Professional Documents
Culture Documents
Contoh Surat Jawaban Gugatan
Contoh Surat Jawaban Gugatan
Antara
Melawan
Yth.
Dengan hormat,
Hanni, S.H., LL.M. Advokat dan konsultan hukum pada Kantor Hukum Arfidea
Kadri Sahetapy-Engel Tisnadisastra Lawfirm, beralamat di The Plaza Office
Tower, Jl. M.H. Thamrin No.28-30, Kota Bandung berdasarkan Surat Kuasa
Khusus pada tanggal 27 Februari 2018 bertindak untuk dan atas nama:
DALAM EKSEPSI
A. Kontradiksi antara Dasar Posita dan Petitum dalam Gugatan a quo yang
Ditinjau dari Tuntutan Ganti Rugi
1. Bahwa M. Yahya Harahap, S.H. dalam bukunya berjudul Hukum Acara
Perdata: Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan
Putusan Pengadilan, tahun 2017 pada hlm. 522-523 menjelaskan mengenai
ganti rugi yang dituntut dalam wanprestasi dan perbuatan melawan hukum
sebagai berikut:
“Tuntutan ganti rugi dalam wanprestasi, bertitik tolak dari
ketentuan berikut. Pasal 1237 KUHPerdata, mengatur jangka
waktu perhitungan ganti rugi yang dapat dituntut, yaitu terhitung
sejak saat terjadi kelalaian. Pasal 1236 dan 1243 KUHPerdata
mengatur tentang jenis dan jumlah ganti rugi yang dapat dituntut,
yang terdiri dari: kerugian yang dialami kreditur, keuntungan
yang akan diperoleh sekiranya perjanjian dipenuhi, dan ganti
rugi bunga atau interest.
Sebaliknya, Pasal 1365 KUHPerdata sebagai dasar hukum
PMH: tidak menyebut bagaimana bentuk ganti ruginya, juga
tidak menyebutkan rincian ganti rugi.”;
2. In casu, gugatan a quo mendalilkan bahwa TERGUGAT melakukan suatu
tindakan Wanprestasi. Namun dalam Petitumnya, nilai dan perhitungan dari
tuntutan ganti rugi tidak didasarkan pada nilai hubungan hukum yang lahir
dari perjanjian;
3. Padahal dalam Posita PENGGUGAT secara tegas mendalilkan bahwa
TERGUGAT telah melakukan wanprestasi berupa tidak dilakukannya
kewajiban dengan tuntutan kerugian dan permohonan sita jaminan;
4. Hal ini selaras dengan Prof. Dr. R. Wirdjono Prodjodikoro, S.H. dalam
bukunya Perbuatan Melawan Hukum, tahun 1993 pada hlm. 116 yang
menjelaskan mengenai perbedaan kerugian dalam perbuatan melawan
hukum dan wanprestasi sebagaimana dikutip sebagai berikut:
“Menurut teori klasik yang membedakan antara gugatan
wanprestasi dan gugatan melawan hukum, tujuan gugatan
wanprestasi adalah untuk menempatkan PENGGUGAT pada
posisi seandainya perjanjian tersebut terpenuhi (put the
plaintiff to the position if he would have been in had the contract
been performed). Dengan demikian ganti rugi tersebut adalah
berupa kehilangan keuntungan yang diharapkan
(expectation loss atau winstderving). Sedangkan tujuan
gugatan perbuatan melawan hukum adalah untuk
menempatkan posisi PENGGUGAT kepada keadaan semula
sebelum terjadinya perbuatan melawan hukum.”;
5. Sehingga apabila dihubungkan dengan minta ganti kerugian yang diajukan
oleh PENGGUGAT berupa pemenuhan prestasi dan sita jaminan atas benda-
benda kepemilikan TERGUGAT, maka hal tersebut dikatakan kontradiksi
dengan Posita yang didalilkan PENGGUGAT.
6. Atas dasar tersebut, telah jelas bahwa terdapat kontradiksi antara Posita
terkait Wanprestasi dan Petitum ganti kerugian Perbuatan Melawan Hukum,
yang mana hal ini tidak diperkenankan atau bertentangan dengan ketentuan
yang mana surat gugatan dapat dianggap obscuur libel
7. Sehingga gugatan a quo menjadi obscuur libel dan sudah sepatutnya
dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard).
Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa PENGGUGAT harus dapat
membuktikan adanya persangkaan yang beralasan kuat dan perincian yang jelas
mengenai siapa pemilik dan apa bentuk barang yang akan disita tersebut, dengan
kata lain, jikalau persyaratan diatas tidak terpenuhi maka TERGUGAT memohon
agar Majelis Hakim yang terhormat berkenan menolak permohonan sita jaminan
yang diajukan oleh PENGGUGAT
DALAM EKSEPSI:
atau
--EX AEQUO ET BONO EX MERITUS JUSTITIAE--
Dengan hormat,
Kuasa TERGUGAT
(Prizqa Ladynanti)