You are on page 1of 12
SEPA, Vol. 1, No. 1. September 2004 : 15-20 KESENJANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANG! GA PERTANIAN PADI DI PEDESAAN JAWA TENGAH. SRI MARWANTI (Staf Pengajar Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis, Fakultas Pertanian. UNS) Used of data bases SUSENAS-KM 2001 in Contra! Java, this research ‘housohold incomo. Discrepancy indikator usod gini ratio and distribution of agriculture of paddy in rural persontil measured with World Bank Criteria. The result of ‘agniculture household income is Jow on low of rural prosperity rate Key words : Gini Ratio, World Bank Criteria PENDAHULUAN Dj Indonesia, strategi pembangunan yang diprioritaskan pada pemerataan hasil- hasil pembangunan dimulai sojak PELITA I, Strategi ini ditempatkan sebagai prioritas pertama dari trilogi pembangunan Gengan tujuan pembangunan nasional Indonesia harus dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan hasil-hasil yang dicapai harus dapat dinikmati socara merata oloh seluruh rakyat Indonesia. Tujuan torsebut ditetapkan berkaitan dengan semakin timpangnya distribusi pendapatan penduduk pada periode pembangunan sebelumnya yang Menempatkan prioritas pertama pada pertumbuhan dan_—_mengakibatkan kesenjangan baik kesonjangan antar wilayah, kesenjangan antar sektor maupun kesenjangan antar manusia. Dalam prioritas -_pemerataan pombangunan, kebijakan pombangunan makin diarahkan pada poranaktif masyarakat melalui tiga arah baru pombangunan nasionalyaitu (1) pomberdayaan masyarakat (2) pemantapan otonomi dan (3) ~ modemisasi_ molalui perubahan struktur masyarakat. Arah baru ABSTRACT 15 aims to analysis discrepancy the regoarch shows discrepancy distribution of ‘agriculture of paddy housoliold. pembangunan nasional ini diharapkan Gapat monghadapi tantangan kesenjangan dan memantapkan upaya penanggulangan kesenjangan. Distribusi pendapatan penduduk oloh BPS didokati dengan menilai distribusi pengoluaran penduduk hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dengan rasio gini Hasil SUSENAS (BPS& UNDP, 2001) menunjukkan adanya penurunan rasio gini pengoluaran rumahtangga Indonesia antara tahun 1976 ke tahun 1990 sebesar 0,03 yaitu dari 0,35 menjadi 0,22, yang berarti distribusi pendapatan somakin merata selama tahun 1976-1990. Totapi pada tahun 1990- 1996, torjadi peningxatan rasio gini 0,04 dari 0,32 menjadi 0,36, yang berarti somakin besar kesenjangan distribusi pendapatan, Pada tahun 1996, penduduk dongan pendapatan 40 person terendah menerima 20,20 persen bagian pendapatan. Kesenjangan distribusi pendapatan wilayah pordesaan lebih rendah dari pada perkotaan yang ditunjukkan oleh angka rasio gini yang lebih kecil di pordesaan (BPS& UNDP, 2001; BPS, 2001). ini lebih bosar ditontukan oleh porbaikan distribusi pendapatan di pordesaan, Keadaan di Jawa Tengah Fenunjukkan hasil yang sedikit lebih wilayah Dipindai dengan CamScanner Sti Marwanti Mmotata, dalam tahun 1976-1996 terjadi Penurunan rasio gini 0,02 dari 0,31 menjadi 0.29, Pada tahun 1996, penduduk dengan Pendapatan 40 persen terendah monerima 22,70 porsen bagian pendapatan. Moskipun —sektor —_pertanian memberikan sumbangan yang besar dalam menciptakan kesempatan kerja dan. Pendapatan kepada masyarakat, tetapi modemisasi pertanian lebih menguntungkan pelaku kegiatan ekonomi Pertanian yang lebih mampu sehingga menambah masalah kesenjangan antar golongan masyarakat di sektor pertanian di Pedesaan — (Sumodiningrat, 1999). Pendapatan masyarakat di sektor pertanian di perdesaan tergolong terendah dan diantara masyarakat di sektor pertanian yang pendapatannya terendah adalah buruh tani dan petani gurem (BPS, 2001). Perdesaan Jawa Tengah’ sebagian besar penduduknya di soktor pertanian dengan rata-rata penguasaan lahan sempit. dan diusahakan untuk tanaman pangan terutama padi (BPS, 1995; BPS, 2000). Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk menyajikan kesenjangan distribusi pendapatan —_rumahtangga Pertanian padi di pedesaan Jawa Tengah, METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data dasar SUSENAS 2001 dari BPS. Sampel Tumahtangga pertanian padi di pedesaan diperoleh melalui seleksi sampel SUSENAS- KM 2001 Jawa Tengah dengan hasil seleksi berjumlah 1998 sampel_rumahtangga Pertanian padi, Data_pengeluaran rumahtangga dalam SUSENAS digunakan sebagai ukuran tidak langsung dari Pendapatan rumahtangga karona data Pengoluaran yang dilaporkan oleh. tespondon melebihi tingkat pondapatan sohingga underestimation pendapatan lebih tinggi dari pada pengeluaran (BPS,2002), ‘Untuk —mengetahui kosenjangan distribusi pendapatan dapat didekati -Kosonjangan Distribusi Pendapatan, boberapa cara pengukuran gqy scipoiuean dispersi, persentil atau deni, indeks atau rasio. Pengukuran dispory: dengan menggunakan standar deviasi ar, oofision variasi, Pengukuran persentil ata, desil dengan menggunakan kurve Lorenz Pengukuran indoks atau rasio dengan menghitung indeks gini, indeks Ki indeks Oshima (Yotopoulusé Nugent, 1976, Sujono, 1978; Sujono& Birowo, 192, Kuncoro, 1997). Kesenjangan distribusj pendapatan antar golongan masyarakat qj Indonesia diukur dengan menggunakan criteria _rasio gini dan ukuran_persenti) criteria Bank Dunia (BPS& UNDP, 2001), Rasio gini bemilai antara nol (kemerataan sempurna) dan saty (kesenjangan sempuma). Semakin tinggi nilai rasio gini berarti semakin tinggi kosenjangan distribusi pendapatannya atau semakin tidak merata. Angka rasio gini semakin kecil berarti semakin rendah kesenjangan distribusi Pendapatan atau semakin merata Kriteria Bank Dunia mendasarkan Ponilaian distribusi pendapatan atas bagian Pendapatan yang diterima olel h 40 persen Ponduduk — berpendapatan _terendah, Kesenjangan —distribusi__pendapatan digolongkan (a) tinggi bila 40 persen Penduduk —berpendapatan __terendah menerima kurang dari 12 persen bagian Pendapatan (b) sedang bila 40 persen Penduduk — berpendapatan __terendah Menerima 12-17 person bas 40 pendapatan dan (¢) orca bila 40. jy" penduduk berpondape . verosicat: , sma lebih 17 person bay nt pondapatan, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rato-rata rumahtangga _pertanian Pedesaan —memiliki jumigh anggota sumabtangga 3,91 jiwa terdiri laki-laki 1,99 twa dan perempuan 1,92 jiwa seperti torsli Pada table 1. Hal ini berarti bahwa dalam pea 100 tumahtangga pertanian Pedesaan, tordapat anggota ramantangg® Dipindai dengan CamScanner SEPA. Vol. 1. No. 1. September 2004 : 15-20 yang berjumlah 391 jiwa yang terdiri 199 laki-laki dan 192 perempuan. Hasil ini borbeda dengan komposisi penduduk Jawa Tengah menurut jenis kelamin dengan jumlah penduduk perempuan lebih besar dan penduduk laki-laki, Rata-rata rumahtangga pertanian memiliki anggota yang tergolong usia kerja (usia > 10 tahun) sebesar 3,26 jiwa yang berarti dalam 100 rumahtangga pertanian pedesaan tordapat 326 jiwa tergolong tenaga kerja potensial yang dapat diberdayakan untuk pembangunan ekonomi pedesaan, Jumlah anggota usia kerja merupakan tenaga kerja yang tersedia di setiap rumahtangga pertanian yang dinilai sudah mampu berkontribusi menghasilkan barang dan jasa dalam perekonomian. Namun tidak semua tenaga kerja menyediakan waktunya untuk boerpartisipasi memperoleh penghasilan karena —memilih bagi rumahtangga menyelesaikan pendidikan bagi tenaga kerja muda, mengurus rumahtangga bagi para istri atau anak perempuan, mengasuh anak-anak atau pensiun bagi tenaga kerja usia lanjut, Bagian tenaga kerja rumahtangga -yang_—_berpartisipasi memperoleh penghasilan _tergolong angkatan kerja, sedangkan yang memilih tidak berpartisipasi memperoloh penghasilan tergolong bukan angkatan kerja seperti masih sokolah, mengurus rumahtangga. Jumlah —angkatan kerja. por rumahtangga pertanian pedesaan sobanyak 2,23 jiwa yang menunjukkan jumlah tonaga kerja yang ditawarkan pada berbagai kegiatan ekonomi produktif. Angkatan kerja yang telah memperoleh kesempatan bekerja sebanyak 2,13 jiwa. Hal ini berarti dalam 100 rumahtangga pertanian pedesaan, terdapat 213 orang angkatan kerja yang telah bekerja dan ada 10 orang yang masih menganggur. Pengeluaran rumahtangga pertanian sebagai proksi dari + pendapatan rumahtangga yang digunakan untuk pengeluaran konsumsi kelompok makanan dan pengeluaran konsumsi kelompok bukan makanan seperti perumahan, pendidikan, kesehatan, pakaian, barang tahan lama dan aneka barang yang lain. Persontase pengeluaran untuk makanan dapat menjadi petunjuk ‘tingkat kesojahteraan rumahtangga pertanian. Semakin tinggi tingkat pendapatan rumahtangga pada umumnya semakin rendah persentase pengeluaran untuk kelompok makanan. Besamya © pengeluaran _rumahtangga pertanian per bulan Rp 402.680,- yang dikeluarkan untuk konsumsi makanan Rp 271.642,- dan konsumsi bukan makanan Rp 130.938,-. Persentase pengeluaran untuk kelompok makanan 69,40 persen dan bukan makanan 30,60 person. Hasil ini menjadi potunjuk bahwa tingkat pendapatan rumahtangga pertanian tergolong rendah karena sebagian besar pengeluaran untuk konsumsi makanan, bahkan lebih besar dari angka untuk pedesaan Jawa Tengah (BPS, 2002). ‘Tabel 1. Karaktoristik Rumahtangga Pertanian Pedesaan Jawa Tengah tahun 2001, LC Uraian Rata-rata, T | dumiah anggota rumahtangga (jiwa) 391 = anggota laki-laki a) 19 - anggota perempuan (jiwa) 7 2. | Jumlah anggota usia kerja/tonaga kerja (jiwa) am 3. | Jumlah angkatan kerja (jiwa) az 4 | Jumlah anggota yang bekerja (jiwa) ; an 5 | Pengeluaran rumahtangga per bulan (ribu rupiah) cae - pengeluaran untuk makanan (%) 4 = pengeluaran untuk bukan makanan (%) Sumber: Analisis data dasar 17 ‘SUSENAS-KM 2001 Jawa Tengah Dipindai dengan CamScanner Sri Marwanti : Distribusi rumahtangga _pertanian Menurut golongan pengoluaran dapat Menjadi petunjuk struktur pondapatan masyarakat tani pedesaan. Pengeluaran Tumahtangga —_digolongkan menjadi 9 golongan pengeluaran dengan distribusi fumahtangga portanian menurut golongan Pengeluaran seperti tersaji pada table 2. Distribusi pengeluaran por Kapita dari Kosonjangan Distribusl Pondapatan, berada dan, htangga —_pertanian golongen torondah kurang Rp 40.09. sobanyak 0,2 person dan tertinggi lobih pe 50 000, sebesar 0,4 persen . Frekuens) S000 sebornaangge mami pengeluaran antara Rp 100.000,- sampai Rp 149.999, sebesar 684 rumahtangga (24,2 persen). Tabel 2. Distribusi Tumahtangga menurut golongan pengeluaran per kapita No. | Gol. pengeluaran/kap/bin Jumlah Prosentase Rumahtangga | Rumahtangga 1 <40,00 ribu | 3 0,2 2 40,00-59,99 ribu 127 64 3 60,00-79,99 ribu 379 18,9 4 80,00-99,99 ribu 525 26,3 5 100,00-149,99 ribu 624 34,2 6 150,00-199,99 ribu 199 99 7 200,00-299,99 ribu 62 31 8 300,00-499,99 ribu 4 0,7 9 >= 500,00 ribu 5 0.4 Jumlah 1.998 100,0 Sumber: Analisis data dasar SUSENAS-KM 2001 Jawa Tengah Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dari rumahtangga pertanian sobesar Rp 109.955,-. Rata-rata__pengoluaran Perkapita golongan berpendapatan rendah sebesar Rp 73.684,- per bulan sedangkan yang berpendapatan tinggi sobesar Rp 184.022,- seperti tersaji pada table 3, Menggunakan pengeluaran Rp 76.148,- /kapita/bulan sebagai batas kemiskinan di Perdesaan Jawa Tengah (BPS, 2002), tordapat 25 person anggota rumahtangga Pertanian tergolong miskin. Dalam —kondisi_ —_keterbatasan Penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagian besar penghasilan akan dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan dasar dengan prioritas untuk memenuhi kebutuhan makanan. Pola ini konsisten Gitunjukkan oleh hasil-hasil_SUSENAS sebolumnya mongikuti_hukum Engel yang menyatakan bahwa _proporsi Penghasilan yang dialokasikan untuk mombeli makanan ‘akan menurun seiring dengan peningkatan Penghasilan seperti ditunjukkan — hasil analisis pada table 3 (Nicholson, 1995; BPS, 2001a; 2002), Pengeluaran rumahtangga pertanian terbagi diantara kelompok 40 persen Tumahtangga —pertanian berpendapatan rendah yang Menikmati 31,26 Persen Pengeluaran total sehinage kecenjangan Dipindai dengan CamScanner SEPA. Vol. 1. No. 1. September 2004 ; 15-20 Tabol 3. Rata-rata Pengoluaran monurut Golongan Pendapatan, No | Golongan ~ Rata-rata Rata-rata Persentase pengeluaran Pendapatan pengeluaran per | pengeluaran per untuk makanan (%) | | rumah tangga/bin | kapita/bIn (Rp) a (Rp) mr Rendah (40%) 334.637 73.684 7218 2 | Menongah (40%) 404,099 109,145 69,93 3 Tinggi (20%) 535.261 184.022 62,84 Total | _Selunah sampel 402.579 109.955 69,40 ‘Sumber: Analisis data dasar SUSENAS-KM 2001 2001. Jawa Tengah. Keterangan : Rp 76.148,- /kapita/bulan sebagai batas kemiskinan di perdesaan Jawa Tengah, ‘Tabel 4. Persentase Pembagian Pendapatan dan Rasio Gini Rumahtangga Pertanian Padi. Persentase rumah Bagian Rasio ‘Kesenjangan Distribusi tangga dengan Pendapatan yang | Gini Pendapatan pendapatan diterima (%) 40 persen terendah 31,45 Berdasar criteria Bank Dunia dan 40 persen menengah 37,77 0,13 rasio gini tergolong rendah 20 persen tertinggi 31,77, Jumlah 100,00 Berdasar dua indicator kesenjangan distribusi pendapatan tersebut pada table 4, nampak bahwa pendapatan rumahtangga pertanian relative merata tetapi berdasar indicator kesojahteraan pada table 3 menunjukkan: relative meratanya pendapatan rumahtangga pertanian pada tingkat kesejahteraan yang rendah. KESIMPULAN DAN SARAN Pendapatan rumahtangga pertanian sebagian besar masih digunakan untuk mombiayai konsumsi makanan yang menjadi indicator masih rendahnya tingkat kesejahteraan rumahtangga pertanian. Namun kesenjangan distribusi pendapatan tergolong rendah yang berarti pendapatan rumahtangga pertanian relative merata pada tingkat kosojahteraan yang masih rendah. Upaya peningkatan pondapatan rumahtangga pertanian menjadi lebih Priotitas untuk meningkatkan kesejahteraan 19 ‘Sumber: Analisis data dasar SUSENAS-KM 2001 Jawa Tengah. rumahtangga yang mongemban fungsi untuk memproduksi pangan pokok bagi masyarakat dan menjaga ketahanan pangan. DAFTAR PUSTAKA BPS (1995a), Sensus Pertanian 1993: Sensus Sampel Rumahtangga Pertanian Pengguna Lahan, Biro Pusat Statistik Jakarta, Sensus Pertanian 1993: Profil Rumahtangga Statistik BPS (1995b), Analisis Pertanian, Biro Pusat Jakarta BPS (2000a), Statistik Kesojahteraan Rakyat 1999Survey — Sosial Ekonomi Nasional, Badan Pusat Statistik Jakarta, Dipindai dengan CamScanner ‘Sri Marwanti * Stakistik Potensi Desa Propinsi vavta Tengah 2000, Badan Pusat Statistik Jakarta, BPS (2001), Statistik Indonesia 2000, Badan Pusat Statistik Jakarta, BPS “ye Sonsus Penduduk 2000: BPS (2002), Statistik indonesia 2001, Badan Pusat Statistik Jakarta, Ghatak and Ingersent (1984), Agriculture and — Economic Development, Harvester Press, Sussex Kuncoro,M_ (1997), Ekonomi Pembangunan: Toon, Masalah dan Kebijakan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta Masyhuri (1999), “Kobijakan Pombangunan Pertanian", Agro Ekonomi IV (2), 71-78, Nicholson, W_ (1978), mic Theory: asic Principles and Extension Second Edition, The Dryden Prost Hinsdale Minois, 20 jangan Distribusi Pondapatyy, Koset . 11985), Pongantar p, Simanjuntak, P ( Daya Manusia, Lom ponorbt FE Universitas Indonys ingrat, G (1999)’Pembang, Suma ranian Dalam Bona” Korakyatan, Otonomni Daerah i Global’ Makar aingan a Seminar Pembangunan Portania, Pada Milonium I, Fak. Pern. UGM Yogyakarta. i 1982. Di jonol dan Birowo,AT, 1 Sujono, Pondapatan di Pedesaan Pay Sawah di Jawa Tengah dae Sajogyo, Bunga Pampa Perekonomian Desa, Yayasan Ober Indonesia. Todaro MP (1989), Economic Deve! in the Third World, Longman tne ‘New York, Widodo, $ (2000), ‘Rural Transformation in Indonesia’ Agro Ekonomi Vit (Cun; 30-37, Yotopoulus, P.A a; Economics Empirical Row Publ nd Nugent, JB (1976, of — Development , Investigation, Harper and lisher, Inc. New York, Dipindai dengan CamScanner SEPA Vol. 1. No. 1. September 2004 : 22-27 KAJIAN PENDAPATAN DAN KEMISKINAN RUMAHTANGGA PEDESAAN MISKIN DI JAWA TENGAH SUPRAPTI SUPARDI dan SRI MARWANTI (Staf Pengajar Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis, Fakultas Pertanian UNS) ABSTRACT Distributing poverty in rural Central Java consist various area of various nature rsource potensia! with proportion of income and poverty household in poor rural Central Java with purposive ‘The result of the research shows more than half of household is agriculture household ‘poverty village is 28.71 prosen. The research aims to analysis location research. » that get bigger income from non agriculture and porr population classified. Key words PENDAHULUAN Kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia diarahkan pada peran aktif masyarakat melalui tiga arah baru pembangunan nasional —yaitu_— (1) pemberdayaan masyarakat (2) pemantapan otonomi dan (3) modernisasi melalui perubahan struktur masyarakat (Sumodiningrat.G, 1999). Arah_ bara pembangunan nasional ini diharapkan dapat menghadapi tantangan kesenjangan dan memantapkan upaya penanggulangan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi —-yang disertai. pomerataan — pembangunan berdampak pada menurunnya angka Kemiskinan di Indonesia (BPS& UNDP, 2001; BPS, 2001), tetapi krisis ekonomi tahun 1997-1998 mengakibatkan upaya pengentasan \omiskinan —menghadapi tantangan yang lebih besar karona meluasnya kemiskinan akibat knsis. Meluasnya kemiskinan berarti semakin besar jumlah orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar. Komiskinan di pedesaan ditemui pada buruh tani tak berlahan, petani nyaris tak borlahan dan petani gurem (Cahyono, 1983) dan kemiskinan pedesaan tercermin. dari kondisi rumahtangga pertanian yang tidak mampu memenuhi : Agriculture and non agriculture income, poverty rate Kebutuhan minimum untuk hidup layak, baik pangan maupun non pangan (Chung& Oh, 1992). Sebagian besar pendapatan rumahtangga miskin masih digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh_ = anggota rumahtangga dan hanya sebagian kecil yang dapat dialokasikan untuk non pangan, Pemerataan pembangunan telah menghasilkan penurunan angka rasio gini yang menunjukkan adanya penurunan kesenjangan distribusi__ pendapatan. Kesenjangan _distribusi__pendapatan wilayah perdesaan lebih rendah dari pada wilayah perkotaan yang ditunjukkan oleh angka rasio gini yang lebih kecil di pordesaan dari pada di perkotaan, tetapi angka kemiskinan pordesaan lebih tinggi dari pada di perkotaan (BPS& UNDP, 2001; BPS, 2001). Penyobaran _komiskinan di pedosaan Jawa Tengah meliputi berbagai daerah dengan potensi sumberdaya alam yang beragam moliputi dataran rendah pantai solatan, lahan kering pegunungan, bukit kapur, lahan kering dataran rendah, pinggiran hutan-porkebunan = dan pinggiran hutan-lahan kering (BPS, 2002). Desa dan kelurahan di Jawa Tengah berjumlah 8.495, yang berstatus desa miskin mencapai 28,71 persen dan status desa tidak miskin 71,29 persen yang Dipindai dengan CamScanner i: Kajian Pen ; Marwanti : Kaji. ‘Suprepti Supardi dan Sri Marve tersebar di 29 wilayah kabupaten dan 4 kodya ( selain kodya Surakarta dan Magelang), , Tulisan ini merupakan bagian hasil Penelitian RUKK IV/1- 2003 dengan tujuan mengkaji ragam pendapatan dan tingkat kemiskinan rumahtangga di perdesaan miskin Jawa Tengah. METODE PENELITIAN Xedungiati wilayah — lahan i Pinggiran hutan dan Sumber (Rembang), wilayah lahan kering dataran rendah. Dari masing-masing kecamatan dipiih satu dosa secara purposive dengan 61,11 persen (b) Ambal: 19 desa atau 59.37 Porsen (c) Kalibening: 16 desa atau 66,67 Porsen (d) Subah : 22 desa atau 88 perton (6) Kedungjati: 10 desa atau 83,33 porson (9 Sumber: 13 desa atau 72,22 person Gampel_desa miskin meliputi desa (a) Gambirmanis (b) Rumahtangga sampel ditentukan dengan cara cluster sampling dengan mengambil 1 wilayah RW atau dusun dant Rasing-masing dosa miskin. Somer rumah tangga dalam wilayah RW atau dusun terpilih diwawancarai yang telah dipersiapkan, Tumahtangga Sampel di 6 sun/ sobanyak 404 rumahtangga torn. ¢°82 dapatan dan Kemiskinan, i (b) Sumberjati: 63 (¢) Gambirman i fovalungan: 75 (9 Prigh Kasinom’jdungeulup: 58. Data sekunge, pe Sar instansi terkait: maupy, diperolel nara 7 ean Tumahtangga pangkan dari soluruh pendapatan aipernisung! teh rumahtangga den Yorbegal ragam sumber pendapatan yang terinci pendapatan dari pertanian dan non ytanian selama satu tahun. Pendapatan tari pertanian meliputi pendapatan dar usahatani tanaman pangan & tanaman keras, usaha temak dan buruh tani, sedangkan pendapatan non pertanian meliputi pendapatan luar pertanian, dan dapatan lainnya. Poneetpenilaian Kemiskinan rumahtangga menggunakan garis kemiskinan Sayogya tahun 1982 yaitu dengan menggunakan ukuran pendapatan setara nilai tukar beras (NTB) 360 kg per kapita per tahun untuk batas sangat mislin dan 480 kg per kapita per tahun untuk batas miskn HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rumaht: Jawa Tengah anggota 1 ‘angga pedesaan miskin di ah tata momiliki jumlah 0 umahtangga lebih 4 jiwa, pendltkan eHaMU(KK) lebiiy sdngyi dari fan dengan lama Selx.eh. ia tang 6 momiliki 8 besar yt) tanga koncongy Mt dan tahan usstatant (del song). ‘al “Menunjuldran bahwa me besar Tumahtangga pedesaan Usa eialah Tumahtangga pertanian. tegal’ berbasis lahan sawah, a Pekarangan yang diusahakan dan eet Pangan, tanaman keras ‘ Rata-rata ‘jumiah anggota fumahtangga, didikan suami (KK) dan 7 rdaya toga menurut 7 ‘umber alam tersaji Pada Tabel 1. Dipindai dengan CamScanner SEPA Vol. 1. No. 1. September 2004: 22-27 Tabel 1, Ratastata Jumlah Anggota Rumahtangga, Pendidikan suami (KK) dan Status Rumahtangga menurut Potensi Sumber Daya Alam Desa Miskin Jawa Tengah, 2003. | Rata- [Pend Kali No. Potensi SDA Kabupaten | rata KK Kenceng Jml (th) Sr Desa Miskin Sampel angg. rt oe _ ____|_(jiwa) | 1. [Bukit kapur Wonogini 50 | 8d 903 2. | Dataran rendah pantai | Kebumen 47 | 51 | 90,5 3. |Lhnkering pegunungan | Banjamegara | 4.5, 59 88,9 4. | Pinggiran hutan- Batang 44 | 6.3 58,7 5. | perkebunan Grobogan a7 | 46 68,8 6. | Lhn kering pinggiran Rembang 44 | 42 724 hutan Lhn kering dataran } rendah. | | Sumber : Hasil Analisis Data Primer. Rumahtangga desa miskin di pinggiran hutan negara dan perkebunan memiliki rata-rata jumlah —anggota rumahtangga terkecil dan prosentase rumahtangga —pertanian _terendah sedangkan yang tertinggi ditemui pada rumahtangga desa miskin di bukit kapur dan dataran rendah pantai. Lahan kering (tegal) merupakan potensi sumberdaya alam utama di desa miskin, meskipun lahan sawah tadah hujan juga dimiliki oleh rumahtangga desa miskin di Rembang, Batang dan Grobogan. Rata- rata luas penguasaan Jahan sawah 1.025 meter persegi, lahan togal 3.200 meter persegi dan pokarangan 386 meter persegi. Pendapatan rumahtangga miskin pertanian yang beragam sumbangannya dari masing-masing wilayah. Sumbangan non pertanian lebih besar dari pada pertanian di Wonogiri, Kebumen dan Batang, sebaliknya di Banjamegara, Grobogan dan Rembang. Rata-rata pendapatan rumahtangga di desa miskin tahun 2003 sebesar Rp 5.875.458,- yang disumbang dari pekerjaan di sektor pertanian 47,0 persen dan non pertanian 53,0 persen. Pendapatan dari pertanian terdiri dari pendapatan usahatani 35,9 persen dan buruh tani 11,1 persen. Besamya pendapatan dan sumbangan pertanian menurut lapangan pekerjaan masing-masing wilayah desa miskin tersaji padaTabol 2. bersumber dari pertanian dan non Tabel 2 Rata-rata Pendapatan Rumahtangga dan Sumbangan Pertanian menurut Potensi Sumber Daya Alam Desa Miskin Jawa Tengah, 2003. . Sumbai No Kabupaton | Rata-rataPendapatan | Sumbangan | Sumbangan | pity van (%) Sampol__| __ (Rupiah/tahun) Pertanian (%) | Usahatani (%) | T | Wonogin 6.713.750 478 417 58 2 | Kebumen 5.305.835 31,5 26.8 47 3° Banjarmegara 5.250.203 700 63,1 69 4 Batang 6.550.169 26,1 231 3.0 5 | Grobogan 6.344.566 513 28.4 29 6 | Rembang 4.839.623 63.9 335 304 Rerata 5.875.458 47.0 35.9 at Sumber: Hasil Analisis Data Primer. —_ 24 Dipindai dengan CamScanner Suprapti Supardi dan Sri Marvranti : Kajian Pondapatan dan Kerntakinan,.. Kapur PUmahtangga dosa miskin di bukit fapur (desa Gambirmanis, Pracimantoro, Wonogiri) memilili Pendapatan yang tertinggi, sedangkan rumahtangga desa miskin di lahan kering dataran rendah (Rembang) memiliki Pendapatan terendah. Ragam sumber Pendapatan rumahtangga di pedesaan miskin meliputi pendapatan dari usahatani tanaman pangan dan tanaman keras, usaha temak, buruh tani, pekerjaan luar_pertanian, dan sumbor lainnya. Tanaman pangan biasa diusahakan di Jahan sawah dan tegal, sedangkan tanaman keras biasa diusahakan di lahan tegal dan pekarangan. Usaha temak meliputi temak ruminansia, temak kecil maupun temak unggas. Pendapatan buruh tani adalah Pendapatan yang diperoleh dari upah mengerjakan lahan usaha orang lain atau lahan perhutani/ Perkebunan. Pendapatan dari luar pertanian meliputi pendapatan dari buruh Tabel 3. stanian, usaha bakulan/dagany a aan, Oe nae fndustri rumahtangga (moncari kayy hutan dan membuat arang), kenek, sopir, makelar dan jasa lainnya. Sumbor Iain berupa remiten (kiriman) dari anggor keluarga. Sumbangan masing-masing ragam sumber pendapatan tethadap pendapatan rumahtangga di desa miskin seperti tersaji pada table 3. Sumbangan terbesar pendapatan rumahtangga di desa miskin berasal dari pekerjaan luar pertanian yang dilakukan didalam desa maupun di luar desa miskin terutama di wilayah pinggiran hutan dan perkebunan (Batang) dan dataran rendah pantai (Kebumen) yang bersumber dari industri emping dan gula merah, perdagangan dan jasa. Sumbangan pendapatan dari pertanian lebih besar di desa miskin lahan kering pegunungan (Banjamnegara) terutama dari usahatani hortilrultura dan tanaman keras. Ragam Pendapatan dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Rumahtangga Pedesaan Miskin di Jawa Tengah , 2003. No. Sumber Pendapatan Rerata Pendapatan Sumbangan (Rupiah/tahun) (%) 1. Pertanian a. Usahatani tan.pangan &keras 1.513.753 258 b. Usaha ternak 597.811 101 cc. Buruh pertanian 650.287 1 2. Luar pertanian 2.926.857 458 3._Lainnya 186.753, ‘Jumlah__ BEA ‘Sumber: Hasil Analisis data pnmer Pokerjaan luar_~——pertanian Pertanian, sehingga saya untuk memberikan sumbangan _terbesar memenuhi —kebutuhan —_ rumahtangga terhadap —rata-rata-rata_ pendapatan * antara lain ditempuh dengan mencati rumahtangga di pedesaan miskin yaitu sebesar 49,8 porsen. —_—Pertanian menyumbang pendapatan yang lebih kecil dari luar pertanian dengan perincian dari usahatani tanaman pangan dan tanaman keras 25,8 persen, usaha ternak 10,1 persen, buruh pertanian 11,1 persen. Rendahnya sumbangan pendapatan dari usahatani_ tanaman pangan dan tanaman keras antara lain disebabkan sempitnya penguasaan Jahan serta rondahnya potensi produksi lahan peluang ‘orja di luar usahatani (buruh tani dan pekerjaan luar portanian). Sebegian besar rumahtangga dan angeoza rumahtangga di pedesaan miskin tergolong rumahtangga miskin atau penduduk —miskin dengan _tingkat Pendapatan per kapita per tahun kurand 480 kg nilai tukar beras, bahkan hampit setengah rumahtangga tergolong sangat miskin dengan tingkat pendapatan pet kapita por tahun kurang 360 kg nilai tuker beras seperti tersaji pada table 4. Rate Dipindai dengan CamScanner PA Vol. 1. No. 1. September 2004 : 22-27 rata harga beras di desa miskin pada waktu penolitian Rp 2.200,- per kilograrn. Tabol 4. ‘Nngkat Kemiskinan Penduduk dan Rata-rata Pendapatan Per Kapita Rumahtangga Miskin menurut Potensi Sumber Daya Alam Desa Miskin Jawa Tengah, 2003 ne | | Penduduk | PendapatanNTB | Penduduk | Pendapatan No. | Kabupaten | sangat miskin | penduduk sangat| —miskin (*) | NTB penduduk (%) miskin (kg/th) <480 kg NTB miskin (kg/th) Sampel | < 360 kg NTR 1. | Wonogiri 43,3 284 AS 2 | Kebumen | 58,0 231 68,7 3. | Banjarnogara | 61,7 236 79.8 4 Batang 49,2 | BL | 5. | Grobogan | 38,8 | 282 6._|_Rembang | 58,0 | 164 L_[ on I s16| 23 — ‘Sumber : Hasil Analisis Data Primer. Keterangan NTB= Nilai tukar beras dengan harga Rp 2.200,-/kg. Dengan criteria garis kemiskinan berbagai produk pertanian hortikultura nilai tukar beras 360 kg/kapita per tahun, yang diusahakan sangat rendah baik di terdapat 51,6 persen penduduk sangat tingkat usahatani maupun di pasar local. miskin yang berada dalam 46,3 person Rumahtangga tidak sangat miskin rumahtangga sangat miskin di pedesaan mencapai 53,7 persen meliputi 48,4 persen miskin dengan rata-rata pendapatan per penduduk tidak sangat miskin dengan kapita sebesar nilai tukar beras 223 rata-rata pendapatan per kapita sebesar kg/kapita/tahun. Dengan criteria nilai nilai tukar beras 875 kg/kapita/tahun. tukar beras 480 kg/kapita per tahun, Rumahtangga tidak miskin sebesar 37.4 terdapat 68,4 person penduduk miskin person meliputi 31,6 persen penduduk yang berada dalam 53,7 _persen miskin dengan rata-rata pendapatan per rumahtangga miskin di pedesaan miskin kapita sebesar nilai tukar beras 1,088 dengan rata-rata pendapatan per kapita kg/kapita/tahun. Prosentase rumahtangga sebesar nilai tukar beras_ 287 dan anggota rumahtangga tidak miskin kg/kapita/tahun. Angka —_kemisiinan yang tertinggi di kabupaten Grobogan ( tertinggi di Banjamegara— (desa desa Prigi, kecamatan Kedungjati) karena Kasinoman, kecamatan Kalibening) karena sumbangan yang besar dari pendapatan pendapatan terbesar dari usahatani, Ivar usahatani moliputi buruh tani, sedangkan pada saat penelitian harga pendapatan luar pertanian dan remiten. ‘Tabel 6. Rata-rata Pendapatan Per Kapita Rumahtangga Tidak Miskin menurut Potensi Sumber Daya Alam Desa Miskin Jawa Tengah, 2003. ———T penduduk tdk | Pendapatan | Penduduk tdk | Pendapatan NTB No. | Kabupaten | sangat miskin | NTBponduduk | miskin (%) ponduduk tdi (5) tdksangat | 2480kg NTB| — miskin (kg/th) Sampel 2 360 kg NTB | miskin (kg/th) 1. | Wonogitt 56,7 O17 365 Tia 2. | Kebumen 42,0 799 31,3 937 3. | Banjarnegara 38,3 810 20,2 1.093 4. | Batang 50,8 1.052 29,8 1.434 5. | Grobogan 61,2 829 45,5 943 6_| Rembang | __58.0, 996, | Rerata_ ~48,4 | ~ 7.088 | ‘Sumber : Hasil Analisis Data Pimor. Keterangan NTB= Nilai tukar beras dengan harga Rp 2.200,-/kg. 26 Dipindai dengan CamScanner rondapatan dan Komtokinan Suprapti Supardi dan Sri Marwanti » Kajlan Pen Rata-rata Tumahtangga dos; lan dengan angka Miskinan yang semakin rondah karona menyembunyikan Permasalahan distribusi Pendapatan diantara Penduduknya. Keadaan ini terlinat dari hoot penolitian yang Menunjukkan, tinggi dari Pedesaan miskin di SIMPULAN DAN SARAN Rumahtangga pedesaan miskin memiliki jumlah Pertanian, Sebagian besar rumantangga Pedesaan ™memperoleh Pendapatan terbesar dari luar pertanian dengan sumbangan dan ragam sumber pendapatan luar portanian yang berbeda antar wilayah, Sebagian besar rumahtangga di Pedesaan miskin tergolong miskin dengan Lingkat kemisiinan penduduk yang lebih besar karena_—jumlah_——anggota rumahtangga miskin lebih besar dari pada Tumahtangga tidak miskin. Pedesaan miskin dengan rata-rata_pendapatan rumahtangga yang tortinggi tidak solaly Sejalan dengan tingkat kemiskinan yang terendah seperti ditunjukkan ole rumahtangga pedesaan—miskin di Wonogiri dan Grobogan, DAFTAR PUSTAKA. Amang,B. 1994. Pombahasan Pengembangan Sistom Pangan Untuk Pemerataan dalam Sapuan dan Silitonga (eds) Pembangunan Pertanian Dalam Menanggulangi Kemiskinan, Prosiding Seminge Perhopi Jakarta, a lama dan Indoky 995. Daftar Nama c 7 BPs. 1 Dosa Tortiogral Marya? Kabupaton/Kotamadya 7 lan Kocamatan, Propinst- propingy a Pulau Javea dan Madura tone Jakarta. BPS, 2001. Statistik Indonesia apy Jakarta. BPS. 2002. Jawa Tengah Dalam Angt, 2001. Semarang BPS& UNDP. 2001. Indonesia Laporan Pembangunan — Manusia 29g, Jakarta. Cahyono,BT. 1993. Pongembangan Kosompatan Kerja. BPR Yogyakarta. Chung, K.W& Oh,N.W. 1992. Rural Poverty In The Republic of Korea: ‘Trends and Policy Issue. Asian Development Review Vol 10 (1): 91- 124, Faturochman dan Mo'o,M, 1995, Kemiskinan dan Xependudukan Di esaan Jawa, Analisis Data Susenas 1992, PPK-UGM Yogyakarta Sumodiningrat, (1999), Pembangunan fertanian Patan; nomi Rerakvatin, Otonom: cucrah van Glo Malalah Pembangunais Paranian la Milenium fit, Wak. Pertanian UGM Yogyakarta Opumisme — Makro, Ponaksiran r Ketimpangan di Indonesia, 1967-1987 davon Sitorus Dipindai dengan CamScanner

You might also like