Professional Documents
Culture Documents
Min Husni Islamil Mari
Min Husni Islamil Mari
Khutbah Pertama:
َ ﱠ ُ ُ ُ
ال َح ْمد ِ ِ ال ِذ ْي َع َص َم القل ْو َب ِم َن الض ِل َو َم َسار ِب، ِ ِ ال َح ْمد
َ ْ َ َ َ ْ َُ ُ َ ََ
،ﱢل خ ْ َوفض ٍل َو َز اد ٍة ع، أ ْح َمد ُه – ُس ْ َحانه – َوأشك ُر ُه،التفاه ِة
ان َْ س َ ْ ُ ُ َغ َم َر،ﷲ َو ْح َد ُه َ َ ْ َك ل ُه ُ َ ﱠ َ ْ ُ ْ
َوأش َهد أن ِإله ِإ
ِ اﻹ ْم ِ ُِ َ ْ ُ النفو
ُ َوأ ْش َه ُد أ ﱠن َس ﱢ َد َنا َو َن ﱠي َنا ُم َح ﱠمدا َع ْ ُد ُه َو َر ُس ْول ُه القدوة،الس َع َادة
الم ُث َ َو
َ ْ َ َ ُْ ﱠ ِ ِ
َ
ﷲ َعل ْ ِه َو َع ِآل ِه َو َص ْح ِ ِه ال ِذين قادوا اﻷمة ُ َص،الق َ اد ِة َ
ِ ِ الح ِم و
ُ
َ َ
.ِلل ِس َ اد ِة َوال َ اد ِة
ُ
:أ ﱠما َ ْعد
َُ َُ ﱠ ُ قال،بتقوى ﷲ
آمنوا اتقوا ﴿ َ ا أ ﱡي َها ال ِذين: ﷲ تعا َ وص م ونف فأ
َ ُ ْ ُ ُْْ َ ﱠ ﱠ ُ َُ ََ َُ ََِ ﱠ
:
.(102 ا حق تق ِات ِه و تموتن ِإ وأنتم مس ِلمون﴾ )آل عمران
Kaum muslimin rahimakumullah,
Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Karena
hanya dengan takwa seseorang dapat meraih kebaikan di dunia dan
akhirat.
Ibadallah,
:ﷲ َعل ْ ِه َو َسل َم ُ ﷲ َص ُ َ َق:ال
ِ ال َرس ْو ُل َ َق،ﷲ َع ْن ُهُ َ َ َ ْ ُ ْ َ
ِ عن أ ِ ه َ َرة ر
ﱢ ٌ َ ُ َ َ َ
الم ْر ِء ت ْر ه َما َ ْع ِن ْ ِه ” َح ِد ْ ث َح َس ٌن َر َو ُاه ال ْ ِم ِذ ﱡي ِم ” ِم ْن ُح ْسن ِإ ْس
َ َ َ
َوغ ْ ُ ُه ه ذا
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara kebaikan islam
seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (Hadits
Hasan, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan lainnya semisal itu pula).
[HR. Tirmidzi, no. 2317; Ibnu Majah, no. 3976. Syaikh Al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih].
Kedua:
ﱢ ٌ َ ُ َ َ َ ْ
الم ْر ِء ت ْر ه َما َ ْع ِن ْ ِه” َح ِد ْ ث َح َس ٌن َر َو ُاه ال ْ ِم ِذ ﱡي ِم ْن ُح ْسن ِإس ِم
َ َ َ
َوغ ْ ُ ُه ه ذا
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang
tidak bermanfaat.”
Ketiga:
َ َْ َ
تغض ْب
“Janganlah engkau marah.” (HR. al-Bukhari).
Keempat:
َْ َ ُْ ُ َ ُ ْ َ ﱠ ُ ﱠ َ ْ َ ُ ﱡ
ب ِلنف ِس ِهِحب ِﻷ ِخ ِه ما ِح يؤ ِمن أحد م ح
“Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian, sampai ia suka
sekali berbuat yang baik kepada saudaranya, sebagaimana dia suka
diperlakukan baik pula oleh saudaranya.” (HR. al-Bukhari dan
Muslim).”
Ibadallah,
َ
Makna hadits ini adalah ْ ِ َ ْعdari kata َ عartinya sesuatu yang
penting, yang ia perhatikan, dan menyibukkan. Artinya, sesuatu
yang tidak penting dan bukan menjadi urusan kita, tidak perlu kita
urusi dan sibuk dengannya. Jangan sampai karena ingin dianggap
mengetahui banyak hal, lalu kita berbicara tentang sesuatu yang
bukan menjadi keahlilan kita. Sesuatuyang tidak pernah kita taruh
perhatian dengan mempelajari dan mengkajinya. Sesuatu yang
memang bukan hak dan kewajiban kita. Atau bahasa mudahnya
sesuatu yang bukan urusan kita.
Ahnaf bin Qais, tokoh bani Tamim. Beliau adalah seorang tabi’in.
Muawiyah bin Abu Sufyan radhiallahu ‘anhuma berkata kepada
Ahnaf bin Qais, “Kalau seandainya ia marah, maka akan turut
maraha bersamanya ratusan ribu orang tanpa bertanya karena apa
Ahnaf marah.”
Artinya Ahnaf ini seorang yang tenang. Terbiasa menilai suatu
permasalahan sesuai dengan kadarnya. Tidak mudah terpancing
dengan keadaan. Bersikap tenang dalam kadar yang tertinggi.
Sehingga ketika dia marah, orang-orang pun tak perlu bertanya lagi.
Lalu ada seseorang bertanya kepada Ahnaf bin Qais, “Bagaimana bisa
ia mencapai kedudukan seperti itu di tengah kaumnya?” Ahnaf
menjawab, “Aku meninggalkan sesuatu yang tidak penting untuk
kucampuri.”
Ibadallah,
Lalu, bagaimana hukumnya kita ikut campur dalam urusan orang
lain? Hukum tentang permasalahan ini dirinci. Bisa jadi ikut campur
dalam urusan orang lain itu wajib. Artinya penting dan harus ia
lakukan. Manfaat ia lakukan. Seperti mengubah kemungkaran. Kalau
seandainya amar makruf nahi mungkar dikatakan turut campur
urusan orang lain, maka para nabi dan rasul telah melakukan sesuatu
yang sia-sia. Tidak bermanfaat. Wal ‘iyadzubillah.
Artinya, ini adalah perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Memang ini
mencampuri urusan orang lain, tapi ini hukum wajib.
Kemudian, mencampuri urusan orang lain juga bisa berhukum
dianjurkan. Seperti mengoreksi ucapan teman kita. Ucapan tersebut
adalah urusan dan tanggung jawab dia. Bukan urusan kita. Tapi, kita
dianjurkan untuk melakukannya. Supaya teman kita tidak jatuh
kehormatannya. Baik di mata orang lain, dsb.
Ibadallah,
Apa saja yang tidak bermanfaat untuk kita sehingga bisa kita
tinggalkan. Yaitu segala yang Allah haramkan, makruh, syubhat, dan
sesuatu yang boleh tapi berlebihan. Ketika seseorang melakukan ini,
maka dia telah mencapai deraja ihsan. Dan telah malu kepada Allah
dengan malu yang hakiki.