You are on page 1of 20

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/351137181

LAPORAN KKL TEBING BREKSI SEBAGAI POTENSI WISATA ALAM DI


KECAMATAN PRAMBANAN, SLEMAN, YOGYAKARTA

Article · April 2021

CITATIONS READS

0 4,516

3 authors:

Yunita Rohmatul Umah Dinda fitriana Putri Lestari


Universitas Negeri Surabaya Universitas Negeri Surabaya
3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Aprelya Arindita
Universitas Negeri Surabaya
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analisis Tata Guna Lahan sebagai RTH(Runag Terbuka Hijau) dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh di Kabupaten Sidoarjo View project

Tebing Breksi Sebagai Potensi Wisata Alam di Kecamatan Prambanan, Sleman, DIY. View project

All content following this page was uploaded by Aprelya Arindita on 29 April 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


LAPORAN AKHIR
KULIAH KERJA LAPANGAN TERPADU
BENTANGLAHAN YOGYAKARTA DAN SEKITARNYA
( Fenomena Geologis Struktural Denudasional Tebing Breksi Sebagai Potensi Wisata Alam
Di Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman )

Oleh
Kelompok 11
Dinda Fitriana Putri Lestari (18040274011)
Yunita Rohmatul Umah (18040274018)
Aprelya Arindita (18040274032)

Universitas Negeri Surabaya


Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum
Jurusan Pendidikan Geografi
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu potensi unggulan Indonesia. Pariwisata timbul


dari memanfaatkan potensi alam maupun kekekhasan yang dimiliki suatu daerah.
Indonesia sendiri memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan menjadi potensi
wisata, diantaranya yang paling dominan yakni mengenai potensi wisata alamnya. Daya
tarik wisatawan macanegara berkunjung ke Indonesia yakni karena keindahan alamnya
serta kekayaan budaya yang dimilikinya, sehingga potensi ini sangat menarik untuk
dikembangkan. Selain itu juga adanya objek pariwisata di suatu daerah akan berkaitan
dengan mata pencaharian masyarakat setempat sehingga secara tidak langsung akan
berkaitan dengan pendapatan massyarakat maupun pendapatan daerah setempat.
Kecamatan Prambanan merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Prambanan terletak di bagian tenggara
dari Kabupaten Sleman. Jarak kecamatan Prambanan dengan kota sleman kurang lebih
sekitar 25 km dan 20 km dari kota Yogyakarta. Secara astronomis kecamatan Prambanan
terletak pada 7o44’25”- 7o49’50” LS dan 110o27’45” -110o32’45” BT. Kecamatan
Prambanan berada di sebelah timur laut ibukota Kabupaten Sleman. Kecamatan
Prambanan memiliki luas 413,50 km2 yang terdiri dari 6 desa dan 68 dusun. Keenam
Desanya yakni Desa Bokoharjo, Desa Madurejo, Desa Sumberharjo, Desa Wukirharjo,
Desa Gayamharjo, dan Desa Sambirejo
 Pada bagian utara berbatasan dengan kecamatan Ngemplak.
 Bagian timur berbatasan dengan kabupaten Klaten, Jawa tengah.
 Bagian selatan berbatasan dengan kabupaten bantul.
 Bagian barat berbatasan dengan kecamatan Berbah .
Kecamatan Prambanan termasuk salah satu kecamatan yang terkenal memiliki
banyak potensi baik potensi sejarah maupun yang lainnya. Di Kecamatan Prambanan
terdapat beberapa destinasi tempat tujuan wisata yang terkenal dan sedang naik daun
karena menyuguhkan keindahan yang menawan serta memiliki ciri khasnya tersendiri.
Kecamatan Prambanan memiliki destinasi wisata yang umumnya di dominasi oleh
bangunan Candi selain itu juga masih banyak lagi destinasi wisata yang terkenal. Objek
wisata yang ada di kecamatan Prambanan antara lain Candi Prambanan, Candi Ratu Boko,
Candi Ijo, Candi Sari, Rumah Dome, tebing breksi dan masih banyak lagi, dimana banyak
turis, maupun pelancong domestik yang mengunjungi wisata ini.
Salah satu objek wisata yang ada di kecamatan Prambanan yakni adanya tebing
breksi yang berlokasi di Desa Sambirejo. Dimana cukup banyak wisatawan mancanegara
maupun domestik yang mengunjungi wisata ini. Wisata Tebing breksi ini tergolong baru
namun sudah sangat terkenal. Tebing breksi terbentuk secara alami, yakni berasal dari
bongkahan batu kapur raksasa yang berasal dari sisa endapan abu vulkanik dari gunung
api purba nglanggeran. Oleh karena itulah tebing breksi ini ditetapapkan sebagai cagar
budaya, dikarenakan memiliki makna serta nilai sejarah yang terkandung.
Tebing ini dijadikan sebagai salah satu tempat wisata dikarenakan mempunyai
potensi wisata alam yang menawan yang tidak boleh dilewatkan, diantaranya yakni
memiliki pemandangan dinding tebing dengan ornamen patahan yang terlihat begitu
artistic, hal inilah yang menjadi daya tarik dari objek wisata tebing breksi ini. Tebing ini
sudah terbentuk jutaan tahun yang lalu dan dijadikan sebagai tempat penambangan,
meskipun saat ini sudah tidak lagi dijadikan sebagai tempat penambangan, tapi sisa-sisa
dari aktivitas penambangan tersebut mampu menghadirkan ornamen pahatan yang
membuat tebing tersebut tampak seperti kue lapis.

2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang disusun yakni
bagaimana potensi tebing breksi sebagai salah satu tempat wisata alam di kecamatan
Prambanan ?
3. Tujuan masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dituliskan di atas tujuan dari pembuatan
laporan ini adalah untuk mengidentifikasi potensi tebing breksi sebagai salah satu
tempat wisata alam di kecamatan Prambanan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Bentang Lahan Denudasional
Bentanglahan berasal dari kata landscape(inggris), landschaft(Jerman), secara
umum berarti pemanangan, yang didalamnya terkandung aspek visual dan estetika. Secara
keilmuan geografi bentanglahan merupakan ruang permukaan bumi yang terdiri atas
sistem-sistem hasil bentukan interaksi dan interdependensi antara bentuklahan, batuan,
bahan lapukan, tanah, air, udara, tumbuhan, hewan, proses tepi laut, energi dan manusia
yang secara keseluruhan membentuk satu kesatuan (Hadisumarno,1982 dalam Purnomo,
N.H. 2015). Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga
denudasi berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional
dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses
pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang terjadi
karena agradasi atau. Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan
bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi.
Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:
1. Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.
2. Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
3. Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain.
4. Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci satuan
bentuk lahan.
5. Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi
terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses
 Macam-Macam Bentuk Lahan Asal Denudasional
1. Pegunungan Denudasional
Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat curam
(55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief) > 500 m.
Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yng dominan
adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).
2. Perbukitan Denudasional
Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 >
55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m. Terkikis sedang hingga kecil
tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami maupun tata guna lahan.
3. Dataran Nyaris (Peneplain)
Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus, maka
permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan
yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh
batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan penyusun
tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut permukaan
planasi.
4. Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg)
Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses denudasi
dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan
lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup
lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop). Kenampakan ini dapat terjadi pada
pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada sekelompok pegunungan/perbukitan, dan
mempunyai bentuk membulat. Apabila bentuknya relatif memanjang dengan dinding curam
tersebut monadnock.
5. Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van)
Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (350). Secara
individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada
besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas
kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan terendapkan di bagian
bawah kerucut talus.
6. Lereng Kaki (Foot slope)
Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu
pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi
pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki
langsung berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen
batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih
rendah.
7. Lahan Rusak (Bad land)
Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat
curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan
berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit (gully
erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan (rock outcrops).
2.2 Pariwisata
2.2.1 Pengertian
Pengertian Pariwisata berdasarkan Undang-Undang Kepariwisataan NO. 9 Tahun 1990
pariwisata merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk perusahaan
obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Menurut Gamal
Suwantoro dalam Rahmawati (2018), mendefinisikan pariwisata sebagai suatu proses
bepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju ke tempat lain keluar tempat
tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan ekonomi sosial,
budaya, politik, agama, kesehatan atau kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu,
untuk menambah pengalaman maupun untuk belajar. Istilah pariwisata berhubungan erat
dengan perjalanan wisata yang sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang
di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk kegiatan menghasilkan upah.
2.2.2 Warisan Geologi / Geoheritage
Warisan Geologi / Geoheritage (berasal dari kata “geo” yang berarti “bumi” dan
heritage yang berarti “warisan”). Dalam peraturan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Tentang Pedoman Penetapan Warisan Geologi yang dimaskud dengan warisan geologi adalah
keragaman geologi (Geodiversity) yang memiliki nilai lebih sebagai suatu warisan karena
menjadi rekaman yang pernah atau sedang terjadi di bumi yang karena nilai ilmiahnya tinggi,
langka, unik, dan indah, sehingga dapat digunakan untuk keperluan penelitian dan pendidikan
kebumian. Penetapan ini bertujuan untuk :
a. Melindungi dan melestarikan nilai warisan geologi (geoheritage) sebagai
rekaman sejarah geologi yang pernah atau sedang terjadi; dan/atau
b. Sebagai objek penelitian, pendidikan kebumian, dan geowisata

2.2.3 Geowisata

Geowisata (Geoturism) berasal dari kata “geo” yang artinya bumi dan “tourism” yang
artinya wisata. Geowisata merupakan suatu jenis pariwisata berkelanjutan dan bersifat
konservasi berkaitan dengan jenis-jenis sumber daya alam (bentuk bentang alam, batuan /
fosil, struktur geologi, dan sejarah kebumian) suatu wilayah dalam rangka mengembangkan
wawasan dan pemahaman proses fenomena yang terjadi di alam.(A. Rif’an, 2018 dalam
Rahmawati, 2018)
2.2.4 Objek dan daya tarik Wisata

Pengertian obyek wisata yang dikemukakan oleh Musanef dalam Rahmawati (2018)
adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan
dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang
dikunjungi wisatawan. Sumber daya yang merupakan unsur-unsur lingkungan hidup yang
terdiri dari sumber daya alam yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai obyek
wisata. Sedangkan Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, nilai
dan kemudahan berupa keanekaragaman alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi
kunjungan wisatawan (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009).
Menurut Undang-undang No.9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa
objek dan daya tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata yang terdiri atas :
a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud kedaan
alam, flora dan fauna.
b. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata agro, wisata
buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan kompleks hiburan.
BAB III
METODE
3.1 Bentuk Kajian

Materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah bentuklahan denudasional yang
berada di kecamatan Prambanan, tepatnya berada di Objek Wisata Tebing breksi.
Pemilihan lokasi didasari oleh kondisi lingkungan setempat yang merupakan bagian dari
formasi semilir yang tersusun oleh serpih, batu pasir tufan, breksi batu apung dasitan dan
tuf. Secara lokal satuan batuan yang ditemukan di daerah ini yaitu satuan batupasir tufan
dengan sisipan batulanau. Satuan batupasir tufan yang ditemukan dalam bentuk singkapan
yang menjadi objek utama geowisata dan singkapan breksi tuff ditemukan dalam bongkah-
bongkah batuan. Satuan batuan ini mengandung fosil dan terbentuk dari hasil aktivitas
vulkanik gunung api purba berupa endapan abu vulkanik dengan ketebalan mencapai 300
meter dan merupakan endapan abu vulkanik paling tebal sedunia. (Cahyani, et al., 2020) .

3.2 Variabel

Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek dalam sebuah penelitian. Variabel
dalam laporan ini meliputi potensi fisik dan potensi non fisik yang dideskripsikan
sebagai berikut ;Variabel dalam laporan ini adalah sebagai berikut :
a. Potensi fisik dan nonfisik kawasan bentuklahan denudasional adalah segala
kenampakan yang terdapat di kawasan objek wisata tebing breksi bauk berupa
kenampakan fisik maupun kenampakan nonfisik. Potensi tersebut memiliki
nilai estetika yang dapat dikembangkan menjadi sebuah objek wisata. Dari
potensi tersebut dapat dilihat melalui aspek geosfer kawasan tebing breksi.
b. Variabel pariwisata meliputi :
 Aksesbilitas : Berkaitan dengan mudah tidaknya suatu objek wisata
dijangkau atau dikunjungi oleh wisatawan. Aksesbilitas dalam hal ini
berkaitan dengan kondisi medan, ada tidaknya sarana prasarana
transportasi menuju lokasi wisata.
 Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, seperti tempat ibadah,
tempat makan, toilet umum, tempat parkir, penginapan, souvenir shop dll.
 Manfaat aktivitas wisata terhadap kehidupan masyarakat sekitar dapat
dilihat dari peluang kerja yang ditimbulkan akibat sejak adanya aktivitas
wisata tersebut
 Serta tingkat partisipasi masyakarat dalam membantu mengembangkan
objek wisata.

3.3 Prosedur kerja

Prosedur kerja dalam pembuatan aporan ini adalah sebagai berikut :

a. Tahap engumpulkan data.


Data yang digunakan yakni berupa data sekunder yang berasal dari berbagai
literature seperti jurnal, maupun literature lainnya. Data yang dibutukan yakni
berupa aspek-aspek geosfer serta unsur-unsur pariwisata yang terdapat pada
objek wisata tebing breksi yang diperoleh melalui berbagai literatur.
b. Tahap mengidentifikasi data yang ditemukan di lokasi.
Data-data yang didapat diolah dan kemudian dikelompokkan untuk
memudahkan dalam kegiatan analisis data.
c. Tahap Menganalisis data.
Analisis yang digunakan yakni menggunakan pendekatan dalam geografi yakni
pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kompleks
wilayah,
d. Menyusun laporan
Tahap penyusunan data menjadi sebuah laporan.

3.4 Cara Analisis


Pendekatan yang digunakan dalam laporan ini menggunakan pendekatan
dalam geografi yakni pendekatan keruangan dan pendekatan ekologis. Pendekatan
keruangan merupakan pendekatan dalam geografi yang menekankan pada eksistensi
ruang dalam hal ini berkaitan dengan fenomena fisik yang ada di permukaan bumi,
yakni keberadaan tebing breksi untuk dijadikan sebagai objek wisata. Sedangkan
pendekatan ekologis merupakan pendekatan dalam geografi yang menekankan pada
hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannnya, dalam hal ini yakni pengaruh
adanya wisata tebing breksi terhadap masyarakat desa Sambirejo.
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Kondisi fisik Desa Sambirejo

Desa Sambirejo terletak di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah


Istimewa Yogyakarta. Desa Sambirejo berada di area perbukitan berbatu, kering dan
merupakan lahan kritis.

1.1 Batas wilayah


Luas Wilayah Desa Sambirejo seluas 839.6375 Ha, secara administratif Desa Sambirejo
berbatasan dengan:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pereng, Kecamatan Prambanan, Kabupaten


Sleman.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sumberharjo dan Desa Gayamharjo,


Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Katekan, Kecamatan Gedong, Kabupaten


Sleman.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Madurejo dan Desa Bokoharjo, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman.

1.2. Iklim
Desa Sambirejo terletak pada ketinggian 150-200 meter diatas permukaan laut, dengan
curah hujan sekitar 2000 mm/tahun dengan jumlah bulan hujan selama 6 bulan, suhu udara
rata-rata harian yakni 28˚Celcius dengan tingkat kelembapan yang tinggi yaitu 80 RH.

1.3 Lithosfer
Peta Bentuklahan di Kecamatan Prambanan
Sumber : Fajria.L., Universitas Negeri Yogyakarta
Bentuklahan utama Desa Sambirejo adalah perbukitan denudasional dengan beda tinggi
15-30 meter dengan morfologi miring sampai agak curam dengan kemiringan lereng 8-30
meter. Kondisi topografi perbukitan di Kecamatan Prambanan dipengaruhi oleh adanya
rangkaian Pegunungan Seribu dan adanya gunung Merapi. Daerah Sambirejo ini termasuk
dalam formasi semilir yang tersusun oleh serpih, batu pasir tufan, breksi batu apung dasitan
dan tuf. Secara lokal satuan batuan yang ditemukan di daerah ini yaitu satuan batupasir tufan
dengan sisipan batulanau. Satuan batupasir tufan yang ditemukan dalam bentuk singkapan
yang menjadi objek utama geowisata dan singkapan breksi tuff ditemukan dalam bongkah-
bongkah batuan. Satuan batuan ini mengandung fosil dan terbentuk dari hasil aktivitas
vulkanik gunung api purba berupa endapan abu vulkanik dengan ketebalan mencapai 300
meter dan merupakan endapan abu vulkanik paling tebal sedunia. (Cahyani, et al., 2020) .

1.4 Pedosfer
Jenis tanah yang terdapat di daerah ini adalah tanah Lathosol dengan ciri-ciri ciriciri
warna merah bata pada kondisi kering, dan merah kecoklatan pada kondisi basah dengan
ketebalan tanah yang berbeda-beda. Tanah pada daerah ini merupakan hasil pelapukan
batuan batupasir tufan kemudian mengalami oksidasi. Tekstur tanah yang terdapat pada
daerah ini adalah geluh, geluh pasiran, dan lempung.
1.5 Hidrosfer

Daerah ini terletak di satuan bentuk lereng punggungan dengan beberapa kenampakan
perbukitan, sehingga pada daerah ini memiliki kelemahan pada ketersediaan air tanah yang
cenderung tidak merata (Cahyani, et al., 2020) Perbukitan struktural di Kecamatan
Prambanan memiliki relief yang terjal mempunyai perkembangan aquifer kurang baik,
sehingga seringkali di musim kemarau menyebabkan daerah-daerah perbukitan di
Kecamatan Prambanan mengalami krisis dan kelangkaan air tanah.
1.6 Biosfer
Tingkat Kerapatan vegetasi di desa Sambirejo yakni jarang hingga rapat. Namun di
daerah objek wisata tebing breksi ini tingkat kerapatan vegetasi tergolong jarang hingga
sedang. Penggunaan lahan yang dominan yakni berupa area persawahan tadah hujan.

1.7 Antroposfer
Sebagian besar penduduk desa Sambirejo berprofesi sebagai petani. Hal ini berkaitan
dengan dengan penggunaan lahan yang dominan di Desa Sambirejo merupakan lahan
sawah dan ladang. Tipe sawah yang ada di Desa Sambirejo rata-rata merupakan sawah
tadah hujan sehingga sangat bergantung pada debit air pada musim hujan. Di Desa
Sambirejo terdapat beberapa jenis kesenian daerah yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Salah satunya yakni Kesenian Jathilan selain itu juga masyarakat juga masih
mempertahankan adat istiadat seperti masih menjalankan berbagai upacara tradisi yang
berkaitan dengan daur hidup atau live circle, diantaranya yakni upacara motion, Upacara
puputan, Jagongan, selapanan, upacara kematian, upacara khitanan, upacara pernikahan,
dan upacara bersih dusun. Selain itu terdapat lowo ijo penjaga tebing breksi, Lowo Ijo yang
dimaksud menjaga Tebing breksi ini, merupakan sekumpulan pemuda dan masyarakat
pengelola wisata Tebing Breksi. Makna kelelawar (lowo) mengandung maksud adanya
semangat kolektivitas kebersamaan dan kelincahan dalam bergerak. Sejak ditetapkan
sebagai cagar kebumian aktivitas penambangan di daerah ini seluruhnya dihentikan dan hal
ini dilakukan untuk mencegah hilangnya bukti sejarah geologi dan untuk menjaga dari
perusakan.
1.8 . Luas dan pembagian wilayah

Luas Desa Sambirejo adalah 839.6375 Ha yang dibagi menjadi 8 Padukuhan yakni
Sumberwatu, Dawangsari, Kikis, Gedang, Mlakan, Gunung Cilik, Gunung Sari dan
Nglengkong serta fasilitas umum.

Sumber : Sekretariat Desa Sambirejo,2018 dalam Rekadevi,H.,2020

Dari tabel tersebut diketahui bahwa daerah yang memiliki wilayah paling luas adalah
digunakan sebagai fasilitas umum dengan luas 137.8900 Ha sedangkan wilayah yang
memiliki luas paling kecil adalah Padukuhan Gunung Cilik seluas 43.9165 Ha. Tabel
luas wilayah Desa Sambirejo berdasarkan penggunaan lahannya.
Sumber : Sekretariat Desa Sambirejo,2018 dalam Rekadevi,H.,2020

Penggunaan lahan yang paling luas adalah digunkan sebagai area Persawahan yakni
seluas 304,72 Ha sedangkan penggunaan lahan yang paling kecil digunakan untuk jalan
seluas 21 Ha. Dikarenakan Luas wilayah yang dominan merupakan area persawahan maka
dapat disimpulkan sebagian besar masyarakat Desa Sambirejo mengandalkan sektor agraris
sebagai mata pencaharian.

2. Wisata Tebing Breksi


2.1 Sejarah dan Transformasi Tebing Breksi
Desa Sambirejo termasuk salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman yang mempunyai potensi fisik maupun non fisik. Potensi
fisik berupa kekayaan alamnya yang ada menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat
desa setempat. Potensi fisik yang dikelola oleh masyarakat yakni berupa pertambangan
batu yang menjadi berkah untuk keberlangsungan ekonomi warga. Kegiatan pertambangan
ini dilakukan oleh beberapa masyarakat baik yang laki-laki maupun perempuan. Seiring
berkembangnya zaman serta tuntunan hidup yang semakin bertambah serta tuntutan untuk
mengembangkan potensi desa mendorong masyarakat desa serta Pemerintah Desa
Sambirejo untuk mengelola potensi sumber daya fisik yang dimilikinya salah satunya yakni
Tebing Breksi agar memiliki nilai lebih selain itu untuk menjaga keberlangsungan
ekosistem lingkungan hidup.
Pada mulanya Objek wisata tebing breksi ini merupakan lahan tandus sebagai area
tambang batu kapur. Tanan yang saat ini dijadikan tempat wisata tebing breksi ini adalah
tanah Sultan Ground atau tanah pemberian Sultan, yang mana diperbolehkan untuk dikelola
oleh pemerintah desa maupun masyarakat namun tidak boleh menjadi hak milik. Sri Sultan
Hamengkubuwono X memberi kepercayaan pada Pemerintah Desa untuk mengelola tanah
tersebut. Tanah ini memiliki luas kurang lebih 21 Ha, yang termasuk tanah yang menjadi
objek wisata Tebing Breksi seluas 6,2 Ha dengan status tanah bengkok untuk bagian Kepala
Desa. Tanah ini dulunya dikontrakkkan kepada penambang untuk dijadikan lahan
pertambangan batu kapur.

Awal mula berdirinya tebing breksi yakni dimulai dari diberhentikannya aktivitas
penambangan tersebut. Hasil penelitian dari Badan Geologi Nasional bersama dengan
UGM, ITB, UPN Veteran Yogyakarta menyebutkan bahwa batuan yang berasa di kawasan
Tebing breksi ini merupakan batuan yang terbentuk dari aktivitas vulkanik gunung Api
Semilir yang termasuk jenis gunung api strato di dalam laut yang diawali dengan
terbentuknya lava bantal yang berada di Kecamatan Berbak pada tahun 36-16 juta tahun
lali. Letusan yang terjadi menghasilkan tumpukkan abu vulkanik yang salah satunya
membentuk Breksi Tuf Candi Ijo yang menumpuk tidak selaras di atas lava bantal hingga
puncaknya berada di Candi Ijo yang mempunyai ketebalan mencapai 300 meter. Ketebalan
Breksi setebal ini hanya terdapat di Breksi Candi Ijo dan menjadi tumpukan abu vulkanik
gunung purba paling tebal di seluruh dunia. Sehingga Badan Geologi Nasional menjadikan
kawasan Objek Wisata Tebing Breksi ini menjadi salah satu Geosite. Penetapan kawasan
Geoheritage tertuang dalam Surat Keputusan Badan Geologi No. 1157.K/73/BGL/2014
tanggal 2 Oktober 2014 tentang Penentuan Kawasan Cagar Alam Geologi DIY.
Berdasarkan keputusan dari Badan Geologi Nasional tersebut menjadikan referensi
Pemerintah Desa Sambirejo untuk melakukan audiensi dengan Sri Sultan
Hamengkubuwono X. Hasil dari audiensi tersebut Sri Sultan Hamengkubuwono X
menyetujui ide peralihan lahan tersebut dari mulanya sebgai lahan pertamabangan menjadi
tempat wisata.

2.2 Potensi Wisata


Objek wisata Tebing breksi saat ini telah menjadi salah satu ikon dari Kabupaten
Sleman. Wisata Tebing Breksi ini menawarkan keindahan yang tidak kalah dengan objek
wisata lainnya di kecamatan Prambanan. Bekas aktivitas penambangan ditambah dengan
adanya ukiran-ukiran pada dinding breksi yang menarik menjadi daya tarik wisatawan untuk
berkunjung. Pada objek wisata ini terdapat jejak bukti terjadinya erupsi super gunung api purba
yang meninggalkan endapan api vulkanik. Endapan ini tersingkap di wilayah pertambangan
batu breksi putih atau sekarang telah berubah menjadi objek wisata tebing breksi. Akses
menuju ke lokasi ini juga mudah, Dari kota Yogyakarta hanya berjarak sekitar 17 km dan dapat
ditempuh kurang lebih sekitar 30-40 menit. Lokasi Tebing breksi ini juga dekat dengan objek
wisata candi ijo, candi prambanan serta kompleks Keraton Boko. Fasilitas yang ditawarkan di
objek wisata tebing breksi ini yakni terdapat, area spot foto, spot untuk melihat sunset dan
sunrise, Wahana ATV, camping ground, tlatar seneng dll. Untuk fasilitasnya penunjang ada
musholla, tempat parker yang luas, foodcourt atau pusat kuliner, toilet umum, Potensi wisata
yang ditawarkan oleh Tebing Breksi ini diantaranya yakni :

1. Adanya Tlatar Seneng yakni berupa amphiteather yang berbentuk setengah lingkaran
yang diperuntukkan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan seni budaya atau pegelaran
lainnya. Di bagian tengah terdapat panggung yang terbuat dari rumput yang berbentuk
lingkaran besar.
2. Ukiran dinding tebing yang diukir dengan berbagai tema, hal inilah yang menjadi daya
tarik wisatawan untuk berfoto dengan latar tebing breksi. Ada yang menceritakan
sejarah taman breksi itu sendiri, ukiran wayang serta yang paling mencolok yakni
ukiran naga yang berukuran raksasa.
3. Sunrise dan sunset dari atas tebing. Dari atas tebing kita dapat menikmati panorama
matahari terbit dan tenggelam. Selain itu dari atas tebing kita juga dapat melihat
keindahan kota Yogyakarta.
4. Aktivitas lainnya diantaranya yakni terdapat area yang dikhususkan untuk olahraga
panjat tebing dan bersepeda gunung kemudian juga ada wahana ATV serta camping
ground. Karena keindahan yang dimilikinya tebing breksi ini juga memiliki banyak
area spot foto.

Adanya potensi wisata tersebut dan potensi wisata lainnya diharapkan memberikan
manfaat bagi masyarakat, pelaku usaha dan Pemerintah Desa Sambirejo sehingga dengan
adanya potensi wisata tebing breksi ini yang dikelola dengan baik dapat saling
menguntungkan bagi semua pihak terutama bagi masyarakat Desa Sambirejo yakni dari
segi perekonomian mampu meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dan menjadi
pemasukan bagi Desa Sambirejo. Objek Wisata Tebing Breksi semakin hari semakin
dibanjiri oleh para wisatawan yang berkunjung. Berikut adalah data jumlah pengunjung
Wisata Tebing Breksi.
Sumber : Pengelola tebing breksi dalam Rekadevi,H.,2020

Grafik tersebut menunjukkan data jumlah pengunjung objek wisata tebing breksi dari
tahun 2016-2019. Jumlah wisatawan pada tahun 2016 sebanyak 316.000 wisatawan,
jumlah wisatawan pada tahun 2017 meningkat menjadi 869.457 wisatawan, kemudian
pada tahun 2018 jumlah wisatawan mencapai 1.097.510 dan terus mengalami peningkatan
pada tahun 2019 dengan jumlah wisatawan sebanyak 1.657.595 wisatawan.

Sejak adanya Wisata Tebing Breksi yang menjadi salah satu destinasi wisata utama di
Kabupaten Sleman dan semakin berkembangnya objek wisata ini, kini banyak masyarakat
Desa yang beralih pekerjaan yang dahulunya sebagai buruh penambang batu kapur namun
sekarang beralih menjadi pelaku usaha bidang periwisata seperti pengelola pariwisata,
penjual kios-kios, menjual jasa seperti operator jeep wisata, foto kilat dan pengelola spot
foto. Sehingga secara tidak langsung hal adanya objek wisata tebing breksi ini dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat setempat, serta dapat meningkatkan pendapatan
desa.
BAB V
KESIMPULAN

Pada mulanya Objek wisata tebing breksi ini merupakan lahan tandus sebagai area
tambang batu kapur. Namun setelah diadakan penelitian menunjukkan hasil bahwa bahwa
batuan yang berasa di kawasan Tebing breksi ini merupakan batuan yang terbentuk dari
aktivitas vulkanik gunung Api Semilir yang termasuk jenis gunung api strato di dalam laut
yang diawali dengan terbentuknya lava bantal yang berada di Kecamatan Berbak pada
tahun 36-16 juta tahun lali. Letusan yang terjadi menghasilkan tumpukkan abu vulkanik
yang salah satunya membentuk Breksi Tuf Candi Ijo yang menumpuk tidak selaras di atas
lava bantal hingga puncaknya berada di Candi Ijo yang mempunyai ketebalan mencapai
300 meter. Ketebalan Breksi setebal ini hanya terdapat di Breksi Candi Ijo dan menjadi
tumpukan abu vulkanik gunung purba paling tebal di seluruh dunia. Sehingga menjadikan
kawasan ini beralih dari area pertambangan menjadi objek wisata.

Bekas aktivitas penambangan tersebut ditambahkan ukiran-ukiran, hal inilah yang


menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Akses menuju ke lokasi ini juga mudah,
Dari kota Yogyakarta hanya berjarak sekitar 17 km dan dapat ditempuh kurang lebih sekitar
30-40 menit. Lokasi Tebing breksi ini juga dekat dengan objek wisata candi ijo, candi
prambanan serta kompleks Keraton Boko. Fasilitas yang ditawarkan di objek wisata tebing
breksi ini yakni terdapat, area spot foto, spot untuk melihat sunset dan sunrise, Wahana
ATV, camping ground, tlatar seneng dll. Untuk fasilitasnya penunjang ada musholla,
tempat parkir yang luas, foodcourt atau pusat kuliner, toilet umum.

Keberadaan Tebing breksi sangat berdampak bagi masyarakat setempat. Sejak adanya
Wisata Tebing Breksi yang menjadi salah satu destinasi wisata utama di Kabupaten Sleman
dan semakin berkembangnya objek wisata ini, kini banyak masyarakat Desa yang beralih
pekerjaan yang dahulunya sebagai buruh penambang batu kapur namun sekarang beralih
menjadi pelaku usaha bidang periwisata seperti pengelola pariwisata, penjual kios-kios,
menjual jasa seperti operator jeep wisata, foto kilat dan pengelola spot foto. Sehingga
secara tidak langsung hal adanya objek wisata tebing breksi ini dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat setempat, serta dapat meningkatkan pendapatan desa.
DAFTAR PUSTAKA

Ariq,A.H. 2020. Mulai Sambut Wisatawan, Ada Apa Saja Sih di Tebing Breksi?..
http://travel.detik.com/domestic-destination/d-5119360/mulai-sambut-
wisatawan-ada-apa-sajas-sioh-di-tebing-breksi (diakses 19 April 2020)

Cahyani,A.A., dkk. 2020. Evaluasi Kesesuaian Lahan Kawasan Geowisata Tebing


Breksi di Dusun Nglengkong, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan,
Kabpaten Sleman, D.I. Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Pembangunan
Nasional Yogyakarta

Fajria, Lutfia. Tingkat Kerawanan Tanah Longsor Di Kecamatan Prambanan


Kabupaten Sleman Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta
: Universitas Negeri Yogyakarta

Geomagis15.blogspot.com. 2015. Bentangalam Denudasional.


Htttp://geomagis15.blogspot.com/2015/04/bentangalam-
denudasional.html?m=1. (diakses 20 April 2020)

Purnomo, N.H. 2015. Bentanglahan Geografi Yogyakarta & Sekitarnya. Yogyakarta:


Ombak

Rahmawati, Desi. 2018. Potensi Geowisata Tebing Breksi Sebagai Objek Wisata
Geologi di Yogyakarta. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ambarukmo

Rekadevi, Hilda. 2020. Inovasi Pengelolaan Objek Wisata Tebing Breksi Desa
Sambirejo Untuk Kesejahteraan Bersama. Yogyakarta : Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa.

View publication stats

You might also like