You are on page 1of 7

Karakteristik Ajaran Agama

Tulisan ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Agama
Dosen Pembimbing
Nanang Rahmat, S.Pd.I., MA.Pd

Disusun Oleh :
Nuni Husni Wahidah NIM P17336118414

JURUSAN D4 PROMOSI KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
2018/2019
A. Karakterisrik Ajaran Agama
Sebagai agama terakhir, Islam diketahui memiliki karekteristik yang khas
dibandingkan dengan agama-
agama yang datang sebelumnya. Melalui berbagai literatur yang berbicara tentang Is
lam dapat dijumpai uraian mengenai pengertian agama Islam, sumber,dan ruang lin
gkup ajarannya serta cara untuk memahaminya. Dalam upaya memahami ajaranIsla
m, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam itu perlu dikaji secara seksamasehi
nggadapat dihasilkan pemahaman Islam yang komprehensif. Hal ini penting dilakuk
an, karenakualitas pemahaman keIslaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, 
sikap, danntindakan keIslaman yang bersangkutan. Kita barangkali sepakat terhadap
kualitas keIslamanseseorang yang benar-benar komprehensif dan berkualitas.
karakteristik baik merupakan orang yang selalu berusaha untuk melakukan
berbagai hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya sendiri, lingkungannya,
orang lain, bangsa dan negaranya. Karakter yang baik berarti individu yang
mengetahui tentang potensinya sendiri dan memiliki nilai-nilai sebagai berikut ini:

1. nilai religius
2. Menghargai hak dan kewajiban orang lain.
3. Sopan dan santun.
4. Menghargai karya dan prestasi orang lain.
5. Bersikap jujur,bertanggung jawab,Selalu disiplin,Selalu bekerja keras.
6. Rasa peduli terhadap lingkungan dan sosial
7. Menghargai keberagaman atau perbedaan.
8. Nilai kebangsaan.
9. Berpola hidup sehat.
10. Percaya dirI
11. Mandiri

karakteristik buruk adalah sifat, karakter,ciri khas yang merusak hubungan


harmonis dengan sesama manusia dan tidak disukai oleh Allah. Contohmya :
a. Suka berbohong
b. Egois
c. Sombong
d. Suka mencela

B. Pola Ajaran Islam


”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah.” [Al Ahzab 21]
Nabi Muhammad memiliki akhlaq dan sifat-sifat yang sangat mulia.
Diantaramya,  Shiddiq, Amanah, Fathonah, dan Tabligh.
1. Shiddiq
Shiddiq artinya benar. Bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga
perbuatannya juga benar. Sejalan dengan ucapannya. Beda sekali dengan
pemimpin sekarang yang kebanyakan hanya kata-katanya yang manis, namun
perbuatannya berbeda dengan ucapannya.
2. Amanah
Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan
kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itulah Nabi Muhammad SAW dijuluki oleh
penduduk Mekkah dengan gelar “Al Amin” yang artinya terpercaya jauh
sebelum beliau diangkat jadi Nabi. Apa pun yang beliau ucapkan, penduduk
Mekkah mempercayainya karena beliau bukanlah orang yang pembohong.
“Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah
pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” [Al A’raaf 68]
3. Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan. Segala firman Allah yang ditujukan kepada
manusia, disampaikan oleh Nabi. Tidak ada yang disembunyikan meski itu
menyinggung Nabi.
“Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah
menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya
meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu
persatu.” [Al Jin 28]
4. Fathonah
Artinya Cerdas. Mustahil Nabi itu bodoh atau jahlun. Dalam menyampaikan
6.236 ayat Al Qur’an kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadits
membutuhkan kecerdasan yang luar biasa.
Nabi harus mampu menjelaskan firman-firman Allah kepada kaumnya sehingga
mereka mau masuk ke dalam Islam. Nabi juga harus mampu berdebat dengan
orang-orang kafir dengan cara yang sebaik-baiknya.

C. Generasi – Generasi Dalam Islam


1. Generasi Tauhid
Generasi Tauhid adalah generasi yang dididik dengan menjadikan hanya
Allah sebagai satu-satunya sandaran, Penghidupan, dan Kemuliaan. Tiada yang
ia takuti selain Allah. Orangtua yang melahirkannya adalah bagian makhlukNya
yang harus ia ta’ati karena ia menta’ati Allah. Generasi tauhid tidak memerlukan
manusia yang mengawasi. Ia yakin Allah yang Maha Mengawasi. Sedikit bila
terbetik dalam hati sebuah kemaksiatan, ia akan langsung mengingat yang Maha
Memberi Peringatan; Allah SWT. Allah dan Allah yang menjadikan alasannya
untuk berbuat.
2. Generasi Rabbani
Benarlah yang telah Allah katakan dalam Al-Qur’an, “Kuunu
robbaniyyun “, jadilah kalian generasi-generasi rabbani. Generasi ini yang akan
terus membahagiakan. Kewajiban-kewajiban sebagai hamba-Nya akan terus ia
pelajari dan ta’ati sehingga ia akan menta’ati orangtuanya. Generasi ini tidak
menjadikan lisan tingginya untuk berbicara kepada orangtuanya, tidak akan
membiarkan menelantarkan, dan tidak akan lalai menjaga yang dikasihaninya,
orangtuanya. Ia pun akan selalu berbicara yang santun penuh hormat, kasih
sayang dan membahagiakan, ta’atnya menjadi senjatanya, karena kesemuanya
itu tak lepas dari Tuhan yang memerintahkannya.
3. Generasi Qur’ani
Generasi Qur’ani adalah generasi yang menjadikan al-Quran sebagai
pedoman hidup mereka, meyakini kebenaran al-Quran, membaca dan
memamahinya dengan benar dan baik, serta mengamalkannya dalam seluruh
aspek kehidupan mereka. Generasi itulah yang menjadi idaman bagi umat Islam
kapan dan di mana pun mereka hidup dan berada. Generasi Qur’ani di zaman
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam adalah generasi yang mengambil al-
Qur’an sebagai sumber utama kehidupannya. Sekaligus juga menjadi ukuran
dan dasar berpikir mereka.
4. Generasi Dakwah
Dakwah memang menyeru kepada kebaikan. Sering kita sehari-hari tidak
menyadari bahwa dalam hidup kita sehari-hari sudah banyak aktivitas dakwah
yang kita lakukan. Tapi, tanpa kita sadari juga kadang kita sering sekali
mengeluh karena kebaikan yang kita sampaikan tidak ditoleh oleh orang. Perlu
kita ketahui bahwa dakwah itu tulus,pelan,lembut,dsb.dakwah tidak akan berada
langsung pada puncak kejayaanya jika tidak melewati hambatan. Banyaknya
gerakan dakwah membuat dakwah mempunyai bumbu yang beragam. Karena
bumbu yang beragam pula, menjadikan dakwah itu hidup dan bbergerak maju
diseluruh belahan bumi.dalam membina generasi dakwah haruslah serius karena
menjadikan generasi yang berkualitas dan siap pakai dimanapun akan sangat
membantu mengepakkan sayap dakwah selebar-lebarnya.

D. 3 Karakter dalam Islam


1. Karakter Qur’ani
Kepribadian Qur’ani adalah kepribadian (personality) yang dibentuk dengan
susunan sifat-sifat yang sengaja diambil dari nilai-nilai yang diajarkan Allah
dalam Al-Qur’an, sehingga bisa dibayangkan strukturnya terbangun dari
elemen-elemen ajaran Al-Qur’an itu.
Elemen-elemen yang dimaksud seperti terdapat dalam sifat-sifat utama
kepribadian menurut psikologi, dilengkapi dengan sifat-sifat yang diidealkan
Al-Qur’an. Bila ditambah dengan penerapan nilai-nilai atau sifat-sifat yang
diajarkan Al-Qur’an tentulah semakin lengkap. Nilai-nilai Al-Qur’an yang
dimaksud benar-benar ditekankan untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata,
bukan hanya “diteorikan” semata.
2. Karakter Kafir
Kāfir (bahasa Arab: ‫افر‬II‫ك‬ kāfir; plural ‫ار‬IIّ‫كف‬ kuffār) artinya adalah menolak
atau tidak percaya, atau secara singkat kafir adalah kebalikan dari percaya
(beriman). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kafir adalah orang yang
tidak percaya kepada Allah dan rasul-Nya. Ada kafir harbi yaitu orang kafir
yang mengganggu dan mengacau keselamatan Islam sehingga wajib diperangi,
ada kafir muahid yaitu orang kafir yang telah mengadakan perjanjian dengan
umat Islam bahwa mereka tidak akan menyerang atau bermusuhan dengan umat
Islam selama perjanjian berlaku, dan ada kafir zimi yaitu orang kafir yang
tunduk kepada pemerintahan Islam dengan kewajiban membayar pajak bagi
yang mampu.

Kafir Menurut Agama Islam


Q.S. 2:6-7
Innal ladziina kafaruu sawaa-un 'alaihim a andzartahum am lam tundzirhum
laa yu'minuun khatamallaahu 'alaa quluubihim wa 'alaa sam'ihim wa 'alaa
abshaarihim ghisyaawatuw wa lahum 'adzaabun 'azhiim.

"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan
atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah
mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup.
Dan bagi mereka siksa yang amat berat."

Q.S. 2:39
Wa ladziina kafaruu wa kadzdzabuu bi aayaatinaa ulaa-ika ash-haabun naari
hum fiihaa khaaliduun.

"Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."
Menurut Ensiklopedi Islam Indonesia, dalam teologi Islam, sebutan kafir
diberikan kepada siapa saja yang mengingkari atau tidak percaya kepada
kerasulan nabi Muhammad(570-632 M) atau dengan kata lain tidak percaya
bahwa agama yang diajarkan olehnya berasal dari Allah pencipta alam. Kendati
orang Yahudi atau Kristen meyakini adanya Tuhan, mengakui adanya wahyu,
membenarkan adanya hari akhirat dan lain-lain, mereka - dalam teologi Islam -
tetap saja diberi predikat kafir, karena mereka menolak kerasulan nabi
Muhammad atau agama wahyu yang dibawanya.
3. Karakter Munafiq
Munāfiq atau Munafik (kata benda, dari bahasa Arab: ‫من>>>>>>>>>افق‬,
plural munāfiqūn) adalah terminologi dalam Islam untuk merujuk pada mereka
yang berpura-pura mengikuti ajaran agama Islam, namun sebenarnya hati
mereka memungkirinya.Dalam Al Qur'an terminologi ini merujuk pada mereka
yang tidak beriman namun berpura-pura beriman.

Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui,


bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah", dan Allahmengetahui bahwa
sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allahmengetahui bahwa
sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu
menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari
jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang
demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian
menjadi kafir(lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat
mengerti. (Surah Al-Munafiqun 63:1-3)
Berdasarkan hadits, Nabi Muhammad mengatakan: “Tanda-tanda orang
munafik itu ada tiga, yaitu; jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari
dan jika dipercaya berkhianat”.
Kemudian ada hadits lain yang menjelaskan bahwa berdebat hingga melampaui
batas termasuk dalam kategori munafik.

You might also like