You are on page 1of 13

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Nama :SUMARNI

Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah

1. Rendahnya semangat dan KAJIAN LITERATUR


motivasi belajar peserta didik Menurut (Sudaryono, 2012). Dari hasil kajian literatur dan
wawancara serta observasi langsung
cita-cita atau aspirasi siswa, kondisi jasmani dan
rohani siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur- dapat disimpulkan bahwa
unsur dinamis belajar, dan upaya guru  Guru perlu kreatif dalam
membelajarkan siswa menyampaikan materi
 Kondisi Fisik siswa
Journal of Mechanical Engineering Education, Vol.  Kurangnya minat belajar
6, No. No. 2, Desember 2019 siswa
 cita-cita/aspirasi siswa,  Guru perlu menigkatkan
 kondisi ligkungan, pengeloaan kelas
 unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
kondisi siswa,
 upaya guru dalam mengelola kelas dan kondisi
siswa.

Hasil wawancara
1. Pakar (dosen) Muthmainna, M.Pd
 Ketidak mampuan guru dalam
menentukan model pembelajaran yang
bisa meningkatkan motivasi belajar
siswa
 Guru kurang kreatif dalam
menyampaikan materi
2. Pengawas (Enos Anto’ M.Pd)
 Upaya guru dalam mengelola kelas
masih kurang
 Keterbatasan intelejensi siswa
3. Kepala sekolah (Daud Charles Bumbungan,
S.Pd
 Kondisi jasmani dan rohani siswa
 Kurangnya minat belajar siswa
terhadap mata pelajaran tertentu
4. Guru (Winersa Sosang, S.Pd)
 Kurang motifasi dari guru
 Metode pembelajaran yang kurang
inovatif
 kondisi lingkungan siswa

5. Siswa (Fhenci Pratiwi)
 Kurangnya minat siswa terhadap mata
pelajaran tertentu
 Ada masalah di luar kelas
 Metode pemberajaran kurang menarik
perhatian siswa

2 KAJIAN LITERATUR Dari hasil kajian literatur dan


Minat membaca siswa masih Jurnal pendidikan dan konseling universitas wawancara serta observasi langsung
rendah Pahlawan dapat disimpulkan bahwa
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh dua
faktor penyebab kurangnya minat baca siswa, yaitu 1. guru perlu membiasakan siswa
faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam membaca
diri siswa yaitu kemampuan membaca, memahami 2. Siswa perlu memahami makna
makna yang terkandung dalam bacaan, kurangnya yang terkadung dalam
membiasakan membaca, membaca buku atas
bacaan.
perintah guru, siswa jarang mencari buku atau
bahan bacaan sesuai dengan kebutuhannya, 3. Perlu ada dukungan dari orang
siswa yang menyelesaikan tugas melalui internet tua
tanpa buku. sedangkan faktor eksternal
merupakan yang disebabkan oleh oleh diri siswa 4. Sekolah perlu meningkatkan
sendiri yaitu lingkungan sekolah kurang seperti siswa memanfaatkan
mendukung, budaya membaca yang kurang waktu luang seperti disela
dilingkungan sekolah, program literasi belum waktu intirahat untuk bermain
berjalan maksimal, mading sekolah yang tidak dengan teman dan makan
pernah diperbaharui, sekolah tidak memiliki tempat
makanan ringan daripada
khusus untuk membaca selain diperpustakaan,
peran perpustakaan sekolah yang belum membaca.
maksimal, dan pengaruh pengunaan
smarthphone.

Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 32


Tahun ke-7 2018

Hasil penelitian menunjukkan bahwa


 Faktor internal penyebab rendahnya minat
membaca siswa kelas IV SD N 1 Padas adalah
kemampuan membaca dan kurangnya
kebiasaan membaca.
 Faktor eksternal penyebab rendahnya minat
membaca siswa adalah lingkungan sekolah
kurang mendukung, peran perpustakaan belum
maksimal, keterbatasan buku/bahan bacaan,
keluarga kurang mendukung, dan pengaruh
menonton televisi serta penggunaan
handphone.

Hasil wawancara
1. Pakar (Dosen), Ibu Muthmainna, M.Pd
 peran perpustakaan sekolah yang
belum maksimal
 kurangnya pembiasaan
 kemampuan membaca yang rendah
 siswa belum sepenuhnya memahami
pentingnya membaca
 siswa lebih senang mendengarkan dari
pada membaca
2. Pengawas, Bapak Enos anto’ M.Pd
 Peran perpustakaan yang belum
maksimal
 Program literasi belum berjalan
maksimal
 pengaruh pengunaan smarthphone.
3. Kepala sekolah, Bapak Daud charles
Bumbungan, S.Pd
 Budaya membaca yang kurang di
sekolah
 Sekolah tidak memiliki tempat khusus
membaca selain perpustakaan
 Kurangnya dukungan dari orang tua
4. Guru Ibu, Winersa Sosang, S.Pd
 Keterampilan membaca siswa masi
kurang
 Siswa belum mengetahui pentingnya
membaca
 Kurangnya penekanan pentingnya
membaca saat belajar di rumah
 Siswa hanya membaca atas perintah
guru

5. Siswa, Fhenci Pratiwi


 Pelajaran atau cerita yang dibaca
kurang menarik
 Membaca bukanlah hal yang
menyasikkan
 kemampuan membaca yang rendah
akan membuat siswa menjadi malas
untuk membaca
3 Rendahnya konsentrasi KAJIAN LITERATUR Dari hasil kajian literatur dan
belajar Slameto (2010 :87), wawancara serta observasi langsung
dapat disimpulkan bahwa
menurutnya konsentrasi belajar besar berpengaruhnya 1. Guru perlu meningkatkan
terhadap belajar. Jika seseorang yang mengalami pembelajaran yang menarik
kesulitan konsentrasi, jelas belajarnya akan sia-sia, 2. Banyak siswa yang mengantuk
karena hanya membuang tenaga, waktu dan biaya 3. Guru perlu meningkatkan minat
saja. Seseorang yang dapat belajar dengan baik
siswa terhadap mata pelajaran
adalah orang yang dapat berkonsentrasi dengan baik,
dengan kata lain ia harus memiliki kebiasaan untuk tertentu
memusatkan pikiran ini mutlak perlu di miliki oleh setiap
siswa yang belajar. Dalam kenyataan seseorang sering
mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, hal ini di
sebabkan karena kurang berminat terhadap mata
pelajaran yang dipelajari, terganggu oleh keadaan
lingkungan (bising, keadaan yang semrawut, cuaca
buruk dan lain-lain), pikiran yang kacau dengan banyak
urusan / masalah-masalah kesehatan ( jiwa dan raga)
yang terganggu ( badan lemah), bosan terhadap mata
pelajaran /sekolah dan lain lain

Menurut Milatut Thoyibah, 2020

Penyebab rendahnya konsentrasi belajar adalah:


1. Tidak sarapan pagi
2. Pengaruh dari HP
3. Permasalahan keluarga
4. Kurang tidur
5. Pengaruh dari cuaca

HASIL WAWANCARA
1. Pakar (Dosen ) Ibu Muthmainna, M.Pd
 Pembelajaran guru kurang menarik
 Suasana kelas yang kurang kondusif
 Siswa kurang tertarik dengan mata
pelajaran tertentu
2. Pengawas Bapak Enos anto’ M.Pd
 Pembelajaran guru kurang menarik
 Siswa memikirkan hal lain
 Suasana kelas yang kurang kondusif
3. Kepala sekolah Bapak Daud charles
Bumbungan, S.Pd
 Terganggu oleh keadaan lingkungan
 kurang berminat terhadap mata
pelajaran yang dipelajari
 suasana yang bising
4. Guru Ibu Winersa Sosang, S.Pd
 Situasi dalam kelas masih belum
kondusif
 Siswa mempunyai masalah di luar kelas
 Siswa tidak memahami pelajaran yang
diberikan saat proses belajar mengajar
5. Siswa Fhenci Pratiwi
 Mengantuk saat jam pelajaran dimulai
 Memikirkan hal lain
 Terganggu karna teman yang lain ribut
atau mengajak ngobrol

4 Pembelajaran dikelas Kajian Literatur: Dari hasil kajian literatur dan


belum memancing 1. Menurut (Widodo dan Srikadarwati, 2013), dalam wawancara serta observasi langsung
peserta didik untuk pembelajaran yang menerapkan kurikulum 2013 dapat disimpulkan bahwa :
berpikir tingkat tinggi peserta didik diharapkan memiliki kemampuan 1. Guru perlu memahami dan
atau berbasis HOTS berfikir tingkat tinggi atau yang dikenal juga dengan menerapkan pembelajaran
istilah HOTS (High Order Thinking Skills) karena HOTS
dengan penerapan HOTS dalam pembelajaran 2. Guru belum memahami
dapat meningkatkan hal positif seperti keberanian
karakteristik peserta didik
menghadapi soal sulit, terbentuknya kerjasama
antar peserta didik yang baik,adanya interaksi
peserta didik dengan peserta didik maupun peserta 3. Guru masih menerapkan
didik dengan guru yang lebih tinggi, aktivitas belajar pembelajaran berbasis LOTS
yang lebih baik, serta karakter peserta didik yang 4. Guru jarang memberikan soal-
baik dalam hal disilpin, ketekunan, tanggung jawab, soal yang berbasis HOTS
teliti dan sikap terbuka (Widodo dan Srikadarwati, 5. Kemampuan menganalisis soal
2013)
peserta didik masih rendah
2. (Horan, 2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
HOTS antaralain: lingkungan kelas, karakteristik
keluarga, karakteristik psikologis dan kecerdasan
Hasil Wawancara:
Kepala Sekolah, Bapak Daud charles Bumbungan,
S.Pd

 Kurangnya kemampuan guru mengarahkan


peserta didik untuk dapat berpikir tingkat tinggi
atau HOTS
 Kurangnya perhatian dan motivasi peserta didik
terhadap aktivitas yang menekankan pada
aspek berpikir
 Belum adanya pembiasaan dan pelatihan
berpikir tingkat tinggi sekaligus penanaman
nilai dan manfaat berfikir tingkat tinggi.

Guru, Ibu Winersa Sosang, S.Pd

 Guru masih menerapkan pembelajaran


berbasis LOTS
 Guru jarang memberikan soal-soal yang
berbasis HOTS
 Guru jarang mengikuti seminar atau pelatihan.

Pakar (Dosen) Ibu Muthmainna, M.Pd


 Kurangnya kemampuan guru dalam
mengajarkan anak untuk bisa berpikir
kompleks.
 Kurangnya kemampuan guru dalam
mengaitkan materi dengan masalah yang
realistis yang dapat membantu peserta didik
dalam mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi atau berbasis HOTS
Pengawas Bapak Enos anto’ M.Pd
 Guru harus diberi pelatihan seperti IHT untuk
melatih guru dalam membuat soal-soal uraian
atau berbasis HOTS agar sesuai dengan
kaidah-kaidah yang ditentukan
Guru belum menerapkan kecakapan abad
21/4C, yaitu Critical Thinking and Problem
Solving (berpikir kritis dan menyelesaikan
masalah), Creativity (kreativitas),
Communication Skills (kemampuan
berkomunikasi), dan Ability to Work
Collaboratively (kemampuan untuk bekerja
sama)

5 Masih banyak guru yang KAJIAN LITERATUR Dari hasil kajian literatur dan
belum melakukan model Jurnal penelitian dan inovasi pendidikan wawancara serta observasi langsung
model pembelajaran inovatif dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan karakteristik  Latar belakang pendidikan guru yang berasal
materi dan siswa dari satu jurusan saja akan tetapi harus 1. Model pembelajaran inovatif
mengajarkan 3 materi sekaligus. yang masih terbatas
 Pemahaman guru mengenai model-model sehingga memungkinkan
pembelajaran inovatif yang masih terbatas. guru hanya menerapkan
 Lebih mengutamakan penggunaan metode metode pembelajaran yang
pembelajaran yang monoton, seperti ceramah sudah umum dilakukan
dan diskusi.
atau monoton, yaitu
 kurang aktif dalam mengikuti pelatihan untuk metode ceramah dan
guru, seperti MGMP. diskusi
 Pemahaman guru mengenai model-model 2. Guru seharusnya lebih aktif
inovatif masih terbatas dalam mengikuti pelatihan seperti
 Ketertarikan siswa yang kurang karena PPKN MGMP
terlalu banyak materi sehingga membosankan. 3. Guru merasa ragu menggunakan
 Kesiapan siswa yang kurang ketika akan model pembelajaran inovatif
dibentuk kelompok-kelompok dengan
menggunakan salah satu model pembelajaran
inovatif.Sekolah
 Kelayakan sarana seperti sebagian LCD yang
masih dalam perbaikan
 Kelengkapan video dokumenter atau alat-alat
audio visual yang belum lengkap

Artikel Kendala dalam Penerapan Model


Pembelajaran Inovatif

1. Kurangnya kreatifitas tenaga pendidik dalam


pelaksanaan pembelajaran, khususnya dalam memilih
model pembelajaran yang tepat
2. Terbatasnya waktu dan tenaga untuk menyiapkan
media yang dapat mendukung penggunaan model
pembelajaran inovatif, membuat guru lebih memilih
model pembelajaran yang umum digunakan
3. Keyakinan guru bahwa model ceramah paling
efektif untuk membuat siswa menguasai materi
pelajaran, membuat guru tidak mencoba
menggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif
4. Padatnya materi dan terbatasnya jam pelajaran
membuat guru berpikir ulang untuk mencoba
menggunakan model pembelajaran yang baru
5. Peserta didik yang kurang memberikan respons
positif terhadap pembelajaran sejarah serta suliltnya
untuk dikendalikan ketika sedang menggunakan
model inovatif menjadi pertimbangan guru untuk tidak
menggunkaan model pembelajaran inovatif
6. Guru cenderung menggunakan satu model dalam
membelajarkan keseluruhan materi, tanpa
mempertimbangkan karakteristik dari setiap topik
materi yang disampaikan.

HASIL WAWANCARA
1. Kepala sekolah Bapak Daud charles
Bumbungan, S.Pd
 Pemahaman guru tentang
pembelajaran inovatif masih kurang
 Guru kurang aktif dalam mengikuti
pelatihan
 Kelayakan sarana dan prasarana
2. Guru Ibu Winersa Sosang, S.Pd
 Sebagian guru belum mengetahui
apa saja model-model
pembelajaran yang inovatif
 Guru merasa ragu menggunakan
model pembelajaran inovatif
3. Pakar (Dosen) Ibu Muthmainna, M.Pd
 Guru kurang kreatif dalam memilih
model pembelajaran
 Lebih mengutamakan penggunaan
metode pembelajaran yang
monoton, seperti ceramah dan
diskusi
 Waktu yang terbatas
4. Pengawas Bapak Enos anto’ M.Pd
 Pemahaman guru tentang
pembelajaran inovatif masih kurang
 Guru lebih cenderung
menggunakan metode ceramah dan
diskusi

6 Pemanfaatan KAJIAN LITERATUR Dari hasil kajian literatur dan


teknologi/inovasi dalam Menurut Prof.Suyanto, Ph.D wawancara serta observasi langsung
pembelajaran masih sangat Kendala utama dalam pemanfaatan TIK dalam dapat disimpulkan bahwa
kurang pembelajaran yang dihadapi guru di sekolah adalah
sarana dan prasarana pendukung yang terbatas. 1. Guru perlu menyadari betapa
Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah pentingnya menggunakan TIK
komputer, laptop, dan infokus. Kendala berikutnya dalam pembelajaran, mulai dari
yang cukup tinggi mempengaruhi guru memanfaatkan tahap perencanaan,
TIK dalam pembelajaran adalah Kelayakan sarana
pelaksanaan dan penilaian
seperti sebagian LCD Selanjutnya kendala berikutnya
adalah ketersediaan listrik. Pengetahuan teknis guru hasil belajar.
tentang teknologi informasi dan komunikasi yang 2. Guru lebih cenderung
terbatas menjadi kendala berikutnya dalam menggunakan buku paket
pemanfaatan TIK untuk pembelajaran di kelas. 3. Percaya diri yang kurang besar
Kemudian, ketakutan dan pertimbangan dampak dalam mengintegrasikan TIK
negatif dari penggunaan alat berupa handphone (HP)
dan laptop di sekolah menjadi kendala guru
memanfaatkan TIK dalam pembelajaran di kelas.

JURNAL HAMBATAN PENGGUNAAN TIK DALAM


PEMBELAJARAN (Rivana Upitasari)
Hambatan utama yang ditemui adalah percaya diri
yang kurang besar dalam mengintegrasikan TIK,
kompetensi yang belum memadai, dan akses ke
sumber daya yang masih kurang
HASIL WAWANCARA
1. Kepala sekolah Bapak Daud charles
Bumbungan, S.Pd
 Sarana dan prasarana kurang
memadai
 Pengetahuan guru tengtang TIK
masih kurang
 Guru lebih cenderung
menggunakan metode ceramah
dan diskusih
2. Guru Ibu Winersa Sosang, S.Pd
 Kurangnya keahlian dalam
pemanfaatan tegnologi
 Kurangnya tegnologi yang
memadai
3. Pakar (Dosen) Ibu Muthmainna, M.Pd
 Hambatan yang ditemukan pada
saat pendidik melaksanakan
pembelajaran menggunakan
TIK adalah ketersedian sarana
dan prasarana yang
mendukung. Kurangnya
ketersediaan laptop, layar
proyektor, dan jaringan internet
sangat berpengaruh terhadap
jalannya pembelajaran.
4. Pengawas Bapak Enos anto’ M.Pd
 Kurangnya kemampuan guru
menggunakan teknologi,
 umur
 waktu.
 tidak memiliki motivasi untuk
mencoba dan mempelajari
teknologi.

You might also like