You are on page 1of 6

Nama : Farisa Yasmin Taufik

NIM : P17320121418

Kelas : 1C

Resume T5 Peran Kolaboratif Perawat

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral),
namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan
tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat
memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien
dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan.
Perawat berusaha membantu klien dalam membangun pengertian yang benar dan jelas
tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut serta
bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa tentang pengobatan bersama dengan tenaga
kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat yang
diberikan harus tepat.
Perawat bertanggung jawab dalam memberikan obat-obatan yang aman bagi pasien.
Perawat pun harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat (kolaborasi
sebagai tim kesehatan) dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak
jelas/ dosis yang diberikan di luar batas yang seharusnya. Secara hukum, perawat
bertanggung jawab jika memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau
obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien.

A. Prinsip Pemberian Obat


1. Pasien yang Benar
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat
tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika
pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya
pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental
atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada
keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2. Obat yang Benar
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang
kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi
apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat
kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa 3 kali. Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol
dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya
tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat
perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan
kerjanya.
3. Dosis yang Benar
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke
pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa
obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
4. Cara/Rute Pemberian yang Benar
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
a. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga
mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron
berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu
melalui vena (perset / perinfus).
c. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep,
losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal
seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar /
kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat
dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat
disediakan dalam bentuk supositoria.
e. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki
epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian
obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent,
berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5. Waktu yang Benar
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai
atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan,
untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat
dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat
mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum
setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam
mefenamat.
6. Dokumentasi yang Benar
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa
obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat
diminum, harus dicatat

B. Cara Penyimpanan Obat


1. Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil
(rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan
masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di
tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 – 10°C, vaksin
cacar air harus < 5°C.
2. Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan
terkunci.
3. Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru
diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna
(dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.

C. Hak Klien yang Berhubungan dengan Pemberian Obat


1. Hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat.
Hak ini adalah prinsip dari pemberian persetujuan setelah mendapatkan informasi
(informed consent) yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat
keputusan.
2. Hak klien untuk menolak pengobatan.
Klien dapat menolak untuk menerima suatu pengobatan. Adalah tanggung jawab
perawat untuk menentukan, jika memungkinkan, alasan penolakan dan mengambil langkah-
langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan. Jika tetap
menolak, perawat wajib mendokumentasikan pada catatan perawatan dan melapor kepada
dokter yang menginstruksikan.

D. Kesalahan dalam Pemberian Obat


Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang
mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi obat, memberi obat dua
sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang salah, atau
memberi obat yang benar pada rute yang salah.
Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus segera
menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah
kesalahan itu diketahuinya.

E. Pendidikan Kesehatan
Secara moral perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada
pasien dan keluarga. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencakup informasi
tentang penyakit kemajuan pasien, obat, cara merawat pasien. Pendidikan kesehatan yang
berkaitan dengan peberian obat yaitu informasi tentang obat efek samping cara minum obat
waktu dan dosis.
F. Peran dalam Mendukung Keefektifitasan Obat
Dengan memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya kerja dan efek terapeutik
obat, perawat harus mampu melakukan observasi untuk mengevaluasi efek obat dan harus
melakukan upaya untuk meningkatkan keefektifitasan obat. Pemberian obat tidak boleh
dipandang sebagai pengganti perawatan, karena upaya kesehatan tidak dapat terlaksana
dengan pemberian obat saja. Pemberian obat harus dikaitkan dengan tindakan perawatan.
Ada berbagai pendekatan yang dapat dipakai dalam mengevaluasi keefektifitasan obat
yang diberikan kepada pasien. Namun, laporan langsung yang disampaikan oleh pasien
dapat digunakan pada berbagai keadaan. Sehingga, perawat penting untuk bertanya langsung
kepada pasien tentang keefektifitasan obat yang diberikan.

G. Peran dalam Mengobservasi Efek Samping dan Alergi Obat


Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap
kemungkinan terjadinya efek samping obat.untuk melakukan hal ini, perawat harus
mengetahui obat yang diberikan pada pasien serta kemungkinan efek samping yang dapat
terjadi. Beberapa efek samping obat khususnya yang menimbulkan keracunan memerlukan
tindakan segera misalnya dengan memberikan obat-obatan emergensi, menghentikan obat
yang diberikan dan secepatnya memberitahu dokter.
Perawat harus memberitahu pasien yang memakai/ minum obat di rumah mengenai
tanda-tanda atau gejala efek samping obat yang harus dilaporkan pada dokter atau perawat.
Setiap pasien mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap obat. Beberapa pasien dapat
mengalami alergi terhadap obat-obat tertentu. Perawat mempunyai peran penting untuk
mencegah terjadinya alergi pada pasien akibat pemberian obat. Data tentang alergi harus
diperoleh sewaktu perawat melakukan pengumpulan data riwayat kesehatan.

H. Trend Issue Pengobatan


Pemanfaatan potensi keanekaragaman hayati tanaman untuk pengobatan herbal secara
alami berdasarkan praktik empiris di Indonesia semakin meningkat. Pengobatan dengan
bahan alami digunakan berdasarkan praktis empiris seperti  pencegahan penyakit,
meningkatkan kesehatan, penyembuhan penyakit dan sebagai kosmetik. Brotowali, Kumis
Kucing, Buah Merah, dan Temulawak merupakan sedikit dari beragam jenis tumbuhan asli
Indonesia yang diketahui dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti diare,
darah tinggi, diabetes, hiperkolesterorl, hepatitis, asam urat, asma, batu ginjal, reumatik,
batu empedu, keputihan, hingga obesitas.
Pemanfaatan tanaman asli Indonesia sebagai bahan pengobatan modern merupakan
usaha yang terus harus dilanjutkan untuk menjadikan Indonesia tuan rumah dari pengobatan
herbal, Pemanfaatan bahan alami yang dapat digunakan sebagai bahan untuk obat pun sudah
diatur dalam Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tentang pengawasan
pemasukan bahan baku obat tradisional.

You might also like