You are on page 1of 3

Nama : Adhwa Medisanda Cinta Adzana

NIM : 2010411094

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Critical review buku Michael G. Roskin yang berjudul “Political Science : An Introduction”
Jilid XIV “An Introduction” Bab 6 “Budaya Politik” dan Bab 8 “Komunikasi Poltik”.
London : Pearson Education,2017.

Dalam kata pengantar buku “Political Sience : An Introduction” dijelaskan bahwa beberapa
orang menilai ilmu politik sebagai hal yang tidak praktis. Mereka mengatakan juga bahwa ilmu
politik ini tidak berguna untuk hal apapun. Ini adalah hal yang salah. Ilmu politik dikembangkan
oleh Plato, Aristoteles, Confucius, Machiavelli, Kautilya, dan Ibn Khaldun untuk memberikan
nasihat kepada penguasa pada saat itu. Oleh karena itu, kita membutuhkan ilmu politik. Bukan
hanya digunakan untuk seorang politisi saja tetapi juga dapat digunakan untuk melindungi diri
kita dari manipulasi politik. Dalam edisi keempatbelas ini masih memandang bahwa ilmu politik
adalah hal yang menarik dan mencoba untuk mengkomunikasikannya kepada anak muda yang
baru mengetahui atau baru mempelajari disiplin ilmu ini.

Dalam bab 6 “Budaya Politik”, dijelaskan bahwa budaya politik adalah sebuah norma yang
ditetapkan pada suatu masyarakat yang berbicara tentang bagaimana sistem politik bekerja dan
apa yang dilakukan pemerintah untuk masyarakat tersebut. Selanjutnya, dijelaskan mengenai
perbedaan antara budaya politik dengan opini publik. Budaya politik melihat kepada dasar -dasar
dan nilai - nilai umum dari politik dan pemerintahan. Disisi lain, opini publik merupakan
pandangan publik tentang pemimpin dan kebijakan tertentu. Diberikan contoh sebuah
pengamatan tentang pengunjung dari Eropa yang datang ke Amerika pada abad ke - 19 oleh
seorang pengamat asal Perancis, Alexis de Tocqueville yang merupakan salah satu pendiri
pendekatan budaya politik dalam ilmu politik. Pengamatan tersebut menunjukkan kontinuitas
dalam nilai - nilai sosial dan politik Amerika.

Selanjutnya, dikatakan bahwa sebagian besar negara demokrasi maju menjadi semakin sinis atau
kurang dipercaya masyarakat. Hal ini terjadi karena banyaknya politisi yang korupsi dan
lembaga pemerintahan yang tidak efektif. Sebagi contoh,Amerika Serikat mengalami penurunan
kepercayaan masyarakatnya terhadap pemerintah yang penurunan tertingginya terjadi pada tahun
2004 saat Amerika perang dengan Iraq. Terjadinya penurunan kepercayaan di Amerika Serikat
disebabkan juga karena adanya penurunan kecenderungan masyarakatnya untuk membentuk
asosiasi. Perubahan politik yang terjadi ini merupakan kombinasi dari nilai - nilai yang sudah
dipegang teguh dan juga sebagai reaksi dari situasi yang terjadi. Perubahan ini merupakan respon
atas kinerja pemerintah yang tidak menjanjikan.

Pada bab ini, dijelaskan juga mengenai subkultur elite, massa dan minoritas. Dalam praktiknya,
subkultur elite dinilai lebih tertarik terhadap politik dan lebih responsif karena elite yang
dimaksud adalah mereka yang memiliki pendidikan yang baik, pendapatan yang lebih tinggi dan
memiliki pengaruh yang cukup besar dalam masyarakat. Dalam pelaksanaannya, terdapat agen
sosialisasi politik yang ada untuk mengajarkan nilai - nilai politik dan penggunaanya. Agen yang
dapat melakukannya, antara lain keluarga, teman, sekolah, media massa dan pemerintah.

Dalam bab 8 “Komunikasi Poltik”, Roskin ingin menunjukkan hubungan antara politik dan
komunikasi. Dari teknologi yang berkembang, muncul media massa yang memiliki pengaruh
besar terhadap politik.Ilmuwan politik Karl W. Deutsch (1912–1992) menunjukkan bagaimana
modernisasi dan nasionalisme dapat diukur dengan peningkatan jumlah surat, panggilan telepon,
dan surat kabar. Semakin banyak komunikasi, maka semakin modern. Sistem politik dan sistem
komunikasi saling berhubungan. Jika salah satunya tidak ada, tidak akan berjalan dengan baik.

Pada bab ini, juga menekankan pada dampak dari adanya media sosial dalam peristiwa politik.
Hadirnya media sosial memang memudahkan kita untuk mendapatkan informasi politik.
Namun, pada kenyataannya melalui media sosial masih banyak kekurangan, seperti adanya hoax
yang dapat menimbulkan perpecahan. Sebuah blog misalnya, yang terkadang menggunakan
judul yang mengandung ambiguitas dan tidak menyaring berita dengan hati - hati. Judul dan isi
dari suatu berita merupakan bentuk komunikasi yang disampaikan. Oleh karena itu, dalam kasus
berita politik jika terjadi kesalahan penggunaan kata atau sejenisnya dapat menimbulkan
kesalahpahaman publik.

Media massa lainnya, seperti televisi di dalamnya juga berkaitan dengan politik. Di Amerika,
beberapa anggota kongres membutuhkan sedikit iklan di televisi bahkan hampir semua kandidat
senator dan presiden membutuhkannya. Sebagian besar belanja kampanye presiden tahun 2016
digunakan untuk iklan di televisi. Pihak yang mendapat kesempatan untuk iklan tersebut adalah
yang mengajukan anggaran belanja yang paling besar. Hal ini menyebabkan meningkatnya peran
kelompok kepentingan khusus yang dikatakan dapat melemahkan peran partai.

Kemudian, dikatakan bahwa peran pers sebagai media kritik telah lama dikenal. Thomas
Jefferson menulis pada tahun 1787: “Jika saya harus memutuskan antara pemerintah tanpa surat
kabar dan surat kabar tanpa pemerintah, saya tidak perlu ragu untuk memilih yang terakhir.”
Roskin mencontohkan peristiwa yang terjadi di Rusia dan Meksiko bahwa jurnalis yang
menyelidiki kasus kejahatan, korupsi, dan peyalahgunaan kekuasaan akan dibunuh secara
bergantian. Banyak organisasi berita di sana sekarang yang menerapkan “swasensor” atau
memilah berita agar tetap terbuka dan hidup.

Berangkat dari fenomena tersebut, di Indonesia pun hal serupa pernah terjadi. Seperti yang
terjadi pada Fuad M Syarifuddin yang merupakan seoorang jurnalis dari media Harian Bernas
yang berlokasi di Yogyakarta. Dikabarkan menurut Harian Kompas, jurnalis yang biasa disapa
Udin ini memang sering menulis mengenai pemberitaan kritis yang terjadi pada pemerintahan
Orde Baru. Salah satunya adalah berita tentang Bupati yang akan membantu pendanaan Yayasan
Dharmais jika kembali terpilih. Fuad M Syarifuddin diduga dibunuh terkait dengan pemberitaan
kasus korupsi yang terjadi di Bantul. Oleh sebab itu, Roskin menyimpulkan bahwa memang
peran media jelas untuk mengkritik agar pemerintah tetap waspada, tetapi harus dengan porsi
yang pas dan sumber yang resmi. Walaupun demikian, cara yang dilakukan oknum tertentu
terhadap para jurnalis adalah hal yang salah, dimana seharusnya jika dikritik dapat memperbaiki
kinerjanya bukan menutupi kesalahan dengan cara membungkam bahkan membunuh orang lain.

You might also like