You are on page 1of 249

1

KAJIAN YURIDIS PERBUATAN PUNGUTAN LIAR SEBAGAI TINDAK


PIDANA (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 82
K/PID.SUS/2011 DAN PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
LUBUK PAKAM NOMOR 874/PID.B/2016/PN LBP)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

MARULI SALAUNGAN HARAHAP


NIM : 160 200 358

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

Universitas Sumatera Utara


2

Universitas Sumatera Utara


i

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Penulis panjatkan bagi Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu untuk menjalani

perkuliahan sampai pada tahap penyelesaian skripsi ini dengan baik.

Adapun skripsi ini berjudul “Kajian Yuridis Perbuatan Pungutan Liar

Sebagai Tindak Pidana (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 82

K/PID.SUS/2011 dan Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam Nomor

874/PID.B/2016/PN LBP)” yang merupakan salah satu syarat akademis untuk

menyelesaikan pendidikan program S-1 di Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara.

Penulis menyadari bahwa hasil penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan

kritik dari para pembaca skripsi ini. Kelak dengan adanya saran dan kritik

tersebut, maka diharapkan penulis dapat menghasilkan karya tulis yang lebih baik.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak dan kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si., selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara (USU) yang telah mengelola dan menyelengggarakan

Universitas sesuai visi dan misi USU.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memimpin

Universitas Sumatera Utara


ii

penyelenggaraan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat,

serta membina tenaga pendidik dan mahasiswa di lingkungan fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. O.K. Saidin, S.H., M.Hum., selaku pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu Dekan

dalam memimpin pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat.

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu

Dekan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan dibidang administrasi

umum.

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu

Dekan dalam pelaksanaan kegiatan dibidang pembinaan dan pelayanan

kesejahteraan mahasiswa.

6. Ibu Liza Erwina, S.H., M.Hum., selaku pelaksana tugas ketua Departemen

Hukum Pidana dan juga sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I penulis.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-

besarnya atas segala bantuan, kritikan, saran yang diberikan kepada

penulis, yang mana hal tersebut sangat membangun dan tidak mempersulit

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu, serta sabar dan perhatian

penuh yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penulis.

Universitas Sumatera Utara


iii

7. Bapak Dr. Mohammad Ekaputra, S.H., M.Hum., selaku Dosen

Pembimbing II. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada bapak atas

segala bantuan, kritikan, saran yang sangat membangun dan tidak

mempersulit penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta sabar dan

perhatian penuh yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penulis.

8. Bapak Prof. Dr. Alvi Syahrin, S.H., M.S., bapak Prof. Dr .Syafruddin

Kalo, SH. M.Hum, bapak Prof. Dr. Madiasa Ablisar, S.H., M.S., bapak

Prof. Dr. Ediwarman, S.H., M.Hum, bapak Prof. Dr. Suwarto, S.H., M.H.,

Syafruddin S.H., M.H., D.F.M., bapak Dr. Edi Yunara, S.H., M.Hum,

bapak Dr. Mahmud Mulyadi, S.H., M.Hum, bapak Alwan, S.H., M.Hum

dan bapak Muhammad Din Al Fajar, S.H., M.H selaku sebagai Dosen

dalam Program kekhususan Hukum Pidana.

9. Ibu Dr. Marlina, S.H., M.Hum, Ibu Nurmalawaty, S.H., M.Hum, Ibu

Rafiqoh Lubis, S.H., M.Hum, dan Ibu Wessy Trisna, S.H., M.H. selaku

sebagai Dosen dalam Program kekhususan Hukum Pidana.

10. Bapak/Ibu Dosen fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara seluruhnya

yang telah mendidik dan membimbing penulis selama tujuh semester

dalam menempuh pendidikan perkuliahan di fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

11. Orang Tua saya yang saya cintai dan banggakan, ayah Ali Mukti Harahap

dan ibu (Teti Ratnawati) yang selalu turut setia mendoakan penulis,

mendidik dan memberi kepercayaan dalam menempuh pendidikan kepada

penulis, kakak saya (Malinda Aurora Erauki Harahap dan Yunita Tiffany

Universitas Sumatera Utara


iv

Harahap) yang sudah merawat saya dari kecil sampai dewasa dan selalu

setia juga mendoakan penulis. Tidak lupa juga penulis mengucapkan

kepada keluarga besar Batang Baruhar dan Situraja yang selalu

memotivasi dan mengajari penulis dalam masa pendidikan.

12. Teman-teman didalam dan diluar kampus yang tidak bisa disebutkan satu

persatu.

Universitas Sumatera Utara


v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ v

ABSTRAKSI ............................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................... 9

C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 9

D. Mantaat Penulisan .............................................................................. 9

E. Keaslian Penulisan ............................................................................. 10

F. Tinjauan Kepustakaan ......................................................................... 14

1. Pengertian Pungutan Liar ............................................................. 14

a. Pengertian Pungutan Liar berdasarkan Putusan Mahkamah

Agung Nomor 82 K/Pid.Sus/2011 .......................................... 15

b. Pengertian Pungutan Liar berdasarkan Putusan Pengadilan

Negeri Lubuk Pakam Nomor 874/PID.B/2016/PN LBP ........ 17

2. Pengertian Tindak Pidana Korupsi .............................................. 19

a. Pengertian Tindak Pidana ...................................................... 19

b. Pengertian Tindak Pidana Korupsi ........................................ 25

3. Pengertian Tindak Pidana Pemerasan ......................................... 39

G. Metode Penulisan ............................................................................... 45

H. Sistematika Penulisan ........................................................................ 48

Universitas Sumatera Utara


vi

BAB II PENGATURAN TERHADAP PERBUATAN PUNGUTAN LIAR

DI INDONESIA

A. Kajian terhadap Perbuatan Pungutan Liar ........................................... 51

B. Pungutan Liar Sebagai Perbuatan Pidana ............................................ 58

1. Pungutan Liar Sebagai Tindak Pidana Korupsi ............................... 62

2. Pungutan Liar Sebagai Tindak Pidana Pemerasan .......................... 70

BAB III UPAYA PENANGGULANGAN PERBUATAN PUNGUTAN LIAR

A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perbuatan Pungutan Liar ........... 76

B. Upaya Penanggulangan Perbuatan Pungutan Liar .............................. 86

1. Penanggulangan Perbuatan Pungutan Liar Melalui Jalur Penal ..... 86

2. Penanggulangan Perbuatan Pungutan Liar Melalui Jalur

Non-Penal ..................................................................................... 93

BAB IV KAJIAN YURIDIS PENERAPAN HUKUM TERHADAP

PERBUATAN PUNGUTAN LIAR YANG TERDAPAT PADA

PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 82 K/PID.SUS/2011

DAN PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LUBUK PAKAM

NOMOR 874/PID.B/2016/PN LBP

A. Kasus Posisi Putusan Mahkamah Agung Nomor

82 K/Pid.Sus/2011 ............................................................................. 100

1. Kronologi Perkara .......................................................................... 100

Universitas Sumatera Utara


vii

2. Pasal yang di Dakwakan ................................................................. 106

3. Tuntutan ......................................................................................... 106

4. Fakta-Fakta Hukum ....................................................................... 109

5. Putusan ........................................................................................... 110

a. Putusan Pengadilan Negeri ........................................................ 110

b. Putusan Mahkamah Agung ...................................................... 113

B. Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 82 K/Pid.Sus/2011 ...... 116

1. Analisis Dakwakan ........................................................................ 116

2. Analisis Tuntutan ........................................................................... 121

3. Analisis Putusan ............................................................................ 123

a. Putusan Pengadilan Negeri ........................................................ 123

b. Putusan Mahkamah Agung ...................................................... 125

C. Kasus Posisi Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam

Nomor 874/Pid.B/2016/PN LBP ....................................................... 128

1. Kronologi Perkara .......................................................................... 128

2. Pasal yang di Dakwakan ................................................................ 129

3. Tuntutan ......................................................................................... 129

4. Fakta-Fakta Hukum ....................................................................... 129

5. Putusan ........................................................................................... 131

D. Analisis Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam

Nomor 874/Pid.B/2016/PN LBP ....................................................... 132

1. Analisis Dakwakan ........................................................................ 132

2. Analisis Tuntutan ........................................................................... 136

3. Analisis Putusan ............................................................................ 138

Universitas Sumatera Utara


viii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 142

B. Saran .................................................................................................... 144

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 147

LAMPIRAN ............................................................................................................ 157

Universitas Sumatera Utara


ix

ABSTRAK

Maruli Salaungan Harahap*)


Liza Erwina, S.H.,M.Hum**)
Dr. Mohammad Ekaputra, S.H., M.Hum***)

Perbuatan pungutan liar yang selanjutnya disebut dengan pungli merupakan


salah satu bentuk tingkah laku atau perbuatan yang secara ekonomis, maupun
psikologis, menyerang atau merugikan mayarakat, dan melukai perasaan dalam
kehidupan bersama yang dirasakan oleh masyarakat.
Pada praktiknya, pungli ini umumnya dilakukan oleh pejabat negeri sipil
atau aparat yang di luar wewenangnya dengan tanpa memiliki izin resmi meminta
sejumlah uang kepada pihak yang berkepentingan dan biasanya perbuatan itu
dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Sampai saat ini pungli belum memiliki aturan hukum yang mengaturnya
secara jelas, namun karena pungli ini dianggap masyarakat sebagai salah satu
bentuk kejahatan, maka terhadap perbuatan ini perlu adanya suatu penerapan
sanksi pidana sebagai bentuk pencegahan maupun pemberantasan pungli. Akibat
ketidakjelasan hukum tersebut, sehingga dalam praktiknya terdapat 2 (dua)
putusan pengadilan yang berbeda dalam penerapan pasal pidananya.
Permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini adalah bagaimana
pengaturan hukum terhadap perbuatan pungli di Indonesia, bagaimana upaya
penanggulangan perbuatan pungli di Indonesia dan bagaimana penerapan
hukum terhadap perbuatan pungli yang terdapat pada Putusan Mahkamah
Agung Nomor 82 K/PID.SUS/2011 dan Putusan Pengadilan Negeri Lubuk
Pakam Nomor 874/PID.B/2016/PN LBP.
Untuk memperoleh data penelitian, digunakan metode penelitian
Normatif. Data sekunder yang dikumpulkan kemudian dianalisa dengan
menggunakan analisa kulitatif dan disampaikan dengan metode deskriptif,
serta metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan studi
kepustakaan.
Setelah dilakukan pembahasan, didapatkan beberapa kesimpulan
bahwa pengaturan hukum terhadap perbuatan pungli di Indonesia sebagai tindak
pidana tidak memiliki kejelasan, upaya penanggulangan perbuatan pungli dapat
ditanggulangi melalui jalur penal dan jalur non-penal, dan Putusan Mahkamah
Agung Nomor 82 K/PID.SUS/2011 menghukum pelaku pungli dengan Pasal 12
huruf e Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dan Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam Nomor
874/PID.B/2016/PN LBP menghukum pelaku pungli dengan Pasal 368 ayat (1)
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Kata Kunci : Pungutan Liar, Pemerasan, Korupsi

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


** Dosen Pembimbing I
*** Dosen Pembimbing II

ix

Universitas Sumatera Utara


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tertinggalnya hukum terhadap bidang-bidang lainnya baru terjadi apabila

hukum tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada suatu waktu

tertentu, apalagi perubahan-perubahan di bidang-bidang lainnya telah melembaga

serta menunjukan suatu kemantapan.1

Hukum seringkali dimaknai sebagai gejala sosial, yaitu suatu gejala yang

terdapat dalam masyarakat.2 Gejala sosial selalu bergerak berkembang mengikuti

naluri manusia yang selalu berusaha menuju ke arah kesejahteraan. Ketika setiap

individu di dalam ruang kehidupan sosial tersebut mengembangkan tindakannya

untuk menuju kesejahteraan, terkadang dilakukan dengan mengganggu hak dari

individu yang lainya, sehingga akan terjadi konflik kepentingan. Konflik

kepentingan terjadi karena kepentingan antara masyarakat itu bertentangan,

sehingga diperlukan peraturan-peraturan yang membatasi hak-hak dan kewajiban

masing-masing supaya jangan saling berbenturan.3 Oleh karena adanya hal

tersebut maka hukum membatasi hak setiap individu secara terukur dan

berimbang, agar setiap hak dari masing individu agar dapat berjalan selaras dan

seimbang sehingga terciptanya keadilan untuk kesejahteraan4. Konsekuensi dari

adanya pembatasan hak tersebut adalah adanya kewajiban. Selain menjalankan

1
Jusmadi Sikumbang, Mengenal Sosiologi dan Sosiologi Hukum, (Medan: Pustaka
Angkasa Press, 2016), hal. 221
2
Wasis S.P., Pengantar Ilmu Hukum, (Malang : UMM Press, 2002), hal. 9
3
Ninik Widiyanti & Yulius Waskita, Kejahatan Dalam Masyarakat dan Pencegahannya,
(Jakarta: PT Bina Aksara, 1987), hal. 8
4
Sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dinyatakan bahwa salah satu tujuan didirikannya Negara Republik
Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum.

Universitas Sumatera Utara


2

hak-haknya, maka setiap individu di dalam ruang sosial yang terikat oleh hukum

di bebankan pula suatu kewajiban kepada mereka.

Hukum di formulasikan sebagai manifestasi gagasan untuk menciptakan

keseimbangan antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu tentunya sebelum ada

hukum, terlebih dahulu ada perisitiwa yang secara harfiah melanggar norma tidak

tertulis di dalam masyarakat. Latar belakang pembuatan aturan hukum itulah

berdasarkan pada fakta empiris, maka aturan hukum itu baru di buat setelah ada

perisitiwa yang “tidak bisa di terima oleh masyarakat pada umumnya”. Oleh

karena itu, apabila belum pernah ada peristiwa tersebut, maka aturan belum ada.

Keadaan seperti inilah yang dapat disebut “Hukum tertinggal dari peradaban

manusia”.5 Melihat keadaan sosial di bidang informasi, teknologi dan peradaban

manusia lainnya yang selalu berkembang, maka akan selalu ada peristiwa baru

yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Salah satu peristiwa baru tersebut dapat

berupa peristiwa di bidang kejahatan.

Kejahatan di dalam masyarakat berkembang seiring dengan perkembangan

masyarakat itu sendiri, karena kejahatan merupakan produk dari masyarakat.

Selama manusia masih memiliki hawa nafsu dan tidak mampu mengekangnya,

kejahatan akan terus berkembang dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan

negara.6 Kejahatan tidak akan dapat hilang dengan sendirinya, sebaliknya kasus

pidana semakin sering terjadi dalam kehidupan masyarakat. Kasus pidana yang

paling sering terjadi adalah jenis kasus pidana dengan kejahatan terhadap harta
5
Hukum merupakan suatu pencerminan dari suatu peradaban. Kebudayaan dan hukum
merupakan sebuah jalinan, yang erat dan sesungguhnya, hukum merosot ke dalam suatu
dekedansi, jika kekurangan-kekurangan dari para pembentuk hukum, memperlihatkan
ketertinggalan berkenaan dengan fakta-fakta dan pemikiran-pemikiran yang berlaku atau yang
mulai berkembang. Lihat Syaiful Bakhri, Kebijakan Kriminal Prespektif Pembaruan Sistem
Peradilan Pidana Indonesia, (Yogyakarta: Total Media & P3IH UMJ, 2010), hal. 6
6
Teguh Sulistia & Aria Zurnetti, Hukum Pidana Horizon Baru Pasca Reformasi, (Depok:
PT Rajagrafindo Persada, 2012), hal. 35

Universitas Sumatera Utara


3

kekayaan. Salah satu bentuk kejahatan yang baru dan berkembang terhadap harta

kekayaan itu adalah perbuatan pungutan liar.

Perbuatan pungutan liar yang selanjutnya disebut dengan pungli

merupakan salah satu bentuk tingkah laku atau perbuatan yang secara ekonomis,

maupun psikologis, menyerang atau merugikan mayarakat, dan melukai perasaan

dalam kehidupan bersama yang dirasakan oleh masyarakat.

Pada praktiknya, perbuatan pungutan liar ini umumnya dilakukan oleh

pejabat negeri sipil atau aparat yang di luar wewenangnya dengan tanpa memiliki

izin resmi meminta sejumlah uang kepada pihak yang berkepentingan dan

biasanya perbuatan itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Pungli termasuk

perbuatan yang ilegal dan dapat digolongkan sebagai tindak pidana. 7 Berdasarkan

hal tersebut, pungli kemudian diakui oleh masyarakat sebagai salah satu bentuk

kejahatan.

Pungli bukan merupakan hal yang baru, pungli adalah fenomena birokrasi

mutakhir yang sebenarnya jejaknya sudah berlangsung sejak zaman dulu, sisa-sisa

budaya patrimonial masa lalu.8 Praktek-praktek melakukan pungutan liar ini

sudah ada sejak dulu. Seperti contoh pada tahun 1974, praktek pungli berhasil di

bongkar oleh Menteri Penertiban Aparatur Negara, J.B. Sumarlin yang menyamar

menjadi Ahmad Sidik pegawai administrasi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

7
Modul Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Pungli oleh Kejaksaan Negeri
Lamongan. Lihat https://lamongankab.go.id/wp-content/uploads/sites/49/2016/12/19.-kejari-
MODUL-PEMBERANTASAN-KORUPSI.pdf. Diakses pada 10 Desember 2019 pukul 20.00
WIB.
8
Disampaikan oleh Adrianus Eliasta Meliala, anggota Ombudsman Republik Indonesia
yang juga mengajar di Departemen Kriminologi Universitas Indonesia. Lihat https://historia.id/
politik/articles/ pungli-tak-pernah-pergi-6mmkj. Diakses pada 7 November 2019 pukul 21.30
WIB.

Universitas Sumatera Utara


4

(RSCM) yang pada saat itu praktek pungli dilakukan oleh oknum Kantor

Bendahara Negara yang menagih uang pelicin.9

Sampai pada tahun 2019, Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar 10 telah

melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) sebanyak 15.323 kali dengan

tersangka sebanyak 24.216 orang dan barang bukti sebanyak Rp.321.864.773.832,

dan adanya sms pengaduan sebanyak 23.534 kali, 36.951 surat, call centre, web,

email dan pengaduan langsung. 11

Praktek melakukan pungli sudah ada dan sudah diakui sejak dulu sampai

saat ini sebagai salah satu bentuk kejahatan atau tindak pidana yang dapat

diberikan suatu sanksi pidana. Walaupun demikian, hingga saat ini baik di dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) ataupun Undang-Undang di luar

KUHP belum memiliki aturan hukum pidana yang mengatur pungli secara jelas

dan khusus yang menyebutkan pungli sebagai tindak pidana dan dapat diberi

sanksi pidana apabila terbukti melakukannya.

Hukum pidana Indonesia mengenal adagium “nulla poena sine culpa

praevia legi poenale” yang di jadikan sebagai salah satu asas legalitas hukum

pidana di Indonesia yaitu “tidak ada suatu tindakan di nyatakan bersalah sebelum

di undangkan aturan yang mengatur tentang tindakan tersebut”. Oleh karena

9
Uang pelicin adalah uang yang diberikan secara tidak resmi kepada petugas yang
berwenang untuk memperlancar urusan.
10
Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar yang disingkat Satgas Pungli adalah sebuah
unit atau formasi yang dibentuk di seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia
beranggotakan lintas instansi dan diberikan tanggung jawab untuk membangun sistem pencegahan
dan pemberantasan pungutan liar, melakukan pengumpulan data dan informasi dari
kementrian/lembaga terkait, mengkoordinasikan, merencanakan, dan melakukan operasi
pemberantasan pungutan liar, melakukan operasi tangkap tangan dan memberikan rekomendasi
kepada pimpinan kementrian/ lembaga/daerah untuk memberi sanksi kepada pelaku pungli.
11
Dalam Artikel yang berjudul “Perihal Pungutan Liar” yang ditulis oleh Darius Beda
Daton yang merupakan Kepala Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Nusa
Tenggara Timur : https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--perihal-pungutan-liar. Diakses pada
30 November 2019 Pukul 23.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


5

hukum pidana itu tidak dapat berlaku surut, maka akibatnya akan muncul

peristiwa kekosongan hukum seiring dengan perkembangan keadaan sosial yang

signifikan. Kekosongan hukum terjadi karena peraturan perundang-undangan

tidak fleksibel dan tidak pernah lengkap untuk memenuhi segala peristiwa hukum

atau tuntutan hukum. Salah satu penyebab kekosongan hukum di bidang hukum

pidana Indonesia terjadi karena KUHP yang berlaku saat ini merupakan KUHP

yang sudah lama usianya12 yang perlu diperbaharui.

Menafsirkan hukum secara progresif13 seperti yang di cetuskan oleh

Satjipto Rahardjo membawa solusi untuk mengatasi peristiwa kekosongan hukum.

Intepretasi hukum bukan pada arti sebuah kalimat saja, namun dengan

pemahaman pola pikir. Sehingga apabila ada peristiwa baru yang belum di atur

secara eksplisit namun itu merupakan sebuah kejahatan yang sudah menimbulkan

korban, dengan modus serta motifnya yang sudah jelas, maka tidak perlu

menunggu sebuah aturan hukum baru untuk membawa kejahatan ini ke

pengadilan untuk diadili. Pemahaman seperti ini akan meminimalkan suatu

peristiwa kekosongan hukum.

Berdasarkan Pasal 22 AB14 yang berlaku hingga saat ini, yang berbunyi :

“Bilamana seorang hakim menolak menyelesaikan suatu perkara dengan alasan

bahwa peraturan undang-undang yang bersangkutan tidak menyebutnya, tidak

12
Wetboek van Strafrecht voor Nederland Indie atau dikenal sebagai KUHP yang dibuat
oleh Belanda, telah dinyatakan berlaku bagi seluruh golongan hukum di Indonesia sejak tanggal 1
Januari 1918. Lihat Edi Setiadi dan Dian Andriasari, Perkembangan Hukum Pidana di Indonesia,
(Yogyakarta: Ghalia Ilmu, 2014), hal. 3
13
Filsafat Hukum Progresif lahir dari kekacuan dan ketidakpercayaan kepada sistem hukum
di Indonesia, yang menurut sebagian anggapan telah gagal menegakkan hukum. Lihat Erman
Rajagukguk, Filsafat Hukum, (Jakarta Pusat: Universitas Indonesia Fakultas Hukum-
Pascasarjana, 2017), hal. 246.
14
Algemeene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesie (Ketentuan-ketentuan Umum
mengenai Perundang-undangan di Indonesia), Lembaran Negara Hindia Belanda 1847 Nomor 23

Universitas Sumatera Utara


6

jelas, atau tidak lengkap, maka ia dapat dituntut karena menolak mengadili” 15.

Aturan itu dapat disimpulkan bahwa seorang hakim tidak boleh menolak perkara

dengan alasan bahwa peraturan undang-undang yang bersangkutan tidak

menyebutnya, tidak jelas, atau tidak lengkap.

Berkaitan dengan Pasal 22 A.B. yang telah disebutkan di atas, dikarenakan

pungli sampai saat ini belum memiliki aturan hukum yang mengaturnya secara

jelas, sementara masyarakat menghendaki bahwa pungli merupakan salah satu

tindak pidana, maka aparat penegak hukum terkhususnya Jaksa dan Hakim dalam

memproses perkara pidana pungli akan melakukan penemuan hukum. Penemuan

hukum adalah proses pembentukan hukum oleh hakim atau aparat hukum lainnya

yang ditugaskan untuk menerapkan peraturan hukum umum pada persitiwa

konkret.16 Penemuan hukum yang dilakukan untuk mengatasi ketidakjelasan

aturan hukum mengenai pungli dapat dilakukan lewat penafsiran17 terhadap

ketentuan hukum pidana yang berlaku sehingga pelaku pungli dapat dijerat

dengan ketentuan hukum pidana yang berkaitan tersebut.

Adapun menurut Adami Chazawi ada 9 macam penafsiran dalam Hukum

Pidana yaitu:18

1. Penafsiran Autentik, yaitu penafsiran resmi, dimana arti dari istilah-


istilah yang diperlukan sudah ada dalam undang-undang itu sendiri.
Di sini hakim tinggal mengikutinya, tanpa penafsiran lain;

15
Lihat Pasal 10 Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
16
Eddy O.S. Hiariej, Asas Legalitas & Penemuan Hukum dalam Hukum Pidana, (Jakarta:
Erlangga, 2009), hal 46.
17
Perlunya interpretasi ini dilakukan oleh hakim dalam menghadapi perkara oleh karena
tidak semua norma atau kaidah yang tertulis dalam perundang-undangan dapat digunakan untuk
menyelesaikan perkara yang dihadapi. Lihat Mahkamah Agung Republik Indonesia, Kompilasi
Penerapan Hukum oleh Hakim dan Strategi Pemberantasan Korupsi (Jakarta Pusat: Biro Hukum
dan Humas Badan Urusan Administrasi Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik
Indonesia, 2015), hal. 10
18
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 2 : Penafsiran Hukum Pidana, Dasar
Pemidanaan, Pemberatan & Peringanan Pidana, Kejahatan Aduan, Pembarengan & Ajaran
Kausalitas, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal 4.

Universitas Sumatera Utara


7

2. Penafsiran Historis, yaitu penafsiran norma yang terkandung dalam


undang-undang didasarkan pada sejarah ketika undang-undang
tersebut dibuat;
3. Sistematis, yaitu cara untuk mencari pengertian suatu norma melalui
rumusan undang-undang, dengan melihat hubungan antara bagian
atau rumusan yang satu dengan yang lain;
4. Logis, yaitu penafsiran yang dilakukan untuk mencari maksud
sebenarnya mengapa undang-undang itu dibuat, dengan didasarkan
pada pengertian yang wajar menurut logika umum;
5. Gramatikal, yaitu metode penafsiran melalui pendekatan tatabahasa
yang ada pada rumusan undang-undang. Sehingga dalam memahami
undang-undang, tanda baca, diksi, dan pola susunan kalimat yang
sedemikian rupa benar-benar diperhatikan;
6. Teologis, yaitu penafsiran terhadap norma undang-undang
berdasarkan maksud si pembuat undang-undang tersebut;
7. Analogis, yaitu penafsiran yang memberi tafsiran pada sesuatu
peraturan hukum dengan memberi ibarat pada kata-kata tersebut
sesuai dengan asas hukumnya, sehingga sesuatu peristiwa yang
sebenarnya tidak dapat dimasukkan, lalu dianggap sesuai dengan
bunyi peraturan tersebut;
8. Ekstensif, yaitu penafsiran yang dilakukan dengan cara memperluas
makna kejadian konkret yang pada dasarnya tidak termasuk pada
kejadian yang diatur oleh suatu norma hukum;
9. A Contrario, yaitu penafsiran dengan cara mempersempit berlakunya
norma undang - undang, jadi bekerjanya berupa kebalikan dari cara
kerja penafsiran analogi dan ekstensif.

Berdasarkan akan hal tersebut, walaupun perbuatan pungli ini belum

memiliki aturan Hukum Pidana yang jelas, namun karena pungli ini dianggap oleh

masyarakat sebagai salah satu bentuk kejahatan, maka terhadap perbuatan ini

perlulah adanya penerapan sanksi pidana sebagai bentuk pencegahan maupun

pemberantasan perbuatan pungutan liar itu. Perbuatan apa saja yang meskipun

belum atau/tidak dinyatakan terlarang, namun menurut masyarakat layak untuk

dijatuhi sanksi, maka hakim dapat mejatuhkan hukuman kepada pelaku perbuatan

tersebut.19

Penjatuhan hukuman oleh hakim terkait dengan penyelesaian perkara

pidana pungli dapat dilihat pada dua putusan pengadilan yang berbeda yaitu
19
M. Ali Zaidan, Menuju Pembaruan Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), hal
267

Universitas Sumatera Utara


8

Putusan Mahkamah Agung Nomor 82 K/PID.SUS/2011 dan Putusan Pengadilan

Negeri Lubuk Pakam Nomor 874/PID.B/2016/PN LBP.

Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam Nomor

874/PID.B/2016/PN LBP, Hakim memutus pelaku pungli dengan pasal 368 ayat

(1) Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berbunyi sebagai berikut:

" Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau


orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memberikan barang sesuatu,
yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang
lain; atau supaya memberi hutang maupun menghapus piutang,
diancam, karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun"
Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 82 K/PID.SUS/2011

Hakim memutus pelaku pungli dengan pasal 12 huruf e Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

sebagaimana telah diubah dan ditambah dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 yang berbunyi sebagai berikut:

“ Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara


paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000.-(dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.-(satu milyar rupiah) :
e. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu
bagi dirinya sendiri.”

Berdasarkan 2 putusan pengadilan tersebut di atas, maka penulis tertarik

dan mencoba mengangkat kasus ini ke dalam sebuah bentuk skripsi dengan judul

“KAJIAN YURIDIS PERBUATAN PUNGUTAN LIAR SEBAGAI TINDAK

PIDANA (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 82

K/PID.SUS/2011 DAN PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LUBUK

Universitas Sumatera Utara


9

PAKAM NOMOR 874/PID.B/2016/PN LBP)” yang kemudian akan dibahas

pada bab-bab selanjutnya dalam skripsi ini.

B. Rumusan Masalah :

1. Bagaimana Pengaturan Hukum terhadap Perbuatan Pungutan Liar di

Indonesia?

2. Bagaimana Upaya Penanggulangan Perbuatan Pungutan Liar di Indonesia?

3. Bagaimana Penerapan Hukum terhadap Perbuatan Pungutan Liar yang

terdapat pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 82 K/PID.SUS/2011 dan

Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam Nomor 874/PID.B/2016/PN

LBP?

C. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah pada skripsi ini, adapun tujuan penulisan

skripsi ini antara lain adalah:

a. Untuk mengetahui Pengaturan Hukum Perbuatan Pungutan Liar di

Indonesia sebagai Tindak Pidana.

b. Untuk mengetahui bagaimana upaya penanggulangan pungutan liar di

Indonesia.

c. Untuk mengetahui penerapan hukum terhadap perbuatan pungutan liar

sebagai tindak pidana melalui Putusan Mahkamah Agung Nomor 82

K/PID.SUS/2011 dan Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam

Nomor 874/PID.B/2016/PN LBP.

D. Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi manfaat penulisan skripsi ini tidak dapat dipisahkan

dari tujuan penulisan yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


10

a. Untuk dijadikan sebagai pedoman dalam rangka menambah

pengetahuan masyarakat tentang perbuatan Pungutan Liar sebagai

tindak pidana yang dapat dikenakan sanksi pidana.

b. Untuk memberikan masukan bagi masyarakat dan kalangan prakisi

hukum demi menambah wawasan tentang perbuatan pungutan liar

sebagai tindak pidana.

c. Untuk menumbuhkan kesadaran hukum di kalangan masyarakat,

khususnya bagi orang-orang yang melakukan perbuatan pungutan liar

sebagai tindak pidana agar dapat meminimalisir terjadinya perbuatan

tersebut di Indonesia.

E. Keaslian Penulisan

Penulisan ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari penulis sendiri yang

berasal dari literatur serta studi putusan dan berdasarkan masukan dari berbagai

pihak guna membantu penulisan dimaksud. Berdasarkan penelusuran dan

pemeriksaan yang telah dilakukan penulis di Perpustakaan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, tidak ditemukan judul yang sama dengan skripsi-

skripsi yang ada di dalam arsip perpustakaan tentang KAJIAN YURIDIS

TERHADAP PERBUATAN PUNGUTAN LIAR SEBAGAI TINDAK

PIDANA KORUPSI DAN TINDAK PIDANA PEMERASAN (STUDI

PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 82 K/PID.SUS/2011 DAN

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LUBUK PAKAM NOMOR

874/PID.B/2016/PN LBP) ATAS NAMA MARULI SALAUNGAN

HARAHAP. Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang

sama di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sehingga

Universitas Sumatera Utara


11

tulisan ini asli atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan skripsi

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, serta skripsi ini dapat

dipertanggung jawabkan keasliannya.

Adapun judul-judul yang telah ada di perpustakaan universitas cabang

Fakultas Hukum yang mirip adalah :

1. Nama : Eryanza Firmanda (Skripsi)

NIM : 130200092

Judul : Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Pemerasan “Dwelling

Time” di Pelabuhan Belawan

Permasalahan :

1. Bagaimanakah pengaturan hukum nasional terhadap pelaku tindak

pidana pemerasan/pungutan liar?

2. Bagaimana Analisis hukum pidana terhadap Putusan Pengadilan

Negeri Nomor : 664/Pid.B/2017/PN-MDN (dengan terdakwa

Mafrizal, bersama Sabam Parulian Manalu dan Frans Holmes

Sitanggang)?

3. Bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku

pemerasan

dalam proses “Dwelling Time” di Pelabuhan Belawan?

Yang Ditemukan:

1. Perlunya dibuat aturan hukum yang jelas mengenai Tindak pidana

Pemerasan/Pungutan Liar, melihat begitu banyaknya terjadi tindak

pidana pemerasan/pungutan liar di Indonesia khususnya Pelabuhan

Belawan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat publik yang

Universitas Sumatera Utara


12

memegang kekuasaan dan pemerasan yang dilakukan bukan dalam

skala kecil melainkan skala yang besar.

2. Hendaknya hakim dalam memutuskan perkara terlebih dahulu

mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan dari perbuatan para

pelaku dan bersifat objektif, sehingga vonis yang dijatuhkan

terhadap para pelaku sebanding dengan perbuatan yang

dilakukannya dan harus bersesuaian dengan ketentuan yang ada di

dalam undang-undang agar terwujudnya tujuan dari pemidanaan itu

sendiri yaitu menimbulkan rasa takut oleh orang lain untuk tidak

melakukan kejahatan ataupun tindak pidana dan menimbulkan rasa

jerah bagi pelakunya.

3. Diharapkan pemerintah dan masyarakat berperan aktif dalam

menciptakan suasana yang kondusif dalam masyarakat seperti

memberikan penyuluhan hukum dilingkungan masyarakat sebagai

upaya preventif dengan membangun kecerdasan spiritual serta

meningkatkan kordinasi antara pihak-pihak yang terkait dengan

Polda Sumut dan masyarakat dalam hal ini membantu pihak

kepolisian dalam proses upaya penanggulangan kejahatan

pemerasan.

2. Nama : Ivan Najjar Alavi (Tesis)

NIM : 107005066/HK

Judul : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi

Pungutan Liar (Studi Kasus Pungutan Liar Di Jembatan

Timbang Sibolangit Sumatera Utara)

Universitas Sumatera Utara


13

Permasalahan:

1. Bagaimanakah pengaturan hukum tindak pidana korupsi pungutan

liar?

2. Bagaimanakah mekanisme penanganan perkara tindak pidana

korupsi kasus pungutan liar dalam Kasus No: 03/Pid.Sus-

K/2011/PN. Mdn?

3. Bagaimanakah hambatan-hambatan yang dihadapi dalam

penegakan hukum kasus pungutan liar?

Yang ditemukan:

1. Diharapkan perlu lebih disosialisasikan aturan-aturan pidana

terhadap perbuatan pungutan liar tidak hanya sosialisasi kepada

instansi-instansi pelayanan publik namun juga sosialisasi kepada

masyarakat umum di perkotaan maupun di pedesaan. Sehingga

akan lebih jelas bagi masyarakat maupun penyelenggara negara

bahwa perbuatan pungutan liar merupakan perbuatan pidana yang

dapat dihukum dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.

2. Diharapkan peran serta yang aktif dan positif dari seluruh

masyarakat serta dari sikap mental, tekad, semangat, ketaatan dan

disiplin para penyelenggara negara guna memberantas segala

bentuk

pungutan liar yang terjadi terutama pungutan liar di sektor-sektor

publik, yang tidak hanya dapat merugikan negara namun juga

Universitas Sumatera Utara


14

dapat

merusak mental dan sistem kerja yang ada di sektor-sektor publik

tersebut. Dalam hubungan itu kontrol sosial sangatlah penting dan

oleh karenanya akan makin ditingkatkan dan dikembangkan. Peran

serta dari masyarakat dapat berupa penyampaian informasi tentang

terjadinya pungutan liar.

3. Diharapkan agar perlu penyederhanaan prosedur dalam pelayanan

publik. Prosedur administratif dan lambannya birokrasi ada

kalanya dirasakan sebagai hambatan terhadap praktik pelayanan

publik. Sehingga prosedur ataupun birokrasi yang tidak baik

tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak Universitas

Sumatera Utara yang tidak bertanggungjawab dalam melakukan

pungutan liar. Serta perlunya meningkatkankan tunjangan

kesejahteraan terhadap PNS dan aparat penegak hukum karena

sistem penggajian kepegawaian sangat berkait dengan kinerja.

Tingkat gaji yang tidak memenuhi standar hidup minimal pegawai

merupakan masalah sulit yang harus dituntaskan penyelesaiannya.

PNS dan aparat penegak hukum yang merasa penghasilan yang

diterimanya tidak sesuai dengan kontribusi yang diberikannya

dalam menjalankan tugas pokoknya tidak akan dapat secara

optimal melaksanakan tugas pokoknya tersebut.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Pungutan Liar

Universitas Sumatera Utara


15

Pengertian “pungutan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

adalah barang apa yang dipungut atau pendapatan dari memungut20 dan

pengertian “liar” dalam KBBI adalah tidak teratur atau tidak menurut aturan

(hukum) atau sikap dan tingkahnya belum beradab atau tidak resmi ditunjuk atau

tidak resmi diakui oleh yang berwenang atau tanpa izin resmi dari yang

berwenang atau tidak memiliki izin usaha, mendirikan, atau membangun, dan

sebagainya.21 Secara umum dapat diartikan bahwa pungutan liar adalah suatu

pembayaran bea, iuran, kutipan, pajak, saweran atau tarif yang tidak sesuai atau

tertata dengan aturan.

Pungutan Liar dalam Kamus Hukum yang ditulis oleh Yan Pramatya

Puspa adalah segala bentuk pajak, pembayaran apapun yang semestinya disetor

kepada kas negara yang tidak sesuai (lebih dari pada) ketentuan atau peraturan

yang berlaku.22

Sesuai dengan judul skripsi ini, maka penulis menguraikan pengertian

pungutan liar berdasarkan dua putusan pengadilan yang berbeda yaitu Putusan

Mahkamah Agung Nomor 82 K/PID.SUS/2011 yang dan Putusan Pengadilan

Negeri Lubuk Pakam Nomor 874/PID.B/2016/PN LBP.

a. Pengertian Pungutan Liar berdasarkan Putusan Mahkamah Agung

Nomor 82 K/PID.SUS/2011

Pengertian pungli berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 82

K/PID.SUS/2011 dirujuk dari pasal 12 huruf e Undang-Undang Nomor 20 Tahun

20
Pengertian “pungutan”, Lihat https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pungutan. Diakses
pada tanggal 27 November 2019 Pukul 23.00 WIB.
21
Pengertian “liar”, Lihat https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/liar. Diakses pada tanggal 27
November 2019 Pukul 23.00 WIB.
22
Yan Prayatma Puspa, Kamus Hukum Edisi Lengkap Bahasa Belanda Indonesia Inggris,
(Semarang: Aneka Ilmu, 1977), hal. 470

Universitas Sumatera Utara


16

2001, yaitu suatu perubatan yang dilakukan oleh pegawai negeri atau

penyelenggaran negara yang dengan memiliki maksud untuk menguntungkan

dirinya sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan

menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,

membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan

sesuatu bagi dirinya sendiri.

Berdasarkan hal tersebut, majelis hakim memutus pelaku pungli dalam

Putusan Mahkamah Agung Nomor 82 K/PID.SUS/2011 dengan pasal 12 huruf e

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 yang

selanjutnya di sebut dengan “UU Tipikor”, berbunyi sebagai berikut:

“ Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara


paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000.-(dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.-(satu milyar rupiah) :
e. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu
bagi dirinya sendiri.”23

Pengertian pungutan liar berdasarkan Pasal 12 huruf e terdiri atas unsur-

unsur obyektif dan unsur-unsur subjektif antara lain, yaitu:24

23
Lihat pasal 12 huruf e Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
24
Disampaikan oleh Dr. R. Widyopramono, S.H., M.M., M.Hum pada Workshop “Peran
APIP dalam, Pencegahan Pungutan Liar Pada Layanan Publik” yang diselenggarakan oleh
Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada hari Kamis, tanggal 12
Januari 2017 di Jakarta. Lihat https://www.kemdikbud.go.id/main/files/download/
5a43f0ab1419357. Diakses pada tanggal 29 November 2019 Pukul 17.35.

Universitas Sumatera Utara


17

a. Unsur-unsur obyektif pada pungli yang menjadi unsur-unsur objektif

sebagai rumusan tindak pidana korupsi pada Pasal 12 huruf e UU

Tipikor adalah:

1. Pegawai negeri atau penyelenggara negara (deambtenaar);

2. Menyalahgunakan kekuasaan (misbruik van gezag);

3. Memaksa seseorang (iemand dwigen om) untuk :

a. Memberikan sesuatu (iets af geven) ;

b. Membayar (uitbetaling);

c. Menerima pembayaran dengan potongan, atau (eene

terughouding genoegen nemenbij eene uitbetaling); dan

d. Mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri (een persoonlijken

dienst verrichten).

b. Unsur -unsur subyektif pada pungli yang menjadi unsur-unsur

subjektif sebagai rumusan tindak pidana korupsi pada Pasal 12 huruf e

UU Tipikor adalah :

1. Atau dengan maksud untuk (met het oogmerk om) menguntungkan

diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum (zich of een

ander wederrechtelijk te bevoordelen);

2. Menguntungkan secara melawan hukum (wederrechtelijk te

bevoordelen) .

b. Pengertian Pungutan Liar berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri

Lubuk Pakam Nomor 874/PID.B/2016/PN LBP

Pengertian pungli berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam

Nomor 874/PID.B/2016/PN LBP dirujuk pada pasal 368 ayat (1) KUHP, yaitu

Universitas Sumatera Utara


18

suatu perubatan yang dilakukan dengan memiliki maksud untuk menguntungkan

dirinya sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan

kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memberikan sesuatu barang, yang

seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang yang bersangkutan atau orang

lain, atau supaya memberi hutang maupun menghapus piutang.

Berdasarkan hal tersebut, majelis hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri

Lubuk Pakam Nomor 874/PID.B/2016/PN LBP memutus pelaku pungli dengan

pasal 368 ayat (1) Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berbunyi

sebagai berikut:

" Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau


orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memberikan barang sesuatu,
yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang
lain; atau supaya memberi hutang maupun menghapus piutang,
diancam, karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun"
Pengertian pungutan liar berdasarkan Pasal 368 ayat (1) KUHP terdiri atas

unsur-unsur obyektif dan unsur-unsur subjektif antara lain, yaitu: 25

a. Unsur - unsur obyektif pada pungli yang menjadi unsur - unsur

objektif sebagai rumusan tindak pidana pemerasan pada Pasal 368

KUHP adalah:

1. Memaksa atau dwingen;

2. Orang lain atau iemand;

3. Untuk menyerahkan sesuatu benda atau tot afgifte van eenig goed;

25
Unsur-unsur tindak pidana Pemerasan pada pasal 368 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana. Lihat P.A.F. Lamintang dan C. Djisman Samosir, Delik-Delik Khusus Kejahatan yang
Ditujukan Terhadap Hak Milik dan Lain-Lain Hak yang Timbul dari Hak Milik, (Bandung: CV
Nuansa Aulia, 2010), hal.103

Universitas Sumatera Utara


19

4. Untuk membuat suatu pinjaman atau tot het aangaan van eene

schuld;

5. Untuk meniadakan suatu piutang atau tot het tenietdoen van eene

inschuld; dan

6. Dengan cara kekerasan atau ancaman kekerasan atau door geweld

of bedreiging met geweld;

b. Unsur-unsur subjektif pada pungli yang menjadi unsur-unsur subjektif

sebagai rumusan tindak pidana pemerasan pada Pasal 368 ayat (1)

KUHP adalah:

1. Dengan maksud atau met het oogmerk; dan

2. Untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau om zich of

een ander te bevordelen.

2. Pengertian Tindak Pidana Korupsi

a. Pengertian Tindak Pidana

Istilah Tindak Pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum

pidana Belanda yaitu “strafbaar feit”. Terminologi strafbaar feit dalam hukum

pidana terdapat perbedaan dalam penyebutan ke dalam bahasa Indonesia.26

Tindak Pidana atau straafbar feit dalam Kamus Hukum artinya adalah

tindak pidana, peristiwa pidana, suatu perbuatan yang merupakan suatu tindak

pidana yang dapat dijatuhi hukuman.27

Tidak ditemukan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar

feit di dalam KUHP maupun di luar KUHP, oleh karena itu para ahli hukum

26
Agus Rusianto, Tindak Pidana & Pertanggungjawaban Pidana Tinjauan Kritis Melalui
Konsistensi Antara Asas, Teori dan Penerapannya, (Jakarta: Kencana, 2016), hal. 11
27
J.C.T. Simorangkir Rudy T. Erwin & J.T. Prasetyo, Kamus Hukum, (Jakarta: Aksara
Baru, 1980), hal. 162

Universitas Sumatera Utara


20

berusaha untuk memberkian arti dan isi dari istilah itu, yang sampai saat ini belum

ada keseragaman pendapat.

Adami Chazawi telah menginventarisir beberapa istilah-istilah yang

pernah digunakan baik dalam perundang-undangan yang ada maupun dalam

berbagai literatur hukum sebagai terjemahan dari istilah strafbaar feit, yaitu

sebagai berikut:28

1. Tindak pidana, dapat dikatakan berupa istilah resmi dalam perundang-


undangan pidana kita. Dalam hampir seluruh peraturan perundang-
undangan menggunakan istilah tindak pidana, seperti dalam UU
Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, UU Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU Nomor 20
Tahun 2001, dan perundang-undangan lainnya. Ahli hukum yang
menggunakan istilah ini, misalnya seperti Prof. Dr. Wirjono
Prodjodikoro, S.H;
2. Peristiwa pidana, digunakan oleh beberapa ahli hukun, misalnya: Mr.
R. Tresna dalam bukunya "Azas-azas Hukum Pidana" Mr. Drs. H.J van
Schravendijk dalam buku "Pelajaran tentang Hukum Pidana
Indonesia", Prof. A. Zainal Abidin, S.H dalam bukunya "Hukum
Pidana". Pembentuk UU juga pernah menggunakan istilah peristiwa
pidana, yaitu dalam UUD'S 1950 [baca Pasal 14 ayat (1)];
3. Delik, yang sebenarnya berasal dari bahasa latin "delictum" juga
digunakan untuk menggambarkan tentang apa yang dimaksud dengan
strafbaar feit. Istilah ini dapat dijumpai dalam berbagai literatur,
misalnya Prof. Drs. E. Utrecht, S.H, walaupun juga beliau
menggunakan istilah lain yakni peristiwa pidana (dalam buku Hukum
Pidana I). Prof. A. Zainal Abidin dalam buku beliau "Hukum Pidana
I". Prof. Moeljatno pernah juga menggunakan istilah ini seperti pada
judul buku "Delik-Delik Percobaan Delik- Delik Penyertaan",
walaupun menurutnya lebih tepat dipergunakan istilah perbuatan
pidana;
4. Pelanggaran pidana, dapat dijumpai dalam buku Mr. M.H. Tirta
Amidjaja yang berjudul Pokok-pokok Hukum Pidana;
5. Perbuatan yang boleh dihukum, istilah tersebut digunakan oleh M.
Karni dalam buku beliau "Ringkasan tentang Hukum Pidana” Begitu
juga Schravendijk dalam bukunya "Buku Pelajaran Tentang Hukum
Pidana Indonesia";
6. Perbuatan yang dapat dihukum, digunakan oleh Pembentuk Undang-
undang di dalam UU Nomor 12/Drt/1951 tentang Senjata Api dan
Bahan Peledak (Pasal 3);

28
Mohammad Ekaputra, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Medan: USU Press, 2017), hal 77

Universitas Sumatera Utara


21

7. Perbuatan pidana, digunakan oleh Prof. Mr. Moeljatno dalam berbagai


tulisan beliau, misalnya dalam buku Azas-azas Hukum Pidana.

Sarjana hukum tersebut di atas, menggunakan istilah masing-masing

dengan disertai dengan alasan dan pertimbangannya masing-masing.29 Moeljanto

beralasan bahwa digunakannya istilah "perbuatan pidana" karena kata "perbuatan"

lazim dipergunakan dalam percakapan sehari-hari seperti kata perbuatan cabul,

kata perbuatan jahat, dan kata perbuatan melawan hukum. Lebih jauh, Moeljanto

menegaskan bahwa perbuatan menunjuk ke dalam yang melakukan dan kepada

akibatnya, dan kata "perbuatan" berarti dibuat oleh seseorang yang dapat dipidana,

adalah kepanjangan dari istilah yang merupakan terjemahan dari starfbaarfeit.30

Lebih jelasnya, Moeljanto menyatakan sebagai berikut:31

1. Kalau utrecht, sudah lazim memakai istilah "hukum", maka hukum itu

berarti: berecht, diadili yang sama sekali tidak mesti berhubungan

dengan starf, dipidana karena perkara-perkara perdata pun di berech,

diadili maka saya memilih untuk terjemahan strafbaar adalah istilah

pidana sebagai singkatan dari "yang dapat dipidana".

2. Perkataan perbuatan berarti seseorang menunjuk lain pada yang

melakukan maupun pada akibatnya, sedangkan perkataan peristiwa

tidak menunjuk bahwa yang melakukannya adalah ”handling” atau

"gedraging" seseorang mungkin atau mungkin juga hewan atau alam

dan perkataan tindak berarti langkah baru dan tindak tanduk atau

tingkah laku.

29
Rahmanuddin Tomalili, Hukum Pidana, (Yogyakarta: Deepublish, 2019), hal. 8
30
Ibid.,hal. 9
31
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


22

Menurut Tolib Setiady, istilah yang paling populer dipakai adalah istilah

"tindak pidana", yaitu apabila kita perhatikan buku-buku hukum pidana, serta

peraturan perundang-undangan hukum pidana yang pada umumnya

mempergunakan istilah tindak pidana.32

Menurut Simons, bahwa strafbar feit adalah kelakuan (handeling) yang

diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum yang berhubungan dengan

kesalahan, dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertangung jawab. 33

Bambang Poernomo menyatakan bahwa perbuatan pidana yang oleh

aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana bagi barang siapa yang

melanggar larangan itu.34

Sehubungan dengan istilah “strafbar feit”, Andi Zainal Abidin Farid

berpendapat bahwa pada hakikatnya istilah yang paling tepat adalah delik yang

berasal dari bahasa latin delictum atau delicta karena:35

1. Bersifat universal semua orang didunia mengenal. Bersifat ekonomis

dan singkat. Tidak menimbulkan kejanggalan seperti peristiwa pidana

perbuatan pidana, (bukan peristiwa atau perbuatan yang dipidana

tetapi pembuatnya).

2. Luas pengertiannya sehingga meliputi juga delik-delik yang

diwujudkan oleh koorporasi, orang mati, orang tidak dikenal menurut

hukum pidana ekonomi Indonesia.

Para ahli dalam mengemukakan pengertian tindak pidana dapat

digolongkan menjadi 2 (dua) pandangan atau aliran. yaitu:

32
Ibid.
33
Ibid., hal 10
34
Ibid., hal 11
35
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


23

1. Pandangan pertama disebut dengan pandangan dualistis, yaitu

pandangan yang memisahkan antara perbuatan dan orang yang

melakukannya, dalam berbagai literatur disebut juga dengan

pandangan dualisme.36 Pandangan dualistis memisahkan antara

perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana.37

2. Pandangan kedua disebut dengan pandangan monistis, yaitu

pandangan yang tidak memisahkan antara perbuatan dengan unsur-

unsur mengenai diri orangnya.38 Pandangan monistis adalah suatu

padangan yang harus melihat syarat untuk adanya tindak pidana harus

mencakup dua hal yakni sifat dan perbuatan. Pandangan ini

memberikan prinsip-prinsip pemahaman, bahwa di dalam pengertian

perbuatan/tindak pidana sudah tercakup di dalamnya perbuatan yang

dilarang (criminal act) dan pertanggung jawaban pidana/kesalahan

(criminal responbility).39

Istilah yang dipergunakan oleh konsep KUHP baru sebagai terjemahan

dari istilah strafbaar feit adalah tindak pidana.

Pada hakekatnya tiap-tiap perbuatan pidana harus terdiri atas unsur-unsur

lahir oleh karena perbuatan, yang mengandung kelakuan dan akibat yang

ditimbulkan karenanya, adalah suatu kejadian dalam alam lahir yaitu: 40

1) Kelakuan dan akibat (perbuatan);


2) Hal ikhwal atau keadaan tertentu yang menyertai perbuatan, yaitu
mengenai diri orang yang melakukan perbuatan dan yang mengenai di luar
diri si pembuat;

36
Mohammad Ekaputra, Op.Cit.,hal. 85
37
Rahmanuddin Tomalili, Op.Cit., hal. 16
38
Mohammad Ekaputra, Op.Cit.,hal. 87
39
Rahmanuddin Tomalili, Op.Cit., hal. 14
40
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rimba Cipta, 2008), hal. 63

Universitas Sumatera Utara


24

3) Karena adanya hukum tambahan atau disebut juga dengan unsur-unsur


yang memberatkan pidana;
4) Unsur melawan hukum yang objektif; dan
5) Unsur melawan hukum subjektif.

Unsur tindak pidana terdiri atas dua macam, yaitu:

a. Unsur subjektif adalah unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang

berhubungan dengan diri si pelaku dan termasuk di dalamnya segala

sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Unsur-unsur subjektif dari

suatu tindakan adalah:41

1) Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa);


2) Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging;
3) Berbagai maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya di
dalam kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan;
4) Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad, seperti
yang terdapat di dalam kejahatan pembunuhan; dan
5) Perasaan takut seperti antara lain terdapat di dalam rumusan
tindak pidana menurut Pasal 308 KUHP.

b. Unsur objektif adalah unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-

keadaan, yaitu dalam keadaan ketika tindakan-tindakan dari si pelaku itu

harus dilakukan. Unsur-unsur objektif dari suatu tindak pidana adalah:42

1) Sifat melawan hukum atau wederrechtlijkheid;


2) Kualitas dari si pelaku, misalnya keadaan sebagai serorang pegawai
negeri dalam kejahatan menurut Pasal 415 KUHP; dan
3) Kualitas yakni hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab
dengan suatu kenyataan sebagai akibat.

Subjek dari tindak pidana adalah manusia (naturlijke-persoonen),

sedangkan hewan dan badan-badan hukum (rechts-persoonen) tidak dianggap

41
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika,
2014), hal.193
42
Ibid., hal. 194

Universitas Sumatera Utara


25

sebagai subjek.43 Bahwa hanya manusialah yang dianggap sebagai subjek tindak-

pidana, ini karena:44

a. Perumusan delik yang selalu menentukan subjeknya dengan istilah:

barangsiapa, warga negara Indonesia, nakhoda, pegawai negeri dan

lain sebagainya. Penggunaan istilah-istilah tersebut selain daripada

yang ditentukan dalam rumusan delik yang bersangkutan, dapat

ditemukan dasarnya pada Pasal 2 sampai dengan Pasal 9 KUHP.

Untuk istilah barangsiapa, dalam Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 4 KUHP

digunakan istilah "een ieder" (dengan terjemahan "setiap orang").

b. Ketentuan mengenai pertanggungjawaban pidana seperti diatur,

terutama dalam Pasal 44, Pasal 45, dan Pasal 49 KUHP, yang antara

lain mensyaratkan "kejiwaan" (verstandeljke vermogens yang

kemudian dianggap sebagai geestelijks vermogens) dari petindak.

c. Ketentuan mengenai pidana yang diatur dalam Pasal 10 KUHP,

terutama mengenai pidana-denda. Hanya manusialah yang mengerti

nilai uang.

b. Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Istilah korupsi berasal dari bahasa Latin “Coruptio” atau “Corruptus” yang

kemudian muncul dalam bahasa inggris dan prancis “Corruption”, dalam bahasa

belanda “Korruptie” dan selanjutnya dalam bahasa Indonesia dengan sebutan

“Korupsi”. Korupsi secara harifiah berarti jahat atau busuk, sedangkan A.I.N

Krmaer ST. menerjemahkannya sebagai busuk, rusak atau tidak disuapi. Oleh

karena itu, tindak pidana korupsi berarti suatu delik akibat perbuatan buruk,
43
E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapannya, (Jakarta: Storia Grafika, 2012), hal. 218
44
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


26

busuk, jahat, rusak atau suap.45 Dalam perkembangan selanjutnya, istilah ini

mewarnai perbendaharaan kata dalam bahasa berbagai negara termasuk bahasa

Indonesia. Istilah korupsi sering dikaitkan dengan ketidajujuran atau kecurangan

seseorang dalam bidang keuangan. Dengan demikian Korupsi berarti melakukan

kecurangan atau penyimpangan menyangkut keuangan.46

Dalam Black’s Law Dictionary, dikatakan bahwa korupsi adalah perbuatan

yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak

resmi dengan hak-hak dari pihak lain secara salah menggunakan jabatannya atau

karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau

orang lain, berlawanan dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain.47

Menurut Kamus Hukum Indonesia, Korupsi merupakan penyakit

masyarakat yang melekat pada kekuasaan sejak berabad-abad, Korupsi adalah

penyalahgunaan jabatan publik untuk kepentingan pribadi atau untuk keuntungan

individual atau kelompok yang kepadanya seseorang berutang kepatuhan atau

kesetiaan. Korupsi terjadi ketika seorang pejabat publik menerima, memohon,

atau memeras suatu bayaran, ataupun ketika agen-agen swasta menawarkan satu

bayaran, untuk mengalahkan hukum bagi keuntungan kompetitif dan pribadi

mereka.48

B.N. Marbun merincikan pengertian korupsi dalam beberapa macam,

yaitu:

45
Darwan Prints, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2002), hal. 1
46
Elwi Danil, Korupsi : Konsep, Tindak Pidana, dan Pemberantasannya, (Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada), hal 3.
47
Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar & Syarif Fadilah, Strategi Pencegahan & Penegakan
Hukum Tindak Pidana Korupsi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009) hal. 2
48
B.N. Marbun, Kamus Hukum Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006), hal.
126

Universitas Sumatera Utara


27

1. Menguasai atau mendapatkan uang dari negara dengan berbagai cara


secara tidak sah dan dipakai untuk kepentingan sendiri;
2. Menyalahgunakan wewenang untuk memberikan fasilitas dan
keuntungan yang lain; dan
3. Pungutan liar (pungli). Pungutan liar merupakan interaksi antara dua
orang, biasanya pejabat dengan warga masyarakat, yang maksudnya si
oknum pejabat memberikan sesuatu fasilitas, dan oknum warga
masyarakat tertentu memberikan imbalan atas apa yang dilakukan oleh
oknum pejabat tersebut.

Menurut B.N. Marbun, jenis korupsi sangat luas dan bervariasi, yaitu

antara lain:49

a. Pemerasan pajak;
b. Pembayaran fiktif;
c. Manipulasi perjalanan dinas;
d. Pelelangan fiktif atau “diatur”;
e. Uang komisi; dan
f. Dan lain-lain.

Menurut perspektif hukum positif Indonesia, definisi korupsi secara

gamblang telah dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam Undang-Undnag Nomor 31

Tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pasal-pasal tersebut menerangkan

secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan sanksi pidana karena

korupsi.

Adapun Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, jenis sanksi yang dapat dijatuhkan

oleh hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah:

1. Pidana Mati

Pidana mati adalah suatu upaya yang radikal untuk meniadakan

orang-orang yang tak dapat diperbaiki lagi. Dengan adanya pidana mati

49
Ibid., hal. 127

Universitas Sumatera Utara


28

ini maka hilanglah pula kewajiban untuk memelihara mereka dalam

penjara-penjara yang demikian besarnya.50

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dapat dipidana mati kepada

setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat

merugikan Keuangan Negara atau perekonomian Negara sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan

dalam keadaan tertentu.51

2. Pidana Penjara

Pidana penjara adalah suatu pidana yang berupa pembatasan

kebebasan bergerak dari seorang terpidana yang dilakukan dengan

menutup orang tersebut di dalam sebuah lembaga pemasyarakatan

dengan mewajibkan orang itu untuk menaati semua peraturan tata tertib

yang berlaku di dalam lembaga pemasyarakatan yang dikaitkan dengan

sesuatu tindakan tata tertib bagi mereka yang telah melanggar peraturan

tersebut.52

50
Andi Hamzah, Pidana Mati di Indonesia: di Masa Lalu, Kini dan di Masa Depan,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), hal. 27
51
Yang dimaksud dengan “keadaan tertentu” dalam ketentuan ini adalah keadaan yang
dapat dijadikan alasan pemberatan pidana bagi pelaku tindak pidana korupsi yaitu apabila tindak
pidana tersebut dilakukan terhadap dana-dana yang diperuntukan bagi penanggulangan keadaan
bahaya, bencana alam nasional, penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas,
penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan pengulangan tindak pidana korupsi. Lihat
Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
52
Rahman Amin, Pengantar Hukum Indonesia, (Yogyakarta: Deepublish: 2019), hal. 149

Universitas Sumatera Utara


29

Dalam Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi terdapat beberapa variasi pidana penjara minimum dan

maksimum antara lain:

a. Pidana penjara seumur hidup53 atau pidana penjara paling singkat 4

(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun (Pasal 2 ayat

(1), Pasal 12, dan Pasal 12 B ayat (2));

b. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1

(satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun (Pasal 3);

c. Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua

belas) tahun (Pasal 21 dan Pasal 22);

d. Pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5

(lima) tahun (Pasal 5 ayat (1), Pasal 9, dan Pasal 11);

e. Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15

(lima belas) tahun (Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 8);

f. Pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7

(tujuh) tahun (Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 10);

g. Pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun (Pasal 12 A ayat (2), Pasal

13, dan Pasal 24); dan

h. Pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 6

(enam) tahun (Pasal 23).

3. Pidana Denda

53
Yang dimaksud dengan pidana penjara seumur hidup adalah penjara selama terpidana
masih hidup hingga meninggal.

Universitas Sumatera Utara


30

Pidana denda merupakan hukuman berupa kewajuban seseorang

untuk mengembalikan keseimbangan hukum sebagai penebus dosa

dengan pembayaran uang sejumlah tertentu.54

Dalam Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi terdapat beberapa variasi pidana denda minimum dan

maksimum antara lain:

a. Pidana Denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta

rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar

rupiah). (Pasal 2 ayat (1));

b. Pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar

rupiah). (Pasal 3);

c. Pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh

juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta

rupiah) (Pasal 21 dan Pasal 22);

d. Pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh

juta rupiah). (Pasal 5 ayat (1), Pasal 9, dan Pasal 11);

e. Pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh

juta rupiah) dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus

lima puluh juta rupiah). (Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 8);

54
Gunadi dan Oci Senjaya, Penologi Dan Pemasyarakatan Edisi Revisi 2020,
(Yogyakarta: Deepublish: 2020), hal. 170

Universitas Sumatera Utara


31

f. Pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

dan paling banyak 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta

rupiah). (Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 10);

g. Pidana denda paling banyak 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta

rupiah). (Pasal 12 A ayat (2), Pasal 13, dan Pasal 24); dan

h. Pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) dan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta

rupiah). (Pasal 23).

4. Pidana Tambahan

Pidana tambahan adalah jenis pidana yang tidak dapat dijatuhkan

secara tersendiri, melainkan selalu dijatuhkan bersama-sama dengan

pidana pokok. Penjatuhan pidana tambahan dalam penerapannya bersifat

fakulatif, yaitu hakim tidak harus selalu menjatuhkan pidana tambahan

pada waktu menjatuhkan pidana pokok bagi seorang terdakwa.

Keputusan untuk menjatuhkan pidana tambahan disamping pidana

pokok bagi seorang terdakwa diserahkan kepada pertimbangan hakim.55

Dalam Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi terdapat beberapa ketentuan mengenai pidana tambahan yaitu

antara lain:

a. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak

berwujud atau barang yang tidak bergerak yang digunakan untuk

atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk

perusahaan milik terpidana dimana tindak pidana korupsi

55
F.H. Edy Nugroho, Konsep dan Upaya pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Di
Indonesia, (Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2019), hal. 48

Universitas Sumatera Utara


32

dilakukan, begitu pula dari barang-barang yang menggantikan

barang-barang tersebut. (Pasal 18 ayat (1) huruf a);

b. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya

sama dengan harta yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.

(Pasal 18 ayat (1) huruf b);

c. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling

lama 1 tahun. (Pasal 18 ayat (1) huruf c);

d. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau

penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu yang telah

atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana. (Pasal 18

ayat (1) huruf d);

e. Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam

waktu 1 bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa

dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut. (Pasal 18

ayat (2)); dan

f. Jika terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi

untuk membayar uang pengganti maka terpidana dengan pidana

penjara yang lamanya tidak memenuhi ancaman maksimum dari

pidana pokoknya, dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan

dalam putusan pengadilan. (Pasal 18 ayat (3)).

5. Terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh dan atau atas nama badan

hukum atau badan usaha, tuntutan dan sanksi pidanya dijatuhkan

terhadap pengurusnya, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama,

Universitas Sumatera Utara


33

dikenakan pidana sesuai dengan ancaman pidana masing-masing

ditambah dengan 1/3 (sepertiga) dari pidana yang dijatuhkan.56

Berdasarkan pasal-pasal dalam Undang-Undang tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, korupsi dirumuskan kedalam 30 bentuk/jenis tindak

pidana korupsi. Ketiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut pada

dasarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:57

1. Kerugian keuangan negara, yang terdiri dari 2 macam perbuatan


yaitu:
a. Secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau korporasi; dan
b. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada.
2. Suap Menyuap, yang terdiri dari 10 macam perbuatan yaitu:
a. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pegawai Negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya berbuat sesuatu
atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya;
b. Memberi sesuatu kepada Pegawai Negeri atau penyelenggara
negara karena atau berhubungan dengan kewajiban, dilakukan
atau tidak dilakukan dalam jabatannya;
c. Memberi hadiah atau janji kepada Pegawai Negeri dengan
mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan
atau kedudukannya atau oleh pemberi hadiah/janji dianggap
melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut;
d. Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima
pemberian atau janji;
e. Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakan agar
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;
f. Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;

56
Muhammad Yusni, Keadilan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Perspektif
Kejaksaan, (Surabaya: Airlangga University Press, 2019), hal. 139
57
Komisi Pemberantasan Korupsi, Memahami untuk Membasmi Buku Saku untuk
Memahami Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta : Penerbit Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006), hal
3.

Universitas Sumatera Utara


34

g. Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima


hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau
kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang
menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji
tersebut ada hubungan dengan jabatannya;
h. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud
untuk mempengaruhi putusan perkara;
i. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada advokat untuk
menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan,
berhubung dengan perkara; dan
j. Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau
patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
memepengaruhi putusan perkara.
3. Penggelapan dalam jabatan, yang terdiri dari 5 macam perbuatan
yaitu:
a. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau
untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang
atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau
uang/surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang
lain atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut;
b. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau
untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau
daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan adminstrasi;
c. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau
untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan,
merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat
atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan
di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena
jabatannya;
d. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau
untuk sementara waktu, dengan sengaja membiarkan orang lain
menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut; dan
e. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau
untuk sementara waktu, dengan sengaja membantu orang lain
menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut;
4. Pemerasan, yang terdiri dari 3 macam perbuatan yaitu:
a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa

Universitas Sumatera Utara


35

seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima


pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan sesuatu
bagi dirinya sendiri;
b. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan atau
penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya,
padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;
dan
c. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta atau menerima atau memotong
pembayaran kepada Pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah Pegawai negeri
atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut
mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang.
5. Perbuatan Curang, yang terdiri dari 4 macam perbuatan yaitu:
a. Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan,
atau penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan
bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan
negara dalam keadaan perang;
b. Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau
menyerahkan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan
curang;
c. Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan
TNI atau Kepolisian Negara RI melakukan perbuatan curang
yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan
perang; dan
d. Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang
keperluan TNI atau Kepolisian Negara RI melakukan perbuatan
curang dengan sengaja membiarkan perbuatan curang.
6. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan, yang terdiri dari 1 macam
perbuatan yaitu:
a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung
maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam
pemborongan, pengadaan atau persewaan yang pada saat
dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan
untuk mengurus atau mengawasinya.
7. Gratifikasi, yang terdiri dari 1 macam perbuatan yaitu:
a. Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban tugasnya.

Dalam skripsi ini penulis berfokus pada pasal 12 huruf e UU Tipikor

sebagai salah satu dasar hukum tindak pidana korupsi sebagaimana dalam Putusan

Mahkamah Agung Nomor 82 K/PID.SUS/2011 yang memutuskan terdakwa

Universitas Sumatera Utara


36

bersalah telah melakukan pungli berdasarkan pasal 12 huruf e UU Tipikor, yang

berbunyi sebagai berikut:

“ Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara


paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000.-(dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.-(satu milyar rupiah) :
e. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu
bagi dirinya sendiri.”

Pasal 12 huruf e tersebut terdiri atas unsur-unsur obyektif dan unsur-unsur

subjektif, antara lain yaitu:58

a. Unsur-unsur obyektif sebagai rumusan tindak pidana korupsi pada

Pasal 12 huruf e UU Tipikor adalah:

1. Pegawai negeri atau penyelenggara negara (deambtenaar);

2. Menyalahgunakan kekuasaan (misbruik van gezag);

3. Memaksa seseorang (iemand dwigen om) untuk :

a. Memberikan sesuatu (iets af geven);

b. Membayar (uitbetaling);

c. Menerima pembayaran dengan potongan, atau (eene

terughouding genoegen nemenbij eene uitbetaling); dan

d. Mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri (een persoonlijken

dienst verrichten).

58
Disampaikan oleh Dr. R. Widyopramono, S.H., M.M., M.Hum pada Workshop “Peran
APIP dalam, Pencegahan Pungutan Liar Pada Layanan Publik” yang diselenggarakan oleh
Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada hari Kamis, tanggal 12
Januari 2017 di Jakarta. Lihat
https://www.kemdikbud.go.id/main/files/download/5a43f0ab1419357. Diakses pada tanggal 29
November 2019 Pukul 17.35.

Universitas Sumatera Utara


37

b. Unsur - unsur subyektif sebagai rumusan tindak pidana korupsi pada

Pasal 12 huruf e UU TIPIKOR adalah :

1. Atau dengan maksud untuk (met het oogmerk om)

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan

hukum (zich of een ander wederrechtelijk te bevoordelen); dan

2. Menguntungkan secara melawan hukum (wederrechtelijk te

bevoordelen) .

Unsur keslahan subjek adalah dengan sengaja yang dirumuskan dengan

kata-kata “dengan maksud”, artinya bahwa kesadaran dan kehendaknya itu

meliputi seluruh unsur-unsur yang mengikutinya.59

Dia menyadari bahwa tujuannya untuk menguntungkan diri sendiri atau

orang lain itu adalah bertentangan dengan hukum. Perbuatan memaksa hanya

dapat dibayangkan bahwa hal itu dilakukan dengan suatu kehendak.

Yang dimaksud dengan “secara melawan hukum” dalam Pasal ini

mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti

materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan

perudang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena

tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam

masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana.60

Yang dimaksud dengan pegawai negeri adalah seseorang yang diangkat

oleh penguasa umum, bekerja pada negara atau bagian-bagiannya (organnya) dan

59
S.R Sianturi, Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya, (Jakarta: 2016), hal. 183
60
Lihat Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pada Pasal 2 ayat (1)

Universitas Sumatera Utara


38

melakukan pekerjaan/tugas/jabatan untuk umum. Pegawai negeri dalam UU

Tipikor meliputi:61

a. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang


tentang Kepegawaian;
b. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana;
c. Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau
daerah;
d. Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang
menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah;
e. Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang
mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat.

Dengan menyalahgunakan kekuasaan artinya adalah seseorang dengan

menggunakan kekuasaan yang dimiliki secara salah. Kekuasaan ini adalah

kekuasaan dalam hubungannya dengan jabatan atau pekerjaan baik dalam

lapangan hukum publik maupun dalam lapangan hukum privat.

Tindakan yang dilarang adalah memaksa seseorang supaya:

a. Memberikan sesuatu;

b. Melakukan pembayaran (kepada pegawai negeri/orang lain);

c. Mernerima baik suatu pembayaran baginya yang sudah dikurangi;

atau

d. Melakukan suatu pekerjaan yang bersifat pribadi.

Objeknya di sini adalah seseorang yang dapat berupa pegawai negeri,

rakyat biasa atau siapa saja.

Sesuatu yang diberikan itu tidak hanya berupa benda atau uang saja tetapi

juga suatu hak, kewenangan, kesempatan dan lain sebagainya. Misalnya hak untuk

memakai rumah, kewenangan menagih piutang, kesempatan untuk memasukkan

61
Lihat Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001

Universitas Sumatera Utara


39

anak di suatu sekolah, dan lain sebagainya. Dalam hal ini tidak dipersoalan

apakah sesuatu itu adalah milik negara, milik seseorang yang dipaksa itu atau

milik sipemaksa (misalnya disewakan) seluruhnya atau sebahagian.

Supaya melakukan pembayaran, maksudnya orang yang dipaksa itu harus

mengeluarkan uangnya untuk membayar sesuatu. Apakah itu membayar sesuatu

yang ditawarkan ataukan membauat sesuatu seolah-olah ia berhutang tidak

dipersoalkan.

Menerima baik suatu pembayaran baginya yang sudah dikurangi sering

terjadi dilakukan oleh para juru bayar. Misalnya seharusnya seseorang itu

menerima pembayaran tiga puluh juta rupiah tetapi yang dibayarkan dua puluh

juta rupiah.

Untuk melakukan pekerjaan yang bersifat pribadi misalnya seseorang

penjaga tahanan memaksa orang tahanan untuk mengerjakan kebun pribadi dari

sang pegawai tersebut.

3. Pengertian Tindak Pidana Pemerasan

Pemerasan berasal dari kata “peras” yang mendapat imbuhan kata “pe”

dan “an” yang menunjukkan sebuah kata kerja. Dimana pemerasan mengartikan

perbuatan memeras, mengancam atau mengambil keuntungan dari orang lain

secara paksa.

Menurut Kamus Hukum, pemerasan adalah pemaksaan yang dilakukan

dengan intimidasi fisik, ancaman membuka rahasia korban, tuduhan bahwa

korban pernah melakukan kejahatan, dan lain sebagainya agar seseorang

memberikan seluruh atau sebagian hartanya atau untuk penghapusan utang.62

62
Citra Umbara, Kamus Hukum, (Bandung: Citra Umbara, 2008), hal. 314

Universitas Sumatera Utara


40

Dalam Black’s Law Dictionary, blackmail diartikan sebagai „a threatening

demand made without justification‟. Sinonim dengan extortion, yaitu suatu

perbuatan untuk memperoleh sesuatu dengan cara melawan hukum seperti

tekanan atau paksaan.63 Pengertian yang diberikan Black’s Law Dictionary lebih

mendekati dari maksud hukum terhadap pemerasan sebagai sebuah kejahatan atau

tindak pidana.

Tindak pidana pemerasan dalam bahasa KUHP Belanda adalah

“afpersing”yang diatur dalam KUHP pasal 368. Dalam KUHP, ketentuan

mengenai pemerasan dalam bentuk pokok diatur dalam Pasal 368 ayat (1) KUHP,

pemerasan yang diperberat diatur Pasal 368 ayat (2) KUHP. Kedua macam tindak

pidana pemerasan dan pengancaman mempunyai sifat yang sama, yaitu suatu

perbuatan bertujuan untuk mengancam orang lain, sehingga tindak pidana ini

diatur dalam bab yang sama yaitu Bab XXIII KUHP. 64

Tindak Pidana “pemerasan” ini mirip dengan “pencurian dengan

kekerasan” dari pasal 365 KUHP. Perbedaannya yaitu, bahwa dalam hal

pencurian si pelaku sendiri yang mengambil barang yang dicuri, sedang dalam hal

pemerasan, si korban setelah dipaksa dengan kekerasan, menyerahkan barangnya

kepada si pemeras.65

Dalam konteks hukum pidana, suatu perbuatan disebut tindak pidana

pemerasan jika memenuhi sejumlah unsur. Unsur-unsurnya bisa ditelaah dari

pasal 368 ayat (1) KUHP: “Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan

63
Mohammad Kenny Alweni, Kajian Tindak Pidana Pemerasan Berdasarkan Pasal 368
KUHP, Jurnal Lex Crimen, Vol. VIII Nomor 3 (Maret 2019), hal 48.
64
M. Lutfi Chakim, Afpersing dan Afdreiging, Majalah Konstitusi Nomor 124 Juni 2017,
hal. 73
65
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, (Jakarta: P.T.
Eresco, 1974), hal. 28

Universitas Sumatera Utara


41

diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan

kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan sesuatu barang, yang

seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya

membuat utang atau menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan, dengan

pidana penjara paling lama sembilan tahun”.

R. Soesilo menjelaskan Pasal 368 KUHP bahwa kejadian dalam Pasal

tersebut dinamakan “pemerasan dengan kekerasan” (afpersing). Pemerasan yang

sebagaimana dimaksud itu pekerjaannya:66

1. Memaksa orang lain;


2. Untuk memberikan barang yang sama sekali atau sebagian termasuk
kepunyaan-kepunyaan orang itu sendiri atau kepunyaan orang lain,
atau membuat utang atau menghapuskan piutang;
3. Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain
dengan melawan hak; dan
4. Memaksanya dengan memakai kekerasan atau ancaman.

R. Soesilo kemudian menjelaskan lebih lanjut beberapa arti kata

yang terdapat dalam pasal 368 yaitu antara lain:67

a. Kata “memaksa” artinya adalah melakukan tekanan kepada

orang, sehingga orang itu melakukan sesuatu yang berlawanan

dengan kehendak sendiri.

b. Kata “barang” artinya adalah segala sesuatu yang berwujud

termasuk pula binatang (manusia tidak masuk), misalnya,

uang, baju, kalung, dan sebagainya. Dalam pengertian barang

termasuk pula “daya listrik” dan “gas”, meskipun tidak

berwujud, akan tetapi dialirkan ke kawat atau pipa. Beberapa

helai rambut wanita adalah juga termasuk pengertian barang,

66
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Bogor: Politeia, 1989), hal. 256
67
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


42

meskipun beberapa helai rambut tidak ada harganya. Karena

barang tidak perlu mempunyai harga ekonomis.

Memaksa orang lain untuk menyerahkan barang sendiri itu

masuk pula pemerasan.

c. Kata “melawan hak” artinya adala melawan hukum, tidak

berhak atau bertentangan dengan hukum.

d. Kata “kekerasan” artinya adalah mempergunakan tenaga atau

kekuaran jasmani tidak kecil secara yang tidak sah, misalnya

memukul dengan tangan atau dengan segala macam senjata,

menyepak, menendang dan sebagainya.

Menurut Andi Hamzah ada empat inti delik atau delicts bestanddelen

dalam pasal 368 KUHP. Pertama, dengan maksud untuk menguntungkan diri

sendiri atau orang lain. Kedua, secara melawan hukum. Ketiga, memaksa

seseorang dengan kekerasan atau ancaman. Keempat, untuk memberikan sesuatu

barang, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang

lain, atau supaya membuat utang atau menghapuskan piutang. 68

Unsur-unsur dari kejahatan pemerasan terdiri atas dua macam yaitu:69

a. Unsur-unsur objektif, antara lain:

1. Memaksa atau dwingen;

2. Orang lain atau iemand;

3. Untuk menyerahkan sesuatu benda atau tot afgifte van eenig

goed;

68
Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten) di KUHP (Edisi Kedua),
(Jakarta: Sinar Grafika, 2016), hal. 76
69
P.A.F. Lamintang dan C. Djisman Samosir, Delik-Delik Khusus Kejahatan yang
Ditujukan Terhadap Hak Milik dan Lain-Lain Hak yang Timbul dari Hak Milik, (Bandung: CV
Nuansa Aulia, 2010), hal.103

Universitas Sumatera Utara


43

4. Untuk membuat suatu pinjaman atau tot het aangaan van eene

schuld;

5. Untuk meniadakan suatu piutang atau tot het tenietdoen van eene

inschuld; dan

6. Dengan cara kekerasan atau ancaman kekerasan atau door

geweld of bedreiging met geweld.

b. Unsur-unsur subjektif, antara lain:

1. Dengan maksud atau met het oogmerk dan

2. Untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau om zich of

een ander te bevordelen.

Unsur „dengan maksud‟ dalam pasal ini memperlihatkan kehendak pelaku

untuk menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain. Jadi, pelaku sadar atas

perbuatannya memaksa. Memaksa yang dilarang di sini adalah memaksa dengan

kekerasan. Tanpa ada paksaan, orang yang dipaksa tidak akan melakukan

perbuatan tersebut.70

Dengan cara memaksa, pelaku ingin korban menyerahkan barang atau

membayar utang atau menghapus piutang. Jika yang terjadi penyerahan barang,

maka berpindahnya barang dari tangan korban menjadi peristiwa penting

melengkapi unsur pasal ini. Putusan Hoge Raad 17 Januari 1921 menyebutkan

penyerahan baru terjadi apabila korban telah kehilangan penguasaan atas barang

tersebut.71

70
Bahasa Hukum : Tindak Pidana „Pemerasan‟. Lihat https://www.hukumonline.com/
berita/baca/lt5056a2c308a48/bahasa-hukum--tindak-pidana-pemerasan/. Diakses pada Tanggal 15
November 2019 Pukul 20.40
71
R. Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah
Agung dan Hoge Raad, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2009), hal. 229

Universitas Sumatera Utara


44

Unsur “maksud menguntungkan diri dengan melanggar hukum”

merupakan unsur yang penting, oleh karena sudah cukup sifat pelanggaran hukum

dari yang menguntungkan diri ini tercakup dalam maksud si pelaku. Jadi si pelaku

tetap bersalah sekalipun bahwa ia berhak menguntungkan diri atas perbuatannya

itu. Misalnya barang yang diminta dengan kekerasan itu merupakan milik si

pelaku, yang mana si pelaku tidak mengetahui pada saat ia melakukan

pemerasan.72

Walaupun undang-undang sendiri tidak menyatakan dengan tegas bahwa

tindak pidana pemerasan yang diatur dalam Pasal 368 KUHP harus dilakukan

dengan sengaja, tetapi dengan melihat pada adanya unsur memaksa dengan

kekerasan orang dapat menarik kesimpulan bahwa tindak pidana pemerasan

seperti yang dimaksudkan pada Pasal 368 KUHP harus dilakukan dengan sengaja

atau bahwa tindak pidana pemerasan yang diatur dalam Pasal 368 itu merupakan

opzettelijk misdriff atau suatu kejahatan yang harus dilakukan dengan sengaja.73

Tentang bagaimana ancaman kekerasan itu harus dilakukan, Hoge Road

dalam dua arrest-nya, masing-masing tanggal 5 Januari 1914, NJ 1914 halaman

397, W. 9604 dan tanggal 18 Oktoer 1915, NJ halaman 1116 telah mensyaratkan

bahwa:74

a. Ancaman itu harus diucapkan dalam suatu keadaan yang demikian

rupa sehingga dapat menimbulkan kesan pada orang yang diancam

bahwa yang diancamkan itu benar-benar dapat merugikan kebebasan

pribadinya; dan

72
Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit., hal. 29
73
P.A.F Lamintang & Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta
Kekayaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal. 70
74
Ibid., hal. 73

Universitas Sumatera Utara


45

b. Bahwa maksud pelaku memang telah ditunjukan untuk menimbulkan

kesan seperti itu.

Putusan Hoge Raad pada 23 Maret 1936, NJ 1936 halaman 563 dan 814

menyimpulkan bahwa disebut pemerasan jika seseorang memaksa menyerahkan

barang yang dengan penyerahan itu dapat memperoleh piutangnya, juga jika

memaksa orang untuk menjual barangnya walaupun dia harus bayar harganya

penuh atau bahkan melebihi harganya. 75

Jumlah barang yang dipaksa untuk diserahkan kepada pelaku tidak

masalah. Di Pengadilan Negeri Kisaran melalui putusan Nomor 309/Pid.B/2008

tanggal 11 Juni 2008 telah menghukum seorang terdakwa yang berinisial “RSP”

dua bulan penjara karena terbukti memaksa orang lain menyerahkan uang seribu

rupiah.76

Tindak pidana pemerasan yang keadaannya didalilkan oleh pelaku bahwa

barang yang ada pada orang lain baik seluruhnya atau sebagian milik orang itu,

belum jatuh ke tangan pelaku atau dengan perkataan lain, bahwa barang tersebut

masih dalam penguasaan korban, tidaklah membebaskan seseorang sebagai

tersangka atau terdakwa karena telah melakukan tindak pidana pemerasan.77

Dalam kaitan ini terdapat yurisprudensi dengan kaidah hukumnya:

“ Tidaklah menjadi syarat Pasal 368 KUHP bahwa Terdakwa telah benar-
benar menerima apa yang dimintanya, karena perbuatan Terdakwa
meminta uang dengan disertai ancaman dianggap telah terbukti, semua
unsur delik pemerasan telah dipenuhi.”78

75
Ibid., hal. 79
76
Bahasa Hukum : Tindak Pidana „Pemerasan‟. Lihat https://www.hukumonline.com/
berita/baca/lt5056a2c308a48/bahasa-hukum--tindak-pidana-pemerasan/. Diakses pada Tanggal 15
November 2019 Pukul 20.40
77
Ibid.
78
Lihat Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 81 K/PID/1982 tanggal 19
Juli 1982.

Universitas Sumatera Utara


46

G. METODE PENULISAN

Metode penulisan diperlukan agar tujuan penulisan dapat lebih terarah dan

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

Normatif. Penelitian normatif mengonsepkan hukum sebagai apa yang tertulis

dalam peraturan perundang-undangan atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah

atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.79

Penelitian Normatif dalam hal ini, digunakan untuk menganalisa konsep-

konsep hukum, asas-asas hukum, dan peraturan berupa Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999. Undang-

undang tersebut berkaitan dengan topik bahasan dalam skripsi ini.

2. Sifat Penelitian

Sifat Penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang terdiri atas satu variabel atau lebih dari satu

variabel. Variabel dalam penelitian deskriptif tidak saling bersinggungan sehingga

disebut penelitan bersifat deskriptif.80

3. Sumber Data

Penelitian Normatif menggunakan jenis data sekunder. Data sekunder

adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian melainkan

melalui studi pustaka (library research). Peneliti mendapat data yang sudah jadi
79
Amiruddin & Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2014), hal. 118
80
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 11

Universitas Sumatera Utara


47

yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode, baik secara

komersial maupun nonkomersial, sebagainya yang diperoleh baik melalui media

cetak maupun media elektronik.

Data sekunder yang dipakai penulis adalah sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-ndangan yang terkait,

antara lain:

1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi;

2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi;

3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana

4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan tentang

Hukum Pidana

b. Bahan hukum sekunder berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul

skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan dan

sebagainya yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media

elektronik

c. Bahan hukum tertier, yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-

petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder, seperti: kamus hukum, jurnal ilmiah, dan bahan-bahan

lain yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang

diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


48

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui studi

pustaka (literature research), penulis mengumpulkan, mengkomparasikan dengan

peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan yang telah memiliki

kekuatan hukum tetap81 dan mensinkronkan data, menafsirkan, dan menemukan

data dari buku-buku dan arti-arti yang berhubungan dengan judul skripsi untuk

memperoleh data dari sumber ini.

Alat pengumpul data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan

studi dokumen atau bahan pustaka yang disusun secara ilmiah (metodologi) guna

memperoleh data-data yang dipergunakan dalam penyusunan sesuai dengan yang

telah direncanakan semula yaitu menjawab permasalahan yang telah diuraikan

sebelumnya.

5. Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh, akan digunakan metode analisis

kualitatif.

Analisis kualitatif adalah analisis dengan menggunakan nalar si peneliti

untuk menarik suatu kesimpulan. Kesimpulan yang dimaksud merupakan jawaban

atau pemecahan masalah yang diajukan dan bukti kebenaran/ketidakbenaran

hipotesis.82

H. SISTEMATIKA PENULISAN

81
Putusan Pengadilan yang penulis gunakan adalah Putusan Mahkamah Agung Nomor 82
K/PID.SUS/2011 dan Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam Nomor 874/PID.B/2016/PN LBP
82
Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum : Penulisan Skripsi, (Medan:
Pustaka Bangsa Press, 2005), hal. 104

Universitas Sumatera Utara


49

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka akan diberikan gambaran

secara ringkas mengenai uraian dari bab ke bab yang berkaitan satu dengan yang

lainnya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut .

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini digambarkan secara umum tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian, dan sistematika penulisan yang akan berkenaan dengan

permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

BAB II: PENGATURAN TERHADAP PERBUATAN PUNGUTAN

LIAR DI INDONESIA

Bab ini menguraikan tentang tinjauan umum tentang perbuatan

pungutan liar, pengaturan hukum perbuatan pungutan liar di

Indonesia, ancaman pidana perbuatan pungutan liar, mengenai

pengaturannya yaitu di dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) dan diluar KUHP, kemudian diuraikan juga

tentang perbuatan pungutan liar sebagai tindak pidana korupsi dan

perbuatan pungutan liar sebagai tindak pidana pemerasan, beserta

teori-teori dan latar belakangnya.

BAB III: UPAYA PENANGGULANGAN PERBUATAN PUNGUTAN

LIAR

Bab ini menguraikan tentang upaya-upaya penanggulangan

perbuatan pungutan liar, faktor-faktor terjadinya pungutan liar,

upaya pemberantasan pungutan liar melalui jalur penal dan jalur

non-penal.

Universitas Sumatera Utara


50

BAB IV : PENERAPAN HUKUM TERHADAP PERBUATAN

PUNGUTAN LIAR YANG TERDAPAT PADA PUTUSAN

MAHKAMAH AGUNG NOMOR 82 K/PID.SUS/2011 DAN

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LUBUK PAKAM

NOMOR 874/PID.B/2016/PN LBP

Pada bab ini akan diurikan pembahasan mengenai perbuatan

pungutan liar sebagai tindak pidana korupsi dan perbuatan

pungutan liar sebagai tindak pidana pemerasan yang berdasarkan

Putusan Mahkamah Agung Nomor 82 K/PID.SUS/2011 dan

Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam Nomor

874/PID.B/2016/PN LBP.

BAB V: PENUTUP

Bab ini merumuskan suatu kesimpulan dari bab-bab terdahulu

dengan butir-butir yang dianggap penting serta memberikan saran

yang diharapkan berguna dalam praktek.

Universitas Sumatera Utara


51

BAB II

PENGATURAN TERHADAP PERBUATAN PUNGUTAN LIAR DI


INDONESIA

A. Tinjauan Terhadap Perbuatan Pungutan Liar

Pungutan liar terdiri dari dua kata yaitu “pungutan” dan “liar”. Pungutan

liar sering disebut dengan pungli merupakan singkatan kata dari pungutan liar itu

sendiri.

Soedjono menyatakan, bahwa menurut istilah dalam kamus bahasa cina;

"Li" artinya keuntungan; "Pung" artinya persembahan. Jadi Pungli diucapkan

Pung-Li, artinya adalah mempersembahkan keuntungan. 83

Pungutan Liar dalam Kamus Hukum yang ditulis oleh Yan Pramatya

Puspa adalah segala bentuk pajak, pembayaran apapun yang semestinya disetor

kepada kas negara yang tidak sesuai (lebih dari pada) ketentuan atau peraturan

yang berlaku.84

Pengertian “pungutan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

adalah barang apa yang dipungut atau pendapatan dari memungut 85 dan

pengertian “liar” dalam KBBI adalah tidak teratur atau tidak menurut aturan

(hukum) atau sikap dan tingkahnya belum beradab atau tidak resmi ditunjuk atau

tidak resmi diakui oleh yang berwenang atau tanpa izin resmi dari yang

berwenang atau tidak memiliki izin usaha, mendirikan, atau membangun, dan

83
Ibrahim Hot, Rahasia Dibalik Sapu Bersih Pungli, (Sleman: CV Budi Utama, 2017), hal.
8
84
Yan Prayatma Puspa, Kamus Hukum Edisi Lengkap Bahasa Belanda Indonesia Inggris,
(Semarang: Aneka Ilmu, 1977), hal. 470
85
Pengertian “pungutan”, Lihat https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pungutan. Diakses
pada tanggal 27 November 2019 Pukul 23.00 WIB.

51

Universitas Sumatera Utara


52

sebagainya.86 Berdasarkan itu, secara umum dapat diartikan bahwa pungutan liar

adalah suatu pembayaran bea, iuran, kutipan, pajak, saweran atau tarif yang tidak

sesuai atau tertata dengan aturan.

Sebutan pungli mulai diperkenalkan pada September 1977 saat

dikeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 tahun 1977 tentang Operasi

Penertiban87, dengan tugas membersihkan pungli, penertiban uang siluman,

penertiban aparat pemerintah daerah dan departemen. Dalam Inpres ini,

penertiban terhadap perbuatan pungli berada dalam ruang lingkup penertiban di

bidang operasional88. Inpres ini sebagai wujud pelaksanaan Undang-Undang No. 3

Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Dalam Lampiran Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 1977 tentang Operasi

Penertiban di sebutkan beberapa contoh tentang bentuk penyelewengan tersebut

yaitu:

a. Pungutan atas gajih/pensiun Pegawai Negeri oleh oknum instansi


yang bersangkutan;
b. Pungutan atas pengangkatan Pegawai Negeri oleh instansi yang
bersangkutan;
c. Pungutan atas biaya-biaya perjalanan pegawai oknum instansi yang
bersangkutan;

86
Pengertian “liar”, Lihat https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/liar. Diakses pada tanggal 27
November 2019 Pukul 23.00 WIB.
87
Tujuan penertiban dalam Inpres ini yaitu:
1. Meningkatkan dayaguna dan hasil guna serta meningkatkan kewibawaan aparatur
Pemerintah dan mengikis habis praktek-praktek penyelewengan dalam semua bentuk dan
perwujudannya.
2. Menegakkan dan meningkatkan kesadaran nasional dan disiplin nasional baik aparatur
Pemerintah maupun masyarakat dalam rangka ketahanan nasional. Lihat Lampiran Instruksi
Presiden (Inpres) Nomor 9 tahun 1977 tentang Operasi Penertiban, hal 1
88
Ruang lingkup penertiban dalam Inpres ini meliputi, Pertama Penertiban di bidang sistim
organisasi dan administrasi yang terdiri dari penertiban struktur organisasi, Personalia, dan
Tatakerja/laksana dan Kedua Penertiban di bidang operasionil yaitu terdiri dari penertiban
terhadap penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan tugas di lapangan terhadap ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan dan penertiban terhdap penyimpangan-penyimpangan/
penyelewengan antara lain dalam bentuk pungutan liar, komersialisasi jabatan, pemborosan
keuangan negara, dan lain sebagainya. Lihat Ibid.

Universitas Sumatera Utara


53

d. Pungutan oleh oknum-oknum instansi atas pembelian departemen


atau instansi, sehingga meningkatkan harga di luar kewajaran (dalam
hal tender misalnya);
e. Pungutan atas pemberian izin-izin seperti izin usaha, izin dagang,
izin bangunan, izin kerja, paspor dan sebagainya oleh oknum instansi
yang bersangkutan dalam hal melakukan pelayanan kepada
masyarkat dan hal-hal semacam ini terjadi di hampir setiap instansi
yang mengeluarkan, perizinanperizinan tersebut;
f. Pungutan-pungutan oleh oknum-oknum KPN89 atas penguangan
SKO90 untuk belanja rutin maupun belanja pembangunan;
g. Pungutan-pungutan yang terjadi dalam pemasukan barang,
khususnya di Bea & Cukai;
h. Pungutan-pungutan yang terjadi dalam hal penyetoran pajak,
sehingga besarnya pajak yang masuk ke Negara relatif kecil
dibandingkan yang masuk ke oknum petugas pajak yang
bersangkutan;
i. Pungutan-pungutan resmi yang tidak didasarkan atas peraturan
perundang-undangan yang sah baik di Departemen maupun di
Pemerintah Daerah; dan
j. Pungutan-pungutan yang berhubungan dengan pemberian kredit oleh
perbankan yang biasanya disebut "uang hangus”

Jauh sebelum kita mengenal istilah pungli, Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) telah mengidentifikasi transaksi haram ini ke dalam beberapa

istilah, seperti: pemerasan (Pasal 368 KUHP), gratifikasi/hadiah (Pasal 418

KUHP), melawan hukum dan menyalahgunakan wewenang (Pasal 423

KUHP).

Istilah pungli mulai terkenal pada tahun 1977, yaitu saat Kepala Staf

Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kaskopkamtib) yang bertindak

89
Kantor Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disingkat KPN adalah kantor
pemerintah yang ditugasi untuk melakukan: a. Pengujian atas SPPP (Surat Permintaan
Pembayaran Pembangunan) dan SPPR (Surat Permintaan Pembayaran Rutin) yang diajukan oleh
bendaharawan, dengan memperhatikan batas biaya tolak ukur dan atas biaya jenis pengeluaran
dalam tiap tolok ukur yang tercantum dalam Daftar Isian Kegiatan atau Daftar Isian Proyek serta
hal-hal yang berkaitan dengan kelengkapan pembuktian dan kebenaran tagihan; dan b. Penelitian
atas SPJP (Surat Pertanggungjawaban Pembangunan/Proyek) dan SPJR (Surat
Pertanggungjawaban Rutin) dengan memperhatikan kebenaran dan kelengkapan pembuktian dan
selanjutnya melaporkan hasilnya kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran. Lihat,
Budi Haryono, Akutansi Pemerintahan di Indonesia, (Pustaka GD), hal. 130
90
Surat Keputusan Otorisasi yang selanjutnya disingkat SKO adalah suatu surat yang
dikeluarkan oleh Biro Keuangan masing-masing Departemen atau Lembaga Negara atas nama
Menteri Keuangan unutk melakukan pengeluaran sejumlah uang. Lihat, Ibid., hal. 129

Universitas Sumatera Utara


54

selaku Kepala Operasi Tertib bersama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

(Menpan) dengan gencar melancarkan Operasi Tertib (Opstib), yang sasaran

utamanya adalah pungli, maka istilah pungli menjadi terkenal, dan penertiban

pungli pun disertai penertiban usil (uang siluman), yaitu merujuk kepada

mobilisasi uang yang diparkir dalam jangka waktu tertentu untuk dana taktis

kantor. Setelah itu populer pula uang–uang pungli yang dilakukan oleh oknum

atau lembaga tertentu, apakah dalam bentuk uang pengamanan, uang beking, uang

koordinasi, dan sebagainya. Terungkap pula istilah-istilah susu ibu (sumbangan

sukarela iuran bulanan) dan susu tekan (sumbangan sukarela tanpa tekanan) yang

menunjukan adanya praktek pungli secara terstruktur dan melembaga. Istilah

pelesetan (akronim) susu ibu ataupun susu tekan tersebut dieuphemiskan oleh

petugas pungutnya ketika melakukan penagihan /pengumpulan uang.

Dalam pengertian ini, beberapa istilah yang dipergunakan oleh masyarakat

mengenai pungli atau pungli adalah uang suap, uang sogokan, uang pelicin, uang

semir, uang rokok, uang lelah, salam tempel, uang jasa dan komisi-komisi.

Istilah pungli juga dapat dipersamakan dengan upetisme 91 secara paksaan.

Upetisme secara paksaan ialah upeti yang diberíkan kepada Pegawai Negeri,

karena seseorang telah melakukan pelanggaran ketentuan yang berlaku, sehingga

dengan pemberian itu, pemberi upeti dapat dilepaskan dari tuntutan Hukum.

Apabila upeti itu tidak diberikan kepada oknum pejabat yang bersangkutan, maka

91
Upetisme merupakan sebagai satu bentuk pemberian dari bawahan kepada atasan dalam
rangka memperoleh prioritas-prioritas kedinasan seperti naik pangkat, promosi jabatan atau
kedudukan. Upetisme memiliki 3 (tiga) bentuk yaitu : Sukarela, Imbalan/Suap dan Paksaan. Lihat
Ati Suryati & Djoko Prakoso, Upetisme Ditinjau dari Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi Tahun 1977, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), hal 25

Universitas Sumatera Utara


55

akibatnya terhadap si pelanggar akan dikenakan tindakan seperti di ajukan di

depan sidang Pengadilan.92

Istilah pungli sering dipersamakan dengan perbuatan korupsi yaitu suap

atau penyogokkan (penyuapan). Suap atau penyogokan yaitu pemberian sesuatu

atau upeti untuk maksud memuluskan sesuatu yang tidak sesuai dengan prosedur.

Istilah lainnya selain suap atau penyogokan adalah pemerasan, yaitu permintaan

setengah memaksa oleh pejabat kepada masyarakat agar prosedur yang diberikan

tidak berbelit-belit atau agar beberapa ketentuan aturan dapat dilewati. Kedua

istilah ini hampir sama, suap, penyogokan (penyuapan) maupun pemerasan yaitu

dalam hal ini pihak-pihaknya saling aktif menerima dan memberi.

Praktisi hukum Good Corporate Governance (GCG) dan Sekretaris Umum

Ikatan Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia (ILUNI FHUI), Mohamad

Fajri Mekka Putra, menyatakan pungli muncul kadangkala dari perilaku

masyarakat yang memberi uang jasa dan tanda terimakasih pada pelayanan yang

diberikan. Sehingga, masyarakat perlu diberi edukasi atas perilaku-perilaku yang

turut menumbuhkembangkan budaya pungli, seperti kebiasaan memberikan fulus

dengan alasan uang lelah maupun sebagai ucapan terima kasih.93

Penulis mengumpulkan beberapa pengertian dari Pungutan Liar dari

berbagai sumber antara lain:

1. Pungutan Liar adalah Perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau

Pegawai Negeri atau Pejabat Negara dengan cara meminta

92
Ibid., hal 50
93
Disampaikan Mohamad Fajri Mekka Putra dalam Acara diskusi Pungli dalam Distribusi
Logistik dan Risiko Hukum bagi Pelaku Usaha yang diadakan Hukumonline dan Ikatan Alumni
FHUI, Pada hari Kamis, tanggal 20 Juni 2019. Lihat https://www.hukumonline.com/berita/baca/
lt5d0cf51ad8076/penegakan-hukum-kejahatan-pungl-imasih-lemah/. Diakses pada tanggal 27
November 2019 Pukul: 22.05 WIB.

Universitas Sumatera Utara


56

pembayaran sejumlah uang yang tidak sesuai atau tidak berdasarkan

peraturan yang berkaitan dengan pembayaran tersebut.94

2. Pungutan liar atau pungli adalah pengenaan biaya di tempat yang

tidak seharusnya biaya dikenakan atau dipungut dilokasi atau pada

kegiatan tersebut tidak sesuai ketentuan. Sehingga dapat diartikan

sebagai kegiatan memungut biaya atau meminta uang secara paksa

oleh seseorang kepada pihak lain dan hal tersebut merupakan sebuah

praktek kejahatan atau perbuatan pidana.95

3. Pungutan Liar adalah pungutan yang diambilkan pada rakyat dengan

tidak berdasarkan peraturan atau Undang-Undang yang berlaku.

Pungli merupakan suatu interaksi antara masyarakat yang memberi

petugas negara/pejabat yang bersangkutan menerima dengan baik.

Pada umumnya pungli lahir dari inisiatif masyarakat yang melanggar

Undang-Undang atau peraturan.96

4. Pungutan liar atau biasa disingkat pungli dapat diartikan sebagai

pungutan yang dilakukan oleh dan untuk kepentingan pribadi oknum

petugas secara tidak sah atau melanggar aturan. Pungli merupakan

salah satu bentuk penyalahgunaan wewenang yang memiliki tujuan

untuk memudahkan urusan atau memenuhi kepentingan dari pihak

pembayar pungutan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pungli

94
Disampaikan oleh Dr. R. Widyopramono, S.H., M.M., M.Hum pada Workshop “Peran
APIP dalam, Pencegahan Pungutan Liar Pada Layanan Publik” yang diselenggarakan oleh
Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada hari Kamis, tanggal 12
Januari 2017 di Jakarta. Lihat
https://www.kemdikbud.go.id/main/files/download/5a43f0ab1419357. Diakses pada tanggal 29
November 2019 Pukul 17.35.
95
Wahyu Rahmadhani, Penegakan Hukum Dalam Menanggulangi Pungutan Liar
Terhadap Pelayanan Publik, Jurnal Hukum Samudra Keadilan, Volume 12 Nomor 2 (Juli-
Desember 2017), hal. 271
96
Ari Suryati & Djoko Prakoso, Op.Cit., hal. 53

Universitas Sumatera Utara


57

melibatkan dua pihak atau lebih, baik itu pengguna jasa ataupun

oknum petugas yang biasa melakukan kontak langsung untuk

melakukan transaksi rahasia maupun terang-terangan, dimana pada

umumnya pungli yang terjadi pada tingkat lapangan dilakukan secara

singkat dan biasanya berupa uang. 97

5. Pungutan liar merupakan pemberian sesuatu baik berupa uang

maupun benda serta fasilitas tertentu terhadap oknum-oknum

pemerintah maupun oknum yang bernaung dibawah suatu organisasi

atau kelompok secara langsung, dengan adanya tujuan tertentu yang

tidak dilandasi suatu aturan legal yang mengaturnya. 98

6. Pungutan liar adalah Pungutan yang dilakukan oleh dan untuk

kepentingan pribadi oknum petugas dan atau bertujuan kepentingan

tertentu individu, masyarakat terhadap uang negara dan atau anggota

masyarakat yang dipungut secara tidak sah.99

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan pengertian dari

pungutan liar yaitu suatu pengenaan biaya yang tidak seharusnya biaya itu

dikenakan atau dipungut di suatu tempat arau lokasi, pada suatu kegiatan yang

mana pungutan tersebut tidak sesuai ketentuan, yang secara tidak sah atau

melanggar aturan dengan menyalahgunakan kewenangan, yang banyak dipungut

atau dilakukan oleh pejabat negeri sipil atau aparat di luar wewenangnya dengan

meminta sejumlah uang yang tidak berijin resmi dan dilakukan dengan kontak
97
Samodra Wibawa, Arya Fauzy F.M, dan Ainun Habibah, ”Efektivitas Pengawasan
Pungutan Liar Di Jembatan Timbang”. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. Vol 12 No 2, Januari
2013, hal.75
98
Ibrahim Hot, Op.Cit., hal. 9
99
Dalam Artikel yang berjudul “Perihal Pungutan Liar” yang ditulis oleh Darius Beda
Daton yang merupakan Kepala Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Lihat
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--perihal-pungutan-liar. Diakses pada 30 November 2019
Pukul 23.00

Universitas Sumatera Utara


58

langsung untuk melakukan transaksi rahasia secara sembunyi-sembunyi maupun

terang-terangan untuk kepentingan pribadi oknum petugas atau untuk kepentingan

pihak-pihak tertentu dengan tujuannya untuk memudahkan urusan atau memenuhi

kepentingan dari si pembayar pungutan terhadap uang negara dan atau terhadap

uang anggota masyarakat yang melibatkan dua pihak, yaitu oknum petugas dan

masyarakat, dimana keduanya saling memberi dan menerima.

Dari pengertian diatas, ciri-ciri dan karakteristik pungutan liar yaitu:

1. Pungli dipungut tidak berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku;

2. Pengenaan biaya ditempat yang tidak seharusnya biaya dikenakan;

3. Hasil pungli hanya untuk digunakan oleh oknum pemungut atau

pihak- pihak tertentu untuk kepentingan mereka;

4. Pungutan melibatkan dua pihak yaitu pemberi dan penerima; dan

5. Pungli dilakukan dengan kontak langsung untuk melakukan transaksi

secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

Pungli kebanyakan dilakukan saat berlangsungnya suatu kegiatan yang

berkaitan antara si pemberi dan si penerima, namun sebagian ada juga yang

memberikan sebelum terjadinya suatu kegiatan dengan unsur memperlancar atau

mendahulukan dibanding yang lain atau mengambil hak orang lain. 100 Oknum

yang melakukan pungli bermaksud memperoleh sesuatu dengan tujuan

keuntungan dari kegiatan yang sedang berlangsung.

B. Pungutan Liar Sebagai Perbuatan Pidana

Berdasarkan pada uraian sebelumnya tentang pungutan liar, maka dapat

disimpulkan bahwa pungli termasuk perbuatan pidana karena pungli merupakan

100
Ibrahim Hot, Op.Cit., hal. 10

Universitas Sumatera Utara


59

perbuatan yang bertentangan dengan hukum dan dapat diancam dengan sanksi

pidana terhadap perbuatannya.

Pungli dapat dimasukan ke dalam kategori kejahatan jabatan 101, di mana

dalam konsep kejahatan jabatan dijabarkan bahwa pejabat demi menguntungkan

diri sendiri atau orang lain, menyalahgunakan kekuasaannya untuk memaksa

seseorang untuk memberikan sesuatu, untuk membayar atau menerima

pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya

sendiri.102

Keluarnya Peratruan Presiden (Pepres) Nomor 87 Tahun 2016 tentang

Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar sebagai langkah kebijakan pidana yang

mengandung esensi pemenuhan sifat melawan hukum dalam arti formil karena

telah nyata berbentuk aturan berupa Perpres, sedangkan sifat melawan hukum

dalam arti materiil mesti mengandung unsur-unsur perbuatan tercela, sangat

merugikan masyarakat, bertentangan dengan etika, moral, kebiasaan serta

menyalahi ajaran agama. Apabila unsur-unsur formal dan materiil dikaitkan

dengan perbuatan pungli, maka perbuatan pungli tersebut memenuhi unsur-unsur

sebagai tindak pidana.103

Saat ini belum ada ketentuan hukum berupa perundang-undangan yang

secara khusus mengatur tentang perbuatan pungli sebagai tindak pidana yang

kemudian dapat diberikan sanksi pidana, namun ketentuan hukum Indonesia yang

saat ini berlaku secara tidak langsung dapat mengakomodir permasalahan hukum
101
Kejahatan jabatan merupakan konsekuensi logis dari aktivitas ketatanegaraan setiap
negara yang tentu membutuhkan person, organ dan kewenangan. Lihat Firman Wijaya, Delik
Penyalahgunaan Jabatan dan Suap dalam Praktek, (Jakarta: Penaku, 2011), hal 4.
102
Majalah Paraikatte, Volume 26 Triwulan III (Makassar: Perwakilan BPKP Prov. Sulsel,
2016), hal. 2
103
Nyoman Trisna Sari Indra Pratiwi dan Ni Nengah Kertha Wicara Adiyaryani,
Pemberantasan Pungutan Liar (Pungli) Sebagai Bentuk Kebijakan Kriminal di Indonesia, Journal
Ilmu Hukum Vol. 08, No. 01, Maret 2019, hal 4

Universitas Sumatera Utara


60

perbuatan pungutan liar ini sebagai tindak pidana. Ketentuan hukum sebgaimana

dimaksud terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang

menyebutkan beberapa Pasal diantaranya Pasal 368 KUHP, Pasal 415 KUHP,

Pasal 418 KUHP, Pasal 419 KUHP, Pasal 420 KUHP, Pasal 423 KUHP, dan

Pasal 425 KUHP dan Ketentuan Hukum juga terdapat di beberapa Undang-

Undang yang berada di luar KUHP antara lain :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1980 Tentang

Tindak Pidana Suap pada Pasal 3;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pada Pasal 13; dan

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang terdiri dari beberapa

pasal yaitu Pasal 5, Pasal 11 dan Pasal 12 huruf e.

Ketentuan hukum yang telah disebutkan diatas pada pokoknya

menyebutkan bahwa suatu kejahatan dimana seseorang dengan maksud

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa atau

tidak memaksa seseorang untuk memberikan sesuatu, untuk membayar atau

menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi

dirinya sendiri dapat dipidana.

Berdasarkan uraian ketentuan pidana tersebut di atas, kejahatan pungutan

liar dapat dijerat dengan tindak pidana di bawah ini yaitu:

a. Tindak pidana pemerasan

Universitas Sumatera Utara


61

Pemerasan dan pungutan liar adalah tindak pidana yang mana

terdapat unsur-unsur yang sama dan saling berhubungan, antara lain

untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan

hukum dengan rangkaian kekerasan atau dengan ancaman agar orang

lain menyerahkan barang atau sesuatu kepadanya.

b. Tindak pidana korupsi

Tindak pidana korupsi yang sangat erat kaitannya dengan

kajahatan jabatan ini, karena rumusan pada pasal 415 pasal

penggelapan dalam KUHP diadopsi oleh UU No. 31 tahun 1999 yang

kemudian diperbaiki oleh UU No. 20 tahun 2001, yang dimuat dalam

Pasal 8.

c. Tindak Pidana Suap104

Perbuatan pungutan liar juga dapat termasuk dengan tindak pidana

suap apabila pihak pemberi dan pihak penerima sama-sama aktif

untuk melakukan suap. Perbuatan pungutan liar sebagai tindak pidana

suap karena adanya pemberi yang berinisiatif untuk memberikan

sesuatu barang dengan maksud agar dimudahkan urusannya.

Perlu kita cermati bahwa Pungli bisa terjadi apabila adanya kesepakatan

dan persetujuan diantara kedua belah pihak. Apabila benda atau uang serta

fasilitas yang diberikan sebelumnya sudah dalam kuasa oknum tersebut dan

pengambilan tanpa sepengetahuan si pemberi maka hal tersebut menjurus kepada

perbuatan penggelapan atau korupsi. Apabila pemungutan tersebut terkesan

104
Hamdan, M., Tindak Pidana Suap & Money Politik, (Medan: Pustaka Bangsa Press,
2005), hal 14

Universitas Sumatera Utara


62

dipaksakan oleh salah satu pihak maka perbuatan tersebut mengarah kepada

perbuatan pemerasan.105

Dalam Skripsi ini, secara khusus Penulis akan berfokus kepada Pasal 368

KUHP sebagai tindak pidana pemerasan dan Pasal 12 huruf e Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 sebagai tindak pidana korupsi.

1. Pungutan Liar Sebagai Tindak Pidana Korupsi

Sejak dulu hingga saat ini pelaku Tindak Pidana korupsi sudah berasal dari

berbagai kalangan baik pegawai negeri maupun swasta bahkan penyelenggara

negara. Tindak Pidana Korupsi dalam berbagai bentuk mencakup pemerasan,

penyuapan dan gratifikasi yang pada dasarnya telah terjadi sejak lama dengan

pelaku mulai dari pejabat negara sampai pegawai yang paling rendah.

Korupsi di kalangan pegawai negeri atau birokrasi negara, dilakukan

dengan melanggar sumpah jabatan. Korupsi tersebut dapat berbentuk seperti

mengambil atau menerima sogok, uang kopi, salam tempel, uang semir, uang

pelancar atau pelumas, baik dalam bentuk uang tunai maupun benda, atau

malahan juga wanita. Pejabat yang diberikan akan melakukan sesuatu pada

pemberi sogok berupa izin dan fasilitas.

Korupsi pada hakikatnya berawal dari suatu kebiasaan yang tidak disadari

oleh setiap aparat, mulai dari kebiasaan mernerima upeti, hadiah suap, pemberian

fasilitas tertentu ataupun yang lain dan pada akhirnya kebiasaan tersebut lama-

lama akan menjadi bibit korupsi yang nyata dan dapat merugikan keuangan

negara.106

105
Ibrahim Hot, Op.Cit., hal.
106
Tri Karyanti, Yani Prihatini dan Sinta Tridian Galih, Pendidikan Anti Korupsi Berbasis
Multimedia, (Yogyakarta: Deepublish, 2019), hal. 11

Universitas Sumatera Utara


63

Sejalan dengan kemajuan perkembangan zaman, pelaku Tindak Pidana

Korupsi sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) tidak lagi melakukan

perbuatannya dengan cara-cara yang konvensional dan sederhana. Terkait dengan

pelaku kejahatan Korupsi muncul pula modus Tindak Pidana Korupsi dengan

melakukan pungli pada pelaksanaan program dan kebijakan pemerintah.

Menurut J. Soewartojo, pungutan liar termasuk dari beberapa bentuk

tindak pidana korupsi. Menurut J. Soewartojo, ada beberapa bentuk tindak pidana

korupsi, yaitu :107

1) Pungutan liar jenis tindak pidana, yaitu korupsi uang negara,


menghindari pajak dan bea cukai, pemerasan dan penyuapan;
2) Pungutan liar jenis pidana yang sulit dibuktikan, yaitu komisi dalam
kredit bank, komisi dalam tender proyek, imbalan jasa dalam
pemberian izin, kenaikan pangkat, pungutan terhadap uang perjalanan,
pungli pada pos-pos pencegatan di jalan, pelabuhan, dan sebagainya;
3) Pungutan liar jenis pungutan tidak sah yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah (Pemda), yaitu pungutan yang dilakukan tanpa ketetapan
berdasarkan peraturan daerah, tetapi hanya dengan surat-surat
keputusan saja;
4) Penyuapan, yaitu seorang penguasa menawarkan uang atau jasa lain
kepada seseorang atau keluarganya untuk suatu jasa bagi pemberi
uang;
5) Pemerasan, yaitu orang yang memegang kekuasaan menuntut
pembayaran uang atau jasa lain sebagai ganti atau timbal balik fasilitas
yang diberikan;
6) Pencurian, yaitu orang yang berkuasa menyalaguna kan kekuasaannya
dan mencuri harta rakyat langsung atau tidak langsung; dan
7) Nepotisme, yaitu orang yang berkuasa memberikan kekuasaan dan
fasilitas pada keluarga dan kerabatnya, yang seharusnya orang lain
juga dapat atau berhak bila dilakukan secara adil.

Dari uraian pendapat J. Soewartojo diatas, dapat kita ketahui dengan jelas

bahwa pungli termasuk bentuk-bentuk Korupsi yang disampaikan J. Soewaryojo.

J. Soewartojo juga membedakan pungli menjadi tiga macam yaitu pungli jenis

107
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta:Sinar Grafika,, 2005), hal. 20

Universitas Sumatera Utara


64

tindak pidana, pungli jenis pidana yang sulit dibuktikan dan pungli jenis pungutan

yang tidak sah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

Dalam Buku Saku yang dikeluarkan oleh KPK atau Komisi Pemberantasan

Korupsi, Korupsi terdiri dari 7 (tujuh) bentuk.108 Perbuatan pungutan liar dapat

dimasukan kedalam Bentuk Korupsi Pemerasan yang merupakan salah satu

bentuk korupsi dari 7 (tujuh) bentuk korupsi. Bentuk korupsi pemerasan terdiri

dari tiga poin atau tiga bentuk yang berbeda, yaitu : 109

a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud


menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
b. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan atau penyerahan
barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal
diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;
c. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta atau menerima atau memotong
pembayaran kepada Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
lain atau kepada kas umum, seolaholah Pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai
utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan utang.

Berdasarkan dengan hal tersebut diatas, perbuatan pungli dapat dimasukan

kedalam point pertama dari tiga poin bentuk korupsi pemerasan. Karena terdapat

ciri-ciri dari perbuatan pungli yaitu menyalahgunakan kewenangan, meminta

sesuatu secara melawan hukum, dan adanya niat untuk menguntungkan diri.

Selain dapat dimasukkan sebagai bentuk korupsi pemerasan, pungli juga

dapat dimasukkan juga sebagai bentuk korupsi gratifikasi. Gratifikasi adalah

pemberian hadiah kepada pegawai negeri sipil atau pejabat negara, baik atas dasar

108
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), hal. 25.
109
Ibid.,hal. 26

Universitas Sumatera Utara


65

adanya kepentingan atau tidak adanya kepentingan.110 Gratifikasi menurut

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor

31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan penjelasannya,

didefinisikan sebagai pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang,

barang, rabat atau diskon, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas

penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. 111

Salah satu contoh perbuatan pungli sebagai bentuk korupsi gratifikasi adalah

pungli di jalan raya dan tidak disertai tanda bukti dengan tujuan sumbangan tidak

jelas, oknum yang terlibat bisa jadi dari petugas kepolisian (polisi lalu lintas),

retribusi (dinas pendapatan daerah), petugas pejabat Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan Raya dan masyarakat (preman).112

Praktik pungli merupakan salah satu bentuk tindak pidana korupsi, pada

umumnya dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki posisi penting dalam

pemerintahan, termasuk oleh para pelaksana pelayanan publik.113

Pungli sebagai tindak pidana korupsi sudah dapat dipahami sejak dulu,

seperti contohnya salah satu kasus pungli yang terjadi pada sekitar tahun 1986.

Pada sekitar tahun 1986, Laksamana Soedomo selaku Ketua Operasi

Tertib Ketua Operasi Tertib Pusat turun ke jalan-jalan raya untuk dalam rangka

menggalakkan kontrol sosial terhadap pungutan-pungutan liar yang dilakukan

110
Rocky Marbun, Kiat Jitu Menyelesaikan Kasus, (Jakarta: Visimedia, 2011), hal. 114
111
Lihat Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150) pada Pasal 12B
ayat (1)
112
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Op.Cit., hal. 29
113
Eddy Mulyadi Soepardi, Memahami Kerugian Keuangan Negara sebagai Salah Satu
Unsur Tindak Pidana Korupsi, (Yograkarta: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 3

Universitas Sumatera Utara


66

oleh pejabat-pejabat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya atau disingkat

LLAJR.114

Umumnya perbuatan-perbuatan pegawai LLAJR tersebut dilakukan

melalui jembatan-jembatan timbang yang banyak tersebar di seluruh Indonesia.

Timbulnya pungutan-pungutan liar di jembatan-jembatan itu akibat adanya

kelebihan muatan yang telah ditentukan.115

Berapa jumlah kendaraan yang melalui jembatan timbang itu, dan berapa

jumlah uang yang diberikan oleh supir-supir truck kepada para pejabat Dinas Lalu

Lintas Jalan Raya sebagai upeti secara dapat dihitung berdasarkan laporan dari

penertiban Opstib baru ini, yaitu jumlah kendaraan yang melalui jembatan

timbang antara 1600 sampai 1500 kendaraan, dikalikan dua ratus rupiah dengan

tujuh juta rupiah per hari.116

Dalam kasus pungli dijembatan-jembatan timbang yang dilakukan oleh

Pegawai Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya tersebut, pungli itu di

lakukan secara paksa, karena apabila truck-truck yang kelebihan muatan itu tidak

memberikan upeti sebanyak dua ratus rupian, maka kendaraan akan ditahan dan

diajukan ke depan sidang pengadilan berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun

1965 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahum 1951 tentang Peraturan Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan Raya. 117

Perbuatan-perbuatan sebagaimana diuraikan tersebut di atas adalah

merupakan perbuatan yang dapat dikatagorikan sebagai tindak pidana korupsi

yang merugikan keuangan negara. Hal ini disebabkan karena apabila pegawai-

114
Ati Suryati & Djoko Prakoso, Op.Cit., hal 50
115
Ibid.
116
Ibid.
117
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


67

pegawai Dinas Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan Raya tersebut tidak menerima

sopir-sopir untuk dipungut secara paksa truck itu, maka perkaranya akan

diteruskan kepada pengadilan setempat dan denda yang diperoleh sebagai akibat

pelanggaran akan masuk ke Kas Negara sebagai pendapatan Pemerintah.118

Pungutan-pungutan liar semacam ini dapat merusak perekonomian negara,

di samping merugikan pemasukan uang Kas Negara.

Pada saat itu, pelaku dari perbuatan pungli seperti contoh kasus diatas

dapat dikenakan Undang-undang Nomor 3 tahun 1971 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, yaitu pada pasal 1 ayat (1) sub d Undang-undang Nomor

3 tahun 1971 bagi sopir-sopir truck yang memberikan upeti pada pegawai negeri

Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya dan bagi penerima upeti yaitu

pegawai Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya dapat dikenakan pasal 1 ayat

(1) sub e Undang-Undang Nomor 3 tahun 1971. Ancaman Pidana terhadap pelaku

perbuatan pungli jika dilihat ketentuan yang tercantum dalam pasal 28 Undang-

Undang Nomor 3 tahun 1971, maka ancaman hukuman bagi penerima dan

pemberi upeti adalah 20 tahun penjara atau denda setinggi-tingginya 30 juta

rupiah.119

Berdasarkan uraian diatas dapat kita ketahui bahwa pungli sudah ada sejak

dulu dan sejak dulu pungli juga sudah dipersamakan sebagai tindak pidana

korupsi.

Pungli sebagai tindak pidana Korupsi kemudian diperkuat dengan

pendapat Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud

118
Ibid., hal 51
119
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


68

MD. Mahfud mengingatkan bahwa pengertian korupsi tidak hanya sebatas

kerugian negara.

Menurut Mahfud, korupsi juga harus diartikan dalam konteks merugikan

masyarakat dan pemerintah dalam pelaksanaan pelayanan public. Menurut

Mahfid, Pungli merupakan sebuah jenis korupsi yang tidak merugikan keuangan

negara, tapi merugikan masyarakat dan merugikan pemerintah di dalam

pelaksanaan tugasnya.120

Hal serupa kemudian juga disampaikan oleh Jaksa Agung Muhammad

Prasetyo, yang mengatakan bahwa pelaku pungli dapat dijerat dengan Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.121

Terhadap pelaku Tindak Pidana Korupsi dengan modus melakuan pungli

dilakukan upaya penegakan hukumnya dengan menerapkan ketentuan Pasal 12

huruf e Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001, yang berbunyi

sebagai berikut:

“ Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara


paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000.-(dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.-(satu milyar rupiah) :
e. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,

120
Mahfud Md: Korupsi Tak Hanya Kerugian Negara, Pungli Pun Termasuk: https://
nasional.tempo.co/read/1341194/mahfud-md-korupsi-tak-hanya-kerugian-negara-pungli-pun-term
asuk/full&view=ok. Diakses pada Tanggal 20 Mei 2020 Pukul : 13.00 WIB
121
Pelaku Pungli Bisa Dijerat Pasal Korupsi, Bukan Hanya Pemerasan :
https://nasional.kompas.com/read/2016/10/20/20110891/pelaku.pungli.bisa.dijerat.pasal.korupsi.b
ukan.hanya.pemerasan?page=all . Diakses pada Tanggal 20 November 2019 Pukul : 22.00 WIB

Universitas Sumatera Utara


69

atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang


memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.”
Penanganan perkara Tindak Pidana Korupsi dengan modus melakukan

pungli oleh oknum Pegawai Negeri maupun Penyelenggara Negara saat ini

menerapkan dan memberlakukan ketentuan Pasal 12 huruf e sebagaimana yang

telah disebutkan diatas, hal ini disebabkan karena adanya pemahaman oleh aparat

penegak hukum yang berpandangan bahwa perbuatan pungli ada kaitannya

dengan kerugian keuagan negara.122

Berdasarkan Pasal 12 huruf e tersebut, maka defenisi pungutan liar yaitu

suatu perbuatan yang dilakukan oleh pegawai negeri atau penyelenggara yang

dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan

hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang

memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan,

atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.

Berdasarkan akan hal itu maka pungutan liar terdiri atas unsur-unsur

obyektif dan unsur-unsur subjektif antara lain, yaitu:123

a. Unsur-unsur obyektif pada pungli yang menjadi unsur-unsur objektif


dalam hal ini diatur dalam rumusan korupsi pada Pasal 12 huruf e
UU Nomor 20 Tahun 2001 adalah :
a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara (deambtenaar);
b. Menyalahgunakan kekuasaan (misbruik van gezag); dan
c. Memaksa seseorang (iemand dwigen om) untuk:
a) Memberikan sesuatu (iets af geven);
b) Membayar (uitbetaling);

122
Pelaku Pungli Bisa Dijerat Pasal Korupsi, Bukan Hanya Pemerasan :
https://nasional.kompas.com/read/2016/10/20/20110891/pelaku.pungli.bisa.dijerat.pasal.korupsi.b
ukan.hanya.pemerasan?page=all . Diakses pada Tanggal 20 November 2019 Pukul : 22.00 WIB
123
Disampaikan oleh Dr. R. Widyopramono, S.H., M.M., M.Hum pada Workshop “Peran
APIP dalam, Pencegahan Pungutan Liar Pada Layanan Publik” yang diselenggarakan oleh
Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada hari Kamis, tanggal 12
Januari 2017 di Jakarta. Lihat https://www.kemdikbud.go.id/main/files/
download/5a43f0ab1419357. Diakses pada tanggal 29 November 2019 Pukul 17.35.

Universitas Sumatera Utara


70

c) Menerima pembayaran dengan potongan, atau (eene


terughouding genoegen nemenbij eene uitbetaling); atau
d) Mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri (een persoonlijken
dienst verrichten).
b. Unsur-unsur subyektif pada pungli yang menjadi unsur-unsur
subjektif dalam hal ini diatur dalam rumusan korupsi pada Pasal 12
huruf e UU Nomor 20 Tahun 2001 adalah :
a. Atau dengan maksud untuk (met het oogmerk om)
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum (zich of een ander wederrechtelijk te bevoordelen); dan
b. Menguntungkan secara melawan hukum (wederrechtelijk te
bevoordelen) .

Pada dasarnya pungli dan korupsi merupakan perbuatan yang sama,

dimana kedua perbuatan itu menggunakan kekuasaan untuk tujuan memperkaya

diri dengan cara melawan hukum.124

2. Pungutan Liar Sebagai Tindak Pidana Pemerasan

Pemerasan dan pungutan liar adalah tindak pidana yang terdapat unsur-

unsur yang sama dan saling berhubungan, antara lain untuk menguntungkan diri

sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan rangkaian kekerasan atau

dengan ancaman agar orang lain menyerahkan barang atau sesuatu kepadanya. 125

Jika dikaji lebih dalam maka pungli adalah segala bentuk pungutan tidak

resmi yang tidak mempunyai landasan hukum. Dalam bekerjanya, pelaku pungli

selalu diikuti dengan tindakan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap pihak

yang berada dalam posisi lemah karena ada kepentingannya. 126

Apabila pelaku pungli selalu diikuti dengan tindakan kekerasan atau

ancaman kekerasan, maka dapat dikatakan bahwa pungli adalah merupakan

tindakan pemerasan. Sehingga dapat dikatakan bahwa perbuatan pungli adalah

124
La Sina, Dampak dan Upaya Pemberantasan serta Pengawasaan Korupsi di Indonesia.
Jurnal Hukum Pro Justitia. Vol 26 No 21, Januari 2008, hal.40
125
Wahyu Rahmadhani, Op.Cit.,hal. 273
126
Ibid., hal. 272

Universitas Sumatera Utara


71

merupakan tindakan pemerasan dan pemerasan dalam KUHP merupakan tindak

pidana.

Apabila aksi pungli itu dilakukan dengan cara kekerasan secara paksa

(premanisme) maka pelaku dapat dijerat dengan Pasal 368 KUHP, yang dapat

mengancam pelaku dengan pidana pemerasan dan dapat dipidana paling lama 9

(sembilan) tahun.

Pungli sebagai tindak pidana pemerasan dapat dipahami bahwa pungli itu

adalah permintaan sebagian uang dari pejabat birokrasi atau masyarakat biasa di

luar biaya yang seharusnya yang pembayarannya di luar dari keharusan biaya

yang harus dibayar, apabila pungli itu tidak dibayar maka akan dikhawatirkan

adanya kesulitan dalam penyelesaian administrasi yang sedang di laksanakan

sehingga korban tidak memiliki pilihan lain dan terpaksa mengikuti keinginan

pelaku.

Pungli sebagai tindak pidana pemerasan dapat di lihat pada salah satu

kasus yang terjadi pada akhir November 2016, yaitu kasus pungli di Pelabuhan

Belawan. Pada akhir November 2016, Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda

Sumut) melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) atas pungli yang dilakukan di

Pelabuhan Belawan. Kemudian terhadap perkara tersebut telah di putus dengan

Putusan Pengadilan Negeri Nomor 664/Pid.B/2017/PN-MDN (dengan terdakwa

Mafrizal, bersama Sabam Parulian Manalu dan Frans Holmes Sitanggang). Dalam

putusan tersebut terdakwa dikenakan pasal 368 KUHP, yaitu pasal tindak pidana

pemerasan.

Pendapat bahwa pungli sebgai tindak pidana pemerasan kemudian

diperkuat dengan pernyataan Jaksa Agung Republik Indonesia, Muhammad

Universitas Sumatera Utara


72

Prasetyo yang menginginkan perbuatan pungli dijerat dengan pasal pemerasan

yaitu Pasal 368 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana karena menurutnya apabila

pungli dijerat dengan pasal korupsi maka akan menimbulkan persoalan penegak

hukum, khususnya menyangkut biaya operasional karena perkara itu harus

disidangkan di Ibu Kota Provinsi.127 Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi

hanya ada di tingkat provinsi. Sehingga apabila perbuatan pungutan liar yang di

tuntut dengan pasal korupsi itu terjadi di daerah, itu akan menyulitkan aparat

penegak hukum di pelosok daerah. Kemudian jumlah uang kerugian akibat

perbuatan pungutuan liar juga kecil. Sehingga apabila pungli diterapkan pasal

Korupsi maka terhadap penanganan perkaranya memakan biaya lebih besar yang

tentunya tidak sebanding dengan besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh

perbuatan pungutan liar ini. Hal ini akan memberatkan bahkan merugikan

keuangan negara.128

Sebagai contoh apabila perbuatan pungutan liar ini sebagai tindak pidana

korupsi maka penanganannya hanya bisa dilakukan di Ibu kota provinsi. Sebagai

contoh apbila pungutan liat dilakukan di Merauke dengan jumlahnya Rp.

60.000,00 (enam puluh ribu rupiah) dan sidangnya harus di Jayapura yang

memakan biaya hingga puluhan juta rupiah. Contoh lainnya apabila perbuatan

pungli di Nias jumlahnya Rp. 1.000.000.00,- (satu juta rupiah) sementara

sidangnya harus di Medan, yang dapat memakan biaya puluhan juta rupiah untuk

menyidangkan perkara tersebut. Hal tersbut merupakan permasalahan yang

127
Jaksa Agung Ingin Pungli Dijerat Pasal Pemerasan, Bukan Korupsi : https://news.
detik.com/berita/d-3807016/jaksa-agung-ingin-pungli-dijerat-pasal-pemerasan-bukan-korupsi.
Diakses pada tanggal 30 November 2019 Pukul 23.30 WIB
128
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


73

dihadapi apabila perbuatan pungutan liar itu diancam sebagai tindak pidana

korupsi.129

Kendala lain juga dapat di timbulkan apabila perbuatan pungutan liar ini di

persamakan dengan korupsi yaitu adanya kemungkinan bahwa si pemberi dapat

menjadi terpidana karena dapat di persamakan dengan penyuap. 130

Dalam pungutan liar, pelaku merupakan orang yang aktif meminta

sejumlah uang dengan paksa berbeda dengan korupsi, yang dalam hal ini pelaku

dapat merupakan kedua pihak yang sepakat bekerjasama sebagai pemberi suap

maupun penerima suap. Sehingga apabila perbuatan pungli dipersamakan dengan

tindak pidana korupsi, yang dalam hal ini adalah perbuatan suap maka tentulah

tidak adil apabila pemberi uang pungutan liar dapat dipidana. Karena pada

praktiknya pemberi uang pungutan liar ini dengan keadaan terpaksa untuk

menyerahkannya.131

Konsep pungli ini sebenarnya berbeda dengan konsep tentang tindak

pidana korupsi karena pemaknaan mengenai pungli dan Tipikor itu juga berbeda.

Tindak pidana korupsi itu terjadi bilamana adanya kerugian negara akibat

traksaski yang dilakanakan pejabat administrasi. Sedangkan pungli tidak ada

kerugian negara yang didapatkan dari adanya transaksi tersebut. Maka memang

konsep penindakan bagi pelaku korupsi dan pungli juga berbedea secara

praktiknya. Menjadi rancu bilamana penindakan kasus pungli ini harus

diselesaikan melalui jalur pengadilan Tipikor. Undang-undang yang dikenakan

bagi pelaku Tipikor dan juga pungli itu berbeda, yang mana hal tersebut dapat

129
Ibid.
130
Ibid.
131
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


74

menjadi vage norm dalam penegakan hukum bagi kasus pungli dan Tipikor di

Pengadilan Tipikor.132

Uang yang ditransaksikan dalam pungli ini merupakan bukan kerugian

negara. Pemaknaan dari kerugian negara sendiri bilamana apabila ada uang yang

dimiliki oleh Negara itu kemudian disalahkagunakan untuk kepentingan pribadi,

golongan dan keluarga, sedangan uang yang disetorkan (diberikan) untuk

mempermudah proses administrasi itu bukan merupakan kerugian Negara.

Pemahaman ini merupakan konsekuensi logis tentu tidak bisa disamakan dengan

tindak pidana korupsi dan lebih cenderung pada delik umum. Dalam pungli, tidak

ada kerugian negara dalam transaksi pungli. Sehingga akan lebih cocok pungli

dikatergorikan sebagai tindak pidana pemerasan bukan tindak pidana korupsi.133

Dalam prakteknya di dunia usaha, perbuatan pungli sulit dibedakan,

apakah perbuatan pungli itu termasuk tindak pidana suap ataukah perbuatan

pungli itu termasuk tindak pidana pemerasan.134

Kondisi yang sulit dibedakan tersebut terjadi apabila pemungut pungli

menciptakan situasi keterpaksaan agar „mau tidak mau‟ pelaku usaha harus

memberi suap atau uang pelicin, maka dalam hal ini akan timbul masalah, apakah

posisi dari pelaku usaha sebagai tersangka tindak pidana penyuapan ataukah

sebagai korban dari tindak pidana pemerasan dari oknum pemungut pungli.135

132
Dalam Artikel Online yang berjudul “Pungutan Liar (tidak) sama dengan Korupsi “
yang ditulis oleh Basuki Kurniawan,S.H.I., M.H. Lihat https://kumparan.com/basuki-kurniawan/
pungutan-liar-tidak-sama-dengan-korupsi. Diakses pada Tanggal 10 November 2019 pada pukul
20.30. WIB
133
Ibid.
134
Disampaikan dalam diskusi Hukumonline 2019 dengan tema : “Pungli: Tindak Pidana
Suap atau Pemerasan (Permasalahan yang masih Menghambat Kemudahan Berusaha di
Indonesia)” bertempat Surabaya pada hari Senin tanggal 4 Maret 2019. Lihat
https://www.hukumonline.com/ berita/baca/lt5c7e650d70141/pungli--antara-suap-atau-
pemerasan/. Diakses pada Tanggal 13 November 2019 pada pukul 21.00 WIB
135
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


75

Menurut Mahmud Mulyadi yang merupakan Pakar Hukum Pidana

Universitas Sumatera Utara, bahwa setiap bentuk pemerasan yang disambut

dengan pemberian uang maka potensi masuknya kasus itu ke ranah pidana

penyuapan akan sangat besar.136

Mahmud Mulyadi menganjurkan agar pihak yang merasa diperas langsung

melapor kepada aparat yang berwenang, seperti tim saber pungli. Inilah yang

akan melepaskan pelaku usaha agar tak dianggap suap. Ada tidaknya pelaporan

itu pula yang merupakan parameter penentu untuk membedakan perbuatan

tersebut antara suap dan pemerasan. Jika pelaku usaha melaporkan, kemudian

aparat melakukan tindakan dan dalam hal ini pelapor ikut serta membantu aparat,

maka unsur niat jahat (mens rea) untuk melakukan suap tak akan terpenuhi.

Namun, apaabila tidak ada pelaporan oleh pelaku usaha yang diperas, peristiwa itu

akan masuk dalam wilayah abu-abu dan pebisnis menjadi tidak lagi memiliki alat

bukti agar tidak terseret sebagai tersangka suap.137

Kemudian Ganjar Laksmana Bonaparta yang merupakan Pakar Hukum

Pidana Universitas Indonesia menjelaskan kunci untuk membuktikan apakah

pelaku usaha termasuk tersangka tindak pidana suap ataukah sebagai korban

tindak pidana pemerasan adalah dengan tidak adanya niat jahat pemohon izin

yang dalam hal ini adalah pelaku usaha dalam konteks pungli, yakni adanya bukti

bahwa iktikad untuk memberi uang tidak datang dari pemohon, melainkan harus

dari penerima/pejabat/pelayan publik yang bersangkutan. Sehingga dengan begini

136
Ibid.
137
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


76

posisi dari Pelaku Usaha dapat ditentukan apakah pelaku usaha tersebut

merupakan korban tindak pidana pemerasan ataukah sebagai tindak pidana . 138

138
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


77

BAB III

UPAYA PENANGGULANGAN PERBUATAN PUNGUTAN LIAR

A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perbuatan Pungutan Liar

Pungutan liar terjadi akibat adanya tekanan buruk dalam diri seseorang

untuk menaikkan ekonomi sehingga derajat sosialnya meningkat atau minimal

setara dengan orang lain yang ada, sehingga terputusnya sifat jujur di hati dan

pikiran yang jernih, yang terkoneksi adalah antara hati yang rakus dengan

kecerdasan emosional yang tak terkontrol sehingga keberadaan Tuhan pada diri

manusia dianggap hilang. 139

Penyebab terjadinya pungutan liar dan korupsi hampir sama, perbedaannya

yaitu pada jumlah besar kecilnya hasil yang diperoleh serta kesempatan dan

peluang yang ada.140 Hampir semua pejabat atau pegawai yang bekerja pada

birokrasi baik administrasi maupun militer mempunyai kesempatan yang sama

untuk melakukan pungutan liar atau korupsi, namun yang membedakan adalah

peluang di posisi mana yang bersangkutan bekerja sehingga berpengaruh terhadap

besar kecilnya jumlah yang di dapatkan. Bilamana posisi seorang pegawai

menduduki suatu jabatan maka penghasilan peluang pungli semakin besar bahkan

mengarah kepada korupsi karana sudah membawahi beberapa orang personil.

Dengan kata lain makin tinggi jabatan seseorang pegawai maka indikasi peluang

korupsi semakin besar. Pegawai yang berada di level bawah biasanya peluang

indikasi pungli yang ada namun jumlahnya berbeda-beda tergantung di posisi

mana yang bersangkutan berada dan di bidang apa pekerjaannya.

139
Ibrahim Hot, Op.Cit., hal. 40
140
Ibid., hal. 41

76

Universitas Sumatera Utara


78

Setiap orang dapat melakukan perbuatan pungutan liar termasuk juga

pejabat negara maupun pejabat swasta, hal itu terjadi tidak terlapas dengan adanya

faktor-faktor yang mendorong dan memberikan peluang untuk terjadinya praktik

pungutan liar.tersebut.

Terdapat berbagai pendapat mengenai faktor-faktor apa saja yang

penyebab terjadinya perbuatan pungutan liar.

Menurut Soedjono Dirdjosisworo, faktor-faktor yang mendorong dan

memberikan peluang untuk terjadinya praktik pungutan antara lain seperti

birokrasi yang berbelit-belit, pengumpulan dana yang tidak dilindungi oleh

Undang-Undang atau peraturan, sistem yang tidak “open management‟,

wewenang yang tidak terkendali serta motivasi kepentingan pribadi untuk

memperkaya diri.141

Menurut Moh Toha Solahuddin142, secara umum terjadinya pungutan liar

disebabkan oleh:143

1. Adanya ketidakpastian pelayanan sebagai akibat adanya prosedur

pelayanan yang panjang dan melelahkan sehingga masyarakat

menyerah ketika berhadapan dengan pelayanan publik yang korup.

Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan warga

cenderung semakin toleran terhadap praktik pungutan liar dan Korupsi,

141
Soedjono D., Pungli Analisa Hukum Dan Kriminologi, (Bandung: CV Sinar Baru,
1983), hal.36
142
Pejabat Fungsional Auditor (PFA) Bidang Ivestigasi Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan
143
Majalah Paraikatte, Op.Cit., hal. 2

Universitas Sumatera Utara


79

Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam penyelenggara pelayanan

publik.144

2. Penyalahgunaan wewenang, Jabatan atau kewenangan yang ada

atau melekat pada seseorang disalahgunakan untuk memenuhi suatu

kepentingan pihak-pihak tertentu.

3. Faktor ekonomi. Penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan hidup

atau tidak sebanding dengan tugas/jabatan yang diemban membuat

seseorang terdorong untuk melakukan pungli.

4. Faktor kultural & Budaya Organisasi, yang terbentuk dan berjalan

terus menerus di suatu lembaga agar pungutan liar dan penyuapan,

dapat menyebabkan pungutan liar sebagai hal biasa.

5. Terbatasnya sumber daya manusia. Berkaitan dengan semakin

banyaknya tugas dan memperbesar kemungkinan untuk

menyalahgunakan kewenangan melakukan pungutan liar.

6. Lemahnya sistem kontrol dan pengawasan oleh atasan. Mengakibatkan

semakin banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan.

Menurut pendapat dari Wempie Jh. Kumendong145, Faktor Penyebab

terjadinya pungutan liar terdiri dari 2 (dua) Aspek, yaitu:146

1. Aspek Pribadi, yang terdiri dari:

a) Lemahnya Iman dan Taqwa

144
Agus Dwiyanto, Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi,
(Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama, 2011), hal 91
145
Dosen pada Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT). Strata 1 pada
Fakultas Hukum UNSRAT, Strata 2 pada Pascasarjana Universitas Hasanuddin (UNHAS), dan
Strata 3 pada Pascasarjana UNHAS
146
Wempie Jh. Kumendong, Kajian Hukum Tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan
Liar Menurut Perpres RI No. 87 Tahun 2016, Vol. V, No. 2, Maret-April 2017, hal. 8.

Universitas Sumatera Utara


80

Dalam menjalani aktivitas pelaku pungli lupa menyertakan

yang Maha Kuasa, akibatnya pelaku pungli lupa bahwa setiap

kegiatan yang dia lakukan ada yang mengawasinya selain dari

pengawasan internal yang dilakukan oleh manusia.

Dalam beraktivitas hendaklah di dalam hati selalu

memunculkan sifat jujur dan selalu merasa di awasi dan

diperhatikan yang Maha Kuasa, sehingga dapat terhindar dari

perbuatan pungli.

Manusia yang lemah iman dan taqwa sangat mudah sekali

untuk melakukan tindakan kejahatan apapun seperti pungutan liar

misalnya. Sebaliknya apabila iman sesorang tersebut kuat, maka

akan terhindar dari perbuatan pungli karena setiap hendak berbuat

pungli hatinya ataupun perbuatannya selalu merasa diperhatikan

yang Maha Kuasa.

b) Gaya hidup yang konsumtif

Terlalu sibuk bekerja membuat hidup menjadi konsumtif.

Dengan banyaknya waktu bekerja sehingga kegiatan seperti

sarapan, makan siang dan malam yang sebaiknya di lakukan di

rumah bersama keluarga sekarang lebih cenderung membeli atau

makan diluar. Untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut mungkin

sebagian besar pegawai tidak cukup dengan gaji yang diterima

sehingga pungli dan korupsi adalah jalan satu-satunya.

Mengikuti trend hidup orang lain juga membuat gaya hidup

yang menjadi konsumtif apalagi tanpa melihat kemampuan,

Universitas Sumatera Utara


81

sehingga dapat terjadi menumpuknya hutang. Hutang yang

menumpuk mengakibatkan seseorang mencari jalan keluar untuk

menutupi tagihan tersebut termasuk dengan cara memeras, mencuri,

pungli sampai korupsi.

c) Malas atau tidak mau kerja

Orang yang malas dan berleha-leha dalam mengatur waktu

serta boros dalam menggunakan uang kemungkinan hidupnya akan

miskin.

Untuk mencegah menjadi miskin, orang malas dan yang

tidak mau bekerja akan mencari jalan praktis untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Tidak jarang dalam memenuhi kebutuhan hidup,

mereka mencari jalan pintas dengan cara mencuri, memeras atau

pungli sampai korupsi.

d) Hilangnya sifat syukur

Sifat manusia yang selalu merasa tidak pernah puas

merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya pungli. Hal itu

terjadi akibat tidak ada "rasa syukur". Segala sesuatu yang sudah di

dapat masih merasa kurang dan masih ingin yang lebih dan lebih

sehingga terus dipaksakan untuk memenuhi hasrat "tamak" dalam

diri. Sifat tamak dalam diri mansuia menyebabkannya mencari

tambahan keuangan melalui jalan singkat yaitu pungli dan korupsi.

e) Penghasilan yang kurang mencukupi;

Menjalani hidup dengan serba kekurangan menyebabkan

seseorang berbuat di luar aturan dalam mencari tambahan

Universitas Sumatera Utara


82

penghasilan seperti mencuri, judi, menipu, pungli dan korupsi.

Keterbatasan penghasilan akibat kurangnya lapangan pekerjaan dan

lemahnya ekonomi suatu negara membuat sebagian orang putus asa

dalam mencari nafkah. Negara Indonesia dalam memberi upah

kepada pegawainya masih kecil dibanding negara lain. Hal ini dapat

diperhatikan dari kesejahteraan pegawai, dimana upah yang

diberikan hanya bisa untuk mencukupi sandang dan pangan.

Demikian juga halnya dengan penetapan upah terhadap karyawan

swasta di berbagai perusahaan. Karena itulah sehingga banyak

pegawai yang melakukan pungli.

f) Desakan Kebutuhan Ekonomi

Desakan yang berada di dalam diri setiap manusia untuk

bisa menyamai orang lain dalam segi ekonomi merupakan salah satu

faktor terjadinya pungutan liar. Keinginan untuk cepat memenuhi

suatu keinginan tertentu membuat orang melakukan cara yang

praktis juga untuk mendapatkannya. Sulitnya mencari tempat

pekerjaan membuat ekonomi semakin sulit, untuk mempermudah

pemenuhan kebutuhan ekonomi kebanyakan orang melakukan

tindakan pungli dan korupsi.

g) Pengaruh Lingkungan

Lingkungan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

hidup seseorang. Jika hidup berdampingan dalam lingkungan yang

baik maka secara otomatis hidup akan baik. Jika seseorang hidup

dan bekerja di lingkungan yang dipenuhi dengan pungli, maka bisa

Universitas Sumatera Utara


83

jadi sesorang tersebut menjadi salah satu bagian dari pelaku pungli.

Apabila di tempat bekerja rentan terhadap pungli maka besar

kemungkinan akan melakukan hal yang sama pula.

2. Aspek Organisasi, yang terdiri dari:

a) Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan;

Seorang pemimpin tentunya menjadi suritauladan bagi

karyawan atau bawahannya. Dalam organisasi, instansi atau lembaga

dalam birokrasi masih banyak ditemukan pimpinan yang tidak bisa

memberika contoh yang baik bagi bawahannya. Sebagian dari pimpinan

masih melakukan perbutan pidana secara masif yakni berupa korupsi,

kolusi dan nepotisme. Hal tersebut menyebabkan bawahan melakukan

hal yang sama mulai dari pungutan liar sampai korupsi. Pimpinan yang

terindikasi oleh bawahannya melakukan perbuatan korupsi atau pungli

tentu tidak akan berani tegas untuk memberikan tindakan kepada

bawahan yang melakukan perbuatan yang sama. Sehingga yang terjadi

adalah pungli atau korupsi berjamaah serta saling menutupi satu sama

lain.

b) Tidak adanya kultur organisasi yang benar;

Dalam pengelolaan birokrasi terdapat beberapa kejanggalan-

kejanggalan yang mengakibatkan tidak efektifnya kinerja dari

organisasi, instansi dan lembaga. Diawali dari perekrutan pegawai yang

tidak bersih yang sering dinodai dengan suap atau pungli. Rotasi atau

mutasi para pegawai dan pejabat yang diwarnai dengan tarif atau mahar

tertentu. Penempatan jabatan yang tidak sesuai dengan jenjang karier

Universitas Sumatera Utara


84

serta tidak bersesuaian dengan keahlian yang menjabat dengan jabatan

yang diemban. Kejanggalan-kejanggalan tersebut pada akhirnya

menciptakan budaya organisasi, instansi dan lembaga yang tidak baik.

c) Sistim akuntabilitas yang benar di instansi pemerintah yang kurang

memadai

Para pejabat dan pegawai atau karyawan yang tidak memahami

sepenuhnya cara kerja pada posisi yang didudukinya dikarenakan

kurangnya pelatihan yang memadai dan rutin sehingga kurang

profesional dalam bekerja. Cara pengelolaan administrasi yang sering

salah diakibatkan karena tidak adanya panduan yang tepat yang bisa

dijadikan sebagai pedoman.

Di sebagian instansi atau lembaga masih terdapat sarana dan

prasana pendukung kerja yang masih terbatas. Di sisi lain, adanya

sarana dan prasarana yang tidak digunakan secara efektif dan

cenderung terbengkalai. Sistem pelaporan hasil kerja yang kurang

pengawasan dan koreksi sehingga ujung dan pangkal sering masih

rancu. Sistem pengelolaan kerja instansi atau lembaga yang tidak dapat

di akses oleh masyarakat sehingga kegiatan dan hasil pekerjaan tidak

diketahui oleh masyarakat atau pengawas external. Sistem kerja dan

pelaporan berbasis teknologi ataupun tertulis cenderung dibangun di

dalam instansi atau lembaga itu sendiri tidak untuk konsumsi publik.

d) Lemahnya pengawasan internal

Pemerintah dalam membangun dan membina birokrasinya sudah

menempatkan pegawai di setiap lembaga atau instansi yang berfungsi

Universitas Sumatera Utara


85

untuk melakukan pengawasan internal. Selain pengawasan internal

pemerintah juga sudah membuat suatu badan dan komisi yang

melakukan Pengawasan external. Pemerintah juga menerima hadirnya

pengawasan-pengawasan dari organisasi atau Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) yang diakui pemerintah dan berdiri sendiri diluar

pemerintahan.

Namun jika pengawasan-pengawasan yang ada tersebut tidak

berjalan dengan efektif, maka pengawasan-pengawasan tersebut

terkesan kurang berfungsi. Pengawasan internal biasanya berjalan

apabila adanya suatu kebijakan baru atau teguran dari pimpinan atas

terjadinya suatu kesalahan pegawai.

Oknum yang berada di bagian pengawasan lebih cenderung

sering melakukan pungli terhadap oknum pegawai/karyawan lain.

Sehingga kesalahan oknum yang menyalahi aturan kerja bisa tertutupi.

Pegawai yang berada di posisi pengawasan terkesan di takuti dan

dijauhi karena sering menerima sogokan dari rekan kerja yang

menyalahi aturan.

Demikian halnya dengan pengawasan external cenderung bisa di

lobi-lobi dan tidak konsisten. Akibatnya perbuatan yang sudah benar-

benar menyalahi bisa diluruskan kembali dengan berbagai cara karena

terindikasi sudah menerima sogokan. Artinya, bahwa antara

pengawasan dan oknum yang diawasi sudah ada keterkaitan untuk

kepentingan masing-masing dalam hal pungutan liar yakni ada masalah,

ada duit.

Universitas Sumatera Utara


86

e) Lemahnya penegakan hukum;

Terjadinya pungli tidak lepas dari lemahnya aparat penegak

hukum serta penerapan peraturan hukum terhadap pelaku pungli.

Kurang tegasnya oknum atau aparat penegak hukum merupakan

faktor berkembangnya tindakan pungli dan korupsi. Adanya oknum

yang mudah terpengaruh dengan suap atau pungli itu sendiri. Sehingga

penegakan suatu aturan hukum terhadap pelaku menjadi lemah.

Demikian halnya dengan peraturan atau Perundang-undangan yang

mengikat para pelaku pungli dan korupsi, ancaman hukuman atau

sanksi yang diterapkan terlalu ringan. Hal tersebut menyebabkan pelaku

pungli dan korupsi akan terus bertambah bahkan ada yang sampai

berulang.

f) Kurangnya Sosialisasi dan Penyuluhan kepada Masyarakat

Tidak hadirnya pemerintah di tengah-tengah masyarakat untuk

memberikan pemahaman hukum tentang bentuk-bentuk tindakan

pungli, bagaimana ketentuan hukum dan sanksi yang diakibatkan serta

bagaimana cara menghindarinya serta kurangnya sosialisasi hukum dan

penyuluhan mengenai pungutan liar ini menyebabkan masyarakat

menganggap pungli sebagai hal yang "biasa dan sepele". Sehingga

tindakan pungutan liar masih tumbuh subur dan membudaya karena

masyarakat kurang pengetahuan mengenai pungli dan malah

menganggap pungli adalah sarana untuk memperlancar setiap urusan.

g) Kurangnya Bimbingan Rohani

Universitas Sumatera Utara


87

Kurangnya bimbingan spiritual atau religi bagi para pegawai

dan karyawan memberi dampak buruk terhadap mental dan moral. Jika

moral para pegawai sudah rusak, maka para pegawai tersebut

kemungkinan besar akan melakukan tindakan pungli dan korupsi akibat

kurangnya pengetahuan agama yang memadai.

h) Aspek Peraturan dan Kebijakan

Setiap urusan mengenai administrasi warga masyarakat

kebanyakan berawal dari ketua Rukun tetangga, Rukun Warga dan

kantor Lurah, bagi yang di desa ditambah adanya Kepala Dusun

selanjutnya ke Kepala Desa. Contohnya, surat pengantar Kartu tanda

pengenal, Kartu keluarga, Akte Kelahiran, izin keramaian, izin usaha,

penghantar nikah, surat izin usaha, dasar penerbitan surat tanah dan lain

sebagainya. Peraturan dan kebijakan mengenai urusan administrasi

yang berbelit-belit menyebabkan timbulnya pungli dikarenakan warga

masyarakat ingin pengurusan itu secepat-cepatnya.

B. Upaya Penanggulangan Perbuatan Pungutan Liar

Timbulnya kejahatan salah satunya disebabkan karena kebutuhan akan

benda-benda materiil terbatas, sementara cara untuk memperoleh benda itu juga

terbatas. Sudah menjadi kodrat alamiah, apabila kebutuhan satu telah dipenuhi,

maka kebutuhan selanjutnya akan segera timbul, begitu seterusnya tanpa henti.

Dengan demikian, menyebabkan manusia dalam usahanya untuk memenuhi

kebutuhan itu dilakukan dengan cara-cara melanggar hukum. Begitu juga harta

Universitas Sumatera Utara


88

benda dapat menyebabkan terjadinya kejahatan lainnya seperti penipuan,

penggelapan, dan bahkan pembunuhan.147

Kejahatan atau tindak pidana selain merupakan masalah kemanusiaan juga

merupakan masalah sosial, bahkan dinyatakan sebagai the oldest social problem.

Menghadapi ini, telah banyak dilakukan upaya untuk menanggulanginya.148

Bukan hanya karena kepentingan umum dari masyarakat bahwa kejahatan tidak

boleh dilakukan, tapi bahwa kejahatan jenis apapun harus berkurang, sebanding

dengan keburukan yang dihasilkan untuk masyarakat.149

Kebijakan atau upaya penanggulangan kejahatan pada hakikatnya

merupakan bagian integral dari upaya perlindungan masyarakat (social defence)

dan upaya mencapai kesejahteraan (social welfare). Kebijakan penanggulangan

kejahatan atau bisa disebut juga politik kriminal memiliki tujuan akhir atau tujuan

utama yaitu “perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat”.150 Kebijakan penanggulangan kejahatan (criminal policy) pada

hakikatnya juga merupakan bagian dari kebijakan penegakan hukum (law

enforcement policy).151

Kebijakan penanggulangan tindak pidana dapat dikelompokkan menjadi

dua macam yaitu, jalur ”penal” (hukum pidana) dan jalur “non penal” (diluar

hukum pidana).152 Upaya untuk menanggulangi kejahatan tidak hanya dapat

mengandalkan penerapan hukum pidana semata, tetapi juga melihat akar lahirnya

147
M. Ali Zaidan, Kebijakan Kriminal, (Jakarta Timur: Sinar Grafika, 2016), hal. 1
148
Dey Ravena & Kristian, Kebijakan Kriminal (Criminal Policy), (Jakarta: Kencana,
2017), hal. 1
149
Cesare Beccaria, Perihal Kejahatan dan Hukuman, (Yogyakarta: Genta Publishing,
2011), hal 17
150
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2016), hal. 4.
151
Ibid., hal. 28
152
Teguh Prasetyo & Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana Kajian Kebijakan
Kriminalisasi dan Dekriminalisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal 17

Universitas Sumatera Utara


89

persoalan kejahatan ini dari persoalan sosial, sehingga kebijakan sosial juga

sangat penting di lakukan.153

Upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur “penal” lebih

menitikberatkan pada sifat “repressive” (penindasan/pemberantasan/penumpasan)

sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur “non-penal” lebih menitikberatkan

pada sifat “preventive” (pencegahan/penangkalan) sebelum kejahatan terjadi.

Dikatakan sebagai perbedaan secara kasar, karena tindakan refresif pada

hakikatnya dapat dilihat sebagai tindakan preventif dalam arti luas. 154

Kebijakan penal adalah suatu ilmu sekaligus seni yang pada akhirnya

mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif

dirumuskan secara lebih baik dan untuk memberi pedoman tidak hanya kepada

pembuat undang-undang, tetapi juga kepada pengadilan yang menerapkan

undang-undang dan juga kepada penyelenggara atau pelaksana putusan

pengadilan.155 Kebijakan penanggulangan kejahatan dilakukan dengan

menggunakan sarana ”penal” (hukum pidana), maka kebijakan hukum pidana

khususnya pada tahap kebijakan yudikatif harus memperhatikan dan mengarah

pada tercapainya tujuan dari kebijakan sosial itu berupa ”social welfare” dan

“social defence”.156

Upaya penanggulangan kejahatan dengan menggunakan sarana nonpenal

lebih bersifat preventif yakni berotientasi pada upaya pemahaman terhadap faktor-

faktor korelasional dan potensial yang menyebabkan tumbuh suburnya kejahatan.

153
Mahmud Mulyadi, Criminal Policy: Pendekatan Integral Penal Policy dan Non-Penal
Policy Dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2008), hal.
57
154
Soedarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Bandung: Alumni, 1986), hal. 188
155
Barda Nawaei Arief, Bunga Rampai…, Op.Cit. hal. 23
156
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana
dalam Penanggulangan Kejahatan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2001), hal. 73

Universitas Sumatera Utara


90

Sarana nonpenal lebih menitikberatkan pada upaya preventif (pencegahan,

penangkalan, atau pengendalian) sebelum suatu kerjahatan atau tindak pidana

terjadi. Upaya-upaya nonpenal dapat meliputi bidang yang sangat luas dari

seluruh sektor kebijakan sosial. Tujuan utama dari upaya-upaya nonpenal adalah

memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu yang secara tidak langsung

mempunyai pengaruh preventif terhadap kejahatan.157

1. Penanggulangan Perbuatan Pungutan Liar Melalui Jalur Penal

Walaupun saat ini belum ada ketentuan hukum berupa perundang-

undangan yang secara khusus mengatur tentang perbuatan pungli sebagai tindak

pidana yang dapat diberikan sanksi pidana, namun terdapat beberapa ketentuan

hukum Indonesia yang secara tidak langsung dapat mengakomodir perbuatan

pungli tersebut sebagai tindak pidana. Ketentuan hukum sebagaimana dimaksud

adalah sebagai cara penanggulangan perbuatan pungli melalui jalur penal yang

terdapat di dalam KUHP dan beberapa Undang-Undang. Adapun beberapa pasal

di dalam KUHP yang dapat mengakomodir perbuatan pungli sebagai tindak

pidana adalah sebagai berikut:158

1. Pasal 368 KUHP, yang isinya sebagai berikut:

(1) Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri


atau orang secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang
sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang
itu atau orang lain, atau supaya membuat utang atau
menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan, dengan
Pidana Penjara paling lama sembilan bulan.

157
Dey Ravena & Kristian, Op.Cit., hal. 178
158
Disampaikan Dr. R. Widyopramono, S.H., M.M., M.Hum pada Workshop “Peran
APIP dalam, Pencegahan Pungutan Liar Pada Layanan Publik” yang diselenggarakan oleh
Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada hari Kamis, tanggal 12
Januari 2017 di Jakarta.: https://www.kemdikbud.go.id/main/files/download/5a43f0ab1419357.
Diakses pada tanggal 29 November 2019 Pukul 17.35

Universitas Sumatera Utara


91

(2) Ketentuan pasal 365 ayat kedua, ketiga dan keempat berlaku
bagi kejahatan ini.
2. Pasal 415 KUHP, yang isinya sebagai berikut:

" Seorang pejabat atau orang lain yang ditugaskan menjalankan


suatu jabatan umum terus-menerus atau untuk sementara waktu,
yang dengan sengaja menggelapkan uang atau surat-surat
berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan
uang atau surat berharga itu diambil atau digelapkan oleh orang
lain, atau menolong sebagai pembantu dalam melakukan
perbuatan tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
3. Pasal 418 KUHP, yang isinya sebagai berikut:

“ Seorang pejabat yang menerima hadiah atau janji, padahal dia


tahu
atau seharusnya diduganya bahwa hadiah atau janji itu diberikan
karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan
jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberi
hadiah atau janji itu ada hubungannya dengan jabatannya,
dimcam dengan pidana penjara paling lama enam bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”
4. Pasal 419 KUHP

“ Diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun, seorang


pejabat:
1. Yang menerima hadiah atau janji, padahal dia tahu bahwa
hadiah atau janji itu diberikan untuk membujuknya supaya
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya,
yang bertentangan dengan kewajibannya;
2. Yang menerima hadiah, padahal dia tahu bahwa hadiah itu
diberikan kepadanya karena dia telah melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan
dengan kewajibannya.”

5. Pasal 420 KUHP, yang isinya sebagai berikut:

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun:


1. Seorang hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal
dia tahu bahwa hadiah atau janji itu diberikan kepadanya
untuk mempengaruhi putusan perkara yang menjadi
tugasnya;
2. Barangsiapa menurut ketentuan undang-undang ditunjuk
menjadi penasihat untuk menghadiri sidang pengadilan,
menerima hadiah atau janji, padahal dia tahu bahwa hadiah
atau janji itu diberikan kepadanya untuk mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara


92

nasihat tentang perkara yang harus diputus oleh


pengadilan.
(2) Bila hadiah atau janji itu diterima dengan sadar bahwa hadiah
atau janji itu diberikan kepadanya supaya dipidana dalam suatu
perkara pidana, maka yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun.”

6. Pasal 423 KUHP, yang isinya sebagai berikut:

“ Seorang pejabat dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau


orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan
menyalahgunakan kekuasaannya untuk memberikan sesuatu,
untuk membayar atau menerima pembayaran dengan potongan,
atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri, diancam
dengan pidana penjara paling lama enam tahun.”
7. Pasal 425 KUHP, yang isinya sebagai berikut:

“ Diancam karena melakukan pemerasan dengan pidana penjara


paling lama tujuh tahun:
1. Seorang pejabat yang pada waktu menjalankan tugas,
meminta, menerima, atau memotng pembayaran, seloah-olah
merupakan utang kepadanya, kepada pejabat lainnya atau
kepada kas umum, padahal dia lain bahwa tidak demikian
halnya;
2. Seorang pejabat yang pada waktu menjalankan tugas,
meminta atau menerima pekerjaan orang atau pemberian
barang seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal
dia tahu bahwa tidak demikian halnya;
3. Seorang pejabat yang pada waktu menjalankan tugas, seolah-
olah sesuai dengan aturan-aturan yang bersangkutan telah
menggunakan tanah negara yang atasnya ada hak-hak pakai
Indonesia, dengan merugikan yang berhak padahal dia tahu
bahwa hal itu bertentangan dengan peraturan tersebut.”

Selain aturan hukum yang terdapat di dalam KUHP, aturan

hukum mengenai perbuatan pungutan liar sebagai tindak pidana yang

dapat diberi sanksi pidana juga terdapat di beberapa Undang-Undang

yang berada di luar KUHP antara lain:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1980

Tentang Tindak Pidana Suap, pada Pasal 3 yang isinya

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


93

“ Barangsiapa menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia


mengetahui atau patut dapat menduga bahwa pemberian
sesuatu atau janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang
berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang
menyangkut kepentingan umum, dipidana karena menerima
suap dengan pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) tahun
atau denda sebanyak-banyaknya Rp.15.000.000.- (lima
belas juta rupiah).”

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, pada Pasal

13 yang isinya sebagai berikut:

“ Setiap orang yang memberikan hadiah atau janji kepada


pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau
wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,
atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada
jabatan atau kedudukan tersebut, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) dan atau denda paling banyak
Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).”

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang

terdiri dari beberapa pasal yaitu :

1). Pasal 5, yang isinya sebagai berikut:

(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1


(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau
pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
pegawai negeri atau penyelenggara negara
dengan maksud supaya pegawai negeri atau
penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak
berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang
bertentangan dengan kewajibannya; atau
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara karena atau berhubungan

Universitas Sumatera Utara


94

dengan sesuatu yang bertentangan dengan


kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatannya.
(2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima pemberian atau janji sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf b,
dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).

2). Pasal 11, yang isinya sebagai berikut:

“Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)


tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana
denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah) pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui
atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut
pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut
ada hubungan dengan jabatannya.”

3) Pasal 12 huruf e, yang isinya sebagai berikut:

“ Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau


pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):
e. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan
sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran
dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri.”

2. Penanggulangan Perbuatan Pungutan Liar Melalui Jalur Non-Penal

Upaya yang dapat dilakukan memberantas pungli salah satunya adalah

dengan cara mencegah dan menanggulanginya. Menurut teori sosiologi hukum,

bahwa kejahatan akan selalu ada, jika ada kesempatan untuk melakukannya

sampai berulang kali. Pelaku dan korban kejahatan berkedudukan sebagai

Universitas Sumatera Utara


95

partisipan yang dapat terlibat secara aktif dalam suatu kejahatan. 159 Korban

membentuk pelaku kejahatan dengan sengaja atau tidak sengaja berkaitan dengan

situasi dan kondisi masing-masing. Antara korban dan pelaku ada hubungan

fungsional. Berdasarkan pandangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

pungutan liar itu tidak dapat dihapus begitu saja akan tetapi dapat diusahakan

untuk diminimalisir kejahatan pungutan liar itu. Menurut Bonger, dalam teori

penanggulangan kejahatan, dapat di lakukan melalui metode sebagai berikut: pre-

emtip, preventip dan represif.160

a. Metode Pre-emtif

Metode ini merupakan usaha atau upaya-upaya pencegahan

kejahatan sejak awal atau sejak dini, yang mana tindakan itu lebih bersifat

psikis atau moril untuk mengajak atau menghimbau kepada masyarakat agar

dapat mentaati setiap norma-norma yang berlaku, upaya-upaya tersebut

dapat berupa:

1. Melakukan pembinaan kepada calon pegawai tentang larangan

melakukan perbuatan yang menjadikan masyarakat sebagai

objek materialis atau lahan untuk mendapatkan uang;

2. Melakukan pembinaan moral dan integritas serta akuntabilitas

kinerja seluruh pegawai;

3. Membuat selebaran-selebaran mengenai informasi yang

dianggap perlu demi mencegah kejahatan dan pelanggaran;

dan

159
Eko Budi S, Pemberantasan Pungutan Liar pada Pelayanan Publik dari Perspektif
Sosiologi Hukum, Jurnal Wajah Hukum, Volume 3 Nomor 1, (November 2019), hal. 16
160
W.A. Bonger, Pengantar Tentang Kriminologi, (Jakarta: PT. Pembangunan Ghalia
Indonesia, 1981), hal. 15.

Universitas Sumatera Utara


96

4. Pada tataran tata kelola, hendaknya diatur bahwa sebisa

mungkin setiap jenis pelayanan publik dilakukan secara

online. Hal ini belum diwajibkan dalam Undang-Undang

Pelayanan Publik karena sistem informasi masih boleh

dilakukan secara manual. Selain lebih efisien dan transparan,

layanan online akan menghindarkan terjadinya pertemuan

langsung antara pemberi layanan dengan penerima layanan.

Dengan demikian, tertutup pula peluang untuk melakukan

pungli. Jika pun layanan terpaksa dilakukan secara tatap muka,

maka dapat dibuat instrumen dan fasilitas yang berperan

sebagai pencegah pungli seperti papan tanda biaya resmi

berikut target waktu penyelesaian dan kotak pengaduan.

Kemudian mekanisme pembayarannya dilakukan lewat

transfer bank jika jumlahnya cukup signifikan.

b. Metode Preventif

Metode ini merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk

mencegah timbulnya kejahatan dengan tindakan pengendalian dan

pengawasan, atau menciptakan suasana yang kondusif guna mengurangi dan

selanjutnya menekan agar kejahatan itu tidak berkembang ditengah

masyarakat. Upaya preventif ini pada prinsipnya jauh lebih menguntungkan

jika dibandingkan dengan usaha penaggulangan secara represif. Hal ini

sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh seorang kriminolog. W. A.

Bonger mengatakan bahwa “Preventing crime is better than trying to

educate criminals to be good people again” (mencegah kejahatan lebih baik

Universitas Sumatera Utara


97

daripada mencoba mendidik penjahat menjadi orang baik kembali)”.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan jauh lebih baik dari pada

memulihkan kembali dampak dari apa yang terjadi. Upaya tersebut dapat

berupa:

1. Penyuluhan-penyuluhan hukum mengenai larangan pungli

oleh Ombudsman Republik Indonesia kepada aparat baik

formal maupun nonformal. Bekerja sama dengan Kepolisian,

instansi-instansi, sekolah, lembaga swadaya masyarakat,

pemerintah daerah, orangtua murid dan masyarakat. Hal ini

dilakukan dengan maksud sebagai pencegahan agar pungutan

liar di sektor-sektor terutamanya pelayanan publik tidak

terjadi. Selain itu dari bimbingan dan penyuluhan ini

diharapkan agar masyarakat menjunjung tinggi kejujuran dan

kinerja yang baik;

2. Ombudsman bekerja sama dengan masyarakat membuat pos-

pos pengaduan untuk meminimalisir terjadinya pungli; dan

3. Mengikut sertakan masyarakat untuk mengubah budayanya

dan bersikap “anti pungli”. Dengan sikap demikian,

diharapkan, masyarakat mau mencegah dan melaporkan

pungli yang terjadi. Partisipasi masyarakat juga dapat

diberikan dalam bentuk “memboikot” setiap acara atau

undangan dari pejabat yang sering melakukan pungli. Inilah

hukuman masyarakat yang benarbenar efektif dan dirasakan

Universitas Sumatera Utara


98

para pelaku. Untuk peran serta masyarakat diatur dalam pasal

41 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

c. Metode Represif

Metode represif merupakan upaya atau tindakan yang dilakukan

secara langsung untuk memberantas pungutan liar dengan “provide an

action so that the perpetrators deter and do not repeat the crime again”

(memberikan tindakan agar pelaku jera dan tidak mengulangi kejahatannya

kembali). Adapun tindakan represif yang dimaksud sebagai berikut:

1. Pemanggilan pelaku pungli oleh Ombudsman guna diselidiki

apakah dugaan pungli benar terjadi. Apabila benar ditemukan,

Ombudsman akan menyurati Instansinya guna memberikan

sanksi bagi terlapor;

2. Untuk Aparat yang terbukti melakukan pungutan liar harus

mengembalikan uang yang telah didapatnya secara Pungli;

3. Lembaga/instansi terkait sendiri mengaku memiliki aturan

yang jelas untuk pelaku pungutan liar, pelaku akan dimutasi ke

tempat lain, pencopotan dari jabatan, sampai dengan

pemecatan apabila benar terbukti melakukan pungtan liar;

4. Apabila terbukti melakukan pungutan liar dan telah diserahkan

pada lembaga/dinas/instansi terkait namun tidak ditanggapi

secara serius, Ombudsman akan membuat pengumuman di

media, misalnya koran atau televisi lokal.

5. Dalam tataran regulasi perlu dilakukan penguatan kewenangan

dari organ pengawas dan Aparat Pengawasan Intern

Universitas Sumatera Utara


99

Pemerintah (APIP). Ombudsman Republik Indonesia selama

ini hanya berhak memberikan rekomendasi. Hendaknya

kewenangannya diperkuat agar Ombudsman juga memiliki

fungsi eksekutorial, sehingga penyelenggara layanan publik

yang terbukti melalui hasil pemeriksaan melanggar

kewenangan seperti pungli pasti mendapat sanksi. Demikian

pula dengan APIP, agar memiliki gigi, kedudukan APIP

hendaknya berada di atas lembaga yang diawasinya. Jadi,

misalnya, Inspektorat kementerian dan lembaga bertanggung

jawab langsung kepada Presiden atau lembaga baru,

Inspektorat Nasional yang saat ini sedang diwacanakan,

Inspektorat pemerintah provinsi berada di bawah Kemendagri,

dan inspektorat kabupaten/kota berada di bawah pemerintah

Provinsi.

Selain itu Pemerintah dalam hal ini telah membentuk Satuan Tugas Sapu

Bersih Pungutan Liar. Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun

2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar diketahui bahwa Satgas

Saber Pungli mempunyai tugas melaksanakan pemberantasan pungutan liar secara

efektif dan efisien dengan mengoptimalkan pemanfaatan personil, satuan kerja,

dan sarana prasarana, baik yang berada di kementerian/lembaga maupun

pemerintah daerah. Ketentuan Pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2016

tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar menyebutkan bahwa dalam

Universitas Sumatera Utara


100

melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3,

Satgas Saber Pungli mempunyai wewenang:161

a. Membangun sistem pencegahan dan pemberantasan pungutan liar;


b. Melakukan pengumpulan data dan informasi dari
kementerian/lembaga dan pihak lain yang terkait dengan
menggunakan teknologi informasi;
c. Mengoordinasikan, merencanakan, dan melaksanakan operasi
pemberantasan pungutan liar;
d. Melakukan operasi tangkap tangan;
e. Memberikan rekomendasi kepada pimpinan kementerian/lembaga
serta kepala pemerintah daerah untuk memberikan sanksi kepada
pelaku pungli sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
f. Memberikan rekomendasi pembentukan dan pelaksanaan tugas unit
Saber Pungli di setiap instansi penyelenggara pelayanan publik
kepada pimpinan kementerian/lembaga dan kepala pemerintah
daerah; dan
g. Melaksanakan evaluasi kegiatan pemberantasan pungutan liar.

Lalu menurut majalah yang diterbitkan oleh Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan, upaya pemberantasan pungutan liar

dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti:162

1. Meningkatkan pelayanan publik berupa memangkas waktu pelayanan,

memangkas jalur birokrasi, memberlakukan system antri (queueing

system), memasang tarif yang berlaku terkait dengan pembayaran

pelayanan, serta transparan;

2. Mengedukasi masyarakat dalam bentuk kampanye publik untuk tidak

memberi tips kepada Petugas Pelayanan, mau mengantri dengan tertib

untuk mendapatkan pelayanan;

3. Kontrol dari atasan langsung yang lebih sering; dan

4. Adanya inspeksi berkala dari pihak Atasan/APIP.

161
Lihat Pasal 4 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2016 Tentang
Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar
162
Majalah Paraikatte, Op.Cit., hal. 3

Universitas Sumatera Utara


101

Penanggulangan perbuatan pungutan liar melalui jalur non-penal harus

didahulukan daripada penanggulangan jalur penal. Sesuai dengan salah satu

prinsip sosiologi hukum bahwa hal yang terpenting dan ditumakan untuk diubah

agar masyarakat itu tertib tertib terhadap hukum adalah masyarakatnya bukan

hukumnya.

Universitas Sumatera Utara


102

BAB IV

KAJIAN YURIDIS PENERAPAN HUKUM TERHADAP PERBUATAN


PUNGUTAN LIAR YANG TERDAPAT PADA PUTUSAN MAHKAMAH
AGUNG NOMOR 82 K/PID.SUS/2011 DAN PUTUSAN PENGADILAN
NEGERI LUBUK PAKAM NOMOR 874/PID.B/2016/PN LBP

A. KASUS POSISI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 82


K/PID.SUS/2011

1. Kronologis Perkara

Bahwa Terdakwa bernama Muhammad Hamzah, S.Pd. selaku Kepala

Sekolah SMP Negeri 1 Kota Pinang Kecamatan Kota Pinang, Kabupaten Labuhan

Batu Selatan yang berdasarkan Surat Keputusan Bupati Labuhan Batu Nomor :

821.24/1875/BKDI/2008 tanggal 20 Juni 2008 diangkat menjadi Kepala Sekolah

SMP Negeri 1 Kota Pinang Kecamatan Kota Pinang, Kabupaten Labuhan Batu,

pada kurun waktu tanggal 11 Mei 2009 sampai dengan tanggal 24 Juni 2009 atau

setidak-tidaknya pada suatu waktu lain dalam tahun 2009 bertempat di SMP

Negeri 1 Kota Pinang Kecamatan Kota Pinang, Kabupaten Labuhan Batu Selatan

atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah

hukum Pengadilan Negeri Rantau Prapat yang bersidang di Kota Pinang

melakukan perbuatan pungutan liar yang dengan maksud menguntungkan diri

sendiri atau pihak-pihak tertentu secara melawan hukum, yang dilakukan oleh

Terdakwa dengan cara sebagai berikut :

- Bahwa sehubungan dengan pelaksanaan Ujian Nasional maka Terdakwa

memiliki kewenangan untuk melakukan pengisian blanko ijazah dilakukan

oleh sekolah/madrasah penyelenggara ujian sesuai dengan pedoman yang

berlaku dan menerbitkan serta menandatangani ijazah yang dibubuhi

stempel sekolah/madrasah penyelenggara berdasarkan Pedoman;

102

Universitas Sumatera Utara


103

- Pelaksanaan Ujian Nasional SMP dan MTs yang dikeluarkan oleh

Depatemen Pendidikan Nasional Tahun 2005 dan Surat Keputusan Kepala

Dinas Pendidikan Kabupaten Labuhan Batu Nomor :

420/219/TPK.II/2008 tanggal 30 Januari 2008 tentang Penunjukan SMP

yang berwenang menyelenggarakan Ujian Nasional dan SMP yang

bergabung dalam penyelenggaraan Ujian Nasional serta Sub Rayon SMP

pada Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2007/2008;

- Bahwa sehubungan dengan telah selesai dilaksanakannya Ujian Nasional

di SMP Negeri 1 Kota Pinang maka Terdakwa Muhammad Hamzah, S.Pd.

selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kota Pinang pada tanggal 11 Mei

2009 telah membuat dan menandatangani undangan yang ditujukan kepada

orang tua murid guna menghadiri acara pengambilan pengumuman hasil

Ujian Nasional yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 20 Juni

2009 sekitar pukul 14.00 WIB bertempat di SMP Negeri 1 Kota Pinang;

- Bahwa pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 2009 bertempat di SMP Negeri 1

Kota Pinang sebelum acara dimulai Terdakwa Muhammad Hamzah, S.Pd.

menyuruh saksi Achyar Eldine untuk memanggil saksi H. Saidi Siregar

selaku Ketua Komite Sekolah dan setelah bertemu selanjutnya Terdakwa

menyuruh H. Saidi Siregar agar menyampaikan permintaannya kepada

orang tua murid yang hadir untuk memberikan uang senilai Rp. 125.000, -

(seratus dua puluh lima ribu rupiah) per siswa yang harus diserahkan

paling lambat pada saat pengambilan Surat Keterangan Hasil Ujian

(SKHU) yang menurut Terdakwa uang tersebut diberikan sebagai bentuk

ucapan terima kasih dan orang tua siswa kepada pihak sekolah yang akan

Universitas Sumatera Utara


104

diserahkan kepada guru-guru di SMP Negeri 1 Kota Pinang dalam bentuk

uang tunai yang pembagian jumlah nominalnya akan di tentukan oleh

Terdakwa dan juga dipergunakan sebagai pengganti biaya pelaksanaan

Ujian Nasional antara lain berupa:

a. Pembuatan SKHU sementara;

b. Fotokopi SKHU sementara;

c. Fotokopi SKHUN;

d. Pembuatan fotokopi ijazah; dan

e. Pembelian map biasa;

- Bahwa berdasarkan Petunjuk Teknis Laporan dan Pertanggungjawaban

Keuangan Dana Subsidi atau bantuan Ujian Nasional Tahun Pelajaran

2008/2009 yang dikeluarkan oleh Panitia Penyelenggara UN/UASBN

Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara biaya pelaksanaan Ujian

Nasional untuk SMP/MTs telah dibiayai sebesar @ Rp. 20.000, - /siswa

yang biaya tersebut digunakan untuk kegiatan - kegiatan sebagai berikut :

1. Pengisian data peserta UN dan pengiriman ke Dinas Pendidikan

Kabupaten /Kota berupa uang lelah dan transport lokal petugas;

2. Penyelesaian kartu peserta berupa penanda tanganan, pembubuhan

cap/stempel sekolah dan penyusunan/pengaturan ruangan ujian;

3. Pengambilan perangkat Ujian Nasional berupa biaya transport dari

sekolah ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk setiap Mata

Pelajaran disesuaikan dengan kemampuan dana yang tersedia;

Universitas Sumatera Utara


105

4. Pengiriman LJUN ke Kabupaten/Kota berupa transport lokal dari

sekolah ke Rayon Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk setiap

mata pelajaran disesuaikan dengan kemampuan dana yang tersedia;

5. Operasional penyelenggaraan berupa honorarium kepanitiaan di

sekolah/madrasah ;

6. Pelaksanaan sosialisasi berupa biaya rapat dewan guru, makanan

ringan yang dilaksanakan sekolah/madrasah penyelenggara Ujian

Nasional;

7. Pengadaan bahan pendukung berupa penggandaan/fotokopi, ATK,

dan lain-lain;

8. Pengawasan pelaksanaan UN berupa biaya pengawasan yaitu berupa

biaya transport guru pengawas ruangan Ujian Nasional disesuaikan

dengan kemampuan dana yang tersedia;

9. Penerbitan penulisan ijazah berupa biaya penulisan ijazah; dan

10. Penyusunan laporan berupa honorarium petugas;

- Bahwa sekira pukul 14.00 WIB Terdakwa yang mewakili sekolah dan

seluruh guru membuka acara dan memberikan kata sambutan yang pada

intinya meminta maaf kepada seluruh orang tua siswa apabila selama

siswa/i Kelas IX mengikuti kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 1

Kota Pinang ada kesalahan. Setelah itu, Terdakwa keluar dari ruangan dan

mempersilahkan saksi H. Saidi Siregar selaku Ketua Komite Sekolah

untuk menyampaikan permintaan Kepala Sekolah yang ditujukan kepada

orang tua siswa yang sebelumnya telah disampaikan Terdakwa kepada

saksi H. Saidi Siregar;

Universitas Sumatera Utara


106

- Bahwa meskipun yang menyampaikan permintaan pada pertemuan

tersebut adalah Ketua Komite Sekolah yaitu H. Saidi Siregar namun rapat

tersebut bukanlah rapat Komite Sekolah melainkan pertemuan silaturahmi

antara orang tua siswa/i dengan sekolah SMP Negeri 1 Kota Pinang dalam

rangka untuk penerimaan hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2008/2009

sesuai dengan Surat Undangan yang dibuat dan di tanda tangani oleh

Terdakwa pada tanggal 11 Mei 2009;

- Bahwa pada hari Rabu tanggal 24 Juni 2009 sekitar pukul 09.00 WIB

Terdakwa kemudian memerintahkan saksi Ganepo Simanjuntak, saksi

Sunardi, dan saksi 0. Butar-Butar untuk melaksanakan Cap Tiga Jari

SKHU (Surat Keterangan Hasil Ujian) dan sebelum membubuhkan Cap

Tiga Jari tersebut seluruh siswa/i SMP Negeri 1 Kota Pinang diharuskan

membayar uang sejumlah Rp. 125.000, - (seratus dua puluh lima ribu

rupiah) per siswa/i dan setelah dibayarkan, barulah siswa/i Kelas IX

tersebut dapat melaksanakan Cap Tiga Jari serta apabila siswa/i tidak

membayar uang sejumlah Rp. 125.000, - (seratus dua puluh lima ribu

rupiah) maka siswa/i tersebut tidak diperbolehkan melaksanakan Cap Tiga

Jari SKHU hingga siswa/ i tersebut membayar uang sejumlah Rp. 125.000,

- (seratus dua puluh lima ribu rupiah );

- Bahwa pelaksanaan Cap Tiga Jari SKHU pada tanggal 24 Juni 2009 dibagi

menjadi 2 (dua) tempat masing-masing di kelas IX.1 s/d IX.4 yang di

laksanakan oleh saksi Ganepo Simanjuntak dan saksi 0. Butar-butar dan di

kelas IX.5 s/d IX.9 yang dilaksanakan oleh saksi Sunardi dengan dibantu

oleh seorang petugas lainnya . Terhadap siswa/i yang telah melakukan

Universitas Sumatera Utara


107

pembayaran tidak diberikan bukti kwitansi pembayaran dan hanya

diberikan tanda berupa contrengan atau tulisan sejumlah uang yang

diterima pada daftar nama atas nama siswa yang menyerahkan uang

tersebut dan setelah itu barulah siswa/i tersebut melaksanakan Cap Tiga

Jari;

- Bahwa pada saat pemungutan tersebut dilaksanakan pihak Cabjari Kota

Pinang kemudian memperoleh informasi hingga kemudian sekira pukul

11.00 WIB menurunkan beberapa orang petugas ke SMP Negeri 1 dan

melihat praktik pungutan liar sedang berlangsung. Kemudian dilakukanlah

pemeriksaan terhadap guru yang sedang melakukan Cap Tiga Jari dan

pemungutan liar tersebut;

- Bahwa berdasarkan keterangan dari orang tua siswa dan siswa SMPN 1

Kota Pinang antara lain saksi Rosmian Br. Rambe, saksi Fitri Aminah,

saksi Tamimah Br. Daulay, saksi Rasita Dewi, saksi Nur Cahaya Br.

Harahap, saksi Farida Ariyani Br. Sagala, saksi Ilham dan saksi Aida Sari

Siregar diketahui bahwa mereka keberatan atas pungutan tersebut dan

terpaksa memenuhinya dikarenakan apabila uang tersebut tidak dibayar

maka siswa/i tidak dapat melaksanakan Cap Tiga Jari SKHUN dan

SKHUN mereka tidak dapat diambil sehingga akan menghambat proses

pendaftaran di Sekolah Lanjutan. Bahwa saksi Aida Sari Siregar yang pada

saat itu tidak membawa uang sejumlah Rp. 125.000, - (seratus dua puluh

lima ribu rupiah) tidak diperbolehkan untuk melaksanakan Cap Tiga Jari

oleh saksi Ganepo Simanjuntak dan oleh saksi Ganepo Simanjuntak

Universitas Sumatera Utara


108

diperintahkan pulang terlebih dahulu untuk mengambil uang sejumlah Rp.

125.000, - (seratus dua puluh lima ribu rupiah) tersebut;

Bahwa berdasarakan uraian kronologi perkara tersebut diatas kemudian

dilakukan proses lebih lanjut hingga pada akhirnya terdakwa nantinya diadili dan

diputus oleh Mahkamah Agung.

2. Pasal yang di Dakwakan

Berdasarkan uraian kronologi perkara yang telah dijelaskan di atas,

Terdakwa di dakwa dengan pasal 12 huruf e Undang- Undang No. 31 Tahun 1999

sebagaimana telah diubah dan di tambah dengan Undang- Undang No. 20 Tahun

2001 tentang Perubahan Atas Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang selanjutnya disebut UU Tipikor,

yang pada pokoknya menerangkan bahwa suatu perbuatan yang dengan maksud

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau dengan

menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,

membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan

sesuatu bagi dirinya sendiri yang dilakukan oleh Terdakwa.

Terdakwa juga di dakwa dengan pasal 11 UU Tipikor yang pada pokoknya

menerangkan bahwa terdakwa menerima hadiah atau janji tersebut diberikan

karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau

menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan

dengan jabatannya yang di lakukan oleh Terdakwa.

3. Tuntutuan

Berdasarkan tuntutan pidana Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan

Negeri Rantau Prapat di Kota Pinang tanggal 26 Agustus 2010 sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


109

1. Menyatakan Terdakwa Muhammad Hamzah, S.Pd. terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi ”Dengan maksud

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum

memaksa seseorang memberikan sesuatu atau membayar” sebagaimana

diatur dan diancam pidana dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 31 Tahun

1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah

diubah dan di tambah dengan Pasal 12 huruf e Undang-Undang No. 20

Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang- Undang No. 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.;

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Muhammad Hamzah, S.Pd.

berupa pidana penjara selama 4 (empat) tahun dikurangi selama Terdakwa

berada dalam masa penangkapan dan penahanan dengan perintah

Terdakwa segera di tahan dan denda sebesar Rp. 200.000.000 ,- (dua ratus

juta rupiah) subsidair 3 (tiga) bulan kurungan;

3. Menyatakan barang bukti berupa :

1. Fotokopi yang telah dilegalisir Surat Keputusan Kepala Kantor

Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Utara

Nomor : 5265/1.05/C1.82 tanggal 25 November 1982 tentang

Pengangkatan Muhammad Hamzah sebagai Calon Pegawai Negeri

Sipil pada SMP Negeri di Sigambal;

2. Foto copy yang telah di legalisir Petikan Putusan Bupati Labuhan

Batu Nomor : 821.24/19875/BKDI/2008 tentang Pemberhentian

dengan Hormat Pegawai Negeri Sipil yang tersebut dalam lajur 2 yaitu

Muhammad Hamzah, S.Pd. dari jabatan sebagaimana tersebut dalam

Universitas Sumatera Utara


110

lajur 4 dan mengangkatnya ke dalam jabatan sebagaimana dalam lajur

5 sebagai Kepala Sekolah pada SMPN 1 Kota Pinang Kecamatan Kota

Pinang yang merupakan tugas tambahan dari jaba tan guru dari

Lampiran Keputusan ini;

3. Keputusan Ketua Sub Rayon 01 SMP Negeri 1 Kota Pinang Nomor :

421.3/82/PEG/2009 tentang Pembentukan dan Penetapan Panitia

Ujian Nasional pada SMP Negeri 1 Kota Pinang T.P 2008/2009

tanggal 21 April 2009;

4. Keputusan Kepala SMP Negeri 1 Kota Pinang Nomor :

421.3/90/KES/2009 tentang Petugas Pelaksana Penyelenggaraan Ujian

Akhir Nasional (UAS) Kelas IX Tahun Pelajaran 2008/2009 tanggal

18 April 2009;

5. Undangan dari Kepala SMP Negeri 1 Kota Pinang Nomor :

421.3/90/2009 tanggal 11 Mei 2009 yang di tanda tangani oleh Kepala

Sekolah Mhd. Hamzah, S.Pd.;

6. Daftar Nama Siswa Kelas IX.1, IX.2, IX.3, IX.4, IX.5, IX.6, IX.7,

IX.8 dan IX.9 yang terdapat tanda-tanda contrengan dan tulisan

nominal sejumlah uang;

7. Berita Acara Penitipan Uang yang dibuat pada hari Sabtu tanggal 27

Juni 2009 pukul 11.10 WIB antara Sunardi, S.IP. dengan H. Saidi

Siregar dengan disaksikan oleh H. Amiruddin Pohan dan Muhammad

Hamzah, S.Pd.;

8. Berita Acara Penitipan Uang yang dibuat pada hari Sabtu tanggal 27

Juni 2009 pukul 11.10 WIB antara Sunardi, S.IP. dengan 0. Butar -

Universitas Sumatera Utara


111

Butar dengan disaksi kan oleh H. Amiruddin Pohan dan Muhammad

Hamzah, S.Pd.;

Point 1 s/d 8 masing-masing terlampir dalam berkas perkara

sedangkan :

- Uang tunai sejumlah Rp. 16.000.000, - (enam belas juta

rupiah) ;

Dikembalikan kepada orang tua murid a.n Ade Ardiansyah, dan

kawan-kawan melalui H. Saidi Siregar (selaku Ketua Komite

Sekolah); dan

4. Menetapkan agar Terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000, -

(lima ribu rupiah).

4. Fakta-Fakta Hukum

Berdasarkan fakta-fakta di persidangan, bahwa unsur dakwaan Primair

telah terpenuhi, yaitu menerima hadiah yang patut diduganya ada jabatan dan

pekerjaannya sebagai Kepala Sekolah SMP, yang sekali pun jumlahnya relatif

kecil, namun termasuk ilegal levire karena ternyata jumlahnya sama masing-

masing orang tua murid.

Bahwa pungutan kepada orang tua mur id kelas IX 5 s/d IX 9 sebanyak 5

kelas, dengan pungutan sebesar Rp. 125.000, - (seratus dua puluh lima ribu

rupiah) tersebut bertentangan dengan Keputusan Mendiknas No. 044/U/2002

tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah yang menyebutkan biaya

tambahan operasional untuk kegiatan sekolah, yang menerima adalah Komite

Sekolah melalui Bendahara Komite Sekolah.

Universitas Sumatera Utara


112

Bahwa H. Saidi Siregar yang diminta Terdakwa berbicara kepada orang

tua murid mengenai permintaan dana tersebut, memang Ketua Komite Sekolah,

tapi kegiatan hari itu bukan Rapat Komite Sekolah.

Bahwa, dari permintaan dana oleh Terdakwa tersebut, terkumpul uang

sebesar Rp. 15.130.000 , - (lima belas juta seratus tiga puluh ribu rupiah), namun

sebelum aksi pengumpulan dana itu selesai Cabang Kejaksan Negari Pinang

melakukan penggeledahan dan penyetopan dan mengusut serta menyidik kegiatan

pungutan orang tua.

5. Putusan

A. Putusan Pengadilan Negeri

Putusan Pengadilan Negeri Rantau Prapat yang bersidang di Kota Pinang

No. 103/Pid.B/2010/PN.RAP. tanggal 07 Oktober 2010 yang amar lengkapnya

sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa Muhammad Hamzah, S.Pd. tidak terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang

didakwakan oleh Penuntut Umum dalam dakwaan Kesatu atau dakwaan

Kedua;

2. Membebaskan Terdakwa tersebut oleh karena itu dari seluruh dakwaan

tersebut;

3. Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat

serta martabatnya;

4. Memerintahkan agar Terdakwa tersebut di atas segera dibebaskan dari

tahanan kota setelah putusan ini dibacakan;

5. Menetapkan barang bukti berupa :

Universitas Sumatera Utara


113

1) Uang tunai sejumlah Rp. 16.000.000, - (enam belas juta rupiah) yang

terdiri dari:

- Uang pecahan Rp. 870.000, - (delapan ratus tujuh puluh ribu

rupiah) dengan perincian sebagai berikut:

- Uang pecahan Rp. 100.000, - (seratus ribu rupiah) sebanyak 1

(satu) lembar;

- Uang pecahan Rp. 50.000, - (lima puluh ribu rupiah)

sebanyak 1 (satu) lembar;

- Uang pecahan Rp. 20.000, - (lima puluh ribu rupiah)

sebanyak 3 (tiga) lembar;

- Uang pecahan Rp. 10.000, - (sepuluh ribu rupiah) sebanyak

17 ( tujuh belas) lembar;

- Uang pecahan Rp. 1.000, - (seribu rupiah) sebanyak 5 (lima)

lembar;

- Uang pecahan Rp. 15.130.000 , - (lima belas juta seratus tiga

puluh ribu rupiah);

Dikembalikan kepada orang tua murid melalui SMPN Kota Pinang;

2) Surat - surat yang terdiri dari :

- Surat Keputusan Ketua Sub Rayon 01 SMP Negeri 1 Kota Pinang

Nomor : 421.3/82/PEG/2009 tentang Pembentukan dan Penetapan

Panitia Ujian Nasional pada SMP Negeri 1 Kota Pinang T.P

2008/2009 tanggal 21 April 2009;

- Keputusan Kepala SMP Negeri 1 Kota Pinang Nomor : 421.3 /90

/KES/2009 tentang Petugas Pelaksana Penyelenggaraan Ujian Akhir

Universitas Sumatera Utara


114

Nasional (UAS) kelas IX Tahun Pelajaran 2008/2009 tanggal 18 April

2009;

- Undangan dari SMP Negeri 1 Kota Pinang Nomor : 421.3 /90 /2009

tanggal 11 Mei 2009 ;

- Daftar Nama Siswa Kelas IX.1, IX.2, IX.3, IX.4, IX.5, IX.6, IX.7,

IX.8 dan IX.9 yang terdapat tanda-tanda contrengan dan tulisan

nominal sejumlah uang;

- Berita Acara Penitipan Uang yang dibuat pada hari Sabtu tanggal 27

Juni 2009 pukul 11.10 WIB antara Sunardi, S.IP. dengan H. Saidi

Siregar dengan disaksikan oleh H. Amiruddin Pohan dan Muhammad

Hamzah, S.Pd.;

- Berita Acara Penitipan Uang yang dibuat pada hari Sabtu tanggal 27

Juni 2009 pukul11.10 WIB antara Sunardi, S.IP. dengan 0. Butar -

Butar dengan disaksikan oleh H. Amiruddin Pohan dan Muhammad

Hamzah, S.Pd.;

- Fotokopi yang telah dilegalisir Petikan Putusan Bupati Labuhan Batu

Nomor : 821.24/19875/BKDI/2008 tentang Pemberhentian Dengan

Hormat Pegawai Negeri Sipil yang tersebut dalam lajur 2 yaitu

Muhammad Hamzah, S.Pd. dari jabatan sebagaimana tersebut dalam

lajur 4 dan mengangkatnya ke dalam jabatan sebagaimana dalam lajur

5 sebagai Kepala Sekolah pada SMPN 1 Kota Pinang Kecamatan Kota

Pinang yang merupakan tugas tambahan dari jabatan guru dari

Lampiran Keputusan ini; Tetap terlampir dalam berkas perkara; dan

6. Membebankan biaya perkara ini kepada Negara.

Universitas Sumatera Utara


115

B. Putusan Mahkamah Agung

Terhadap perkara ini Mahkamah Agung telah memutus dan membacanya

pada sidang yang terbuka untuk umum yang berisi:

1. Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi Jaksa/Penuntut

Umum Pada Kejaksaan Negeri Rantau Prapat di Kota Pinang tersebut;

2. Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Rantau Prapat yang besidang di

Kota Pinang No. 103/Pid .B/2010 /PN.RAP. tanggal 07 Oktober 2010;

3. Menyatakan Terdakwa Muhammad Hamzah, S.Pd. terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ”KORUPSI”;

4. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa tersebut dengan

pidana penjara selama 1 (satu) tahun;

5. Menetapkan bahwa pidana tersebut tidak akan dijalani, kecuali jika

dikemudian hari ada perintah lain dalam putusan Hakim karena Terdakwa

dipersalahkan melakukan sesuatu kejahatan atau tidak mencukupi suatu

syarat yang ditentukan sebelum berakhir nya masa percobaan selama 2

(dua) tahun;

6. Menetapkan barang bukti berupa:

1) Uang tunai sejumlah Rp. 16.000.000, - (enam belas juta rupiah)

yang terdiri dari:

- Uang pecahan Rp. 870.000, - (delapan ratus tujuh puluh ribu

rupiah) dengan perincian sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


116

- Uang pecahan Rp. 100.000, - (seratus ribu rupiah) sebanyak

1 (satu) lembar;

- Uang pecahan Rp. 50.000, - (lima puluh ribu rupiah)

sebanyak 1 (satu) lembar;

- Uang pecahan Rp. 20.000, - (lima puluh ribu rupiah)

sebanyak 3 (tiga) lembar;

- Uang pecahan Rp. 10.000, - (sepuluh ribu rupiah) sebanyak

17 ( tujuh belas) lembar;

- Uang pecahan Rp. 1.000, - (seribu rupiah) sebanyak 5

(lima) lembar;

- Uang pecahan Rp. 15.130.000 , - (lima belas juta seratus tiga

puluh ribu rupiah);

Dikembalikan kepada orang tua murid melalui SMPN Kota Pinang;

2) Surat-surat yang terdiri dari:

- Surat Keputusan Ketua Sub Rayon 01 SMP Negeri 1 Kota Pinang

Nomor : 421.3/82/PEG/2009 tentang Pembentukan dan Penetapan

Panitia Ujian Nasional pada SMP Negeri 1 Kota Pinang T.P

2008/2009 tanggal 21 April 2009;

- Keputusan Kepala SMP Negeri 1 Kota Pinang Nomor : 421.3 /90

/KES/2009 tentang Petugas Pelaksana Penyelenggaraan Ujian

Akhir Nasional (UAS) kelas IX Tahun Pelajaran 2008/2009

tanggal 18 April 2009;

- Undangan dari SMP Negeri 1 Kota Pinang Nomor : 421.3 /90

/2009 tanggal 11 Mei 2009;

Universitas Sumatera Utara


117

- Daftar Nama Siswa Kelas IX.1, IX.2, IX.3, IX.4, IX.5, IX.6, IX.7,

IX.8 dan IX.9 yang terdapat tanda-tanda contrengan dan tulisan

nominal sejumlah uang;

- Berita Acara Penitipan Uang yang dibuat pada hari Sabtu tanggal

27 Juni 2009 pukul 11.10 WIB antara Sunardi, S.IP. dengan H.

Saidi Siregar dengan disaksikan oleh H. Amiruddin Pohan dan

Muhammad Hamzah, S.Pd.;

- Berita Acara Penitipan Uang yang dibuat pada hari Sabtu tanggal

27 Juni 2009 pukul 11.10 WIB antara Sunardi, S.IP. dengan 0.

Butar - Butar dengan disaksikan oleh H. Amiruddin Pohan dan

Muhammad Hamzah, S.Pd.;

- Foto copy yang telah dilegalisir Petikan Putusan Bupati Labuhan

Batu Nomor : 821.24/19875/BKDI/2008 tentang Pemberhentian

Dengan Hormat Pegawai Negeri Sipil yang tersebut dalam lajur 2

yaitu Muhammad Hamzah, S.Pd. dari jabatan sebagaimana

tersebut dalam lajur 4 dan mengangkatnya ke dalam jabatan

sebagaimana dalam lajur 5 sebagai Kepala Sekolah pada SMPN 1

Kota Pinang Kecamatan Kota Pinang yang merupakan tugas

tambahan dari jabatan guru dari Lampiran Keputusan ini;

Tetap terlampir dalam berkas perkara; dan

7. Membebankan Terdakwa tersebut untuk membayar biaya perkara dalam

semua tingkat peradilan dan dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 2.500, -

(dua ribu lima ratus rupiah).

Universitas Sumatera Utara


118

B. ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 82 K/PID.SUS/


2011

1. Analisis Dakwaan

Surat Dakwaan yang digunakan dalam perkara ini adalah surat dakwaan

berjenis Alternatif, yaitu antara dakwaan yang satu dengan yang lain saling

“mengecualikan”.163

Terdakwa di dakwa dengan dakwaan alternatif yaitu pasal 12 huruf e atau

Pasal 11 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan di

tambah dengan Undang- Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas

Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi.

Dalam putusan ini, majelis hakim menyatakan bahwa alasan-alasan yang

disampaikan oleh penuntut umum adalah dapat dibenarkan. Hal ini mengartikan

bahwa dakwaan yang diajukan jaksa selaku penuntut umum terbukti sehingga

dapat dilanjutkan dengan proses penuntutan oleh Penuntut Umum.

Adapun dibawah ini diuraikan unsur-unsur dari pasal yang di dakwakan

beserta analisis apakah perbuatan yang dilakukan terdakwa memenuhi pasal-pasal

yang didakwakan terhadapnya.

A. Unsur-unsur Pasal 12 huruf e dikaitkan dengan perbuatan terdakwa :

- Pegawai negeri atau penyelenggara negara

Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Bupati Labuhan Batu Nomor

: 821.24/1875 /BKDI/2008 tanggal 20 Juni 2008, terdakwa diangkat

menjadi Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kota Pinang Kecamatan Kota

163
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan
dan Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hal.399

Universitas Sumatera Utara


119

Pinang, Kabupaten Labuhan Batu, pada kurun waktu tanggal 11 Mei 2009

sampai dengan tanggal 24 Juni 2009 atau setidak-tidaknya pada suatu

waktu lain dalam tahun 2009 bertempat di SMP Negeri 1 Kota Pinang

Kecamatan Kota Pinang

Dengan demikian, maka unsur ini terpenuhi.

- Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara

melawan hukum ;

Bahwa terdakwa menyuruh H. Saidi Siregar agar menyampaikan

kepada orang tua murid yang hadir untuk memberikan uang senilai Rp.

125.000, - (seratus dua puluh lima ribu rupiah) per siswa yang harus

diserahkan paling lambat pada saat pengambilan Surat Keterangan Hasil

Ujian (SKHU)

Padahal berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor : 044/U/2002 tanggal 02 April 2002 tentang

Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah menyebutkan bahwa apabila

sekolah membutuhkan tambahan biaya operasional untuk kegiatan sekolah

maka yang menerima dan mempertanggungjawabkan dana yang diperoleh

dari masyarakat adalah Komite Sekolah melalui Bendahara Komite

Sekolah.

Dapat disimpulkan bahwa terdakwa secara melawan hukum

memiliki maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan

cara melakukan pungutan liar.

Dengan demikian, maka unsur ini terpenuhi.

- Dengan menyalahgunakan kekuasaannya.

Universitas Sumatera Utara


120

Pengertian menyalagunakan kewenangan berarti menyalahgunakan

kewajiban yang dibebankan oleh atau yang melekat pada jabatan atau

kedudukan yang menunjukan kepada “posisi” subjek hukum selaku

Pegawai Negeri di institusi tempat dia bekerja.

Berdasarkan fakta persidangan diketahui bahwa terdakwa

menyuruh H. Saidi Siregar agar menyampaikan kepada orang tua murid

yang hadir untuk memberikan uang senilai Rp. 125.000, - (seratus dua

puluh lima ribu rupiah) per siswa yang harus diserahkan paling lambat

pada saat pengambilan Surat Keterangan Hasil Ujian (SKHU).

Padahal berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor : 044/U/2002 tanggal 02 April 2002 tentang

Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah menyebutkan bahwa apabila

sekolah membutuhkan tambahan biaya operasional untuk kegiatan sekolah

maka yang menerima dan mempertanggungjawabkan dana yang diperoleh

dari masyarakat adalah Komite Sekolah melalui Bendahara Komite

Sekolah.

Terdakwa menyalahgunakan kekuasaanya dengan melakukan

pungutan liar. Pungutan sebesar Rp. 125.000, - (seratus dua puluh lima

ribu rupiah) yang diwajibkan kepada orang tua siswa merupakan bentuk

penyalahgunaan kekuasaan, membuat suatu aturan yang bertentangan

dengan aturan yang telah ada.

- Memaksa seseorang untuk memberikan sesuatu, membayar, atau

menerima pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan sesuatu

bagi dirinya sendiri.

Universitas Sumatera Utara


121

Bahwa unsur ini bersifat alternatif sehingga cukup salah satu unsur

perbuatan saja yang terbukti maka unsur ini dapat dinyatakan terbukti.

Adapun unsur-unsur yang dimaksud yaitu memaksa seseorang untuk:

1) Memberikan sesuatu;

2) Membayar;

3) Menerima pembayaran dengan potongan; atau

4) Mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.

Bahwa berdasarkan keterangan dari orang tua siswa dan siswa

SMPN 1 Kota Pinang antara lain saksi Rosmian Br. Rambe, saksi Fitri

Aminah, saksi Tamimah Br. Daulay, saksi Rasita Dewi, saksi Nur Cahaya

Br .Harahap, saksi Farida Ariyani Br. Sagala, saksi Ilham dan saksi Aida

Sari Siregar diketahui bahwa mereka keberatan atas pungutan tersebut dan

terpaksa memenuhinya dikarenakan apabila uang tersebut tidak dibayar

maka siswa/i tidak dapat melaksanakan Cap Tiga Jari SKHUN dan

SKHUN mereka tidak dapat diambil sehingga akan menghambat proses

pendaftaran di Sekolah Lanjutan.

Sehingga para orang tua yang sebagaimana telah disebutkan,

terpaksa memberikan sesuatu berupa uang sebesar Rp. 125.000, - (seratus

dua puluh lima ribu rupiah).

Dengan demikian unsur ini terpenuhi.

Dengan terpenuhinya unsur terakhir dari pasal 12 huruf e UU Tipikor

maka unsur 12 huruf e UU Tipikor secera keseluruhan terpenuhi. Sehingga

dakwaan jaksa terhadap terdakwa yang melakukan perbuatan sebagaimana yang

tertulis dalam pasal 12 huruf e UU Tipikor dapat dibenarkan.

Universitas Sumatera Utara


122

B. Unsur- unsur Pasal 11 dikaitkan dengan perbuatan terdakwa :

- Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara;

Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Bupati Labuhan Batu Nomor

: 821.24/1875 /BKDI/2008 tanggal 20 Juni 2008, terdakwa diangkat

menjadi Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kota Pinang Kecamatan Kota

Pinang, Kabupaten Labuhan Batu, pada kurun waktu tanggal 11 Mei

2009 sampai dengan tanggal 24 Juni 2009 atau setidak-tidaknya pada

suatu waktu lain dalam tahun 2009 bertempat di SMP Negeri 1 Kota

Pinang Kecamatan Kota Pinang

Dengan demikian, maka unsur ini terpenuhi.

- Menerima hadiah atau janji;

Bahwa berdasarkan dari keterangan saksi yang bersaksi di

pengadilan, membenarkan terdakwa menerima uang hasil pungutan liar.

Uang pungutan liar itu sebelumnya diberikan terlebih dahulu oleh wali

murid siswa/i SMPN 1 Kota Pinang kepada guru-guru yang

bersangkutan. Uang yang dikumpulkan guru-guru inilah yang kemudian

diberikan kepada terdakwa.

Dalam putusan ini, uang pungutan liar kemudian dipersamkan

dengan hadiah.

- Diketahuinya atau Patut diduganya, bahwa hadiah atau janji tersebut

diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan

dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan

hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.

Universitas Sumatera Utara


123

Bahwa terdakwa dalam keterangannya yang disampaikannya saat

pemeriksaan di pengadilan mengetahui atau patut menduga bahwa

orang yang memberikan hadiah atau janji mengetahui dengan tepat apa

yang menjadi kekuasaan atau kewenangan dari jabatan yang dipangku

oleh terdakwa selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kota Pinang

Dengan terpenuhinya unsur-unsur dari pasal 11 UU Tipikor maka

dakwaan jaksa terhadap terdakwa yang melakukan perbuatan sebagaimana yang

tertulis dalam pasal 11 UU Tipikor dapat dibenarkan oleh majelis hakim.

2. Analisis Tuntutan

Melalui surat tuntutan pidana164, Jaksa yang dalam hal ini sebagai penuntut

umum, menuntut terdakwa dengan 4 (empat) tuntutan.

Tuntutan pertama menyatakan Terdakwa Muhammad Hamzah, S.Pd.

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi

berdasarkan pasal 12 huruf e UU Tipikor. Tuntutan ini diajukan oleh jaksa

berdasarkan dakwaannya yang terbukti.

Tuntutan kedua dari penuntut umum yaitu menuntut untuk menjatuhkan

pidana terhadap Terdakwa berupa pidana penjara selama 4 (empat ) tahun

dikurangi selama Terdakwa berada dalam masa penangkapan dan penahanan

dengan perintah Terdakwa segera di tahan dan denda sebesar Rp. 200.000.000 ,-

(dua ratus juta rupiah) subsidair 3 (tiga) bulan kurungan, hal ini sesuai dengan

pidana minimum yang tertulis dalam Pasal 12 huruf e Undang- Undang No. 20

Tahun 2001.

164
Tuntutan Pidana yang dibuat oleh penuntut umum pada hakikatnya adalah kesimpulan
yang diambil dari fakta yang terungkap di persidangan menurut visi penuntut umum, disertai
dengan tuntutan sanksi pidana/tindakan yang akan dijatuhkan pada terdakwa. Lihat Al.
Wisnubroto, Praktik Persidangan Pidana, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2014), hal. 104

Universitas Sumatera Utara


124

Tuntutan pidana oleh jaksa/penuntut umum ditentukan setelah

pemeriksaan di persidangan dinyatakan selesai.165 Artinya bahwa tuntutan tersebut

dibuat dengan memperhatikan dakwaan jaksa yang terbukti dan

mempertimbangkan fakta-fakta dalam persidangan. Fakta-fakta persidangan

dalam perkara ini diperoleh antara lain oleh:

1. Keterangan saksi-saksi, yang terdiri dari:

a. Saksi H. Saidi Siregar;

b. Saksi Akbar Pramadhana, SH.;

c. Saksi Sunardi, S.I.;

d. Saksi Ganepo Simanjuntak , S.Pd.;

e. Saksi Osmar Butar–butar;

f. Saksi Achyar Eldine;

g. Saksi Ilham;

h. Saksi Aida Sari Siregar;

i. Saksi H. Amiruddin Pohan;

j. Saksi Rizallahi;

k. Saksi Rosmiah Br. Rambe;

l. Saksi Tamimah Br. Daulay;

m. Saksi Rasita Dewi; dan

n. Saksi Fitri Aminah.

2. Keterangan Ahli yaitu Drs. Rajo Makmur Siregar, M.Pd;

3. Alat bukti Surat;

4. Petunjuk;

165
Monang Siahaan, Falsafah dan Filosofi Hukum Acara Pidana,(Jakarta: PT Grasindo,
2017), hal. 29

Universitas Sumatera Utara


125

5. Keterangan Terdakwa; dan

6. Barang bukti yang telah diajukan di persidangan.

Setelah itu, tuntutan ketiga menyatakan barang bukti berupa surat-surat

terlampir dalam berkas perkara pidana namun ada pengecualian terhadap uang

tunai sejumlah Rp. 16.000.000, - (enam belas juta rupiah) yang dikembalikan

kepada orang tua murid a.n Ade Ardiansyah dan kawan-kawan melalui H. Saidi

Siregar (selaku Ketua Komite Sekolah). Tuntutan pengembalian uang tunai

sejumlah Rp. 16.000.000, - (enam belas juta rupiah) menurut penulis adalah

tuntutan mencerminkan rasa keadilan kepada korban.

Tuntutan terakhir dari jaksa penuntut umum menetapkan agar Terdakwa

membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000, - (lima ribu rupiah). Biaya perkara

sebesar Rp. 5.000, - (lima ribu rupiah) sesuai dengan asas Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana yaitu asas peradilan dengan biaya murah.

3. Analisis Putusan

Dalam perkara ini terdapat 2 putusan yaitu putusan pertama pada

Pengadilan Negeri Rantau Prapat dan putusan kedua pada Mahkamah Agung.

A. Putusan Pengadilan Negeri Rantau Prapat

Dalam Putusan Pengadilan Negeri Rantau Prapat, isinya menyatakan

Terdakwa yang bernama Muhammad Hamzah, tidak terbukti melakukan tindak

pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Penuntut Umum dalam dakwaan

kesatu atau dakwaan kedua. Walaupun isi putusannya demikian, penulis

berpendapat bahwa terdakwa telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang

didakwakan kepadanya sebagaimana yang penulis telah analisis pada bagian

sebelumnya. Penulis menduga hakim pada tingkat pertama yang mengadili

Universitas Sumatera Utara


126

perkara ini tidak memahami dengan baik unsur-unsur pasal yang didakwakan dan

mangabaikan fakta-fakta hukum yang diperoleh dari uraian kronologi dalam berita

acara pemeriksaan maupun persidangan dan pembuktian, sehingga terjadi

kekeliruan hakim dalam menganalisis unsur-unsur pasal yang didakwakan

terhadap terdakwa.

Kemudian dalam poin kedua dari putusan Negeri Rantau Prapat terdakwa

tersebut dibebaskan lalu poin ketiga berisi tentang pemulihkan hak terdakwa

dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya dan poin keempat

memerintahkan kepada instansi terkait yang berwenang agar terdakwa tersebut

segera dibebaskan dari tahanan kota setelah putusanini dibacakan.

Poin kedua sampai keempat dari putusan Negeri Rantau Prapat atas

perkara ini merupakan implikasi dari poin pertama yaitu tidak terbuktinya

terdakwa melakukan tindak pidana sehingga hak-hak yang dibatasi saat proses

acara pidana berlangsung harus di kembalikan lagi kepada terdakwa sebagaimana

yang dimaksudkan salah satu asas Kitab Hukum Acara Pidana yaitu Asas

Keseimbangan yang menegaskan bahwa penegakan hukum harus berlandaskan

pinsip keseimbangan serasi antara perlindungan harkat dan martabat manusia dan

terhadap kepentingan dan ketertiban masyarakat.166

Poin kelima dari putusan berisikan tentang pengembalian uang pungutan

liar sebesar enam belas juta rupiah kepada orang tua murid melalui SMPN 1 Kota

Pinang. Sebagaimana yang telah penulis sampaikan bahwa uang pungutan liar

tersebut merupakan salah satu barang bukti167 dalam perkara ini. Menurut

166
Ibid, hal. 74
167
Barang bukti adalah barang mengenai mana delik dilakukan (obyek delik) dan barang
dengan mana delik dilakukan yaitu alat yang dipakai untuk melakukan delik misalnya pisau yang
dipakai menikam orang. Termasuk juga barang bukti ialah hasil dari delik, misalnya uang negara

Universitas Sumatera Utara


127

pendapat penulis, Hakim melalui putusannya ini telah sesuai dengan ketentuan

hukum acara pidana yang menentukan bahwa apabila perkara sudah diputus, maka

benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada yang

mereka yang disebut dalam putusan tersebut.168

B. Putusan Mahkamah Agung

Terdakwa dalam putusan tingkat pertama diberikan putusan bebas oleh

hakim sehingga upaya hukum yang bisa dilakukan oleh jaksa penuntut umum

adalah dengan mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung. Pengajuan kasasi

oleh penuntut umum pada hekekatnya didorong oleh perasaan yang kurang puas

atas hukuman yang dijatuhkan hakim; dengan kata lain hukuman yang dijatuhkan

oleh hakim itu menurut penilaian penuntut umum terlalu ringan dibandingkan

dengan tuntutan hukum yang dimintakan.169

Dalam putusan Mahkamah Agung yang pada pokoknya memutus bahwa

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi Jaksa/Penuntut Umum

Pada Kejaksaan Negeri Rantau Prapat di Kota Pinang, Membatalkan putusan

Pengadilan Negeri Rantau Prapat yang terkait, menyatakan terdakwa terbukti

melakukan tindak pidana Korupsi, menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada

Terdakwa tersebut dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun. Namun pidana

tersebut tidak akan dijalani, kecuali jika dikemudian hari ada perintah lain dalam

putusan Hakim karena Terdakwa dipersalahkan melakukan sesuatu kejahatan atau

tidak mencukupi suatu syarat yang ditentukan sebelum berakhirnya masa

yang dipakai (korupsi) untuk membeli rumah pribadi, maka rumah pribadi itu merupakan barang
bukti atau hasil delik. Lihat Ratna Nurul Afiah, Barang Bukti Dalam Proses Pidana, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2018), hal. 15
168
Lihat Pasal 46 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana
169
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Op.Cit., hal. 162

Universitas Sumatera Utara


128

percobaan selama 2 (dua) tahun. Putusan ini mengartikan bahwa terdakwa

dijatuhkan dengan pidana bersyarat170.

Menurut penulis, terhadap sanksi pidana yang dijatuhkan oleh majelis

hakim sangat rendah, bahkan sampai menyalahi ketentuan hukum yang tertulis

pada UU Tipikor di pasal 12 huruf e yaitu ancaman pidana minimal 4 (empat)

tahun penjara, sementara terdakwa hanya dijatuhi sanksi pidana 1 (satu) tahun

penjara saja. Bahkan dalam poin kelima dari putusan ini ditetapkan bahwa

terdakwa dijatuhkan pidana bersyarat, dimana artinya adalah sanksi pidana selama

1 (satu) tahun tersebut tidak akan dijalani, kecuali jika dikemudian hari ada

perintah lain dalam putusan Hakim karena Terdakwa dipersalahkan melakukan

sesuatu kejahatan atau tidak mencukupi suatu syarat yang ditentukan sebelum

berakhirnya masa percobaan selama 2 (dua) tahun.

Permohonan Kasasi di kabulkan oleh majelis hakim mengaratikan bahwa

terhadap perbuatan pungutan liar yang dilakukan terdakwa dikenakan pasal 12

huruf e Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan di

tambah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi yang selanjutnya disebut UU Tipikor.

Sebagaimana yang telah diterangkan dalam uraian kronologi perkara,

terdakwa melakukan pungutan yang tidak resmi terhadap uang masyarakat yang

merupakan para orang tua/wali murid yang ingin mengambil Surat Keterangan

Hasil Ujian Nasional (SKHUN). Tterdakwa dalam melakukan pungutan liar

170
Ketentuan Pidana bersyarat (vootwaardelijke veroordeling) diatur dalam Pasal 14a – 14f
KUHP, yang ditambahkan ke dalam KUHP pada tahun 1926 dengan Staatsblaad tahun 1926
Nomo 251 jo. Nomor 486, dan mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 1 Januari 1927. Lihat
Mohammad Ekaputra dan Abdul Khair, Sistem Pidana di Dalam KUHP dan Pengaturannya
Menurut Konsep KUHP Baru, (Medan: USU Press, 2010), hal 112

Universitas Sumatera Utara


129

menyalahgunakan kewenangan yang ada padanya sebagai kepala sekolah.

Terdakwa membuat suatu ketentuan bahwa untuk mengambil SKHUN haruslah

membayar uang sebesar Rp. 125.000,-. Padahal ketentuan yang dibuat terdakwa

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Pungutan yang

dilakukan terdakwa termasuk bentuk pungutan liar karena pungutan ini memiliki

ciri-ciri dan karakteristik dari pungutan liar yaitu :

1. Pungutan liar dipungut tidak berdasarkan peraturan-peraturan yang

berlaku;

2. Pengenaan biaya ditempat tidak seharusnya biaya dikenakan;

3. Hasil pungutan liar hanya untuk digunakan oleh oknum pemungut atau

pihak- pihak tertentu untuk kepentingan mereka;

4. Pungutan melibatkan dua pihak yaitu pemberi dan penerima; dan

5. Pungli dilakukan dengan kontak langsung untuk melakukan transaksi

secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung, pungutan liar yang dilakukan

terdakwa selaku pelaku perbuatan pungutan liar dengan menyalahgunakan

wewenang yang ada padanya dapat dimasukkan sebagai tindak pidana korupsi

sebagaimana yang tertulis di dalam pasal 12 huruf e UU Tipikor. Dengan

demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu dasar hukum mempidanakan

pelaku pungutan liar adalah dengan pasal 12 huruf e UU Tipikor. Namun perlu di

ingat bahwa poin terpenting dari pernyataan ini adalah bahwa pungutan liar

tersebut dipungut dengan melakukan penyalahgunaan wewenang yang ada

padanya.

Universitas Sumatera Utara


130

C. KASUS POSISI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LUBUK PAKAM


NOMOR 874/PID.B/2016/PN LBP

1. Kronologis Perkara

Bahwa terdakwa Lamhot Alberto Simanjuntak pada hari Selasa tanggal 08

Maret 2016 sekira pukul 15.30 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam

bulan Maret 2016 bertempat di Jalan Pertahanan Depan Pabrik PT. Glopes Desa

Patumbak Kecematan Patumbak Kabupaten Deli Serdang atau setidak-tidaknya di

suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Lubuk

Pakam, telah melakukan pemerasan.

Pada hari Selasa tanggal 8 Maret 2016 sekira pukul 15.00 WIB sewaktu

saksi Roy Siahaan bersama rekan saksi Jufi Irawan anggota Polri menangkap

Terdakwa Lamhot Alberto Simanjuntak karena melakukan pemerasan terhadap

saksi korban Muhammad Irfan. Ketika itu saksi bersama rekan saksi melintas

dijalan Pertahanan tepatnya di Depan Pabrik PT. Glopes Ds. Patumbak Kec.

Patumbak, kemudian mereka melihat beberapa orang laki-laki salah seorang satu

diantaranya adalah Lamhot Alberto Simanjuntak yang kemudian menyetop 1

(satu) unit mobil box, lalu terdakwa berbicara dengan kenek yang duduk disebelah

kiri saksi korban.

Karena curiga saksi-saksi anggota Polri yang berada di dekat dengan

tempat kejaidan perkara kemudian mendatangi mobil tersebut dan kemudian

mereka melihat terdakwa meminta uang SPSI sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu

rupiah) kemudian Muhammad Irfan mengatakan “ndak bisalah sepuluh ribu, yang

bisa lima ribu” sambil menyerahkan uang dua ribuan sebanyak tiga lembar kepada

terdakwa, lalu saksi korban meminta kembalian uang akan tetapi terdakwa tidak

Universitas Sumatera Utara


131

memberikannya dan langsung mengambil secara paksa uang dari tangan saksi

korban dan selanjutnya terdakwa menyerahkan kwitansi berlogo ikatan pemuda

karya PAC Kec. Patumbak kepada saksi korban.

Melihat hal itu kemudian saksi polisi langsung melakukan penangkapan

terhadap terdakwa dan mengamankan alat yang dipergunakan untuk melakukan

pemerasan tersebut adalah 1 (satu) buah kwitansi berstempel ikatan pemuda karya

PAC Kec. Patumbak sedangkan uang senilai Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu) adalah

uang saksi korban yang diperas oleh terdakwa.

2. Pasal yang di dakwakan

Berdasarkan uraian kronologi perkara yang telah dijelaskan di atas,

Terdakwa di dakwa pasal 368 Ayat (1) KUHP yang pada pokoknya menerangkan

bahwa perbuatan yang dilakukan terdakwa memiliki maksud hendak

menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, memaksa orang

dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, supaya orang itu memberikan barang,

yang sama sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang itu sendiri,

kepunyaan orang lain atau supaya orang itu membuat utang atau menghapuskan

piutang.

3. Tuntutan

Tuntutan yang diberikan oleh Jaksa selaku Penuntut umum sebagai

berikut:

1. Menyatakan terdakwa LAMHOT ALBERTO SIMANJUNTAK bersalah

melakukan tindak pidana “Dengan Maksud hendak menguntungkan diri

sendiri atau orang lain dengan melawan hak, memaksa orang dengan

kekerasan atau ancaman kekerasan, supaya orang itu memberikan barang,

Universitas Sumatera Utara


132

yang sama sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang itu sendiri,

kepunyaan orang lain atau supaya orang itu membuat utang atau

menghapuskan piutang” sebagaimana diatur dan diancma pidana dalam

Pasal 368 ayat (1) KUHPidana dalam surat dakwaan;

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa LAMHOT ALBERTO

SIMANJUNTAK dengan pidana penjara selama 1 (Satu) Tahun penjara

dikurangi selama terdakwa menjalani penahanan sementara, dan dengan

perintah terdakwa tetap ditahan/terdakwa supaya ditahan;

3. Menyatakan barang bukti berupa :

a. 1 (Satu) kwitansi berstempel ikatan pemuda karya PAC Kecamatan

Patumbak.

Dirampas untuk dimusnahkan.

b. Uang senilai Rp.30.000;- (Tiga Puluh Ribu Rupiah);

Dikembalikan kepada saksi korban Muhammad Irfan dan Julianto; dan

4. Menetapkan terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000;- (Dua

Ribu Rupiah).

4. Fakta-Fakta Hukum

Bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang diajukan, melalui

putusan pengadilan ini dinyatakan telah diperoleh fakta-fakta hukum sebagai

berikut:

a. Bahwa benar pada hari Selasa tanggal 8 Maret 2016 sekira pukul 15.00

WIB Terdakwa Lamhot Alberto Simanjuntak ditangkap Roy Siahaan

bersama rekannya Jufi Irawan karena melakukan pemerasan terhadap saksi

korban Muhammad Irfan;

Universitas Sumatera Utara


133

b. Bahwa benar kejadian tersebut terjadi dijalan Pertahanan tepatnya di

Depan Pabrik PT. Glopes Ds. Patumbak Kec. Patumbak, dimana terdakwa

Lamhot Alberto Simanjuntak menyetop 1 (satu) unit mobil box dan

meminta uang SPSI sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) kemudian

Muhammad Irfan mengatakan “ndak bisalah sepuluh ribu, yang bisa lima

ribu” sambil menyerahkan uang dua ribuan sebanyak tiga lembar kepada

terdakwa, lalu saksi korban meminta kembalian uang akan tetapi terdakwa

tidak memberikannya dan langsung mengambil secara paksa uang dari

tangan saksi korban dan selanjutnya terdakwa menyerahkan kwitansi

berlogo ikatan pemuda karya PAC Kec. Patumbak kepada saksi korban;

dan

c. Bahwa benar dari terdakwa disita barang bukti berupa 1 (satu) buah

kwitansi berstempel ikatan pemuda karya PAC Kec. Patumbak sedangkan

uang senilai Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu) adalah uang saksi korban yang

diperas oleh terdakwa.

5. Putusan

Isi putusan yang diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis

Hakim Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, pada hari Rabu, tanggal 29 Juni 2016,

adalah sebagai berikut:

1. Menyatakan terdakwa LAMHOT ALBERTO SIMANJUNTAK, tersebut

diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana “Pemerasan” sebagaimana dalam surat dakwaan tunggal;

Universitas Sumatera Utara


134

2. Menjatuhkan pidana kepadaa terdakwa LAMHOT ALBERTO

SIMANJUNTAK oleh karena itu dengan pidana penjara selama 7 (tujuh)

bulan;

3. Menetapkan masa Penangkapan dan Penahanan yang telah dijalani

terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan;

5. Menetapkan barang bukti berupa:

a. 1 (satu) kwitansi bersempel ikatan pemuda karya PAC Kecamatan

Patumbak;

Dirampas untuk dimusnahkan;

b. Uang senilai Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu rupiah)

Dikembalikan kepada saksi korban Muhammad Irfan dan Julianto; dan

6. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah

Rp.2.000,- (dua ribu rupiah).

D. ANALISIS PERKARA PADA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LUBUK

PAKAM NOMOR 874/PID.B/2016/PN LBP

1. Analisis Dakwaan

Jenis surat dakwaan dalam perkara ini adalah berjenis surat dakwaan

tunggal. Surat dakwaan tunggal adalah surat dakwaan yang hanya berisi satu

dakwaan saja.171 Umumnya perumusan dakwaan tunggal ini dijumpai dalam

tindak pidana yang jelas serta tidak mengandung faktor concursus maupun faktor

alternatif. Hal ini sesuai dengan kronologi perkara yang telah disampaikan

sebelumnya yaitu pelaku dalam hal ini tertangkap tangan melakukan perbuatan

171
Ratna Sari, Penyidikan dan Penuntutan dalam Hukum Acara Pidana, (Medan:
Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, 1995), hal. 103

Universitas Sumatera Utara


135

pungutan liar oleh pihak kepolisian yang kemudian menjadi saksi polisi dalam

perkara ini sehingga jaksa selaku penuntut umum memiliki keyakinan kuat

terhadap surat dakwaan yang dibuat dengan jenis dakwaan tunggal.

Selanjutnya dalam perkara ini, dakwaan jaksa selaku penuntut umum

terbukti yaitu dengan pasal 368 Ayat (1) KUHP yang berisi:

“ Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain

dengan melawan hak, memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan, supaya orang itu memberikan barang, yang sama sekali atau

sebagiannya termasuk kepunyaan orang itu sendiri, kepunyaan orang

lain atau supaya orang itu membuat utang atau menghapuskan piutang.”

Yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

1. Barang Siapa;

2. Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain

dengan melawan hak, memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan, supaya orang itu memberikan barang, yang sama sekali atau

sebagiannya termasuk kepunyaan orang itu sendiri, kepunyaan orang lain

atau supaya orang itu membuat utang atau menghapuskan piutang;

Setelah diketahuinya unsur-unsur dari pasal 368 Ayat (1), langkah

selanjutnya kemudian menguraikan tentang perbuatan pungutan liar tersebut ke

dalam unsur-unsur pasal 368 Ayat (1) tersebut :

1. Unsur “Barang Siapa”

Bahwa yang dimaksud dengan “Barang Siapa” disini berarti

menunjuk pada unsur subyektif, yang dimaksud oleh pembuat undang-

Universitas Sumatera Utara


136

undang dalam hal ini adalah orang sebagai subyek hukum haruslah orang

yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindak pidana yang dilakukan;

Bahwa yang dimaksud dengan subyek hukum dalam perkara ini

adalah terdakwa yang bernama Lamhot Alberto Simanjuntak yang telah

didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan kejahatan

sebagaimana yang disebutkan dalam Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

yang mana telah dibenarkan oleh terdakwa dan para saksi;

Bahwa terdakwa dalam melakukan perbuatannya sadar dan dapat

dipertanggung jawabkan baik dari segi rohani maupun jasmani dan

terdakwa ternyata tidak berada dibawah pengampuan serta tidak adanya

alasan pemaaf maupun alasan pembenar;

Bahwa berdasarkan hal tersebut maka jelaslah bahwa yang

dimaksudkan dengan unsur “Barang Siapa” dalam hal ini sebagai yang

termuat dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum adalah terdakwa

Lamhot Alberto Simanjuntak dan tidak terjadi kekliruan orang (Error In

Persona) sehingga dengan demikian maka unsur pertama ini terbukti;

2. Unsur “Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang

lain dengan melawan hak, memaksa orang dengan kekerasan atau

ancaman kekerasan, supaya orang itu memberikan barang, yang sama

sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang itu sendiri, kepunyaan

orang lain atau supaya orang itu membuat utang atau menghapuskan

piutang”;

Bahwa unsur ini bersifat alternatif sehingga cukup salah satu unsur

perbuatan saja yang terbukti maka unsur ini dapat dinyatakan terbukti.

Universitas Sumatera Utara


137

Adapun unsur-unsur yang dimaksud yaitu memaksa dengan kekerasan

atau ancaman kekerasan agar orang lain:

1. Menyerahkan sesuatu benda yang sebagian atau seluruhnya adalah

kepunyaan orang lain;

2. Menyatakan dirinya mempunyai utang; atau

3. Meniadakan piutang.

Apabila salah satu dari tiga unsur tersebut terpenuhi maka unsur ini

dinyatakan terbukti.

Bahwa berdasarkan fakta hukum bahwa pada hari Selasa tanggal 8

Maret 2016 sekira pukul 15.00 WIB, Terdakwa Lamhot Alberto

Simanjuntak ditangkap Roy Siahaan bersama rekannya Jufi Irawan karena

melakukan pemerasan terhadap saksi korban Muhammad Irfan dan

kejadian tersebut terjadi dijalan Pertahanan tepatnya di Depan Pabrik PT.

Glopes Desa Patumbak Kecamatan Patumbak, dimana terdakwa Lamhot

Alberto Simanjuntak menyetop 1 (satu) unit mobil box dan meminta uang

SPSI sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) kemudian Muhammad

Irfan mengatakan “ndak bisalah sepuluh ribu, yang bisa lima ribu” sambil

menyerahkan uang dua ribuan sebanyak tiga lembar kepada terdakwa, lalu

saksi korban meminta kembalian uang akan tetapi terdakwa tidak

memberikannya dan langsung mengambil secara paksa uang dari tangan

saksi korban dan selanjutnya terdakwa menyerahkan kwitansi berlogo

ikatan pemuda karya PAC Kec. Patumbak kepada saksi korban;

Bahwa dari terdakwa disita barang bukti berupa 1 (satu) buah

kwitansi berstempel ikatan pemuda karya PAC Kec. Patumbak sedangkan

Universitas Sumatera Utara


138

uang senilai Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu) adalah uang saksi korban yang

diperas oleh terdakwa;

Berdasarkan fakta hukum diatas maka perbuatan terdakwa tersebut

telah menguntungkan diri sendiri dengan melawan hak dan memaksa

orang dengan kekerasan supaya saksi Muhammad Irfan memberikan uang

milik saksi korban sehingga unsur ini terbukti.

Oleh karena semua unsur dari Pasal 368 Ayat (1) KUHP terpenuhi,

maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan

meyakinkan172 melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam

dakwaan tunggal.

2. Analisis Tuntutan

Tuntutan pertama menuntut terdakwa dinyatakan bersalah karena telah

melakukan pungutan liar yang dalam hal ini merupakan tindak pidana pemerasan

yang diatur pada pasal 368 Ayat (1) KUHP. Jaksa menunut terdakwa dengan pasal

tersebut dikarenakan menurut jaksa telah terbukti dakwaan darinya selaku

penuntut umum yang dalam hal ini menurutnya bahwa terdakwa memenuhi unsur-

unsur di dalam pasal 368 Ayat (1) KUHP.

Tuntutan kedua menunut terdakwa agar dijatuhkan pidana dengan pidana

penjara selama 1 (Satu) Tahun penjara dikurangi selama terdakwa menjalani

penahanan sementara, dan dengan perintah terdakwa tetap ditahan/terdakwa

172
Terbukti atau tidaknya suatu dakwaan ditentukan pada proses pembuktian di
persidangan. Pembuktian memegang peranan penting dalam proses pemeriksaaan sidang
pengadilan yang menentukan nasib terdakwa. Apabila hasil pembuktian dengan alat-alat bukti
yang ditentukan undang-undang “tidak cukup” membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada
terdakwa, terdakwa “dibebaskan” dari hukuman. Sebaliknya kalau kesalahan terdakwa dapat
dibuktikan dengan alat-alat bukti yang disebut dalam pasal 184, terdakwa dinyatakan “bersalah”
dan kepadanya dijatuhkan hukuman. Lihat M. Yahya Harahap, Pembahasasn Permasalahan dan
Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hal. 273

Universitas Sumatera Utara


139

supaya ditahan. Dalam Pasal 368 Ayat (1) KUHP memang tidak menyebutkan

terkait ancaman pidana minumum dari tindak pidana pemerasan. KUHP hanya

menyebutkan ancaman pidana maksimum dari tindak pidana ini yaitu (9)

sembilan tahun. Kemudian dijelaskan juga bahwa terdakwa hanya dituntut dengan

pidana penjara, hal ini sesuai dengan KUHP yang menyatakan bahwa sanksi

pidana dalam pasal 368 Ayat (1) KUHP hanya terdiri dari satu jenis sanksi pidana

saja yaitu pidana penjara. Sehingga dapat di simpulkan bahwa tuntutan jaksa yang

menuntut terdakwa agar ditahan selama 1 (satu) Tahun penjara itu tidak

menyalahi aturan tertulis yang terdapat dalam KUHP.

Jaksa dalam memberikan tuntutan yang berisi sanksi pidana harus

memperhatikan fakta-fakta hukum yang ada. Sehingga demikian tuntutan yang

diberikan jaksa merupakan tuntutan yang objektif yang dapat mencerminkan

keadilan.

Tuntutan ketiga menuntut agar 1 (Satu) kwitansi berstempel ikatan

pemuda karya PAC Kecamatan Patumbak dirampas untuk dimusnahkan. Isi

tuntutan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi agar pungutan liar yang dilakukan

terdakwa tidak terjadi lagi dengan memusnahkan benda-benda yang digunakan

terdakwa dalam melakukan perbuatan pungutan liar. Lalu selanjutnya menuntut

agar uang senilai Rp.30.000;- (Tiga Puluh Ribu Rupiah) yang diminta oleh

terdakwa dikembalikan kepada saksi korban Muhammad Irfan dan Julianto.

Dalam hal ini uang tersebut diperoleh terdakwa atas kejahatan pungutan liar

sehingga terdakwa tidak berhak untuk memilikinya.

Tuntutan keempat menuntut terdakwa agar biaya perkara dibayar oleh

terdakwa sebesar Rp.2.000;- (Dua Ribu Rupiah).

Universitas Sumatera Utara


140

Tuntutan Pidana ini disusun berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dari

pemeriksaan persidangan pengadilan, sehingga dasar tuntutan pidana

sesungguhnya merupakan kesimpulan yang diambil oleh penuntut Umum

terhadap fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan. Tentu saja kesimpulan

dari Jaksa Penuntut Umum belum tentu sana dengan kesimpulan yang dibuat oleh

Hakim.173

3. Analisis Putusan

Putusan dalam perkara ini terdiri dari 6 poin. Poin pertama menyatakan

terdakwa atas nama Lamhot Alberto Simanjuntak, terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pemerasan” sebagaimana dalam

surat dakwaan tunggal. Poin pertama dari putusan ini mengartikan bahwa hakim

mengabulkan tuntutan pertama dari jaksa penuntut umum.

Poin kedua menyatakan terdakwa dijatuhkan pidana dengan pidana

penjara selama 7 (tujuh) bulan. Poin kedua putusan ini tidak seusai dengan

tuntutan kedua yang dituntut oleh jaksa. Dalam tuntutan jaksa, terdakwa ditutntut

agar diberikan pidana penjara selama 1 (satu) tahun, namun dalam putusan hakim

terdakwa hanya dijatuhi pidana penjara selama 7 (tujuh) bulan yang berarti

waktunya lebih cepat 5 (lima) bulan dari tuntutan jaksa. Poin pertama dalam

putusan ini mengartikan bahwa perbuatan pungutan liar dapat dipidana dengan

pasal 368 KUHP. Sebagaimana sebelumnya yang telah diterangkan dalam uraian

kronologi perkara, bahwa terdakwa melakukan pungutan kepada Muhammad

Irfan dan Julianto. Dalam pengutipan yang dilakukan terdakwa tanpa dasar hukum

173
H. Sugianto, Hukum Acara Pidana Dalam Praktek Peradilan Di Indonesia,(Yogyakarta:
Deepublish, 2018), hal. 80

Universitas Sumatera Utara


141

dan terdakwa juga memaksa korban untuk menyerahkan uang dengan

menggunakan kekerasan fisik yaitu dengan merampas uang korban secara paksa

dari tangan korban. Korban pungut biaya sebesar Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu

rupiah) yang mana biaya tersebut tidak seharusnya dikenakan kepada korban.

Adapun pungutan yang dilakukan terdakwa merupakan bentuk pungutan liar.

Karena pungutan yang dilakukan terdakwa memiliki ciri-ciri dan karakteristik dari

pungutan liar yaitu :

1. Pungutan liar dipungut tidak berdasarkan peraturan-peraturan yang

berlaku;

2. Pengenaan biaya ditempat tidak seharusnya biaya dikenakan;

3. Hasil pungutan liar hanya untuk digunakan oleh oknum pemungut atau

pihak- pihak tertentu untuk kepentingan mereka;

4. Pungutan melibatkan dua pihak yaitu pemberi dan penerima;

5. Pungli dilakukan dengan kontak langsung untuk melakukan transaksi

secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

Poin ketiga menetapkan masa Penangkapan dan Penahanan yang telah

dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Yang

artinya pidana penjara selama 7 (tujuh) bulan akan dikurangi dengan waktu yang

telah terdakwa jalani selama terdakwa ditangkap dan ditahan.

Poin keempat menetapkan Terdakwa tetap ditahan. Walaupun dalam

putusan ini, si terdakwa bisa saja tidak menjalani pidana penjara yang telah

dijatuhkan dengan dijatuhkannya pidana bersyarat padanya. Karena di dalam

Pasal 14a Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dinyatakan bahwa salah satu

Universitas Sumatera Utara


142

syarat dari pidana bersyarat dapat dijatuhkan bilamana dalam putusan yang

menjatuhkan pidana penjara, asal lamanya tidak lebih dari satu tahun. Jadi dalam

hal ini pidana bersyarat dapat dijatuhkan dalam hubungan dengan pidana penjara,

dengan syarat hakim tidak ingin menjatuhkan pidana lebih dari satu tahun. Yang

menentukan bukanlah pidana yang diancam atas tindak pidana yang dilakukan,

tetapi pidana yang akan dijatuhkan pada si terdakwa. Namun dalam putusan ini

Hakim memutuskan untuk menetapkan terdakwa tetap ditahan. Menurut penulis

poin keempat sudah tepat, karena dalam perkara ini pidana penjara bertujuan174

untuk mencegah terdakwa melakukan perbuatan pungutan liar lagi.

Dan Poin kelima menetapkan barang bukti berupa 1 (satu) kwitansi

bersempel ikatan pemuda karya PAC Kecamatan Patumbak dirampas untuk

dimusnahkan. Barang bukti ini merupakan alat-alat yang digunakan terdakwa

dalam melakukan pungutan liar. Poin kelima pada putusan ini merupakan salah

satu cara untuk mengantisipasi agar perbuatan pungutan liar tidak dilakukan oleh

pelaku lagi yaitu dengan memusnahkan alat yang digunakan dalam melakukan

tindak pidana. Sehingga pun apabila pelaku nantinya bebas, setidaknya sudah

mengurangi kemungkinan terjadinya pungutan liar yang dilakukan oleh pelaku.

Kemudian dalam poin yang sama, di putuskan bahwa uang senilai Rp. 30.000,-

(tiga puluh ribu rupiah) dikembalikan kepada saksi korban Muhammad Irfan dan

Julianto. Muhammad Irfan dan Julianto.merupakan korban pungutan liar yang

dilakukan pelaku. Melalui putusan ini, hakim telah memberikan keadilan kepada

174
Tujuan pidana penjara di samping menimbulkan rasa derita pada narapidana karena
kehilangan kemerdekaan bergerak, membimbing narapidana agar bertobat, mendidik agar menjadi
anggota masyarakat yang bak. Lihat Marlina, Hukum Penitensier, (Bandung: PT Refika Aditama,
2016), hal. 100

Universitas Sumatera Utara


143

para korban dengan memutus agar terdakwa mengembalikan uang haram yang ia

peroleh kepada pemilik uang sah itu.

Poin keenam menetapkan pembebanan kepada Terdakwa untuk membayar

biaya perkara sejumlah Rp.2.000,- (dua ribu rupiah). Biaya perkara ini adalah

ongkos yang harus dibayarkan oleh terpidana atas persidangan perkara yang

dijalan.

Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam Nomor

874/Pid.B/2016/PN LBP, dapat disimpulkan bahwa perbuatan pungutan liar selain

dapat dipidana dengan pasal 12 huruf e UU Tipikor sebagai tindak pidana korupsi,

perbuatan pungutan liar juga dapat di pidana dengan pasal 368 KUHP sebagai

tindak pidana pemerasan. Catatan penting dari uraian ini adalah apabila pungutan

liar itu menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan maka pungutan liar itu

termasuk sebagai tindak pidana pemerasan.

Universitas Sumatera Utara


144

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada pembahasan dalam skripsi ini,

maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:

1. Pengaturan Hukum terhadap Perbuatan Pungutan Liar di Indonesia sebagai

tindak pidana tidak memiliki kejelasan, dikarenakan tidak adanya ketentuan

hukum yang secara tegas mengatur dan menyatakan mengenai perbuatan

pungutan liar sebagai tindak pidana yang memiliki sanksi pidana. Namun,

permasalahan tersebut dapat ditanggulangi dengan beberapa ketentuan hukum

yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yaitu antara

lain pada Pasal 368 Ayat (1), Pasal 415, Pasal 418, Pasal 419, Pasal 420, Pasal

423, dan Pasal 425 dan ketentuan hukum yang terdapat di luar KUHP yaitu pada

Pasal 5, Pasal 11 dan Pasal 12 Huruf e Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31

Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, lalu Pasal 3

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1980 Tentang Tindak

Pidana Suap, dan Pasal 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31

Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

2. Upaya Penanggulangan Perbuatan Pungutan Liar di Indonesia dapat

ditanggulangi melalui 2 (dua) jalur yaitu pertama melalui jalur penal merupakan

upaya yang dilakukan melalui jalur hukum pidana. Upaya ini merupakan upaya

penanggulangan yang lebih menitikberatkan pada sifat represif, yakni tindakan

142

Universitas Sumatera Utara


145

yang dilakukan sesudah kejahatan terjadi dengan penegakan hukum dan

penjatuhan hukuman terhadap kejahatan yang telah dilakukan. Jalur kedua

melalui jalur non penal, disebut sebagai upaya yang dilakukan melalui jalur di

luar hukum pidana. Upaya ini merupakan upaya penanggulangan yang lebih

menitikberatkan pada sifat preventif, yakni tindakan yang berupa pencegahan

sebelum terjadinya kejahatan. Melalui upaya non penal ini sasaran utamanya

adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan, yakni

meliputi masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau

tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuhsuburkan kejahatan.

3. Penerapan Hukum terhadap Perbuatan Pungutan Liar yang terdapat pada

Putusan Mahkamah Agung Nomor 82 K/PID.SUS/2011 adalah dengan

penerapan hukum pidana yang menghukum pelaku yang melakukan perbuatan

pungutan liar dengan Pasal 12 huruf e UU TIPIKOR dikarenakan pelaku sebagai

Pegawai Negeri yang dengan menguntungkan dirinya sendiri secara melawan

hukum, dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang

memberikan sesuatu. Pelaku dijatuhi dengan pidana penjara selama 1 (satu)

tahun, namun pidana tersebut tidak akan dijalani pelaku, kecuali jika dikemudian

hari ada perintah lain dalam putusan Hakim karena pelaku dipersalahkan

melakukan sesuatu kejahatan atau tidak mencukupi suatu syarat yang ditentukan

sebelum berakhir nya masa percobaan selama 2 (dua) tahun. Penerapan Hukum

terhadap Perbuatan Pungutan Liar yang terdapat pada Putusan Pengadilan

Negeri Lubuk Pakam Nomor 874/PID.B/2016/PN LBP adalah dengan

penerapan hukum pidana yang menghukum pelaku yang melakukan perbuatan

pungutan liar dengan Pasal 368 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Universitas Sumatera Utara


146

(KUHP) sebagai tindak pidana pemerasan dikarenakan pelaku menguntungkan

diri sendiri secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan, untuk

memberikan barang sesuatu yang merupukan kepunyaan orang yang dipaksa

tersebut. Pelaku dijatuhi pidana penjara selama 7 (tujuh) bulan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai

berikut:

1. Lembaga legislatif dan eksekutif selaku lembaga yang memiliki peran dalam

membuat peraturan perundang-undangan perlu membuat ketentuan hukum yang

jelas mengenai pungutan liar. Ketentuan hukum tersebut bisa dibuat dan

kemudian dimasukkan kedalam perundang-undangan yang telah ada seperti

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) atau dapat juga membuat suatu

peraturan perundang-undangan baru tentang perbuatan pungutan liar sebagai

tindak pidana yang dapat diberikan suatu sanksi pidana. Sehingga dengan

adanya ketentuan hukum yang secara jelas megatur mengenai perbuatan

pungutan liar diharapkan tidak terjadi kebingungan dalam menentukan

ketentuan hukum mana yang digunakan dalam mengadili pelaku pungutan liar.

Apabila belum terdapat suatu aturan hukum yang khusus yang mengatur

perbuatan pungutan liar sebagai tindak pidana maka perlu diadakan suatu

sosialisasi mengenai dasar hukum saat ini yang dapat digunakan untuk

mengadili pelaku pungutan liar. Dasar hukum tersebut dapat dilihat dalam

putusan-putusan hakim sudah memiliki kekuatan hukum tetap dalam mengadili

pelaku pungutan liar. Dapat juga dibuat suatu surat atau keterangan tertulis resmi

yang dikeluarkan oleh lembaga penegak hukum yang berisikan pedoman dalam

Universitas Sumatera Utara


147

memproses perkara pungutan liar. Sehingga dengan demikian diharapkan aparat

penegak hukum setidaknya memiliki suatu pedoman untuk memproses pelaku

pungutan liar.

2. Pemerintah dan masyarakat harus aktif bersama-sama mencegah timbulnya

perbuatan pungutan liar. Faktor penyebab terjadinya pungutan liar harus

diperhatikan dan harus ditanggulangi bersama agar tidak terjadinya perbuatan

pungutan liar. Pencegahan tersebut dapat melalui jalur penal yaitu dengan

menggunakan hukum pidana dan melalui jalur non penal dengan cara-cara

seperti membuat kegiatan-kegiatan yang menyadarkan tentang bahayanya

pungutan liar bagi kehidupan, memperkuat lembaga yang memiliki kewenangan

mengawasi aparatur sipil negara terkhusus aparatur sipil negara yang memiliki

kewenangan yang besar, menasehati atau memberitahukan oknum-oknum yang

perbuatan pungutan liar, melaporkan pelaku pungutan liar kepada pihak yang

berwenang.

3. Jaksa dalam membuat dakwaan terhadap pelaku pungutan liar harus

memperhatikan betul kronologi perkara dan mempertimbangkan ketentuan

hukum mana yang akan digunakan dalam dakwaan, apakah menggunakan

KUHP atau menggunakan UU Tipikor. Karena dakwaan jaksa nantinya akan

berimplikasi pada pengadilan mana yang digunakan dalam mengadili pelaku

pungutan liar. Apabila pelaku pungutan liar di dakwa dengan pasal dalam UU

Tipikor maka pelaku pungutan liar akan diadili di pengadilan Tipikor yang

bertempat di ibukota provinsi, yang mana dalam hal ini apabila pelaku pungli

berasal dari daerah diluar ibukota provinsi tentunya akan memakan biaya yang

lebih besar dalam memprosesnya sehingga dikhawatirkan proses beracara untuk

Universitas Sumatera Utara


148

mengadili pelaku pungutan liar menggunakan biaya operasional yang berasal

dari keuangan/anggaran negara lebih besar daripada kerugian yang ditimbulkan.

Sebaliknya apabila pelaku pungli didakwa dengan pasal dalam KUHP maka

pelaku pungli akan diadili di pengadilan negeri yang bertempat dimasing-masing

kabupaten/kota.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Afiah, Ratna Nurul, 2018, Barang Bukti Dalam Proses Pidana, Jakarta: Sinar Grafika

Ali, Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika

Amin, Rahman, 2019, Pengantar Hukum Indonesia, Yogyakarta: Deepublish

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2014, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada

Arief, Barda Nawawi, 2016, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan

Penyusunan Konsep KUHP Baru), Jakarta: Kencana Prenada Media Group

_________________, 2001, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana

dalam Penanggulangan Kejahatan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti

Bakhri, Syaiful, 2010, Kebijakan Kriminal Prespektif Pembaruan Sistem Peradilan

Pidana Indonesia, Yogyakarta: Total Media & P3IH UMJ

Beccaria, Cesare, 2011, Perihal Kejahatan dan Hukuman, Yogyakarta: Genta

Publishing

Bonger, W.A., 1981, Pengantar Tentang Kriminologi, Jakarta: PT. Pembangunan

Ghalia Indonesia

Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar & Syarif Fadilah, 2009, Strategi Pencegahan &

Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi, Bandung: PT Refika Aditama

149

Universitas Sumatera Utara


150

Chazawi, Adami, 2007, Pelajaran Hukum Pidana 2 : Penafsiran Hukum Pidana, Dasar

Pemidanaan, Pemberatan & Peringanan Pidana, Kejahatan Aduan,

Pembarengan & Ajaran Kausalitas, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

D., Soedjono, 1983, Pungli Analisa Hukum dan Kriminologi, Bandung: CV Sinar Baru

Danil, Elwi, Korupsi : Konsep, Tindak Pidana, dan Pemberantasannya, Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2011, Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan

Tinggi, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Dwiyanto, Agus, 2011, Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi

Birokrasi, Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama

Ekaputra, Mohammad, 2017, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Medan: USU Press

__________________, dan Abdul Khair, Sistem Pidana di Dalam KUHP dan

Pengaturannya Menurut Konsep KUHP Baru, Medan: USU Press

Gunadi, dan Oci Senjaya, 2020, Penologi Dan Pemasyarakatan Edisi Revisi 2020,

Yogyakarta: Deepublish

Hamzah, Andi, Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten) di KUHP (Edisi Kedua),

Jakarta: Sinar Grafika

_____________, 1984, Pidana Mati di Indonesia: di Masa Lalu, Kini dan di Masa Depan,

Jakarta: Ghalia Indonesia

Hamdan, M., 2005, Tindak Pidana Suap & Money Politik, Medan: Pustaka Bangsa

Press

Universitas Sumatera Utara


151

Harahap, M. Yahya, 2014, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP

Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta: Sinar Grafika

_______________, 2012, Pembahasasn Permasalahan dan Penerapan KUHAP

Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali,

Jakarta: Sinar Grafika

Hartanti, Evi, 2005, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta:Sinar Grafika

Haryono, Budi, Akutansi Pemerintahan di Indonesia, Pustaka GD

Hiariej, Eddy O.S., 2009, Asas Legalitas & Penemuan Hukum dalam Hukum Pidana,

Jakarta: Erlangga

Hot, Ibrahim, 2017, Rahasia Dibalik Sapu Bersih Pungli, Sleman: CV Budi Utama

J.C.T. Simorangkir, Rudy T. Erwin dan J.T. Prasetyo, 1980, Kamus Hukum, Jakarta:

Aksara Baru

Kanter, E.Y. dan S.R. Sianturi, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan

Penerapannya, Jakarta: Storia Grafika

Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006, Memahami untuk Membasmi Buku Saku untuk

Memahami Tindak Pidana Korupsi, Jakarta : Penerbit Komisi Pemberantasan

Korupsi

Lamintang, P.A.F., Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika

______________, dan C. Djisman Samosir, 2010, Delik-Delik Khusus Kejahatan yang

Ditujukan Terhadap Hak Milik dan Lain-Lain Hak yang Timbul dari Hak

Milik, Bandung: CV Nuansa Aulia

Universitas Sumatera Utara


152

______________, dan Theo Lamintang, 2013, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap

Harta Kekayaan, Jakarta: Sinar Grafika

Mahkamah Agung Republik Indonesia, 2015, Kompilasi Penerapan Hukum oleh Hakim

dan Strategi Pemberantasan Korupsi, Jakarta Pusat: Biro Hukum dan Humas

Badan Urusan Administrasi Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik

Indonesia

Marbun, B.N., 2006, Kamus Hukum Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Marbun, Rocky, 2011, Kiat Jitu Menyelesaikan Kasus, Jakarta: Visimedia

Marlina, 2016, Hukum Penitensier, Bandung: PT Refika Aditama

Moeljanto, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rimba Cipta

Mulyadi, Mahmud, 2008, Criminal Policy: Pendekatan Integral Penal Policy dan Non-

Penal Policy Dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan, Medan: Pustaka

Bangsa Press

Nugroho, F.H. Edy, 2019, Konsep dan Upaya pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Di Indonesia, Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Prasetyo, Teguh dan Abdul Halim Barkatullah, 2005, Politik Hukum Pidana Kajian

Kebijakan Kriminalisasi dan Dekriminalisasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Prints, Darwan, 2002, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Bandung: PT Citra

Aditya Bakti

Prodjodikoro, Wirjono, 1974, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Jakarta:

P.T. Eresco

Universitas Sumatera Utara


153

Puspa, Yan Prayatma, 1977, Kamus Hukum Edisi Lengkap Bahasa Belanda Indonesia

Inggris, Semarang: Aneka Ilmu

Rajagukguk, Erman, 2017, Filsafat Hukum, Jakarta Pusat: Universitas Indonesia

Fakultas Hukum - Pascasarjana

Ravena, Dey dan Kristian, Kebijakan Kriminal (Criminal Policy), Jakarta: Kencana

Rusianto, Agus, 2016, Tindak Pidana & Pertanggungjawaban Pidana Tinjauan Kritis

Melalui Konsistensi Antara Asas, Teori dan Penerapannya, Jakarta: Kencana

Sari, Ratna, 1995, Penyidikan dan Penuntutan dalam Hukum Acara Pidana, Medan:

Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU

Setiadi, Edi dan Dian Andriasari, Perkembangan Hukum Pidana di Indonesia,

Yogyakarta: Ghalia Ilmu, 2014

Siahaan, Monang, 2017, Falsafah dan Filosofi Hukum Acara Pidana, Jakarta: PT

Grasindo

Sianturi, S.R, 2016, Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya, Jakarta: Alumni

Sikumbang, Jusmadi, 2016, Mengenal Sosiologi dan Sosiologi Hukum, Medan: Pustaka

Angkasa Press

Siregar, Tampil Anshari, 2005, Metodologi Penelitian Hukum : Penulisan Skripsi,

Medan: Pustaka Bangsa Press

Soedarto, 1986, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung: Alumni

Soekanto, Soerjano, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia

Universitas Sumatera Utara


154

Soerodibroto, R. Soenarto, 2009, KUHP dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi

Mahkamah Agung dan Hoge Raad, Depok: PT RajaGrafindo Persada

Soepardi, Eddy Mulyadi, 2009, Memahami Kerugian Keuangan Negara sebagai Salah

Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi, Yograkarta: Ghalia Indonesia

Soesilo, R., 1989, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bogor: Politeia

S.P., Wasis, 2002, Pengantar Ilmu Hukum, Malang : UMM Press

Sulistia, Teguh dan Aria Zurnetti, 2012, Hukum Pidana Horizon Baru Pasca Reformasi,

Depok: PT Rajagrafindo Persada

Sugianto, H., 2018, Hukum Acara Pidana Dalam Praktek Peradilan Di Indonesia,

Yogyakarta: Deepublish

Suryati, Ati dan Djoko Prakoso, 1986, Upetisme Ditinjau dari Undang-Undang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Tahun 1977, Jakarta: Bina Aksara

Tri Karyanti, Yani Prihatini dan Sinta Tridian Galih, 2019, Pendidikan Anti Korupsi

Berbasis Multimedia, Yogyakarta : Deepublish

Tomalili, Rahmanuddin, 2019, Hukum Pidana, Yogyakarta: Deepublish

Umbara, Citra, 2008, Kamus Hukum, Bandung: Citra Umbara

Widiyanti, Ninik dan Yulius Waskita, 1987, Kejahatan Dalam Masyarakat dan

Pencegahannya, Jakarta: PT Bina Aksara

Wijaya, Firman, 2011, Delik Penyalahgunaan Jabatan dan Suap dalam Praktek,

Jakarta: Penaku

Universitas Sumatera Utara


155

Wisnubroto, Al., 2014, Praktik Persidangan Pidana, Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka

Wiyono, R., 2006, Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika

Yusni, Muhammad, 2019, Keadilan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Perspektif Kejaksaan, Surabaya: Airlangga University Press

Zaidan, M. Ali, 2016, Kebijakan Kriminal, Jakarta Timur: Sinar Grafika

___________, 2015, Menuju Pembaruan Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1980 Tentang Tindak Pidana

Suap, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 58

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2016 tentang Satuan Tugas

Sapu Bersih Pungutan Liar

Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 1977 tentang Operasi Penertiban

C. Jurnal/Artikel/Majalah

Eko Budi S, Pemberantasan Pungutan Liar pada Pelayanan Publik dari Perspektif

Sosiologi Hukum, Jurnal Wajah Hukum, Volume 3 Nomor 1, (November 2019)

Universitas Sumatera Utara


156

La Sina, Dampak dan Upaya Pemberantasan serta Pengawasaan Korupsi di Indonesia.

Jurnal Hukum Pro Justitia. Vol 26 No 21, Januari 2008

M. Lutfi Chakim, Afpersing dan Afdreiging, Majalah Konstitusi Nomor 124 Juni 2017

Mohammad Kenny Alweni, Kajian Tindak Pidana Pemerasan Berdasarkan Pasal 368

KUHP, Jurnal Lex Crimen, Vol. VIII No. 3 (Maret 2019)

Nyoman Trisna Sari Indra Pratiwi dan Ni Nengah Kertha Wicara Adiyaryani,

Pemberantasan Pungutan Liar (Pungli) Sebagai Bentuk Kebijakan Kriminal di

Indonesia, Journal Ilmu Hukum Vol. 08, No. 01, Maret 2019

Samodra Wibawa, Arya Fauzy F.M, dan Ainun Habibah, Efektivitas Pengawasan

Pungutan Liar Di Jembatan Timbang, Jurnal Ilmu Administrasi Negara. Vol

12 No 2, Januari 2013

Wahyu Rahmadhani, Penegakan Hukum Dalam Menanggulangi Pungutan Liar

Terhadap Pelayanan Publik, Jurnal Hukum Samudra Keadilan, Volume 12

Nomor 2 (Juli-Desember 2017)

Wempie Jh. Kumendong, Kajian Hukum Tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan

Liar Menurut Perpres RI No. 87 Tahun 2016, Vol. V, No. 2, Maret-April 2017

Majalah Paraikatte, Volume 26 Triwulan III, Makassar: Perwakilan BPKP Prov. Sulsel,

2016

D. Website

https://lamongankab.go.id/wp-content/uploads/sites/49/2016/12/19.-kejari-MODUL-

PEMBERANTASAN-KORUPSI.pdf

Universitas Sumatera Utara


157

https://historia.id/politik/articles/ pungli-tak-pernah-pergi-6mmkj

https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--perihal-pungutan-liar

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5056a2c308a48/bahasa-hukum--tindak-

pidana-pemerasan/

https://www.kemdikbud.go.id/main/files/download/5a43f0ab1419357

https://nasional.kompas.com/read/2016/10/20/20110891/pelaku.pungli.bisa.dijerat.pasal

.korupsi.bukan.hanya.pemerasan?page=all

https://news.detik.com/berita/d-3807016/jaksa-agung-ingin-pungli-dijerat-pasal-

pemerasan-bukan-korupsi.

https://www.hukumonline.com/ berita/baca/lt5c7e650d70141/pungli--antara-suap-atau-

pemerasan/

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5d0cf51ad8076/penegakan-hukum

kejahatan-pungl-imasih-lemah/

https://kbbi.kemdikbud.go.id

https://kumparan.com/basuki-kurniawan/pungutan-liar-tidak-sama-dengan-korupsi

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

156

Universitas Sumatera Utara


157

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A N
No. 82 K/PID.SUS/2011
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H
A G U NG
memeriksa perka ra pidana khusus dalam t i ngka t kasas i te l ah
memutuskan sebagai ber i ku t dalam perka ra Terdakwa :
Nama : MUHAMMAD HAMZAH, S.Pd. ;
Tempat lah i r : Pasar Hi l i r (Kabupaten
Mandai l i n g Nata l ) ;
Umur/ t angga l lah i r : 49 tahun / 31 Desember
1960 ;
Jen i s ke lamin : Laki - lak i ;
Kebangsaan : Indones i a ;
Tempat t i ngga l : Lingkungan Kebun Sayur RT
001 /RW 001 , Kelu rahan Sidore j o ,
Kecamatan Rantau Sela tan ,
Kabupaten Labuhan Batu ;
A g a ma : Is l am ;
Peker j aan : Kepala Sekolah SMP Neger i 1
Kota Pinang, Kabupaten Labuhan
Batu Sela tan ;
Terdakwa berada di dalam tahanan kota :
1. Penuntu t Umum se jak tangga l 13 Januar i 2010 sampai
dengan tangga l 01 Februar i 2010 ;
2. Hakim Pengadi l an Neger i sejak tangga l 27 Januar i 2010
sampai dengan tangga l 25 Februar i 2010 ;
3. Perpan jangan oleh Waki l Ketua Pengadi l an Neger i sejak
tangga l 26 Februar i 2010 sampai dengan tangga l 26
Apr i l 2010 ;
4. Tidak di l a kukan penahanan se jak tangga l 26 Apr i l 2010
sampai dengan sekarang ;
yang dia j u kan di muka pers i dangan Pengadi l a n Neger i Rantau
Prapat yang bers i dang di Kota Pinang karena didakwa : KESATU :
Bahwa Terdakwa MUHAMMAD HAMZAH, S.Pd. se laku Kepala

Hal . 1 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 157
158

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Sekolah SMP Neger i 1 Kota Pinang Kecamatan Kota Pinang, Kabupaten Labuhan
Batu Sela tan yang berdasarkan Sura t Keputusan Bupat i Labuhan Batu
Nomor : 821 . 24 / 1875 /BKD- I / 2008 tangga l 20 Jun i 2008 diangka t menjad i
Kepala Sekolah SMP Neger i 1 Kota Pinang Kecamatan Kota Pinang, Kabupaten
Labuhan Batu , pada kurun waktu tangga l 11 Mei 2009 sampai dengan tangga l
24 Juni 2009 atau set i dak - t i daknya pada suatu waktu la i n dalam tahun
2009 ber tempat di SMP Neger i 1 Kota Pinang Kecamatan Kota Pinang ,
Kabupaten Labuhan Batu Sela tan atau set i d ak - t i daknya pada suatu tempat la
i n yang masih te rmasuk dalam daerah hukum Pengadi l an Neger i Rantau Prapat
yang bers i dang di Kota Pinang yang dengan maksud menguntungkan di r i send i r i
atau orang la i n secara melawan hukum atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu , membayar , atau mener ima
pembayaran dengan potongan, atau untuk menger j akan sesua tu bagi di r i n ya
send i r i yang di l a kukan oleh Terdakwa dengan cara sebaga i ber i ku t :
- Bahwa Terdakwa berdasarkan Sura t Keputusan Kepala
Kanto r Wilayah Depar temen Pendid i kan dan Kebudayaan
Prov ins i Sumatera Utara Nomor : 5265 / 1 . 05 . 1 / C I . 8 2
tangga l 25 November 1982 diangka t menjad i Pegawai
Neger i Sip i l di SMP Neger i di Sigambal yang
kemudian berdasa rkan Surat Keputusan Bupat i Labuhan
Batu Nomor : 821 . 24 / 1875 / BKD- I / 2008 tangga l 20 Jun i
2008 diangka t menjad i Kepala Sekolah SMP Neger i 1
Labuhan Batu ;
Kota Pinang Kecamatan Kota Pinang , Kabupaten
- Bahwa sehubungan dengan pelaksanaan Uj ian Nasiona l
maka Terdakwa memil i k i kewenangan untuk melakukan
pengis i an blanko i j a sah di l a kukan oleh
seko lah /madrasah penye lenggara uj i an sesua i dengan
pedoman yang ber l a ku dan menerb i t k an ser t a
menandatangan i i j a sah yang dibubuh i stempel
seko lah /madrasah penye lenggara berdasarkan Pedoman
Pelaksanaan Uj ian Nasiona l SMP dan MTs yang

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 158
159

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
dike l ua r kan oleh Depatemen Pendid i kan Nasiona l Tahun 2005 dan Surat
Keputusan Kepala Dinas Pendid i kan Kabupaten Labuhan Batu
Nomor : 420 / 219 / TPK. I I / 2 008 tangga l 30 Januar i 2008 ten tang Penunjukan
SMP yang berwenang menyelenggarakan Uj ian Nasiona l dan SMP yang
bergabung dalam penye lenggaraan Uj i an Nasiona l ser ta Sub Rayon SMP pada
Uj ian Nasiona l Tahun Pela ja r an 2007 / 2008 ;
- Bahwa sehubungan dengan te l ah selesa i
di l a ksanakannya Uj i an Nasiona l di SMP Neger i 1 Kota
Pinang maka Terdakwa MUHAMMAD HAMZAH, S.Pd. selaku
Kepala Sekolah SMP Neger i 1 Kota Pinang pada
tangga l 11 Mei 2009 te l ah membuat dan
menandatangan i undangan yang di t u j u kan kepada orang
tua murid guna menghadi r i acara pengambi l an
pengumuman hasi l Uj ian Nasiona l yang akan
di l a ksanakan pada har i Sabtu tangga l 20 Jun i 2009
sek i t a r puku l 14 .00 WIB ber tempat di SMP Neger i 1
Kota Pinang ;
- Bahwa pada har i Sabtu tangga l 20 Juni 2009
ber tempat di SMP Neger i 1 Kota Pinang sebelum acara
dimula i Terdakwa MUHAMMAD HAMZAH, S.Pd. menyuruh
saks i ACHYAR ELDINE untuk memanggi l saks i H. SAIDI
SIREGAR se laku Ketua Komite Sekolah dan sete l ah
ber temu selan j u t n ya Terdakwa menyuruh H. SAIDI
SIREGAR agar menyampaikan permin taannya kepada
orang tua murid yang hadi r untuk member i kan uang
sen i l a i Rp. 125 . 000 , - ( se ra t u s dua puluh l ima r i bu
rup i ah ) per s i swa yang harus dise rahkan pal i n g
lambat pada saat pengambi l an Sura t Keterangan Hasi l
Uj ian (SKHU) yang menuru t Terdakwa uang te rsebu t
dibe r i k an sebaga i bentuk ucapan te r ima kas ih dan
orang tua s i swa kepada pihak seko lah yang akan
dise rahkan kepada guru - guru di SMP Neger i 1 Kota
Pinang dalam bentuk uang tuna i yang pembagian
jumlah nomina lnya akan di t en t u kan oleh Terdakwa dan

Hal . 3 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 159
160

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
juga dipergunakan sebaga i penggant i biaya pelaksanaan Uj ian Nasiona l anta
ra la i n berupa :
a. Pembuatan SKHU sementara ;
b. Foto copy SKHU sementa ra ;
c. Foto copy SKHUN ;
d. Pembuatan fo to copy i j a zah ; e. Pembel i an map biasa ;
Padahal berdasarkan Keputusan Menter i Pendid i kan
Nasiona l Republ i k Indones ia Nomor : 044 /U/ 2002 tangga l
02 Apr i l 2002 ten tang Dewan Pendid i kan dan Komite
Sekolah menyebutkan bahwa apabi l a seko lah membutuhkan
tambahan biaya operas i ona l untuk keg ia t an seko lah maka yang
mener ima dan mempertanggung jawabkan dana yang
dipe ro l eh dar i masyaraka t adalah Komite Sekolah mela lu i
Bendahara Komite Sekolah ;
- Bahwa berdasarkan Petun juk Teknis Laporan dan
Per tanggung jawaban Keuangan Dana Subsid i / b an t uan
Uj ian Nasiona l Tahun Pela j a r an 2008 / 2009 yang
dike l ua r kan oleh Pani t i a Penyelenggara UN/UASBN
Dinas Pendid i kan Prov ins i Sumatera Utara biaya
pelaksanaan Uj ian Nasiona l untuk SMP/MTs te l ah
dib i a ya i sebesar @ Rp. 20 .000 , - / s i swa yang biaya
te rsebu t digunakan untuk kegia t an - kegia t an sebaga i
ber i ku t :
1. Pengis i an data peser t a UN dan pengi r iman ke
Dinas Pendid i kan Kabupaten /Ko ta berupa uang
le l ah dan t ranspo r t loka l petugas ;
2. Penyelesa i an kar tu peser t a berupa penanda
tanganan, pembubuhan cap/ s t empe l seko lah dan
penyusunan/ penga tu ran ruangan uj i an ;
3. Pengambi l an perangka t Uj ian Nasiona l berupa
biaya t ranspo r t dar i seko lah ke Dinas
Pendid i kan Kabupaten / Ko ta untuk set i ap Mata
Pela j a r an disesua i kan dengan kemampuan dana
yang te r sed i a ;
4. Pengi r iman LJUN ke Kabupaten /Ko ta berupa

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 160
161

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
t ranspo r t loka l dar i seko lah ke Rayon Dinas Pendid i kan Kabupaten / Ko ta untuk
set i ap mata pela j a r an disesua i kan dengan kemampuan dana yang te r sed i a ;
5. Operas i ona l penye lenggaraan berupa
honora r i um kepan i t i a a n di seko lah /madrasah ;
6. Pelaksanaan sos ia l i s a s i berupa biaya rapa t
dewan guru , snack/makan r i ngan yang
di l a ksanakan seko lah /madrasah penye lenggara
Uj ian Nasiona l ;
7. Penggadaan bahan pendukung berupa
penggandaan/ f o t o copy, ATK, dl l ;
8. Pengawasan pelaksanaan UN berupa biaya
pengawasan yai t u berupa biaya t ranspor t guru
pengawas ruangan Uj ian Nasiona l disesua i kan
dengan kemampuan dana yang te rsed i a ;
9. Penerb i t a n penul i s an i j a sah berupa biaya
penul i s an i j a sah ;
10. . Penyusunan lapo ran berupa honora r i um
petugas ;
- Bahwa sek i r a puku l 14 . 00 WIB Terdakwa yang mewaki l i
seko lah dan selu ruh guru membuka acara dan
member i kan kata sambutan yang pada in t i n y a meminta
maaf kepada selu ruh orang tua s iswa apabi l a selama
s i swa / i Kelas IX mengiku t i keg ia t an bela j a r
mengaja r di SMP Neger i 1 Kota Pinang ada kesa lahan .
Sete lah i tu , Terdakwa kelua r dar i ruangan dan
mempers i l a hkan saks i H. SAIDI SIREGAR se laku Ketua
Komite Sekolah untuk menyampaikan permin taan Kepala
Sekolah yang di t u j u kan kepada orang tua s i swa yang
sebe lumnya te l ah disampaikan Terdakwa kepada saks i
H. SAIDI SIREGAR ;
- Bahwa meskipun yang menyampaikan permin taan pada
per temuan te rsebu t adalah Ketua Komite Sekolah
yai t u H. Said i Sirega r namun rapa t te rsebu t
bukan lah rapa t Komite Sekolah mela inkan per temuan

Hal . 5 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 161
162

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
s i l a t u r a hmi anta ra orang tua s i swa/ i dengan seko lah SMP Neger i 1 Kota
Pinang dalam rangka untuk pener imaan hasi l Uj ian Nasiona l Tahun
Pela j a r an 2008 / 2009 sesua i dengan Sura t Undangan yang dibua t dan di t
anda tangan i oleh Terdakwa pada tangga l 11 Mei 2009 ;
- Bahwa pada har i Rabu tangga l 24 Jun i 2009 sek i t a r
puku l 09 .00 WIB Terdakwa kemudian memerin t ahkan
saks i Ganepo Simanjun tak , saks i Sunard i , dan saks i
0. Butar - Butar untuk melaksanakan Cap Tiga Jar i
SKHU (Sura t Kete rangan Hasi l Uj ian ) dan sebelum
membubuhkan Cap Tiga Jar i te rsebu t selu ruh s iswa / i
SMP Neger i 1 Kota Pinang diha ruskan membayar uang
sejumlah Rp. 125 . 000 , - ( se ra t us dua puluh l ima r i bu
rup i ah ) per s i swa / i dan sete l ah dibaya rkan baru lah
s i swa / i Kelas IX te rsebu t dapat melaksanakan Cap
Tiga Jar i ser ta apabi l a s i swa/ i t i dak membayar uang
sejumlah Rp. 125 . 000 , - ( se ra t us dua puluh l ima r i bu
rup i ah ) maka s iswa/ i te rsebu t t i dak dipe rbo l ehkan
melaksanakan Cap Tiga Jar i SKHU hingga s iswa / i
te rsebu t membayar uang se jumlah Rp. 125 .000 , - -
(se ra t us dua puluh l ima r i bu rup iah ) ;
- Bahwa pelaksanaan Cap Tiga Jar i SKHU pada tangga l
24 Jun i 2009 dibag i menjad i 2 (dua) tempat masing-
masing di ke las IX. 1 s/ d IX. 4 yang di l a ksanakan oleh
saks i Ganepo Simanjun tak dan saks i 0. Butar -
buta r dan di kelas IX . 5 s/ d IX. 9 yang di l a ksanakan
oleh saks i Sunard i dengan diban tu oleh seorang
petugas la i nnya . Terhadap s iswa/ i yang te l ah
melakukan pembayaran t i dak diber i k an bukt i kwi tans i pembayaran dan hanya
diber i k an tanda berupa cont rengan atau tu l i s a n sejumlah uang yang di t e r
ima pada daf ta r nama atas nama s iswa yang menyerahkan uang te rsebu t
dan sete l ah itu baru l ah s iswa/ i te rsebu t melaksanakan Cap Tiga Jar i ;
- Bahwa pada saat pemungutan te rsebu t di l a ksanakan

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 162
163

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
pihak Cabja r i Kota Pinang kemudian mempero leh
in f o rmas i hingga kemudian sek i r a puku l 11 .00 WIB
menurunkan beberapa orang petugas ke SMP Neger i 1
dan mel iha t prak t i k pungutan l ia r sedang
ber l angsung . Sete l ah di l a kukan pemer i ksaan te rhadap
guru yang sedang melakukan Cap Tiga Jar i dan
pemungutan l i a r di t emukan barang bukt i masing- masing berupa
:
1. Di ruangan Cap Tiga Jar i SKHU yang
di l a ksanakan oleh saks i Sunard i dan Ern iwa t i
Rambe menemukan sejumlah uang yang berse rak
di atas meja yang sete l ah di hi t ung bersama
anta ra Sdr . Sunard i dan Tim Cab Jar i jumlah
uang yang ada di atas meja sejumlah Rp.
870 . 000 , - (de lapan ra tus tu j uh puluh r i bu
rup i ah ) ;
2. Daf ta r nama s i swa yang te rdapa t tanda
cont rengan bagi s i swa yang te l ah membayar
yang te rnya ta sete l ah dih i t u ng sebanyak 128
s i swa ;
3. Uang hasi l pungutan l i a r yang te l ah berhas i l
dikumpulkan sebanyak Rp. 15 . 130 . 000 , - ( l ima
belas ju t a sera tus t i ga puluh r i bu rup iah )
yang sebe lumnya dis impan oleh Sunard i dan
Ganepo Simanjun tak sebaga i pener ima uang
sesua i dengan daf t a r nama s iswa dan Ber i t a
Acara Peni t i p an tangga l 27 Jun i 2009 dar i
pihak SMP Neger i 1 Kota Pinang yang diwak i l i
oleh Sdr . SUNARDI, 0 . BUTAR-BUTAR dan GANEFO
SIMANJUNTAK kepada H. SAIDI SIREGAR selaku Ketua Komite
Sekolah sesua i dengan BERITA ACARA
PENITIPAN UANG yang dibua t dan
di t anda tangan i oleh Sunard i , Ganepo Simanjun tak
dan 0. Butar - Butar masing- masing sebaga i pener ima
uang kepada H. Said i Si rega r
sebaga i Ketua Komite Sekolah dengan

Hal . 7 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 163
164

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
disaks i kan oleh H. Amirudd in Pohan ser ta Terdakwa pada har i Sabtu tangga l
27 Jun i 2009 puku l 11 . 10 WIB ;
- Bahwa berdasarkan kete rangan dar i orang tua s i swa
dan s i swa SMPN 1 Kota Pinang anta ra la i n saks i
Rosmian Br. Rambe, saks i Fi t r i Aminah, saks i
Tamimah Br. Daulay , saks i Rasi ta Dewi , saks i Nur
Cahaya Br. Harahap, saks i Far i da Ar i yan i Br.
Sagala , saks i I l ham dan saks i Aida Sar i Si rega r
dike tahu i bahwa mereka kebera tan atas pungutan
te rsebu t dan te rpaksa memenuhinya dika renakan
apabi l a uang te rsebu t t i dak dibayar maka s iswa/ i
t i dak dapat melaksanakan Cap Tiga Jar i SKHUN dan
SKHUN mereka t i dak dapat diambi l seh ingga akan
menghambat proses pendaf t a r an di Sekolah Lanju t an .
Bahwa saks i Aida Sar i Sirega r yang pada saat itu
t i dak membawa uang sejumlah Rp. 125 . 000 , - ( se ra t u s
dua puluh l ima r i bu rup iah ) t i dak dipe rbo l ehkan
untuk melaksanakan Cap Tiga Jar i oleh saks i Ganepo
Simanjun tak dan oleh saks i Ganepo Simanjun tak
dipe r i n t a hkan pulang te r l e b i h dahulu untuk
mengambi l uang sejumlah Rp. 125 . 000 , - ( se ra t u s dua
puluh l ima r i bu rup iah ) te rsebu t ;
- Bahwa sete l ah uang te rkumpul se lu ruhnya maka uang
te rsebu t akan dise rahkan kepada Terdakwa ;
Bahwa perbua tan Terdakwa MUHAMMAD HAMZAH, S.Pd. sebaga imana dia t u r
dan diancam pidana dalam Pasal 12 huru f e Undang- Undang No. 31 Tahun 1999
sebaga imana te l ah diubah dan di t ambah dengan Undang- Undang No. 20 Tahun
2001 ten tang Perubahan Atas Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 ten tang
Pemberan tasan Tindak Pidana Korups i ;
ATAU :
KEDUA :
Bahwa Terdakwa MUHAMMAD HAMZAH, S.Pd. se laku Kepala Sekolah SMP Neger i 1 Kota
Pinang Kecamatan Kota Pinang, Kabupaten Labuhan Batu Sela tan yang
berdasarkan Sura t

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 164
165

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Keputusan Bupat i Labuhan Batu Nomor : 821 . 24 / 1875 /BKD-
I / 2008 tangga l 20 Jun i 2008 diangka t menjad i Kepala Sekolah SMP
Neger i 1 Kota Pinang Kecamatan Kota Pinang, Kabupaten
Labuhan Batu , pada kurun waktu tangga l 11 Mei 2009 sampai dengan
tangga l 24 Juni 2009 atau set i dak - t i daknya pada
suatu waktu la i n dalam tahun 2009 ber tempat di SMP Neger i 1 Kota
Pinang Kecamatan Kota Pinang , Kabupaten Labuhan Batu Sela tan atau set i
d ak - t i daknya pada suatu tempat la i n yang masih te rmasuk dalam
daerah hukum Pengadi l an Neger i Rantau Prapat yang bers i dang di Kota
Pinang mener ima hadiah atau jan j i te rsebu t diber i k an karena kekuasaan
atau kewenangan yang berhubungan dengan jaba tannya , atau menuru t pik i r a n
orang yang memberikan hadiah atau jan j i te rsebu t ada hubungan dengan
jaba tannya yang di l a kukan oleh Terdakwa dengan cara sebaga i ber i ku t :
- Bahwa Terdakwa berdasarkan Sura t Keputusan Kepala
Kanto r Wilayah Depar temen Pendid i kan dan Kebudayaan
Prov ins i Sumatera Utara Nomor : 5265 / 1 . 05 . 1 / C I . 8 2
tangga l 25 November 1982 diangka t menjad i Pegawai
Neger i Sip i l di SMP Neger i di Sigambal yang
kemudian berdasa rkan Surat Keputusan Bupat i Labuhan
Batu Nomor : 821 . 24 / 1875 / BKD- I / 2008 tangga l 20 Jun i
2008 diangka t menjad i Kepala Sekolah SMP Neger i 1
Labuhan Batu ;
Kota Pinang Kecamatan Kota Pinang , Kabupaten
- Bahwa sehubungan dengan pelaksanaan Uj ian Nasiona l
maka Terdakwa memil i k i kewenangan untuk melakukan
pengis i an blanko i j a sah di l a kukan oleh
seko lah /madrasah penye lenggara uj i an sesua i dengan
pedoman yang ber l a ku dan menerb i t k an ser t a
menandatangan i i j a sah yang dibubuh i stempel
seko lah /madrasah penye lenggara berdasarkan Pedoman
Pelaksanaan Uj ian Nasiona l SMP dan MTs yang
dike l ua r kan oleh Depatemen Pendid i kan Nasiona l
Tahun 2005 dan Surat Keputusan Kepala Dinas
Pendid i kan Kabupaten Labuhan Batu Nomor :

Hal . 9 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 165
166

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
420 / 219 / TPK. I I / 2 008 tangga l 30 Januar i 2008 ten tang Penunjukan SMP yang
berwenang menyelenggarakan Uj ian Nasiona l dan SMP yang bergabung
dalam penye lenggaraan Uj i an Nasiona l ser ta Sub Rayon SMP pada Uj ian
Nasiona l Tahun Pela ja r an 2007 / 2008 ;
- Bahwa sehubungan dengan te l ah selesa i
di l a ksanakannya Uj i an Nasiona l di SMP Neger i 1 Kota
Pinang maka Terdakwa MUHAMMAD HAMZAH, S.Pd. selaku
Kepala Sekolah SMP Neger i 1 Kota Pinang pada
tangga l 11 Mei 2009 te l ah membuat dan
menandatangan i undangan yang di t u j u kan kepada orang
tua murid guna menghadi r i acara pengambi l an
pengumuman hasi l Uj ian Nasiona l yang akan
di l a ksanakan pada har i Sabtu tangga l 20 Jun i 2009
sek i t a r puku l 14 .00 WIB ber tempat di SMP Neger i 1
Kota Pinang ;
- Bahwa pada har i Sabtu tangga l 20 Juni 2009
ber tempat di SMP Neger i 1 Kota Pinang sebelum acara
dimula i Terdakwa MUHAMMAD HAMZAH, S.Pd. menyuruh
saks i ACHYAR ELDINE untuk memanggi l saks i H. SAIDI
SIREGAR se laku Ketua Komite Sekolah dan sete l ah
ber temu selan j u t n ya Terdakwa menyuruh H. SAIDI
SIREGAR agar menyampaikan permin taannya kepada
orang tua murid yang hadi r untuk member i kan uang
sen i l a i Rp. 125 . 000 , - ( se ra t u s dua puluh l ima r i bu
rup i ah ) per s i swa yang harus dise rahkan pal i n g
lambat pada saat pengambi l an Sura t Keterangan Hasi l
Uj ian (SKHU) yang menuru t Terdakwa uang te rsebu t
dibe r i k an sebaga i bentuk ucapan te r ima kas ih dan
orang tua s i swa kepada pihak seko lah yang akan
dise rahkan kepada guru - guru di SMP Neger i 1 Kota
Pinang dalam bentuk uang tuna i yang pembagian
jumlah nomina lnya akan di t en t u kan oleh Terdakwa dan
juga dipergunakan sebaga i penggant i biaya
pelaksanaan Uj ian Nasiona l anta ra la i n berupa :
a. Pembuatan SKHU sementara ;

10

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 166
167

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
b. Foto copy SKHU sementa ra ;
c. Foto copy SKHUN ;
d. Pembuatan fo to copy i j a zah ; e. Pembel i an map biasa ;
Padahal berdasarkan Keputusan Menter i Pendid i kan
Nasiona l Republ i k Indones ia Nomor : 044 /U/ 2002 tangga l
02 Apr i l 2002 ten tang Dewan Pendid i kan dan Komite
Sekolah menyebutkan bahwa apabi l a seko lah membutuhkan
tambahan biaya operas i ona l untuk keg ia t an seko lah maka yang
mener ima dan mempertanggung jawabkan dana yang
dipe ro l eh dar i masyaraka t adalah Komite Sekolah mela lu i
Bendahara Komite Sekolah ;
- Bahwa berdasarkan Petun juk Teknis Laporan dan
Per tanggung jawaban Keuangan Dana Subsid i / b an t uan
Uj ian Nasiona l Tahun Pela j a r an 2008 / 2009 yang
dike l ua r kan oleh Pani t i a Penyelenggara UN/UASBN
Dinas Pendid i kan Prov ins i Sumatera Utara biaya
pelaksanaan Uj ian Nasiona l untuk SMP/MTs te l ah
dib i a ya i sebesar @ Rp. 20 .000 , - / s i swa yang biaya
te rsebu t digunakan untuk kegia t an - kegia t an sebaga i
ber i ku t :
1. Pengis i an data peser t a UN dan pengi r iman ke
Dinas Pendid i kan Kabupaten /Ko ta berupa uang
le l ah dan t ranspo r t loka l petugas ;
2. Penyelesa i an kar tu peser t a berupa penanda
tanganan, pembubuhan cap/ s t empe l seko lah dan
penyusunan/ penga tu ran ruangan uj i an ;
3. Pengambi l an perangka t Uj ian Nasiona l berupa
biaya t ranspo r t dar i seko lah ke Dinas
Pendid i kan Kabupaten / Ko ta untuk set i ap Mata
Pela j a r an disesua i kan dengan kemampuan dana
yang te r sed i a ;
4. Pengi r iman LJUN ke Kabupaten /Ko ta berupa
t ranspo r t loka l dar i seko lah ke Rayon Dinas
Pendid i kan Kabupaten / Ko ta untuk set i ap mata
pela j a r an disesua i kan dengan kemampuan dana

Hal . 11 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 167
168

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
yang te r sed i a ;
5. Operas i ona l penye lenggaraan berupa
honora r i um kepan i t i a n di seko lah /madrasah ;
6. Pelaksanaan sos ia l i s a s i berupa biaya rapa t
dewan guru , snack/makan r i ngan yang
di l a ksanakan seko lah /madrasah penye lenggara
Uj ian Nasiona l ;
7. Penggadaan bahan pendukung berupa
penggandaan/ f o t o copy, ATK, dl l ;
8. Pengawasan pelaksanaan UN berupa biaya
pengawasan yai t u berupa biaya t ranspor t guru
pengawas ruangan Uj ian Nasiona l disesua i kan
dengan kemampuan dana yang te rsed i a ;
9. Penerb i t a n penul i s an i j a sah berupa biaya
penul i s an i j a sah ;
10. . Penyusunan lapo ran berupa honora r i um
petugas ;
- Bahwa sek i r a puku l 14 . 00 WIB Terdakwa yang mewaki l i
seko lah dan selu ruh guru membuka acara dan
member i kan kata sambutan yang pada in t i n y a meminta
maaf kepada selu ruh orang tua s iswa apabi l a selama
s i swa / i Kelas IX mengiku t i keg ia t an bela j a r
mengaja r di SMP Neger i 1 Kota Pinang ada kesa lahan .
Sete lah i tu , Terdakwa kelua r dar i ruangan dan
mempers i l a hkan saks i H. SAIDI SIREGAR se laku Ketua
Komite Sekolah untuk menyampaikan permin taan Kepala
Sekolah yang di t u j u kan kepada orang tua s i swa yang
sebe lumnya te l ah disampaikan Terdakwa kepada saks i
H. SAIDI SIREGAR ;
- Bahwa meskipun yang menyampaikan permin taan pada
per temuan te rsebu t adalah Ketua Komite Sekolah
yai t u H. Said i Sirega r namun rapa t te rsebu t
bukan lah rapa t Komite Sekolah mela inkan per temuan
s i l a t u r a hmi anta ra orang tua s i swa/ i dengan seko lah
SMP Neger i 1 Kota Pinang dalam rangka untuk
pener imaan hasi l Uj ian Nasiona l Tahun Pela j a r an

12

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 168
169

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
2008 / 2009 sesua i dengan Sura t Undangan yang dibua t dan di t anda
tangan i oleh Terdakwa pada tangga l 11 Mei 2009 ;
- Bahwa pada har i Rabu tangga l 24 Jun i 2009 sek i t a r
puku l 09 .00 WIB Terdakwa kemudian memerin t ahkan
saks i Ganepo Simanjun tak , saks i Sunard i , dan saks i
0. Butar - Butar untuk melaksanakan Cap Tiga Jar i
SKHU (Sura t Kete rangan Hasi l Uj ian ) dan sebelum
membubuhkan Cap Tiga Jar i te rsebu t selu ruh s iswa / i
SMP Neger i 1 Kota Pinang diha ruskan membayar uang
sejumlah Rp. 125 . 000 , - ( se ra t us dua puluh l ima r i bu
rup i ah ) per s i swa / i dan sete l ah dibaya rkan baru lah
s i swa / i Kelas IX te rsebu t dapat melaksanakan Cap
Tiga Jar i ser ta apabi l a s i swa/ i t i dak membayar uang
sejumlah Rp. 125 . 000 , - ( se ra t us dua puluh l ima r i bu
rup i ah ) maka s iswa/ i te rsebu t t i dak dipe rbo l ehkan
melaksanakan Cap Tiga Jar i SKHU hingga s iswa / i
te rsebu t membayar uang se jumlah Rp. 125 .000 , - -
(se ra t us dua puluh l ima r i bu rup iah ) ;
- Bahwa pelaksanaan Cap Tiga Jar i SKHU pada tangga l
.1 Jun i 2009 dibag i menjad i 2 (dua) tempat masing-
masing di ke las IX. 1 s/ d IX. 4 yang di l a ksanakan
oleh saks i Ganepo Simanjun tak dan saks i 0. Butar -
buta r dan di kelas IX . 5 s/ d IX. 9 yang di l a ksanakan
oleh saks i Sunard i dengan diban tu oleh seorang
petugas la i nnya . Terhadap s iswa/ i yang te l ah
melakukan pembayaran t i dak diber i k an bukt i kwi tans i
pembayaran dan hanya diber i k an tanda berupa
cont rengan atau tu l i s a n sejumlah uang yang di t e r ima
pada daf ta r nama atas nama s iswa yang menyerahkan
uang te rsebu t dan sete l ah itu baru l ah s iswa/ i
te rsebu t melaksanakan Cap Tiga Jar i ;
- Bahwa pada saat pemungutan te rsebu t di l a ksanakan
pihak Cabja r i Kota Pinang kemudian mempero leh
in f o rmas i hingga kemudian sek i r a puku l 11 .00 WIB
menurunkan beberapa orang petugas ke SMP Neger i 1

Hal . 13 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 169
170

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
dan mel iha t prak t i k pungutan liar sedang ber l angsung . Sete l ah di
l a kukan pemer i ksaan te rhadap guru yang sedang melakukan Cap Tiga Jar i dan
pemungutan l i a r di t emukan barang bukt i masing- masing berupa :
a. Di ruangan Cap Tiga Jar i SKHU yang
di l a ksanakan oleh saks i Sunard i dan Ern iwa t i
Rambe menemukan sejumlah uang yang berse rak
di atas meja yang sete l ah di hi t ung bersama
anta ra Sdr . Sunard i dan Tim Cab Jar i jumlah
uang yang ada di atas meja sejumlah Rp.
870 . 000 , - (de lapan ra tus tu j uh puluh r i bu
rup i ah ) ;
b. Daf ta r nama s i swa yang te rdapa t tanda
cont rengan bagi s i swa yang te l ah membayar
yang te rnya ta sete l ah dih i t u ng sebanyak 128
s i swa ;
c. Uang hasi l pungutan l i a r yang te l ah berhas i l
dikumpulkan sebanyak Rp. 15 . 130 . 000 , - ( l ima
belas ju t a sera tus t i ga puluh r i bu rup iah )
yang sebe lumnya dis impan oleh Sunard i dan
Ganepo Simanjun tak sebaga i pener ima uang
sesua i dengan daf t a r nama s iswa dan Ber i t a
Acara Peni t i p an tangga l 27 Jun i 2009 dar i
pihak SMP Neger i 1 Kota Pinang yang diwak i l i
oleh Sdr . SUNARDI, 0 . BUTAR-BUTAR dan GANEFO
SIMANJUNTAK kepada H. SAIDI SIREGAR selaku Ketua Komite
Sekolah sesua i dengan BERITA ACARA
PENITIPAN UANG yang dibua t dan
di t anda tangan i oleh Sunard i , Ganepo Simanjun tak
dan 0. Butar - Butar masing- masing sebaga i pener ima
uang kepada H. Said i Si rega r
sebaga i Ketua Komite Sekolah dengan
disaks i kan oleh H. Amirudd in Pohan ser ta
Terdakwa pada har i Sabtu tangga l 27 Jun i
2009 puku l 11 . 10 WIB ;

14

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 170
171

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
- Bahwa sete l ah uang te rkumpul se lu ruhnya maka uang
te rsebu t akan dise rahkan kepada Terdakwa ;
Bahwa perbua tan Terdakwa MUHAMMAD HAMZAH, S.Pd. sebaga imana dia tu r
dan diancam pidana dalam Pasal 11 Undang- Undang No. 31 Tahun 1999
sebaga imana te l ah diubah dan di t ambah dengan Undang- Undang No. 20 Tahun
2001 ten tang Perubahan Atas Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 ten tang
Pemberan tasan Tindak Pidana Korups i ;
Mahkamah Agung te rsebu t ;
Membaca tun tu t an pidana Jaksa/Penun tu t Umum pada Kejaksaan Neger i Rantau
Prapat di Kota Pinang tangga l 26 Agustus 2010 sebaga i ber i ku t :
1. Menyatakan Terdakwa Muhammad Hamzah, S.Pd. te rbuk t i
secara sah dan meyakinkan bersa l ah melakukan t i ndak
pidana korups i ”Dengan maksud menguntungkan di r i
send i r i atau orang la i n secara melawan hukum memaksa
seseorang member i kan sesuatu atau membayar”
sebaga imana dia t u rdan diancam pidana dalam Pasal 12
Undang- Uundang No. 31 Tahun 1999 ten tang Pemberantasan
Tindak Pidana Korups i sebaga imana te l ah diubah dan
di t ambah dengan Pasal 12 huru f e Undang- Undang No. 20
Tahun 2001 ten tang Perubahan Atas Undang- Undang No. 31
Tahun 1999 ten tang Pemberan tasan Tindak Pidana Korups i
;
2. Menja tuhkan pidana te rhadap Terdakwa Muhammad Hamzah,
S.Pd. berupa pidana penja ra selama 4 (empat ) tahun
diku rang i selama Terdakwa berada dalam masa
penangkapan dan penahanan dengan per i n t ah Terdakwa
segera di t ahan dan denda sebesar Rp. 200 .000 . 000 , -
(dua ra tus ju t a rup iah ) subs ida i r 3 (t i ga ) bulan
kurungan ;
3. Menyatakan barang bukt i berupa :
1. Foto copy yang te l ah di l ega l i s i r Sura t Keputusan
Kepala Kantor Wilayah
Depar temen Pendid i kan dan Kebudayaan Sumatera
Utara Nomor : 5265 / 1 . 05 /C1 . 82 tangga l 25 November

Hal . 15 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 171
172

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
1982 ten tang Pengangkatan Muhammad Hamzah sebaga i Calon Pegawai Neger i Sip i l
pada SMP Neger i di Sigambal ;
2. Foto copy yang te l ah di l ega l i s i r Pet i kan Putusan
Bupat i Labuhan Batu Nomor : 821 . 24 / 19875 /BKD-
I / 2008 ten tang Pemberhent i a n dengan Hormat
Pegawai Neger i Sip i l yang te rsebu t dalam la j u r 2
yai t u Muhammad Hamzah, S.Pd. dar i jaba tan
sebaga imana te rsebu t dalam la j u r 4 dan
mengangkatnya ke dalam jaba tan sebaga imana dalam
la j u r 5 sebaga i Kepala Sekolah pada SMPN 1 Kota
Pinang Kecamatan Kota Pinang yang merupakan tugas
tambahan dar i jaba tan guru dar i Lampi ran
Keputusan in i ;
3. Keputusan Ketua Sub Rayon 01 SMP Neger i 1 Kota
Pinang Nomor :
421 . 3 / 82 / PEG/2009 ten tang Pembentukan dan
Penetapan Pani t i a Uj ian Nasiona l pada SMP Neger i
1 Kota Pinang T.P 2008 / 2009 tangga l 21 Apr i l 2009
;
4. Keputusan Kepala SMP Neger i 1 Kota Pinang Nomor :
421 . 3 / 90 / KES/2009 ten tang Petugas Pelaksana
Penyelenggaraan Uj ian Akhi r Nasiona l (UAS) Kelas
IX Tahun Pela j a r an 2008 / 2009 tangga l 18 Apr i l
2009 ;
5. Undangan dar i Kepala SMP Neger i 1 Kota Pinang
Nomor : 421 . 3 / 90 / 2009 tangga l 11 Mei 2009 yang
di t anda tangan i oleh Kepala Sekolah Mhd. Hamzah,
S.Pd. ;
6. Daf ta r Nama Siswa Kelas IX. 1 , IX . 2 , IX. 3 , IX . 4 ,
IX . 5 , IX . 6 , IX. 7 , IX . 8 dan IX. 9 yang te rdapa t
tanda- tanda cont rengan dan tu l i s a n nomina l
sejumlah uang ;
7. Ber i t a Acara Peni t i p an Uang yang dibua t pada har i
Sabtu tangga l 27 Jun i 2009 puku l 11 . 10 WIB anta ra
Sunard i , S. Ip . dengan H. Said i Siregar dengan

16

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 172
173

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
disaks i kan oleh H. Amirudd in Pohan dan Muhammad Hamzah, S.Pd. ;
8. Ber i t a Acara Peni t i p an Uang yang dibua t pada har i
Sabtu tangga l 27 Jun i 2009 puku l 11 . 10 WIB anta ra
Sunard i , S. Ip . dengan 0. Butar - Butar dengan
disaks i kan oleh H. Amirudd in Pohan dan Muhammad
Hamzah, S.Pd. ;
Poin t 1 s/ d 8 masing - masing te r l amp i r dalam berkas perka ra sedangkan
:
- Uang tuna i sejumlah Rp. 16 . 000 . 000 , - (enam belas ju t a rup iah ) ;
Dikembal i k an kepada orang tua murid a.n Ade Ard iansyah , dkk mela lu i H.
Said i Sirega r ( se l aku Ketua Komite Sekolah ) ;
6. Menetapkan agar Terdakwa membayar biaya perkara sebesar
Rp. 5.000 , - ( l ima r i bu rup iah ) ;
Membaca putusan Pengadi l a n Neger i Rantau Prapat yang
bers i dang di Kota Pinang No. 103 /P id . B / 2010 / PN.RAP. tangga l 07 Oktober
2010 yang amar lengkapnya sebaga i ber i ku t :
1. Menyatakan Terdakwa Muhammad Hamzah, S.Pd. t i dak
te rbuk t i secara sah dan meyakinkan bersa lah melakukan
t i ndak pidana sebaga imana yang didakwakan oleh
Penuntu t Umum dalam dakwaan Kesatu atau dakwaan
2. Membebaskan Terdakwa te rsebu t oleh karena i t u dar i
Kedua ;
selu ruh dakwaan te rsebu t ;
3. Memul ihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan
harka t ser ta martaba tnya ;
4. Memerin tahkan agar Terdakwa te rsebu t di atas segera
dibebaskan dar i tahanan kota sete l ah putusan in i
dibacakan ;
5. Menetapkan barang bukt i berupa :
1) Uang tuna i sejumlah Rp. 16 . 000 . 000 , - (enam belas ju t a
rup i ah ) yang te rd i r i dar i :
- Uang pecahan Rp. 870 . 000 , - (de lapan ra tus tu j uh
puluh r i bu rup iah ) dengan per i n c i a n sebaga i

Hal . 17 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 173
174

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
ber i ku t :
Uang pecahan Rp. 100 . 000 , - ( se ra t us r i bu rup iah )
sebanyak 1 ( sa tu ) lembar ;
Uang pecahan Rp. 50 . 000 , - ( l ima puluh r i bu
rup i ah ) sebanyak 1 ( sa tu ) lembar ;
Uang pecahan Rp. 20 . 000 , - ( l ima puluh r i bu
rup i ah ) sebanyak 3 ( t i g a ) lembar ;

Uang pecahan Rp. 10 . 000 , - ( sepu luh r i bu rup i ah )


Uang pecahan
sebanyak 17 ( tu j u hRp.
belas )1 .000 ,-
lembar ;( se r i bu rup iah )
sebanyak 5 ( l ima ) lembar ;
Uang pecahan Rp. 15 . 130 . 000 , - ( l ima belas ju t a
sera tus t i ga puluh r i bu rup iah ) ;
Dikembal i k an kepada orang tua murid mela lu i SMPN I
Kota Pinang;
2) Sura t - sura t yang te rd i r i dar i :
- Sura t Keputusan Ketua Sub Rayon 01 SMP Neger i 1
Kota Pinang Nomor: 421 . 3 / 82 / PEG/2009 ten tang
Pembentukan dan Penetapan Pani t i a Uj ian Nasiona l
pada SMP Neger i 1 Kota Pinang T.P 2008 / 2009
tangga l 21 Apr i l 2009 ;
- Keputusan Kepala SMP Neger i 1 Kota Pinang Nomor :
421 . 3 / 90 / KES/2009 ten tang Petugas Pelaksana
Penyelenggaraan Uj ian Akhi r Nasiona l (UAS) kelas
IX Tahun Pela j a r an 2008 / 2009 tangga l 18 Apr i l 2009
;
- Undangan dar i SMP Neger i 1 Kota Pinang Nomor :
421 . 3 / 90 / 2009 tangga l 11 Mei 2009 ;
- Daf ta r Nama Siswa Kelas IX. 1 , IX . 2 , IX. 3 , IX. 4 ,
IX . 5 , IX . 6 , IX. 7 , IX . 8 dan IX. 9 yang te rdapa t
tanda- tanda cont rengan dan tu l i s a n nomina l
sejumlah uang ;
- Ber i t a Acara Peni t i p an Uang yang dibua t pada har i
Sabtu tangga l 27 Jun i 2009 puku l 11 . 10 WIB anta ra
Sunard i , S. IP . dengan H. Said i Si regar dengan
disaks i kan oleh H. Amirudd in Pohan dan Muhammad

18

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 174
175

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Hamzah, S.Pd. ;
- Ber i t a Acara Peni t i p an Uang yang dibua t pada har i
Sabtu tangga l 27 Jun i 2009 puku111 . 10 WIB anta ra
Sunard i , S. IP . dengan 0 . Butar - Butar dengan
disaks i kan oleh H. Amirudd in Pohan dan Muhammad
Hamzah, S.Pd. ;
- Foto copy yang te l ah di l ega l i s i r Pet i kan Putusan
Bupat i Iabuhan Batu Nomor : 821 .24 / 19875 /BKD-
I / 2008 ten tang Pemberhent i a n Dengan Hormat Pegawai
Neger i Sip i l yang te rsebu t dalam la j u r 2 yai t u
Muhammad Hamzah, S.Pd. dar i jaba tan sebaga imana
te rsebu t dalam la j u r 4 dan mengangkatnya ke dalam
jaba tan sebaga imana dalam la j u r 5 sebaga i Kepala
Sekolah pada SMPN 1 Kota Pinang Kecamatan Kota
Pinang yang merupakan tugas tambahan dar i jaba tan
guru dar i Lampi ran Keputusan in i ;
Tetap te r l amp i r dalam berkas perka ra ;
5. Membebankan biaya perka ra in i kepada Negara ;
Menginga t akan akta ten tang permohonan kasas i No. 401 /Ak ta . P i d / -
2010 /PN- RAP. yang dibua t oleh
Pani t e r a / Sek re t a r i s pada Pengadi l a n Neger i Rantau Prapat yang
menerangkan , bahwa pada tangga l 19 Oktober 2010 Jaksa /Penuntu t Umum
pada Kejaksaan Neger i Rantau Prapat di Kota Pinang te l ah mengajukan
permohonan kasas i te rhadap putusan Pengadi l an Neger i te rsebu t ;
Memperhat i k an memori kasas i tangga l 29 Oktober 2010 dar i Jaksa /Penun
tu t Umum sebaga i Pemohon Kasas i yang di t e r ima di Kepani t e r aan
Pengadi l a n Neger i Rantau Prapat yang bers i dang di Kota Pinang pada tangga l
01 November 2010
;
Membaca sura t - sura t yang bersangku tan ;
Menimbang, bahwa putusan Pengadi l an Neger i te rsebu t
te l ah diucapkan dengan hadi rnya Jaksa /Penuntu t Umum pada
tangga l 07 Oktober 2010 dan Jaksa /Penun tu t Umum mengajukan
permohonan kasas i pada tangga l 19 Oktober 2010 ser ta memori kasas i nya
te l ah di t e r ima di Kepani t e r aan Pengadi l an Neger i

Hal . 19 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 175
176

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Rantau Prapat yang bers i dang di Kota Pinang pada tangga l 01
November 2010 , dengan demik i an permohonan kasas i beser t a
dengan alasan - alasannya te l ah dia j ukan dalam tenggang waktu dan dengan cara
menurut undang- undang ;
Menimbang, bahwa Pasal 244 KUHAP (K i t ab Undang- Undang
Hukum Acara Pidana) menentukan bahwa te rhadap putusan
perka ra pidana yang dibe r i k an pada t i ngka t te rakh i r oleh
Pengadi l a n la i n , sela i n dar i pada Mahkamah Agung, Terdakwa
atau Jaksa /Penun tu t Umum dapat mengajukan permin taan kasas i kepada
Mahkamah Agung kecua l i te rhadap putusan bebas ;
Menimbang, bahwa akan te tap i Mahkamah Agung berpendapat
bahwa selaku Badan Perad i l a n Ter t i n gg i yang
mempunyai tugas untuk membina dan menjaga agar semua hukum dan
undang- undang dise l u r uh wi l ayah Negara di t e r apkan
secara tepa t dan adi l , Mahkamah Agung waj i b memeriksa
apabi l a ada pihak yang mengajukan permohonan kasas i
te rhadap putusan Pengadi l an bawahannya yang membebaskan
Terdakwa, yai t u guna menentukan sudah tepa t dan adi l kah putusan Pengadi l
an bawahannya i t u ;
Menimbang, bahwa namun demik i an sesua i yur i sp r udens i
yang sudah ada apabi l a te rnya ta putusan Pengadi l an yang
membebaskan Terdakwa i t u merupakan pembebasan yang murn i
s i f a t n ya , maka sesua i keten tuan Pasal 244 KUHAP (K i t ab
Undang- Undang Hukum AcaraPidana) te rsebu t , permohonan kasas i te
rsebu t harus dinya takan t i dak dapat di t e r ima ;
Menimbang, bahwa seba l i k n ya apab i l a pembebasan i t u didasa rkan pada
penafs i r a n yang kel i r u te rhadap sebutan t i ndak pidana yang dimuat
dalam sura t dakwaan dan bukan didasa rkan pada t i dak te rbuk t i n ya suatu
unsur perbua tan yang didakwakan, atau apab i l a pembebasan i t u sebenarnya
adalah merupakan putusan lepas dar i segala tun tu t an hukum, atau apabi l a
dalam menja tuhkan putusan i t u Pengadi l a n te l ah melampaui batas
kewenangannya (mesk ipun hal in i t i dak dia j u kan sebagai alasan kasas i ) ,
Mahkamah Agung atas dasar pendapatnya bahwa pembebasan i t u bukan merupakan
pembebasan yang murni harus mener ima permohonan kasas i te rsebu t ;

20

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 176
177

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa alasan- alasan yang dia j ukan oleh Pemohon Kasasi / - Jaksa
/Penun tu t Umum pada pokoknya adalah sebaga i ber i ku t :
Bahwa Pengadi l an Neger i Rantau Prapat te l ah menja tuhkan putusan
yang amarnya berbuny i seper t i te rsebu t di atas dalam memeriksa dan
mengadi l i perka ra te rsebu t te l ah melakukan keke l i r u an yai t u :
Maje l i s Hakim te l ah salah menerapkan hukum sebaga imana mest inya .
Bahwa t i dak selu ruh per t imbangan Maje l i s Hakim per l u
Pemohon Kasas i bahas dalam memori kasas i in i namun
per t imbangan yang menuru t Pemohon Kasas i t i dak sesua i dengan
rasa kead i l a n dan fak t a yang te rungkap di
pers i dangan ser ta per t imbangan- per t imbangan Maje l i s Hakim yang
sangat kel i r u yang akan Pemohon Kasas i ura i kan yai t u
sebaga i ber i ku t :
A. Menimbang, bahwa sesua i fak t a - fak ta dalam
pers i dangan yai t u kete rangan saks i - saks i
yang te rd i r i dar i saks i H. Said i Siregar ,
saks i Akbar Pramadhana, SH., saks i Sunard i ,
S. IP . , saks i Ganepo Simanjun tak , S.Pd.
saks i Osmar Butar - buta r , saks i Achyar
Eld i ne , saks i I l ham, saks i Aida Sar i
Si rega r , saks i H. Amirudd in Pohan, saks i Riza l
l ah i , saks i Rosmiah Br. Rambe, saks i
Tamimah Br. Daulay , saks i Rasi ta Dewi dan saks i
Fi t r i Aminah, Keterangan Ahl i Drs.
Rajo Makmur Si rega r , M.Pd. Ala t bukt i Sura t , Petun juk , Keterangan
Terdakwa dan barang bukt i yang te l ah dia j u kan di pers i dangan t i dak
selu ruh kete rangan saks i - saks i , kete rangan Ahl i dan kete rangan Terdakwa
dica t a t dalam Ber i t a Acara Pers idangan seh ingga mengakiba t kan
lemahnya pembukt i an te rhadap unsur - unsur pasa l yang didakwakan ;

Hal . 21 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 177
178

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
B. Menimbang, bahwa dalam putusannya Maje l i s Hakim
mendapat i bahwa ide atau wacana memberikan uang te r ima
kas ih sebesar Rp. 125 . 000 , - ( se ra t u s dua puluh l ima r i bu
rup i ah ) kepada semua guru SMPN 1 Kota Pinang dar i
peser t a murid yang te l ah lu l u s Ebtanas te rsebu t berasa l
dar i rapa t Komite Sekolah dengan para orang tua murid
yang hadi r dalam rapa t te rsebu t (V ide halaman 40 – 41
Putusan) adalah t i dak tepa t dan sangat kel i r u di mana
rapa t te rsebu t t i dak dapat disebu t sebaga i rapa t Komite
Sekolah dengan alasan - alasan sebaga i ber i ku t :
Bahwa berdasarkan kete rangan dar i saks i - saks i H. Said i Si
rega r , H. Amirudd in Pohan, Sunard i , S. IP . , Ganepo
Simanjun tak , S. Pd. , Osmar Butar - buta r , Achyar Eld ine , kete
rangan Ahl i Drs. Rajo Makmur Sirega r , ala t bukt i
sura t berupa undangan dan kete rangan Terdakwa (V ide
Halaman 7 s/ d halaman 43 Sura t Tuntu tan Pidana)
dipe ro l eh fak ta - fak ta di Pers i dangan sebagai ber i ku t :
1. Saksi H. Said i Sirega r , pada pokoknya menerangkan :
(v i de Hal 7 s/ d 10 Sura t Tuntu tan )
- Bahwa masa jaba tan saks i sebaga i Ketua Komite
Sekolah berakh i r sejak tahun 2006 dan sete l ah itu
t i dak pernah diadakan rapa t Komite Sekolah dengan
orang tua /wa l i murid . Bahwa set i ap per temuan
anta ra pengurus komi te dengan orang tua /wa l i murid
ada Notu len rapa t dan daf ta r hadi r yang dibua t
oleh Sekre ta r i s Komite Sekolah dan dihad i r i oleh
selu ruh Pengurus Komite Sekolah ;
- Bahwa yang mengusulkan kut i p an uang sejumlah Rp.
yai t u Terdakwa Muhammad Hamzah, S.Pd. dan saks i diundang oleh Kepala
125 . 000 , - adalah Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Pinang
Sekolah mela lu i saks i Achyar Eld i ne ser ta apabi l a saks i t i dak diundang oleh

saks i Achyar Eld ine maka saks i t i dak pernah tahu


keg ia t an di SMPN 1 Kota
bahwa
Pinang
pada ; har i Sabtu tangga l 20 Jun i 2009 ada
- Bahwa pungutan sejumlah Rp. 125 . 000 , - te rsebu t

22

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 178
179

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
bukan pungutan Komite Sekolah karena pungutan Komite Sekolah yang
memungut dan mempertanggung jawabkan adalah Bendahara Komite Sekolah
bukan guru - guru di SMPN 1 Kota Pinang ;
- Bahwa saks i t i dak pernah memerin t ahkan guru - guru
di SMPN 1 Kota Pinang untuk memungut uang se jumlah
Rp. 125 . 000 , - per s iswa te rsebu t ;
2. Saksi SUNARDI, S. IP . , pada pokoknya menerangkan :
(v i de Hal 12 s/ d 15)
- Bahwa benar untuk pelaksanaan Uj ian Nasiona l ada
dike l ua r kan SK Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Pinang
Nomor : 421 . 3 / 82 / PEG/2009 ten tang Pani t i a Uj ian
Akhi r Nasiona l (UAN) dan Nomor : 421 . 3 / 97 / PEG/2009
tangga l 18 Apr i l 2009 ten tang Pani t i a Uj ian Akhi r
Sekolah (UAS) tahun 2009 di mana saks i adalah
Anggota Pani t i a yang ber tanggung jawab kepada
Terdakwa selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Kota
Pinang ;
- Bahwa Pener imaan SKHUN masih dalam rangka ian
keg ia t an UAN dan UAS Tahun 2009 ;
- Bahwa yang mengundang orang tua /wa l i murid untuk
hadi r di SMPN 1 Kota Pinang adalah Terdakwa dengan
Sura t Undangan Nomor : 421 . 3 / 90 / KES/ 2009 tangga l
11 Mei 2009 untuk keper l uan pener imaan hasi l Uj ian Nasiona l Tahun Pela j a r an 2008 /
2009 ;
- Bahwa yang memil i k i kewenangan menandatangan i
Kota Pinang dan t i dak ada lag i yang berhak
SKHUN adalah Terdakwa selaku Kepala Sekolah SMPN 1
memil i k i kewenangan untuk menandatangan i SKHUN
sela i n Terdakwa ;
- Bahwa j i k a s iswa / i t i dak melakukan Cap Tiga Jar i
maka s iwa/ i te rsebu t t i dak akan mener ima SKHUN dan
t i dak dapat mendaf ta r ke seko lah lan j u t an
ber i ku t n ya ;
- Bahwa yang memerin t ahkan saks i untuk melaksanakan
Cap Tiga Jar i SKHUN dan mener ima uang pungutan

Hal . 23 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 179
180

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
sejumlah Rp. 125 . 000 , - per s iswa pada har i Rabu tangga l 24 Jun i 2009 adalah
Terdakwa selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Pinang ;
- Bahwa sete l ah te rkumpu l semua uang akan dise rahkan
kepada Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Pinang ;
- Bahwa masa kepengurusan Komite Sekolah yang
dip imp in oleh saks i H. Said i Si rega r berakh i r pada
tahun 2006 dan sete l ah itu t i dak pernah lag i
diben tuk kepengurusan Komite Sekolah ;
- Bahwa yang menanggung selu ruh biaya UAN Thun 2008
– 2009 adalah Negara ;
- Bahwa benar s i swa/ i yang akan melaksanakan Cap
Tiga Jar i pada har i Rabu tangga l 24 Juni 2009
membayar te r l e b i h dahulu uang se jumlah Rp.
125 . 000 , - baru kemudian dipe rs i l a h kan untuk
melakukan Cap Tiga Jar i SKHUN ;
3. Saksi Ganepo Simanjun tak , S.Pd. , pada pokoknya
menerangkan : ( v i de hal 15 s/ d 18 Sura t Tuntu tan
Pidana)
- Bahwa benar untuk pelaksanaan Uj ian Akhi r Nasiona l
ada dike l ua r kan SK Nomor : 421 .3 / 82 / PEG/2009 dan
untuk pelaksanaan Uj ian Akhi r Sekolah ada
dike l ua r kan SK Nomor : 421 . 3 / 97 / PEG/2009 tangga l
18 Apr i l 2009 yang masing- masing di t anda tangan i oleh Terdakwa se laku
Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Pinang dimana saks i adalah anggota
yang ber tanggung jawab kepada Terdakwa ;
- Bahwa orang tua /wa l i murid hadi r di SMPN 1 Kota
Pinang adalah atas undangan dar i Terdakwa dengan
Sura t Undangan Nomor : 4213 / 90 / KES/ 2009 tangga l 11
Mei 2009 untuk keper l uan mengambi l pengumuman
hasi l Uj ian Nasiona l TP 2008 – 2009 ;
- Bahwa yang memerin t ahkan saks i dan rekan- rekan
saks i untuk melaksanakan Cap Tiga Jar i SKHUN dan
mener ima uang pungutan sejumlah Rp. 125 . 000 , - per
s i swa te rsebu t pada har i Rabu tangga l 24 Jun i 2009

24

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 180
181

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
adalah Terdakwa selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Pinang dan dalam
pelaksanaannya saks i ber tanggung jawab kepada Terdakwa selaku Kepala
Sekolah SMPN 1 Kota Pinang ;
- Bahwa sete l ah te rkumpu l semua uang te r sebu t akan
dise rahkan kepada Kepala Sekolah SMPN 1 Kota
Pinang untuk dibag i kepada guru- guru di SMPN 1
Kota Pinang ;
- Bahwa sifat dar i pungutan uang sejumlah Rp.
125 . 000 , - per s iswa te rsebu t adalah bers i f a t waj i b
;
- Bahwa benar s i swa/ i yang akan melaksanakan Cap
Tiga Jar i pada har i Rabu tangga l 24 Juni 2009
membayar te r l e b i h dahulu uang se jumlah Rp.
125 . 000 , - baru kemudian dipe rs i l a h kan untuk
melakukan Cap Tiga Jar i SKHUN ;
4. Saksi Osmar Butar - buta r , pada pokoknya menerangkan
(V ide hal . 18 s/ d 21 Surat Tuntu tan )
- Bahwa benar untuk pelaksanaan Uj ian Akhi r Nasiona l
ada dike l ua r kan SK Nomor : 421 .3 / 82 / PEG/2009 dan
untuk pelaksanaan Uj ian Akhi r Sekolah ada
dike l ua r kan SK Nomor : 421 . 3 / 97 / PEG/2009 tangga l
18 Apr i l 2009 yang masing- masing di t anda tangan i oleh Terdakwa se laku
Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Pinang di mana saks i adalah anggota
yang ber tanggung jawab kepada Terdakwa. Bahwa keg ia t an Cap Tiga Jar i
SKHUN adalah masih merupakan rangka ian kegia t an Uj ian Akhi r Nasiona l ;
- Bahwa yang mengundang orang tua /wa l i murid untuk
hadi r di SMPN 1 Kota Pinang pada har i Sabtu
tangga l 20 Jun i 2009 adalah Terdakwa dengan Surat
Undangan Nomor : 4213 / 90 / KES/ 2009 tangga l 11 Mei
2009 guna keper l uan mengambi l pengumuman hasi l
Uj ian Nasiona l TP 2008 – 2009 ;
- Bahwa yang memerin t ahkan saks i untuk melaksanakan
Cap Tiga Jar i SKHUN dan mener ima uang pungutan

Hal . 25 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 181
182

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
sejumlah Rp. 125 . 000 , - pers i swa adalah Terdakwa
selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Pinang ;
- Bahwa benar sebe lum di l a ksanakan Cap Tiga Jar i
SKHUN saks i ada mengatakan didepan kelas kepada
s i swa / i yang akan melaksanakan Cap Tiga Jar i agar
mempers iapkan uang sejumlah Rp. 125 . 000 , - per
s i swa dan bi l a belum ada t i dak bisa Cap Tiga Jar i
SKHUN ;
- Bahwa apab i l a sudah te rkumpul semua uang te r sebu t
akan dise rahkan kepada Kepala Sekolah SMPN 1 Kota
Pinang untuk se lan j u t n ya dibag i kan kepada Guru-
guru di SMPN 1 Kota Pinang yang jumlahnya
di t en t ukan oleh Kepala Sekolah SMPN 1 Kota
Pinang ;
- Bahwa benar s i swa/ i yang akan melakusanakan Cap
Tiga Jar i pada har i Rabu tangga l 24 Juni 2009
membayar te r l e b i h dahulu uang se jumlah Rp.
125 . 000 , - baru kemudian dipe rs i l a h kan untuk
melakukan Cap Tiga Jar i SKHUN dan pungutan uang
sejumlah Rp. 125 . 000 , - te rsebu t adalah bers i f a t
waj i b ;
5. Saksi Achyar Eld ine , pada pokoknya menerangkan :
(v i de hal 21 – 23 Surat Tuntu tan Pidana)
- Bahwa benar saks i dipe r i n t a h untuk memanggi l saks i
H. Said i Siregar untuk hadi r di SMPN 1 Kota Pinang
pada har i Sabtu tangga l 20 Jun i 2009 ;
- Bahwa benar apabi l a Terdakwa t i dak memanggi l saks i
H. Said i Siregar untuk hadi r pada har i Sabtu
tangga l 20 Jun i 2009 di SMPN 1 Kota Pinang maka saks
i H. Said i Sirega r t i dak akan pernah tahu pada har i
Sabtu tangga l 20 Jun i 2009 ada keg ia t an
pener imaan pengumuman basi l Uj i an Nasiona l TP 2008
– 2009 di SMPN 1 Kota Pinang ;
- Bahwa benar saks i H. Said i Siregar pada har i Sabtu
tangga l 20 Jun i 2009 ada menanyakan kepada saks i
berapakah jumlah nomina l yang sama pada tahun la l u

26

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 182
183

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
yang kemudian di j awab oleh saks i sejumlah Rp. 125 . 000 , - ;
- Bahwa benar yang memerin tahkan guru- guru dan sta f
di SMPN 1 Kota Pinang untuk melaksanakan Cap Tiga
Jar i SKHUN dan mener ima uang pungutan se jumlah Rp.
125 . 000 , - per s iswa te rsebu t adalah Terdakwa
selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Pinang ;
- Bahwa karena pungutan uang te rsebu t diba tas i
jumlah nomina lnya maka pungutan te rsebu t adalah
bers i f a t waj i b bagis i swa/ i Kelas IX yang lu l u s
Uj ian Nasiona l ;
6. Saksi H. Amirudd i n Pohan, memberikan kete rangan pada
pokoknya ( v i de Hal 25 – 26 Sura t Tuntu tan Pidana)
- Bahwa benar per temuan te rakh i r anta ra orang
tua /wa l i murid dengan Komite Sekolah di l a ksanakan
tahun 2005 ;
- Bahwa benar saks i te rakh i r menjabat sebaga i Waki l
Bendahara Masa Bakt i 2004 s/ d 2006 dan sete l ah itu
t i dak pernah ada per temuan anta ra Komite Sekolah
dengan Orang Tua/wa l i murid ;
- Bahwa benar untuk pelaksanaan Rapat Komite Sekolah maka
yang memanggi l adalah Komite Sekolah dengan undangan
yang dibua t dan di t anda tangan i oleh Komite Sekolah
;
- Bahwa set i ap rapa t Komite Sekolah ada dibua t
daf t a r hadi r dan Notu len Rapat yang dibua t oleh
Sekre ta r i s Komite Sekolah ;
- Bahwa set i ap rapa t anta ra Komite Sekolah dengan
orang tua s i swa harus l ah diagendakan dan
dip rog ramkan te r l e b i h dahu lu ;
- Bahwa pungutan Komite Sekolah untuk keper l uan
biaya fo t o copy SKHUN, I j a zah ser ta ta l i asih
kepada guru- guru di SMPN 1 Kota Pinang t i dak
dipe rbo l ehkan berdasarkan AD/ART Komite Sekolah
pada awal pembentukannya . Bahwa yang dipe rbo l ehkan
adalah pungutan dalam rangka membantu seko lah

Hal . 27 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 183
184

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
untuk membiaya i honor guru yang belum te rbaya r dan untuk pembangunan dan
bukan untuk keper l uan pr i bad i guru- guru ;
- Bahwa benar pada tahun 2009 t i dak ada program
ker j a Komite Sekolah dan t i dak ada undangan Rapat
Komite Sekolah pada har i Sabtu tangga l 20 Jun i
2009 ;
- Bahwa pungutan uang sejumlah Rp. 125 . 000 , -
te rsebu t adalah bukan pungutan Komite Sekolah dan
apabi l a jumlahnya diba tas i maka pungutan te r sebu t
adalah pungutan waj i b ;
7. AHLI Drs. Rajo Makmur Sirega r , M.Pd. , member i kan
pendapat / ke t e r angan sebaga i ber i ku t : (V ide Hal 33 –
36 Sura t Tuntu tan Pidana)
- Bahwa masa jaba tan Komite Sekolah dia t u r dalam
AD/ART Komite Sekolah masing- masing ;
- Bahwa sete l ah masa jaba tan berakh i r maka
pengangkatan kembal i Komite Sekolah dengan
menggunakan Sura t Keputusan Kepala Sekolah ;
- Bahwa pungutan Komite Sekolah hanya dipe rbo l ehkan
untuk keper l uan peningka tan mutu pendid i kan di
seko lah ;
- Bahwa Komite Sekolah t i dak boleh memungut dana
dar i orang tua /wa l i murid ;
- Bahwa Rapat Komite Sekolah yang memanggi l dan
membuat undangan adalah Komite Sekolah ;
- Bahwa pungutan Komite Sekolah yang memungut dan
mempertanggung jawabkan adalah Bendahara Komite
Sekolah ;
- Bahwa dalam pelaksanaan keg ia t an Cap Tiga Jar i
SKHUN t i dak dipe rbo l ehkan di l a kukan pemungutan
dalam bentuk apapun ;
- Bahwa guru- guru melaksanakan keg ia t an di seko lah
atas per i n t a h Kepala Sekolah dan ber tanggung jawab
kepada Kepala Sekolah secara ver t i k a l dan Kepala
Sekolah memil i k i otonom untuk membuat kebi j a kan ;

28

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 184
185

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
- Bahwa salah satu ide perubahan Permendiknas
Nomor : 0293 menjad i Permendiknas Nomor :
044 /U/ 2002 tangga l 02 Apr i l 2002 ten tang Dewan
menghi l angkan pungutan - pungutan l i a r ;
Pendid i kan dan Komite Sekolah adalah untuk
Dar i kete rangan saks i - saks i , kete rangan ahl i , ala t bukt i
sura t berupa undangan Nomor : 421 . 3 / 90 / KES/ 2009 tangga l
11 Mei 2009 yang dibua t dan di t anda tangan i oleh Terdakwa selaku
Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Pinang , petun ju k ,
kete rangan Terdakwa dan barang bukt i yang dia j u kan di
muka pers i dangan sebaga imana te r sebu t di atas dapat
dis impu l kan fak t a - fak ta sebaga i ber i ku t :
1. Bahwa yang meminta adanya pungutan uang
sejumlah Rp. 125 . 000 , - per s i swa te rsebu t
adalah Terdakwa yang kemudian untuk
melaksanakan nia tnya te r sebu t Terdakwa
memerin tahkan saks i Achyar Eld ine untuk
memanggi l saks i H. Said i Si rega r guna
menyampaikan keing i nannya te rsebu t kepada
orang tua murid yang hadi r pada saat
di l a ksanakannya Pengambi l an Pengumuman Hasi l Uj ian Nasiona l har i
Sabtu tangga l 20 Juni 2009 .
Bahwa pungutan te r sebu t adalah
pungutan yang bers i f a t waj i b karena set i ap s
i swa / s i sw i kelas IX yang dinya takan lu l u s Uj
ian Nasiona l harus membayar uang sejumlah
Rp. 125 . 000 , - dan jumlah uang te rsebu t t i dak boleh
kurang dan t i dak boleh leb i h dar i Rp. 125 . 000 , - te rsebu t dan uang te
rsebu t harus dise rahkan te r l e b i h dahulu oleh petugas yang melakukan Cap
Tiga Jar i dan sete l ah i t u baru l ah s iswa/ s i sw i kelas IX yang lu l u s
Uj ian Nasiona l dipe rbo l ehkan melakukan Cap Tiga Jar i SKHUN ;
2. Bahwa undangan yang di t e r ima oleh orang tua
untuk hadi r pada har i Sabtu tangga l 20 Jun i

Hal . 29 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 185
186

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
2009 adalah undangan untuk mener ima Pengumuman Hasi l Uj ian Nasiona l
bukan Undangan Rapat Komite Sekolah yang dibua t oleh Komite Sekolah
dan yang hadi r pada per temuan te rsebu t hanya H. Said i Si rega r seorang di r i
sedangkan dalam Rapat Komite Sekolah set i dak - t i daknya dihad i r i oleh
Ketua , Sekre ta r i s dan Bendahara Komite Sekolah (Tanggung Jawab Komite
Sekolah bers i f a t Koleg ia l ) ser ta hasi l per temuan te rsebu t di tu l i s
dalam Notu len / Be r i t a Acara Rapat Komite Sekolah ;
3. Bahwa seharusnya Pungutan Komite Sekolah
yang memungut dan mempertanggung jawabkan
adalah Bendahara Komite Sekolah bukan guru-
guru di SMP Neger i 1 Kota Pinang dan
seharusnya pungutan Komite Sekolah hanya
boleh di l a kukan kepada masyaraka t bukan
kepada orang tua murid ;
4. Bahwa seharusnya tu j uan di l a kukan Pungutan
Komite Sekalah adalah untuk Peningka tan
Kual i t a s seko lah dan bukan dipe run tukkan
untuk kepent i ngan pr ibad i Terdakwa dan guru-
guru di SMP Neger i 1 Kota Pinang ;
5. Bahwa rangka ian keg ia t an Uj ian Nasiona l
te l ah dib i a ya i oleh Negara mela lu i APBN (Anggaran Pendapatan dan Belan ja
Negara) ;
6. Bahwa salah satu ide perubahan Permendiknas
Nomor : 0293 menjad i Permendiknas Nomor :
044 /U/ 2002 tangga l 02 Apr i l 2002 ten tang
Dewan Pendid i kan dan Komite Sekolah adalah
untuk menghi l angkan pungutan - pungutan l i a r ;
7. Bahwa yang berwenang menandatangan i I j a sah
dan SKHUN Tahun Pela j a r an 2008 / 2009 adalah
Kepala Sekolah (Terdakwa) dan Guru- guru di
SMP Neger i 1 Kota Pinang melaksanakan

30

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 186
187

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Kegia tan Cap Tiga Jar i SKHUN dan mener ima pungutan uang sebesar Rp. 125 .
000 , - pada har i Rabu tangga l 24 Juni 2009 adalah atas per i n t ah dar i
Terdakwa selaku Kepala Sekolah SMP Neger i 1 Kota Pinang dan bukan Per in t ah
dar i Komite Sekolah dan yang ber tanggung jawab te rhadap keg ia tan di seko
lah adalah Kepala Sekolah secara Vert i k a l ;
C. Menimbang, bahwa "unsur menyalahgunakan kekuasaannya
memaksa. . . . " Din i l a i oleh Maje l i s Hakim t i dak te rbuk t i
dalam perbua tan Terdakwa, bahwa unsur Pasal 12 huru f e
di atas adalah bers i f a t al t e r na t i f di mana Penuntu t Umum
leb i h memfokuskan pembukt i an pada unsur "Dengan maksud
menguntungkan di r i send i r i atau orang la i n secara
melawan hukum memaksa seseorang member i kan sesuatu atau
membayar" , namun demik i an Pemohon Kasas i akan menanggapi
Peni l a i a n Maje l i s Hakim yang menyatakan bahwa "unsur
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa ...." Tidak
te rbuk t i . Bahwa dalam per t imbangannya Maje l i s Hakim
berpendapat bahwa kete rangan saks i Aida Sar i Siregar
yang menyatakan dia t i dak dipe rbo l ehkan oleh saks i
Ganepo Simanjun tak melakukan pengambi l an s id i k ja r i
karena t i dak membawa uang Rp. 125 . 000 , - menurut
peni l a i a n Maje l i s Hakim hal te rsebu t adalah ucapan yang
seharusnya diper t anggung jawabkan secara pr i bad i oleh
Ganepo Simanjun tak , S.Pd. la rangan te rsebu t t i dak
te rbuk t i sebaga i ins t r u ks i dar i Terdakwa untuk
di t e r apkan pada saat pengambi l an s id i k ja r i maupun
penandatanganan i j a zah te rsebu t akan te tap iin i s i a t i f dar i
saks i Ganepo Simanjun tak , S.Pd. send i r i yang
ten tunya t i dak dapat dibebankan kepada Terdakwa meskipun dengan
alasan Terdakwa selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Pinang . Menimbang, bahwa
disamping i tu menginga t la t a r belakang sampai
ada pember ian sejumlah uang dar i orang tua /wa l i
murid kepada para guru te rsebu t , Maje l i s Hakim berpendapat bahwa pember ian te
rsebu t bukan lah suatu

Hal . 31 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 187
188

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
pembayaran untuk memper lanca r suatu urusan atau untuk menimbulkan suatu
keadaan atau hak bagi para murid yang laz im dikena l sebaga i suatu
perbua tan sogok atau suap yang berka i t a n dengan jaba tan
Terdakwa dengan per t imbangan- per t imbangan sebaga i ber i ku t :
1. Pember ian te rsebu t maupun jumlah uang yang hendak
dibe r i adalah in i s i a t i f dar i para orang tua /wa l i murid
yang disepaka t i dalam suatu rapa t ;
2. Pember ian te rsebu t t i dak ada ka i t annya dengan
kelu l u san murid dalam Ebtanas karena dibe r i k an sete l ah
murid - murid dinya takan lu l u s Ebtanas ;
3. Pember ian te rsebu t sebaga i ungkapan rasa te r ima kas ih
para orang tua murid kepada selu ruh guru - guru yang
mengaja r di SMPN 1 Kota Pinang dan bukan di t u j u kan
hanya untuk Terdakwa seorang ;
4. Pember ian te rsebu t sudah merupakan t rad i s i yang
ber l aku dika l angan orang tua murid di SMPN 1 Kota
Pinang sebaga i bentuk penghargaan atas jasa - jasa para
guru yang te l ah mendid i k murid hingga dapat
menyelesa i kan pend id i kannya di SMPN 1 Kota Pinang
(V ide Hal 4142 Putusan Hakim) ;
Bahwa menuru t pendapat Pemohon kasas i peni l a i a n Maje l i s Hakim te
rsebu t kurang tepa t dan sangat kel i r u dengan
alasan - alasan sebaga i ber i ku t :
R. Wiyono berpendapat bahwa yang dimaksud dengan "memaksa seseorang"
dalam Pasal 12 huru f e adalah suatu perbua tan yang sedemik i an rupa seh
ingga menimbulkan rasa taku t pada orang la i n . Rasa taku t te rsebu t , baik
karena adanya tekanan fisik, misa lnya akan diboco rkan rahas i anya
atau t i dak akan diusu l kan naik pangkat (R. Wiyono, Pembahasan Undang-
Undang Pemberan tasan Tindak Pidana Korups i , Edis i Kedua, Jakar t a , Sinar Graf i
ka ) ;
S.R. Sian tu r i berpendapat bahwa yang dimaksud dengan memaksa adalah
suatu t i ndakan yang memojokkan seseorang seh ingga t i ada pi l i h an la i n
yang leb i h waja r baginya sela i n dar i pada mengiku t i kehendak dar i s ipemaksa.

32

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 188
189

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Pokoknya akiba t dar i pemaksaan itu j ik a t i dak di l a
ksanakan adalah sesuatu yang merug i kan s i t e r paksa
(S.R . Sian tu r i , Tindak Pidana di KUHP ber i ku tUra iannya ,
Cetakan Kedua, Alumni AHAEM-PETEHAEM, Jakar t a ) ; Menimbang, bahwa di
pers i dangan te l ah dia j u kan saks i - saks i yai t
u saks i H. Said i Si rega r , saks i Ganepo
Simanjun tak , saks i Sunard i , saks i Osmar Butar - buta r , saks i
Achyar Eld ine , saks i I l ham, saks i Aida Sar i Si rega r , saks i Rasi t a
Dewi , saks i Fi t r i Aminah, saks i Tamimah Br. Daulay dan saks i Rosmiah
Br. Rambe, kete rangan Ahl i Drs. Rajo Makmur Si rega r , M.Pd. , ala t bukt
i sura t dan kete rangan Terdakwa yang pada pokoknya yai t u sebaga i ber i ku
t :
A. Keterangan saks i - saks i yai t u :
1. Saksi H. Said i Si rega r dan saks i Achyar Eld ine ,
pada pokoknya menerangkan : ( v i de Hal 7 s/ d 10 dan
hal 21 s/ d 23 Surat Tuntu tan )
- Bahwa benar yang mengusulkan kut i pan uang sejumlah Rp. 125 . 000 , -
adalah Kepala Sekolah SMPN
1 Kota Pinang yai t u Terdakwa Muhammad Hamzah, S.Pd. dan saks i diundang
oleh Kepala Sekolah mela lu i saks i Achyar Eld ine ser t a apabi l a saks i
t i dak diundang oleh saks i Achyar Eld i ne maka saks i t i dak pernah tahu
bahwa pada har i Sabtu tangga l 20 Jun i 2009 ada kegia t an di SMPN 1 Kota
Pinang . .
- Bahwa pungutan sejumlah Rp. 125 . 000 , - te rsebu t
bukan pungutan Komite Sekolah karena pungutan
Komite Sekolah yang memungut dan mempertanggung
jawabkan adalah Bendahara Komite Sekolah bukan
guru - guru di SMPN 1 Kota Pinang ;
- Bahwa saks i H. Said i Si rega r t i dak pernah
memerin tahkan guru- guru di SMPN 1 Kota Pinang
untuk memungut uang se jumlah Rp. 125 . 000 , - per
s i swa te rsebu t ;
2. Saksi Sunard i , S. IP . , saks i Ganepo Simanjun tak ,

Hal . 33 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 189
190

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
S.Pd. dan saks i Osmar Butar - buta r , Pada pokoknya menerangkan : ( v i de Hal 12
s/ d 15 , Hal 1518 dan Hal 18- 21 Sura t Tuntu tan Pidana)
- Bahwa benar untuk pelaksanaan Uj ian Nasiona l ada
dike l ua r kan SK Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Pinang
Nomor : 421 . 3 / 82 / PEG/2009 ten tang Pani t i a Uj ian
Akhi r Nasiona l (UAN) dan Nomor :
421 . 3 / 97 / PEG/2009 tangga l 18 Apr i l 2009 ten tang
Pani t i a Uj ian Akhi r Sekolah (UAS) tahun 2009 di
mana saks i adalah anggota Pani t i a yang
ber tanggung jawab kepada Terdakwa selaku Kepala
Sekolah SMPN 1 Kota Pinang ;
- Bahwa Pener imaan SKHUN masih dalam rangka ian
keg ia t an UAN dan UAS tahun 2009 ;
- Bahwa yang mengundang orang tua /wa l i murid untuk
hadi r di SMPN 1 Kota Pinang adalah Terdakwa
dengan Sura t Undangan Nomor : 421 .3 / 90 / KES/ 2009
tangga l 11 Mei 2009 untuk keper l uan pener imaan
hasi l Uj ian Nasiona l Tahun Pela j a r an 2008 / 2009 ;
- Bahwa yang memil i k i kewenangan menandatangan i
SKHUN adalah Terdakwa selaku Kepala Sekolah SMPN
1 Kota Pinang dan t i dak ada lag i yang berhak
memil i k i kewenangan untuk menandatangan i SKHUN
sela i n Terdakwa ;
- Bahwa j i k a s iswa / i t i dak melakukan Cap Tiga Jar i
maka s iwa/ i te rsebu t t i dak akan mener ima SKHUN
dan t i dak dapat mendaf ta r ke seko lah lan j u t a n
ber i ku t n ya ;
- Bahwa yang memerin t ahkan para saks i untuk
melaksanakan Cap Tiga Jar i SKHUN dan mener ima
uang pungutan sejumlah Rp. 125 . 000 , - per s iswa
pada har i Rabu tangga l 24 Jun i 2009 adalah
Terdakwa selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Pinang
;
- Bahwa sete l ah te rkumpu l semua uang akan
dise rahkan kepada Kepala Sekolah SMPN 1 Kota

34

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 190
191

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Pinang ;
- Bahwa masa kepengurusan Komite Sekolah yang
dip imp in oleh saks i H. Said i Si rega r berakh i r
pada tahun 2006 dan sete l ah i tu t i dak pernah lag i
diben tuk kepengurusan Komite Sekolah ;
- Bahwa yang menanggung selu ruh biaya UAN tahun
2008 – 2009 adalah Negara ;
- Bahwa benar s i swa/ i yang akan melaksanakan cap
t i ga ja r i pada har i Rabu tangga l 24 Jun i 2009
membayar te r l e b i h dahulu uang se jumlah Rp.
125 . 000 , - baru kemudian dipe rs i l a h kan untuk
melakukan Cap Tiga Jar i SKHUN ;
3. Saksi I l ham dan saks i Fi t r i Aminah, pada pokoknya
menerangkan (V ide hal 23 – 24 dan Hal 32 – 33 Sura t
Tuntu tan Pidana)
- Bahwa benar sesaat sebe lum di l a ksanakannya Cap
Tiga Jar i SKHUN pada har i Rabu tangga l 24 Juni
2009 pukul 09 . 00 WIB ber tempat di ruang kelas
VI I . 1 Bapak Ganepo Simanjun tak dan Bapak Osmar
Butar - buta r mengumumkan di depan kelas kepada
s i swa / I kelas IX diha ruskan membayar uang
sejumlah Rp. 125 . 000 , - per s iswa dengan
mengatakan "Sudah ada uang kal i a n , s iapkan uang
kal i a n bi l a t i dak membawa uang t i dak bisa Cap
Tiga Jar i " ;
- Bahwa sete l ah i tu keg ia t an cap t i ga ja r i SKHUN
di l a ksanakan dengan te r l e b i h dahulu s i swa/ i
membayar uang pungutan sejumlah Rp. 125 . 000 , -per
s i swa t i dak boleh kurang dan t i dak boleh leb i h
dar i Rp. 125 . 000 , - per s iswa baru kemudian
s i swa / i te rsebu t dipe rs i l a h kan untuk melakukan
Cap Tiga Jar i ;
- Bahwa benar apabi l a ada s i swa / i yang t i dak
member i kan uang sejumlah Rp. 125 . 000 , - te rsebu t
t i dak bisa melaksanakan Cap Tiga Jar i pada har i
Rabu tangga l 24 Juni 2009 karena pada saat i t u

Hal . 35 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 191
192

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
ada s isw i an. AIDA SARI ( ke l as IX. 3 ) yang t i dak
membayar uang pungutan sejumlah Rp. 125 . 000 , -
kemudian oleh Bapak Ganepo Simanjun tak s isw i
te rsebu t t i dak di i j i n k an melakukan Cap Tiga Jar i
dan disu ruh pulang oleh Bapak Ganepo
Simanjun tak ;
- Bahwa pungutan uang sejumlah Rp. 125 . 000 , - per
s i swa te rsebu t adalah bers i f a t waj i b ;
4. Saksi AIDA SARI SIREGAR, member i kan kete rangan pada
pokoknya ( Vide Hal 24- 25 Surat Tuntu tan Pidana)
- Bahwa benar pada har i Rabu tangga l 24 Jun i 2009
ada keg ia t an Cap Tiga Jar i SKHUN di SMPN 1 Kota
Pinang yang kemudian karena t i dak membayar uang
pungutan Rp. 125 .000 , - maka saks i t i dak
dipe rbo l ehkan melakukan Cap Tiga Jar i SKHUN ;
- Bahwa benar pada saat i t u Bapak Ganepo
Simanjun tak menanyakan "mana uangmu" dan kemudian
saks i menjawab " t i d ak dibawa" se lan j u t n ya Bapak
Ganepo Simanjun tak mengatakan " ka l au t i dak ada
uangnya t i dak bisa l ah s id i k ja r i dan selan j u t n ya
Bapak Ganepo Simanjun tak mengatakan pulang l ah kau
dulu jemput uangnya baru kamu kemar i lag i " ;
- Bahwa benar karena taku t t i dak dapat melaksanakan
s id i k ja r i maka sambi l menangis saks i menghubung i
pamannya agar dibe r i k an uang sejumlah Rp.
125 . 000 , - ;
- Bahwa pungutan uang sejumlah Rp. 125 . 000 , - te
rsebu t adalah pungutan waj i b dan apabi l a t i dak member i
kan uang sejumlah Rp. 125 . 000 , - maka s i swa
te rsebu t t i dak boleh melakukan Cap Tiga Jar i SKHU
;
5. Saksi Rasi t a Dewi, member i kan kete rangan pada
pokoknya ( v i de Hal 31- 32 Surat Tuntu tan Pidana)
- Bahwa benar pada har i Rabu tangga l 24 Jun i 2009
pada saat s id i k ja r i SKHUN saks i ada menyerahkan
uang sejumlah Rp. 125 . 000 , kepada Bapak Sunard i di

36

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 192
193

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
ruang kelas VI I . 2 SMPN 1 Kota Pinang untuk keper l uan pengambi l an
SKHUN dan ucapan te r ima kas ih kepada guru - guru di SMPN 1 Kota Pinang ;
- Bahwa sesaat sebelum di l a ksanakannya Cap Tiga
Jar i Bapak Sunard i mengumumkan di depan kelas
kepada s iswa/ i dengan mengatakan "uangnya sudah
dibawakan, ka lau sudah dibawa baru boleh s id i k
ja r i " dan Bapak Sunard i juga menje laskan bahwa
uang te rsebu t untuk keper l uan fo t o copy SKHUN,
uang leges SKHUN dan untuk uang te r ima kas ih
kepada guru - guru di SMPN 1 Kota Pinang baru l ah
s id i k ja r i SKHUN di l a ksanakan ;
- Bahwa benar pungutan uang se jumlah Rp. 125 . 000 , -
te rsebu t adalah bers i f a t waj i b karena apabi l a
t i dak member i kan uang te rsebu t t i dak bisa
melakukan Cap Tiga Jar i SKHUN karena dike l a s la i n
ada s i swa yang bernama Aida Sar i yang disu ruh
pulang karena t i dak membayar uang sejumlah Rp.
125 . 000 , - dan t i dak bisa melaksanakan Cap Tiga
Jar i ;
- Bahwa saks i taku t apabi l a t i dak membayar uang
pungutan sejumlah Rp. 125 . 000 , - te rsebu t maka
saks i t i dak bisa melakukan Cap Tiga Jar i SKHUN
dan SKHUN t i dak dibe r i k an ;
- Bahwa benar s i swa/ i menyerahkan uang pungutan Rp.
125 . 000 , - te r l e b i h dahulu baru l ah s i swa/ i
te rsebu t diperbo l ehkan melakukan Cap Tiga Jar i
SKHUN ;
6. Saksi Rosmiah Br. Rambe dan saks i Tamimah Br.
Daulay , menerangkan pada pokoknya ( v i de Hal 29- 30
dan Hal 30- 31 Sura t Tuntu tan Pidana)
- Bahwa benar saks i Rosmiah Br. Rambe adalah orang
tua dan saks i Fi t r i Aminah dan saks i Tamimah Br.
Daulay adalah orang tua dan Rasi t a Dewi ;
- Bahwa benar pada har i Sabtu tangga l 20 Jun i 2009
saks i diundang oleh Kepala Sekolah SMPN 1 Kota

Hal . 37 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 193
194

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Pinang dengan sura t undangan guna mengambi l pengumuman hasi l Uj ian Nasiona l
TP 2008 – 2009 di SMPN 1 Kota Pinang ;
- Bahwa benar pada saat i t u ada per temuan anta ra
orang tua murid dengan H. Said i Si rega r untuk
membahas pember ian uang se jumlah Rp. 125 . 000 , -
guna pembayaran SKHUN dan uang ucapan te r ima
kas ih kepada Guru- guru di SMPN 1 Kota Pinang ;
- Bahwa benar selama 3 (t i ga ) tahun anak saks i
bela j a r di SMPN 1 Kota Pinang t i dak pemah ada
per temuan anta ra Komite Sekolah dengan orang
tua /wa l i murid di SMPN 1 Kota Pinang ;
- Bahwa s i f a t pungutan te r sebu t adalah waj i b ;
- Bahwa saks i memberi kan uang te rsebu t guna
keper l uan menebus SKHUN dan i j a zah ser ta untuk
uang ucapan te r ima kas ih kepada guru - guru di SMPN
1 Kota Pinang ;
- Bahwa saks i kebera tan dengan pungutan uang
sejumlah Rp. 125 . 000 , - ;
- Bahwa benar 1 ( sa tu ) har i sete l ah datangnya Tim
dar i Cabang Kejaksaan maka keg ia t an Cap Tiga Jar i
SKHUN sudah t i dak membayar lag i ;
B. AHLI Drs. Rajo Makmur Sirega r , M.Pd. , member i kan
pendapat / - kete rangan sebaga i ber i ku t : (V ide Hal
33- 36 Sura t Tuntu tan Pidana)
- Bahwa masa jaba tan Komite Sekolah dia t u r dalam
AD/ART Komite Sekolah masing- masing ;
- Bahwa sete l ah masa jaba tan berakh i r maka
pengangkatan kembal i Komie Sekolah dengan
menggunakan Sura t Keputusan Kepala Sekolah ;
- Bahwa pungutan Komite Sekolah hanya dipe rbo l ehkan
untuk keper l uan peningka tan mutu pendid i kan di
seko lah ;
- Bahwa Komite seko lah t i dak boleh memungut dana
dar i orang tua /wa l i murid ;
- Bahwa Rapat Komite Sekolah yang memanggi l dan

38

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 194
195

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
membuat undangan adalah Komite Sekolah ;
- Bahwa pungutan Komite Sekolah yang memungut dan
mempertanggung jawabkan adalah Bendahara Komite
Sekolah ;
- Bahwa dalam pelaksanaan keg ia t an Cap Tiga Jar i
SKHUN t i dak dipe rbo l ehkan di l a kukan pemungutan
dalam bentuk apapun ;
- Bahwa guru- guru melaksanakan keg ia t an di seko lah
atas per i n t a h Kepala Sekolah dan ber tanggung jawab
kepada Kepala Sekolah secara ver t i k a l dan Kepala
Sekolah memil i k i otonom untuk membuat kebi j a kan ;
- Bahwa salah satu ide perubahan Permendiknas Nomor
: 0293
menjad i Permendiknas Nomor : 044 /U/ 2002 tangga l 02 Apr i l 2002 ten tang
Dewan Pendid i kan dan Komite Sekolah adalah untuk menghi l angkan pungutan -
pungutan l i a r ;
- Bahwa yang berwenang menandatangan i SKHUN adalah
Kepala Sekolah /madrasah penye lenggara uj i an
berdasarkan Pedoman pelaksanaan Uj ian Sekolah
yang di t e r b i t k a n oleh Depar temen Pendid i kan
Nasiona l Tahun 2005 pada angka Romawi VI I
mengenai Penentuan Kelu l usan Poin t C angka 3 dan
4;
- Bahwa SKHUN harus dimi l i k i oleh set i ap s iswa yang
dinya takan lu l u s Uj ian Nasiona l SMP sebaga i
syara t untuk melan ju t kan ke jen j ang pendid i kan
yang leb i h t i ngg i ;
- Bahwa dalam pelaksanaan Uj ian Nasiona l dan Uj ian
Akhi r Sekolah , Kepala Sekolah memil i k i tugas dan
tanggung jawab sebaga i penye lenggara uj i an dan
ber tanggung jawab te rhadap pelaksanaan uj i an
te rsebu t ;
C. Ala t Bukt i Sura t berupa :
1. SK Ketua Sub Rayon 01 SMP 1 Kota Pinang
Nomor : 421 . 3 / 82 / PEG/2009 ten tang

Hal . 39 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 195
196

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Pembentukan dan Penetapan Pani t i a Uj ian Nasiona l pada SMP 1
Kota Pinang TP 2008 / 2009
tangga l 21 Apr i l 2009 ;
2. SK Kepala SMPN 1 Kota Pinang Nomor :
421 . 3 / 97 / PEG/2009 ten tang Petugas
Pelaksana Penyelenggaraan Uj ian Akhi r
Sekolah Kelas IX TP 2008 / 2009 tangga l
18 Apr i l 2009 ;
3. Undangan dar i Kepala Sekolah SMPN 1
Kota Pinang Nomor : 421 . 3 / 90 / KES/ 2009
tangga l 11 Mei 2009 yang di t anda tangan i
oleh Terdakwa se laku Kepala Sekolah
SMPN 1 Kota Pinang ;
D. Keterangan Terdakwa (Ha laman 39 s/ d 42 Sura t
Tuntu tan Pidana)
- Bahwa benar Sura t Keputusan Kepala
Kanto r Wilayah Depar temen Pendid i kan
dan Kebudayaan Prov ins i Sumatera Utara
Nomor : 5265 / 1 . 05 . 1 / C I . 8 2 tangga l 25
November 1982 adalah Sura t Keputusan
Pengangkatan Terdakwa sebaga i PNS ;
- Bahwa benar Sura t Keputusan Bupat i
Labuhan Batu Nomor : 821 . 24 / 1875 / BKD-
112008 tangga l 20 Jun i 2008 adalah
Sura t Keputusan Pengangkatan Terdakwa
sebaga i Kepala Sekolah SMP Neger i 1
Kota Pinang ;
- Bahwa tugas dan tanggung jawab Terdakwa
selaku Kepala Sekolah SMP Neger i 1 Kota
Pinang yai t u :
1. Sebagai Admin i s t r a t o r di mana
Terdakwa ber tugas menyiapkan
admin i s t r a s i - admin i s t r a s i ;
2. Sebagai Superv i so r di mana
Terdakwa ber tugas memeriksa
admin i s t r a s i dan sebaga i

40

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 196
197

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
fungs i pengawasan ;
3. Sebagai penanggung jawab semua
keg ia t an di seko lah ;
- Bahwa selaku penanggung jawab semua
keg ia t an di seko lah Terdakwa
ber tanggung jawab sesua i dengan Sura t
Keputusan yang dibua t Terdakwa
mengetahu i tugas- tugas yang
di l a ksanakan oleh guru - guru dan ta ta
usaha di SMP Neger i 1 Kota Pinang ;
- Bahwa tugas dan tanggung Jawab ser ta
wewenang Terdakwa sebaga i Kepala
Sekolah SMP Neger i 1 Kota Pinang dia tu r
dalam Buku Petun juk Pengelo l aan
Admin i s t r a s i Sekolah yai t u :
1. Melaksanakan pendid i kan fo rma l
selama jangka waktu te r t en t u
sesua i dengan jen i s , jen j ang
dan s i f a t seko lah te rsebu t . .
2. Melaksanakan pendid i kan dan
pengaja ran sesua i dengan
kur i ku l um yang ber l aku ;
3. Melaksanakan bimbingan dan
penyu luhan ser ta bimbingan
kar i e r bagi s i swa di seko lah ;
4. Membina Organisas i In t r a
Sekolah (OSIS) ;
5. Melaksanakan urusan ta ta usaha
dan urusan rumah tangga
seko lah ;
6. Membina ker j asama dengan orang
tua , masyaraka t dan dunia
usaha ;
7. Ber tanggung jawab kepada
Kanwi l Depdikbud di Prov ins i ;
- Bahwa i s i dar i fo to copy fungs i dan

Hal . 41 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 197
198

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
tugas seko lah adalah benar merupakan tugas , tanggung jawab ser t a wewenang
Terdakwa ;
- Bahwa yang berwenang menanda tangan i
I j a sah dan SKHUN di SMP Neger i 1 Kota
Pinang adalah Terdakwa selaku Kepala
Sekolah SMP Neger i 1 Kota Pinang ;
- Bahwa benar dasar kewenangan Terdakwa
menandatangan i I j a sah dan SKHUN yai t u
Buku Pedoman Pelaksanaan Uj ian Nasiona l
SMP dan MTs yang di t e r b i t k a n oleh
Depar temen Pendid i kan Nasiona l ser ta
Sura t Keputusan Kepala Dinas Pendid i kan
Labuhan Batu ten tang Penunjukkan SMP
yang berwenang menyelenggarakan Uj ian
Nasiona l dan SMP yang bergabung dalam
Penyelenggaraan Uj ian Nasiona l ser ta
Sub Rayon SMP pada Uj i an Nasiona l Nomor
: 420 / 219 / TPK. I I / 2 0 08 tangga l 30
Januar i 2008 ;
- Bahwa keg ia tan pembagian i j a sah dan
SKHUN masih satu rangka ian keg ia t an
pelaksanaan Uj ian Nasiona l dan UAS ;
- Bahwa benar guru - guru di SMP Neger i 1
Kota Pinang ber tanggung jawab kepada Kepala Sekolah secara Vert i k a l ;
- Bahwa benar Pani t i a Uj i an Nasiona l dan
Pani t i a UAS ber tanggung jawab kepada
Terdakwa selaku Kepala Sekolah SMP
Neger i 1 Kota Pinang ;
- Bahwa benar semua kegia t an di
l i n gkungan seko lah adalah tanggung
jawab Terdakwa selaku Kepala Sekolah
SMP Neger i 1 Kota Pinang ;
- Bahwa benar yang menunjuk petugas untuk
melaksanakan Cap Tiga Jar i SKHUN adalah

42

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 198
199

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Terdakwa selaku Kepala Sekolah SMP
Neger i 1 Kota Pinang ;
- Bahwa Terdakwa memang harus member i kan
undangan kepada orang tua /wa l i murid
untuk mener ima hasi l Uj ian Nasiona l
Tahun 2008 / 2009 yang di l a ksanakan pada
har i Sabtu tangga l 20 Jun i 2009 puku l
15 . 00 WIB ;
- Bahwa benar Sura t Undangan Nomor :
421 . 3 / 90 / KES/2009 tangga l 11 Mei 2009
yang di t un j u kkan kepada Terdakwa adalah
undangan yang dimaksudkan ;
- Bahwa maksud dan tu j uan Terdakwa
mengi r imkan undangan kepada orang
tua /wa l i s iswa / i Kelas IX di SMP Neger i
1 Kota Pinang adalah untuk mener ima hasi l Uj ian Nasiona l Tahun
Ajaran 2008 / 2009 ;
- Bahwa krono log i s ke jad i an har i Sabtu
tangga l 20 Jun i 2009 ya i t u sete l ah
orang tua /wa l i s iswa/ i Kelas IX
berkumpul di ruangan kelas selan j u t n ya
Terdakwa selaku Kepala Sekolah
menyampaikan kata kata s i l a t u r a hmi yang
in t i n ya memohon maaf kepada orang tua
s i swa / i ke las IX atas nama selu ruh guru
SMP Neger i 1 Kota Pinang apabi l a ada
kesa lahan se lama proses bela j a r
mengaja r ber l angsung . Bahwa sete l ah i t u
Terdakwa kelua r menuju ruang Kepala
Sekolah ;
- Bahwa benar pada saat per tama kal i
menja lankan tugas
sebaga i Kepala Sekolah SMP Neger i 1
Kota Pinang belum pernah Terdakwa
tanyakan ten tang lega l i t a s / k eabsahan

Hal . 43 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 199
200

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Komite Sekolah SMP Neger i 1 Kota Pinang
;
- Bahwa undangan Rapat Komite Sekolah
seharusnya dibua t oleh Ketua Komite dan
bukan di buat oleh Kepala Sekolah SMP
Neger i 1 Kota Pinang ;
- Bahwa yang mengundang H. Said i Si rega r
adalah Terdakwa dengan memerin tahkan
Bapak Akhyar Eld ine untuk memanggi l
H. Said i Si rega r dan undangan untuk har i Sabtu tangga l 20 Jun i 2009
kepada
H. Said i Siregar selaku Ketua Komite Sekolah t i dak ada ;
- Bahwa keb iasaan member i kan ucapan
te r ima kas ih kepada Guru- guru di SMP
Neger i 1 Kota Pinang te l ah lama ada
walaupun sebenarnya Kebiasaan te rsebu t
t i dak benar karena sudah di l a r ang te tap i Terdakwa t i dak
melakukan pela rangan dan membiarkan pember ian ucapan te r ima kas ih te
rsebu t te tap ber l angsung di l i n gkungan seko lah yang menjad i tanggung jawab
Terdakwa ;
- Bahwa i s i dar i Ber i t a Acara Peni t i p an
Uang pada tangga l 27 Jun i 2009 puku l
11 . 10 yang dibua t oleh Sunard i kepada
H. Said i Siregar yang i s i n ya bahwa
Sunard i te l ah mener ima uang dar i 72
s i swa atas nama Ade Ard iansyah , dkk.
hingga jumlah uangnya ber j umlah Rp.
9.000 . 000 , - ( sembi l an ju t a rup iah )
berdasarkan Daf ta r Ni la i Siswa Kelas IX .
5 s/ d IX . 9 yang dike tahu i oleh
Saudara dan H. Amirudd in Pohan adalah benar ;
- Bahwa i s i dar i Ber i t a Acara Peni t i p an

44

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 200
201

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Uang pada tangga l 27 Jun i 2009 puku l
11 . 10 yang dibua t oleh Ganepo
Simanjun tak dan 0. Butar - buta r kepada
H. Said i Siregar yang i s i n ya bahwa
Ganepo Simanjun tak dan 0. Butar - buta r
te l ah mener ima uang dar i 56 s iswa atas
nama Abdul Razak, dkk. hingga jumlah
uangnya ber j umlah Rp. 7 .000 . 000 , -
(sembi l an ju t a rup iah ) berdasarkan
Daf ta r Ni la i s iswa kelas IX. 1 s/ d IX . 4
yang dike tahu i oleh Saudara dan H.
Amirudd in Pohan adalah benar ;
- Bahwa Terdakwa t i dak tahu s i f a t dar i
pungutan uang sejumlah Rp. 125 . 000 , -
(se ra t us dua puluh l ima r i bu rup iah )
te rsebu t ;
- Bahwa Sumber Dana Pelaksanaan Uj ian
Nasiona l berasa l dar i Negara ;
- Bahwa jumlah biaya yang dipe ro l eh dar i
Negara untuk pelaksanaan UN adalah
sebesar Rp. 20 . 000 , - / s i swa dan
digunakan untuk keg ia t an - kegia t an
sebaga i ber i ku t :
1. Pengis i an data peser t a UN dan
pengi r iman ke Dinas Pendid i kan
Kabupaten / Ko ta berupa uang
le l ah dan t ranspo r t loka l
petugas ;
2. Penyelesa i an kar t u peser t a
berupa penanda tanganan,
pembubuhan cap/ s t empe l seko lah
dan penyusunan/ - pengatu ran
ruangan uj i an ;
3. Pengambi l an perangka t Uj ian
Nasiona l berupa biaya
t ranspo r t dar i seko lah ke

Hal . 45 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 201
202

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Dinas Pendid i kan
Kabupaten / Ko ta untuk set i ap Mata Pela j a r an disesua i kan dengan kemampuan
dana yang te rsed i a ;
4. Pengi r iman LJUN ke Kabupaten / Ko ta
berupa t ranspo r t loka l dar i
seko lah ke Rayon Dinas Pendid i kan
Kabupaten / Ko ta untuk set i ap
mata pela j a r an disesua i kan
dengan kemampuan dana yang
te rsed i a ;
5. Operas i ona l penye lenggaraan
berupa honora r i um kepan i t i a a n
di seko lah /madrasah ;
6. Pelaksanaan sos ia l i s a s i berupa
biaya rapa t dewan guru ,
snack /makan r i ngan yang
di l a ksanakan seko lah /madrasah
penye lenggara Uj ian Nasiona l ;
7. Penggadaan bahan pendukung
berupa penggandaan/ f o t o copy,
ATK, dl l . ;
8. Pengawasan Pelaksanaan UN
berupa biaya pengawasan ya i t u
berupa biaya t ranspor t guru
pengawas ruangan Uj ian
Nasiona l disesua i kan dengan
kemampuan dana yang te rsed i a ;
9. Penerb i t a n penul i s an i j a sah
berupa biaya penul i s an
i j a sah ;
10. . Penyusunan lapo ran berupa
honora r i um petugas ;
- Bahwa Pengelua ran kegia t an Uj ian

46

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 202
203

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Nasiona l disesua i dengan dana yang dipe ro l eh ;
- Bahwa seko lah t i dak dipe rbo l ehkan
mencar i dana di lua r Anggaran Negara
yang sudah dised iakan ;
- Bahwa dalam pelaksanaan Cap Tiga Jar i
SKHUN, pembagian SKHUN, Cap Tiga Jar i
i j a sah dan pembagian i j a sah t i dak
dipe rbo l ehkan seko lah melakukan
pemungutan dalam bentuk uang atau
bentuk apapun ;
- Bahwa la rangan melakukan pemungutan
dalam bentuk uang atau bentuk apapun
berupa la rangan dar i Kepala Dinas
Pendid i kan Labuhan Batu yai t u Bapak
Drs. H.R. Jamaren Gint i ng , M.Pd.
sebe lum tangga l 20 Jun i 2009 ;
- Bahwa seko lah dan guru - guru di l a r ang
memungut uang atau bentuk apapun kepada
s i swa atau orang tua s iswa ;
- Bahwa meskipun sudah ada la rangan untuk
t i dak melakukan pemungutan dalam bentuk
uang atau bentuk apapun dar i Kepala
Dinas Pendid i kan Labuhan Batu Terdakwa
te tap melakukan pemungutan uang
sejumlah Rp. 125 . 000 , - per s iswa di
Lingkungan Sekolah SMP Neger i 1 Kota
Pinang yang merupakan tanggung jawabnya
karena uang te rsebu t untuk ucapan
te r ima kas ih kepada guru- guru di SMP
Neger i 1 Kota Pinang ;
Menimbang, bahwa berdasarkan kete rangan saks i - saks i yang te
rd i r i dar i saks i Aida Sar i Si rega r , saks i I l ham, saks i
Fi t r i Aminah, saks i Rasi ta Dewi , saks i H. Said i Si rega r ,
saks i Osmar Butar - buta r , saks i Sunard i , saks i Ganepo
Simanjun tak dan saks i Achyar Eld ine , kete rangan Ahl i ,

Hal . 47 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 203
204

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
ala t bukt i Sura t , Petun juk , kete rangan Terdakwa
dihubungkan dengan barang bukt i yang dia j ukan di
pers i dangan (V ide Halaman 7 s/ d Halaman 43 Sura t
Tuntu tan Pidana) dipe ro l eh fak ta - fak ta di pers i dangan sebaga i
ber i ku t :
1. Bahwa yang meminta adanya pungutan
uang sejumlah Rp. 125 . 000 , - / s i swa
te rsebu t adalah Terdakwa yang kemudian
untuk melaksanakan nia tnya te rsebu t
Terdakwa memerin t ahkan saks i Achyar
Eld i ne untuk memanggi l saks i H. Said i
Si rega r guna menyampaikan keing i nannya
te rsebu t kepada orang tua murid yang
hadi r pada saat di l a ksanakannya
pengambi l an pengumuman hasi l Uj ian
Nasiona l har i Sabtu tangga l 20 Jun i
2009 ;
2. Bahwa undangan yang di t e r ima oleh
orang tua untuk hadi r pada har i Sabtu
tangga l 20 Jun i 2009 adalah undangan
untuk mener ima Pengumuman Hasi l Uj ian
Nasiona l bukan Undangan Rapat Komite
Sekolah yang dibua t oleh Komite
Sekolah dan yang hadi r pada per temuan
te rsebu t hanya H. Said i Si rega r
seorang din sedangkan dalam Rapat
Komite Sekolah set i dak - t i daknya
dihad i r i oleh Ketua , Sekre ta r i s dan
Bendahara Komite Sekolah (Tanggung
Jawab Komite Sekolah bers i f a t
Koleg ia l ) ser ta hasi l per temuan
te rsebu t di t u l i s dalam Notu len / Be r i t a
Acara Rapat Komite Sekolah ;
3. Bahwa seharusnya Pungutan Komite
mempertanggung jawabkan adalah
Sekolah yang memungut dan

48

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 204
205

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Bendahara Komite Sekolah bukan guru- guru di SMP Neger i 1 Kota Pinang dan
seharusnya pungutan Komite Sekolah hanya boleh di l a kukan kepada
masyaraka t bukan kepada orang tua murid ;
4. Bahwa guru- guru di SMPN 1 Kota Pinang
melaksanakan Cap Tiga Jar i dan
mener ima pungutan uang sejumlah Rp.
125 . 000 , - yang te rd i r i dar i saks i
Ganepo Simanjun tak , S.Pd. , saks i
Sunard i , S. IP . , dan saks i Osmar Buta r -
buta r adalah atas per i n t ah dar i
Terdakwa selaku Kepala Sekolah SMPN 1
Kota Pinang dan seka l i g us sebaga i
Ketua Pani t i a Uj ian Nasiona l
(berdasa rkan SK Kepala Sekolah
421 . 3 / 82 / PEG/2009 tangga l 21 Apr i l
2009 ten tang Pembentukan dan Penetapan
Pani t i a Uj ian Nasiona l pada SMPN 1
Kota Pinang dan SK Kepala Sekolah
Nomor : 421 . 3 / 97 / PEG/2009 tangga l 18
Apr i l 2009 ten tang Petugas Pelaksanaan
Penyelenggaraan Uj ian Akhi r Sekolah
Kelas IX Tahun Pembela ja r an 2008 / 2009 .
Bahwa Cap Tiga Jar i SKHUN adalah
rangka ian kegia t an Uj ian Nasiona l yang
akan berakh i r hingga di t e r imanya
i j a zah oleh set i ap s i swa di mana
berdasarkan kedua SK Kepala Sekolah
saks i Ganepo Simanjun tak , S.Pd. , saks i
Sunard i , S. IP . dan saks i Osmar Butar -
buta r masing - masing sebaga i Pani t i a
ber tanggung jawab kepada Terdakwa
selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Kota
Pinang ;

Hal . 49 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 205
206

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
5. Bahwa selu ruh s iswa/ s i sw i kelas IX
harus menyerahkan uang dengan jumlah
pungutan sejumlah Rp. 125 . 000 , - t i dak
boleh kurang dan t i dak boleh leb i h dan
penyerahan uang di l a ksanakan pada saat
Cap Tiga Jar i SKHUN yang di l a ksanakan
pada har i Rabu tangga l 24 Jun i 2009
dimana sebe lum di l a ksanakan cap t i ga
ja r i di depan kelas masing- masing guru
yang ber tugas melaksanakan Cap Tiga
Jar i yai t u Sunard i , S. IP . di kelas 7 .2
sedangkan Ganepo Simanjun tak dan Osmar
Butar - buta r di kelas 7.1 mengumumkan
kepada Siswa/ i Kelas IX yang
dinya takan lu l u s Uj ian Nasiona l untuk
mempers iapkan te r l e b i h dahulu uang
sejumlah Rp. 125 . 000 , - baru s i swa/ i
te rsebu t dapat melaksanakan Cap Tiga Jar i SKHUN ;
6. Bahwa berdasarkan kete rangan saks i
Sunard i , S. IP . , saks i Osmar Buta r -
buta r dan kete rangan Terdakwa didukung
dengan kete rangan Ahl i Drs. Rajo
Makmur Si rega r dan kete rangan Terdakwa
send i r i dipe ro l e h fak ta hukum, bahwa
SKHUN harus dimi l i k i oleh set i a p s iswa
yang dinya takan lu l u s Uj ian Nasiona l
SMP sebaga i syara t untuk melan ju t kan
ke jen j ang pendid i kan yang leb i h
t i ngg i . Bahwa yang berwenang
menandatangan i i j a sah dan SKHUN adalah
Terdakwa selaku Kepala Sekolah SMPN 1
Kota Pinang. Bahwa untuk melaksanakan
per i n t ah yang diber i k an oleh Terdakwa
untuk melaksanakan Cap Tiga Jar i SKHUN maka saks i Sunard i
, saks i Ganepo

50

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 206
207

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Simanjun tak dan saks i Osmar Buta r - Butar mengumumkan di depan kelas
sesaat sebe lum pelaksanaan Cap Tiga Jar i SKHUN agar set i ap s iswa
mempers iapkan uang pungutan Rp. 125 . 000 , - dan apabi l a t i dak membayar
maka s iswa te rsebu t t i dak bisa melakukan Cap Tiga Jar i SKHUN ;
7. Bahwa pelaksanaan kegia t an Cap Tiga
Jar i di l a ksanakan dengan te r l e b i h
dahulu membayar uang sejumlah Rp.
125 . 000 , - yang kemudian pelaksana Cap
Tiga Jar i memberikan tanda pada daf t a r
nama anak yang membayar dan baru l ah
s i swa / i te rsebu t dipe rbo l ehkan Cap
Tiga Jar i SKHUN. Bahwa pada saat
gi l i r a n saks i Aida Sar i Si rega r
dipangg i l untuk melaksanakan Cap Tiga
Jar i SKHUN di mana saks i Aida Sar i
Si rega r t i dak membawa uang sejumlah
Rp. 125 . 000 , - kemudian oleh saks i
Ganepo Simanjun tak , S.Pd. kemudian
saks i Aida Sar i Si rega r dipe r i n t a hkan
untuk pulang te r l e b i h dahulu guna
menjemput uang sejumlah Rp. 125 . 000 , -
dan te rhadap saks i Aida Sar i Si regar
t i dak dipe rbo l ehkan melakukan Cap Tiga
Jar i SKHUN yang kemudian saks i Aida
Sar i Sirega r ke lua r dar i ruang kelas
dengan disaks i kan oleh kawan- kawannya
dian ta ranya saks i I l ham dan saks i
Fi t r i Aminah. Bahwa saks i Aida Sar i
Si rega r , saks i I l ham, saks i Fi t r i
Aminah dan saks i Rasi t a Dewi membayar
uang pungutan sebesar Rp. 125 . 000 , -
te rsebu t karena taku t apabi l a t i dak

Hal . 51 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 207
208

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
membayar maka mereka t i dak bisa melakukan Cap Tiga Jar i SKHUN yang akan
digunakan untuk melan ju t kan pendid i kan ke jen j ang yang leb i h t i
ngg i ;
8. Bahwa sete l ah te rkumpu lnya selu ruh
uang te rsebu t akan dise rahkan kepada
Terdakwa selaku Kepala Sekolah dan
kemudian akan dibag i kepada Guru- guru
di SMPN 1 Kota Pinang yang nomina lnya
di t en t ukan oleh Terdakwa se laku Kepala
Sekolah ;
9. Bahwa berdasarkan kete rangan Ahl i dan
Pengakuan Terdakwa bahwa Terdakwa
mengetahu i bahwa seko lah di l a r ang
melakukan pungutan dalam bentuk
apapun, selu ruh keg ia t an seko lah yang
ber tanggung jawab te rhadap
pelaksanaannya adalah Kepala Sekolah
dan guru - guru melaksanakan keg ia t an di
seko lah atas per i n t ah Kepala Sekolah
ber tanggung jawab kepada Kepala Sekolah
secara ver t i k a l . Bahwa Terdakwa
mengetahu i adanya Pungutan uang
sejumlah Rp. 125 . 000 , - te tap i Terdakwa
t i dak berusaha mencegah atau
menghent i kan keg ia t an pungutan
te rsebu t dan membiarkan keg ia t an
te rsebu t ber l angsung ;
Menimbang, bahwa berdasarkan fak t a - fak ta hukum te rsebu t di atas Pemohon
Kasas i berpendapat bahwa "unsur menyalahgunakan wewenang memaksa
seseorang untuk membayar " te l a h te rbuk t i seh ingga alasan- alasan Maje l i s
Hakim Pengadi l an Neger i Rantau Prapat yang bers i dang di Kota Pinang a quo
yang memutus perka ra in i adalah t i dak bera l asan ;

52

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 208
209

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa berdasarkan ala t - ala t bukt i yang dia j u kan di
pers i dangan yang te rd i r i dan kete rangan saks i - saks i yai t u saks i H. Said i
Si rega r , saks i Sunard i ,
S. IP . , saks i Ganepo Simanjun tak , S.Pd. , saks
i Osmar Butar - buta r , saks i Achyar Eld ine , saks
i I l ham, saks i Aida Sar i Sirega r , saks i Rosmiah
Br. Rambe, saks i Tamimah Br. Daulay , saks i
Rasi ta Dewi dan saks i Fi t r i Aminah, kete
rangan Ahl i Drs. Rajo Makmur Sirega r , M.Pd. , ala t bukt i
Sura t , Petun juk , kete rangan Terdakwa
dihubungkan dengan barang bukt i yang dia j ukan di pers i dangan te l
ah te rdapa t cukup ala t bukt i (min imum Pr imed ium sebaga iman dia tu r
dalam Pasal 183 KUHAP) seh ingga seharusnya dakwaan Kesatu Penuntu t Umum
di mana perbua tan Terdakwa sebaga imana didakwakan dalam dakwaan Kesatu
melanggar Pasal 12 Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 ten tang
Pemberantasan Tindak Pidana Korups i sebaga imana te l ah diubah dan di t
ambah dengan Pasal 12 huru f e Undang- Undang No. 20 Tahun 2001 ten tang
Perubahan Atas Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 ten tang Pemberan tasan Tindak
Pidana Korups i te l ah te rbuk t i secara sah dan meyakinkan ;
D. Menimbang, bahwa Pasal 11 Undang- Undang No. 20 Tahun
2001 ten tang Perubahan Atas Undang- Undang No. 31 Tahun
1999 ten tang Pemberantasan Tindak Pidana Korups i t i dak
mensyara t kan cara - cara yang di t empuh Terdakwa agar orang la i n
memberikan sesuatu kepadanya sebaga imana dia t u r
dalam dakwaan Kesatu melanggar Pasal 12 huru f e. Dalam
konteks dakwaan Kedua melanggar Pasal 11 , adanya
pember ian hadiah atau jan j i te rsebu t din i l a i sebaga i suatu perbua tan t i
ndak pidana karena pember ian te rsebu t berka i t a n dengan kekuasaan atau
kewenangan yang berhubungan dengan jaba tan Terdakwa. Dalam Pasal 11
disebu t kan : " . . . . p a daha l dike tahu i atau patu t diduga bahwa hadiah atau
jan j i te rsebu t dibe r i k an karena kekuasaan atau kewenangannya yang
berhubungan dengan jaba tannya , atau yang menurut pik i r a n
orang yang

Hal . 53 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 209
210

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
member i kan hadiah atau jan j i te r sebu t ada hubungannya
dengan jaba tannya" . Kal ima t in i mengind i kas i k an bahwa
ada unsur subyekt i f dan obyekt i f dar i perbua tan te rsebu t
sebaga i ber i ku t :
1. Unsur Subyekt i f : Terdakwa selaku yang mener ima hadiah
atau pember ian te rsebu t sudah patu t menduga bahwa
pember ian te rsebu t diber i k an karena jaba tan yang ada
padanya. Pasal 11 adalah Del i k Dolus propar t e dolus
propar t e culpa yai t u del i k dolus dan del i k culpa
seka l i g us ;
2. Unsur Obyekt i f : Pember i hadiah send i r i yang
beranggapan bahwa pember ian te rsebu t berka i t a n dengan
kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan
jaba tan Terdakwa. Dalam hal in i , s i pember i t i dak akan
member i kan sesuatu hadiah atau jan j i jika Terdakwa
t i dak memil i k i jaba tan yang ada padanya saat mener ima
pember ian te rsebu t ;
……(V ide Hal 44 dan 45 Putusan) ;
Menimbang, bahwa dar i unsur subyek t i f Maje l i s Hakim mendapat i bahwa
Terdakwa mengetahu i akan adanya pember ian hadiah te r sebu t kepada selu
ruh guru dar i para orang tua /wa l i murid yang lu l u s Ebtanas yang
akan di l a kukan pada saat pengambi l an s id i k ja r i dan penanda tanganan i j a zah
pada tangga l 24 Jun i 2009 (V ide halaman 45- 46 Putusan) ;
Menimbang, bahwa dar i sudut si pember i hadiah atau Unsur Obyekt i f Maje
l is Hakim mendapat i fak t a bahwa pember i an uang
sebesar Rp. 125 . 000 , - te rsebu t adalah in i s i a t i f
dar i orang tua /wa l i murid di SMPN 1 Kota Pinang yang
anaknya dinya takan te l ah lu l u s Ebtanas dan merupakan
suatu t rad i s i yang se lama in i di l a kukan sebaga i bentuk
penghargaan atas jasa para guru yang te l ah mendid i k para murid hingga
berhas i l menyelesa i kan Ebtanas . Namun demik ian uang yang sudah
te rkumpul sebanyak Rp. 16 . 000 . 000 , - te r sebu t belum sempat dibag i
kan kepada selu ruh guru- guru atau Terdakwa karena pihak Penyid i k

54

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 210
211

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
dar i Kejaksaan Neger i Cabang di Kota Pinang menghent i kan
pember ian te rsebu t (V ide hal 46 Putusan) ;
Menimbang, bahwa berdasarkan per t imbangan- per t imbangan te
rsebu t di atas Maje l i s Hakim meni l a i bahwa baik dar i
sisi unsur subyek t i f (Terdakwa mengetahu i dan patu t
menduga) maupun dar i sis i obyekt i f (s i pember i yang
beranggapan pember ian te rsebu t berka i t a n dengan jaba tan di pener ima) ,
adanya fak ta bahwa pener imaan sejumlah uang
sebesar Rp. 125 . 000 , - dar i para orang tua /wa l i murid
yang lu l u s Ebtanas di SMPN 1 Kota Pinang te rsebu t t i dak dapat dika
tego r i k an sebaga i suatu bentuk pener imaan hadiah dika renakan jaba
tannya (g ra t i f i k a s i ) sebaga imana dia t u r dalam Pasal 11 dengan per t
imbangan- per t imbangan sebaga i ber i ku t :
1. Terdakwa atau para guru - guru yang dibe r i uang te r ima
kas ih t i dak memil i k i kekuasaan ataupun kewenangan yang
menentukan kelu l u san Ebtanas seorang murid . Dengan
demik ian , jaba tan Terdakwa selaku Kepala Sekolah SMPN
1 Kota Pinang bukan sebaga i penyebab dar i pember ian te rsebu t ;
2. Pember ian te rsebu t t i dak ada ka i t annya dengan jaba tan
Terdakwa selaku Kepala SMPN 1 Kota Pinang dalam
kai t annya dengan kelu l u san murid dalam Ebtanas karena
Terdakwa maupun selu ruh guru - guru di SMPN 1 Kota
Pinang t i dak memil i k i wewenang atau kuasa atau
pengaruh untuk melu luskan murid - murid yang mengiku t i
Ebtanas te rsebu t ;
3. Pember ian te rsebu t diber i k an sete l ah murid - murid
dinya takan lu l u s Ebtanas ;
4. Pember ian te rsebu t sebaga i ungkapan rasa te r ima kas ih
para orang tua murid kepada selu ruh gum- guru yang
mengaja r di SMPN 1 Kota Pinang dan bukan di t u j u kan
hanya untuk Terdakwa seorang ;
5. Pember ian te rsebu t sudah merupakan t rad i s i . . . . .
6. Terdakwa maupun guru - guru di SMPN 1 Kota Pinang belum
sempat menikmat i pember ian te rsebu t . . . . (V ide halaman

Hal . 55 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 211
212

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
46- 47 putusan ) ;
Bahwa per t imbangan- per t imbangan Maje l i s Hakim dalam memutus unsur - unsur
Pasal 11 te rsebu t kurang tepa t dan sangat kel i r u dengan alasan-
alasan sebaga i ber i ku t :
1. J i ka diu ra i k an , sebenarnya Pasal 11 yang semula Pasal
418 KUHP te rd i r i dar i 2 (dua) keten tuan , ya i t u :
I. Pegawai Neger i atau Penyelenggara Negara mener ima
hadiah atau jan j i padaha l dike tahu i atau patu t
diduga , bahwa hadiah atau jan j i te rsebu t
dibe r i k an karena kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jaba tannya ;
II. Pegawai Neger i atau Penyelenggaran Negara
mener ima hadiah atau jan j i padahal dike t ahu i atau
patu t diduga menuru t pik i r a n orang yang
member i kan hadiah atau jan j i te r sebu t ada
hubungan dengan jaba tannya ;
R. Wiyono berpendapat bahwa "Pasa l 11 t i dak di t en t u kan bahwa
Pegawai Neger i atau Penyelenggara Negara
mengetahu i atau patu t menduga bahwa orang yang
member i kan hadiah atau jan j i harus mengetahu i dengan tepa t
apa yang menjad i kekuasaan atau kewenangan dar i
jaba tan yang dipangku oleh Pegawai Neger i atau
Penyelenggara Negara te r sebu t " . Sudah cukup memenuhi keten tuan sebaga
imana dimaksud dalam Pasal 11 meskipun Pegawai Neger i atau
Penyelenggara Negara sebenarnya t i dak mempunyai kekuasaan atau
wewenang untuk memenuhi apa yang diha rapkan dar i orang yang member i
hadiah atau jan j i , te tap i Pegawai Neger i atau Penyelenggara Negara mengetahu i
atau patu t menduga orang yang memberi hadiah atau jan j i beranggapan
jaba tan yang dipangku oleh Pegawai Neger i atau Penyelenggara Negara te r
sebu t dapat memenuhi apa yang diha rapkan dar i orang yang member i hadiah
atau jan j i . Per lu dipe rha t i k an bahwa dalam Pasal
11 t i dak ada keten tuan yang mengharuskan agar Pegawai Neger i atau
Penyelenggara Negara te rsebu t "melakukan atau t i dak melakukan sesuatu
dalam jaba tannya yang

56

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 212
213

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
ber ten t angan dengan kewaj i bannya seper t i yang te rdapa t dalam Pasal 12 huru
f a. ( R. Wiyono, Pembahasan Undang- Undang Pemberan tasan Tindak Pidana
Korups i , Edis i Kedua, Sinar Graf i k a ) ;
Putusan Mahkamah Agung RI tangga l 12 September 1961 No.
127 K/Kr / 1961 anta ra X dengan jaba tan Komis Kepala pada suatu Pengadi l an
Neger i te l ah dia j u kan sebagai Terdakwa di s idang Pengadi l an
dengan dakwaan melanggar Pasal 418 KUHP karenate l ah mener ima hadiah
dar i Y, menginga t X te l ah mengusahakan agar suatu
perka ra dipe r i k sa dan dipu tus oleh Pengadi l a
n Neger i . Dalam memori kasas i yang dia j u kan X,
dikemukakan "Bahwa membuat sura t permohonan, bahkan mengusahakan agar
suatu perkara dipe r i k sa dan dipu tus oleh Pengadi l a n Neger i , perbua tan -
perbua tan mana juga dapat di l a kukan oleh s iapa pun saja , bukan lah
te rmasuk kekuasaan atau wewenang seorang Komis Kepala pada Kantor
Pengadi l an Neger i , yang ber ta l i a n dengan jaba tannya , seper t i pula bukan
te rmasuk kekuasaan atau wewenang seorang Komis Kepala pada Pengadi l an
Neger i ber ta l i a n dengan jaba tannya jika ia kebetu l an berbe lan j a ,
seanda i kata membel i kan untuk seorang la i n barang apapun dan ia t i dak
melanggar Pasal 418 KUHP, j i k a ia untuk pembel i an i t u mener ima hadiah
dar i yang menyuruhnya membel i " ;
Terhadap kebera tan yang te rdapa t dalam memori kasas i te rsebu t
Mahkamah Agung RI t i dak membenarkan dan menyatakan "Bahwa untuk
menggunakan Pasal 418 KUHP, pasa l te rsebu t harus di t i n j a u dar i 2 (dua) sudut
, yai t u :
a. Dar i sudut pegawai yang mener ima
hadiah , dan
b. Dar i sudut orang yang memberikan hadiah
te rsebu t ;
E. Bahwa Penuntu t Kasasi hanya menin jaunya melu lu dar i
sudut a,
F. Bahwa bagi Judex Fact i , orang yang memberi hadiah i t u ,

Hal . 57 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 213
214

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
yakn i saks i Asmat Tje l ake t adalah orang sederhana ;
G. Bahwa dapat dimenger t i bahwa orang sederhana te r sebu t
memandang Penuntu t Kasasi sebaga i pegawai yang
berkuasa ;
H. Bahwa selan j u t n ya dapat dimenger t i bahwa pember ian
hadiah te rsebu t mempunyai hubungan dengan jaba tan
Penuntu t Kasas i karena pembuatan sura t - sura t oleh
Penuntu t Kasasi menimbulkan harahap dan anggapan
te r t e n t u kepadanya ;
2. Menimbang, bahwa berdasarkan Penjaba ran Poin t C mengenai
Unsur Menyalahgunakan Kewenangannya Memaksa te rsebu t di
atas te l ah cukup bukt i bahwa keten tuan Pasal 11 Undang-
Undang No. 31 Tahun 1999 ten tang Pemberantasan Tindak
Pidana Korups i sebaga imana te l ah diubah dan di t ambah
dengan Pasal 11 Undang- Undang No. 20 Tahun 2001 ten tang
Perubahan Atas Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 ten tang
Pemberan tasan Tindak Pidana Korups i te l ah te rbuk t i
di l a kukan oleh Terdakwa selaku Kepala Sekolah SMPN 1
Kota Pinang ;
Menimbang, bahwa berdasarkan fak t a - fak ta pers i dangan yang te rd i r i
dar i kete rangan saks i - saks i , kete rangan Ahl i , ala tbukt i
Sura t , Petun juk , Kete rangan Terdakwa dan barang bukt i
yang dia j ukan di Pers idangan seharusnya unsur - unsur
Pasal 12 Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 ten tang
Pemberan tasan Tindak Pidana Korups i sebaga imana te l ah diubah dan
di t ambah dengan Pasal 12 huru f e Undang- Undang No. 20 Tahun 2001 ten
tang Perubahan Atas Undang- Undang No.
31 Tahun 1999 ten tang Pemberantasan Tindak Pidana Korups i atau set i
dak - t i daknya Pasal 11 Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 ten tang
Pemberantasan Tindak Pidana Korups i sebaga imana te
l ah diubah dan di t ambah dengan Pasal 11
Undang- Undang No. 20 Tahun 2001 ten tang Perubahan Atas
Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 ten tang Pemberantasan
Tindak Pidana Korups i te l ah te rbuk t i secara sah dan meyakinkan ;
Menimbang, bahwa berdasarkan fak t a - fak ta yang

58

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 214
215

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
te rungkap di pers i dangan te l ah dipero l eh ala t bukt i yang te rd i r i
dar i kete rangan saks i - saks i , kete rangan Ahl i , ala t
bukt i Sura t , Petun juk , Keterangan Terdakwa dan barang bukt i
yang dia j ukan di pers i dangan te l ah te rdapa t ala t bukt i yang cukup
sebaga imana dia tu r dalam Pasal 184 ayat (1 ) KUHAP
seh ingga memenuhi keten tuan Pasal 183 KUHAP di mana te l ah te rdapa t
sekurang - kurangnya 2 (dua) ala t bukt i yang sah
seh ingga seharusnya Maje l i s Hakim a quo t i dak membebaskan Terdakwa dar i
segala tun tu t an pidana te t ap i memutuskan untuk menja tuhkan pidana te
rhadap Terdakwa ;
Dar i per t imbangan- per t imbangan te rsebu t di atas
je l a s l a h bahwa Maje l i s Hakim t i dak menerapkan hukum
sebagimana mest inya , bahwa dalam Diskus i Eksaminas i putusan
Mahkamah Konst i t u s i yang dise l enggarakan Fakul t a s Hukum UGM tangga l
24 Agustus 2006 , Eddy OS Hiar i e j , dar i Fakul t a s
Hukum UGM mengemukakan bahwa Mahkamah Konst i t u s i berpegang pada alas
Lega l i t a s yang lah i r dar i al i r a n k las i k dalam
hukum pidana yang tu j uannya hanya untuk mel indung i
kepent i ngan ind i v i d u . Padahal , dalam hukum pidana ke jaha tan
yang berak i ba t te rhadap keamanan dan kese jah te r aan
masyaraka t merupakan wujud nyata al i r a n modern hukum pidana yai t u
untuk mel indung i kepent i ngan masyaraka t luas . Karenanya , alas Legal i t a s
t i dak te r l a l u mut lak , ser t a patu t pula k i t a per t imbangkan 3 ( t i g a ) hal yai t u :
Per tama : Korups i adalah kejaha tan yang te rka i t
dengan nasib banyak orang, di mana uang
Negara yang disa l ahgunakan bisa bermanfaa t untuk meningka t kan kese
jah te r aan rakya t ;
Kedua : Kepent i ngan hukum yang akan di l i n dung i
pembentuk undang - undang adalah keuangan dan perekonomian Negara ;
Ket iga : Kejaha tan korups i di l a kukan secara
te ro rgan i s i r dengan Modus Operand i yang canggih seh ingga ser i ng dapat lo l o s
dan rumusan hukum fo rmi l ;
Menginga t ket i ga hal te rsebu t di atas , dalam penanganan

Hal . 59 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 215
216

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
perka ra korups i Maje l i s Hakim t i dak boleh hanya berku ta t pada s i f a t
melawan hukum fo rmi l te tap i juga mater i a l , Prof . Komariah menambahkan, dican
tumkan atau t i daknya unsur melawan hukum secara mater i a l dalam
undang- undang sebenarnya t i dak banyak pengaruhnya . Karena pada
hakekatnya s i f a t melawan hukum secara mater i a l i t u sudah meleka t pada s
i f a t melawan hukum fo rmi l sebaga i perbua tan yang t i dak patu t dan t i dak
te rpu j i ;
Bahkan pasca putusan Mahkamah Konst i t u s i te rsebu t di atas , Mahkamah
Agung dalam dua putusan yang di j a t uh kan
dian ta ranya putusan tangga l 21 Februar i 2007 dalam perka ra Ahcmad
Rojad i , je l a s te r l i h a t bahwa dalam perka ra korups i , Mahkamah
Agung te tap menganut aja ran si fa t melawan hukum fo rm i l dan
mater i a l dalam fungs i posi t i f dengan dasar
Dokt r i n dan Yur i sp rudens i yang per t imbangannya te rmuat
dalam Yur i sp rudens i tangga l 15 Desember 1983 No. 275
K/Pid / 1982 dalam perka ra korups i Bank Bumi Daya menganut dan menerapkan
aja ran s i f a t melawan hukum dalam fungs i yang posi t i f ( fungs i untuk
memidana) . Si fa t melawan hukum mater i a l dalam fungs i yang posi t i f
didasa rkan pada alas kepatu tan dalam masyaraka t (V ide : Var ia Perad i l a
n Tahun XXII No. 26 Jul i 2007 halaman 64- 65) ;
Kebera tan - kebera tan Pemohon Kasasi :
1. Pengadi l a n Neger i Rantau Prapat te l ah salah menerapkan
hukum karena salah menerapkan unsur " seca ra melawan
hukum memaksa seseorang" atau "menya lahgunakan
kekuasaannya memaksa sesorang" adalah bers i f a t
al t e r na t i f di mana Maje l i s Hakim leb i h meni t i k
bera t kan perbuatan Terdakwa pada unsur menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa tanpa mempert imbangkan unsur
" seca ra melawan hukum memaksa seseorang" sedangkan
Sura t Tuntu tan Penuntu t Umum leb i h memfokuskan pada
unsur " secara melawan hukum memaksa seseorang" yang
berdasarkan fak t a - fak ta yang te rungkap di pers i dangan
yang te rd i r i dan kete rangan saks i - saks i , kete rangan
Ahl i , ala t bukt i Surat , Petun j uk , kete rangan Terdakwa

60

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 216
217

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
dan barang bukt i yang dia j u kan di pers i dangan te l ah
te rdapa t cukup ala t bukt i (Min imum Pr imed ium
sebaga iman dia tu r dalam Pasal 183 KUHAP) sehingga
seharusnya dakwaan Kesatu Penuntu t Umum di mana
perbua tan Terdakwa sebaga imana didakwakan dalam
dakwaan Kesatu melanggar Pasal 12 Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 ten tang
Pemberan tasan Tindak Pidana Korups i sebaga imana te l ah diubah dan di t ambah
dengan Pasal 12 huru f e Undang- Undang No. 20 Tahun 2001 ten
tang Perubahan Atas Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 ten tang Pemberan tasan
Tindak Pidana Korups i te l ah te rbuk t i secara sah dan meyakinkan dan
bahwa in t i dar i penegakan hukum dalam perkara in i adalah untuk mencegah
t imbu lnya pungutan - pungutan l i a r yang banyak te r j a d i di Kabupaten Labuhan
Batu Sela tan yang sudah sangat meresahkan masyaraka t dan membebani
orang tua s i swa SMP yang dapat menghambat program Pemerin t ah untuk
mewujudkan Wajib Bela j a r 9 ( sembi l an ) tahun ;
2. Bahwa Pengadi l an Neger i Rantau Prapat yang bers i dang di
Kota Pinang juga te l ah salah menerapkan unsur
"Karena kekuasaannya atau kewenangannya yang
berhubungan dengan jaba tannya" atau "menuru t pik i r a n
orang yang memberikan hadiah atau jan j i te rsebu t ada
hubungan dengan jaba tannya" di mana Maje l i s Hakim
seharusnya cukup membukt i kan Pegawai Neger i atau
Penyelenggara Negara te r sebu t mengetahu i atau patu t
menduga bahwa "pener imaan hadiah atau jan j i di l a kukan ,
karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan
dengan jaba tannya" atau "menuru t pik i r a n orang yang
member i kan hadiah atau jan j i te r sebu t ada hubungan
dengan jaba tannya" tanpa per l u membukt i kan meskipun
Pegawai Neger i te rsebu t sebenarnya t i dak mempunyai
kekuasaan atau wewenang untuk memenuhi apa yang
diha rapkan dar i orang yang memberi hadiah yang
berdasarkan fak t a - fak ta yang te rungkap di pers i dangan
yang te rd i r i dar i kete rangan saks i - saks i , kete rangan

Hal . 61 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 217
218

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Ahl i , ala t bukt i Surat , Petun j uk , kete rangan Terdakwa
dan barang bukt i yang dia j u kan di pers i dangan te l ah
te rdapa t cukup ala t bukt i (Min imum Pr imed ium sebaga iman
dia tu r dalam Pasal 183 KUHAP) sehingga
seharusnya dakwaan Kedua Penuntu t Umum di mana
perbua tan Terdakwa sebaga imana didakwakan dalam
dakwaan Kedua melanggar Pasal 11 Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 ten tang
Pemberan tasan Tindak Pidana Korups i sebaga imana te l ah diubah dan di t ambah
dengan Pasal 11 Undang- Undang No. 20 Tahun 2001 ten tang Perubahan Atas Undang-
Undang No. 31 Tahun 1999 ten tang Pemberantasan Tindak Pidana Korups i te l ah te
rbuk t i secara sah dan meyakinkan ;
Menimbang, bahwa terhadap alasan- alasan tersebut
Mahkamah Agung berpendapat :
Mengenai alasan- alasan ad. A, B, C dan D :
Bahwa alasan- alasan te rsebu t dapat dibenarkan , karena Judex Fact i te l
ah sa lah menerapkan hukum, hal mana sesua i fak ta - fak ta
di pers i dangan unsur dakwaan Pr imai r te l ah
te rpenuh i , yai t u mener ima hadiah yang patu t diduganya ada jaba
tan dan peker j aannya sebaga i Kepala Sekolah SMP, yang
seka l i p un jumlahnya re l a t i f kec i l , namun te rmasuk i l ega l lev i
re karena te rnya t a jumlahnya sama masing- masing orang
tua murid ;
Bahwa pungutan kepada orang tua murid kelas IX 5 s/ d IX 9 sebanyak
5 kelas , dengan pungutan sebesar Rp. 125 .
000 , - ( se ra t us dua puluh l ima r i bu rup iah ) te r sebu t
ber ten t angan dengan Keputusan Mendiknas No. 044 /U/ 2002
ten tang Dewan Pendid i kan dan Komite Sekolah yang
menyebutkan biaya tambahan operas i ona l untuk egia t an
seko lah , yang mener ima adalah Komite Sekolah mela lu i Bendahara Komite
Sekolah . Bahwa H. Said i Siregar yang dmin ta Terdakwa berb i ca ra kepada
orang tua murid mengenai permin taan dana te rsebu t , memang Ketua Komite
Sekolah , tap i keg ia t an har i i t u bukan Rapat Komite Sekolah ;
Bahwa, dar i permin taan dana oleh Terdakwa te rsebu t ,

62

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 218
219

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
te rkumpu l uang sebesar Rp. 15 .130 . 000 , - ( l ima belas ju t a sera tus t i ga
puluh r i bu rup iah ) , namun sebelum aks i pengumpulan dana i t u selesa i Cabang
Kejaksan Negara Pinang melakukan penggeledahan dan penyetopan dan mengusut
ser t a menyid i k keg ia tan pengutan orang tua ;
Menimbang, bahwa sebe lum menja tuhkan pidana Mahkamah Agung akan mempert
imbangkan hal - hal yang memberatkan dan yang meringankan ;
Hal - hal yang memberatkan :
- Perbuatan Terdakwa ber ten t angan dengan
Program Pemerin t ah dalam dunia pendid i kan
untuk mewujudkan pendid i kan gra t i s untuk
pendid i kan dasar 9 ( sembi l an ) tahun ;
- Terdakwa t i dak mengaku i kesa lahannya ;
Hal - hal yang meringankan :
- Terdakwa belum pernah dihukum ;
- Terdakwa memil i k i tanggungan ke lua rga ;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasas i dar i
Pemohon Kasasi / Ja ksa / Penun tu t Umum dikabu l kan dan Terdakwa di
ja t uh i pidana , maka biaya perka ra pada semua t i ngka t
perad i l a n dibebankan kepada Terdakwa ;
Memperhat i k an Pasal 12 huru f e Undang- Undang No. 31 Tahun
1999 sebaga imana te l ah diubah dan di t ambah dengan
Undang- Undang No. 20 Tahun 2001 , Undang- Undang No. 48
Tahun 2009 , Undang- Undang No. 8 Tahun 1981 , Undang- Undang
No. 14 Tahun 1985 sebaga imana yang te l ah diubah dan
di t ambah dengan Undang- Undang No. 5 Tahun 2004 , dan perubahan
kedua dengan Undang- Undang No. 3 Tahun 2009 ser ta pera tu ran perundang-
undangan la i n yang bersangku tan ;
M E N G A D I L I
Mengabulkan permohonan kasas i dar i Pemohon Kasas i :
JAKSA/- PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI RANTAU PRAPAT DI
KOTA PINANG te rsebu t ;
Membata l kan putusan Pengadi l a n Neger i Rantau Prapat yang besidang di Kota
Pinang No. 103 /P id . B / 2010 / PN.RAP. tangga l 07 Oktober 2010 ;

Hal . 63 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 219
220

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
ME N G A D I L I SENDIR I
1. . Menyatakan Terdakwa MUHAMMAD HAMZAH,
S.Pd. te rbuk t i secara sah dan meyakinkan
bersa lah melakukan t i ndak pidana ”KORUPSI” ;
2. . Menja tuhkan pidana oleh karena itu
kepada Terdakwa te r sebu t dengan pidana penja ra
selama 1 ( sa tu ) tahun ;
3. . Mene tapkan bahwa pidana te r sebu t t i dak
akan di j a l a n i , kecua l i jika dikemudian har i
ada per i n t ah la i n dalam putusan Hakim karena
Terdakwa dipe rsa l ahkan melakukan sesuatu kejaha
tan atau t i dak mencukupi suatu syara t yang
di t en t u kan sebe lum berakh i r n ya masa percobaan
selama 2 (dua) tahun ;
4. . Mene tapkan barang bukt i berupa :
1. Uang tuna i sejumlah Rp. 16 . 000 . 000 , - (enam
belas ju ta rup i ah ) yang te rd i r i dar i :
- Uang pecahan Rp. 870 . 000 , - (de lapan ra tus tu j uh
puluh r i bu rup iah ) dengan per i n c i a n sebaga i
ber iUang
ku t : pecahan Rp. 100 . 000 , - ( se ra t us r i bu rup iah )
sebanyak 1 ( sa tu ) lembar ;
Uang pecahan Rp. 50 . 000 , - ( l ima puluh r i bu
rup i ah ) sebanyak 1 ( sa tu ) lembar ;
Uang pecahan Rp. 20 . 000 , - ( l ima puluh r i bu
rup i ah ) sebanyak 3 ( t i g a ) lembar ;
Uang pecahan Rp. 10 . 000 , - ( sepu luh r i bu rup i ah )
sebanyak 17 ( tu j u h belas ) lembar ;
Uang pecahan Rp. 1 .000 , - ( se r i bu rup iah )
sebanyak 5 ( l ima ) lembar ;
Uang pecahan Rp. 15 . 130 . 000 , - ( l ima belas ju t a
sera tus t i ga puluh r i bu rup iah ) ;
Dikembal i k an kepada orang tua murid mela lu i SMPN I
Kota Pinang ;
2. Sura t - sura t yang te rd i r i dar i :
- Sura t Keputusan Ketua Sub Rayon 01 SMP Neger i 1

64

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 220
221

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Kota Pinang Nomor: 421 . 3 / 82 / PEG/2009 ten tang Pembentukan dan Penetapan
Pani t i a Uj ian Nasiona l pada SMP Neger i 1 Kota Pinang T.P 2008 / 2009
tangga l 21 Apr i l 2009 ;
- Keputusan Kepala SMP Neger i 1 Kota Pinang Nomor :
421 . 3 / 90 / KES/2009 ten tang Petugas Pelaksana
Penyelenggaraan Uj ian Akhi r Nasiona l (UAS) kelas
IX Tahun Pela j a r an 2008 / 2009 tangga l 18 Apr i l 2009
;
- Undangan dar i SMP Neger i 1 Kota Pinang Nomor :
421 . 3 / 90 / 2009 tangga l 11 Mei 2009 ;
- Daf ta r Nama Siswa Kelas IX. 1 , IX . 2 , IX. 3 , IX. 4 ,
IX . 5 , IX . 6 , IX. 7 , IX . 8 dan IX. 9 yang te rdapa t
tanda- tanda cont rengan dan tu l i s a n nomina l
sejumlah uang ;
- Ber i t a Acara Peni t i p an Uang yang dibua t pada har i
Sabtu tangga l 27 Jun i 2009 puku l 11 . 10 WIB anta ra
Sunard i , S. IP . dengan H. Said i Si regar dengan
disaks i kan oleh H. Amirudd in Pohan dan Muhammad
Hamzah, S.Pd. ;
- Ber i t a Acara Peni t i p an Uang yang dibua t pada har i
Sabtu tangga l 27 Jun i 2009 puku111 . 10 WIB anta ra
Sunard i , S. IP . dengan 0 . Butar - Butar dengan
disaks i kan oleh H. Amirudd in Pohan dan Muhammad
Hamzah, S.Pd. ;
- Foto copy yang te l ah di l ega l i s i r Pet i kan Putusan
Bupat i Iabuhan Batu Nomor : 821 .24 / 19875 /BKD-
I / 2008 ten tang Pemberhent i a n Dengan Hormat Pegawai
Neger i Sip i l yang te rsebu t dalam la j u r 2 yai t u
Muhammad Hamzah, S.Pd. dar i jaba tan sebaga imana
te rsebu t dalam la j u r 4 dan mengangkatnya ke dalam
jaba tan sebaga imana dalam la j u r 5 sebaga i Kepala
Sekolah pada SMPN 1 Kota Pinang Kecamatan Kota
Pinang yang merupakan tugas tambahan dar i jaba tan
guru dar i Lampi ran Keputusan in i ;
Tetap te r l amp i r dalam berkas perka ra ;

Hal . 65 dar i 66 hal . Put . No. 82


K/PID.SUS/2011

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 221
222

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Membebankan Terdakwa te r sebu t untuk membayar biaya perka ra dalam semua
t i ngka t perad i l a n dan dalam t i ngka t kasas i in i sebesar Rp. 2.500 , - (dua r i bu
l ima ra tus rup iah )
;
Demik ian l ah dipu tuskan dalam rapa t permusyawara tan
Mahkamah Agung pada har i Kamis tangga l 26 Mei 2011 oleh
Djoko Sarwoko, SH.MH. Ketua Muda Mahkamah Agung yang
di t e t a pkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebaga i Ketua Maje l i s , Sophian
Martabaya , SH. dan Prof . Dr. Mohammad Askin , SH.
Hakim- Hakim Ad Hoc TIPIKOR pada Mahkamah Agung sebaga i
Anggota , dan diucapkan dalam s idang te rbuka untuk umum pada har i
i tu juga oleh Ketua Maje l i s beser ta Hakim- Hakim
Anggota te rsebu t , dan diban tu oleh Rahayun ings i h , SH.MH.
Pani t e r a Penggant i dengan t i dak dihad i r i oleh Pemohon Kasasi / Ja ksa /
Penun tu t Umum dan Terdakwa ;

Hakim- Hakim Anggota ; Ketua


Maje l i s ;
ttd./
ttd./
SOPHIAN KARTABAYA, SH. DJOKO SARWOKO, SH.MH.
ttd./
PROF. DR. MOHAMMAD ASKIN, SH.

Pani t e r a Penggant i ;
ttd. /
RAHAYUNINGSIH, SH.MH.

Untuk sal i n an : MAHKAMAH AGUNG RI


a.n . Pani t e r a
Pani t e r a Muda Pidana Khusus,

SUNARYO, SH.MH. NIP. 040044338

66

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 222
220

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
PUTUSAN
Nomor 874/Pid.B/2016/PN Lbp
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Negeri Lubuk Pakam yang mengadili perkara pidana dengan
acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama menjatuhkan putusan sebagai
berikut dalam perkara Terdakwa :
1. Nama lengkap : Lamhot Alberto Simanjuntak;
2. Tempat lahir : Medan;
3. Umur/Tanggal lahir : 24 Tahun/12 Oktober 1991;
4. Jenis kelamin : Laki-laki;
5. Kebangsaan : Indonesia;
6. Tempat tinggal : Jln. Pelangi Gg. Taipan Nauli No. 13
Kec. Medan Teladan
7. Agama : Kristen.
8. Pekerjaan : Tidak ada.

Terdakwa Lamhot Alberto Simanjuntak ditahan dalam tahanan rutan oleh:


1. Penyidik sejak tanggal 9 Maret 2016 sampai dengan tanggal 28 Maret 2016
2. Penyidik Perpanjangan Oleh Penuntut Umum sejak tanggal 29 Maret 2016
sampai dengan tanggal 7 Mei 2016
3. Penuntut Umum sejak tanggal 3 Mei 2016 sampai dengan tanggal 22 Mei
2016
4. Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 12 Mei 2016 sampai dengan tanggal
10 Juni 2016
5. Hakim Pengadilan Negeri Perpanjangan Oleh Ketua Pengadilan Negeri sejak
tanggal 11 Juni 2016 sampai dengan tanggal 9 Agustus 2016
Terdakwa menghadap sendiri;

Pengadilan Negeri tersebut;


Setelah membaca:
• Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Lubuk Pakam Nomor 874/
Pid.B/2016/PN Lbp tanggal 12 Mei 2016 tentang penunjukan Majelis
Hakim;

Halaman 1 dari 14 Putusan Nomor 874/Pid.B/2016/PN Lbp

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 220
221

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
• Penetapan Majelis Hakim Nomor 874/Pid.B/2016/PN Lbp tanggal 16

Mei 2016 tentang penetapan hari sidang;


• Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan;
Setelah mendengar keterangan Saksi-saksi dan Terdakwa serta
memperhatikan barang bukti yang diajukan di persidangan;
Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh
Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut:
MENUNTUT :
1. Menyatakan terdakwa LAMHOT ALBERTO SIMANJUNTAK bersalah
melakukan tindak pidana “Dengan Maksud hendak menguntungkan diri
sendiri atau orang lain dengan melawan hak, memaksa orang dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan, supaya orang itu memberikan
barang, yang sama sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang
itu sendiri, kepunyaan orang lain atau supaya orang itu membuat utang
atau menghapuskan piutang” sebagaimana diatur dan diancma pidana
dalam Pasal 368 ayat (1) KUHPidana dalam surat dakwaan;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa LAMHOT ALBERTO
SIMANJUNTAK dengan pidana penjara selama 1 (Satu) Tahun penjara
dikurangi selama terdakwa menjalani penahanan sementara, dan dengan
perintah terdakwa tetap ditahan/terdakwa supaya ditahan;
3. Menyatakan barang bukti berupa :
• 1 (Satu) kwitansi berstempel ikatan pemuda karya PAC Kecamatan
Patumbak.
Dirampas untuk dimusnahkan.
• Uang senilai Rp.30.000;- (Tiga Puluh Ribu Rupiah);
Dikembalikan kepada saksi korban Muhammad Irfan dan Julianto;
4. Menetapkan terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000;- (Dua
Ribu Rupiah);
Setelah mendengar permohonan Terdakwa yang pada pokoknya
menyatakan bahwa ia menyesali perbuatannya dan berjanji tidak mengulangi
perbuatan tersebut lagi dan mohon dijatuhi hukuman yang seringan-ringannya;
Setelah mendengar tanggapan Penuntut Umum terhadap pembelaan
Terdakwa yang pada pokoknya sebagai berikut: tetap pada tuntutannya;

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 221
222

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Setelah mendengar Tanggapan Terdakwa terhadap tanggapan
Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut tetap pada
permohonannya;
Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut
Umum didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut:
Bahwa dia terdakwa LAMHOT ALBERTO SIMANJUNTAK pada hari Selasa
tanggal 08 Maret 2016 sekira pukul 15.30 Wib atau setidak-tidaknya pada
waktu lain dalam bulan Maret 2016 bertempat di Jalan Pertahanan Depan
Pabrik PT. Glopes Ds. Patumbak Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang atau
setidak-tidaknya di suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum
Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, “Dengan maksud hendak menguntungkan diri
sendiri atau orang lain dengan melawan hak, memaksa orang dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan, supaya orang itu memberikan barang,
yang sama sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang itu sendiri,
kepunyaan orang lain atau supaya orang itu membuat utang atau
menghapuskan piutang”, perbuatan mana terdakwa lakukan dengan cara-cara
sebagai berikut :
Pada hari Selasa tanggal 8 Maret 2016 sekira pukul 15.00 Wib sewaktu saksi
Roy Siahaan bersama rekan saksi Jufi Irawan anggota Polri menangkap
Terdakwa Lamhot Alberto Simanjuntak karena melakukan pemerasan
terhadap saksi korban Muhammad Irfan. Ketika itu saksi bersama rekan saksi
melintas dijalan Pertahanan tepatnya di Depan Pabrik PT. Glopes Ds.
Patumbak Kec. Patumbak, kemudian mereka melihat beberapa orang laki-laki
salah seorang Lamhot Alberto Simanjuntak menyetop 1 (satu) unit mobil box,
terdakwa berbicara dengan kenek yang duduk disebelah kiri saksi korban,
karena curiga saksi-saksi anggota Polri kemudian mendatangi mobil tersebut
dan kemudian mereka melihat terdakwa meminta uang SPSI sebesar Rp.
10.000,- (sepuluh ribu rupiah) kemudian Muhammad Irfan mengatakan “ndak
bisalah sepuluh ribu , yang bisa lima ribu” sambil menyerahkan uang dua
ribuan sebanyak tiga lembar kepada terdakwa, lalu saksi korban meminta
kembalian uang akan tetapi terdakwa tidak memberikannya dan langsung
mengambil secara paksa uang dari tangan saksi korban dan selanjutnya
terdakwa menyerahkan kwitansi berlogo ikatan pemuda karya PAC Kec.
Patumbak kepada saksi korban kemudian mereka langsung melakukan
Halaman 3 dari 14 Putusan Nomor 874/Pid.B/2016/PN Lbp

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 222
223

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
penangkapan terhadap terdakwa sedangkan alat yang dipergunakan untuk
melakukan pemerasan tersebut adalah 1 (satu) buah kwitansi berstempel
ikatan pemuda karya PAC Kec. Patumbak sedangkan uang senilai Rp. 30.000,-
(tiga puluh ribu) adalah uang saksi korban yang diperas oleh terdakwa.
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 368
Ayat (1) KUHPidana.
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum
telah mengajukan Saksi-saksi sebagai berikut:
1. MUHAMMAD IRFAN, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut:
• Bahwa saksi sekarang ini dalam keadaan sehat jasmani dan rohani,
serta bersedia memberikan keterangan yang sebenarnya;
• Bahwa terjadinya pemerasan yang saksi alami terjadi pada hari
Selasa tanggal 08 Maret 2016 sekira pukul 15.30 wib di jalan
Pertahanan Depan Pabrik PT. Glopes Ds. Patumbak Kec. Patumbak
dan yang melakukan pemerasan tersebut adalah Lamhot Alberto
Simanjuntak, umur 24 tahun, pekerjaan Tidak ada, agama Kristen,
alamat Jalan Pelangi Gg. Tapian Nauli No. 13 Kec. Medan Teladan;
• Bahwa Lamhot Alberto Simanjuntak melakukan pemerasan terhadap
saksi yaitu pada hari selasa tanggal 08 Maret 2016 sekira pukul 15.00
wib sewaktu melintas dijalan Pertahanan Depan Pabrik PT. Glopes
Ds. Patumbak Kec. Patumbak dengan menggunakan mobil boks yang
dikendarai oleh sdr. Julianto, tiba-tiba kami di stop oleh 2 (dua) orang
yang kemudian sesampainya dikantor polisi diketahui salah satunya
bernama Sdr. Lamhot Alberto Simanjuntak, lalu ianya meminta uang
SPSI sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah), kemudian saksi
“ndak bisalah sepuluh ribu, yang bisa lima ribu” sambil
menyerahkan uang dua ribuan sebanyak tiga lembar kepada Lamhot
Alberto Simanjuntak, lalu saksi minta uang kembalian akan tetapi
Lamhot Alberto Simanjuntak tidak memberikan dan langsung
mengambil secara paksa uang dari tangan saksi dan selanjuntnya
menyerahkan kwitansi berlogo ikatan pemuda karya PAC Kec.
Patumbak kepada saksi, saat itulah kemudian datang polisi
berpakaian preman menangkap Lamhot Alberto Simanjuntak

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 223
224

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
sedangkan alat yang dipergunakan untuk melakukan pemerasan /
pungutan liar tersebut adalah I (satu) kwitansi berlogo ikatan pemuda
karya PAC Kec. Patumbak;
• Bahwa jumlah yang dikutip oleh Lamhot Alberto Simanjuntak sebesar
Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah);
• Bahwa dari perkataan Lamhot Alberto Simanjuntak bahwa uang
tersebut untuk uang SPSI akan tetapi yang diserahkan oleh Lamhot
Alberto Simanjuntak bercap ikatan pemuda karya PAC Kec.
Patumbak;
• Bahwa Lamhot Alberto Simanjuntak tidak mempunyai hak untuk
meminta uang SPSI;
• Bahwa saksi memberikan uang tersebut karena Lamhot Alberto
Simanjuntak mengancam dengan mengatakan uang SPSI dan
kemudian ianya mengambil secara paksa uang yang saksi pegang
secara paksa;
• Bahwa saksi sudah sering melintas di jalan pertahanan dan sering
dikutip uang oleh orang lain akan tetapi saksi sering mengatakan
ambil di talun kenas saja, dan kemudian saksi diperbolehkan lewat
akan tetapi Lamhot Alberto Simanjuntak memaksa untuk
menyerahkan uang kepadanya;
• Bahwa terdakwa Lamhot Alberto Simanjuntak ada melakukan dan
ancaman kekerasan sewaktu meminta uang pungutan liar dengan
secara paksa mengambil uang dari tangan saksi dan kemudian
mengatakan ini dari SPSI dan kemudian menyerahkan 1 (kwitansi)
berstempel ikatan pemuda karya PAC Kec. Patumbak;
• Bahwa Akibat perbuatan Lamhot Alberto Simanjuntak, saksi
mengalami kerugian sebesar Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah) dan juga
saat ini saksi ketakutan dan trauma;
Terhadap keterangan saksi, Terdakwa memberikan pendapat bahwa
keterangan saksi tersebut adalah benar;
2. JULIANTO, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai
berikut:

Halaman 5 dari 14 Putusan Nomor 874/Pid.B/2016/PN Lbp

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 224
225

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa saksi sekarang ini dalam keadaan sehat jasmani dan rohani,
serta bersedia memberikan keterangan yang sebenarnya;
• Bahwa terjadinya pemerasan yang saksi alami terjadi pada hari
Selasa tanggal 08 Maret 2016 sekira pukul 15.30 wib di jalan
Pertahanan Depan Pabrik PT. Glopes Ds. Patumbak Kec. Patumbak
dan yang melakukan pemerasan tersebut adalah Lamhot Alberto
Simanjuntak;
• Bahwa Lamhot Alberto Simanjuntak melakukan pemerasan terhadap
saksi Muhammad Irfan yaitu pada hari selasa tanggal 08 Maret 2016
sekira pukul 15.00 wib sewaktu melintas dijalan Pertahanan Depan
Pabrik PT. Glopes Ds. Patumbak Kec. Patumbak dengan
menggunakan mobil boks yang saksi kendarai dan tiba-tiba kami di
stop oleh 2 (dua) orang yang kemudian sesampainya dikantor polisi
diketahui salah satunya bernama Lamhot Alberto Simanjuntak, lalu
ianya meminta uang SPSI sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah),
kemudian saksi Muhammad Irfan “ndak bisalah sepuluh ribu, yang
bisa lima ribu” sambil menyerahkan uang dua ribuan sebanyak tiga
lembar kepada Lamhot Alberto Simanjuntak, lalu saksi Muhammad
Irfan minta uang kembalian akan tetapi Lamhot Alberto Simanjuntak
tidak memberikan dan langsung mengambil secara paksa uang dari
tangan saksi Muhammad Irfan dan selanjutnya menyerahkan kwitansi
berlogo ikatan pemuda karya PAC Kec. Patumbak kepada saksi
Muhammad Irfan, saat itulah kemudian datang polisi berpakaian
preman menangkap Lamhot Alberto Simanjuntak sedangkan alat
yang dipergunakan untuk melakukan pemerasan / pungutan liar
tersebut adalah I (satu) kwitansi berlogo ikatan pemuda karya PAC
Kec. Patumbak;
• Bahwa jumlah yang dikutip oleh Lamhot Alberto Simanjuntak sebesar
Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah);
• Bahwa Uang tersebut tidak diketahui untuk apa dikutip akan tetapi
terdakwa Lamhot Alberto Simanjuntak mangatakan untuk uang SPSI;
• Bahwa Lamhot Alberto Simanjuntak tidak mempunyai hak untuk
meminta uang SPSI;

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 225
226

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa saksi Muhammad Irfan memberikan uang tersebut karena
Lamhot Alberto Simanjuntak mengancam dengan mengatakan uang
SPSI dan kemudian ianya mengambil secara paksa uang yang saksi
Muhammad Irfan pegang secara paksa;
• Bahwa saksi sudah sering melintas di jalan pertahanan dan sering
dikutip uang oleh orang lain akan tetapi saksi sering mengatakan
ambil di talun kenas saja, dan kemudian saksi diperbolehkan lewat
akan tetapi Lamhot Alberto Simanjuntak memaksa saksi Muhammad
Irfan untuk menyerahkan uang kepadanya;
• Bahwa terdakwa Lamhot Alberto Simanjuntak ada melakukan dan
ancaman kekerasan sewaktu meminta uang pungutan liar dengan
secara paksa mengambil uang dari tangan saksi Muhammad Irfan
dan kemudian mengatakan ini dari SPSI dan kemudian menyerahkan
1 (kwitansi) berstempel ikatan pemuda karya PAC Kec. Patumbak;
• Bahwa akibat perbuatan Lamhot Alberto Simanjuntak, saksi
Muhammad Irfan mengalami kerugian sebesar Rp. 6.000,- (enam ribu
rupiah) dan juga saat ini saksi Muhammad Irfan ketakutan;
Terhadap keterangan saksi, Terdakwa memberikan pendapat bahwa
keterangan saksi tersebut adalah benar;
Menimbang, bahwa Terdakwa di persidangan telah memberikan
keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:
• Bahwa Terdakwa sekarang ini dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani, serta bersedia memberikan keterangan yang sebenarnya
• Bahwa Terdakwa ditangkap pada hari selasa tanggal 08 Maret 2016
sekitar pukul 15.30 wib dijalan Pertahanan Depan Pabrik PT. Glopes
Ds. Patumbak Kec. Patumbak dan sebabnya Terdakwa ditangkap
Karena melakukan pemungutan liar / pemerasan serta Terdakwa
ditangkap seorang diri;
• Bahwa Pada saat Terdakwa ditangkap yang ditemukan dari Terdakwa
adalah satu blok kwitansi dan uang Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu
rupiah);

Halaman 7 dari 14 Putusan Nomor 874/Pid.B/2016/PN Lbp

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 226
227

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa Terdakwa melakukan pungutan liar pada hari selasa tanggal
08 Maret 2016 sekira pukul 15.30 wib di jalan Pertahanan Depan
Pabrik PT. Glopes Ds. Patumbak Kec. Patumbak;
• Bahwa cara Terdakwa melakukan pungutan liar tersebut yaitu pada
hari selasa tanggal 08 Maret 2016 sekira pukul 15.00 wib dijalan
Pertahanan Depan Pabrik PT. Glopes Ds. Patumbak Kec. Patumbak
Terdakwa melakukan pungutan liar/ pemerasan dengan cara
menyetop truk boks yang kemudian oleh sdr Julianto, lalu Terdakwa
minta uang sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah), kemudian lalu
kenek mobil yang bernama Muhammad Irfan tersebut menjawab
“ndak bisalah sepuluh ribu, yang bisa lima ribu” sambil
menyerahkan uang dua ribuan sebanyak tiga lembar kepada
Terdakwa lalu Terdakwa menjawab “gitu aja lama kali” sambil
mengambil uang yang di pegang oleh Muhammad Irfan secara paksa
dan kemudian Terdakwa menyerahkan kwitansi berstempel ikatan
pemuda karya PAC Kec. Patumbak kepada sdr. Muhammad Irfan,
dan saat itulah kemudian datang polisi berpakaian preman
menangkap Terdakwa sedangkan alat yang Terdakwa pergunakan
untuk melakukan pemerasan / pungutan liar tersebut adalah 1 (satu)
kwitansi berstempel ikatan pemuda karya PAC Kec. Patumbak dan
Terdakwa tidak mengenal korban pemerasan / pungutan liar yang
Terdakwa lakukan;
• Bahwa adapun korbannya setelah di Polsekta Patumbak Terdakwa
mengetahui bernama Muhammad Irfan;
• Bahwa adapun uang korban tersebut hendak Terdakwa minta adalah
Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah), akan tetapi yang diberikan Rp.
6.000,- (enam ribu rupiah), lalu sdr Muhammad Irfan meminta uang
kembalian dan kemudian Terdakwa langsung mengambil uang
tersebut secara paksa dari tangannya;
• Bahwa Terdakwa melakukan pungutan liar di jalan Pertahanan Depan
Pabrik PT. Glopes Ds. Patumbak Kec. Patumbak sejak hari minggu
tanggal 06 Maret 2016;

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 227
228

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa Adapun alat yang Terdakwa pergunakan adalah kwitansi yang
berstempel ikatan pemuda karya PAC Kec. Patumbak;
• Bahwa Terdakwa bukan anggota ikatan pemuda karya PAC Kec.
Patumbak dan Terdakwa mengatasnamakan ikatan pemuda karya
PAC kec. Patumbak dalam melakukan pungutan liar tersebut agar
supir takut dan kemudian memberikan uang kepada Terdakwa;
• Bahwa Maksud dan tujuan Terdakwa melakukan pungutun liar
tersebut untuk mendpatkan uang dan untuk Terdakwa pergunakan
untuk keperluan Terdakwa pribadi;
• Bahwa Terdakwa melakukan pengutiapan di tempat tersebut sejak
hari minggu tanggal 06 Maret 2016 dan pada hari Selasa tanggal 08
Maret 2016 baru kali ini Terdakwa melakukan pemungutan liar
tersebut dengan meminta uang Rp. 10.000, akan tetapi hanya di
berikan Rp. 6.000,-;
Menimbang, bahwa Terdakwa tidak mengajukan Saksi yang
meringankan (a de charge);
Menimbang, bahwa Penuntut Umum mengajukan barang bukti sebagai
berikut:
1. 1 (Satu) kwitansi berstempel ikatan pemuda karya PAC Kecamatan
Patumbak;
2. Uang senilai Rp.30.000;- (Tiga Puluh Ribu Rupiah);
Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang
diajukan diperoleh fakta-fakta hukum sebagai berikut:
• Bahwa benar pada hari Selasa tanggal 8 Maret 2016 sekira pukul
15.00 Wib Terdakwa Lamhot Alberto Simanjuntak ditangkap Roy
Siahaan bersama rekannya Jufi Irawan karena melakukan pemerasan
terhadap saksi korban Muhammad Irfan;
• Bahwa benar kejadian tersebut terjadi dijalan Pertahanan tepatnya
di Depan Pabrik PT. Glopes Ds. Patumbak Kec. Patumbak, dimana
terdakwa Lamhot Alberto Simanjuntak menyetop 1 (satu) unit mobil
box dan meminta uang SPSI sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu
rupiah) kemudian Muhammad Irfan mengatakan “ndak bisalah
sepuluh ribu , yang bisa lima ribu” sambil menyerahkan uang dua

Halaman 9 dari 14 Putusan Nomor 874/Pid.B/2016/PN Lbp

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 228
229

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
ribuan sebanyak tiga lembar kepada terdakwa, lalu saksi korban
meminta kembalian uang akan tetapi terdakwa tidak memberikannya
dan langsung mengambil secara paksa uang dari tangan saksi
korban dan selanjutnya terdakwa menyerahkan kwitansi berlogo
ikatan pemuda karya PAC Kec. Patumbak kepada saksi korban;
• bahwa benar dari terdakwa disita barang bukti berupa 1 (satu) buah
kwitansi berstempel ikatan pemuda karya PAC Kec. Patumbak
sedangkan uang senilai Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu) adalah uang
saksi korban yang diperas oleh terdakwa;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, Terdakwa dapat
dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya;
Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum
dengan dakwaan tunggal sebagaimana diatur dalam pasal 368 Ayat (1)
KUHPidana, yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :
1. Barang Siapa;
2. Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain
dengan melawan hak, memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan, supaya orang itu memberikan barang, yang sama sekali
atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang itu sendiri, kepunyaan
orang lain atau supaya orang itu membuat utang atau menghapuskan
piutang;
Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim
mempertimbangkan sebagai berikut:
Ad.1. Unsur “Barang Siapa;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “Barang Siapa” disini berarti
menunjuk pada unsur subyektif, yang dimaksud oleh pembuat undang-undang
dalam hal ini adalah orang sebagai subyek hukum haruslah orang yang dapat
dipertanggungjawabkan atas tindak pidana yang dilakukan;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan subyek hukum dalam
perkara ini adalah terdakwa LAMHOT ALBERTO SIMANJUNTAK yang telah
didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan kejahatan sebagaimana

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 229
233

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
yang disebutkan dalam Dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang mana telah
dibenarkan oleh terdakwa dan para saksi;
Menimbang, bahwa terdakwa dalam melakukan perbuatannya sadar
dan dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi rohani maupun jasmani dan
terdakwa ternyata tidak berada dibawah pengampuan serta tidak adanya alasan
pemaaf maupun alasan pembenar;
Menimbang, bahwa berdasarkan hal tersebut maka jelaslah bahwa yang
dimaksudkan dengan unsur “Barang Siapa” dalam hal ini sebagai yang termuat
dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum adalah terdakwa LAMHOT
ALBERTO SIMANJUNTAK dan tidak terjadi kekliruan orang (Error In Persona)
sehingga dengan demikian maka unsur ini terbukti;

Ad.2. Unsur “Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau


orang lain dengan melawan hak, memaksa orang dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan, supaya orang itu memberikan barang, yang sama
sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang itu sendiri, kepunyaan
orang lain atau supaya orang itu membuat utang atau menghapuskan
piutang”;
Menimbang, bahwa unsur ini bersifat alternatif sehingga cukup salah
satu unsur perbuatan saja yang terbukti maka unsur ini dapat dinyatakan
terbukti;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum bahwa pada hari Selasa
tanggal 8 Maret 2016 sekira pukul 15.00 Wib Terdakwa Lamhot Alberto
Simanjuntak ditangkap Roy Siahaan bersama rekannya Jufi Irawan karena
melakukan pemerasan terhadap saksi korban Muhammad Irfan dan kejadian
tersebut terjadi dijalan Pertahanan tepatnya di Depan Pabrik PT. Glopes
Ds. Patumbak Kec. Patumbak, dimana terdakwa Lamhot Alberto Simanjuntak
menyetop 1 (satu) unit mobil box dan meminta uang SPSI sebesar Rp.
10.000,- (sepuluh ribu rupiah) kemudian Muhammad Irfan mengatakan “ndak
bisalah sepuluh ribu , yang bisa lima ribu” sambil menyerahkan uang dua
ribuan sebanyak tiga lembar kepada terdakwa, lalu saksi korban meminta
kembalian uang akan tetapi terdakwa tidak memberikannya dan langsung
mengambil secara paksa uang dari tangan saksi korban dan selanjutnya
Halaman 11 dari 14 Putusan Nomor 874/Pid.B/2016/PN Lbp

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
234

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
terdakwa menyerahkan kwitansi berlogo ikatan pemuda karya PAC Kec.
Patumbak kepada saksi korban;
Menimbang, bahwa dari terdakwa disita barang bukti berupa 1 (satu)
buah kwitansi berstempel ikatan pemuda karya PAC Kec. Patumbak sedangkan
uang senilai Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu) adalah uang saksi korban yang
diperas oleh terdakwa;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum diatas maka perbuatan
terdakwa tersebut telah menguntungkan diri sendiri dengan melawan hak dan
memaksa orang dengan kekerasan supaya saksi Muhammad Irfan memberikan
uang milik saksi korban sehingga unsur ini terbukti;
Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 368 Ayat (1)
KUHPidana tidak terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti
secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan
dalam dakwaan tunggal;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah
dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan
dan penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan
terhadap Terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar
Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di persidangan
untuk selanjutnya dipertimbangkan sebagai berikut 1 (Satu) kwitansi berstempel
ikatan pemuda karya PAC Kecamatan Patumbak dipergunakan terdakwa untuk
melakukan kejahatan maka dirampas untuk dimusnahkan sedangkan Uang
senilai Rp.30.000;- (Tiga Puluh Ribu Rupiah) terbukti merupakan uang milik
saksi korban Muhammad Irfan dan Julianto maka dikembalikan kepadanya;
Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa,
maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan
yang meringankan Terdakwa;
Keadaan yang memberatkan:
• Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat.
Keadaan yang meringankan:
• Terdakwa mengakui perbuatannya;

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
235

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
• Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak mengulangi
perbuatan tersebut lagi;
• Terdakwa sudah berdamai dengan korban;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka
haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara;
Memperhatikan, Pasal 368 ayat (1) KUHPidana dan Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-
undangan lain yang bersangkutan;
MENGADILI:
1. Menyatakan terdakwa LAMHOT ALBERTO SIMANJUNTAK, tersebut
diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana “Pemerasan” sebagaimana dalam surat dakwaan tunggal;
2. Menjatuhkan pidana kepadaa terdakwa LAMHOT ALBERTO
SIMANJUNTAK oleh karena itu dengan pidana penjara selama 7 (tujuh)
bulan;
3. Menetapkan masa Penangkapan dan Penahanan yang telah dijalani
terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan;
5. Menetapkan barang bukti berupa :
• 1 (satu) kwitansi bersempel ikatan pemuda karya PAC Kecamatan
Patumbak;
Dirampas untuk dimusnahkan;
• Uang senilai Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu rupiah)
• Dikembalikan kepada saksi korban Muhammad Irfan dan Julianto
6. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah
Rp.2.000,- (dua ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim


Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, pada hari Rabu, tanggal 29 Juni 2016, oleh
kami, Liberty Oktavianus Sitorus.,S.H., sebagai Hakim Ketua , Gabe Dorris Mora
Boru Saragih,S.H..,M.H. , Said Hamrizal Zulfi,S.H. masing-masing sebagai
Hakim Anggota, yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari
itu juga oleh Hakim Ketua dengan didampingi para Hakim Anggota tersebut,

Halaman 13 dari 14 Putusan Nomor 874/Pid.B/2016/PN Lbp

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
236

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
dibantu oleh DENI SYAFRIANTO, SH., Panitera Pengganti pada Pengadilan
Negeri Lubuk Pakam, serta dihadiri oleh Sumber Jaya Togatorop,S.H., Penuntut
Umum dan Terdakwa menghadap sendiri.
Hakim Anggota, Hakim Ketua,
dto dto

Gabe Dorris Mora Boru Saragih,S.H..,M.H. Liberty Oktavianus Sitorus.,S.H.


dto

Said Hamrizal Zulfi,S.H.

Panitera Pengganti,
dto

DENI SYAFRIANTO, SH.

Disclaimer

Universitas Sumatera Utara


Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Dalam hal Anda
menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka hara p segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

You might also like