Professional Documents
Culture Documents
Laporan Investigasi Forensik - Kelompok 4
Laporan Investigasi Forensik - Kelompok 4
Disusun oleh:
Kelompok 4
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Investigasi
Forensik Kolam Selam Fakultas Perikanan Universitas Riau ini dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Investigasi forensik struktur merupakan kegiatan untuk menyelidiki dan
menganalisis penyebab terjadinya kegagalan suatu konstruksi. Salah satu kasus
kegagalan konstruksi yang terjadi di lingkungan Universitas Riau adalah kegagalan
kebocoran pada bangunan kolam selam yang berada di wilayah Fakultas Perikanan,
Universitas Riau. Kebocoran yang terjadi mengakibatkan kolam tidak dapat
menampung air secara penuh sehingga tidak dapat difungsikan sebagaimana
mestinya. Maka dari itu, perlu untuk dilakukan investigasi untuk mengetahui
penyebab dari kegagalan konstruksi tersebut. Investigasi dilakukan dengan
observasi atau pengamatan langsung ke lokasi bangunan kolam, membuat
dokumentasi, dan menganalisis seluruh data yang diperoleh.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu DR. Reni Suryanita, S.T.,
M.T., yang telah membimbing penulis dalam penyusunan laporan investigasi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan Laporan Investigasi Forensik Kolam Selam
Fakultas Perikanan Universitas Riau ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas
ini dimasa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Hal
PRAKATA .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Objek Penelitian.................................................................................... 2
BAB II PERMASALAHAN ................................................................................. 4
2.1 Permasalahan Utama............................................................................. 4
2.2 Dugaan Awal ........................................................................................ 6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 7
3.1 Metode Penelitian ................................................................................. 7
3.2 Pengujian Lapangan.............................................................................. 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 12
4.1 Identifikasi Kerusakan ........................................................................ 12
4.2 Analisis dari Gambar Kerja ................................................................ 13
4.3 Pengujian Hammer Test ...................................................................... 14
4.4 Pengujian UPV ................................................................................... 16
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 19
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 19
5.2 Saran ................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20
LAMPIRAN ......................................................................................................... 21
ii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 4.1 Hasil pengujian hammer test ................................................................. 16
Tabel 4.2 Hubungan cepat rambat gelombang dengan kualitas beton .................. 17
Tabel 4.3 Hasil pengujian UPV ............................................................................ 17
iii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.1 Tampak bangunan kolam (1)............................................................... 2
Gambar 1.2 Tampak bangunan kolam (2)............................................................... 3
Gambar 1.3 Lokasi kolam selam ............................................................................. 3
Gambar 2.1 Kondisi kolam saat ini (1) ................................................................... 5
Gambar 2.2 Kondisi kolam saat ini (2) ................................................................... 5
Gambar 3.1 Sketsa alat hammer test ....................................................................... 8
Gambar 3.2 Sudut arah pukulan hammer test ......................................................... 9
Gambar 3.3 Grafik hubungan nilai rebound dan kuat tekan beton ......................... 9
Gambar 3.4 Sketsa uji UPV .................................................................................. 10
Gambar 4.1 Kerusakan pada kolam (1)................................................................. 12
Gambar 4.2 Kerusakan pada kolam (2)................................................................. 12
Gambar 4.3 Beton pada lantai dasar kolam .......................................................... 13
Gambar 4.4 Gambar kerja kolam selam ................................................................ 14
Gambar 4.5 Proses pengujian hammer test ........................................................... 14
Gambar 4.6 Hasil bacaan pengujian hammer test ................................................. 15
Gambar 4.7 Konversi nilai rebound ...................................................................... 15
Gambar 4.8 Hubungan cepat rambat gelombang dengan kuat tekan beton .......... 18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
investigasi forensik pada struktur bangunan kolam, agar dapat mengetahui secara
pasti penyebab dari kegagalan konstruksi tersebut.
2
Gambar 1.2 Tampak bangunan kolam (2)
Sumber: M. Ikhsan (2022)
3
BAB II
PERMASALAHAN
4
untuk praktek menyelam bagi mahasiswa. Namun, konstruksi kolam yang tidak
mampu menahan beban tekanan air mengakibatkan kolam tidak dapat difungsikan
sebagai kolam selam. Bahkan, pada saat ini kolam hanya diisi air dengan setengah
volume kolam, dan digunakan sebagai tambak atau tempat budidaya ikan. Selain
itu, kondisi kolam dan sekitarnya juga menjadi sangat buruk karena tidak adanya
perawatan. Penampakan kondisi kolam saat ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan
Gambar 2.2.
5
2.2 Dugaan Awal
Kebocoran yang terjadi pada kolam selam faperika diduga disebabkan oleh
struktur dasar kolam yang tidak mampu menahan beban tekanan air. Dengan
kedalaman kolam selam yang mencapai 7 meter, apabila diisi air secara penuh akan
memberikan tekanan yang sangat besar pada dasar kolam. Struktur dasar kolam
yang lemah akan menimbulkan retakan dan memungkinkan air untuk merembes
keluar atau meresap ke dalam tanah. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa struktur
pelat lantai pada dasar kolam tidak cukup kuat untuk memikul beban di atasnya.
Kegagalan pada konstruksi kolam dapat terjadi akibat kesalahan pada saat
perencanaan atau kesalahan pada saat pelaksanaan pembangunan. Dalam
perencanaan harus mempertimbangkan aspek beban yang akan dipikul, atau dalam
hal ini adalah beban tekanan air. Mutu beton dan kebutuhan pemakaian tulangan
pada pelat lantai menjadi sangat vital, karena beban pada struktur kolam secara
langsung dan terlebih dahulu dipikul oleh pelat lantai. Meski demikian,
perencanaan yang sangat matang tidak dapat menjamin konstruksi dapat berdiri
kokoh. Pelaksanaan pembangunan harus berjalan sesuai standar dan tetap
berpedoman pada perencanaan awal. Penyimpangan yang dilakukan selama
pelaksanaan konstruksi, seperti mutu beton atau besi tulangan yang tidak sesuai,
dapat memicu terjadinya kegagalan (failing) pada struktur. Terkait hal ini,
kegagalan yang terjadi pada kolam selam faperika layak untuk diselidiki lebih lanjut
untuk mengetahui penyebabnya. Investigasi dilakukan untuk mengetahui apakah
terjadi penyimpangan pada pembangunan kolam tersebut.
6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
7
beton. Berkaitan dengan uji kekerasan permukaan, ada dua jenis hammer
test yang masing-masing mempunyai fungsi berbeda, yaitu:
a. Tipe N dan NR. Jenis hammer test ini mempunyai fungsi untuk
melakukan pengujian kekuatan tekan beton bermutu keras (100 kg/cm2
– 500 kg/cm2), baik pada balok, kolom, ataupun pelat.
b. Tipe P dan PT. Jenis hammer test yang satu ini memiliki kegunaan untuk
menguji kekuatan tekan beton yang memiliki kualitas rendah,
contohnya pekerjaan dinding.
Dalam pelaksanaannya, alat hammer test bekerja dengan cara
melontarkan pemukul atau hammer. Pemukul tersebut dilengkapi dengan
pegas yang punya nilai kekakuan tertentu. Sketsa alat hammer test dapat
dilihat pada Gambar 3.1.
8
tegak lurus atau miring dengan permukaan beton. Sudut arah pukulan
saat pengujian dapat dilakukan seperti yang terlihat pada Gambar 3.2
c. Tekan plunger secara perlahan menuju ke arah titik tembak. Jangan lupa
untuk menjaga agar hammer test tetap dalam kondisi stabil. Ketika
ujung plunger tidak terlihat, alat akan menembakkan pemukul ke
permukaan.
d. Lakukan pengujian dengan cara serupa pada setiap titik tembak yang
telah ditentukan.
e. Hasil pengujian menggunakan hammer test dapat dikonversi
berdasarkan grafik yang memperlihatkan hubungan antara nilai pantul
dengan kuat tekan beton (Grafik diperlihatkan pada Gambar 3.3).
Gambar 3.3 Grafik hubungan nilai rebound dan kuat tekan beton
Sumber: ASTM C805:2012 (2012)
9
2. Pengujian Ultrasonic Pulse Velocity/UPV (SNI ASTM C597:2012)
Uji UPV (Ultrasonic Pulse Velocity) merupakan salah satu uji non-
destruktif struktur bangunan gedung dengan menggunakan gelombang
ultrasonik, dimana metode uji ini mencakup penentuan kecepatan rambat
gelombang longitudinal melalui beton. Pengukuran UPV melalui beton
dimulai di Amerika Serikat pada pertengahan 1940-an dan kemudian
diadopsi di beberapa tempat sebagai NDT (Non-Destructive Test) pada
beton.
Metode UPV pada dasarnya terdiri dari transmisi pulse (rambat
gelombang) yang dihasilkan secara mekanis (dalam rentang frekuensi 20-
150/dtk) melalui beton dengan bantuan transduser elektro-akustik dan
mengukur kecepatan gelombang longitudinal yang dihasilkan oleh pulse
yang diterapkan. Uji UPV memiliki korelasi terhadap sifat-sifat beton,
seperti modulus elastis, kekuatan dan keseragaman beton, ketebalan lapisan,
retak, dan kerusakan beton. Sketsa pengujian UPV dapat dilihat pada
Gambar 3.2.
10
Langkah-langkah pengujian UPV adalah sebagai berikut:
a. Atur posisi yang akan diukur, selanjutnya permukaan komponen beton
dibuat rata dengan gerinda
b. Permukaan tersebut diolesi dengan vaselin pada kekentalan tertentu
c. Pasang transducer receiver dan transmitter pada posisi tersebut
d. Ukur travel time dalam detik atau mikrodetik
e. Lakukan pengukuran di tempat lain dan selalu catat jarak antara ke dua
transducer dan travel time
f. Buat grafik hubungan transducer spacing dan travel time
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
Selain itu, pada dasar kolam yang terdapat bagian keramik yang lepas, yang
dapat dilihat pada Gambar 4.3, ditemukan beton pelat lantai yang sangat lunak.
Bahkan, beton tersebut dapat dikerok dengan mudah menggunakan tangan. Hal ini
mengindikasikan bahwa mutu beton yang digunakan adalah mutu rendah. Lalu
dapat terlihat juga bahwa struktur pelat lantai pada kolam tidak menggunakan besi
tulangan. Dengan kombinasi mutu beton yang rendah dan tanpa besi tulangan, dapat
dinyatakan bahwa kekuatan struktur pelat lantai kolam sangat buruk, sehingga
dinilai wajar tidak mampu menahan beban dari tekanan air.
13
Gambar 4.4 Gambar kerja kolam selam
Sumber: M. Ikhsan (2022)
14
Gambar 4.6 Hasil bacaan pengujian hammer test
Hasil pengujian hammer test yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Untuk nilai konversi diperoleh berdasarkan grafik hubungan antara nilai pantulan
dengan kuat tekan beton. Sebagai contoh, untuk konversi angka pantulan titik
pengujian P1 dapat dilihat seperti pada Gambar 4.7.
15
Tabel 4.1 Hasil pengujian hammer test
Titik Nomor Titik Angka Pantulan Nilai Konversi Rata-rata
Arah Pukulan
Pengujian Pengujian (Rebound) dari Grafik (MPa) (MPa)
P11 26 22
P12 27 23
1 P13 25 21 21,8
P14 25 21
P15 26 22
P21 27 23
P22 27 23
2 P23 25 21 22
P24 25 21
P25 26 22
P31 25 21
P32 26 22
3 P33 23 18 20,8
P34 26 22
P35 25 21
P41 24 19
P42 27 23
4 P43 25 21 20
P44 24 19
P45 23 18
P51 27 23
P52 25 21
5 P53 24 19 20,6
P54 25 21
P55 24 19
NILAI KUAT TEKAN RATA-RATA (MPa) = 21,04
16
bahan pada yang utuh/ padat (tanpa cacat), sehubungan dengan jarak tempuh
gelombang menjadi lebih jauh.
Sedangkan untuk menentukan mutu beton adalah dengan mengukur
besarnya kecepatan pulse yang melewati suatu panjang lintasan beton. Pada suatu
lintasan yang jaraknya sama/ tetap, semakin kecil waktu tempuh yang diperlukan,
maka semakin besar/ tinggi kecepatan rambat gelombangnya dan ini berarti
semakin baik kondisi/ kualitas betonnya (padat). Sebaliknya, semakin lama/ besar
waktu tempuh rambatan gelombangnya dari transducer ke receiver, berarti semakin
kurang baik kualitas betonnya (tidak padat/ banyak porinya). Menurut ACI-1989
hubungan cepat rambat gelombang dengan kualitas beton ditunjukkan pada Tabel
4.2.
Tabel 4.2 Hubungan cepat rambat gelombang dengan kualitas beton
Hasil pengujian UPV dalam investigasi forensik ini dapat dilihat pada Tabel
4.3, dimana diperoleh nilai kuat tekan rata-rata beton pelat lantai adalah sebesar
21,07 MPa. Nilai kuat tekan diperoleh dari grafik hubungan cepat rambat
gelombang dengan kuat ketan beton, contoh untuk pengujian P1 seperti pada
Gambar 4.8. Sedangkan apabila ditinjau dari kecepatan rambat gelombang, kualitas
beton termasuk kategori cukup.
17
Gambar 4.8 Hubungan cepat rambat gelombang dengan kuat tekan beton
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari data yang diperoleh, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kegagalan konstruksi yang terjadi pada kolam selam faperika berupa
kebocoran, dan kerusakan non struktural lainnya seperti keramik pecah dan
ditumbuhi tanaman liar.
2. Kebocoran terjadi akibat struktur pelat lantai tidak mampu menahan beban
tekanan air.
3. Pengujian hammer test dan UPV masing-masing menunjukkan nilai kuat
tekan beton sebesar 21,07 dan 21,04 MPa
4. Mutu beton yang rendah dan tidak adanya besi tulangan menjadi faktor
utama penyebab kebocoran.
5. Dari hasil pengamatan, kondisi kolam tampak buruk akibat tidak adanya
perawatan berkala.
5.2 Saran
Berikut saran dan rekomendasi yang dapat disampaikan:
1. Pembangunan suatu konstruksi harus didasari perencanaan yang matang
dengan mempertimbangkan segala aspek desain.
2. Pelaksanaan konstruksi harus sesuai standar dan memenuhi spesifikasi.
3. Investigasi forensik harus dilakukan secara detail agar memperoleh hasil
yang akurat.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
21
22