You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN dan STRATEGI PELAKSANAAN

PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

Disusun Oleh :

Nama : Mustika
Kelas : 3B D3 Keperawatan
NIM : A01802449

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2012).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu
(Prabowo, 2014).
B. Jenis Halusinasi
1. Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara-
suara orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2. Halusinasi Pengihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang luas dan
komplesk. Bayangan bias bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan adanya bau
busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses.
Kadang-kadangterhidubauharum. Biasanya berhubungan dengan stroke,
tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi Pengecap (Gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk,
amis, dan menjijikkan.
6. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti
darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
7. Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya, meliputi :
a. Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya
sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada. Sering pada skizofrenia dan sindrom obus parietalis.
Misalnya sering merasa dirinya terpecah dua.
b. Derealisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungan yang tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala suatu yang
dialaminya seperti dalam mimpi.
C. Rentang Respon Neurobiologis Halusinasi
Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Respon
neurobiologis sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis,
persepsi akurat, emosi konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon
maladaptif yang meliputi delusi, halusinasi, dan isolasi sosial.
1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut.
Respon adaptif :
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
e. Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
2. Respon psikosossial, meliputi :
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
b. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan
panca indra
c. Emosi berlebih atau berkurang
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain.
3. Respon maladapttif
Respon maladaptife adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, ada
pun respon maladaptive antara lain :
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakinioleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan social.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati.Perilaku tidak terorganisirmerupakan sesuatu yang tidak teratur.
d. Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negative mengancam (Damaiyanti,2012).
Rentang respon dapat digambarkan sebagai berikut:
Rentang Respon Neurobiologis
Respon adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis Proses pikir kadang terganggu Gangguan proses pikir


Persepsi akurat Ilusi waham,
Emosi konsisten Emosi berlebihan Halusinasi
Perilaku sesuai Perilaku tidak terorganisir Kerusakan proses emosi
Hub. Sosial harmonis Isolasi sosial Perilaku tidak sesuai
D. Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai berikut
1. Tahap I :
Halusinasi bersifat menyenangkan, tingkat ansietas pasien sedang.Pada
tahap ini halusinasi secara umum menyenangkan.
Karakteristik :
Karakteristik tahap ini ditandai dengan adanya perasaan bersalah dalam
diri pasien dan timbul perasaan takut. Pada tahap ini pasien mencoba
menenangkan pikiran untuk mengurangi ansietas. Individu mengetahui
bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya dapat dikendalikan dan bisa
diatasi (non psikotik).
Perilaku yang teramati:
a. Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
c. Respon verbal yang lambat
d. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan.
2. Tahap II :
Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami ansietas tingkat berat
dan halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien.
Karakteristik :
Pengalaman sensori yang dialami pasien bersifat menjijikkan dan
menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi mulai merasa kehilangan
kendali, pasien berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang
dipersepsikan, pasien merasa malu karena pengalaman sensorinya dan
menarik diri dari orang lain (nonpsikotik).
Perilaku yang teramati :
a. Peningkatan kerja susunan saraf otonom yang menunjukkan
timbulnya ansietasseperti peningkatan nadi, tekanan darah dan
pernafasan.
b. Kemampuan kosentrasi menyempit.
c. Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dan realita.
3. Tahap III :
Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku pasien, pasien
berada pada tingkat ansietas berat. Pengalaman sensori menjadi
menguasai pasien.
Karakteristik :
Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah untuk melawan
pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Isi
halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami
kesepian jika pengalaman tersebut berakhir (Psikotik) Perilaku yang
teramati:
a. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya dari pada menolak.
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
c. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik dari
ansietas berat seperti : berkeringat, tremor, ketidakmampuan
mengikuti petunjuk.
4. Tahap IV :
Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan tingkat ansietas
berada pada tingkat panik. Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit
dan saling terkait dengan delusi.
Karakteristik :
Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah
halusinasinya. Halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari
apabila tidak diintervensi (psikotik).
Perilaku yang teramati :
a. Perilaku menyerang - teror seperti panik.
b. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
c. Amuk, agitasi dan menarik diri.
d. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .
e. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
E. Tanda dan Gejala Halusinasi
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien . Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut
(NANDA 2012-2014) :
1. Data Subyektif
Pasien mengatakan :
a. Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
b. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
c. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
d. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster.
e. Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, fases, kadng-kadang
bau itu menyenangkan.
f. Merasakan rasa seperti darah, urin atau fese.
g. Merasa takut atau senang dengan halusinasinya.
h. Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat
sedang sendirian.
i. Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi.
2. Data Obyektif
a. Bicara atau tertawa sendiri.
b. Marah-marah tanpa sebab.
c. Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu.
d. Menutup telinga.
e. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu.
f. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
g. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
h. Menutup hidung.
i. Sering meludah.
j. Muntah
k. Menggeruk-geruk permukaan kulit.
F. Penyebab (Predisposisi dan Presipitasi) : Biologis, psikologis, sosial budaya
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari :
a. Faktor Biologis
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
(herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
b. Faktor Psikologis
Memiliki riwayat kegagalan yang berulang.Menjadi korban, pelaku
maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang
dari orang-orang disekitar atau overprotektif.
c. Sosio budaya dan lingkungan
Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial
ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari
lingkungan pada usia perkembangan anak, pasien halusinasi
seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta pernah
mengalami kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup
sendiri), serta tidak bekerja.
2. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi
ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan
struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya
kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau
tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan
pasien serta konflik antar masyarakat.
G. Pohon Masalah
Effect Resiko Tinggi Prilaku Kekerasan

Core problem Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

Causa Isolasi Sosial : Menarik diri

Harga Diri Rendah Kronis

H. Fokus Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan
keluarga.
1. Jenis dan Isi Halusinasi
2. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan halusinasi
3. Respon halusinasi
Apa yang dirasakan atau dilakukan saat halusiansi timbul
1. Tanda dan gejala halusinasi dapat ditemukan dengan wawancara, melalui
pertanyaan sebagai berikut :
a. Apakah mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan?
b. Apakah melihat bayangan-bayangan yang menakutkan?
c. Apakah mencium bau tertentu yang menjijikkan?
d. Apakah merasakan sesuatu yang menjalar di tubuhnya?
e. Apakah merasakan sesuatu yang menjijikkan dan tidak mengenakkan?
f. Seberapa sering mendengar suara-suara atau melihat bayangan
tersebut?
g. Kapan mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
h. Pada situasi apa mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
i. Bagaimana perasaan mendengar suara atu melihat bayangan tersebut?
j. Apa yang telah dilakukan, ketika mendengar suara dan melihat
bayangan tersebut?
2. Tanda dan gejala halusinasi di dapatkan saat observasi :
a. Tampak bicara atau tertawa sendiri
b. Marah-marah tanpa sebab
c. Memiringkan atau mengarahkan telinga ke arah tertentu atau
d. menutup telinga
e. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
f. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
g. Menghidu seperti membaui bau-bauan tertentu
h. Menutup hidung
i. Sering meludah
j. Muntah
k. Menggaruk permukaan kulit
I. Diagnosis Keperawatan Umum
1. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi.
2. Risiko tinggi Perilaku Kekerasan.
3. Isoalsi Sosial : Menarik diri
4. Harga diri rendah kronis.
J. Fokus Intervensi : tindakan keperawatan mandiri dan kolaboratif
1. Rencana tindakan untuk klien halusinasi
Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:
a. Klien mengenali halusinasi yang dialaminya.
b. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
c. Klien mengikuti program pengobatan secara optimal.
Tindakan keperawatan :
1) Membantu klien mengenali halusinasi.
Diskusi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
membantu klien mengenali halusinasinya. Perawat dapat berdiskusi
dengan klien terkait isi halusinasi (apa yang didengar atau dilihat),
waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabakan halusinasi
muncul, dan perasaan klien saat halusinasi muncul (komunikasinya
sama dengan yang diatas).
2) Melatih klien mengontrol halusinasi.
Perawat dapat melatih empat cara dalam mengendalikan halusinasi
pada klien. Keempat cara tersebut sudah terbukti mampu
mengontrol halusinasi seseorang. Keempat cara tersebut adalah
menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain,
melakukan aktivitas yang terjadwal, dan patuh minum obat dengan
enam benar secara teratur.
2. Rencana Tindakan keperawatan untuk keluarga pasien
Tujuan tindakan untuk keluarga:
a. Mengenal tentang halusinasi
b. Mengambil keputusan untuk merawat halusinasi
c. Merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi
d. Memodifikasi lingkungan yang mendukung pasien mengatasi halusinasi
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan untuk anggota keluarga yang
mengalami halusinasi
Tindakan keperawatan:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2) Menjelaskan tentang halusinasi: pengertian, tanda dan gejala,
penyebab terjadinya halusinasi, dan akibat jika halusinasi tidak
diatasi.
3) Membantu keluarga mengambil keputusan merawat pasien
4) Melatih keluarga cara merawat halusinasi
5) Membimbing keluarga merawat halusinasi
6) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan
yang mendukung pasien mengatasi halusinasi
7) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan
rujukan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan
8) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur.
9) Evaluasi
K. Daftar Pustaka
Damayanti, M., & Iskandar.(2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung :
Refika Aditama
Kusumawati, F & Hartono, 2012.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta :
Salemba Medika
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Muhith, Abdul. 2011. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :Andi.
Muhith,A.(2015).
Pendidikan Keperawatan Jiwa (TeoridanAplikasi).Yogyakarta: Andi.
STRATEGI PELAKSANAAN

Pertemuan ke : 1
1. Kondisi Pasien
- Klien tampak bicara dan tertawa sendiri
- Klien mengaku merasa takut dengan keadaan yang dialami
- Klien mondar mandir
- Klien mengaku sering melihat bayangan putih dan kadang menyuruhnya
diam, bayangan itu muncul setiap menjelang tidur, disaat sendiri atau saat
melamun.
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi penglihatan
3. Tujuan (TUK/SP)
- Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
- Pasien dapat mengenal halusinasi yang di alaminya.
- Pasien dapat mengontrol halusinasinya dengan menghardik
4. Strategi Pelaksanaan SP 1
a. Fase Orientasi
1) Evaluasi/Validasi
a) Perasaan klien hari ini “Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa
yang bapak rasakan saat ini ? Apa yang bapak lakukan untuk
mengatasi masalah tersebut?”
b) Kondisi klien saat ini : klien sering mengaku sering melihat
bayangan putih dan kadang menyuruhnya diam, klien
mengatakan takut dengan keadaan tersebut, bayangan itu
muncul setiap menjelang tidur , disaat sendirian dan saat
melamun . Saat interaksi tidak kooperatif karena saat
komunikasi tiba-tiba memalingkan kearah kiri dan tampak
bergumam sendiri, klien juga seing terlihat mondar mandir.
c) Latihan sebelumnya : -
2) Kontrak
a) Topik :” Bapak, bagaimana kalau kita bercakap-cakap sebentar
tentang apa yang terjadi dirumah sehingga bapak dibawa kesini
sehingga nanti kita dapat menemukan tindakan keperawatan
yang tepat untuk membantu bapak ,“
b) Waktu : “ Mau berapa menit pak ? 30 menit cukup ya ?
c) Tempat : “ Tempatnya mau dimana pak? Disini atau didepan ?
b. Fase Kerja
o Melaksanakan topic ( diskusi/ latihan) yang disepakati
o Menanyakan sebab dibawa kerumah sakit
o Menanyakan apa yang dialami saat ini
o Mendiskusikan dengan klien isi, frekuensi, waktu terjadi , situasi,
pencetus, perasaan dan respon terhadap halusinasi
o Menjelaskan pengertian halusinasi dan cara pengontrolnya
o Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik
o Memperagakan cara menghardik
o Meminta klien memperagakan ulang cara menghardik, memantau
penerapan cara ini dan menguatkan perilaku klien
“Coba sekarang bapak ceritakan apa yang terjadi di rumah sehingga
bapak di bawa kesini? Jadi, bapak melihat bayangan putih dan kadang
menyuruhnya untuk diam ya pak? Bayangan putih seperti apa yang
bapak lihat? Apa yang suara-suara itu katakan kepada bapak? Kapan
bapak melihat bayangan itu? Seberapa sering bapak melihat banyangan
tersebut? Baik. Apakah cara yang sudah bapak lakukan untuk mengatasi
bayangan putih tersebut tersebut? Baik bapak. Berarti saya dapat
menyimpulkan bahwa bapak melihat bayangan putih setiap malam hari
menjelang tidur dan ketika melamun, bayangan serta suara tersebut
mengganggu bapak. Dan bapak saya lihat juga sering terlihat tertawa
sendiri dan berbicara sendiri, terlihat mondar mandir dan ketakutan.
Yang bapak alami saat ini adalah halusinasi. Saya percaya bapak
melihat bayangan tersebut, tetapi saya dan orang lain tidak melihatnya.
Itu adalah keadaan yang tidak wajar pak.”
“Saya akan membantu bapak untuk menghilangkan bayangan putih
tersebut. Ada empat cara untuk mengontrol suara tersebut pak. Yaitu
dengan menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan melakukan
aktivitas.”
“Sekarang kita akan belajar satu cara untuk mengontrol halusinasi
bapak yaitu dengan cara menghardik. Nah, sekarang bapak bayangkan
bapak melihat bayangan tersebut. Cara menghardiknya adalah : Tutup
mata dan telinga, kemudian katakan “pergi..... Kamu bayangan dan
suara palsu. Saya tidak mau lihat dan dengar...”
“Sekarang saya akan memperagakannya ya pak. Bayangkan bayangan
putih tersebut, kemudian saya lakukan seperti ini (peragakan
menghardik)”
“Nah, sekarang coba bapak lakukan kembali seperti yang telah saya
ajarkan tadi. Bagus pak. Coba ulangi sekali lagi. Betul sekali pak.”
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Subyektif : “ Bagaimana perasaan bapak setelah tadi latihan
cara menghardik bayangan tersebut ?”
b) Obyektif :” Coba pak ulangi apa yang tadi kita pelajari ?”
2) Rencana Tindak Lanjut
“ Kita masukan dalam jadwal harian bapak ya . Berapa kali bapak
mau latian menghardik ? Bagaimana kalau 3 kali sehari ? jam
08.00-12.00- 17.00 dan jika bapak melihat bayangan ya pak ?”
3) Kontrak pertemuan selanjutnya
a) Topik :” Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk
berbincang-bincang tentang cara kedua mengatasi bayangan
tersebut dengan minum obat?”
b) Waktu :” Waktunya mau jam berapa pak ?
c) Tempat :” Tempatnya menyesuaikan ya pak , atau disini saja ?

You might also like