You are on page 1of 4

TUGAS 2

ADMINISTRASI PERPAJAKAN

NAMA : NURWULANSARI MAELANI

JURUSAN : ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS TERBUKA
1.
2. Buat contoh dari pajak kendaraan yang berlaku saat ini !
3. Buat contoh perhitungan dari PPh pasal 21, 22 dan 23 yang anda ketahui !
4. Jelaskan yang dimaksud dengan pajak berganda, serta kelemahan dan kelebihan dari
pajak berganda tersebut !

Jawaban.
1. Mengambil contoh penerapan pajak progresif atas Pajak Kendaraan Bermotor di DKI
Jakarta, Pasal 7 ayat (1) Perda DKI No. 8 Tahun 2010 ditetapkan sebagai berikut:
 1,5% untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama;
 2% untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua;
 2,5% untuk kepemilikan kendaraan bermotor ketiga; dan
 4% untuk kepemilikan kendaraan bermotor keempat dan seterusnya.
Mengambil contoh penerapan pajak progresif atas Pajak Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta,
Pasal 7 ayat (1) Perda DKI No. 8 Tahun 2010 ditetapkan sebagai berikut:
 1,5% untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama;
 2% untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua;
 2,5% untuk kepemilikan kendaraan bermotor ketiga; dan
 4% untuk kepemilikan kendaraan bermotor keempat dan seterusnya.
Contoh:
Yuda memiliki 1 unit mobil sedan merk ABC dengan tipe XYZ Tahun pembuatan 2015
(“Mobil I”) dan 1 unit mobil jeep merk DEF dengan tipe KLM dengan tahun pembuatan
2015 (“Mobil II”). Kedua mobil tersebut didaftarkan atas namanya dan alamatnya di Kota
Jakarta Timur. Bagaimana tata cara perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor terutang untuk 1
tahun pajak?
Jawab:
Mobil I memiliki Nilai Jual Kendaraan Bermotor sebesar Rp120.000.000,00 dengan koefisien
Bobot senilai 1;
Mobil II memiliki Nilai Jual Kendaraan Bermotor sebesar Rp275.000.000,00 dengan
koefisien Bobot senilai 1;
Maka perhitungannya adalah:
Tarif PKB = DPP X Tarif Pajak
Mobil I = (Rp120.000.000,00 x 1) x 1,5% = Rp1.800.000,00
Mobil II = (Rp275.000.000,00 x 1) x 2% = Rp5.500.000,00
Jadi, total Pajak Kendaraan Bermotor terutang untuk 1 tahun masa pajak yang wajib
dibayarkan Yuda adalah sebesar Rp7.300.000,00.

2. Contoh Perhitungan PPh Pasl 21


Bapak Allan bekerja di Bank AB dengan gaji yang diterima per bulannya Rp10 juta,
dan dia baru bekerja mulai dari bulan Maret sampai dengan November 2018.
Dikarenakan belum genap 1 tahun bekerja, maka Bapak Allan belum berhak untuk
mendapatkan THR.  Bapak Allan juga disini belum menikah (TK/0) serta tidak
memiliki NPWP. 
Gaji Setahun = 10 x Rp. 10.000.000 = Rp. 100.000.000
Biaya Jabatan = 5% x Rp. 100.000.000 = Rp. 5.000.000
Penghasilan Netto = Rp. 100.000.000 – Rp. 5.000.000 = Rp. 95.000.000
PTKP (TK/0) belum menikah serta tidak mempunyai tanggungan = Rp. 54.000.000
Penghasilan yang terkena Pajak = Rp. 94.000.000 – Rp. 54.000.000 = Rp. 41.000.000
Tarif PPh 21:
Penghasilan Tarif
sampai Rp. 50.000.000 5%
Rp. 50.000.000 – Rp. 250.000.000 15%
Rp. 250.000.000 – Rp. 500.000.000 25%
diatas Rp. 500.000.000 30%
PPh 21 pada kasus diatas = Rp. 41.000.000 x 5% = Rp. 2.050.000
Bapak Allan tidak memiliki NPWP sehingga bagi yang tidak memiliki NPWP dikenakan
tarif 20% lebih tinggi (Rp. 2.050.000 x 20%) = Rp. 410.000. Jadi PPh 21 yang dikenakan
kepada Bapak Allan adalah sebesar Rp. 2.050.000 + Rp. 410.000 yaitu Rp. 2.460.000 per
tahun.
 Berikut adalah contoh penghitungan tarif PPh 23 sebesar 2%:
Apabila badan usaha tetap A menerima jasa penerjemahan dengan jumlah bruto
Rp10.000.000, maka jumlah PPh yang harus dibayarkan adalah: 2% x Rp10.000.000 yaitu
Rp200.000.
Contoh Perhitungan PPN
Pada tanggal 27 November 2017 melakukan pembelian Komputer senilai Rp4.400.000.
Cara menghitungnya:
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) = 100/110 x Rp4.400.000 = Rp4.000.000
PPN yang dipungut = 10% x Rp4.000.000 = Rp400.000

3. Pajak ganda (internasional) diartikan sebagai pengenaan jenis pajak yang sama oleh
dua negara (atau lebih) terhadap subjek pajak dan atas objek pajak yang sama, serta dalam
periode yang identik. Dapat pula diartikan sebagai pengenaan jenis pajak yang sama oleh dua
negara (atau lebih) terhadap subjek pajak yang berlainan atas objek pajak yang sama. Jenis
pajak ganda menurut pengertian yang pertama merupakan pajak ganda internasional yuridis
(juridical international double taxation), sementara jenis pajak ganda menurut pengertian
yang kedua merupakan pajak ganda internasional ekonomis (economic international double
taxation).
Untuk menghindari atau mengurangi adanya pajak berganda maka Indonesia melakukan tax
Treaty atau Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang disingkat P3B dengan negara-
negara mitra [1]. Tujuan dari tax treaty selain menghindari pengenaan pajak berganda juga
untuk menghindari pengelakan pajak.
Beberapa Kelebihan PPN
1. Mencegah terjadinya pengenaan pajak berganda
2. Netral dalam perdagangan dalam dan luar negeri
3. PPN atas perolehan barang modal dapat diperoleh kembali pada bulan perolehan,
dengan demikian sangat membantu likuiditas perusahaan
4. PPN mendapat predikat sebagai money maker karena konsumen selaku pemikul
bebasn pajak tidak merasa dibebani oleh pajak tersebut sehingga memudahkan fiskus untuk
memungutnya.
5.
Beberapa Kelemahan PPN
1. Biaya administrasi relative lebih tinggi, baik dipihak administrasi pajak maupun di
pihak wajib pajak
2. Menimbulkan dampak regersif
3. PPN sangat rawan dari upaya penyelundupan pajak
4. PPN menuntut tingkat pengawasan yang lebih cermat oleh administrasi pajak

You might also like