You are on page 1of 7

Bentuk Kesempurnaan Keislaman Seseorang

Khutbah Pertama:
َ ‫ﱠ‬ ُ ُ ُ
‫ ال َح ْمد ِ ِ ال ِذ ْي َع َص َم القل ْو َب ِم َن الض ِل َو َم َسار ِب‬، ِ ِ ‫ال َح ْمد‬
َ ْ َ َ َ ْ َُ ُ َ ََ
،‫ﱢل خ ْ َوفض ٍل َو َز اد ٍة‬ ‫ ع‬،‫ أ ْح َمد ُه – ُس ْ َحانه – َوأشك ُر ُه‬،‫التفاه ِة‬
‫ان‬ َْ ‫س‬ َ ْ ُ ُ ‫ َغ َم َر‬،‫ﷲ َو ْح َد ُه َ َ ْ َك ل ُه‬ ُ ‫َ ﱠ‬ َ ْ ُ ْ
‫َوأش َهد أن ِإله ِإ‬
ِ ‫اﻹ ْم‬ ِ ُِ َ ْ ُ ‫النفو‬
ُ ‫ َوأ ْش َه ُد أ ﱠن َس ﱢ َد َنا َو َن ﱠي َنا ُم َح ﱠمدا َع ْ ُد ُه َو َر ُس ْول ُه القدوة‬،‫الس َع َادة‬
‫الم ُث‬ َ ‫َو‬
َ ‫ْ َ َ ُْ ﱠ‬ ِ ِ
َ
‫ﷲ َعل ْ ِه َو َع ِآل ِه َو َص ْح ِ ِه ال ِذين قادوا اﻷمة‬ ُ ‫ َص‬،‫الق َ اد ِة‬ َ
ِ ‫ِ الح ِم و‬
ُ
َ َ
.‫ِلل ِس َ اد ِة َوال َ اد ِة‬
ُ
:‫أ ﱠما َ ْعد‬
ُ‫َ َُ ﱠ‬ ُ ‫ قال‬،‫بتقوى ﷲ‬
‫آمنوا اتقوا‬ ‫ ﴿ َ ا أ ﱡي َها ال ِذين‬: ‫ﷲ تعا‬ َ ‫وص م ونف‬ ‫فأ‬
َ ُ ْ ُ ُْْ َ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ ُ َُ ََ َُ ‫ََِ ﱠ‬
:
.(102 ‫ا حق تق ِات ِه و تموتن ِإ وأنتم مس ِلمون﴾ )آل عمران‬
Kaum muslimin rahimakumullah,
Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Karena
hanya dengan takwa seseorang dapat meraih kebaikan di dunia dan
akhirat.

Ibadallah,
:‫ﷲ َعل ْ ِه َو َسل َم‬ ُ ‫ﷲ َص‬ ُ َ ‫ َق‬:‫ال‬
ِ ‫ال َرس ْو ُل‬ َ ‫ َق‬،‫ﷲ َع ْن ُه‬ُ َ َ َ ْ ُ ْ َ
ِ ‫عن أ ِ ه َ َرة ر‬
‫ﱢ‬ ٌ َ ُ َ َ َ
‫الم ْر ِء ت ْر ه َما َ ْع ِن ْ ِه ” َح ِد ْ ث َح َس ٌن َر َو ُاه ال ْ ِم ِذ ﱡي‬ ‫ِم‬ ‫” ِم ْن ُح ْسن ِإ ْس‬
َ َ َ
‫َوغ ْ ُ ُه ه ذا‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara kebaikan islam
seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (Hadits
Hasan, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan lainnya semisal itu pula).
[HR. Tirmidzi, no. 2317; Ibnu Majah, no. 3976. Syaikh Al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih].

Muhammad bin Abi Zaid al-Maliki rahimahullah mengatakan, “Ada


empat hadits yang mengumpulkan semua tuntunan adab-adab
kebaikan.
Pertama:
َ ُ َ ُ ُْ َ ْ َ
‫ﻵخر فل َ ق ْل خ ْ ا أ ْو ِل َ ْص ُمﺖ‬ َْ َ
ِ ‫من ان يؤ ِمن ِ ا ِ واليو ِم ا‬
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka
hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih:
Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47).

Kedua:
‫ﱢ‬ ٌ َ ُ َ َ َ ْ
‫الم ْر ِء ت ْر ه َما َ ْع ِن ْ ِه” َح ِد ْ ث َح َس ٌن َر َو ُاه ال ْ ِم ِذ ﱡي‬ ‫ِم ْن ُح ْسن ِإس ِم‬
َ َ َ
‫َوغ ْ ُ ُه ه ذا‬
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang
tidak bermanfaat.”

Ketiga:
َ َْ َ
‫تغض ْب‬
“Janganlah engkau marah.” (HR. al-Bukhari).

Keempat:
َْ ‫َ ُْ ُ َ ُ ْ َ ﱠ ُ ﱠ َ ْ َ ُ ﱡ‬
‫ب ِلنف ِس ِه‬‫ِحب ِﻷ ِخ ِه ما ِح‬ ‫يؤ ِمن أحد م ح‬
“Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian, sampai ia suka
sekali berbuat yang baik kepada saudaranya, sebagaimana dia suka
diperlakukan baik pula oleh saudaranya.” (HR. al-Bukhari dan
Muslim).”

Beliau mengatakan dalam hadits-hadits inilah semua adab kebaikan


terangkumkan.

Ibadallah,
َ
Makna hadits ini adalah ْ ِ ‫ َ ْع‬dari kata َ ‫ ع‬artinya sesuatu yang
penting, yang ia perhatikan, dan menyibukkan. Artinya, sesuatu
yang tidak penting dan bukan menjadi urusan kita, tidak perlu kita
urusi dan sibuk dengannya. Jangan sampai karena ingin dianggap
mengetahui banyak hal, lalu kita berbicara tentang sesuatu yang
bukan menjadi keahlilan kita. Sesuatuyang tidak pernah kita taruh
perhatian dengan mempelajari dan mengkajinya. Sesuatu yang
memang bukan hak dan kewajiban kita. Atau bahasa mudahnya
sesuatu yang bukan urusan kita.

Dengan demikian, kita tinggalkan sesuatu yang bukan urusan kita


seperti hal-hal yang haram, yang makruh, yang syubhat, dan hal-hal
mubah yang berlebihan. Jadi, intinya kita menjaga lisan kita dari
berbicara. Kita belajar diam sebagaimana kita melatih diri kita untuk
pandai berbicara.

Ahnaf bin Qais, tokoh bani Tamim. Beliau adalah seorang tabi’in.
Muawiyah bin Abu Sufyan radhiallahu ‘anhuma berkata kepada
Ahnaf bin Qais, “Kalau seandainya ia marah, maka akan turut
maraha bersamanya ratusan ribu orang tanpa bertanya karena apa
Ahnaf marah.”
Artinya Ahnaf ini seorang yang tenang. Terbiasa menilai suatu
permasalahan sesuai dengan kadarnya. Tidak mudah terpancing
dengan keadaan. Bersikap tenang dalam kadar yang tertinggi.
Sehingga ketika dia marah, orang-orang pun tak perlu bertanya lagi.
Lalu ada seseorang bertanya kepada Ahnaf bin Qais, “Bagaimana bisa
ia mencapai kedudukan seperti itu di tengah kaumnya?” Ahnaf
menjawab, “Aku meninggalkan sesuatu yang tidak penting untuk
kucampuri.”

Diriwayatkan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Dujanah


radhiallahu ‘anhu, dalam keadaan tenang dan tersenyum saat
mengalami sakit menjelang wafat. Tidak kelihatan ketakutan, cemas,
dan sempit. Kemudian ada yang bertanya kepadanya tentang hal itu

ْ َ َ ‫ﷲ َف َق‬ ُ ‫َما ل َو ْجه َك َي َت َهل ُل َي ْر َح ُم َك‬


‫َع َم ٍل أ ْوث ُق ِعن ِد ْي ِم ْن‬ ‫ َما ِم ْن‬:‫ال‬
َ َ َ َ َ ُ ْ ِ َ ِ ُ
َ ْ ‫ْ َسل ْ ما لل ُم ْسلم‬
ِِ ِ ِ ‫ كنﺖ أت ل ُم ِف ْ َما َ ْع ِن ْي ِ ْ َو ان ق ِل‬: ْ ‫خ ْصلت‬
“Mengapa engkau tampak tenang (di saat seperti ini). Semoga Allah
merahmatimu? Ia menjawab, “Tidak ada amalan yang membuatku
yakin lebih dari dua amalan: Aku senantiasa tidak berbicara sesuatu
yang bukan urusanku (sesuatu yang tidak bermanfaat). Dan hatiku
bersih (tidak hasad) kepada seorang muslim.” (ash-Shamthu oleh
Ibnu Abi Dun-ya, Hal: 133).

Hendaknya seorang muslim bersemangat mencapai derajat seperti


ini. Yaitu meniggalkan sesuatu yang dia tidak butuh untuk
membicarakannya dan orang pun tidak butuh dia ikut campur dalam
hal itu. Tidak ada manfaat seandainya dia berbicara dalam masalah
tersebut. Dan memiliki hati yang jauh dari hasad terhadap kaum
muslimin.

Ibadallah,
Lalu, bagaimana hukumnya kita ikut campur dalam urusan orang
lain? Hukum tentang permasalahan ini dirinci. Bisa jadi ikut campur
dalam urusan orang lain itu wajib. Artinya penting dan harus ia
lakukan. Manfaat ia lakukan. Seperti mengubah kemungkaran. Kalau
seandainya amar makruf nahi mungkar dikatakan turut campur
urusan orang lain, maka para nabi dan rasul telah melakukan sesuatu
yang sia-sia. Tidak bermanfaat. Wal ‘iyadzubillah.

Para nabi dan rasul diutus untuk melarang orang-orang menyembah


Tuhan selain Allah. Dan mengajak mereka untuk hanya menyembah
Allah saja. Apakah ini tidak bermanfaat? Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,
َ َْ َ َ ‫ْ ﱠ‬ ْ َ ُ
‫وف َوتن َه ْون َعن ٱل ُمنكر‬ ِ ‫كنت ْم خ ْ َ أ ﱠم ٍة أخر َجﺖ ِللناس تأ ُم ُرون ِ ٱل َم ْع ُر‬
َ ُ ْ ْ َ َ َ ْ َ ُ ُْ
‫َوتؤ ِمنون ِ ٱ ِ َول ْو َء َام َن أه ُل ٱل ِ ت ٰ ِب ل ان خ ْ ا ل ُهم ﱢمن ُه ُم ٱل ُمؤ ِمنون‬
َ ُ َ ُ َ
‫َوأ ُ ه ُم ٱلف ٰ ِسقون‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” [Quran Ali
Imran: 110]

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


ْ ‫َْ ﱠ‬ ‫َ ﱠ‬ َْ
‫َوال ِذ ْي نف ِ ْ ِب َ ِد ِه لتأ ُم ُرن ِ ا َلم ْع ُر ْو ِف َولتن َه ُون َعن ا ُلمن ر أ ْو ل ُي ْو ِشك ﱠن‬
‫اب ل ْم‬ُ ‫ث َعل ْ ْم ع َقا ا م ْن ُه ُث َم َت ْد ُع ْو َن ُه َفﻼ ُ ْس َت َج‬
َ ََْ ْ ُ
‫ﷲ أن ي ع‬
ِ ِ
“Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, hendaklah kalian menyuruh
yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran atau (kalau tidak kalian
lakukan) maka pasti Allah akan menurunkan siksa kepada kalian,
hingga kalian berdoa kepada-Nya, tetapi tidak dikabulkan”
[Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2169, Al-Baghawi dalam Syarhus-
Sunnah 14/3453, dan Ahmad no. 23360. At-Tirmidzi berkata: “Hadits
ini hasan”].

Artinya, ini adalah perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Memang ini
mencampuri urusan orang lain, tapi ini hukum wajib.
Kemudian, mencampuri urusan orang lain juga bisa berhukum
dianjurkan. Seperti mengoreksi ucapan teman kita. Ucapan tersebut
adalah urusan dan tanggung jawab dia. Bukan urusan kita. Tapi, kita
dianjurkan untuk melakukannya. Supaya teman kita tidak jatuh
kehormatannya. Baik di mata orang lain, dsb.

Bisa jadi juga yang berhukum mubah (boleh). Seperti bertanya


kepada kerabat dan teman yang hendak bersafar, “Kapan berangkat
ke Jakarta?” “Apa kabar hari ini?” Ini bukan urusan kita. Tapi ini boleh
ditanyakan.

Bisa juga berhukum makruh. Ketika kita bertanya kepada seseorang


tentang suatu keadaan dia dan dia merasa berat untuk menjawab
dan memberitahukannya. Hal-hal yang ia anggap privat. Seperti,
“Berapa gajimu?” dsb. Yaitu pertanyaan-pertanyaan yang membuat
orang sungkan untuk menjawabnya.

Dan bisa jadi hukumnya haram. Yaitu ketika seseorang memata-


matai orang lain. Atau dalam Bahasa sekarang “kepo”.
َ َ ْ َ ْ ‫َ ْ َََ َ َ ﱠ‬ ُ
‫ﷲ ِ ْ َول ْم ِ الق ْر‬ ُ ‫َ َار َك‬
‫ات‬ِ ‫ ونفع ِ و ِ ا م ِ ما ِف ِه ِمن اﻵ‬،‫آن َ الع ِظ ِم‬ ِ ‫َ ﱢ‬
‫الع ِظ ْ َم ِ ْ َول ْم‬
َ ‫ﷲ‬ َ ‫ َوأ ْس َت ْغف ُر‬،‫ أ ُق ْو ُل َما ْس َم ُع ْو َن‬،‫الحك ْ م‬
َ ‫الذكر‬ ‫و‬
ِ
ُ َ َ ُ ُ ‫َ ْ َْ ُْ ُ ﱠ‬ َْ ‫ُ ْ ْ َ ْ ﱠ‬ ِ ِ
.‫ فاستغ ِفروه؛ ِإنه هو الغفور الر ِح م‬،‫َو ِلس ِائر المس ِل ِم ِمن ل ذن ٍب‬
ُ ْ َ ُ ْ َ
Khutbah Kedua:
َ َ َ ُ َ ْ َ ُ ‫ْ ُ ْ َ َ ﱠ‬ ُ َ َْ َ ُ
‫ْك‬ ‫ َوأش َهد أن ِإله ِإ ﷲ وحده‬،‫ال َح ْمد ِ ِ َح ْمدا ُمنت له‬
ُ ُ َ َ ََ ‫ْ ُ ﱠ‬ َ َ ُ
‫ َوأش َهد أن َس ﱢ دنا َون ِ ﱠينا ُم َح ﱠمدا َع ْ د ُه َو َر ُس ْوله‬،‫ َو َر ﱠب لنا ِس َو ُاه‬،‫له‬
َ ََْ َ ُ
.‫ﷲ َعل ْ ِه َو َع ِآل ِه َو َص ْح ِ ِه َو َمن اهتدى ِب ُهد ُاه‬ ُ ‫ َص‬،‫َو َص ِف ﱡ ه َو ُم ْجت َ ُاه‬
‫ﱠ‬ َْ
.‫ َو َر ِاق ُب ْو ُه ِ ال ِ ﱢ َوالن ْج َوى‬،‫ﷲ َح ﱠق التق َوى‬ َ ‫ َف ﱠات ُق ْوا‬:‫أ ﱠما َ ْع ُد‬

Ibadallah,
Apa saja yang tidak bermanfaat untuk kita sehingga bisa kita
tinggalkan. Yaitu segala yang Allah haramkan, makruh, syubhat, dan
sesuatu yang boleh tapi berlebihan. Ketika seseorang melakukan ini,
maka dia telah mencapai deraja ihsan. Dan telah malu kepada Allah
dengan malu yang hakiki.

Seorang salaf mengatakan,


َ ْ ُ ََ ُْ َ ْ َ َ ْ َ َُْ ََ َ َ َ
‫است ْ ِمنه َع قدر ق ْ ِ ِه ِمنك‬ ‫ و‬،‫خ ِف ﷲ ع قدر قد ِرت ِه عل ك‬
“Takutlah kepada Allah karena kuasanya Dia atas dirimu. Dan
malulah kepada-Nya karena dekatnya Dia denganmu.”

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah mengatakan,


‫َ َ ُ ﱠ‬ ُ َ ‫ﱠ‬
‫ ق ﱠل ُمه ِإ ِف َما َ ْع ِن ِه‬، ‫َو َم ْن َعد َمه ِم ْن َع َم ِل ِه‬
“Siapa yang menghitung ucapannya termasuk bagian perbuatan,
pastilah sedikit ucapannya. Kecuali pada hal-hal yang penting
untuknya.”

Karena semua perbuatan akan dipertanggung-jawabkan.


Malik bin Dinar rahimahullah mengatakan,
ْ ‫ َف‬،‫ َوح ْر َمانا ْ ر ْزق َك‬،‫ َو َو ْهنا ْ َ َدن َك‬،‫ْ َقل َك‬
‫اعل ْم‬
َ َ َ َ َ ْ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ َ ِ ِ َ ‫ﱠ“ ِإ َذا َرأ ﺖ َ قساو‬
‫ة‬
)1 369‫”ف ض القدير‬.(‫َ ْع ِن ْ ك‬ ‫أنك ت ل ْمﺖ ِف ْ َما‬
“Kalau engkau merasakan kerasnya hatimu. Rasa lemah pada
badanmu. Dan rezekimu sempit. Ketahuilah! Engkau telah banyak
berbicara pada sesuatu yang bukan urusanmu.”
‫إن ﷲ ومﻼئكته يصلون على النﱯ أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما‬
‫آل إِﺑْـَﺮ ِاﻫْي َﻢ‪ ،‬إِﻧ َ‬
‫ﱠﻚ‬ ‫ﺖ َعلَى إِﺑـﺮ ِاﻫيﻢ‪ ،‬و َعلَى ِ‬
‫َْ ْ َ َ‬ ‫صلﱠْي َ‬
‫ٍ ِ ِ ِِ‬
‫ص ِّﻞ َعلَى ُﳏَ ﱠمﺪ َوأ َْزَواﺟه َوذُِّريَته‪َ ،‬ﻛ َما َ‬ ‫اَللﱠ ُه ﱠﻢ َ‬
‫آل إِﺑْـَﺮ ِاﻫْي َﻢ‪،‬‬
‫ﺖ َعلَى إِﺑـﺮ ِاﻫيﻢ‪ ،‬و َعلَى ِ‬
‫َْ ْ َ َ‬
‫ٍ ِ ِ ِِ‬
‫َﲪْي ٌﺪ َﳎْي ٌﺪ‪َ ،‬وَ ِرْك َعلَى ُﳏَ ﱠمﺪ َوأ َْزَواﺟه َوذُ ِّريَته‪َ ،‬ﻛ َما َ َرْﻛ َ‬
‫ِ ِ‬
‫ﲪْي ٌﺪ َِﳎْي ٌﺪ‪.‬‬‫ﱠﻚ َِ‬‫إِﻧ َ‬
‫ض اللﱠ ُه ﱠﻢ َع ِن اﳋُلَ َﻔ ِاء الﱠﺮ ِاﺷ ِﺪيْ َن‪ :‬أَِﰊ ﺑَ ْك ٍﺮ‪َ ،‬وعُ َمَﺮ‪َ ،‬وعُﺜْ َما َن‪َ ،‬و َعلِ ٍّﻲ‪َ ،‬و َع ِن الصﺤاﺑﺔ‬ ‫َو ْار َ‬
‫ﲔ‪.‬‬ ‫ِِ‬ ‫ﻚ َوإِ ْح َساﻧِ َ‬ ‫أﲨﻌﲔ‪َ ،‬و َعنﱠا َم َﻌ ُه ْﻢ ﺑِ َﻌ ْﻔ ِو َك َوَﻛَﺮِم َ‬
‫ﻚ َ أ َْر َح َﻢ الﱠﺮاﲪ ْ َ‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫ﲔ‪،‬‬ ‫ﲔ‪ ،‬اَللﱠ ُه ﱠﻢ أَعﱠﺰ ا ِﻹ ْس َﻼ َم َواﳌُ ْسلم ْ َ‬ ‫ﲔ‪ ،‬اَللﱠ ُه ﱠﻢ أَعﱠﺰ ا ِﻹ ْس َﻼ َم َواﳌُ ْسلم ْ َ‬
‫اَللﱠ ُه ﱠﻢ أَعﱠﺰ ا ِﻹ ْس َﻼ َم َواﳌُ ْسلم ْ َ‬
‫اﺟ َﻌ ِﻞ اللﱠ ُه ﱠﻢ َﻫ َذا البَـلَ َﺪ ِآمنًا ُمطْ َمئِنا َو َسائَِﺮ‬ ‫وأ َِذ ﱠل ال ُك ْﻔﺮ وال َكاﻓِ ِﺮين‪ ،‬ود ِم ِﺮ أَع َﺪاء ِّ‬
‫الﺪيْ ِن‪َ ،‬و ْ‬ ‫َ َ ْ َ ََّ ْ َ‬ ‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ﲔ‪.‬‬‫ﺑِ َﻼد اﳌُ ْسلم ْ َ‬
‫ِ ِِ‬ ‫اب‪ ،‬ﻫا ِزم اﻷَحﺰ ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ص ْﺮ إﺧواﻧنا‬ ‫ﲔ‪َ ،‬واﻧْ ُ‬‫اب‪ ،‬ا ْﻫ ِﺰْم أ َْع َﺪاء اﳌُ ْسلم ْ َ‬ ‫ي ال ﱠس َﺤ ِ َ َ ْ َ‬ ‫اَللﱠ ُه ﱠﻢ ُمْن ِﺰَل الكتَاب‪ُْ ،‬ﳎ ِﺮ َ‬
‫ﲔ‪.‬‬ ‫ب الﻌالَ ِمﲔ‪ ،‬قَ ِو ﱡ ِ‬
‫ي َ َمت ْ ُ‬ ‫اﳌسلمﲔ َ َر ﱠ َ َْ َ‬
‫ﻚ ِم َن النﱠا ِر‪.‬‬‫ﻚ اﳉَنﱠﺔَ‪َ ،‬وﻧـَﻌُ ْوذُ ﺑِ َ‬ ‫اَللﱠ ُه ﱠﻢ إِ ﱠ ﻧَ ْسأَلُ َ‬
‫َصلِ ْح‬
‫اﺷنَا‪َ ،‬وأ ْ‬ ‫َصلِ ْح لَنَا ُدﻧْـيَا َ اَلﱠِﱵ ﻓِْيـ َها َم َﻌ ُ‬
‫ص َمﺔُ أ َْم ِﺮَ ‪َ ،‬وأ ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َصل ْح لَنَا ديْـنَـنَا اَلﱠذ ْي ُﻫ َو ع ْ‬
‫اَللﱠه ﱠﻢ أ ِ‬
‫ُ ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫احﺔً لَنَا م ْن‬ ‫ت َر َ‬‫اﺟ َﻌ ِﻞ ا ْﳊَيَا َة ِزَ َد ًة لَنَا ِﰲ ُﻛ ِّﻞ َﺧ ٍْﲑ‪َ ،‬والْ َم ْو َ‬
‫اد َ ‪َ ،‬و ْ‬‫لَنَا آﺧَﺮتَـنَا اَلﱠِﱵ ﻓْيـ َها َم َﻌ ُ‬
‫ب ِ‬
‫ﲔ‪ .‬اللهﻢ أصلح وﻻة أمور وارزقهﻢ البطاﻧﺔ الصاﳊﺔ الناصﺤﺔ الﱵ‬ ‫الﻌالَم ْ َ‬‫ُﻛ ِّﻞ َﺷ ٍّﺮ َ َر ﱠ َ‬
‫تﺪﳍﻢ على اﳋﲑ وتﻌينهﻢ عليه رب الﻌاﳌﲔ‬
‫رﺑنا ﻇلمنا أﻧﻔسنا وإن ﱂ تﻐﻔﺮ لنا وتﺮﲪنا لنكوﻧن من اﳋاسﺮين‬
‫رﺑنا اﻏﻔﺮ لنا وﻹﺧواﻧنا الذين سبقو ﻹﳝان وﻻ ﲡﻌﻞ ﰲ قلوﺑنا ﻏﻼ للذين آمنوا رﺑنا‬
‫إﻧﻚ رؤوف رحيﻢ‬
‫رﺑنا ﻻ تﺰغ قلوﺑنا ﺑﻌﺪ إذ ﻫﺪيتنا وﻫﺐ لنا من لﺪﻧﻚ رﲪﺔ إﻧﻚ أﻧﺖ الوﻫاب‬
‫رﺑنا آتنا ﰲ الﺪﻧيا حسنﺔ وﰲ اﻵﺧﺮة حسنﺔ وقنا عذاب النار‬
‫وصلى ﷲ على ﻧبينا ﳏمﺪ وعلى آله وصﺤبه ومن تبﻌهﻢ حسان إﱃ يوم الﺪين‬

You might also like