You are on page 1of 10

Prosiding

Sriwijaya Geology Festival 2021

PENDEKATAN GEOSPASIAL DAN GEOSTATISTIK UNTUK


MENGEVALUASI PERSEBARAN GEOKIMIA TANAH UNSUR EMAS
DAN PERAK DI GUNUNG SENYANG, KABUPATEN SANGGAU

Irsyad Auliya' Azhar Ramadhan1, Mutiara Adiyasari2


Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung
ramairsyad.ri@gmail.com

ABSTRAK
Unsur emas (Au) dan perak (Ag) merupakan logam mulia yang masih menjadi komoditas
penting di dunia. Tingkat permintaan komoditas tersebut mendorong perlunya peningkatan
eksplorasi di Indonesia. Sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia, Kalimantan menyimpan
potensi keberadaan Au dan Ag yang cukup menjanjikan. Salah satu wilayah yang dikenal
memiliki keberadaan potensi tersebut adalah Gunung Senyang di Kabupaten Sanggau, Provinsi
Kalimantan Barat. Keterdapatan Au dan Ag hadir pada batuan hasil alterasi dan endapan
letakan di sekitar daerah mineralisasi. Penelitian ini berfokus untuk menganalisis persebaran
unsur Au dan Ag letakan di Gunung Senyang serta faktor-faktor yang mempengaruhi
akumulasi kadar dalam tanah. Data geokimia tanah dan batuan Gunung Senyang didapat dari
hasil survei penelitian terdahulu. Pengambilan sampel tanah dibagi atas tiga kluster area yaitu
bagian utara, timur, dan selatan Gunung Senyang. Pengambilan sampel batuan dilakukan di
beberapa tempat dengan mengikuti aliran sungai dan lokasi yang diindikasikan merupakan
daerah hasil alterasi. Analisis geostatistik dan geospasial digunakan untuk mengetahui
distribusi dan anomali kadar unsur serta hubungannya dengan kondisi geomorfologi dan
geologi daerah setempat. Analisis geospasial dilakukan menggunakan data digital elevation
model (DEM) dan pengamatan satelit citra Sentinel II-A. Hasil pengolaan menunjukkan area
Gunung Senyang merupakan area bukit terisolasi, dengan lereng tergolong curam hingga
sangat curam. Analisis geostatistik menunjukkan adanya anomali tinggi pada kluster area utara.
Anomali ini memiliki korelasi yang cukup baik dengan kadar geokimia dalam batuan yang
merupakan hasil dari alterasi intrusi granodiorit-granit di area tersebut. Keberadaan
percabangan sungai, kepadatan vegetasi, curamnya lereng diamati juga menjadi pengontrol
akan dispersi Au dan Ag di Gunung Senyang.
Kata kunci : geokimia tanah, unsur Au dan Ag, geostatistik, geospasial, Gunung Senyang

ABSTRACT
Gold (Au) and silver (Ag) are two of many precious metals that are still important commodities
in the world. The demand level for these commodities encourages their exploration in
Indonesia. As one of the largest islands in Indonesia, Kalimantan holds promising potential
for the existence of Au and Ag. One area known to have this potential is Mount Senyang in
Sanggau Regency, West Kalimantan Province. The presence of Au and Ag is present in the
altered rocks and soil around the mineralized area. In this study, we focus to analyze the
distribution of soil Au and Ag on Mount Senyang and the factors that affect their distribution
in the soil. The soil and rocks Au-Ag geochemical data of Mount Senyang were obtained from
the results of previous research survey. Soil sampling was divided into three cluster areas, in
which the northern, eastern, and southern parts of Mount Senyang. Rock sampling was carried
out in several places by following the river flow and the indicated alteration location.
Geostatistical and geospatial analysis were used to determine the distribution and anomaly of
elemental content and its relationship to the geomorphological and geological conditions of
the local area. Geospatial analysis was performed using digital elevation model (DEM) data
and satellite observations of Sentinel II-A imagery. The results show that the Mount Senyang
area is an isolated hill area, with slopes ranging from steep to very steep. Geostatistical

1
Prosiding
Sriwijaya Geology Festival 2021

analysis showed that there was a high anomaly in the northern cluster area. This anomaly has
a fairly good correlation with the geochemical content in the rock which is the result of
granodiorite-granite intrusion alteration in the area. The presence of branching rivers,
vegetation density, steep slopes are also observed to control the dispersion of Au and Ag in
Mount Senyang.
Keyword: soil geochemistry, Au and Ag elements, geostatistic, geospatial,

Pendahuluan itu, kontrol secara geologi dapat dianalisis


dengan metode Geographical Information
Saat ini, keberadaan unsur emas (Au)
System (GIS) mengingat metode ini dikenal
dan perak (Ag) masih menjadi target yang
baik dalam studi pemetaan berbagai pada
menjanjikan dalam eksplorasi logam mulia di
eksplorasi geologi ekonomi [9]. Kedua
dunia. Di alam, kedua unsur ini umumnya
pendekatan ini nantinya dapat dihubungkan
hadir bersamaan karena Ag merupakan salah
dengan keberadaan potensi mineralisasi dan
satu unsur indikator dalam keberadaan Au.
akan menjadi saran ekplorasi lanjutan di
Secara umum, Au dan Ag bersumber dari
daerah penelitian.
pengayaan di batuan alterasi yang kemudian
berpotensi tersebar dalam tanah di sekitarnya Geologi Regional
[1]. Persebaran Au dan Ag pada tanah
Gunung Senyang merupakan salah
disebabkan proses mekanik dan kimia yang
satu hasil dari Satuan Batuan Beku Sintang
mentransport dan mengendapkan unsur-
yang menerobos Formasi Pedawan, yang
unsur tersebut dari sumber mineralisasinya
berumur Kapur, pada Kala Oligosen. Secara
[2]. Lebih jauh lagi, kedua proses tersebut
umum, Satuan Batuan Beku Sintang
dikontrol oleh berbagai kondisi geologi
merupakan batuan terobosan dengan
seperti morfologi, keberadaan daerah aliran
komposisi granodiorit, diorit, andesit porfir
sungai, dan kepadatan vegetasi. Dengan
dan dasit porfir. Sedangkan, Formasi
analisis yang komprehensif terkait kontrol-
Pedawan memiliki litologi berupa serpih,
kontrol tersebut, pola persebaran geokimia
serpih sabakan, batulumpur karbonan,
dalam tanah dan potensi keberadaan zona
batulanau dan batupasir, serta sedikit
mineralisasi dapat teramati.
batugamping dan tufa berfosil [3]. Sebagian
Pulau Kalimantan merupakan salah satu
batuan di Formasi Pedawan termalihkan
daerah yang cukup baik dalam penelitian ini
akibat dari kontak dengan intrusi Sintang.
karena secara geologi tersusun atas batuan-
Pada Gunung Senyang, dijumpai satuan
batuan intrusi [3]. Dalam prosesnya, intrusi
batuan beku intrusi diorit, dasit, dan andesit
batuan beku, karena perubahan suhu dan
sebagai badan utama. Satuan metasedimen
tekanan serta keberadaan fluida hidrotermal,
yang berupa perselingan batupasir dan
berpotensi untuk mengubah dan mengalterasi
batulempung, merupakan hasil ubahan akibat
batuan di sekitarnya [4]. Penelitian akan
intrusi. Selain itu, terdapat pula endapan
alterasi dan mineralisasi emas sudah banyak
aluvial yang berumur Resen (Gambar 1) [10].
dilakukan di Kalimantan [5]-[7]. Namun,
hubungannya dengan kondisi geospasial serta Metode
persebaran unsur-unsur emas dan perak
Penelitian ini menggunakan dua jenis
dalam tanah masih jarang dilakukan. Oleh
karena itu, studi ini bertujuan untuk data utama, yaitu data geospasial dan data
menganalisis kontrol dan pola persebaran geokimia. Data untuk pendekatan geospasial
berupa data Digital Elevation Model (DEM)
geokimia tanah Au dan Ag pada Gunung
dan data remote sensing Sentinel-II A.
Senyang yang berada di Kalimantan Barat.
Sedangkan, data geokimia Ag dan Au
Pendekatan seperti analisis geostatistik
didapatkan dari hasil survei terpadu oleh
mampu memahami distribusi dan anomali
unsur-unsur geokimia dalam tanah [8]. Selain Pusat Sumber Daya Mineral dan Panas Bumi

2
Prosiding
Sriwijaya Geology Festival 2021

Gambar 1. Peta geologi daerah Gunung Senyang dari Kisman dan Widi (2015).

di Gunung Senyang [11]. Terdapat 174 data kontrol geospasial dan zona mineralisasi
geokimia tanah yang tersebar menjadi tiga terhadap persebaran Au dan Ag tanah di area
kluster, yaitu kluster utara, kluster timur, dan Gunung Senyang.
kluster barat. Selain itu, dipakai 38 data
Hasil dan Pembahasan
geokimia batuan yang diambil dari survei
mengikuti keberadaan zona-zona Analisis Data Geospasial
mineralisasi di sekitar sungai.
Analisis data Digital Elevation Model
Analisis kemiringan lereng, topografi,
(DEM) menunjukkan bahwa morfologi
dan watershed dibuat dengan DEM untuk
Gunung Senyang secara umum merupakan
mengetahui aspek morfologi dan daerah
aliran sungai. Kemudian, dilakukan satuan bukit terisolasi dengan elevasi
pembuatan Normalize Difference Vegetation maksimum 691 meter di atas permukaan laut
dan dikelilingi oleh dataran-dataran
Index (NDVI) dengan data remote sensing
bergelombang. Pada dasarnya, bukit
Sentinel-II A untuk mengetahui tingkat
terisolasi merupakan morfologi suatu daerah
kepadatan vegetasi pada Gunung Senyang.
yang jauh lebih tinggi dibandingkan area di
Setelah mengetahui kondisi daerah penelitian
melalui pendekatan geospasial, data sekitarnya. Apabila dihubungkan dengan
geokimia Au dan Ag kemudian dianalisis. satuan litologinya, terbentuknya morfologi
Gunung Senyang berhubungan dengan
Analisis awal geokimia tanah dilakukan
satuan yang berupa intrusi batuan granitik-
dengan metode Exploratory Data Analysis
andesitik dan metasedimen. Kedua satuan
(EDA) untuk mengetahui distribusi data dan
tersebut memiliki resistensi yang lebih tinggi
keberadaan outlier dalam bentuk tabel
deskripsi statistik dan boxplot. Apabila data dari satuan litologi di sekitarnya, yang berupa
sudah terdistribusi normal dan stasioner, batuan sedimen, sehingga mampu bertahan
dari erosi dan pelapukan di alam.
Exploratory Spatial Data Analysis (ESDA)
Analisis kemiringan lereng juga
dilakukan untuk mengetahui pola persebaran
dilakukan guna menentukan kontrol
data secara spasial. Kedua metode tersebut
akan digunakan untuk menentukan jenis persebaran unsur Au dan Ag tanah oleh
kriging yang tepat guna menunjukkan lereng. Berdasarkan peta yang dibuat
(Gambar 2) dari klasifikasi kemiringan lereng
anomali dan distribusi Au dan Ag. Hasil
[12], pada bagian selatan dan timur, Gunung
pendekatan spasial dan geostatistik yang
Senyang memiliki kemiringan lereng yang
telah dilakukan dihubungkan dengan
curam dengan persentase kemiringan lereng
distribusi geokimia batuan untuk mengetahui

3
Prosiding
Sriwijaya Geology Festival 2021

30-70%. Proses denudasi terjadi di tingkat Senyang memiliki pola aliran radial
sedang pada daerah tersebut. Sedangkan, sentrifugal. Pola aliran tersebut merupakan
pada bagian barat dan utara, Gunung Senyang karakter dari sungai pada morfologi
memiliki kemiringan lereng yang sangat pegunungan yang mengalir pada lembah
curam sampai curam ekstrem dengan yang berbentuk V. Secara umum, aliran
persentase kemiringan lereng 70-200%. Pada sungai bagian utara dilalui tiga percabangan
lereng yang sangat curam sampai curam utama sungai yang cukup luas hingga ke
ekstrem tersebut, proses denudasi dapat bagian timur. Persebaran sungai ini mengalir
terjadi sangat intensif. dari puncak dan menyebar pada lereng
Analisis watershed ini akan dijadikan Gunung Senyang. Pada bagian selatan,
sebagai acuan kontrol daerah aliran sungai terdapat satu aliran sungai utama dengan
terhadap penyebaran geokimia Au dan Ag percabangan kecil yang mengalir dari puncak
dalam tanah. Unsur Au-Ag primer dalam dan berbelok kearah barat daya. Hal ini
regolit yang berada di atas water table akan diduga dipengaruhi oleh kelurusan yang ada.
mudah terlarut akibat interaksi dengan air Sedangkan, beberapa sungai mengalir dari
tanah dan teroksidasi [4]. Dalam analisisnya, lereng-lereng di Gunung Senyang (Gambar
melalui data DEM yang dianalisis, Gunung 3).

Gambar 2. Peta derajat kemiringan lereng dan bentukan morfologi bukit terisolasi secara tiga
dimensi pada daerah penelitian di Gunung Senyang.

Gambar 3. Peta watershed pada daerah penelitian di Gunung Senyang.

4
Prosiding
Sriwijaya Geology Festival 2021

Salah satu faktor lain yang Oleh karena itu, dibuatlah NDVI untuk
berpengaruh pada derajat dispersi dari unsur- mengetahui kepadatan vegetasi di Gunung
unsur dalam tanah adalah keberadaan Senyang pada tahun 2017 yang sesuai dengan
vegetasi. Keberadaan tanaman dalam suatu data geokimia daerah penelitian. Hasil tiga
vegetasi mampu mengikat unsur-unsur, NDVI di waktu yang berbeda ini (Gambar 4)
utamanya logam berat, sehingga dispersinya menunjukkan bahwa secara umum kepadatan
menjadi terhambat pada area yang memiliki vegetasi area penelitian sangat tinggi (nilai
vegetasi tinggi [13]. NDVI, sebagai NDVI > 0,8). Beberapa bagian area dijumpai
parameter remote sensing indeks vegetasi memiliki nilai NDVI yang rendah. Namun,
yang paling umum dipakai, merupakan ketidakkonsistenan nilai rendah tersebut di
metode yang paling representatif untuk ketiga peta menunjukkan bahwa nilai yang
digunakan pada daerah penelitian yang terbaca pada wilayah-wilayah tersebut
diduga tertutupi oleh tanaman yang tinggi merupakan area yang tertutup awan.
[14] seperti hutan hujan tropis di Kalimantan.

Gambar 4. Peta NDVI daerah Gunung Senyang pada tiga waktu yang berbeda yaitu pada a) 12
Mei 2017, b) 20 Agustus 2017, dan c) 24 Oktober 2017.

parameter tersebut, dapat disimpulkan bahwa


Analisis Geostatistik Au-Ag Tanah
data Ag sudah terdistribusi normal dan
Setelah pengetahuan akan geospasial stasioner. Analisis kemudian dilanjutkan ke
diketahui, analisis geostatistik dilakukan data Au tanah. Berdasarkan rangkuman
untuk mengetahui persebaran unsur Au dan deskriptif statistik dan boxplot Au tanah
Ag daerah penelitian. Tahap awal dalam (Tabel 1; Gambar 5b), diketahui bahwa data
melakukan analisis geostastitik adalah Au masih memiliki beberapa outlier di upper
Exploratory Data Analysis (EDA), yaitu whisker dan nilai statistik yang tidak sesuai
analisis statistik persebaran data dan kriteria sehingga diartikan bahwa data masih
penentuan outlier. Target dari EDA ini adalah belum stasioner dan terdistribusi normal.
data yang distribusi normal dan stasioner agar Oleh karena itu, data Au kemudian
data dapat diolah ke tahap selanjutnya. ditransformasikan secara logaritmik. Hasil
Kriteria tersebut dapat tercapai apabila nilai rangkuman statistik deksriptif data logartima
median, mean, dan modus data hampir sama Au (log Au) menunjukkan nilai mean= 1,01;
[15] serta memiliki nilai skewness ± 1 dan median=1,07; modus= 0; kurtosis= -0,75; dan
kurtosis ± 3 [16]. Selain itu, diperlukan juga skewness= 0,33 (Tabel 1). Boxplot
data yang tidak memiliki outlier. transformasi logaritmik Au (Gambar 5c) juga
Dari rangkuman statistik deskriptif menunjukkan bahwa data sudah tidak
yang dibuat (Tabel 1), terlihat bahwa data Ag memiliki outlier sehingga data log Au sudah
tanah memiliki mean= 2,04; median = 2,1; bisa dikatakan stasioner dan terdistribusi
modus= 1,7; kurtosis= 0,49; dan skewness= - normal. Karena kedua data tersebut sudah
0,27. Selain itu, boxplot Ag tanah (Gambar terdistribusi normal dan stasioner, maka data
5a) menunjukkan bahwa tidak terdapat dapat dilanjutkan ke tahap Exploratory
outlier pada data ini. Berdasarkan kedua Spatial Data Analysis (ESDA).

5
Prosiding
Sriwijaya Geology Festival 2021

Tabel 1. Rangkuman statistik deskriptif sampel, maka tingkat kepercayaan terhadap


geokimia tanah Au dan Ag. hasil interpolasi juga semakin rendah. Pada
Ag Au Au peta persebaran data Ag tanah (Gambar 6),
(ppm) (ppb) (log ppb) didapat bahwa nilai persebaran data berada di
Mean 2,04 21,14 1,02 rentang 0-4,1 ppm (part per million).
Standard 0,05 1,88 0,04 Anomali konsentrasi Ag dominan berada di
Error bagian kluster utara dan kluster timur bagian
utara. Terlihat pula sebagian kecil area
Median 2,10 12,00 1,08
kluster selatan memiliki anomali positif yaitu
Mode 1,70 0,00 0,00 di bagian barat area kluster. Sedangkan pada
Standard 0,71 24,79 0,58 peta persebaran Au tanah, tampak bahwa
Deviation anomali juga secara umum berada di kluster
Variance 0,50 614,7 0,33 utara dan bagian utara kluster timur dengan
konsentrasi di rentang 0-2,09 dalam satuan
Kurtosis -0,28 4,22 -0,76 logaritmik ppb (part per billion). Hal ini
Skewness 0,15 1,99 -0,34 membuktikan bahwa keberadaan unsur Ag
Minimum 0,00 0,00 0,00 dan Au saling terkait mengingat unsur Ag
merupakan unsur indikator dari Au.
Maximum 4,10 125,0 2,10
Count 174 174 174

Pengolahan data dengan


menggunakan metode geostatistik
dipengaruhi oleh ketergantungan nilai dan
tata ruang data sehingga pengolahannya
harus mempertimbangkan nilai lokasi yang
berdekatan dengan daerah penelitian. Oleh
karena itu, setelah data terbukti stasioner dan
terdistribusi normal, tahap selanjutnya yang
dilakukan adalah Exploratory Spatial Data
Analysis (ESDA). Plot symbol map dibuat
untuk mengetahui distribusi data spasial agar
digunakan untuk menghindari ambiguitas
dan melihat hubungan nilai antar lokasi
sampel. Hasil plot menunjukkan bahwa
terdapat 3 kluster area penyebaran sampel,
yaitu Au umumnya di kluster utara sedangkan
Ag di kluster utara dan kluster timur di bagian
utara. Dari hasil symbol map yang dibuat,
diambil keputusan bahwa akan dibuat model
ordinary kriging dengan persebaran isotropi.
Hal ini juga didukung dengan model
variogram yang menunjukkan model paling
baik di persebaran isotropi.
Analisis geostatistik terakhir dalam
mengetahui distribusi dan anomali data
geokimia adalah kriging. Jenis kriging yang Gambar 5. Boxplot unsur geokimia tanah
dianggap paling sesuai dengan EDA dan untuk a) unsur Ag (ppm), b) unsur Au
ESDA pada kedua data, Au dan Ag tanah, (ppm), dan c) unsur Au (log ppb).
sebelumnya adalah ordinary kriging. Hasil
interpolasi kriging kadar kedua unsur Analisis korelasi antara unsur Au dan
ditunjukkan dengan gradasi warna biru, Ag tanah selanjutnya dilakukan untuk
untuk nilai terendah, ke merah, untuk nilai mengetahui tingkat keterkaitan kedua unsur
tertinggi. Perlu diperhatikan titik sampel tersebut di daerah penelitian. Plot bivariat
penelitian karena semakin jauh dari titik kedua unsur (Gambar 7) disertai garis regresi
dan koefisien determinasi (R2) dibuat. Nilai

6
Prosiding
Sriwijaya Geology Festival 2021

Gambar 6. Peta kriging dan semivariogram dari geokimia tanah Gunung Senyang untuk a) unsur
Ag (dalam ppm) dan b) unsur Au (dalam logaritmik ppb). Pada peta kriging ditampilkan pula nilai
simbol (symbol map) untuk masing-masing unsur.

koefisien determinasi memiliki rentang -1 Au- Ag batuan dibuat dan di-overlay dengan
hingga 1 dengan keterangan bahwa semakin peta alterasi pada Gunung Senyang (Gambar
nilai mendekati 1 atau -1, maka korelasi 8). Mineralisasi Au dan Ag dengan anomali
kedua unsur akan semakin tinggi. Nilai tinggi ditemukan di bagian utara yaitu di
positif atau negatif menujukkan bahwa sekitar Sungai Entinyuh dan selatan yaitu di
hubungan kedua unsur berbanding lurus Sungai Paju. Pada Sungai Entinyuh,
(apabila positif) atau berbanding terbalik keberadaan Au dan Ag berhubungan dengan
(apabila negatif). Dari analisis ini, didapat mineral pada batuan metasedimen dan intrusi
nilai R2 sebesar 0,0442 sehingga dapat diorit. Pada Sungai Paju, mineralisasi Au dan
disimpulkan bahwa unsur Au dan Ag tanah di Ag cukup tinggi pada zona piritisasi dan
Gunung Senyang memiliki hubungan intrusi granit-granodiorit. Keberadaan
berbanding lurus namun dengan keterkaitan mineralisasi inilah yang menjadi sumber
yang cukup rendah. persebaran Au dan Ag tanah di Gunung
Senyang.
Evaluasi Faktor Distribusi Au-Ag Tanah
Analisis geostatistik yang
dipadukan dengan analisis geospasial
memberikan gambaran akan faktor dispersi
dari konsentrasi Ag dan Au tanah. Apabila
dilihat dari vegetasinya, Gunung Senyang
memiliki tingkat vegetasi yang tinggi di
setiap kluster sehingga perbedaan anomali
Ag dan Au tanah di setiap kluster tidak terlalu
dikontrol oleh vegetasi. Anomali dominan
Gambar 7. Korelasi geokimia tanah unsur pada kluster utara dipengaruhi oleh dispersi
Au dan Ag di Gunung Senyang. unsur yang cukup signifikan karena kluster
tersebut dilalui oleh aliran sungai yang cukup
Mineralisasi Au-Ag di Gunung Senyang menyebar. Adanya aliran air yang intensif,
Model alterasi dan mineralisasi yang didukung dengan tingginya kadar Au-
sudah dibuat di studi terdahulu [10][11]. Pada Ag batuan di Entinyuh, menjadi media
penelitian ini, plot pada symbol map unsur pembawa Au dan Ag yang larut di batuan [4].

7
Prosiding
Sriwijaya Geology Festival 2021

Selain itu, keberadaan aliran sungai telah kluster ini berkorelasi dengan kemiringan
mengerosi lereng kluster utara sehingga lereng yang relatif rendah di bagian tersebut
menghasilkan kemiringan lereng yang sangat (Gambar 3) sehingga diduga bahwa anomali
curam. tersebut merupakan tempat akumulasi dari
Pada bagian kluster selatan, terdapat dispersi unsur Au-Ag dalam batuan yang
area prospek mineralisasi Au-Ag dalam berada di elevasi lebih tinggi dengan
batuan. Namun, terlihat dalam peta kemiringan lereng lebih curam. Untuk kluster
watershed bahwa hanya ada satu sungai timur, anomali terlihat dominan di bagian
utama sehingga anomali Au-Ag dalam tanah utara dengan kemungkinan dipengaruhi
tidak terlalu kuat. Anomali baru terlihat di proses yang sama dengan persebaran unsur di
bagian barat kluster selatan. Anomali pada kluster utara.

Gambar 8. Peta alterasi di Gunung Senyang (modifikasi dari Widi dkk., 2017) di-overlay dengan
data geokimia batuan Au dan Ag.

8
Prosiding
Sriwijaya Geology Festival 2021

Amerika Serikat: Blackwell Publishing,


Kesimpulan
2005.
Gunung Senyang memiliki
[5] J. F. H. Thompson, H. Z. Abidin, R. A.
kepadatan vegetasi tinggi dengan morfologi
Both, S. Martosuroyo, W. Rafferty, dan
bukit terisolasi yang terbentuk akibat intrusi
A. J. B. Thompson, “Alteration and
granodiorit-diorit. Area tersebut memiliki
epithermal mineralization in the Masupa
kemiringan curam hingga curam ekstrem. Hal
Ria volcanic center, Central Kalimantan,
ini dipengaruhi oleh keberadaan daerah aliran
Indonesia,” Journal of Geochemical
sungai yang mampu mengakibatkan proses
Exploration, vol. 50, no. 1, pp. 429-456,
denudasi menjadi intensif. Berdasarkan hasil
1994.
analisis geostatistik Au dan Ag dalam tanah,
terlihat bahwa kontrol analisis geospasial, [6] A. G. S. Davies, D. R. Cooke, J. B.
utamanya kemiringan lereng dan keberadaan Gemmell, T. van Leeuwen, P. Cesare, dan
daerah aliran sungai, menjadi faktor dalam G. Hartshorn, “Hydrotermal breccias at
penyebaran distribusi unsur Ag dan Au dalam the Kelian gold mine, East Kalimantan,
tanah. Anomali Ag dan Au pada bagian Indonesia,” Economic Geology, vol. 103,
kluster utara dan timur berkorelasi dengan no. 4, pp. 717-757, 2008.
percabangan sungai yang cukup menyebar.
[7] R. Fahmi, H. H. Wicaksono, dan B.
Selain itu, keberadaan anomali pada tanah
Priadi, “Karakteristik alterasi dan
berkorelasi kuat dengan geokimia Au-Ag
mineralisasi emas pada zona oksidasi di
dalam batuan yang menggambarkan daerah
daerah Pangapit, Kabupaten Sambas,
mineralisasi.
Provinsi Kalimantan Barat,” Buletin
Studi ini menunjukkan bahwa Sumber Daya Geologi, vol. 14, no. 1, pp.
anomali kuat Au dan Ag berada di utara 21-33.
Gunung Senyang dan sebagian kecil di
[8] P. Goovaerts, “Geostatistics in soil
baratdaya Gunung Senyang. Namun, perlu
science: state-of-the-art and perspective,”
dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap
Geoderma 89, pp.1–45, 1999.
area-area yang masih belum masuk dalam
kluster-kluster daerah penelitian. Oleh karena [9] F. F. Sabins, “Remote sensing for mineral
itu, studi ini diharapkan menjadi referensi exploration,” Ore Geology Reviews, vol.
dalam eksplorasi keberadaan unsur Au dan 14, no. 3-4, pp. 157-183, 1999.
Ag di Gunung Senyang selanjutnya.
[10] Kisman dan B. N. Widi, “Survei
Daftar Pustaka geokimia tanah lanjutan daerah Gunung
Senyang Kabupaten Sanggau, Provinsi
[1] J. C. Antweiler dan W. L. Campbell,
Kalimantan Barat,” Prosiding Pusat
“Gold in exploration geochemistry”,
Sumber Daya Geologi, 2015.
dalam Precious metals in the Northern
Cordillera: Proceedings of a symposium, [11] B. N. Widi, H. M. Hatta, D. M.
A. A. Levinson (ed.), Vancouver, British Heditama, T. Islah, J. Jaenudin, dan H.
Columbia, Canada, 1981, pp. 33–44, Sutaryo, Laporan Eksplorasi Umum
1982. Emas Tahap II Di Gunung Senyang
Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan
[2] A. P. Reis, A. J. Sousa, dan E. Fonseca,
Barat, Bandung, Indonesia: Pusat Sumber
“Soil geochemical prospecting for gold at
Daya Mineral dan Panas Bumi, 2017.
Marrancos (Northern Portugal),” Journal
of Geochemical Exploration., no. 73, pp. [12] R. A. Van Zuidam, Aerial Photo-
1–10, 2001. Interpretation in Terrain Analysis and
Geomorphological Mapping, The Hague,
[3] S. Supriatna, U. Margono, Sutrisno, F. De
Belanda: Smith Publisher, 1985.
Keyser, dan R. P. Langford, “Geologi
Lembar Sanggau, Kalimantan,” Pusat [13] J. Barcelo dan C. Poschenrieder, “Plant
Penelitian dan Pengembangan Geologi, water relations as affected by heavy metal
Bandung, 1993. stress: A review,” Journal of Plant
Nutrition, vol. 13, no. 1, pp. 1-37, 1990.
[4] L. Robb, Introduction to Ore-forming
Processes, Malden, Massachusetts,

9
Prosiding
Sriwijaya Geology Festival 2021

[14] R. L. Pearson dan L. D. Miller, “Remote [15] J. D. Brown, “Skewness and kurtosis,”
mapping of standing crop biomass for Shiken: JALT Testing & Evaluation SIG
estimation of the productivity of the short- Newsletter, pp. 20-23, 1997.
grass Prairie, Pawnee National
[16] S. Kotz, C. B. Read, N. Balakrishnan, B.
Grasslands, Colorado,” dalam
Vidakovic, dan N. L. Johnson,
Proceedings of the Eighth International
Encyclopedia of Statistical Sciences,
Symposium of Remote Sensing of
Hoboken, New Jersey, Amerika Serikat:
Environment, VIII, Michigan, Amerika
Wiley-Interscience, 2004.
Serikat, 1972, pp. 1357-1381.

10

You might also like