You are on page 1of 15

PANDUAN PRAKTIK KLINIS ( PPK )

RS. BHY BJM


Jl. A. Yani Km. 3,5
Telp. (0511) 3256528
Fax. (0511) 3251306
www.rsbhy-bjm.co.id

APENDISITIS AKUT

Penyumbatan dan peradangan akut pada usus


1. Pengertian (Definisi) buntu dengan jangka waktu kurang dari 2
minggu
1. Nyeri perut kanan bawah
2. Mual
2. Anamnesis
3. Anoreksia
4. Bisa disertai dengan demam
1. Nyeri tekan McBurney
2. Rovsing sign (+)
3. Psoas sign (+)
3. Pemeriksaan Fisik
4. Blumberg sign (+)
5. Obturator sign (+)
6. Colok dubur : nyeri jam 9-11

1. Memenuhi kriteria anamnesis


4. Kriteria Diagnosis
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik

5. Diagnosis Kerja Apendisitis akut


1. Urolitiasis dekstra
2. UTI dekstra
6. Diagnosis Banding
3. Adneksitis
4. Kista ovarium terpuntir
1. Darah rutin, masa perdarahan, masa
pembekuan
2. Ureum kreatinin
7. Pemeriksaan Penunjang 3. GDS
4. HbsAg
5. Tes kehamilan (kalau perlu)
6. USG abdomen
8. Tata Laksana :
a. Tindakan Operatif
1. Apendektomi perlaparoskopik
Laparoskopik
2. Open appendektomi
b. Tindakan operatif open app
3. Hanya kalau ada kontra indikasi mutlak
c. Terapi Konservatif
4. 3 hari
d. Lama perawatan
1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding,
pemeriksaan penunjang
9. Edukasi 2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan,
(Hospital Health Promotion) resiko dan komplikasi
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan perkiraan lama rawat
Advitam : dubia adbonam
10. Prognosis Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
11. Tingkat Evidens I untuk Tindakan no 1 & no 2
12. Tingkat Rekomendasi

1. SMF Bedah Umum


13. Penelaah Kritis
2. SMF Bedah Digestif
1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat : 3 hari
14. Indikator
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
4. Kesesuaian dengan hasil PA

1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat


15. Kepustakaan 2. Principal of Surgery, Schwartz’s
3. Konsensus Nasional Ikabi
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK )
RS. BHY BJM
Jl. A. Yani Km. 3,5
Telp. (0511) 3256528
Fax. (0511) 3251306
www.rsbhy-bjm.co.id

SECTIO CAESAREA
Persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui insisi pada
1. Pengertian dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.

Adanya kontra indikasi untuk mengeluarkan bayi secara


2. Anamnesis
pervaginam

1. Pemeriksaan keadaan umum, vital sign untuk mengetahui


ada tidaknya tanda- tanda infeksi antara lain dengan
mengukur suhu ibunya, ada tidaknya takikardi ibu
2. Pemeriksaan abdomen yaitu Leopold untuk menentukan
posisi janin dan pemeriksaan tinggi fundus uteri untuk
menentukan usia kehamilan dan taksiran berat janin,
memeriksa adanya kontraksi rahim dan menghitung
jumlah dan kontraksi dalam 10 menit, dan juga
3. Pemeriksaan Fisik menghitung denyut jantung janin, menilai ada tidaknya
takikardi janin
3. Pemeriksaan Ginekologi
4. Vaginal Toucher:
Menilai tanda-tanda persalinan dan mengevaluasi
kemajuan persalinan, yaitu menilai pembukaan dan
pendataran serviks, penurunan kepala, kulit ketuban, air
ketuban dan adanya lender darah

4. Kriteria Diagnosis 1. Indikasi ibu


 Panggul sempit absolut
 Tumor- tumor jalan lahir yang menimbulkan
obstruksi
 Stenosis servik/ vagina
 Plasenta previa
 Disproporsi sefalopelvik
 Rupture uteri
2. Indikas ijanin
 Kelainan letak
 Gawat janin
Pada umumnya sectio caesarea tidak dilakukan pada:
 Janin mati
 Syok, anemia berat
 Kelainan Kongenital berat

Diagnosis yang memerlukan tindakan operasi sectio caesaria


5. Diagnosis Kerja baik emergency atau elektif

1. Dalam persalinan
6. Diagnosis Banding 2. Belum dalam persalinan

1. Pemeriksaan laboratorium lengkap seperti Lab darah


lengkap, Gol. Darah, HbSAg, GDS, Urine rutin lengkap
atau pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA atau dengan
leukosit darah >15.000/mm
2. Penentuan cairan ketuban dapat di lakukan dengan tes
7. Pemeriksaan Penunjang lakmus merah menjadi biru
3. Pemeriksaan Ultrasonografi untuk membantu dalam
menentukan jumlah cairan ketuban dan usia kehamilan dan
kelainan janin.

8. Tata Laksana Terlampir dalam protocol


1. Adanya resiko durante operasi antara lain :perdarahan,
trauma usus/organ abdomen. Pengangkatan
9. Edukasi (Hospital Health rahim/histerektomi, emboli, kematian di meja operasi
Promotion) 2. Adanya resiko Post partum yaitu adanya perdarahan,
dehisensi luka operasi

1. Ad Vitam: dubiaabdomen
2. Ad Sanationam: dubiaabdomen
10. Prognosis
3. Ad Fumgsionam: dubia abdomen

Cunningham. Et all. 2010. Williams Obstetrics. 23 thedition.


11. Kepustakaan The McGraw-Hill Companies.Inc
PANDUAN PRAKTIK KLINIS ( PPK )
RS. BHY BJM
Jl. A. Yani Km. 3,5
Telp. (0511) 3256528
Fax. (0511) 3251306
www.rsbhy-bjm.co.id

Benign Prostat Hyperplasia (BPH)

Merupakan diagnosis secara histologi yang


1. Pengertian (Definisi) menunjukkan terjadinya proliferasi dari sel-sel
pada prostat.
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah.
Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan
intrauretra yang pada akhirnya dapat
menyebabkan sumbatan aliran urin secara
bertahap. Meskipun manifestasi dan beratnya
penyakit bervariasi, tetapi ada beberapa hal
yang menyebabkan penderita datang berobat,
yakni adanya LUTS (Lower Urinary Tract
Syndrome).
Keluhan LUTS terdiri atas gejala obstruksi dan
gejala iritatif.
1. Gejala iritatif (storage), terdiri dari :
a. Frekuensi : sering BAK >8 kali/24 jam
b. Urgensi : keinginan BAK yang mendesak/
tergesa - gesa untuk buang air kecil.
2. Anamnesis
c. Nokturia : terbangun di malam hari untuk
BAK (lebih dari 1 kali)
d. Disuria : nyeri saat buang air keciil.

2. Gejala obstruksi (Voiding), antara lain :


a. Hesitansi : menunggu lama pada awal BAK.
b. Intermitensi : BAK terputus - putus.
c. Pancaran miksi melemah
d. Straining : harus mengedan saat BAK.
e. Retensi urin
f. Inkontinensia karena overflow
g. Post micturition
Miksi tidak puas (Incomplete emptying :
residual volume >100ml) Menetes setelah
miksi (Terminal dribbling)
3. Pemeriksaan Fisik 1. Status Urologis :
Inspeksi : Penonjolan suprapubik, bila terjadi
retensi urin dengan buli penuh.
Palpasi : buli-buli yang penuh dapat teraba
sebagai massa kistik si daerah supra simpisis
akibat retensi urin.

2. Pemeriksaan colok dubur atau Digital


Rectal Examination (DRE) merupakan
pemeriksaan fisik yang penting pada BPH,
karena dapat menilai tonus sfingter ani,
pembesaran atau ukuran prostat dan
kecurigaan adanya keganasan seperti nodul
atau perabaan yang keras. Pada pemeriksaan
ini dinilai besarnya prostat, konsistensi,
cekungan tengah, simetri, indurasi, krepitasi
dan ada tidaknya nodul.
a. Colok dubur pada BPH menunjukkan
konsistensi prostat kenyal, seperti meraba
ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris,
dan tidak didapatkan nodul. Sedangkan pada
karsinoma prostat, konsistensi prostat keras
dan teraba nodul, dan mungkin antara lobus
prostat tidak simetri.
b. Pada saat DRE diperhatikan pula tonus
sfincter ani dan refleks bulbokavernosus yang
dapat menunjukkan adanya kelainan pada
busur refleks di daerah sakral.

1. Memenuhi kriteria anamnesis


4. Kriteria Diagnosis
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik

5. Diagnosis Kerja Benign Prostat Hyperplasia (BPH)


Diagnosis banding pada pasien dengan
keluhan obstruksi, antara lain :
a. striktur uretra,
b. kontraktur leher vesika,
c. batu buli - buli kecil,
d. kanker prostat
e. kelemahan destrusor (misal pada penderita
asma kronik yang menggunakan obat
6. Diagnosis Banding parasimpatolitik).
2. Sedangkan pada pasien dengan keluhan
iritatif, diagnosis bandingnya antara lain :
a. instabilitas destrusor,
b. karsinoma in situ vesika,
c. infeksi saluran kemih,
d. prostatitis,
e. batu ureter distal
f. batu vesika kecil.
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah rutin, masa perdarahan, masa
pembekuan
2. Ureum kreatinin
3. GDS
4. Urinalisis
5. Foto polos abdomen
6. USG Urologi
7. EKG (Usia >40 tahun atau atas indikasi)
8. Rontgen thorax (Usia >40 tahun atau atas
indikasi)
1. Non operatif
a. Watchful waiting
b. Medikamentosa
8. Tata Laksana
3. Operatif
a. Open prostatektomi
b. Pembedahan Endourologi (TURP)

1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding,


pemeriksaan penunjang
9. Edukasi 2. Penjelasan rencana tindakan, lama
(Hospital Health Promotion) tindakan, resiko dan komplikasi
3. Penjelasan alternatif Tindakan
4. Penjelasan perkiraan lama rawat
Advitam : dubia adbonam
10. Prognosis Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam: dubia adbonam

1. SMF Bedah Umum


11. Penelaah Kritis
2. SMF Urologi

1. BAK spontan (+)


2. Urin jernih (+)
12. Kriteria Pasien Pulang Rawat Inap
3. Keadaan umum baik
4. Tanda vital stabil
1. Tanagho EA, McAnnich JW.2008. Smith’s
General Urology. San Fransisco:McGraw
Hill. 17th ed.348-54
13. Kepustakaan
2. 2Wein AJ, Kavoussi LR, Novick AC, Parin
AW, Peters CA. 2008. Campbell’s Urology.
Philadelphia: Saunders. (th ed.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS ( PPK )
RS. BHY BJM
Jl. A. Yani Km. 3,5
Telp. (0511) 3256528
Fax. (0511) 3251306
www.rsbhy-bjm.co.id

TONSILITIS KRONIS

Infeksi kronis pada tonsil berulang lebih dari


tiga kali setahun atau tonsil berukuran besar
1. Pengertian (Definisi)
yang dapat mengakibatkan gangguan
menelan dan gangguan pernafasan.
1. Infeksi berulang.
2. Rasa mengganjal di tenggorok.
2. Anamnesis 3. Tenggorok dapat dirasakan kering.
4. Napas dapat berbau.
5. Dapat disertai mendengkur.

1. Permukaan Kripta Tonsil Melebar.


2. Detritus didapatkan pada eksaserbasi
3. Pemeriksaan Fisik
akut.
3. Ukuran tonsil dapat membesar.

1. Sesuai dengan kriteria anamnesis


4. Kriteria Diagnosis
2. Sesuai dengan kriteria pemeriksaan fisik

5. Diagnosis Kerja Tonsilitis kronis

6. Diagnosis Banding

1. Darah rutin, masa perdarahan, masa


pembekuan
2. GDS
3. Ureum kreatinin
7. Pemeriksaan Penunjang 4. EKG (Usia >40 tahun atau atas indikasi)
5. Rontgen thorax (Usia >40 tahun atau
atas indikasi)
6. Pemeriksaan Histopatologi Jaringan
Tonsil dan atau adenoid pasca operasi
8. Tata Laksana
1. Umum
a. Perbaikan hygiene mulut, obat
kumur atau obat hisap.
2. Simptomatik
a. Obat Kumur yang mengandung
desinfektan.
b. Paracetamol ( dewasa 3 x 500mg,
anak sesuai berat badan)
3. Tonsilektomi pada :
a. Tonsilitis Kronik
b. Tonsilitis Kronis Hypertropi
4. Adenoidektomi pada :
a. Adenoiditis Kronis Hypertropi
b. Tonsilo Adenoiditis Kronis
Hypertropi
5. Tonsiloadenoidektomi pada :
Tonsilo Adenoiditis Kronis Hypertropi
1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding,
pemeriksaan penunjang
9. Edukasi 2. Penjelasan rencana tindakan, lama
(Hospital Health Promotion) tindakan, resiko dan komplikasi
3. Penjelasan alternatif Tindakan
4. Penjelasan perkiraan lama rawat
Ad vitam : dubia adbonam
10. Prognosis Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi

SMF THT-KL
13. Penelaah Kritis

Pasien tonsilitis kronis sembuh dengan


operasi tonsilektomi
Target :
1. 90% pasien tonsilitis kronis sembuh
14. Indikator Medis
dengan operasi tonsilektomi.
2. 10% pasien tonsilitis kronis tanpa
tonsilektomi terjadi eksaserbasi akut
kurang dari 3 kali dalam setahun
15. Kepustakaan
a. Rusmarjono, Soepardi EA. Faringitis,
Tonsilitis dan Hipertrofi Adenoid. Dalam :
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,
Restuti Dwi R, editor. Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorok. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta 2007: h.223 – 5.
b. Adams GL. Boies LR and Paparella MA :
Fundamentals Of Otorhinolanyngology.
WB.Saunders Co Asean ED, 1978, 5 th
Edition. hal :....
c. Balleger JJ. Diseases Of The Nose,
Throat, ear, Head and Neck. 14 th edition.
Philadelphia Lea and Febiger 1991Lee KJ.
Essential Otolaryngology head & neck
surgery. 9th ed. McGrawHill Medical. New
York 1991:p 543.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS ( PPK )
RS. BHY BJM
Jl. A. Yani Km. 3,5
Telp. (0511) 3256528
Fax. (0511) 3251306
www.rsbhy-bjm.co.id

SOFT TISSUE TUMOR

Tumor jinak yang terjadi pada jaringan ikat


1. Pengertian (Definisi)
tubuh antara kulit dan tulang.

1. Benjolan di kulit tanpa disertai nyeri


2. Anamnesis 2. Semakin lama semakin membesar dalam
jangka waktu lama

1. Terdapat benjolan,
3. Pemeriksaan Fisik 2. Teraba lunak,
3. Mobile bila digerakan

4. Kriteria Diagnosis 1. Memenuhi kriteria anamnesis


2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik

5. Diagnosis Kerja Soft Tissue Tumor

1. Lipoma
6. Diagnosis Banding 2. Atheroma
3. Ganglion
1. Darah rutin, masa perdarahan, masa
pembekuan
2. GDS
7. Pemeriksaan Penunjang 3. Ureum kreatinin
4. EKG (Usia >40 tahun atau atas indikasi)
5. Rontgen thorax (Usia >40 tahun atau atas
indikasi)
8. Tata Laksana
Eksisi tumor oleh Spesialis Bedah, jika:
1. ukuran massa > 6cm dengan
pertumbuhan yang cepat.
2. gejala nyeri spontan maupun tekan
3. predileksi berada di lokasi yang
berisiko bersentuhan dengan
pembuluh darah atau saraf
1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding,
pemeriksaan penunjang
9. Edukasi 2. Penjelasan rencana tindakan, lama
(Hospital Health Promotion) tindakan, resiko dan komplikasi
3. Penjelasan alternatif Tindakan
4. Penjelasan perkiraan lama rawat
Ad vitam : dubia adbonam
10. Prognosis Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi

SMF Bedah
13. Penelaah Kritis

14. Indikator Medis

1. Zainudin AA, Faqih DM, Trisna DV, Waluyo


DA, Ekayanti F, Heruetanto, Hariyani I,
Hendarto J, Paranadipa M., et al. 2014.
Panduan Praktik Klinis (PPK) Bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Jakarta: Ikatan d (IDI).
2. R. Sjamsoehidajat and Wim de Jong, Buku
ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta,
15. Kepustakaan
2010, Hal 619-629
3. PABI. Standar Pelayanan Profesi Dokter
Spesialis Bedah Umum Indonesia, edisi
revisi. 2003
4. Seymour I, Schwarts, Spenser. Intisari
Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, edisi 6:
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2000
PANDUAN PRAKTIK KLINIS ( PPK )
RS. BHY BJM
Jl. A. Yani Km. 3,5
Telp. (0511) 3256528
Fax. (0511) 3251306
www.rsbhy-bjm.co.id
Hemorrhoid

Pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena


di daerah anus yang berasal dari pleksus
1. Pengertian (Definisi) hemorhoidalis. Pelebaran dan inflamasi ini
menyebabkan pembengkakan submukosa
pada lubang anus.
a. Keluar darah segar saat BAB, terutama
saat feses akan keluar atau setelah feses
keluar.
b. Keluar benjolan lewat anus dapat masuk
atau tidak dapat masuk (Grade 1 sd. IV).
2. Anamnesis c. Sebagian penderita tidak mengetahui
adanya perdarahan sehingga tidak jarang
pasien hemoroid datang dengan keluhan
anemia.

Pada pemeriksaan colok dubur (rectal


3. Pemeriksaan Fisik toucher) didapatkan benjolan.

1. Memenuhi kriteria anamnesis.


4. Kriteria Diagnosis
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik

5. Diagnosis Kerja Hemorrhoid

1. Karsinoma rekti
6. Diagnosis Banding
2. Polip rekti

1. Darah rutin, masa perdarahan, masa


pembekuan
2. GDS
7. Pemeriksaan Penunjang 3. Ureum kreatinin
4. EKG (Usia >40 tahun atau atas indikasi)
5. Rontgen thorax (Usia >40 tahun atau atas
indikasi).
1. Stadium 1 & II tanpa atau dengan
perdarahan : rawat jalan, medikamentosa,
8. Tata Laksana pengaturan diet, skleroterapi, ligasi ruber
band.
2. Stadium III & IV : MRS , ligasi ruber band,
operasi haemoroidektomi

9. Edukasi 1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding,


(Hospital Health Promotion) pemeriksaan penunjang
2. Penjelasan rencana tindakan, lama
tindakan, resiko dan komplikasi
3. Penjelasan alternatif Tindakan
4. Penjelasan perkiraan lama rawat
Ad vitam : dubia adbonam
10. Prognosis Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi

SMF Bedah
13. Penelaah Kritis

1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat : minimal 3 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
14. Indikator Medis
4. Tidak ada perdarahan

1. Buku Ajar IlmuBedah, Sjamsuhidayat


2. Principal of Surgery, Schwartz’s
15. Kepustakaan
3. Pedoman Pelayanan Medik Dokter
Spesialis Bedah Umum Indonesia

You might also like