2008.00309.X
Https://Doi.Org/10.3109/0882 Who. (2010). World Heath
0538.2013.771198 Statistics: 2010. In World
Niven, K., Holman, D., & Totterdell, Heath Organization.

3035

You might also like