You are on page 1of 42

LAPORAN SEMINAR LOKAKARYA MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG VIP RSUD HAMBA KABUPATEN


BATANGHARI JAMBI
TAHUN 2022

OLEH:

KELOMPOK MERLE H MISHEL


1. Nilawati ,S.Kep
2. Yan Paulin, S.Kep
3. Khoiriati, S.Kep
4. Solmidya Ismita,S.Kep
5. Yanti, S.Kep
6. Nindy Revianti,S.Kep
7. Nur Badriyah,S.Kep
8. Ria Afrianti, S,Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN IBU JAMBI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena kami
atas berkat rahmat dan karunia-Nya peyusun dapat menyelesaikan Kajian Situasi
Ruangan Rawat VIP di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari.
Dengan segala keterbatasan dan kemampuan, kami menyadari bahwa
laporan menajemen keperawatan ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan
dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Ns. Dasuki, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
2. Bapak Ns. Basok Buhari, M.Kep, sebagai Pembimbing Akademik Manajemen
Keperawatan
3. Ibu Ns. Rian Maylina Sari, M.Kep sebagai Pembimbing Akademik
Manajemen Keperawatan
4. Ibu Ns. Pitrianti, S.Kep, selaku Klinical Instruktur praktek Profesi
Manajemen Keperawatan
5. Ibu Lily Karmila AmKep, selaku kepala Ruangan VIP RSUD HAMBA
Kabupaten Batanghari.
6. Teman – teman Profesi Ners ,Khususnya kelompok Merle H Mishel atas
kekompakan dan rasa kekeluargaannya.
Kami menyadari bahwa Kajian Situasi ini belum sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna penyusunan dan
penulisan yang lebih baik.
Muara Bulian, Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan Praktik.................................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan.............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Manajemen....................................................................... 4
B. Komponen Manajemen....................................................................... 5
C. Proses Manajemen ............................................................................. 9
D. Fungsi Manajemen ............................................................................ 11
E. Prinsip Manajemen............................................................................. 19
F. Model Asuhan Keperawatan.............................................................. 20
G. Teori Kepuasan Pasien....................................................................... 25
BAB III KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG RAWAT VIP
A. Kajian Situasi RSUD HAMBA…...................................................... 30
B. Kajian Situasi di Ruang VIP............................................................... 36
C. Analisa Masalah SWOT..................................................................... 72
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 77
A. Kajian Situasi RSUD HAMBA…................................................ 77
B. Kajian Situasi di Ruang VIP......................................................... 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 81
B. Saran................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 82

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan 40% - 60%


Gillies (2012) . Oleh karena itu pengelolaan pelayanan keperawatan harus
mendapatkan perhatian yang lebih dan menyeluruh karena pelayanan
keperawatan sangat menentukan baik buruknya citra rumah sakit.
Untuk mewujudkan pelayanan kegawatan yang berkualitas sesuai
dengan visi dan misi rumah sakit tidak terlepas dari proses manejemen, yang
merupakan suatu pendekatan dinamis dan produktif dalam menjalankan suatu
kegiatan organisasi (Nursalam 2011) .
Manajemen tersebut mencangkup kegiatan planning, organizing,
actuating, controlling (POAC) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi. Manajemen keperawatan merupakan suatu
bentuk koordinasi dan integrasi sumber-sumber keperawatan dengan
menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas
asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan. Manajemen keperawatan
dapat didefinisikan sebagai proses dari perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan proses manajemen
keperawatan memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksanaan
serta mengelola kegiatan keperawatan. Sebagaimana proses keperawatan
terdiri atas pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan pelaksanaan
dan evaluasi (Nursalam, 2011)
Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap
mayoritas tenaga dari pada seorang pegawai, maka setiap tahapan didalam
proses manajemen lebih rumit, dibandingkan dengan proses keperawatan
konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang pegelolaan bahan, konsep
manajemen keperawatan, perecanaan, pelaksanaan secara operasional,
khususnya dalam pelaksanaan model asuhan keperawatan (Nursalam, 2011).

1
Berdasarkan hasil pengkajian di rumah sakit didapatkan rumah sakit
memiliki Visi RSUD HAMBA Kabupaten Batang Hari adalah “ Rumah Sakit
Standar Nasional dan Terpecaya di Indonesia “.
Di RSUD HAMBA sendiri penerapan metode MAKP nya adalah
metode Tim,dimana pelaksaan metode ini sudah dimulai sejak tahun 2015
sampai saat ini.Ruangan VIP juga menggunakan metode Tim hanya belum
maksimal salah satu nya yaitu ronde keperawatan jarang dilakukan , tetapi
untuk pre post conference, dan timbang terima sering digunakan oleh perawat
yang akan melakukan pergantian dinas.

B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik stase manajemen keperawatan,
mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan fungsi utama manajemen
keperawatan yang terdiri dari planning, organizing, directing, dan
controlling dalam manajemen unit maupun asuhan di sebuah ruang
rawat inap
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktik profesi manajemen keperawatan
mahasiswa mampu:
a. Melakukan analisa kajian situasi di ruang VIP.
b. Membuat Plan of Action
c. Melakukan implementasi PoA
d. Mengevaluasi implementasi kegiatan dalam PoA

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik Kegiatan
Loka karya Mini I
2. Sasaran
Sasaran dalam pelaksanaan adalah perawat di Ruang VIP Rumah Sakit
Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe Kabupaten Batanghari
3. Target

2
16 Orang perawat di Ruang VIP
4. Metode
Ceramah dan diskusi
5. Demonstrasi
Media :
a. LCD
b. Laptop
6. Waktu dan Tempat
a. Hari/ Tanggal : Sabtu, 29-10-2022
b. Waktu Pelaksanaan: 60 menit
c. Jam : 10.00- 11.00 WIB
d. Kegiatan : Loka Karya Mini I.
e. Tempat : Aula RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari.
7. Pengorganisasian
Setting Tempat :

1. s
2. s
3. s
4. ss
5.
6. s

7. s

8. s : Mahasiswa

: Dosen dan Pembimbing

: Kepala Ruangan.

3
8. Kegiatan Penyuluhan :
N Acara Wakt Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Media
O u & Alat
1 Pembukaan 5 mnt Moderataor : a. Menjawab salam. Laptop
a. Mengucapkan salam b.Memberitahu LCD
b.Menanyakan kabar. kabar/keadaannya.
c.Memperkenalkan diri, anggota c. Mendengarkan
kelompok dan pembimbing. dengan seksama
d.Menjelaskan topik, tujuan kegiatan.
e.Membuat kontrak waktu. d.Memperhatikan

e.Menyepakati
2 Pelaksana 30 Presenter :
an mnt a. Menjelaskan dan menguraikan a. Melihat dan
materi dengan baik dan benar. mendengarkan
1. Menjelaskan tujuan loka karya dengan seksama:
mini I 1. Memperhatikan
2. Menjelaskan Visi Misi RUD 2. Memperhatikan.
HAMBA, Batanghari.
3. Menguraikan gambaran umum 3. Memperhatikan
tentang RSUD HAMBA
Kabupaten Batnghari.
4. Menguraikan gambaran umum 4. Memperhatikan
tentang ruang VIP RSID
HAMBA.
5. Menguraikan karakteristik 5. Memperhatikan
Tenaga Keperawatan di Ruang
VIP RSUD HAMBA.
6. Menjelaskan Analisis Data hasil 6. Memperhatikan
pengkajian.
7. Menjelaskan daftar masalah 7. Memperhatikan
keperawatan

4
8. Menjelaskan Prioritas masalah 8. Memperhatikan
keperawatan di Ruang VIP.
b. Membuat skoring prioritas masalah b. Berdiskusi.
keperawatan bersama.
3. Penutup 25 a. Menyimpulkan hasil kegiatan. a. Mendengarkan
mnt b. Melakukan evaluasi dengan cara b. Menjawab
pertanyaan secara lisan. c. Menjawab salam
c. Mengucapkan salam

D. Uraian Tugas
1. Penangung Jawab : Nilawati S,Kep
2. Moderator : Nindy Reviyanti S.Kep
Fungsi :
a. Membuka, memperkenalkan anggota dan menutup acara.
b. Menjelaskan kontrak waktu
c. Mengarahkan jalannya diskusi
d. Memberikan kesempatan kepada audiens untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat.
e. Mengevaluasi jalannya diskusi yang baik dan benar.
f. Menyimpulkan hasil dari penyuluhan.
3. Presenter : Yanti S.Kep
Fungsi :
Menyampaikan materi penyuluhan dengan baik dan benar.
4. Observert : Yan Paulinna S.Kep
Nur Badriyah S.Kep
Fungsi :
a. Mengamati proses pelaksanaan dari awal sampai akhir.
b. ,Membuat laporan hasil kegiatan dari awal sampai akhir.
5. Fasilitator : Solmidya S.Kep
Khoiriati S.Kep

5
Fungsi :
Memfasilitasi dan memotivasi peserta untuk berperan aktif selama mengikuti
acara berlangsung.
6. Dokumentasi : Ria Apriyanti S,Kep
Fungsi :
Mendokumentasikan semua kegiatan yang berlangsung.

E. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan untuk acara atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
b. Semua anggota mengetahui Satuan Acara Penyuluhan(SAP).
c. Panitia terbentuk dan masing- masing seksi menjalankan tugas
minimal 80 % sesuai dengan tangung jawab dan perannya.
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan acara sesuai dengan alokasi waktu.
b. Minimal 75 % peserta hadir dalam kegiatan Lokakarya Mini I.
c. Penyaji dapat menyampaikan materi serta dapat mengikuti kegiatan
dengan baik.
3. Evaluadi Hasil
a. 75 % peserta mengikuti kegiatan Lokakarya Mini I sampai selesai.
b. 75 % peserta mengikuti kegiatan Lokakarya Mini I kooperatif dalam
kegiatan .
c. 75 % peserta memahami tujuan dalam kegiatan lokakarya Mini I.

6
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

A. Pengertian Manajemen
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang
ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
(Gillies, dalam Nursalam 2002).
Melalui manajemen ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan. Dalam manajemen terdapat suatu proses yang mengubah suatu
input menjadi suatu output yang diharapkan. Input manajemen ini terdiri atas
manusia, uang, dan material, alat dan metode yang selanjutnya akan
mengalami proses manajemen sehingga tercapailah output. Output pada
manajemen berupa efisiensi dalam pelayanan, staf yang kompeten dan ahli
dibidangnya serta peningkatan mutu suatu pelayanan.
Input dari manajemen keperawatan terdiri atas tenaga keperawatan,
bahan-bahan, peralatan, bangunan fisik, klien, pengetahuan, dan keterampilan
yang akanmengalami suatu proses transformasi melalui manajemen asuhan
keperawatan oleh tenaga keperawatan sehingga dihasilkan suatu resolusi
masalah keperawatan klien.
Prinsip-prinsip manajemen ini diterapkan oleh perawat klinis, perawat
kepala, pengawas, direktur dan tingkat eksekutif di bidang keperawatan. Tapi
pada dasarnya, prinsip manajemen yang diterapkan adalah sama. Lima
elemen besar dari teori manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian,
ketenagaan, pengarahan dan pengendalian. Seluruh aktivitas manajemen serta
sumber daya yang ada bergerak secara simultan untuk mencapai output yang
diinginkan. Adapun output yang diinginkan dalam proses manajemen
keperawatan adalah resolusi masalah keperawatan sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif kepada klien, keluarga, dan
masyarakat. Aktifitas ini dilakukan secara mandiri dan saling ketergantungan.

7
1. Teori Kepemimpinan dalam Manajemen
Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Kepemimpinan merupakan suatu teori sifat-sifat dari aliran
perilaku pemikiran psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat
kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai
melalui pendidikan dan pengalaman
a. Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan
yang tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan
mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena
pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
b. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan
internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil
mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin
tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang
diyakini kebenarannya.
c. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri
yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini
kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d. Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga
para pengikutnya mampu berpihak kepadanya.

B. Komponen Manajemen Keperawatan


Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan
keperawatan, yaitu : Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan
keperawatan, sistem klasifikasi pasien dan metode proses asuhan keperawatan

8
1. Sistem pengorganisasian
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan
terdiri dari :
1) Metode fungsional
Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuan keperawatan
dengan cara membagi habis tugas pada perawat yang berdinas.
a. Kelebihan metode fungsional
 Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan
pengawasan baik untuk RS yang kekurangan tenaga.
 Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial
sedangkan perawat junior bertanggung jawab pada
perawatan pasien.
b. Kelemahan metode fungsional
 Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan
yang terpisah-pisah atau tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
 Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
2) Metode tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total
kepada sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri
dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu.
a) Konsep metode tim
 Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik
kepemimpinan.
 Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
 Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
b) Kelebihan metode tim
 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
 Mendukung pelaksanaan proses perawatan
 Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga
konflik mudah diatasi

9
 Memberikan kepuasan pada anggota tim
c) Kelemahan metode tim
 Komunikasi antar anggota tim dalam bentuk konferensi tim
yang sulit terbentuk pada waktu-waktu sibuk.
3) Model keperawatan primer
Metode primer yaitu metode pemberian asuan asuhan
kerawatan komprehensif yang merupakan penggabungan model
praktik keperawatan profesional. Setiap perawat profesional
bertanggunng jawab terhadap asuhan keperwatan pasien yang
menjadi tanggung jawabnya.
a. Konsep dasar metode primer
 Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
 Ada otonomi
 Ketertiban pasien dan keluarga.
b. Ketenagaan metode primer
 Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
 Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
 Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
 Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya
maupun non profesional sebagai perawat asisten.
c. Kelebihan metode keperawatan primer
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif
 Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
d. Kelemahan metode keperawatan primer
 Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dan kriteria
assertife, self direction, kemampuan mengambil keputusan
yang tepat, menguasai keperawatan klinik, accountable serta
mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

10
2. Sistem klasifikasi Pasien
Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai
dengan ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan
kemampuan yang dibutuhkan untuk memberi asuahan keperawatan yang
dibutuhkan.
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien menurut Douglas
(1984), adalah :
1) Minimal care
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24
jam/dengan kriteria :
 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
 Makan dan minum dilakukan sendiri
 Ambulasi dengan pengawasan.
 Observasi tanda- tanda vital dilakukan tiap shiff
 Pengobatan minimal, status psikologis stabil
 Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
2) Interme diet care
Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria :
 Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
 Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
 Ambulasi dibantu, Pengobatan lebih dan sekali
 Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
3) Perawatan intensif
Perawatan total care memerlukan waktu 5-6/24 jam dengan kriteria :
 Segalanya diberikan atau dibantu
 Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
 Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
 Pemakaian suction
 Gelisah atau disorientasi

11
C. Proses Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan
sesuai dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajeman
keperawatan terdiri atas beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling
berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input,
proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.

Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada


sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen
keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses
keperawatan. Proses manajemen sebagaima juga proses keperawatan terdiri
atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan rencana,
pelaksanaan kegiatan dan kegiatan penilaian hasil. (Gillies, 1985)

12
Gambar 2.1 Sistem Manajemen Bangsal Keperawatan

MASUKAN/INPUT PROSES HASIL/OUTPUT

Data Perawatan Pasien

Personalia

Pengumpulan Perencan Pengatura Pengelolaan Kepemimpin Pengawas Pengemba


Peralatan
Data aan n Pegawai an an ngan Staf

Persediaan
Riset

Informasi ttg : Tujuan Sistem : Bentuk Klasifikasi Pasien : Kekuasaan : Kendali mutu :
 Pasien  Standar Organisasi :  Penentuan  Pemecahan  Audit
 Pegawai  Kebijakan  Uraian kebutuhan masalah  Penampilan
 Sumber-  Budget jabatan / pegawai  Pengambilan kerja
sumber pekerjaaan  Penjadwalan keputusan  Disiplin
 Evaluasi  Penugasan  Mengatasi  Hubungan kerja
pekerjaan  Pengurangan konflik  Komputer
 Kerja Tim / absen  Komunikasi dan sistem
kelompok  Pengurangan sistem analisis
pindah transaksional
 Pengembangan
pegawai
Sumber : Gillies, 1985

13
D. Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan
1. Planning
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksudkan nntuk menentukan
kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan
tujuan, mengalokasikan semua anggaran belanja, memutuskan ukuran
dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan
kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi
institusi yang telah ditetapkan. (Nursalam, 2002)
2. Organizing
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan
informal yang menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik
antar pribadi. Struktur fotmal direncanakan dan dipublikasikan,
struktur informal tidak direncanakan dan samar. Seorang manajer
perawatan harus mengerti dan memakai keduanya secara efektif.
Struktur formal organisasi merupakan penyusunan resmi jabatan
kedalam pola hubungan kerja yang akan mengatur usaha banyak
pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan kemauan.
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang
ia jalankan, misalnya sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung
jawabnya, jadi antara satu dengan yang lainnya mempunyai tugas
dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan perannya.
c. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan
pemb Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan
pembagian tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan
ketrampilan perawat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila

14
metode penugasan tidak diterapkan maka pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien menjadi tidak opimal.
Gambar 2.3 Skema Model Fungsional

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat Perawat Visite


Pengobatan Perawatan Luka Menyuntik

Pasien

1) Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi dalam group kecil
yang saling membantu.
Gambar 2.4 Skema Model Tim

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Tim Anggota Tim

Pasien Pasien

15
2) Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Gambar 2.5 Skema Model Primer

Dokter Kepala Ruang Penunjang

Primary Nurse

Pasien

Tugas Gilir Tugas Gilir Tugas Gilir Sesuai


Sore Malam Kebutuhan

3) Manajemen Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan
bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan 1 pasien 1
perawat, dan hal ini umumnya dilakukan untuk perawat privat
atau keperawatan khusus seperti isolasi dan intensive care.
4) Model Tim Primer.
Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), penerapan model ini
didasarkan pada beberapa alasan yaitu :
- Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena
sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang
pendidikan S1 keperawatan atau setara.

16
- Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada berbagai tim.
- Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
kontinuitas asuhan keprawatan dan accountabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis &
Houston, 1998), yaitu :
1) Sesuai dengan visi dan misi institusi
2) Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
3) Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
4) Terpenuhinya kepuasan klie, keluarga dan masyarakat
5) Kepuasan kinerja perawat
6) Terlaksananya komunikasi yang adequate antara perawat
dan tim kesehatan lainnya.
3. Actuiting
a. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yg memberi
konstribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor
yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku
manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman 11995). Motivasi
adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
(Ngalim, 2000). Dari pengertian diatas dapat diambil 3 point penting
yaitu : kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yg
kurang baik fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan
arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah
akhir dari satu siklus motivasi. ( Luthan, 2000).

17
b. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien
menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Di
dalam kebanyakan sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai
dengan kebergantungan mereka pada pemberi perawatan atau sesuai
dengan waktu pemberian perawatan dan kemampuan yang
diperlukan untuk memberikan perawatan. Tujuan setiap sistem
klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai
masing-masing nilai angkanya yang mengukur volume usaha yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien.
c. Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk
mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif
yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat
memenuhi pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori
klien yang dirawat, ratio perawat dan metode penugasan.
Terdapat beberapa formula dalam perhitungan kebutuhan
tenaga, yaitu sebagai berikut :
1) Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
Catatan :
 Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :
a) Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam
- Total care = 1 – 1½ X 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam

18
- Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam
b) Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
c) Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
 Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
 Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
2) Rumus Douglas

Σ perawat = Σ klien X derajat ketergantungan

3) Rumus Depkes 2003


Berdasarkan :
 Tingkat ketergantungan klien
 Rata-rata klien/hari
 Jam perawatan yang diperlukan/hari/klien
 Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hr
 Jam kerja efektif setiap perawat
Cara perhitungan :
 Hitung jumlah perawat yang tersedia
a) Σ jam perawat
= A
Jam kerja efektif per shift
 Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hr besar
dan tugas-tugas non keperawatan
a) Σ hr minggu/th + cuti + hr besar
X hasil A = B
Jumlah hari kerja efektif
b) Tugas non keperawatan
= Jumlah tenaga keperawatan + B X 25% = C
 Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C
 Berdasarkan hasil workshop Depkes di Ciloto di tetapkan
bahwa :
- Libur minggu : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur Nasional : 10 hari

19
- Sakit/ijin : 7-12 hari
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian.
Kepegawaian adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang
dibutuhkan untuk melakukan misi dari sebuah organisasi.
Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur
mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi.
e. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk
meningkatkan prestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran,
serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada beberapa metode pendidikan
dan latihan yang akan digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja.
(Moenir, 1994)
1) Metode Seminar atau Konferensi
2) Metode Lokakarya (Workshop)
3) Metode Sekolah atau Kursus
4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
4. Controlling
a. Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam
menetapkan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standart
yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta
menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk
lebih meningkatkan mutu. (Azwar, 1996)
b. Peran leadhershipt dalam controlling
 Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
 Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan
terhadap staf

20
 Mendorong / memotivasi standart tertinggi untuk kualitas yang
maksimal dengan menyediakan standart keamanan minimum
 Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta
reaktif
 Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk menentukan
mengapa tujuan tersebut tidak dapat dicapai
 Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang
ditemukan yang mempunyai kesatuan profesi dan kosumen
 Menghargai antara standart klinis dengan standar menggunakan
sumber-sumber yang meyakinkan pasien untuk menerima
perawatan sesuai yang diharapkan
 Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima
tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakan
keperawatan
 Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian untuk
mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas keperawatan sebagai
hail pelayanan pasien
c. Fungsi manajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk
standart ukuran yang jelas terhadap keperawatan dan menentukan
metode yang paling tepat untuk mengukur standart yang ada.
d. Manfaat controlling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat,
organisasi akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standart atau rencana kerja dengan
menggunakan sumber daya yang telah ditetapkan.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan
pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

21
4) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau
bentuk promosi dan latihan lanjutan.

E. Prinsip Manajemen
Prinsip – prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
1) Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
3) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai
tingkat manajerial.
4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien
lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama
dari seluruh tujuan keperawatan.
5) Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
7) Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
8) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan

22
memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara
pegawai.
9) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan
perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau
upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian
instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui penetapan standar,
membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan

F. Proses Manajemen Keperawatan


Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem
terbuka dimana masing – masing komponen saling berhubungan dan
berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu
sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol
dan mekanisme umpan balik.
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,
personel, peralatan dan fasilitas.

G. Model Asuhan Keperawatan


1. Pengertian
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu
sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart &
Woods, 1996).
2. Dasar Pertimbangan
Pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Mc.
Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model
pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di
rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena

23
setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu
mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode
pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998; 143) yaitu:
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi
b. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan
keperawatanTPUT
c. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
d. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
e. Kepuasan kinerja perawat.
3. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998)
ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada
dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren
pelayanan keperawatan, yaitu:
a Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat
perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah
dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 –
2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal.
Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan,
perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal
kegiatan yang ada (Nursalam, 2007).
b Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan

24
holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab
terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam,
2007).
c Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode
keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut
perawat primer (primary nurse). Pada metode kep komprehensif
serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam
selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung
jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam
merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana
pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak
bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain
(associate nurse)
d Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif ( Douglas, 1984).
e Konsep Dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan
bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul
motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga

25
diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut Kron &
Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep
berikut:
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan tehnik kepemimpinan.
b) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
c) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
Metode yang digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari
berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya.Metode ini
menggunakan tim yang terdiri dari erawatan p anggota yang
berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group
yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam
satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada
kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2007):
a. Kelebihan :
 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
 Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
 Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
b. Kelemahan :
 Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu
dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
 Akuntabilitas dalam tim kabur
 Perawat tidak trampil berlindung pada perawat trampil

26
Pada dasarnya di dalam Model Tim menurut Kron & Gray (1987)
terkandung dua konsep utama yang harus ada, yaitu:
1. Kepemimpinan
Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu
perawat profesional (Registered Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala
Ruangan untuk bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien
dalam merencanakan asuhan keperawatan, merencanakan penugasan
kepada anggota tim, melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan.
2. Komunikasi yang efektif
Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya
kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pasien secara individual dan membantunya
dalam mengatasi masalah. Proses komunikasi harus dilakukan secara
terbuka dan aktif melalui laporan, pre atau post conference atau
pembahasan dalam penugasan, pembahasan dalam merencanakan
dan menuliskan asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil yang
telah dicapai.
Pelaksanaan komunikasi yang efektif bagi perawat , dimulai
dari elemen terkecil dalam organisasi yaitu pada tingkat "First Line
Manager" (kepala ruang), karena produktifitas (jasa) berada
langsung ditangan individu dalam kerja tim. Namun demikian
komitmen dan dukungan pimpinan puncak dan stakeholder lainnya
tetap menjadi kunci utama. Bertemunya persepsi yang sama antara
dua komponen tersebut dalam menentukan sasaran dan tujuan,
merupakan modal utama untuk meningkatkan kinerja dalam suatu
organisasi. Menentukan tingkat prestasi.melalui indikator kinerja
klinis akan menyentuh langsung faktor -faktor yang menunjukkan
indikasi-indikasi obyektif terhadap pelaksanaan fungsi/tugas seorang
perawat , sejauh mana fungsi dan tugas yang dilakukan memenuhi
standar yang ditentukan.

27
Menurut Vardaman (2012) bahwa sistem komunikasi SBAR
dapat berfungsi sebagai alat untuk standarisasi komunikasi antara
perawat dan dokter.Jurnal ini menunjukkan bahwa SBAR dapat
membantu dalam pengembangan skema yang memungkinkan
membuat keputusan yang cepat oleh perawat. Komunikasi SBAR
adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk
mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain
secara akurat dan efesien. Komunikasi dengan menggunakan alat
terstruktur SBAR ( Situation, Background, Assesement,
Recomendation ) untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis dan
menghemat waktu (NHS, 2012).
Menurut hasil penelitian Catherine (2008) di Denver Health
Medical Center Kegagalan komunikasi perawat dalam melakukan
overan antar shift 30% disebabkan karena kegagalan komunikasi
secara langsung seperti: 1) Komunikasi yang terlambat. 2)
Kegagalan komunikasi dengan semua anggota tim keperawatan. 3)
Isi komunikasi yang tidak jelas. Hal ini menyebabkan tujuan
komunikasi yang diharapkan tidak tercapai.Karena operan
merupakan sarana komunikasi perawat dalam menyampaikan dan
menerima informasi secara singkat, jelas, dan lengkap tentang
tindakan yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan perawat
serta perkembangan kesehatan pasien.Tetapi overan sering dilakukan
hanya laporan di nurse station tanpa melihat keadaan pasien
langsung dengan alasan kelelahan kerja perawat.rawatan dan bersifat

H. Teori Kepuasan Pasien


1. Pengertian Kepuasan
Menurut Soejadi (1996), pasien atau klien merupakan individu
terpenting dirumah sakit sebagai konsumen sekaligus sasaran produk
rumah sakit. Didalam suatu proses keputusan, konsumen yaitu pasien,
tidak akan berhenti hanya sampai proses penerimaan pelayanan. Pasien

28
akan mengevaluasi pelayanan yang diterimanya tersebut. Hasil dari
proses evaluasi itu akan menghasilkan perasaan puas atau tidak puas
(Sumarwan, 2003). Kotler (1997) menyatakan bahwa kepuasan adalah
tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari
membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam
hubungannya dengan harapan seseorang (Sumarwan, 2003).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
Menurut Budiastuti (2002) mengemukakan bahwa pasien dalam
mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu
pada beberapa faktor, yaitu:
a. Kualitas produk atau jasa
Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas.
Persepsi konsumen terhadap kualitas produk atau jasa dipengaruhi
oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas produk atau jasa yang
sesungguhnya dan komunikasi perusahan terutama iklan dalam
mempromosikan rumah sakitnya. Dalam hal pelayanan di rumah sakit
aspek klinis, yaitu komponen yang menyangkut pelayanan dokter,
perawat dan terkait dengan teknis medis adalah produk atau jasa yang
dijual (Lusa, 2007).
b. Kualitas pelayanan
Kualitas pelayanan memegang peranan penting dalam
industri jasa. Pelanggan dalam hal ini pasien akan merasa puas jika
mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang
diharapkan. Mutu pelayanan kesehatan yang dapat menimbulkan
tingkat kepuasan pasien dapat bersumber dari faktor yang relatif
sefesifik, seperti pelayanan rumah sakit, petugas kesehatan, atau
pelayanan pendukung (Woodside, 1989). Prioritas peningkatkan
kepuasan pasien adalah memperbaiki kualitas pelayanan dengan
mendistribusikan pelayanan adil, palayanan yang ramah dan sopan,
kebersihan, kerapian, kenyamanan dan keamanan ruangan serta

29
kelengkapan, kesiapan dan kebersihan peralatan medis dan non medis
(Marajabessy, 2008).
c. Faktor emosional
Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain
kagum terhadap konsumen bila dalam hal ini pasien memilih rumah
sakit yang sudah mempunyai pandangan “rumah sakit mahal”,
cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Selain itu,
pengalaman juga berpengaruh besar terhadap emosional pasien
terhadap suatu pelayanan kesehatan (Robert dan Richard, 1991).
Perasaan itu meliputi senang karena pelayanan yang menyenangkan,
terkejut karena tak menduga mendapat pelayanan yang sebaik itu,
rasa titerhadap suatu pelayanan tertentu sangat mempengaruhi
pemilihan terhadap rumah sakit.
d. Harga
Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting
dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun
demikian elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang
dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien
mempunyai harapan yang lebih besar. Sedangkan rumah sakit yang
berkualitas sama tetapi berharga murah, memberi nilai yang lebih
tinggi pada pasien.
e. Biaya
Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu
mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu
untuk mendapatkan jasa pelayanan, cenderung puas terhadap jasa
pelayanan tersebut. Menurut, Lusa (2007) , biaya dapat dijabarkan
dalam pertanyaan kewajaran biaya, kejelasan komponen biaya, biaya
pelayanan, perbandingan dengan rumah sakit yang sejenis lainnya,
tingkat masyarakat yang berobat, ada tidaknya keringanan bagi
masyarakat miskin,dan sebagainya. Selain itu, efisiensi dan
efektivitas biaya, yaitu pelayanan yang murah, tepat guna, tidak ada

30
diagnosa dan terapi yang berlebihan juga menjadi pertimbangan
dalam menetapkan biaya perawatandak menyenangkan dan
kekecewaan
3. Pengukuran Tingkat kepuasan
Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam
penyediaan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif.
Apabila pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang
disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan
efisien.
Menurut Kotler (2003), ada beberapa macam metode dalam
pengukuran kepuasan : pelanggan
a. Sistem keluhan dan saran
Organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customer
oriented) memberikan kesempatan yang luas kepada para
pelanggannya untuk menyampaikan saran dan keluhan. Misalnya
dengan menyediakan kotak saran, kartu komentar, dan hubungan
telepon langsung dengan pelanggan.
b. Ghost shopping
Mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap
sebagai pengguna potensial, kemudian melaporkan temuannya
mengenai kekuatan dan kelemahan produk rumah sakit dan pesaing
berdasarkan pengalaman mereka.
c. Lost customer analysis
Rumah sakit seyogianya menghubungi para pelanggan yang
telah berhenti menggunakan jasa pelayanan agar dapat memahami
mengapa hal itu terjadi
d. Survei kepuasan pelanggan
Penelitian survei dapat melalui pos, telepon dan wawancara
langsung. Responden juga dapat diminta untuk mengurutkan
berbagai elemen penawaran berdasarkan derajad pentingnya setiap
elemen dan seberapa baik perusahaan dalam masing-masing elemen

31
(importanse/performance ratings). Melalui survei perusahaan akan
memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari
pelanggan dan juga memberikan tanda positif bahwa rumah sakit
menaruh perhatian terhadap para pengguna jasa pelayanannya.
Pengumpulan data survei kepuasan pasien dapat dilakukan
dengan berbagai cara tetapi pada umumnya dilakukan melalui
kuesioner dan wawancara. Adapun penggunaan kuesioner adalah
cara yang paling sering digunakan karena mempunyai beberapa
keuntungan, seperti proses yang mudah dan murah, menghasilkan
data yang telah terstandarisasikan, dan terhindar dari bias
pewawancara (Pohan, 2006).
4. Manfaat Pengukuran Kepuasan
Menurut Gerson (2004), manfaat utama dari program pengukuran
adalah tersedianya umpan balik yang segera, berarti dan objektif. Dengan
hasil pengukuran orang bisa melihat bagaimana mereka melakukan
pekerjaannya, membandingkan dengan standar kerja, dan memutuskan
apa yang harus dilakukan untuk melakukan perbaikan berdasarkan
pengukuran tersebut. Ada beberapa manfaat pengukuran kepuasan antara
lain sebagai berikut
a. pengukuran menyebabkan orang memiliki rasa berhasil dan
berprestasi, yang kemudian diterjemahkan menjadi pelayanan yang
prima kepada pelanggan.
b. Pengukuran bisa dijadikan dasar menentukan standar kinerja dan
standar prestasi yang harus dicapai, yang akan mengarahkan mereka
menuju mutu yang semakin baik dan kepuasan pelanggan yang
meningkat.
c. Pengukuran memberikan umpan balik segera kepada pelaksana,
terutama bila pelanggan Pengukuran memberikan umpan balik
segera kepada pelaksana, terutama bila pelanggan sendiri yang
mengukur kinerja pelaksana atau yang memberi pelayanan.

32
d. Pengukuran memberi tahu apa yang harus dilakukan untuk
memperbaiki mutu dan kepuasan pelanggan bagaimana harus
melakukannya. Informasi ini juga bisa datang dari pelanggan.
e. Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai
tingkat produktivitasnya yang lebih tinggi.
Menurut Azwar (2003), didalam situasi rumah sakit yang
mengutamakan pihak yang dilayani (client oriented), karena pasien
adalah pasien yang terbanyak, maka banyak sekali manfaat yang dapat
diperoleh bila mengutamakan kepuasan pasien antara lain sebagai
berikut:
a. Rekomendasi medis untuk kesembuhan pasien akan dengan senang
hati diikuti oleh pasien yang merasa puas terhadap pelayanan rumah
sakit.
b. Terciptanya citra positif dan nama baik rumah sakit karena pasien
yang puas tersebut akan memberitahukan kepuasannya kepada orang
lain. Hal ini secara akumulatif akan menguntungkan rumah sakit
karena merupakan pemasaran rumah sakit secara tidak langsung.
c. Citra rumah sakit akan menguntungkan secara sosial dan ekonomi.
Bertambahnya jumlah orang yang berobat, karena ingin
mendapatkan pelayanan yang memuaskan seperti yang selama ini
mereka dengar akan menguntungkan rumah sakit secara sosial dan
ekonomi (meningkatnya pendapatan rumah sakit).
d. Berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder) rumah sakit,
seperti perusahaan asuransi akan lebih menaruh kepercayaan pada
rumah sakit yang mempunyai citra positif.
e. Didalam rumah sakit yang berusaha mewujudkan kepuasan pasien
akan lebih diwarnai dengan situasi pelayanan yang menjunjung hak-
hak pasien. Rumah sakitpun akan berusaha sedemikian rupa
sehingga malpraktek tidak terjadi.

33
5. Klasifikasi kepuasan
Menurut Gerson (2004), untuk mengetahui tingkat kepuasan
pelanggan dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan sebagai
berikut :
a) Sangat memuaskan
Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan
pasien yang menggambarkan pelayanan kesehatan sepenuhnya atau
sebagian besar sesuai kebutuhan atau keinginan pasien, seperti
sangat bersih (untuk prasarana), sangat ramah (untuk hubungan
dengan dokter atau perawat), atau sangat cepat (untuk proses
administrasi), yang seluruhnya menggambarkan tingkat kualitas
pelayanan yang paling tinggi.
b) Memuaskan
Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan
pasien, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sepenuhnya
atau sebagian sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu
bersih (untuk sarana), agak kurang cepat (proses administrasi), atau
kurang ramah, yang seluruhnya ini menggambarkan tingkat kualitas
yang kategori sedang.
c) Tidak memuaskan
Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan
pasien rendah, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak
sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih (untuk
sarana), agak lambat (untuk proses administrasi), atau tidak ramah.
d) Sangat tidak memuaskan.
Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan
pasien yang rendah, menggambarkan pelayanan kesehatan tidak
sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak bersih (untuk sarana),
lambat (untuk proses administrasi), dan tidak ramah. Seluruh hal ini
menggambarkan tingkat kualitas yang kategori paling rendah

34
BAB III
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG VIP

A. Kajian Situasi Rumah Sakit

1. Sejarah singkat
RSUD Haji Abdoel Madjid Batoe merupakan RS milik

Pemerintah Kabupaten Batang Hari yang diresmikan oleh Bapak

MenKes RI pada tanggal 15 Februari 1983 dengan Type Kelas D,

kapasitas 50 Tempat Tidur. Pada tanggal 30 Januari 1995 RSUD Muara

Bulian berubah status menjadi kelas C yang ditetapkan SK MenKes

Nomor : YM.01.01.3.2.2312. Tahun 1996.

Tanggal 4 april 2007, Bupati Batang Hari meresmikan RSUD

Muara Bulian menjadi RSUD HAMBA dalam Peraturan Daerah Nomor

: 6 tahun 2007 kapasitas 138 Tempat Tidur status akreditasi

‘’PARIPURNA“ oleh KARS Tahun 2017..

2. VISI RSUD HAMBA KABUPATEN BATANG HARI

Visi RSUD HAMBA Kabupaten Batang Hari adalah “ Rumah

Sakit Standar Nasional dan Terpecaya di Indonesia “.

3. MISI RSUD HAMBA KABUPATEN BATANG HARI

35
Misi Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe

Kabupaten Batang Hari adalah :

a. Mengembangkan kompetensi SDM

b. Mengembangkan peralatan medis sesuai dengan perkembangan iptek

dan kedokteran

c. Mengembangkan bangunan yang fungsional dan aktraktif

d. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, harmonis, aman dan

sejahtera.

e. Memperbaiki dan melengkapi sistem-sistem pelayanan rumah sakit

untuk meningkatkan mutu dan menjamin keselamatan pasien

f. Memberikan pelayanan yang berkualitas standar nasional yang

dikemas dengan santun.

4. MOTO RSUD HAMBA

“Melayani Sepenuh Hati”

5. BUDAYA ETOS KERJA MESRA RSUD HAMBA

a. Merespon segera keluhan pasien dan keluarga

b. Empati terhadap kondisi pasien

c. Sungguh-sungguh dalam melayani

d. Rapi dan ramah dalam melayani

e. Amanah dalam melaksanakan tugas

36
6. STRUKTUR ORGANISASI RSUD HAMBA

37
77

7. JENIS PELAYANAN
Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatif
1. Pelayanan Gawat Darurat
2. Pelayanan rawat Jalan yyang terdiri dari :
a. Poliklinik Umum
b. Poliklinik Penyakit Dalam
c. Poliklinik Kesehatan Anak
d. Poliklinik Bedah
e. Poliklinik Kebidanan
f. Poliklinik KIA/KB
g. Poliklinik Gigi dan Bedah Mulut
h. Poliklinik Mata
i. Poliklinik THT
j. Poliklinik syaraf
k. Poliklinik Psikologi
l. Poliklinik Paru
m. Poliklinik Kesehatan Jiwa
n. Poliklinik Jatung dan Pembuluh Darah
o. Poliklinik Tumbang
p. Poliklinik Bedah Mulut
3. Pelayanan Rawat Inap terdiri dari :
a. Ruang perawatan VVIP
b. Ruang Perawatan Penyakit Dalam
c. Ruang Perawatan Anak
d. Ruang Perawatan HCU
e. Ruang Perawatan Bedah
f. Ruang Perawatan Kebidanan dan Kandungan
g. Ruang Perawatan ICU
78

h. Ruang Perawatan Perinatologi


i. Ruang Perawatan Isolasi
4. Pelayanan Penunjang lain terdiri dari :
a. Pelayanan Radiologi
b. Pelayanan Labotratorium
c. Pelayanan Farmasi/Apotek
d. Pelayanan Fisisoterapi
e. Pelayanan Kamar Bedah sentral
f. Pelayanan Gizi
g. Pelayanan Laondry
h. Pelayanan IPSRS
i. Pelayanan Ambulance/Mobil Jenazah
j. Pelayanan CSSD
5. Pelayanan Administrasi dan Keuangan
6. Pelayanan Sanitasi dan Pemeliharaan Alat

B. Kajian situasi di Ruang Rawat VIP


1. Profil Singkat Ruangan
Ruangan VIP merupakan salah satu ruang rawat inap yang berada di RSUD
Kabupaten Batang Hari. Fungsi Ruang Inap Gedung II adalah sebagai tempat
memberikan asuhan keperawatan pada pasien Bedah , Neuro dan Anak, laki-laki dan
perempuan, mulai dari kebutuhan dasar manusia sampai dengan tindakan keperawatan.
Ruang VIP berada dibawah koordinasi Kepala instalasi Ruang Rawat Inap dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan visi dan misi dari RSUD Kabupaten
Batang Hari.
Ruang Rawat VIP memiliki kapasitas 12 tempat tidur ..

You might also like