Professional Documents
Culture Documents
Bismiilah ACC
Bismiilah ACC
SARANA PENUNJANGNYA
Penyusun :
Adam Febrian Haji 120370137 Muhammad Ridho Zufa 120370138
Ahmad Hafid Irawan 120370117 M. Danu Setiawan 120370134
Al Hafiz Rabbani 120370131 M. Refa Antariksawan 120370135
Alfi Ryandra 120370145 M. Ikhlas Nuryudha 120370136
Aqwammul Fauzan 120370143 M. Zaki Akrom 119370140
Daffa Izzulhaq 120370101 Novid ronalji 120370121
Diya Rana Salsabila 120370001 Riandhi Rasyid 120370104
Heru Sutejo 120370115 Soraya Nuraldin V. 120370109
Julius Steffanus 120370132 Yobel R. Tambunan 120370108
M Fathan athallah Ariq 120370146 Yusup Roman Zidan 120370133
DAFTAR ISI............................................................................................................2
DAFTAR TABEL....................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................5
BAB I.......................................................................................................................6
PENDAHULUAN...................................................................................................6
BAB 2....................................................................................................................12
PELINGKUPAN....................................................................................................12
ii
2.3.1. Proses Pelibatan Masyarakat............................................................32
BAB III..................................................................................................................43
METODE STUDI..................................................................................................43
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Matriks Tim Penyusun Andal..................................................................9
Tabel 1.2 Matriks Tenaga Ahli..............................................................................11
Tabel 1.3 Matriks Asisten Tenaga Ahli.................................................................11
Tabel 2.1 Matriks Luas Wilayah Kecamatan Obi..................................................13
Tabel 2.2 Matriks Kepadatan Penduduk................................................................29
Tabel 2.3 Matriks Indikator Kemiskinan...............................................................29
Tabel 2.4 Matriks Angka Partisipasi Kasar...........................................................30
Tabel 2.5 Matriks Agama Dianut di Kabupaten Halmahera Selatan.....................31
Tabel 2.6 Matriks hasil evaluasi dampak potensial rencana kegiatan pembangunan
pabrik pengolahan bijih nikel besertafasilitas penunjangnya................................38
Tabel 3.1 Matriks Komponen dan Metode Pengumpulan Data Iklim...................44
Tabel 3.2 Matriks Parameter dan Metode Pengukuran Kualitas Udara.................45
Tabel 3.3 Matriks Skala Kualitas/Kriteria Kualitas Udara....................................46
Tabel 3.4 Matriks Skala Kualitas/Kriteria Kebisingan..........................................47
Tabel 3.5 Matriks Parameter dan Baku Mutu Kualitas Air...................................48
Tabel 3.6 Matriks Parameter dan Metode Kualitas Tanah.....................................51
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar Formasi Pulau Obi................................................................13
Gambar 3.1 Desain Plot Inventarisasi Vegetasi.....................................................52
Gambar 3.2 Ilustrasi Pengukuran Diameter Batang...............................................52
Gambar 3.3 Desain Inventarisasi Burung dengan Metode VCP............................53
Gambar 3.4 Simulasi Jalur Pengamatan Mamalia.................................................53
5
BAB I
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Usaha pertambangan harus dapat mempercepat pengembangan wilayah dan
mendorong kegiatan ekonomi masyarakat/pengusaha kecil dan menengah serta
mendorong tumbuhnya industri penunjang pertambangan. Dalam meningkatkan
nilai tambah produk hasil tambang, maka perlu adanya proses pengolahan bijih
nikel untuk menjadi logam nikel. Kebutuhan logam nikel sebagai logam paduan
maupun logam murni saat ini banyak diperlukan dan digunakan untuk berbagai
keperluan mulai dari konstruksi, transportasi, komunikasi, peralatan rumah tangga
sampai peralatan perang. Sampai sekarang Indonesia telah memiliki beberapa
pabrik pengolahan bijih nikel. Luasnya persebaran serta besarnya cadangan bijih
nikel yang ada di Indonesia, Indonesia menempati urutan pertama penghasil nikel
didunia maka diperlukan pembangunan pabrik-pabrik pengolahan nikel yang lain
sebagai pendukung pabrik-pabrik yang telah ada sampai sekarang. Pabrik
pengolahan bijih nikel tersebut diharapkan lebih praktis dan sederhana.
Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Mineral dan
Batubara (Minerba), Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2021 tentang
pelaksanaan kegiatan usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, serta Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 5 Tahun 2017 tentang
peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian
mineral, maka bahan baku hasil tambang harus diproses didalam negeri. Dengan
melakukan pengolahan terhadap bahan baku tersebut akan diperoleh berbagai
keuntungan yang lebih signifikan, misalnya memberikan nilai tambah (value
added), secara ekonomis karena dengan pengolahan tersebut akan menghasilkan
produk yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dengan
hanya bijihnya (ore), menumbuhkan perekonomian daerah yang pada akhirnya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta dalam Peraturan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral No. 7 Tahun 2020 tentang tata cara pemberian wilayah,
perizinan, dan pelaporan pada kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara.
6
Pengolahan bijih nikel merupakan kegiatan usaha pertambangan untuk
meningkatkan mutu mineral serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral
ikutan (mineral asosiasi). Dengan demikian, setiap jenis komoditas tambang
mineral logam tertentu serta dimaksud dalam Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2021 pasal 2 ayat
(1b) menyatakan bahwa nikel termasuk ke dalam mineral logam dan Peraturan
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 05 Tahun
2017 pasal 9 ayat (1 & 2) wajib dilakukan pengolahan dan pemurnian dalam
negeri sesuai dengan batasan minimum pengolahan dan pemurnian nikel yaitu
nikel dengan kadar < 1,7%.
Dasar pertimbangan diatas dan meningkatkan daya saing di Kabupaten
Halmahera Selatan, Kecamatan Obi , Desa Kawasi pada bidang pertambangan
mineral (nikel) serta untuk memenuhi tuntutan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, dan Peraturan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Nomor 05 Tahun 2017 tentang peningkatan nilai
tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral, PT.
Primatama Bersama bermaksud untuk membangun pabrik pengolahan bijih nikel
di Kabupaten Halmahera Selatan, Kecamatan Obi, Desa Kawasi.
7
5. Untuk mengidentifikasi prakiraan dampak potensial dan dampak
hipotentik.
6. Mendorong kapasitas produksi bijih nikel dalam negeri.
8
1.3.2. Identitas Pelaksana Studi AMDAL
Tim penyusun AMDAL, tenaga ahli dan asisten ahli penyusun AMDAL
disampaikan pada Tabel 1.1, Tabel 1.2 dan Tabel 1.3 berikut.
Muhammad
1 KTPA Hidrologi
Ridho Zufa
Muhammad
2 ATPA Klimatologi
Fathan A.
Soraya
3 Nuraldin ATPA Biologi
Varadiva
Daffa
4 ATPA Klimatologi
Izzulhaq
Al Hafiz
5 ATPA Biologi
Rabbani
9
Posisi
No Nama FOTO Bidang Keahlian
Dalam Tim
Ilmu Tanah
Diya Rana
2 (Pedologi dan
Salsabila
Edafologi)
Muhammad
3 Konstruksi
Zaki Akrom
M. Refa
4 Kesehatan
Antariksawan
Ilmu Tanah
M. Ikhlas
5 (Pedologi dan
Nuryudha
Edafologi)
Alfi Ryand
7 Konstruksi
ra
10
Yusuf Roman
8 Operator
Zidan
Ilmu Tanah
Aqwammul
9 (Pedologi dan
Fauzan
Edafologi)
Ahmad Hafid
10 Operator
Irawan
M. Danu
11 Konstruksi
Setiawan
Tabel 1.2 Matriks Tenaga Ahli
Posisi Dalam
No Nama FOTO Bidang Keahlian
Tim
Asisten Ahli
3 Julius Steffanus
Biologi
Asisten Ahli
4 Riandhi Rasyid
Hidrologi
11
BAB 2
2. PELINGKUPAN
2.1. RINGKASAN DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN
2.1.1. Status Studi AMDAL
Penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
dilaksanakan setelah hasil studi kelayakan teknis (Feasibility Study). Undang-
undang nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup menyatakan bahwa setiap orang ataupun badan usaha berkewajiban untuk
menerapkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam menjalankan
suatu rencana usaha/kegiatan yang berdampak pada lingkungan hidup. Kewajiban
ini harus dimuat dalam bentuk hasil studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL). AMDAL tersebut akan menjadi prasyarat dalam pelaksanaan kegiatan
seperti rencana kegiatan pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel beserta
fasilistas penunjangnya yang akan dilakukan oleh PT. Primatama Bersama di
Kecamatan obi, Kabupaten Halmahera Selatan.
12
Gambar 2.1 Gambar Formasi Pulau Obi
13
2.1.3. Rencana Kegiatan yang Berpotensi Menimbulkan Dampak
Komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan ditelaah dalam studi
AMDAL Rencana Pembangunan Pabrik Pengolahan Nikel Beserta Sarana
Prasarananya, difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang berpotensi menimbulkan
dampak penting, terutama yang mempunyai intensitas dan volume dampak
mampu menyebabkan perubahan kualitas sumber daya lahan dan lingkungan, tata
air, sosial ekonomi dan budaya, kesehatan masyarakat, keselamatan kerja, serta
ketertiban masyarakat dan gangguan keamanan lingkungan.
Komponen kegiatan dan/atau usaha yang ditelaah dikelompokkan ke dalam
4 (empat) tahapan kegiatan, yaitu tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap
operasi, dan tahap pasca operasi sebagai mana diuraikan berikut.
2. Sosialisai
Kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan oleh pihak PT. Primatama Bersama
sehubungan dengan kegiatan pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel serta
14
fasilitas penunjangnya dimaksudkan untuk memberikan pejelasan secara umum
tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan, mulai dari tahan pra konstruksi
sampai pada tahap pasca operasi. Dalam kegiatan sosialisasi PT. Primatama
Bersama akan melakukan koordinasi dengan pemerintah Kabupaten Halmahera
Selatan. Kegiatan sosialisasi juga dimaksudkan untuk mengetahui harapan dan
tanggapan serta keinginana masyarakat dan pemerintah daerah setempat terhadap
kegiatan pembanguna pabrik pengolahan bijih nikel di Kecamatan Obi.
Salah satu bentuk sosialisasi adalah kegiatan konsultasi publik dalam
kegiatan penyusunan dokumen AMDAL. Bentuk kegiatan konsultasi publik
adalah tatap muka dan diskusi kepada pemerintah dan masyarakat setempat yang
masuk lokasi kegiatan. Dari hasil konsultasi publik diperoleh beberapa masukan
atau tanggapan masyarakat atau hal-hal yang menjadi kekhawatiran masyarakat
untuk selanjutnya menjadi salah satu informasi tambahan dalam proses
pelingkupan dalam rangka studi AMDAL. Selain itu, penyampaian informasi
kepada masyarakat luas juga dilakukan melalui media massa, maupun dengan
pemasangan papan pengumuman di lokasi proyek.
Kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan oleh PT. Primatama Bersama,
diprediksi menimbulkan dampak potensial perubahan sikap dan persepsi
masyarakat khususnya masyarakat Desa Kawasi Kecamatan Obi, Kabupaten
Halmahera Selatan.
3. Pembebasan Lahan
Kegiatan pembebasan lahan dilakukan sebelum pembangunan pabrik nikel.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menghapus dari semua kegiatan area lahan
yang digunakan sebagai lokasi kilang nikel. Lokasi pabrik pengolahan nikel akan
dibangun berdekatan dengan pemukiman penduduk. Oleh karena itu, warga
dipindahkan ke tempat yang lebih aman dan nyaman. Ketika memperoleh tanah,
pengalihan hak milik atas tanah dan tanaman yang tumbuh di atasnya diperlukan
dengan cara yang disetujui oleh para pihak terkait.
15
B. Tahap Konstruksi
1. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
Sehubungan dengan pembangunan pabrik pengolahan nikel beserta sarana
penunjangnya, PT. Primatama Bersama membutuhkan tenaga kerja selama tahap
konstruksi. Proses rekrutmen PT. Primatama Bersama harus melalui berbagai
tahapan dan mematuhi Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan
perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 13 Tahun
2013 tentang Ketenagakerjaan). Proses perekrutan pegawai diawali dengan
pengumuman di media, setelah itu akan dilakukan proses seleksi sesuai ketentuan
yang berlaku.
Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi ini dikatakan memiliki efek
potensial yaitu migrasi penduduk dari luar wilayah Obi, peningkatan peluang
usaha, peningkatan pendapatan masyarakat, dan efek perubahan sikap dan
persepsi masyarakat khususnya di Desa Kawasi
16
infeksi pernafasan. Selain itu, kegiatan ini berpotensi berdampak pada
peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat, serta perubahan sikap
dan persepsi masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di jalan raya dalam
memobilisasi mesin dan material konstruksi.
17
lain). Kemudian dibuat desain non-infrastruktur dan infrastruktur lainnya. Lokasi
pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel dan fasilitas pendukungnya dipilih
pada lahan yang stabil secara ontogenetik dan dirancang untuk menghindari
pencemaran lingkungan, terutama polusi suara, polusi debu, emisi gas dan
sebagainya.
5. Instalasi Pabrik
Pembangunan pabrik meliputi pembangunan fisik dan pemasangan mesin-
mesin pabrik. Kegiatan konstruksi meliputi pembuatan pondasi, pembuatan
rangka baja, penataan area pengolahan, pemasangan mesin manufaktur,
pemasangan dinding dan partisi, serta pemasangan jaringan mekanikal dan
elektrikal.
Perencanaan pabrik adalah bagian penting dari kelancaran operasi,
meminimalkan pergerakan dan gangguan selama operasi pabrik. Bagian
manufaktur yang dibutuhkan di unit produksi adalah produksi bijih nikel,
pengeringan dan pencampuran (sintering), tanur sembur.
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional
Pelaksanaan penerimaan tenaga kerja harus berdasarkan peraturan yang
berlaku. Masyarakat lokal yang memenuhi kualifikasi untuk posisi tertentu
dipekerjakan. Ada kemungkinan beberapa pekerja dari daerah lain akan
18
didatangkan ketika pekerja dengan keterampilan tertentu tidak dapat ditemukan di
penduduk setempat.
Proses rekrutmen PT. Primatama Bersana harus melalui tahapan yang
berbeda dan mengikuti Standard Operating Procedure (SOP) yang tetap
ditetapkan oleh perusahaan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Proses penerimaan diawali dengan publikasi iklan secara terbuka di media, setelah
itu dilakukan proses seleksi.
19
refining logam cairan, terutama untuk menurunkan kadar gas terlarut seperti
hydrogen dan nitroge serta unsur-unsur pengotor lainnya.
3. Pengoperasian Pabrik
Moisture content bijih nikel dari lokasi tambang berkisar dari 30%-35%
dengan berbagai ukuran besaran. Bijih nikel dipisahkan berdasarkan ukurannya,
namun memisahkan bijih nikel dalam kondisi basah sangat sulit, sehingga
diusahakan dalam kondisi kering dengan menggunakan screener. Bijih nikel
dengan Ni rendah, dibuang dan dipakai untuk pengerasan jalan, sedangkan yang
kandungan Ni tinggi dilakukan pemecahan menggunakan Jaw Chruser. Pada
umumnya, proses pengolahan mempersyaratkan batuan menjadi sekitar 50 mm,
dengan kadar kerikil ukuran di bawah 5 mm tidak lebih dari 8%. Selain itu
dipersyaratkan pula batuan yang akan masuk kedalam tungku pelebur (MBF)
adalah relatif kering dengan kadar air sekitar 10%.
Bijih nikel yang berukuran kecil (undersieve) dikirim ke rotary dryer,
pemanasan pada dryer menggunakan gas panas 800°C, yang dialirkan sejajar
dengan arah raw bijih nikel, sehingga dapat kontak langsung dengan bijih nikel di
dalam dryer , hasil pengeringan adalah bijih nikel dengan moisture content 22%
ini untuk mencegah debu pada proses pemisahan dan pemecahan. Debu pada gas
buangan dari dryer ditangkap menggunakan dust collector dan dibuang dengan
mengayakan dengan vibrating screen berukuran 30 mm, oversize ore hasil
pengayakan dikirim ke impact chruser, untuk dipecahkan menjadi ukuran 30 mm.
20
kedalam hooper dengan berat yang telah ditentukan, ditampung dalam batcher I.
Demikian pula untuk bahan baku imbuhan berupa Limestone ditampung dalam
bather II. Bahan bakar yang dipergunakan adalah kokas yang dimasukkan ke
dalam batcher III. Bijih nikel, limestone bersama-sama dengan reductant,
dimasukkan dalam mixing plan, melalui masing-masing batcher dengan
perbandingan berdasarkan jumlah dan kualitas yang telah diperhitungkan.
Kemudian dimasukkan dalam container/skip oar dan dikirim ke Mini
BlastFurnace (MBF), menggunakan belt conveyor dimasukkan ke top
bins/hopper.
Peleburan bijih nikel menggunakan Mini Blast Furnace (MBF)
menghasilkan Ferronickel (Fe-Ni). Penggunaan kokas tidak hanya diperlukan
sebagai bahan bakar tetapi sangat berguna untuk reduction gas, yaitu di dalam
MBF mengubah hematite (FezO3) menjadi wustite (FeO),sedangkan limestone
(CaC03) sebagai bahan imbuh untuk pengaturan keasaman slag (terak).
Proses peleburan pembakaran karbon dengan oksigen untuk pembentukan
gas monoksida (CO), dimana gas tersebut diperlukan terutama untuk mereduksi
oksida logam seperti NiO, Fe2O3, reaksi antara bahan reduktor dan gas O2 yang
menghasilkan energi panas yang cukup efisien. Kelebihan gas CO dan proses
oksidasi di dalam furnace dapat dikeluarkan pada bagian atas MBF dan dapat
dimanfaatkan untuk pemanasan udara yang ditiupkan kembali ke dalam MBF
sebagai bahan oksidasi karbon melalui tuyere Selain itu kelebihan gas CO dapat
Juga digunakan sebagai pemanas cetakan, dan dumanfaatkan sebagai energi
pembuatan sinter.
Prosess produksi berlangsung kontiniu selama 24 Jam/hari di dalam MBF
yang bekerja pada temperatur antara 1500°C hingga 1700°C. Temperatur yang
terjadi di dalam MBF dapat diuraikan sebagai berikut, temperatur pada daerah
pengumpanan (throat) bagian atas terjadi pada temperatur antara 200-350 °C,
kemudian turun di daerah stack atas dengan temperatur antara 400-450°C.
Kemudian di daerah stack tengah temperatur naik lagi sekitar 450°C dan masuk
ke stack bawah temperatur naik lagi sekitar 700 - 1200 °C lalu masuk ke daerah
belly dengan temperatur sekitar 1200-1400°C. Selanjutnya masuk ke daerah bosh
tempat berlangsungnya daerah pembakaran karbon dan dengan oksigen dimana di
21
daerah mencapai sekitar 1700 °C. Disini semua material mencair dan ditampung
di daerah hearth kemudian cairan hot metal dan slag dikeluarkan pada selang
waktu terlentu.
Hot metal yang telah terakumulasi di dasar MBF di Gpping keluar melalui
lubang dinding ditampung dalam ladge atau torpedo car, kemudian dikirim untuk
proses selanjutnya. Sementara slag dalam MBF di tapping melalui 2 lobang yang
letaknya berlawanan arah dengan lobang tapping metal dan dikirim ke slag pon
yang lelaknya agak jauh dari MBF untuk didinginkan. Hot metal dan MBF
didinginkan secara tepat dengan menyemprotkan air dengan tekanan
tinggi,kemudian masuk dalam hopper dan belt conveyor dikirlm ke fine
crusher/ball mill untuk dihaluskan dan kemudian dikirim ke Magnetic Separator
untuk dipisahkan antara Fe-Ni yang magnetik, sedangkan yang non magnetik
merupakan pengotor dikirim ke tailing pond. Ragkaian proses pendinginan
sampai pemisahan dengan magnetik separator dilakukan secara otomatis.
Metode untuk menghilangkan kandungan sulfur (desulfurization) pada
crude Fe-Ni adalah dengan menambahkan calcium carbide (CaC2) dan soda ash
(Na2CO3) dan untuk menghilangkan sulfur dengan mengikat menjadi CaS dan
Na2S, sehingga sisa sulfur pada metal setelah proses sulfurisasi menjadi kira-kira
0,015% Slag hasil proses sulfurisasi masih terkandung antara 9-10% Ni dan 7-9%
S, namun harus dicrushing menggunakan limestone chrusher dan
pernisahan+10mm. Proses ini diperoleh 70% Ni dalam desulfurisasi slag dan 91%
S dapat dihilangkan. Selanjutnya untuk produksi low carbon Fe-Ni, pengotor
yaitu C, Si, dan P, dibersihkan dengan menyemprotkan oxygen dalam shaking
converter.
5. Fasilitas Pendukung
a. Penanganan Limbah Cair
Proses produksi banyak menggunakan air yaitu untuk pendinginan dan
pencucian. Penggunaan air untuk pendinginan (perlindungan MBF dari luar),
yaitu injeksi cepat air bertekanan tinggi pada logam panas oleh semprotan air
MBF Limbah cair lainnya dari pencucian pemisah elektrostatik (ESP) yang
digunakan untuk pemulihan gas dan pendinginan terak dari peleburan. Air
22
pendingin dan pencuci bekas dialirkan ke instalasi pengolahan limbah, kemudian
dibersihkan dan digunakan kembali dalam siklus tertutup untuk menghemat
penggunaan air.
Limbah yang diperlukan diolah dalam tangki septik, sedangkan air limbah
dibuang langsung ke instalasi pengolahan limbah (IPAL). Air hujan yang jatuh di
area pusat perkantoran, serta pembersihan dan pencucian lantai atau ruang
produksi, dialirkan ke instalasi pengolahan air melalui saluran limbah.
c. Penanganan Limbah B3
Limbah cair B3 kemungkinan besar dihasilkan dari pengoperasian pabrik
pengolahan dan pemurnian bijih nikel PT. Primatama Bersama adalah oli bekas.
Oli bekas ini diproduksi oleh kendaraan dan alat berat serta genset. Perawatan
limbah cair B3 diatur untuk penyimpanan dan pemrosesan atau pembuangan lebih
lanjut diserahkan kepada pihak ketiga yang memiliki izin dan otoritas yang
23
berwenang (KLH). Pengolahan limbah minyak berlangsung dalam kondisi
gentong (wadah minyak limbah), yaitu;
1. dalam keadaan baik, tidak bocor atau rusak
2. terbuat dari bahan yang sesuai dengan karakteristik Limbah B3 yang
disimpan
3. memiliki penutup yang kuat mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan
pemindahan
4. tiap kemasan diberikan simbol dan label sesuai ketentuan yang berlaku
Setiap kemasan harus diberi tanda dan diberi label sesuai ketentuan yang
berlaku. Kegiatan pengelolaan sampah ini berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan berupa kesempatan kerja, peluang usaha, peningkatan pendapatan
serta perubahan sikap dan persepsi secara umum.
24
Kegiatan penutupan pabrik akan berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan berupa perubahan geo-fisika-kimia, perubahan keanekaragaman
vegetasi/indeks kerapatan vegetasi, dan perubahan sikap dan persepsi masyarakat.
25
A. Komponen Geologi-Fisika-Kimia
1. Iklim
Data iklim mikro yang meliputi temperatur, tekanan udara, kelembaban
udara, curah hujan,dan kecepatan angin disekitar lokasi wilayah studi. Daerah
Halmahera Selatan mengenal 2 musim yakni : musim barat atau utara dan
tenggara atau timur yang di selingi oleh dua macam pancaroba yang merupakan
transisi kedua musim tersebut. Musim barat berlangsung dari bulan Desember
sampai bulan Maret, sedangkan bulan April adalah masa transisi ke musim
tenggara. Musim tenggara berlaku rata-rata 6 bulan berawal dari bulan Mei dan
berakhir pada bulan Oktober.
2. Kualitas Udara
Data kualitas udara memiliki beberapa parameter seperti, perhitungan
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) hingga saat ini adalah Partikulat (PM10
dan PM2.5), Karbon Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida
(NO2), Ozon (O3), dan Hidrokarbon (HC).
3. Kebisingan
Kebisingan adalah setiap suara yang tidak diinginkan yang berasal dari
usaha atau kegiatan pada tingkat dan waktu tertentu yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan kenyamanan lingkungan sekitar, atau suara yang tidak diinginkan
yang berasal dari alat dan/atau peralatan kerja Perusahaan proses Produksi yang
berada di atas tingkat tertentu dapat menyebabkan kerusakan pendengaran.
Kenyaringan dinyatakan dalam lonceng atau desibel (dB). Polusi suara atau
kebisingan dapat didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan yang
mengganggu orang. Kebisingan akan meningkat saat PT Primatama Bersama
memulai tahap konstruksi.
4. Kualitas Air
Gambaran umum tingkat kualitas air di wilayah studi. Pengukuran kualitas
air yang berada dalam wilayah studi akan mencakup parameter fisika, kimia serta
parameter biologi yang terdapat pada wilayah tersebut.
26
5. Kualitas Tanah
Di daerah Kawasi, Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Halmahera Selatan,
Kecamatan Obi, yang akan dibangun pabrik nikel dari PT. Primatama Bersama ini
memiliki jenis tanah karst (batuan gamping) yang sebagian tanahnya adalah tanah
gambut. Lahan yang akan digunakan untuk pembangunan pembuatan pabrik dari
PT. Primatama Bersama ini memiliki tingkat kesuburan yang rendah hingga
sedang. Dimana lahan ini memiliki vegetasi dengan curah hujan rendah, hanya
ditumbuhi dengan tanaman tak berkayu seperti rerumputan dan semak belukar
yang dapat beradaptasi di wilayah tersebut.
B. Komponen Biologi
1. Flora
Halmahera Selatan memiliki beragam spesies flora namun khususnya pada
Pulau Obi hanya memiliki 2 macam spesies flora yaitu kelapa, dan mangrove
karena wilayah tersebut berada di pesisir pantai. Kabupaten Halmahera Selatan
adalah daerah dengan kawasan mangrove terluas di Provinsi Maluku Utara
(BAKOSURTANAL 2009). Hal tersebut menjadi tanggung jawab besar dalam
pengelolaan dan perlindungan kawasan tersebut. Salah satu hal penting yang
diperlukan dalam pengelolaan kawasan mangrove adalah informasi tentang
potensi mangrove dan pengetahuan masyarakat pada kawasan mangrove, sehingga
pengelolaannya dapat menyesesuaikan dengan potensi yang ada dan melibatkan
masyarakat sekitar. Demikian juga dengan tanggung jawab pengelolahan dan
perlindungan terhadap kelapa.
2. Fauna
Pada kawasan perairan di dekat Pulau Obi, Halmahera Selatan terdapat
beberapa ikan yaitu Ikan Kerapu Merah, Ikan Kakap, Ikan Lencam, Ikan Swanggi,
Ikan Kerapu Macan, Ikan Tongkol, Ikan Selar, Ikan Squirrelfish, Ikan Kwee.
Perairan tersebut adalah jalur stratergis aktifitas perdagangan distribusi ikan
konsumsi sehingga sudah menjadi tanggung jawab besar dalam pengelolaan dan
perlindungan ikan-ikan tersebut agar tidak terkontaminasi logam berat.
27
Jenis mamalia yang teridentifikasi sebanyak 9 jenis dari 4 famili. Famili
yang mendominasi yaitu dari kelompok Pterepodidae sebanyak 6 jenis (cecadu
pisang besar, cecadu pisang kecil, kalong kecil, kalong manu, paniki biasa, dan
paniki pallas) kemudian dilanjutkan famili Muridae 2 jenis (tikus dan tikus
belukar), Suidae 1 jenis (babi hutan), dan Phalangeridae 1 jenis (kuskus obi). Jenis
burung yang teridentifikasi sebanyak 52 jenis dari 33 famili. Famili yang
mendominasi yaitu dari kelompok Columbidae sebanyak 5 jenis dan famili
Accipitridae sebanyak 4 jenis.
3. Biota Laut
Hasil identifikasi sampel plankton yang dijumpai berjumlah 17 genus
fitoplankton dalam 2 kelas berbeda, yaitu diatom dan Dinoflagellate, serta 3 genus
zooplankton kelas copepoda. Hasil pengamatan jenis dan komposisi kelimpahan.
Rata – rata kelimpahan fitoplankton sebesar 15.503 ind/L. Hal ini, berarti bahwa
kelimpahan perairan pada lokasi penelitian dalam kondisi tinggi (eutotrof). Seperti
yang dikemukakan. Basmi (1987) dalam Iskandar (1995), bahwa perairan dengan
kelimpahan >12.000 ind/L masuk dalam kelimpahan tinggi (eutotrof). Kelas
Diatom atau dikenal juga Bacillariophyceae merupakan jenis yang paling banyak
ditemukan karena mampu tumbuh dengan cepat meskipun pada kondisi nutrien
dan cahaya yang rendah. Hal ini juga dikarenakan kelas ini mampu meregenerasi
dan reproduksi yang lebih besar dan juga memiliki kemampuan beradaptasi
dengan baik (Theriot 2012).
Kelas Diatom memiliki pola distribusi yang sangat universal di semua tipe
perairan serta sebagai penyusun utama fitoplankton di ekosistem perairan tawar
maupun laut dengan jumlah spesies terbesar dibandingkan komunitas mikroalga
lainnya (Eduardo et al. 2016). Jenis zooplankton yang tercacah merupakan
Copepoda. Zooplankton yang tercacah lebih sedikit jika dibandingkan dengan
fitoplankton. Hal ini dikarenakan siklus reproduksinya lebih lama dari pada
fitoplankton sehingga untuk mencapai jumlah yang banyak bagi zooplankton
diperlukan waktu yang lama (Johnson dan Allen 2012).
28
1. Kependudukan
Menurut data statistik Kabupaten Halmahera Selatan dari tahun 2016-2018,
Kepadatan penduduk menurut kecamatan didapatkan kecematan Obi pada tahun
2018 dengan nilai kepadatan 15jiwa/km2,bisa dilihat pada Tabel 2.2.
2. Kemiskinan
Kabupaten Halmaera Selatan memiliki jumlah penduduk yang meningkat
dari tahun ke tahun dengan presentase kemiskinan 5% yang ditampilkan pada
Tabel 2.3.
Indikator Kemiskinan
Indikator Kemiskinan 2019 2020 2021
Jumlah Penduduk Miskin (000) 11787.00 12410.00 12240.00
Persentase Penduduk Miskin (%) 5.03 5.21 5.19
Indeks Kedalaman Kemiskinan 0.43 0.45 0.61
Indeks Keparahan Kemiskinan 0.09 0.08 0.12
Garis Kemiskinan
(rupiah/kapita/bulan) 310161.00 324767.00 343323.00
Gini Rasio 0.26 0.26 0.27
29
Tabel 2.6 Matriks Indikator Kemiskinan
3. Pendidikan
Kabupaten Halmahera Selatan memiliki angka partisipasi kasar dengan
jumlah partisipasi pada tahun 2019 untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD)
sebanyak 111,54 dikuti jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sebanyak 82,04 dan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 90,37,
seperti yang di tampilkan pada Tabel 2.4.
4. Keagamaan
Peduduk Kabupaten Halamahera Selatan menganut beberapa agama seperti
islam, protestan, katolik, hindu, budha konghucu dan lainnya seperti yang tertera
pada Tabel 2.5.
30
Wilayah Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Agama yang Dianut
Halmahera
121127 258711 27062 42996 486 208 1 8 - 19 - 2 160 -
Selatan
31
5. Mata Pencaharian
Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan terdapat di daerah penduduk
dan pesisir pantai, untuk mata pencaharian masyarakat tersebut adalah nelayan
dan petani berkebun.
6. Presepsi Masyarakat
Terkait dengan rencana pembagunan pabrik pengolahan nikel berserta
sarana dan prasaranannya oleh PT. Primatama Bersama akan menyebabkan
beberapa presepsi masyarakat.
7. Kesehatan
Kabupaten Halmahera Selatan, Kecamatan Obi memiliki sarana kesehatan
diantaranya rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu (pustu) posyandu dan
polindes.
32
1. Pelaksanaan Sosialisasi Studi AMDAL Pembangunan Pabrik Pengolahan
Bijih Nikel dan Fasilitas Penunjangnya, PT Primatama Bersama,
Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, surat kabar lokal
Halmahera Selatan . Hingga saat ini, belum ada masyarakat yang
memberikan masukan atau saran mengenai rencana pembangunan Pabrik
Pengolahan Bijih Nike dan fasilitas pendukungnya, PT Primatama
Bersama, Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan.
2. Pelaksanaan Konsultasi Publik di Kabupaten Halmahera Selatan. Kegiatan
konsultasi publik dihadiri oleh masyarakat setempat, BLH (Badan
Lingkungan Hidup) Halmahera Selatan, BLH (Badan Lingkungan Hidup)
Provinsi Maluku Utara, kelurahan dan desa, pimpinan Polsek dan staf turut
serta dalam kegiatan ini. Dalam kegiatan ini, tim AMDAL pembangunan
pabrik pengolahan bijih nikel dan fasilitas pendukungnya, PT Primatama
Bersama, mendapatkan saran/tanggapan dari masyarakat terdampak dan
tokoh masyarakat di Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan.
33
d. Adanya bantuan terhadap pembangunan desa yang terkait dengan sarana
dan prasaranaumum dan fasilitas sosial melalui kegiatan community
development.
b. Tahan Konstruksi
Pada tahap kontruksi, diperkirakan akan menimbulkan dampak potensial
untuk komponen geo-fisik-kimia, sebagai berikut :
1. Perubahan iklim mikro
2. Penurunan kualitas udara
3. Peningkatan kebisingan
4. Potensi limbah padat dan cair (B3 dan non B3)
5. Peningkatan debit aliran permukaan
c. Tahap Operasi
Pada tahap operasi diperkirakan akan menimbulkan dampak potensial
terhadap komponen geo-fisik-kimia, yaitu :
1. Perubahan iklim mikro
2. Penurunan kualitas udara
3. Peningkatan kebisingan
4. Potensi limbah padat dan cair (B3 dan non B3)
34
5. Peningkatan debit aliran permukaan
d. Tahap Pasca Operasi
Pada tahap pasca operasi diperkirakan akan menimbulkan dampak potensial
terhadap komponen geo-fisik-kimia, yaitu perubahan iklim mikro. Perubahan
iklim mikro ini terjadi pada proses penutupan pabrik karena dilakukan revegetasi
bekas lokasi pabrik. sehingga temperatur menurun dan kelembapan udara
meningkat.
B. Komponen Biologi
a. Tahap Pra konstruksi
Pada tahap Pra konstruksi ini diperkirakan tidak terjadi dampak potensial
pada komponen biologi, karena tidak ada aktivitas penting yang merusak
komponen tersebut.
b. Tahap Konstruksi
Pada tahap konstruksi ini diperkirakan akan menimbulkan dampak potensial
terhadap komponen biologi, sebagai berikut :
1. perubahan Indeks keragaman atau kerapatan vegetasi darat
2. Migrasi fauna
3. Gangguan biota perairan
c. Tahap Operasi
Pada tahap operasi ini diperkirakan akan menimbulkan dampak potensial
terhadap komponen biologi, sebagai berikut :
1. Migrasi fauna
2. Gangguan biota perairan.
35
akan menimbulkan dampak potensial meningkatnya Indeks kerapatan dan
keragaman vegetasi darat.
b. Tahap Konstruksi
Pada tahap konstruksi ini diperkirakan akan menimbulkan dampak potensial
terhadap komponen sosial ekonomi budaya, sebagai berikut :
1. Migrasi penduduk
2. Peningkatan kesempatan kerja
3. Peningkatan kesempatan berusaha
4. Perubahan pendapatan masyarakat
5. Perubahan sifat dan persepsi masyarakat
c. Tahap Operasi
Pada tahap Operasi ini diperkirakan akan menimbulkan dampak potensial
terhadap komponen sosial ekonomi budaya, sebagai berikut :
1. Migrasi penduduk
2. Peningkatan kesempatan kerja
3. Peningkatan kesempatan berusaha
4. Perubahan pendapatan masyarakat
5. Perubahan sifat dan persepsi masyarakat
36
2. Peningkatan kesempatan kerja
3. Peningkatan kesempatan berusaha
4. Perubahan pendapatan masyarakat
5. Perubahan sifat dan persepsi masyarakat
b. Tahap konstruksi
Pada tahap konstruksi ini diperkirakan akan menimbulkan dampak potensial
untuk komponen kesehatan masyarakat, sebagai berikut:
1. Penurunan sanitasi lingkungan
2. Potensi terjadinya penyakiy dan gangguan K3
c. Tahap operasi
Pada tahap operasi diperkirakan akan menimbulkan dampak potensial untuk
komponen kesehatan masyarakat, sebagai berikut:
1. Penurunan sanitasi lingkungan
2. Potensi terjadinya penyakit dan gangguan K3
37
Pasca
Pra Kontruksi Konstruksi Oprasi
No Komponen Lingkungan Oprasi Keterangan
1 2 3 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2
1. A. Komponen Geologi-Fisika-Kimia Tahap Pra Kontruksi
1. Iklim 1. Perizinan
2. Kualitas Udara 2. Sosialisasi
3. Kebisingan 3. Pembebasan lahan
4. Kualitas Air Tahap Kontruksi
5. Kualitas Tanah 1. Penerimaan tenaga kerja
= Dampak Penting
Penting
Tabel 2.9 Matriks hasil evaluasi dampak potensial rencana kegiatan pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel besertafasilitas
penunjangnya
38
2.4.2. Evaluasi Dampak Potensial
A. Dampak Negatif Penting
Dampak negatif penting akibat dari adanya kegiatan pembangunan pabrik
pengolahan nikel berserta sarana dan prasarananya oleh PT. Primatama Bersama
mulai dari pra konstruksi sampai pasca konstruksi adalah persepsi masyarakat
yang negatif mengenai polusi udara yang ditimbulkan karena lalu lalang
kendaraan pengangkut bijih. Selain itu juga perubahan kualitas air permukaan dan
air tanah juga memengaruhi kegiatan masyarakat sekitar yang disebabkan oleh
limbah hasil pengolahan nikel.
39
3. Aspek lalu lintas, terutama gangguan arah lalu lintas.
4. Aspek lingkungan yang berkaitan dengan sampah, limbah dan pola
penyakit.
5. Aspek sosial-ekonomi yang berkaitan dengan kesempatan kerja,
keselamatan kerja dan pendapatan masyarakat.
6. Aspek sosial-budaya yang berkaitan dengan persepsi masyarakat.
B. Batas Ekologis
Batas ekologis untuk membangun pabrik pengolahan bijih nikel dan fasilitas
pendukungnya adalah PT. Primatama Bersama yang terletak di desa Kawasi,
Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, merupakan lokasi yang
kemungkinan besar akan mengalami perubahan mendasar, dan wilayah di sekitar
tapak proyek kemungkinan akan mengalami perubahan mendasar karena adanya
kegiatan proyek seperti, perubahan kualitas air, perubahan kualitas udara,
peningkatan kebisingan, perubahan indeks keanekaragaman flora (vegetasi, darat,
pantai), fauna, dan biota perairan. Batas ekologis yang digunakan untuk
melakukan studi ANDAL ditunjukkan pada peta wilayah studi.
C. Batas Sosial
Batas-batas sosial ditentukan berdasarkan distribusi dampak sosial-ekonomi,
sosial-budaya dan kesehatan masyarakat yang signifikan sebagai akibat dari
proyek. Oleh karena itu batas sosial dipisahkan dari masyarakat yang berada di
lokasi batas administrasi dan juga mencakup kelompok masyarakat yang berada di
luar lokasi proyek tetapi dengan kepentingan yang terkait dengan pembangunan
40
fasilitas pengolahan bijih nikel dan fasilitas pendukungnya PT. Primatama
Bersama yang memiliki dampak positif dan negatif melalui industri, terutama
kegiatan ketenagakerjaan, pembangunan fasilitas umum dan sosial.
D. Batas Administratif
Batas administrasi yang dimaksud adalah tempat dimana masyarakat bebas
melakukan kegiatan sosial, ekonomi, dan sosial budayanya, dengan tunduk pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Manajemen adalah pembangunan
pabrik pengolahan bijih nikel dan fasilitas pendukungnya di PT. Primatama
Bersama. Batas-batas administrasi yang digunakan untuk melakukan survei
ANDAL pada PT. Primatama Bersama di Desa Kawasi, Kecamatan Obi,
Kabupaten Halmahera Selatan, dapat dilihat di pada daerah penelitian. Pabrik
pengolahan bijih nikel dan fasilitas pendukungnya, PT. Primatama Bersama
terindikasi pada peta wilayah studi.
41
2. Perubahan rona lingkungan hidup tanpa ada kegiatan
3. Kebijakan pemerintah tidak berubah
Diperkiran batas waktu kajian pada studi ANDAl ini yaitu 20 – 25 tahun
selama kegaitan dimulai baik itu pabrik pengolahan maupun fasilitas penunjang
yang ada pada PT. Primatama Bersama.
42
BAB III
3. METODE STUDI
3.1. METODE PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA DATA
Data yang digunakan dalam penyusunan AMDAL rencana kegiatan
pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel beserta fasilitas penunjangnya yang
terdapat pada PT. Primatama Bersama di Kecamatan obi, Kabupaten Halmahera
Selatan, terdiri atas dua jenis data, yaitu :
1. Data primer adalah hasil survei, observasi, dan data yang diperoleh dengan
pengukuran langsung (spot check). Selain itu, data primer juga akan
diperoleh melalui pengumpulan informasi faktual dan wawancara dengan
masyarakat yang diduga terkena dampak pembangunan pabrik pengolahan
bijih nikel yang diusulkan dan fasilitas pendukungnya. PT. Primatama
Bersama di Kecamatan obi, Kabupaten Halmahera Selatan.
a. Wawancara adalah proses pengumpulan data yang dilakukan secara
langsung atau tidak langsung dengan menggunakan pertanyaan
terstruktur atau tidak terstruktur.
b. Observasi,merupakan suatu kegiatan ilmiah empiris yang mengalami
panca indera tanpa manipulasi, berdasarkan fakta lapangan dan teks.
Teknik observasi dilakukan untuk mengamati kondisi secara langsung di
lapangan. Observasi dilakukan untuk menemukan kebenaran tentang
kebutuhan.
2. Data sekundar, merupakan data yang dihimpun dari hasil penelitian yang
relevan dengan rencana kegiatan pembangunan pabrik pengolahan bijih
nikel beserta fasilitas penunjangnya oleh PT. Primatama Bersama, studi
analogi di daerah lain, studi pustaka,dan informasi dari instansi/dinas
terkait lainnya.
43
3.1.1. Komponen Geo-Fisika-Kimia
1. Iklim
a. Pengumpulan Data
Data iklim diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Halmahera
Selatan yang meliputi tekanan udara, suhu udara, curah hujan selama beberapa
tahun terakhir dengan komponen dan metode pengumpulan data iklim.
b. Analisis Data
Tekanan udara adalah tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara
setiap luasan tertentu (Syahkelilauw, 2011). Pengukuran tekanan udara dengan
cara perhitungan, maka menggunakan rumus sebagai berikut :
Ph = (Pu – h/100) cmHg
Dimana
Ph = tekanan pada ketinggian H
Pu = tekanan pada permukaan air laut
h = tinggi suatu tempat
Dari persamaan diatas, maka jika mencari h dapat dicari dengan persamaan
berikut :
h = (Pu-Ph)x 100 m
44
bulanan dan suhu rata-rata bulanan digunakan untuk menentukan suhu rata-rata
tahunan.
Ketinggian suatu tempat yang ada di permukaan bumi berpengaruh terhadap
tekanan udara dan suhu udara. Semakin tinggi tempat di permukaan bumi,
semakin rendah suhu udaranya. Menurut Braak:
0,61−h
t = 26,3˚C - 100
Keterangan :
t = suhu udara
26,3 C = suhu rata-rata tahunan
0,61 C = gradien suhu setiap kenaikan 100 m
h = ketinggian tempat
Dalam indeks temperatur memiliki beberapa kriteria antara lain panas, agak
panas, sejuk, agak dingin, dan dingin. Sedangkan untuk parameter kualitas
keadaan iklim memiliki kriteria antara lain basah, lembab, agak lembab, agak
kering, dan kering.
Data curah hujan dikumpulkan selama 5 tahun kebelakang di daerah
penelitian yaitu dari tahun 2015-2020. Hujan rata-rata daerah penelitian dihitung
dengan metode rerata aritmatik sebagaimana berikut:
𝑃 = 𝑃1+𝑃2+𝑃3+ . . .+𝑃𝑛/𝑛
2. Kualitas Udara
a. Pengumpulan Data
Metode pengukuran kualitas udara mengacu kepada peraturan pemerintah No.
41 Tahun1999. Setiap titik pengukuran dicatat posisi koordinatnya dengan alat
GPS. Pengumpulan data kualitas udara memiliki beberapa paremeter yang diukur
seperti konsentrasi gas CO, CO2, SO2 dan lainnya. Metode pengukuran kualitas
udara dan paramaternya seperti pada Tabel 3.2 berikut.
no Parameter metode Baku mutu
1 CO CO Analizer 3000
2 CO2 Gas Monitor -
3 SO2 Gas Monitor 900
45
4 TSP Gravimeter 230
Tabel 3.11 Matriks Parameter dan Metode Pengukuran Kualitas Udara
b. Analisis Data
Hasil pengukuran kualitas udara dianilisis dilaboratorium dengan metode yang
sesuai oleh paremeternya seperti pada Tabel 3.2. Hasil analisis akan dibandingkan
dengan baku mutu.
Indeks pencemaran udara (Air Pulution Indeks API) dihitung berdaasarkan
metode yang dikembangkan oleh anjaneyul dan maneckam 2007 (environmental
inpact assessment methodologies) berdasarkan persmaan :
( )
n
1 Ci
API= ∑ ×100
n i=1 Cis
Keterangan:
C is = konsentrasi gas terukur
C i = satndar kualitas udara.
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter
Tercemar Tercemar Kurang
Lingkungan Tercemar Bersih
Berat Ringan Bersih
3. Kebisingan
a. Pengumpulan Data
Tingkat kebisingan akan diukur menggunakan soundmeter setiap jangka
waktu yang ditentukan misalnya 5 detik selama 10 menit dengan titik pengukuran
akan dicatat posisi koordinantnya dengan GPS. Mengacu pada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No.Kep-48/ MenLH/11/1996.
b. Analisis Data
Hasil pengukuran kebisingan akan dianalisis menggunakan rumus yang
tercantum dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
46
KEP-48/MENLH/11/1996. Memiliki beberapa kriteria/skala kualitas antara lain
sangat buruk, buruk, sedang, baik dan sangat baik.
Dampak peningkatan kebisingan yang dihasilkan bunyi mesin kendaraan dan
pabrik diperkirakan dengan menggunakan model matematis pada kegiatan :
a. Mobilisasi peralatan dan material konstruksi, (sumber bergerak),
LP1=LP010 log ( )
R1
R0
( )
LP1=LP0 20 log
R1
R0
Keterangan :
LP0 = Tingkat kebisingan pada jarak R0, tingkat kebisingan standar
misalnya
5ft, dB(A)
LPi = Tingkat kebisingan pada jarak R1, dB(A)
R0 = Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 1
R1 = Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 2
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter
Sangat Sangat
Lingkungan Buruk Sedang Baik
Buruk Baik
Tingkat Kebisingan
>60,0 58,1-60,0 55,1-58,0 50,1-55,0 <50,0
pemukiman (dBA)
Tingkat Kebisingan
>85 80,1-85,0 75,1-80,0 70,1-75,0 <70,0
pabrik (dBA)
Tabel 3.13 Matriks Skala Kualitas/Kriteria Kebisingan
4. Kualitas Air
a. Pengumpulan Data
47
Pengambilan sampel dan analisis air akan dilakukan untuk mendapatkan
gambaran dasar tentang keadaan kualitas air di wilayah studi. Titik pengambilan
sampel terkonsentrasi di sekitar lokasi pembangunan pabrik. Parameter dan
metode pengukuran kualitas ditunjukkan pada Tabel 3.5 di bawah ini.
48
Parameter
Fisika
War Jumlah zat padat terlarut
Kekeruhan Temperatur Rasa Bau
na (TDS)
Tidak
Satuan NTU TCU mg/l ˚C Tidak Berasa
Berbau
Baku
25 50 1000 Suhu Udara ± 3
mutu
Kimia
Kesadah
Total
Flouri an Nitrit(NO2 Surfactans, Sulfat,
pH Nitrat (NO3-N) Cianida,CN organik,
da, F jumlah -N) MBAS SO4
KMnO4
(CaCO3)
Satuan mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
6
Baku
sampa 1,5 500 10 1 0,1 0,005 400 10
mutu
i9
Biologi
Total Coliform E Coli
Satuan CFU/100 mL CFU/100 mL
Baku
50 0
mutu
Tabel 3.14 Matriks Parameter dan Baku Mutu Kualitas Air
49
b. Analisis Data
Hasil analisis air ditandai dengan PP no. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan perlindungan air. Mengenai kualitas air laut diatur dengan
Keputusan No. 51/MENLH/2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut.
Selain itu, tingkat pencemaran air dihitung berdasarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003. Memiliki beberapa kriteria/skala
kualitas antara lain sangat tercemar, tercemar berat, tercemar sedang, tercemar
ringan dan memenuhi baku mutu.
5. Kualitas Tanah
a. Pengumpulan Data
Di daerah Kawasi, Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Halmahera Selatan,
Kecamatan Obi, yang akan dibangun pabrik nikel dari PT. Primatama Bersama ini
memiliki jenis tanah podzol yang sebagian tanahnya adalah tanah gambut. Lahan
yang akan digunakan untuk pembangunan pembuatan pabrik dari PT. Primatama
Bersama ini memiliki tingkat kesuburan yang rendah hingga sedang. Dimana
lahan ini memiliki vegetasi dengan curah hujan rendah, hanya ditumbuhi dengan
tanaman tak berkayu seperti rerumputan dan semak belukar yang dapat
beradaptasi di wilayah tersebut. Proses pengumpulan data dalam menentukan
tingkat kesuburan tanah dilakukan dengan cara manual, yaitu dilakukan dengan
pengecekan langsung di lapangan.
Berdasarkan jurnal Penentuan Tingkat Kesuburan Tanah Di Balai Penyuluhan
Pertanian Perikanan Dan Kehutanan Dengan Menggunakan Algoritma Naive
Bayes Dalam Data Mining, penentuan jenis tanah dilakukan dengan menggunakan
algoritma Naive Bayes yang ditentukan berdasarkan tingkat kesuburannya.
Kriteria tanah yang digunakan terbagi atas tujuh bagian, yaitu:
1. Tanah Regosol
2. Tanah Latosol
3. Tanah Organosol
4. Tanah Aluvium
5. Tanah Podzol
6. Tanah Laterit
50
7. Tanah Litosol
b. Analisis Data
Analisis kualitas tanah memiliki beberapa kriteria/skala kualitas antara lain
kurang subur, subur dan subur berkaitan dengan parameter jenis tanah dan sampel
tanah pada wilayah lingkup studi.
Proses perhitungan dalam sistem ini menggunakan metode naive bayes yang
meliputi beberapa tahap seperti pengklasifikasian jenis tanah, mencari probabilitas
tiap atribut, serta mencari nilai terbesar untuk menghasilkan keputusan sebagai
tanah yang subur dan cocok untuk suatu tanaman. Untuk menghitung probabilitas
bersyarat yang menghasilkan keputusan dapat dimisalkan dengan menggunakan
tabel yang telah ditentukan. Adapun proses yang dilakukan adalah dengan
menentukan nilai probabilitas atribut sebagai berikut:
P ( E │ H ) X ( H)
P(H│E)=
P ( E)
Pada rumus di atas, maka akan dikonfersi ke algoritma naive bayes untuk
menghasilkan nilai probabilitas, maka dirincikan sebagai berikut dimana logika
Visual Basic:
P(H│E): Probabilitas akhir bersyarat (Conditional Probability) suatu hipotesis
H terjadi jika diberikan bukti (Evidance) E terjadi, P(H│E) : Probabilitas sebuah
bukti E terjadi akan mempengaruhi hipotesis P(H) : Probabilitas awal (Priori)
hipotesis H terjadi tanpa memandang bukti apapun, P(E) : Probabilitas awal
(Priori) bukti E terjadi tanpa memandang hipotesis atau bukti yang lain.
51
Algoritma Naive Bayes dalam visual basic 6.0 P(H│E)= Nilai keterangan
berdasarkan kriteria jenis tanah apabila sangat baik, maka nilai skor 1, baik nilai
skor 0,75, cukup nilai skor 0,5, dan kurang dengan skor 0,25.
H = jika jenis tanah litosol, gluosol, rigosol, organosol, humus, dan gambut
E = hasil
Hasil pengujian status tingkat kesuburan tanah di atas dapat dilihat pada
Tabel matriks berikut
PARAMETER
Nama
No Jenis Kualitas Prediksi Naive
Daerah Nilai
Tanah tanah Bayes
1 Kawasi Podzol Kurang subur 0,342 C
2 Woi Lower Gambut Subur 0,678 B
3 Laiwui Orgasonol Kurang subur 0,252 C
Tabel 3.15 Matriks Parameter dan Metode Kualitas Tanah
52
Gambar 3.2 Desain Plot Inventarisasi Vegetasi
b. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
dilakukan untuk mendeskripsikan jenis tanaman (rumput, semak, kolom dan
pohon). Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman dan
struktur vegetasi.
2. Fauna
a. Pengumpulan Data
Pengambilan data burung menggunakan unit contoh kombinasi transek garis
dan lingkaran yaitu Variable Circular Plot (VCP). Jarak antar titik pusat plot yang
satu dengan lainnya adalah 100 m dengan panjang transek 1 km (Gambar 5).
Pengamatan harian burung dilakukan pada pagi hari (06:00-09:00 WIT), sore hari
(15:00-18:00 WIT) dan malam hari (19.00-21.00 WIT). Pengamatan ini
53
disesuaikan dengan aktivitas pergerakan burung yang bersifat diurnal dan
nokturnal guna memperoleh peluang perjumpaan langsung. Parameter
pengambilan data jenis burung berupa jenis dan jumlah. Pencatatan data dilakukan
dengan mengamati burung pada seluruh luas lingkaran pengamatan yang dicatat
dalam interval waktu 5 menit selama 15 menit untuk setiap titik pengamatan.
Pengamatan dilaksanakan dengan dua kali ulangan pada setiap jalurnya.
Pengumpulan data mamalia terestrial maupun arboreal dilakukan pada unit
contoh berbentuk garis, yakni metode transek garis (line transect) sepanjang 1 km
untuk setiap unit contoh (Gambar 4). Periode pengamatan harian mamalia
dilakukan pada pagi hari (06:00-09:00 WIT), sore hari (15:00-18:00 WIT) dan
malam hari (19.00-21.00 WIT). Periode pengamatan ini disesuaikan dengan
aktivitas pergerakan mamalia yang bersifat diurnal dan nocturnal. Pengambilan
data mamalia juga dilakukan dengan metode perangkap (trap). Alat yang
digunakan berupa kamera trap, perangkap mamalia kecil, dan jala kabut.
Penggunaan metode ini digunakan untuk memperoleh data tambahan dari jenis-
jenis mamalia yang sensitif atau relatif sulit dijumpai secara langsung.
Pengambilan data fauna yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan, Pulau Obi
menggunakan studi analogi di daerah lain, studi pustaka,dan informasi dari
instansi/dinas terkait di Kabupaten Halmahera Selatan, Pulau Obi.
54
b. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
dilakukan untuk mendeskripsikan spesies fauna. Analisis kuantitatif dilakukan
untuk mengetahui keanekaragaman fauna.
3. Biota Laut
a. Pengumpulan Data
Pengambilan data biota laut yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan, Pulau
Obi menggunakan studi analogi di daerah lain, studi pustaka,dan informasi dari
instansi/dinas terkait di Kabupaten Halmahera Selatan, Pulau Obi.
b. Analisis Data
Parameter biologi yang diamati adalah plankton. Identifikasi plankton
menggunakan buku identifikasi Newell dan Newell (1963). Kelimpahan
fitoplankton diamamti dengan menggunakan formulasi Hutabarat et al. (2013)
berikut:
𝑵 (𝒊𝒏𝒅/𝑳) = 𝟏𝟎𝟎(𝑷 × 𝑽) /𝟎, 𝟐𝟓𝝅𝑾
Keterangan:
N = jumlah plankton per liter
P = jumlah plankton tercacah
V = volume sampel plankton yang tersaring (ml)
W = volume sampel air yang Tersaring (L)
Sementara kelimpahan zooplankton diamatai dengan menggunakan rumus
Wardhana (2003) berikut
𝑫 = (𝑰/𝒑)𝒒(𝟏/𝒗)
Keterangan :
D = Jumlah plankton per m3 (ind/m3)
q = Jumlah plankton di bogorov
p = volume sampel plankton di bogorov (ml)
l = Volume sampel plankton yang disaring (ml)
55
3.1.3. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Kependudukan
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data penduduk atau kependudukan meliputi data sekunder dan
data primer. Data sekunder diperoleh melalui Badan Pusat Statistik Halmahera
Selatan (BPS) dan monografi kecamatan. Informasi dasar diperoleh melalui
wawancara dan observasi langsung di lokasi.
b. Analisis Data
Analisis data kependudukan memiliki beberapa kriteria/skala kualitas antara
lain sangat buruk, buruk, sedang, baik dan sangat baik, hal tersebut berhubungan
langusung dengan pertumbuhan penduduk.
2. Kemiskinan
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data kemiskinan meliputi data sekunder dan data primer. Data
sekunder diperoleh melalui Badan Pusat Statistik Halmahera Selatan (BPS) dan
monografi kecamatan. Informasi dasar diperoleh melalui wawancara dan
observasi langsung di wilayah stiudi terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi di
wilayah studi.
b. Analisis Data
Analisis data kemiskinan memiliki beberapa kriteria/skala kualitas antara
lain sangat buruk, buruk, sedang, baik dan sangat baik, hal tersebut berhubungan
langusung dengan presentase penduduk miskin, pendapatan perkapita dan lain-
lain.
3. Pendidikan
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pendidikan meliputi data sekunder dan data primer. Data
sekunder diperoleh melalui Badan Pusat Statistik Halmahera Selatan (BPS) dan
monografi kecamatan. Informasi dasar diperoleh melalui wawancara dan
observasi langsung di lokasi.
56
b. Analisis Data
Analisis data pendidikan memiliki beberapa kriteria/skala kualitas antara
lain sangat buruk, buruk, sedang, baik dan sangat baik, hal tersebut berhubungan
langusung dengan angka partisipasi sekolah, banyaknya sekolah, banyaknya
murid beserta guru yang ada.
4. Keagamaan
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data keagamaan meliputi data sekunder dan data primer. Data
sekunder diperoleh melalui Badan Pusat Statistik Halmahera Selatan (BPS) dan
monografi kecamatan. Informasi dasar diperoleh melalui wawancara dan
observasi langsung di lokasi.
b. Analisis Data
Analisis data keagamaan memiliki beberapa kriteria/skala kualitas antara
lain sangat buruk, buruk, sedang, baik dan sangat baik, hal tersebut berhubungan
langusung dengan banyaknya agama yang dianut beserta jumlah penduduk di
Kabupaten Halmahera Selatan
5. Mata Pencaharian
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pencaharian meliputi data sekunder dan data primer.
Data sekunder diperoleh melalui Badan Pusat Statistik Halmahera Selatan (BPS)
dan monografi kecamatan. Informasi dasar diperoleh melalui wawancara dan
observasi langsung di lokasi.
b. Analisis Data
Analisis data pencaharian memiliki beberapa kriteria/skala kualitas antara
lain sangat buruk, buruk, sedang, baik dan sangat baik, hal tersebut berhubungan
57
langusung dengan sektor pertanian, perikanan, perkebunan serta jumlah pada
setiap sektor.
6. Kesehatan
a. Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data kesehatan masyarakat yang ada di Kabupaten
Halmahera Selatan. Dilakukan wawancara terhadap sejumlah pejabat terkait serta
masyarakan yang ada di kecamatan Obi. Melakukan kegiatan pengamatan
langsung terhadap kesehatan yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan.
Pengumpulan data pencaharian meliputi data sekunder dan data primer. Data
sekunder diperoleh melalui Badan Pusat Statistik Halmahera Selatan (BPS).
b. Analisis Data
Analisis data kesehatan memiliki beberapa kriteria/skala kualitas antara lain
sangat buruk, buruk, sedang, baik dan sangat baik, hal tersebut berhubungan
langusung dengan sarana kesehatan yang ada pada wilayah studi dan tenaga
kesehatan yang ada pada wilayah studi.
Tingkatan kualitas kesehatan masyarakat dengan menggunakan parameter
pengunjung unit pelayanan keseahatan dan banyaknya tenaga kesehatan, rumus
yang digunakan adalah :
R = (UM) x 100%
Keterangan :
R = tingkat pelayanan kesehatan
U = jumlah penduduk dilayani/pengunjung
M = jumlah tenaga kesehatan di instansi
58
Dampak-dampak penting yang dapat diukur menggunakan metode ini
adalah Curah Hujan, tekanan udara, suhu udara, kualitas udara, kebisingan dan
kualitas air.
b. Metode analogi
Perkiraan nilai dampak ditentukan oleh para ahli atau pakar. Digunakan
ketika data yang tersedia terbatas dan tidak ada gejala prediktif yang diketahui.
Pertama, ditentukan skala kualitas lingkungan dari 5 sangat baik hingga 1 sangat
buruk. Parameter yang umum digunakan kesehatan lingkungan, vegetasi, sikap
dan pekerjaan masyarakat, ketenagakerjaan, serta kesehatan dan keselamatan
kerja.
c. Metode prakiraan dampak penting
Untuk menentukan apakah dampak tersebut signifikan atau tidak, mengacu
pada PP No. 27/2012 untuk memperkirakan signifikansi dampak. Penentuan
signifikansi pengaruh ini dapat dibedakan menjadi dampak penting (P) dan
dampak tidak penting (TP). Pedoman untuk menentukan signifikansi suatu
dampak adalah dampak tersebut penting (P) atau tidak penting (TP) berdasarkan
kriteria sebagai berikut:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak, apabila masnusia di wilayah studi
yang terkenadampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari
usaha/kegiatan, jumlahnya samaatau lebih besar dari jumlah manusia yang
menikmati manfaat dari usaha kegiatan diwilayah studi.
2. Luas wilayah persebaran dampak, apabila rencana suatu kegiatan
mengakibatkan adanyawilayah yang mengalami perubahan mendasar dari
segi intensitas dampak, atau tidak berbaliknya dampak atau segi kumulatif
dampak.
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, apabila :
a. Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-
sifat fisik danatau hayati lingkungan yang melampaui baku mutu
lingkungan menurut praturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan mendasar
pada komponenlingkungan yang melampaui kriteria baku mutu
59
c. Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan spesies-spesies
langka dan atauendemik, dan atau dilindungi menurut undang-undang
yang berlaku terancam punah,atau habitat aslinya mengalami kerusakan
d. Rencana usaha atau kegiatan akan merusak atau memusnahkan benda-
benda bangunansejarah yang bernilai tinggi
e. Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan konflik atau
kontroversi denganmasyarakat, pemerintah daerah atau pemerintah
pusat, dan atau menimbulkan konflikatau kontroversi di kalangan
masyarakat, pemerintah daerah atau pemerintah pusat.
f. Rencana usaha atau kegiatan akan mengubah atau memodifikasi areal
yang mempunyainilai keindahan alami yang tinggi
4. Banyaknya komponen lain yang terkena dampak, apabila rencana
usaha/kegiatanmenimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan
lainnya yang jumlah komponennyalabih atau sama dengan komponen
lingkungan yang terkena dampak primer.
60
Tahap akhir rangkaian ANDAL bertujuan untuk mengkaji secara
komprehensif berbagai faktor lingkungan yang terkena dampak penting sebagai
dasar penilaian kelayakan lingkungan dari kegiatan/usaha yang diusulkan. Dalam
menilai dampak lingkungan, aspek sosial dianalisis dari aspek fisik, kimia dan
biologi. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan didasarkan pada penetapan
kelayakan lingkungan hidup dalam PP No. 27 Tahun 1999, Pasal 22 ayat 1, yang
berarti bahwa proyek pembangunan jarang ditolak dari segi lingkungan, dan
proyek alternatif dipertimbangkan terlebih dahulu. membuat sebuah keputusan.
aktivitas.
61