You are on page 1of 2

BAB I

PENDAHULUAN

Glaukoma disebut sebagai “pencuri penglihatan“ sebab gejala glaukoma itu

sendiri sering tidak dirasakan oleh penderita. Proses hingga terjadinya kebutaan

berjalan lama. Tetapi ketika penderitasudah merasakan penglihatannya sudah

sangat menurun, penyakit ini sudah terlanjur parah. Akhirnya penderita menjadi

benar-benar buta. [1] [2]

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah katarak

di seluruh dunia termasuk di indonesia. Pada decade terakhir, prevalensi

glaukoma meningkat dengan cepat seiring dengan pertumbuham populasi

penduduk dan pertambahan usia mereka. Pada tahun 2010, jumlah penderita

glaukoma mencapai 60,5 juta individu. Kejadian glaukoamsecara global

diperkirakan mencapai angka 76 juta di tahun 2020 dan 111,8 juta ditahun 2040.

[3] [1].

Pada penderita glaukoma dengan terjadinya cacat lapangan pandang dan

kerusakan anatomi berupa ekskavasi serta degenerasi papil saraf optik, akan

terdapat kelemahan pada fungsi mata yang dapat berakhir dengan kebutaan. [4]

[5]

Pasien glaucoma lebih mengeluh penglihatan kabur dari pada mengeluh

sebagian penglihatan hitam untuk mendeskripsikan penurunan lapang pandang.

Dan pasien terkadang tidak menyadari penurunan lapang pandang yang terjadi.

kebutaan yang diakibatkan oleh glaukoma bersifat permanen atau tidak dapat

diperbaiki. Maka dari itu, kunci pada terapi glaukoma ini adalah deteksi dini dan

pencegahan supaya tidak berkembang menjadi lebih parah. [6]

1
2

You might also like