You are on page 1of 16

MAKALAH

PELAPORAN SEGMEN, EVALUASI PUSAT INVESTASI, DAN


TRANSFER PRICING

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pemasaran


Dosen Pengampu : Herra Nurfadilah S.E,,.M.M

Disusun Oleh :

Helmi Ahmad Yasa (202505)


Ihsan Al Nasher (2020024)
Nafahatul Qudsiah (202525)
Putri Selvina (202514)
Wahid Ahmad Sopian (202502)

YAYASAN TRIDHARMA WIRASWASTA BANDUNG (YTWB)


Jurusan Manajemen
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tridharma Bandung
Jl. Katapang no.236 Km 13,6 Kopo-Soreang, Kab. Bandung 40921
Telepon: [022] 58994286
Bandung 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT karena berkah dan rahmat-Nya
saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Akuntansi Manajemen ini
dengan judul pelaporan segmen, evaluasi pusat investasi, dan transfer pricing.
. Makalah ini dibuat sehubungan dengan tugas yang diberikan oleh dosen
kami Ibu Herra untuk memenuhi nilai mata kuliah Manajemen Pemasaran.
Dengan diselesaikanya tugas makalah ini, saya harapkan dapat memenuhi
syarat penilaian dan berguna untuk para pembacanya.
Untuk dosen pengajar Ibu Herra dan teman-teman KSMP20D kami
ucapkan banyak terimakasih atas segala dukungan yang telah diberikan.
saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan pembuatan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi para pembaca. Aamiin
Wassalamualaikum wr.wb

Bandung,

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
2.1 Desentralisasi Dan Pusat Pertanggungjawaban........................................5
2.1.1 Alasan Melakukan desentralisasi Pada Perusahaan.........................5
2.1.2 Divisi-divisi dalam perusahaan yang terdesentralisasi......................5
2.2 Biaya Variabel Dan Biaya Penyerapan......................................................6
2.2.1 Hubungan antara produksi, penjualan dan laba...............................8
2.2.2 Perlakuan overhead tetap pada perhitungan biaya absorpsi...........8
2.2.3 Pengukuran Kinerja Pusat Investasi Dengan Menggunakan Roi....9
2.2.4 Mengukur Kinerja Pusat Investasi Menggunakan Laba Residu &
Eva.................................................................................................................10
2.2.5 Penetapan Harga Transfer.................................................................11
2.2.6 Metode Kebijakan Penetapan Harga Transfer................................11
2.2.7 Mengevaluasi Manajer Pusat Laba...................................................12
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.................................................................................................13
3.2 Saran...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem akuntasi pertanggung jawaban (responsibility accounting system)


adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai setiap pusat
pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan para manajer untuk
mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka. Idealnya, sistem akuntansi
pertanggungjawaban mencerminkan dan mendukung struktur dari sebuah
organisasi. Perusahaan yang memiliki beberapa pusat pertanggungjawaban
biasanya memilih salah satu dari dua pendekatan pengambilan keputusan untuk
mengelolah kegiatan mereka yang rumit dan beragam: tersentralisasi atau
terdesentralisasi.

Pengambilan keputusan tersentralisasi (centralized decision making),


berbagai keputusan dibuat pada tingkat manajemen puncak dan manajer pada
jenjang yang lebih rendah bertanggung jawab atas pengimplementasian
keputusan-keputusan tersebut. Pengambilan keputusan terdesentralisasi
(decentralized decision making) memperkenankan manajer pada jenjang yang
lebih rendah untuk membuat dan mengimplementasikan keputusankeputusan
penting yang berkaitan dengan wilayah pertanggungjawaban mereka.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu desentralisasi dan pusat pertanggungjawaban


2. Apa yang dimaksud dengan biaya variabel dan biaya penyerapan

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang desentralisasi dan pusat pertanggungjawaban

3
2. Untuk mengetahui apa itu biaya variabel dan biaya penyerapan

1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan memberikan manfaat kepada beberapa pihak antara


lain adalah:

a. Bagi Penulis.
Penelitian ini merupakan sarana penerapan ilmu pengetahuan yang telah
diperoleh.
b. Bagi Pihak Lain.
Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana penambah
wawasan dan bahan bacaan dan dapat digunakan sebagai referensi
penelitian selanjutnya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Desentralisasi Dan Pusat Pertanggungjawaban

Desentralisasi (decentralization) adalah pratek pendelegasian wewenang


pengambilan keputusan kepada jenjang yang lebih rendah. Pengambilan
keputusan terdesentralisasi (decentralized decision making) memperkenankan
manajer pada jenjang yang lebih rendah untuk membuat dan
mengimplementasikan keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan
wilayah pertanggungjawaban mereka.

Sistem akuntasi pertanggung jawaban (responsibility accounting system)


adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai setiap pusat
pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan para manajer untuk
mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka. Idealnya, sistem akuntansi
pertanggungjawaban mencerminkan dan mendukung struktur dari sebuah
organisasi.

2.1.1 Alasan Melakukan desentralisasi Pada Perusahaan

Alasan-alasan untuk melakukan desentralisasi Perusahaan untuk memutuskan


untuk melakukan desentralisasi karena berbagai alasan, diantaranya:

1. kemudahan memgumpulkan dan mengunakan informasi lokal


2. memfokuskan manajemen pusat, melatih dan memotivasi para manajer
segmen
3. meningkatkan daya saing
4. serta membuka segmensegmen ke berbagai kekuatan pasar

5
2.1.2 Divisi-divisi dalam perusahaan yang terdesentralisasi

Desentralisasi biasanya diwujudkan melalui pembentukan unit-unit yang


disebut devisi. Satu cara pembagian divisi adalah jenis barang atau jasa yang
diproduksi. Saat perusahaan tumbuh, menajemen puncak biasanya menciptakan
berbagai area pertanggungjawaban yang dikenal sebagai pusat
pertanggungjawaban dan menugaskan manajer di bawahnya untuk menangani
wilayah tersebut. Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu segmen bisnis yang
manajernya bertanggung jawab terhadap serangkai kegiatan yang ditentukan.

Pengorganisasian divisi-divisi sebagai pusat pertanggungjawaban


menciptakan kesempatan pengendalian divisi melalui penggunaan akuntansi
pertanggungjawaban.

Cara pembagian unit-unit atau divisi tersebut adalah:

1. Pembagian berdasarkan barang dan jasa yang diproduksi. Contoh, divisi


Pepsi, Coke dan lain-lain.
2. Pembagian menurut garis geografis. Misalnya, UAL, Inc. (induk
perusahaan United Airline) memiliki sejumlah divisi regional Asia/Pasifik,
Eropa, Amerika Latin, Amerika Utara, dan Karibia.
3. Pembagian berdasarkan jenis pertanggungjawaban yang diberikan kepada
manajer divisi. Pusat pertanggungjawaban terdiri dari pusat investasi,
pusat laba, pusat biaya dan pusat pendapatan.

2.2 Biaya Variabel Dan Biaya Penyerapan

Pusat laba dinilai berdasarkan laporan laba-rugi. Akan tetapi, laporan laba-
rugi perusahaan secara keseluruhan tidak terlalu berguna untuk tujuan ini. Oleh
sebab itu, mengembangkan laporan laba-rugi segmen untuk setiap pusat laba
adalah suatu hal yang penting. Dua metode penghitungan laba yang telah
dikembangkan, yaitu berdasarkan perhitungan variabel dan berdasarkan biaya
penuh atau absorpsi. Keduanya merupakan metode perhitungan biaya yang
berkaitan dengan cara menentukan biaya produk.

6
 Perhitungan biaya variabel menekankan perbedaan antara biaya
manufaktur variabel dan tetap. Perhitungan biaya variabel (variable
costing) yang disebut juga perhitungan biaya langsung (direct costing),
hanya membebankan biaya manufaktur variabel ke produk; biaya ini
meliputi bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead
variabel.
 Perhitungan biaya absorpsi (absorption costing) membebankan semua
biaya manufaktur pada produk. Bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, overhead variabel, dan overhead tetap adalah hal-hal yang
menentukan biaya produk. Menurut perhitungan biaya absorpsi, overhead
tetap dipandang sebagai biaya produk, bukan biaya periode.

Klasifikasi biaya sebagai biaya produk atau periode menurut perhitungan biaya
variabel dan absorpsi:

Perhitungan biaya Perhitungan biaya variabel


absorpsi

Biaya produk Bahan baku langsung Bahan baku langsung


Tenaga kerja langsung Tenaga kerja langsung
Overhead variabel Overhead variabel
Overhead tetap

Biaya periode Beban penjualan Beban Overhead tetap Beban


administrasi penjualan Beban
administrasi

Penilaian persediaan

Pada perhitungan biaya absorpsi, persediaan akhir mencakup biaya bahan


baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan overhead tetap per
unit. Pada metode perhitungan biaya variabel, persediaan akhir hanya mencakup
biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel.

7
Laporan Laba Rugi dengan Menggunakan Biaya Variabel dan Absorpsi Metode
perhitungan biaya variabel dan absorpsi dapat mengakibatkan angka laba bersih
yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena jumlah overhead tetap yang
diakui sebagai beban kedua metode. Beban penjualan dan administrasi selalu
dikeluarkan dari laporan laba-rugi dan tidak pernah muncul di neraca.

2.2.1 Hubungan antara produksi, penjualan dan laba

Hubungan antara laba menurut perhitungan biaya variabel dan laba


menurut perhitungan biaya absorpsi berubah ketika hubungan antara produksi dan
penjualan berubah. Jika barang yang terjual lebih banyak dari yang diproduksi,
maka laba menurut perhitungan biaya variabel akan lebih tinggi dari laba menurut
perhitungan biaya absorpsi. Jika produksi lebih kecil dari penjualan, maka
persediaan berkurang. Jika produksi sama dengan penjualan, maka persedian awal
sama dengan persediaan akhir.

Hubungan antara produksi, penjualan, dan laba:

Jika Maka

1.produksi > penjualan Laba bersih Absorpsi > Laba bersih variabel
2.produksi < penjualan Laba bersih Absorpsi < Laba bersih Variabel
3.produksi = penjualan Laba barsih absorpsi = Laba bersih Variabel

2.2.2 Perlakuan overhead tetap pada perhitungan biaya absorpsi

Perbedaan antara perhitungan biaya absorpsi dan variabel terletak pada


pengakuan beban yang berhubungan dengan overhead tetap. Menurut perhitungan
biaya absorpsi, overhead tetap harus dibebankan pada unit yang diproduksi. Jika
kelebihan atau kekurangan overhead yang ditetapkan tidak material, maka akan
tutup dalam harga pokok penjualan. Setiap unit yang masuk dalam persediaan
akhir mengandung overhead tetap yang ditetapkan. Overhead variabel (yang juga

8
dapat ditetapkan terlalu tinggi atau terlalu rendah) diperlakukan dengan cara yang
sama. Jika jumlah yang ditetapkan terlalu tinggi atau terlalu rendah itu material,
maka dialokasikan di antara barang dalam proses, barang jadi, dan harga pokok
penjualan.

2.2.3 Pengukuran Kinerja Pusat Investasi Dengan Menggunakan Roi

 Pengembalian atas Investasi (ROI)


ROI = Laba operasi/Aktiva operasi rata−rata
Aktiva Operasi bersih Rata−Rata = (Nilai buku
bersih awal + nilai buku bersih akhir)/2
 Margin dan Perputaran
ROI = Margin x Perputaran = Laba operasi/Penjualan x Penjualan/Aktiva
operasi rata−rata

Contoh:

Sebuah perusahaan mempunyai dua divisi (Alpha dan Beta). Laba bersih Alpha =
100.000 dan laba bersih Beta = 200.000. Alpha menghabiskan investasi sebesar
500.000 untuk menghasilkan kontribusi 100.000 dan Beta menghabiskan
2.000.000 untuk menghasilkan kontribusi 200.000

Jawab:

 ROI Alpha = 100.000/500.000


= 0,20
 ROI Beta = 200.000/2.000.000
= 0,10
 Misalkan Alpha menghasilkan penjualan 400.000
 Marjin = 100.000/400.000
= 0,25
 Perputaran = 400.000/500.000
= 0,80
 ROI Alpha = 0,25 x 0,80

9
= 0,20

ROI merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam


menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia
didalam perusahaan.

 KEUNGGULAN ROI
 ROI mendorong manajer untuk fokus pada hubungan antara
penjualan, beban dan investasi
 ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi biaya
 ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi aktivitas operasi.
 KELEMAHAN ROI
 ROI menyebabkan fokus yang sempit pada profitabilitas divisi
 ROI mendorong manajer untuk fokus pada kepentingan jangka pendek
dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang.

2.2.4 Mengukur Kinerja Pusat Investasi Menggunakan Laba Residu & Eva

 Laba residu adalah perbedaan antara laba operasi dan


pengembalian minimum yang disyaratkan atas aktiva
operasi perusahaan.
Secara matematis dirumuskan:
Laba Residu = Laba operasi − (Tk. Pengembalian min x Aktiva operasi
rata − rata)
 Kelebihan laba residu dan Kekurangan laba residu
 Mendorong para manajer untuk menerima proyek apapun yang
menghasilkan tingkat diatas minimum.
 Mendorong orientasi jangka pendek.
 Perbandingan langsung dari kinerja pada dua pusat investasi yang
berbeda menjadi sulit karena tingkat investasinya bisa berbeda.
 Nilai Tambah Ekonomis adalah laba bersih dikurangi total biaya tahunan.
 Persamaan EVA dinyatakan sebagai berikut:

10
Aspek Perilaku EVA:
 Sejumlah perusahaan menemukan bahwa EVA membantu
mendorong jenis perilaku yang sesuai dari berbagai divisi dengan
menunjukan semata-mata pada pendapatan operasi tidak mencukupi.
 Alasan yang mendasarinya adalah EVA mengandalkan biaya modal
yang sebenarnya.
EVA = Laba Operasi − (Persentase biaya modal aktual x Total
modal yang dipakai)

2.2.5 Penetapan Harga Transfer

 Penetapan harga transfer


Penetapan harga transfer adalah yang dibebankan untuk suatu komponen
oleh divisi penjual pada divisi pembeli di perusahaan yang sama.
 Dampak Penetapan Harga Transfer Terhadap Divisi Dan Perusahaan
Secara Keseluruhan ABC, Inc : Divisi A Divisi C Memproduksi
komponen dan mentransfernya ke C dengan harga transfer Rp30 per unit
Membeli komponen dari A dengan harga transfer Rp30 per unit dan
menggunakan komponen itu untuk memproduksi produk akhir Harga
transfer =Rp30 per unit pendapatan bagi A meningkatkan laba bersih
meningkatkan ROI Harga transfer = Rp30 per unit Biaya bagi C
Meurunkan laba bersih Menurunkan ROI Pendapatan harga transfer =
Biaya harga transfer Dampak nol bagi ABC, Inc

2.2.6 Metode Kebijakan Penetapan Harga Transfer

Harga-harga yang Ditetapkan di Setiap Divisi

1. Harga transfer minimum adalah harga transfer yang akan membuat


keadaan divisi penjual tidak menjadi lebih buruk jika barang dijual pada

11
divisi internal dari pada dijual pada pihak luar. Hal ini terkadang disebut
“batas bawah (floor)’’ dari rentang penawaran.
2. Harga transfer maksimum adalah harga transfer yang akan membuat
keadaan divisi pembeli tidak menjadi lebih buruk jika suatu input dibeli
dari divisi internal dari pada jika barang yang sama dibeli secara eksternal.
Hal ini terkadang disebut “batas atas (ceiling)” dari rentang penawaran.

2.2.7 Mengevaluasi Manajer Pusat Laba

Evaluasi terhadap para manajer sering dikaitkan dengan profitabilitas unit-


unit yang berada dalam kendali mereka. Jika kinerja laba diharapkan untuk
mencerminkan kinerja manajerial, maka manajer berhak mengharapkan
berlakunya hal-hal berikut ini.

1. Ketika pendapatan penjualan meningkatan dari satu periode ke periode


berikutnya, sementara faktorfaktor lainnya tetap, maka laba akan
meningkat
2. Ketika pendapatan penjualan menurun dari satu periode ke periode
berikutnya, sementara faktorfaktor lainnya tetap, maka laba akan
menurun
3. Ketika pendapatan penjualan tidak berubah dari satu periode ke periode
berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan tetap
tidak berubah

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Desentralisasi (decentralization) adalah pratek pendelegasian wewenang


pengambilan keputusan kepada jenjang yang lebih rendah. Pengambilan
keputusan terdesentralisasi (decentralized decision making) memperkenankan
manajer pada jenjang yang lebih rendah untuk membuat dan
mengimplementasikan keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan
wilayah pertanggungjawaban mereka.

Perhitungan biaya variabel menekankan perbedaan antara biaya


manufaktur variabel dan tetap. Perhitungan biaya variabel (variable costing) yang
disebut juga perhitungan biaya langsung (direct costing), hanya membebankan
biaya manufaktur variabel ke produk; biaya ini meliputi bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan overhead variabel.

Perhitungan biaya absorpsi (absorption costing) membebankan semua


biaya manufaktur pada produk. Bahan baku langsung, tenaga kerja langsung,
overhead variabel, dan overhead tetap adalah hal-hal yang menentukan biaya
produk. Menurut perhitungan biaya absorpsi, overhead tetap dipandang sebagai
biaya produk, bukan biaya periode.

3.2 Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan


makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu

13
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hansen, Don R., dan Mowen, Maryanne M., Managerial Accounting, 8 th Edition,
Salemba Empat, dan Mc Graw Hill, 2009.
Mulyadi, 2010. Akuntansi Manajemen Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi
Managerial. Buku I Edisi 8, Jakarta : Salemba Empat. Kaplan, Robert S., dan
David P.
Bunyamin, SE., M.Si., MANAJEMEN PEMASARAN, CV Literasi Nusantara
Abadi, Jakarta, 2021

15

You might also like