You are on page 1of 1

PAK AZIZ

1. Imam Syafi’i
Mayoritas kalangan ulama mazhab Syafi’i berpendapat bahwa rukun khutbah
shalat Jumat ada lima,
Pertama,  Membaca tahmid atau pujian bagi Allah.
Kedua,  Membaca dua kalimat syahadat.
Ketiga,  Membaca shalawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Keempat,  Memberi nasehat untuk bertakwa kepada Allah ‘azza wajalla,
Kelima,  Membaca ayat Al-Quran. Dan dalam riwayat lain mendoakan kebaikan bagi
kaum muslimin seluruhnya.

PAK WAHIDIN
2. Imam Hambali
mayoritas ulama kalangan mazhab Hambali berpendapat bahwa rukun di dalam
khutbah shalat Jumat ada empat. Antara lain,
Pertama,  pujian bagi Allah.
Kedua,  membaca shalawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ketiga,  wasiat takwa kepada Allah ‘azza wajalla, dan
Keempat,  membaca ayat dari Al-Quran.

BU UMI
3. Imam Hanafi
Pandangan Mazhab Al-Hanafiyah barangkali cukup aneh terdengar buat telinga
kita bangsa Indonesia, yang rata-rata bermazhab Asy-Syafi'iyah. Dalam pandangan
mazhab Al-Hanafiyah, rukun khutbah jumat itu hanya satu, yaitu membaca hamdalah,
tahlil dan tasbih.
Maka dalam pandangan mazhab ini, apa saja yang dibaca khatib di atas mimbar,
asalkan termasuk dzikrullah, maka hukumnya sah. Dan dzikrullah itu tidak lain adalah
hamdalah, tasbih dan tahlil, yaitu mengucapkan lafadz alhamdulillah, subhanallah dan
lailaha illallah.

BU FARHA
4. Imam Maliki
Mazhab Al-Malikiyah menyebutkan bahwa yang termasuk rukun dalam khutbah
Jumat tidak cukup bila hanya lafadz dzikir saja sebagaimana pendapat mazhab Al-
Hanafiyah di atas. Dalam pandangan mereka, khutbah Jumat itu minimal orang Arab
menyebutnya sebagai khutbah, walau pun hanya dua bait kalimat.
Namun Ibnul Arabi yang bermazhab Maliki agak sedikit berbeda dengan
mazhabnya. Beliau menyatakan minimal khutbah Jumat itu menyebutkan hamdalah,
shalawat kepada Nabi SAW, tahdzir (mengingatkan) dan tabsyir (memberi kabar
gembira) serta beberapa petikan ayat Al-Quran.

You might also like