Professional Documents
Culture Documents
Adoc - Pub - Eksplorasi Awal Nikel Laterit Di Desa Lamontoli Da
Adoc - Pub - Eksplorasi Awal Nikel Laterit Di Desa Lamontoli Da
2, Juli 2012
Abstract
Sari
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara umum, endapan nikel yang terdapat di Lamontoli dan Lalemo
merupakan endapan nikel laterit. Endapan nikel laterit merupakan bijih yang
dihasilkan dari proses pelapukan batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan
bumi. Nikel merupakan mineral yang sangat banyak dicari karena memiliki nilai yang
sangat mahal, selain bersifat tahan karat, logam ini juga berfungsi sebagai bahan
paduan logam lain membentuk baja. Nikel laterit merupakan sumber bahan
tambang yang sangat penting. Endapan nikel laterit terbentuk dari hasil pelapukan
dari batuan induk dari jenis ultrabasa. Kegiatan Eksplorasi merupakan tahapan yang
menentukan untuk kegiatan Eksploitasi selanjutnya.
Permasalahan
Di desa Lamontoli dan desa Lalemo, Kecamatan Bungku Selatan,
Kabupaten Morowali, Propinsi Sulawesi Tengah, secara regional menunjukkan
adanya potensi sumber daya nikel laterit, oleh sebab itu penulis melakukan
eksplorasi awal untuk mengetahui kualitas dan kuantitas nikel laterit didaerah
tersebut.
Tujuan
Tujuan dari penyusunan jurnal ini adalah untuk mengetahui potensi sumber
daya nikel laterit yang meliputi kualitas dan kuantitas, dimana kualitas dilihat dari
analisis kadar Ni dan Fe, sedangkan kuantitas dihitung dari cadangan atau volume
nikel laterit tersebut.
Ruang Lingkup
Pembahasan ini melingkupi kegiatan pengeboran dangkal dan pengeboran
dalam, analisis kadar Ni dilaboratorium, penyebaran lateritya hingga penentuan
prospek dan tidak prospeknya endapan laterit tersebut.
Metode Penulisan
Melakukan pemetaan untuk menentukan daerah prospek zona laterit dan
juga lokasi titik bor pada block A dan C.
Melakukan pemboran dangkal dengan menggunakan alat handauger dan
Tes pit pada block B meliputi 4 titik yaitu dengan kedalaman bervariasi dari
1-10 m.
Melakukan pemboran dalam pada titik zona prospek laterit dengan
menggunakan mesin Jackro 100 pada block A dan C. kegiatan pemboran
dalam ini meliputi set up rig, Running (pemboran dalam), dan treatment
sampel.
Melakukan pengeringan sampel untuk hasil dari pemboran dangkal dan
pemboran dalam serta dilanjutkan dengan analisis laboratorium untuk
menetukan kadar nikel (Ni) pada setiap titik pemboran.
Lokasi
Lokasi paling banyak ditemukan nikel laterit ada di Indonesia Timur, namun
ada juga di Kalimantan. Secara administrasi terletak pada Desa Lamontoli dan Desa
Lalemo, Kecamatan Bungku Selatan, Kabupaten Morowali, Propinsi Sulawesi
Tengah, berada sekitar 246 Km sebelah Timur Kota Kendari.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
TINJAUAN PUSTAKA
Geologi Regional
Tektonik
Sulawesi terdiri dari 3 bagian berdasarkan tektonik seting pembentukannya
:
1. Bagian utara pulau Sulawesi termasuk dalam magmatic arc yang masih
aktif hingga sekarang.
2. Bagian timur dan timur laut merupakan fragmen dari mikro kontinen yang
bergerak dari bagian utara Australia kraton yang saling bersinggungan pada
sisi bagian barat dan barat daya.
3. Sisi selatan merupakan bagian dari sunda land.
4. Lokasi penelitian terletak pada bagian timur dan timur laut karena tumbukan
lempeng dan tergeser oleh sesar sorong maka daerah penelitian sangat
komplek.
Stratigrafi
Stratigrafi regional terdiri dari 1 kelompok batuan yaitu Batuan Ofiolit (Ku)
dan 2 formasi yaitu Formasi Matano (Tmpp) dan Formasi Salodik (Tems).
Batuan Ofiolit ( Ku)
Terdiri dari batuan-batuan ultramafik yaitu peridotit, harzburgit, dunit, gabro
dan serpentinit. Satuan batuan ini berumur Kapur. Penyebaranya hampir
meliputi 15% dari pada wilayah area konsesi tersebar di bagian selatan dan
sebagian di bagian utara area konsesi.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Struktur Geologi
Daerah penelitian termasuk ke dalam sabuk Ofiolit Sulawesi Timur
(Kadarusman, 2004). Dimana Ofiolit Sulawesi Timur tersebar mulai dari lengan timur
Sulawesi hingga lengan selatan Sulawesi. Ofiolit Sulawesi Timur ini berasal dari
punggungan tengah samudera (mid oceanic ridge) dan oceanic plateau Pasifik yang
teralih-tempatkan.
Pada dasarnya daerah lengan timur Sulawesi memiliki jenis batuan yang sangat
bervariasi. Dimana di setiap daerah tidak selalu tersusun dari batuan dan stratigrafi
yang sama. Basement terdiri dari beberapa jenis batuan, pada daerah Komplek
Lamasi batuan dasarnya berupa batuan sediment klastik berumur Mezosoik yang
memiliki kontak sesar dengan batuan diatasnya yaitu batuan beku basaltik.
Sulawesi bagian timur tersusun oleh dua zona melange yang terangkat sebelum
dan sesudah Miosen. Melange yang terletak pada bagian selatan dan barat
tersusun dari batuan sekis yang berorentasi ke arah tenggara dengan disertai
beberapa batuan ultrabasa relatif kecil yang penyebarannya terbatas.
PEMBAHASAN
Dari hasil pemetaan daerah zona prospek laterit, lokasi terbagi menjadi 3
block yaitu block A, B dan C, dari ke-3 block ini dapat mengetahui penyebaran
Laterit yang dominan di Block B dan C serta sebagian berada di block A yang
penyebarannya tidak terlalu luas. Dari ketiga block ini, fokus pemboran di lakukan
pada block A dan block C saja.
BLOCK A
Mesin yang digunakan untuk melakukan pengeboran di block A adalah
Jackro 100. Pada block A jumlah pengeboran yang dilakukan adalah 3 titik dengan
ketebalan laterit mencapai 2 m, bagian bawahnya sudah dijumpai bedrock berupa
batugamping kristalin yang sangat kompak sehingga pemboran diblock A
dihentikan. Tidak semua block A memiliki ketebalan laterit 2 m, dan ada yg lebih dari
2 m. Hal ini menyebabkan pengeboran dialihkan ke block C. Hasil analisis sampel
pengeboran pada block A di ketahui kadar nikel (Ni) yang tertinggi terdapat di titik
bor A-19 pada kedalaman 1 m yaitu 0,60.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
BLOCK B
Pada block B dilakukan Uji Pengeboran dengan alat handauger dan Tes Pit
pada 2 titik. Dari hasil analisis diketahui bahwa kadar nikel (Ni) yang tertinggi
terdapat di titik GR-1 yaitu 1,83 pada kedalaman 8 m dan kadar terendah pada
kedalaman 3 m dengan kadar 0,88. Penyebaran lateritnya berada dipunggungan
bukit, dengan kondisi litologi yang memiliki kandungan serpentine yang sangat
tinggi yang telah mengalami pelapukan lanjut, sehingga menyebabkan kadar
nikelnya tinggi.
BLOCK C
Lokasi di block C memiliki luasan 11,75 Ha. Kenampakan relief perbukitan
0
bergelombang dengan ketinggian antara 19 sampai 55 mdpl, slope rata – rata 5
0
sampai 23 , dilokasi penyelidikan banyak terdapat rawa dan sungai.
Pada pemboran pada block C, mesin yang digunakan adalah Jackro 100. Jumlah
keseluruhan titik diblock C adalah 129 titik, sedangkan yang berhasil dibor adalah
52 titik dengan total depth keseluruhan adalah 691,12 m dan diblock C ada 4 titik
dengan total kedalaman 19.86 m, sisanya terkendala masalah izin lahan.
Penyebaran laterit umumnya utara-selatan, dengan ketebalan rata-rata sekitar 4 m,
sedangkan saprolit mempunyai ketebalan rata-rata 7 m. Pada kedalaman rata-rata
sekitar 11 m dijumpai bedrock berupa batugamping, breksi dan konglomerat. Dari
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
hasil analisis pengeboran 56 titik di block C diketahui kadar nikel (Ni) tertinggi
adalah di titik bor C-3 yaitu 1,03 pada kedalaman 8 m, serta titik bor C-37 yaitu 1,25
pada kedalaman 6 m.
KESIMPULAN
Dilihat dari hasil analisis laboratorium kadar nikel di block A yang tertinggi
terdapat pada titik A12 yaitu 1,22 berada pada kedalaman 3 m. Dari hasil
pengeboran 4 titik kadarnya rendah dan kedalamanya yang relatif dangkal maka
pengeboran diblock A bagian barat disarankan untuk ditutup atau tidak prospek dan
difokuskan ke block A bagian selatan serta selanjutnya mengarah ke block B.
Dari hasil analisis laboratoruim berdasarkan sampel dari handauger dan Tes Pit
maka diketahui kadar nikel untuk block B cukup tinggi karena ada yang memenuhi
standar diatas 1,8 sehingga memenuhi syarat untuk dilakukakan eksploitasi.
Setelah melakukan survey tinjau dilihat banyak singkapan batuan serpentine yang
tersingkap diatas permukaan yang sudah mengalami pelapukan tingkat tinggi.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Sedangkan untuk block C perlu dipertimbangan lagi karena kadarnya relatif rendah,
hanya ada beberapa sumur yang sudah memenuhi standar yaitu diatas 1,8
sedangkan kebanyakan sumur lainnya, kadarnya rendah. Jadi kesimpulan untuk
block C adalah tidak prospek untuk dieksploitasi karena penyebarannya tipis.
DAFTAR PUSTAKA
Aflan. Z., 2010., Geologi dan Estimasi Cadangan dengan Metode Ordinary Kriging
pada Endapan Nikel Laterit di Bukit TLC 4 Pomala Wilayah Penambangan
PT Aneka Tambang., Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (Tesis tidak
dipublikasikan)
Ahmad. W., 2005., Nickel Laterites., PT INCO, Indonesia
Golightly, J.P., 1979, Geology Of Soroako Nickeliferous Laterite Deposite, Int.
Laterite Simp, New Orleans.
Sulasmoro. B., 1985., Buletin: Kajian Nikel., Departemen Pertambangan dan energi.
Direktorat Jenderal Pertambangan Umum. Pusat Pengembangan Teknologi
Mineral., Bandung
Waheed, A., 2002. Nickel Laterites-A Short Course : Chemistry, Mineralogy, and
Formation of Nickel Laterites (tidak dipublikasikan ).