You are on page 1of 31

PENGANTAR KEPENDUDUKAN

ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK, FERTILITAS, DAN


MORTALITAS DARI HASIL SENSUS DAN SURVEI PENDUDUK

Disusun Oleh:
Ni Kadek Ayu Wulandari (2107511019)
Ida Ayu Bintang Nandari Dewi (2107511020)
Ni Kadek Elsha Urmilasari (2107511026)
I Made Fajar Wija Putrawan (2107511050)
Made Ayu Vivi Lianita (2107511053)
I Gusti Ayu Mira Ananda Putri (2107511065)
Kelas G3

Disampaikan kepada:
I Nyoman Wahyu Widiana, S.E.,M.Si
Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengantar Kependudukan

PROGRAM STUDI EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................. i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................2
1.3. Tujuan..................................................................................... 3
1.4. Manfaat................................................................................... 3
1.5. Metode Penulisan....................................................................3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 4
2.1. Analisis Pertumbuhan Penduduk di Indonesia ...................... 4
2.2. Analisis Tingkat Kelahiran (Fertilitas) di Indonesia...............13
2.3. Analisis Tingkat Kematian (Mortalitas) di Indonesia.............18
BAB III PENUTUP............................................................................... 26
3.1. Kesimpulan............................................................................. 26
3.2. Saran....................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ iv

ii
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi
Wasa karena atas berkat serta karunia-Nya kami dapat menyusun paper
yang berjudul “ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK,
FERTILITAS, DAN MORTALITAS DARI HASIL SENSUS DAN
SURVEI PENDUDUK” dari awal penyusunan hingga selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak I
Nyoman Wahyu Widiana, S.E.,M.Si. dan teman-teman sekalian yang telah
mempercayai kami untuk dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari
teman-teman pembaca sekalian, guna memperbaiki makalah ini untuk
menjadi makalah yang lebih baik lagi, karena kami sadar makalah ini
tidaklah sempurna dan memiliki kekurangan. Sekian yang kami dapat
sampaikan, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada teman-
teman semua, kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
terdapat kata-kata yang kurang berkenan di hati bapak dosen dan teman-
teman sekalian.

Denpasar, 26 Oktober 2022


Penulis

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Data kependudukan merupakan sebuah data yang menggambarkan
bagaimana kondisi dan keadaan penduduk dalam suatu wilayah. Data
kependudukan sangat penting bagi pemerintah dalam hal ini sebagai
pemangku kebijakan dalam mengamati dan menyusun kebijakan dari hasil
data kependudukan tersebut. Kependudukan atau demografi memiliki peran
yang vital dalam menyusun suatu kebijakan di suatu wilayah. Dengan
pencatatan demografi yang baik, diharapkan pemerintah dapat mengetahui
keadaan dan kondisi masyarakat melalui karakteristik, komposisi, dan
persebaran penduduk mereka. Pencatatan dalam demografi dapat meliputi
angka kelahiran (fertilitas), angka kematian (mortalitas), dan migrasi serta
berbagai keadaan penduduk yang dapat di identifikasi dalam berbagai aspek.
Selain itu, melalui pencatatan demografi yang baik, dapat mengukur laju
pertumbuhan penduduk maupun kepadatan penduduk hingga proyeksi
penduduk yang terjadi di suatu wilayah. Tingkat kelahiran, kematian, dan
migrasi sangat berpengaruh terhadap kondisi suatu negara dan wilayah.
Contohnya, melalui data komposisi penduduk yang dapat digambarkan
melalui piramida penduduk, dapat menggambarkan kondisi dari aspek sosial
ekonomi penduduk tersebut, dengan menghitung laju pertumbuhan juga
dapat menjadi salah satu indikator kesejahteraan masyarakat.
Salah satu dampak negatif dari kelahiran ialah angka kelahiran
penduduk yang relatif tinggi di suatu wilayah. Dengan kelahiran penduduk
yang tinggi, akan mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk semakin cepat
sehingga terjadi adaya kepadatan penduduk di suatu wilayah. Dengan laju
pertumbuhan penduduk yang cepat akan dapat berimplikasi pada masalah
sosial ekonomi. Contohnya, jika laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
tidak diikuti dengan penyediaan lapangan pekerjaan yang baik, akan
mengakibatkan angka pengangguran semakin tinggi yang berakibat pada
masalah sosial lainnya seperti kemiskinan, kriminalitas, kesehatan penduduk
yang rendah sehingga kesejahteraan di suatu wilayah rendah. Di samping itu,
laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, juga dapat mengakibatkan angka

1
ketergantungan penduduk yang tinggi terhadap penduduk yang berusia
produktif. Oleh karena itu, tingkat kelahiran sangat penting untuk
dikendalikan bagi pemerintah dan masyarakat. Disamping itu, tingkat
kematian juga perlu diperhatikan bagi pemerintah, angka kematian yang
tinggi misalnya pada penduduk dengan usia produktif ataupun kematian
bayi/ wanita juga dapat menggambarkan kondisi kesehatan, sosial, hingga
ekonomi bagi suatu negara. Tingkat kematian yang tinggi, khususnya pada
wanita yang melahirkan dapat menggambarkan bahwa penyediaan gizi bagi
seorang wanita yang hamil kurang atau bahkan fasilitas sarana dan
prasarana kesehatan bagi suatu negara masih rendah.
Berkaca dari latar belakang diatas, oleh karena itu pencatatan
demografi baik seperti tingkat kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas),
dan migrasi sangatlah penting bagi suatu negara dalam mengetahui kondisi
dan keadaann penduduknya. Disamping itu, melalui data demografi yang
telah dicatat, dapat juga dihitung secara matematis yang nantinya dapat
digunakan sebagai proyeksi dari keadaan dan konsisi penduduk di masa
depan. Misalnya dengan tingkat kelahiran yang tinggi, apakah nantinya di
suatu wilayah akan terjadi ledakan penduduk di usia produktif atau tidak.
Melalui data proyeksi inilah nantinya pemerintah akan membuat suatu
kebijakan sehingga masalah sosial yang terjadi akibat peristiwa demografi
penduduk dapat dicegah atau bahkan dampaknya dapat dikendalikan. Oleh
karena itu, melalui penulisan paper ini, penulis akan memfokuskan lebih
lanjut mengenai materi fertilitas, mortalitas, dan laju pertumbuhan penduduk.
Dengan penulisan paper ini, penulis akan menganalisis tingkat fertilitas,
mortalitas, dan laju pertumbuhan penduduk yang terjadi menggunakan
sumber data baik berupa sensus penduduk dan survei penduduk di suatu
wilayah di Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis bahas dalam paper ini, yakni:
1. Bagaimana contoh analisis pertumbuhan penduduk di Indonesia?
2. Bagaiamana contoh analisis tingkat kehaliran (fertilitas) yang terjadi
di Indonesia?

2
3. Bagaiamana contoh analisis tingkat kematian (mortalitas) yang
terjadi di Indonesia?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan paper ini, yakni:
1. Dapat mencermati dan menganalisis pertumbuhan penduduk di
Indonesia menggunakan data sensus/ survei penduduk.
2. Dapat mencermati dan menganalisis tingkat kelahiran (fertilitas) di
Indonesia menggunakan data sensus/ survei penduduk.
3. Dapat mencermati dan menganalisis tingkat kematian (mortalitas) di
Indonesia menggunakan data sensus/ survei penduduk.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan paper ini, yakni:
1. .Bagi Mahasiswa, dapat mencermati bagaimana kondisi
pertumbuhan penduduk, tingkat kelahiran, dan kematian yang terjadi
di suatu wilayah sehingga dapat memberikan pendapat, ide, maupun
solusi kebijakan yang akan diambil dari sisi akademis berdasarkan
data-data demografi yang didapat.
2. Bagi Masyarakat Umum, dapat menambah wawasan mengenai
dampak yang terjadi dari peristiwa demografi yang terjadi sehingga
dapat mencermati kebijakan pemerintah sebagai implikasi dari data
demografi yang terjadi di suatu wilayah.
1.5. Metode Penulisan
Metode penulisan paper ini ialah dengan data skunder melalui studi
pustaka. Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan informasi berupa
data dengan melakukan studi penelaahan terhadap buku-buku, jurnal, dan
laporan hasil publikasi dari berbagai sumber yang sesuai dengan topik
materi yang akan dibahas.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Analisis Pertumbuhan Penduduk di Indonesia
Pertumbuhan penduduk dapat diartikan sebagai perubahan penduduk
yang terjadi di suatu wilayah akibat peristiwa demografi seperti kelahiran
(fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi yang cenderung mengarah
kepada peningkatan jumlah penduduk di suatu wilayah dalam periode
tertentu. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis hasil sumber data
demografi seperti sensus maupun survei pada suatu wilayah. Dengan
sumber data tersebut, dapat menghitung proyeksi jumlah penduduk di masa
depan sehingga dapat menjadi peristiwa atau dampak sosial yang terjadi di
masa depan. Khususya dalam pertumbuhan penduduk, proyeksi penduduk
sangat penting yang dimana bertujuan untuk mengantisipasi ledakan
penduduk yang nantinya akan berimplikasi pada perkembangan suatu
negara.
2.1.1. Analisis Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Wonosari Tahun
2012 dan 2016

Tabel 1. Urutan Jumlah Penduduk dari urutan tertinggi sampai terendah di


Kecamatan Wonosari Tahun 2012 dan 2016
(Sumber: BPS. Kecamatan Wonosari Tahun 2012 dan 2016)

4
Jumlah dan persebaran penduduk pada suatu Daerah dapat
digunakan untuk mengestimasikan berbagai penyediaan fasilitas yang
dibutuhkan oleh penduduk yang bersangkutan. Berikut penulis menyajikan
urutan jumlah penduduk di tiap Desa di Kecamatan Wonosari dari urutan
paling banyak penduduknya sampai terkecil Penduduknya pada tahun 2012
dan 2016. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 di Kecamatan
Wonosari dengan urutan jumlah penduduk tertinggi terdapat di Desa
Kingkang yang berjumlah 5.239 jiwa (8,34%), dan urutan jumlah penduduk
terendah terdapat di Desa Sukorejo yang berjumlah 1.821 jiwa (2,90%),
Sedangkan pada tahun 2016 di Kecamatan Wonosari dengan urutan jumlah
penduduk tertinggi terdapat di Desa Wadung getas yang berjumlah 5.121
jiwa (8,76%), dan urutan jumlah penduduk terendah di Desa Bentangan
yang berjumlah 1.621 jiwa (2,77%). Berdasarkan data diatas dari jumlah
penduduk yang paling tinggi sampai terendah pada tahun 2012 dan 2016 ada
yang mengalami perubahan pada dua desa yaitu kingkang jumlah penduduk
tahun 2012 mencapai 5.239 jiwa tapi pada tahun 2016 mengalami
penurunan mencapai 49.6% dari penduduk tahun 2012 dan Desa Sukorejo
yang awalnya penduduknya 1.821 jiwa pada tahun 2012 namun pada tahun
2016 mengalami peningkatan mencapai 55,2%, dari kedua desa tersebut
mengalami jumlah penurunan dan kenaikan penduduk pada setiap desa dari
tahun 2012 ke tahun 2016, karena adanya angka kematian bayi yang tidak
seimbang dengan angka kelahiran bayi dari desa tersebut.
Analisis perhitungan laju Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan
Wonosari antara tahun 2012 dan 2016 dapat dihitung menggunakan rumus
perhitungan laju penduduk sebagai berikut:

Gambar 1. Rumus Laju Pertumbuhan Penduduk

5
Tabel 2. Laju Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Wonosari pada Tahun
2012 dan 2016
(Sumber: BPS. Kecamatan Wonosari Tahun 2012 dan 2016)

Tabel 2. diketahui bahwa Laju Pertumbuhan penduduk yang terjadi


di Kecamatan Wonosari antara tahun 2012 dan 2016 masuk dalam kategori
rendah karena hanya memiliki nilai pertumbuhan penduduk sebesar -0,93%,
jadi untuk jawaban perumusan masalah yang pertama telah terbukti bahwa
tingkat pertumbuhan penduduk di Kecamatan Wonosari pada tahun 2012
dan 2016 tergolong rendah.
Daerah penelitian dapat diketahui bahwa terdapat suatu perbedaan
laju pertumbuhan penduduk pada masing-masing desa di Kecamatan
Wonosari. Adanya variasi pertumbuhan penduduk di daerah penelitian lebih
disebabkan oleh faktor letak administrasi, dimana desa-desa yang
mengalami pertumbuhan penduduk tinggi pada umumnya mempunyai letak
desa yang berdekatan dengan pusat kecamatan maupun daerah sekitar yang
mempunyai kondisi jumlah penduduk yang padat selain itu tingkat
aksesbilitas daerah juga mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan
jumlah penduduk.

6
Daerah penelitian dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan laju
pertumbuhan penduduk pada tiap-tiap desa di daerah penelitian. Adanya
perbedaan pertumbuhan penduduk tersebut dikarenakan adanya tiga faktor
yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi yang
menyebabkan tingkat pertumbuhan penduduk pada masing-masing desa
berbeda.Besarnya nilai CBR, CDR, dan Mn yang berbeda pada setiap desa
menyebabkan variasi angka pertumbuhan penduduk di daerah
penelitian.Adanya perbedaan penduduk pada daerah penelitian yang
disebabkan ketiga faktor tersebut tentu juga didukung oleh faktor lain
diantaranya adanya : ketersediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi,
faktor sosial budaya masyarakat serta faktor geografis wilayah. Ketiga
faktor tersebut tentu akan sangat berbeda pada setiap wilayah, dimana
wilayah dengan kondisi ketiga faktor tersebut tinggi tentunya akan berbeda
dengan wilayah dengan kondisi ketiga faktor tersebut rendah.Berdasarkan
tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di daerah penelitian
adalah faktor migrasi dibuktikan dengan Tabel 3. yang mengalami
peningkatan.

Tabel 3. Angka Migrasi Netto di Kecamatan Wonosari pada Tahun 2012


dan 2016
(Sumber: BPS. Kecamatan Wonosari Tahun 2012 dan 2016)

7
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa angka migrasi netto yang
mengalami peningkatan dari tahun 2012 dan 2016, apabila angka migrasi
meningkat dapat mengurangi jumlah penduduk yang asli dari dalam
Kecamatan seperti yang terjadi di desa kingkang angka migrasi netto
meningkat 18,03% dan tambahan penduduk yang bukan dari dalam
kecamatan, sehingga pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kecamatan
Wonosari masuk dalam kategori rendah, dari hasil analisa yang dilakukan
maka untuk jawaban perumusan masalah yang kedua bahwa faktor yang
paling mempengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk di Kecamatan
Wonosari yang paling dominan yaitu angka kematian bayi dan angka
mingrasi sehingga dapat mempengaruhi angka pertumbuhaan penduduk.
2.1.2. Analisis Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan Hasil Survei
Penduduk Indonesia (SUPAS) Tahun 2015
Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil SUPAS 2015
sebanyak 255,18 juta jiwa. Dibandingkan dengan sensus maupun survei
penduduk sebelumnya, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Indonesia
terus mengalami peningkatan. Dalam jangka waktu lima belas tahun yaitu
tahun 2000 hingga 2015, jumlah penduduk Indonesia mengalami
penambahan sekitar 50,06 juta jiwa atau rata-rata 3,33 juta setiap tahun.

Grafik 1. Jumlah Penduduk Indonesia berdasarkan Sensus Penduduk dan


SUPAS dari tahun 2000 dan 2015
(Sumber: Badan Pusat Stistik (BPS). SP 2000, SUPAS 2005, SP 2010, SUPAS 2015)

8
Berdasarkan hasil SUPAS 2015, tiga provinsi dengan jumlah
penduduk terbanyak adalah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Di
antara tiga provinsi tersebut yang mengalami penambahan jumlah penduduk
terbesar adalah Provinsi Jawa Barat, sedangkan penambahan terkecil terjadi
di Provinsi Jawa Timur.

Tabel 4. Tiga Provinsi dengan Jumlah Penduduk Tebesar Berdasarkan Hasil


SUPAS 2015
(Sumber: Olahan Badan Pusat Stistik (BPS). SP 2010, SUPAS 2015)

Tiga provinsi dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kalimantan


Utara, diikuti Papua Barat dan Gorontalo. Penambahan jumlah penduduk
terbanyak adalah Kalimantan Utara kemudian Gorontalo dan Papua Barat

Tabel 5. Tiga Provinsi dengan Jumlah Penduduk Terkecil Berdasarkan


Hasil SUPAS 2015
(Sumber: Olahan Badan Pusat Stistik (BPS). SP 2010, SUPAS 2015)

9
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin suatu wilayah
dapat diketahui dengan gambar piramida penduduk. Sumbu horizontal
penduduk menunjukkan jumlah penduduk. Jumlah penduduk laki-laki
ditampilkan di sebelah kiri. Sedangkan jumlah penduduk perempuan di
sebelah kanan. Sumbu vertikal menunjukkan kelompok umur 5 tahunan,
ditampilkan dari yang termuda di bawah berurutan hingga yang lebih tua di
atasnya.
Perubahan struktur umur penduduk sangat terkait dengan tingkat
kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Bentuk piramida yang melebar
di bagian bawah menunjukkan tingginya tingkat kelahiran, sedangkan
bagian atas yang lebih runcing menunjukkan tingginya tingkat kematian.
Bentuk piramida yang semakin cembung di bagian tengah dan melebar di
bagian atas menunjukkan tingkat kelahiran dan tingkat kematian yang
semakin menurun

Gambar 1. Piramida Penduduk Indonesia Hasil SUPAS 2015


(Sumber: Olahan Badan Pusat Stistik (BPS). SUPAS 2015)

Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat bentuk piramida penduduk


Indonesia tahun 2015 termasuk tipe ekspansif, dimana sebagian besar
penduduk berada pada kelompok umur muda. Bagian tengah piramida
cembung dan bagian atas cenderung meruncing. Keadaan ini
menggambarkan bahwa angka kematian menurun.

10
Grafik 2. Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1990-2000, 2000-
2010, 2010-2015
(Sumber: Olahan Badan Pusat Stistik (BPS). SP 1971, 1980, 2000, 2010,
dan SUPAS 2015)

Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Indonesia memiliki


kecenderungan menurun. Kebijakan pemerintah untuk menekan LPP dengan
adanya program Keluarga Berencana (KB) yang diluncurkan pada tahun
1980an semakin nyata hasilnya. Pada tahun 1971-1980 pertumbuhan
penduduk Indonesia masih cukup tinggi sekitar 2,33 persen. Pertumbuhan
penduduk ini kemudian mengalami penurunan yang cukup tajam hingga
mencapai 1,44 persen pada 1990-2000. Penurunan ini antara lain disebabkan
berkurangnya tingkat kelahiran sebagai dampak peran serta masyarakat
dalam program KB. Namun pada periode sepuluh tahun berikutnya,
tepatnya awal masa reformasi tahun 2000-2010 laju pertumbuhan ini
mengalami sedikit peningkatan sekitar 0,05 persen. Laju pertumbuhan
penduduk apabila tidak dikendalikan berakibat pada meningkatnya jumlah
penduduk. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2010-2015) laju
pertumbuhan penduduk Indonesia kembali mengalami penurunan menjadi
1,43 persen.

11
Gambar 2. Data Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2010-2015
menurut provinsi
(Sumber: Olahan Badan Pusat Stistik (BPS). SUPAS 2015)

Dilihat menurut provinsi, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau, dan


Riau adalah tiga provinsi dengan laju pertumbuhan penduduk terbesar.
Sementara itu, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta adalah tiga
provinsi dengan laju pertumbuhan penduduk terkecil. Berdasarkan hasil
SUPAS 2015 terdapat 11 provinsi dengan laju pertumbuhan penduduk di
bawah angka nasional, sementara 23 provinsi lainnya di atas angka nasional.

12
2.2. Analisis Tingkat Kelahiran (Fertilitas) di Indonesia
2.2.1. Analisis Tingkat Fertilitas di Kecaman Wonosari Tahun 2012-
2016
Menganalisis tingkat pertumbuhan penduduk maka perhitungan yang
pertama dilakukan adalah menghitung Angka Kelahiran Kasar/Crude Birth
Rate (CBR) pada daerah penelitian. Perhitungan CBR ini sangat sederhana
karena hanya memerlukan data tentang jumlah anak yang di lahirkan dalam
1 tahun dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Berikut rumus yang
digunakan untuk perhitungan CBR adalah sebagai berikut:

CBR = B/P x K
Keterangan : CBR = Angka Kelahiran Kasar
B = Jumlah Kelahiran selama 1 tahun
P = Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun
K = Bilangan konstanta (1000)

Perhitungan CBR pada masing-masing Desa di Kecamatan


Wonosari pada tahun 2012 dapat dilihat pada lampiran I, dari perhitungan
pada lampiran I bahwa pada tahun 2012 CBR tertinggi terdapat di Desa
Boto yaitu sebesar 19,82 perseribu penduduk (hal ini mengandung
pengertian bahwa pada tahun 2012 di Desa Boto dari 1000, jumlah
penduduk yang ada terdapat kelahiran bayi sebanyak 19 jiwa) dan untuk
CBR terendah terdapat di Desa Pandanan yaitu sebesar 3,15 perseribu
penduduk (hal ini mengandung pengertian bahwa pada tahun 2012 di Desa
Pandanan dari 1000 jumlah penduduk yang ada terdapat kelahiran bayi
sebanyak 31 jiwa).
Perhitungan CBR pada masing-masing desa di Kecamatan Wonosari
pada tahun 2016 dapat dilihat pada lampiran II. dari perhitungan pada
lampiran II bahwa pada tahun 2016 CBR tertinggi terdapat di Desa
Kingkang yaitu sebesar 27,18 perseribu penduduk (hal ini mengandung
pengertian bahwa pada tahun 2016 di Desa Kingkang dari 1000 jumlah
penduduk yang ada terdapat kelahiran bayi.

13
sebanyak 27 jiwa) dan untuk CBR terendah terdapat di Desa Ngreden yaitu
sebesar 7,01 perseribu penduduk (hal ini mengandung pengertian bahwa
pada tahun 2016 di Desa Ngreden dari 1000, jumlah penduduk yang ada
terdapat kelahiran bayi sebanyak 7 orang), untuk dapat memperjelas
perhitungan Angka Kelahiran Kasar (CBR) pada masing-masing desa di
Kecamatan Wonosari pada tahun 2012 dan 2016 dapat dilihat di tabel 5.2
sebagai berikut:

Tabel 6. Perhitungan Angka Kelahiran Kasar/Crude Birth Rate (CBR) di


Kecamatan Wonosari Pada Tahun 2012 dan 2016
(Sumber: BPS, Kecamatan Wonosari Dalam Angka Tahun 2012 dan 2016)

Tabel 6 Menunjukkan bahwa di Kecamatan Wonosari terjadi


perubahan angka Kelahiran Kasar yaitu pada tahun 2012 sebesar 160,77
perseribu penduduk sedangkan pada tahun 2016 sebesar 270,77 perseribu
penduduk. Pada tahun 2012 dan 2016 mengalami peningkatan sebesar 110

14
perseribu penduduk, adapun desa- desa yang mengalami kenaikan angka
kelahiran kasar pada tahun 2012 dan 2016 adalah Desa Bentangan, Desa
Gunting, Desa Wadung Getas, Desa Boto, Desa Bulan, Desa Jelobo, Desa
Kingkang, Desa Teloyo, Desa Pendanan, Desa Lumbung Kerep, Desa
Duwet dan Desa Tegalgondo. Kenaikan angka kelahiran kasar terbesar
adalah Desa Bentangan sebesar 16,69 perseribu penduduk, sedangkan desa-
desa yang mengalami penurunan angka kelahiran kasar pada tahun 2012 dan
2016 adalah Desa Ngreden, Desa Sekaran, Desa Sukorejo, Desa Bolali.
Penurunan angka kelahiran kasar terbesar adalah Desa Ngreden sebesar
kurang dari 0,73 perseribu penduduk.
Kenaikan angka kelahiran kasar pada daerah penelitian lebih
disebabkan karena adanya faktor jumlah penduduk yang banyak serta
tingginya tingkat kesejahteraan yang menyebabkan angka kelahiran kasar
pada daerah penelitian mengalami kenaikan, tetapi sebaliknya adanya
penurunan angka kelahiran kasar pada daerah penelitian disebabkan karena
faktor kesejahteraan yang rendah dan dengan tingkat kesejahteraan yang
rendah penduduk lebih memilih mengikuti program mempunyai anak sedikit.
Program Keluarga Berencana (KB) yang merupakan program dari
pemerintah sangat membantu dalam menekan angka kelahiran di suatu
wilayah.
2.2.1. Analisis dan Pembahasan tentang Fertilitas Menurut Sumber
Data Survei SUPAS Indonesia Tahun 2015
Fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu variabel yang
membentuk jumlah penduduk di suatu wilayah yang memiliki dampak
positif terhadap pertumbuhan penduduk di suatu wilayah. Oleh karena itu,
untuk mengetahui apakah di suatu wilayah memiliki tingkat fertilitas yang
tinggi atau rendah, diperlukan adanya suatu perhitungan demografi. Pada
materi sebelumnya, telah dijelaskan terdapat 2 metode secara matematis
dalam mengukur tingkat fertilitas di suatu wilayah, yakni dengan
pengukuran fertilitas tahunan dan pengukuran fertilitas komulatif. Dalam
paper ini penulis akan membahas lebih lanjut hasil pengukuran fertilitas
tahunan yaitu ASFR dan pengukuran fertilitas komulatif TFR dengan data

15
rangkuman gabungan hasil Sensus dan SUPAS dari tahun 1971 sampai
tahun 2015.

2.2.2.1. Analisis ASFR (Age Specific Fertility Rate) Menurut Sumber


Data SUPAS tahun 2015

Grafik 3. ASFR hasil olahan data SUPAS Indonesia Tahun 2015


(Sumber: Badan Pusat Statistik. 2016. Profil Penduduk Indonesia Hasil
SUPAS 2015)

ASF
R
127,5
140
109,7
120 100,9
100
80
56,8
60 40,1
40
18,5
20
3
0

15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49


Kelompok Umur

Perhitungan ASFR menunjukkan bahwa banyaknya kelahiran pada


perempuan kelompok usia tertentu per 1000 perempuan pada kelompok
usia tersebut. Berdasarkan gambar grafik ASFR Indonesia dengan olahan
data SUPAS tahun 2015, digambarkan grafik seperti berbentuk U terbalik,
yang artinya pada kelompok usia muda anak yang dilahirkan rendah,
semakin bertambah umur semakin banyak, dan puncaknya pada perempuan
umur 25-29 tahun, kemudian setelah kelompok umur tersebut anak yang
dilahirkan mengalami penurunan.

16
2.2.2.2. Analisis TFR (Total Fertility Rate) Menurut Sumber Data
Sensus Penduduk dan SUPAS Indonesia dari tahun 1971- 2015.

Grafik 4. TFR hasil olahan data Sensus Penduduk Tahun 1971 s.d. SUPAS
Tahun 2015
(Sumber: Badan Pusat Statistik. 2016. Profil Penduduk Indonesia Hasil
SUPAS 2015)

TFR atau Total Fertility Rates adalah jumlah dari angka kelahiran
menurut kelompok umur dan merupakan ringkasan ukuran dari tingkat
fertilitas. Angka ini menggambarkan rata-rata jumlah anak yang akan
dilahirkan oleh seorang wanita pada akhir masa reproduksinya. Berdasarkan
gambar grafik TFR Indonesia dari tahun 1971 s.d 2015 (Total Fertility Rates)
diatas, dapat dijelaskan bahwa total tingkat kelahiran bayi di Indonesia
mengalami tren penurunan dari tahun ke tahun. Pada saat data sensus
penduduk tahun 1971, tingkat TFR Indonesia pada angka 5,61 hingga terus
menurun sampai sensus penduduk tahun 2010 pada angka 2,41. Sementara
itu, tingkat TFR pada data SUPAS tahun 1985 pada angka 4,06 mengalami
tren penurunan juga hingga 2,28 pada SUPAS tahun 2015. Namun jika
dilihat dari grafik diatas, dari rentan tahun 2000 hingga 2015, angka TFR
baik dengan data sensus maupun SUPAS tidak mengalami penurunan atau
peningkatan tingkat kelahiran yang dratis, yakni hanya stagnan di kisaran

17
rata-rata 2,32. Intepretasi dari salah satu hasil perhitungan TFR pada data
SUPAS 2015 dengan angka 2,28 artinya bahwa setiap 1000 wanita pada
masa suburnya melahirkan sebanyak 2.280 bayi atau tiap 1 wanita akan
melahirkan sebanyak 2 bayi (pembulatan 2,28).

2.3. Analisis Tingkat Kematian (Mortalitas) di Indonesia


2.3.1. Analisis Tingkat Kematia (Mortalitas) di Kecaman Wonosari
Tahun 2012-2016

Tabel 7. Urutan Jumlah Penduduk dari urutan tertinggi sampai terendah


di Kecamatan Wonosari Tahun 2012 dan 2016.
(Sumber: BPS, Kecamatan Wonosari Dalam Angka Tahun 2012 dan 2016)

Tabel 7 Menunjukkan bahwa pada tahun 2012 di Kecamatan


Wonosari dengan urutan jumlah penduduk tertinggi terdapat di Desa
Kingkang yang berjumlah 5.239 jiwa (8,34%), dan urutan jumlah penduduk
terendah terdapat di Desa Sukorejo yang berjumlah 1.821 jiwa (2,90%),

18
Sedangkan pada tahun 2016 di Kecamatan Wonosari dengan urutan jumlah
penduduk tertinggi terdapat di Desa Wadung getas yang berjumlah 5.121
jiwa (8,76%), dan urutan jumlah penduduk terendah di Desa Bentangan
yang berjumlah 1.621 jiwa (2,77%).
Menganalisis tingkat pertumbuhan penduduk maka perhitungan yang
kedua dilakukan adalah menghitung Angka Kematian Kasar/Crude Death
Rate (CDR) pada daerah penelitian. Perhitungan CDR ini sangat sederhana
hanya memerlukan data tentang jumlah kematian penduduk dalam 1 tahun
dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Berikut rumus yang
digunakan untuk perhitungan CDR adalah sebagai berikut:

Perhitungan CDR pada masing-masing desa di Kecamatan Wonosari


pada tahun 2012 dapat dilihat pada lampiran III, dari perhitungan pada
lampiran III bahwa pada tahun 2012 CDR tertinggi terdapat di Desa Bener
yaitu sebesar 16,56 perseribu penduduk (hal ini mengandung pengertian
bahwa pada tahun 2012 di Desa Bener dari 1000 jumlah penduduk yang ada
terdapat kematian penduduk sebanyak 16 orang) dan untuk CDR terendah
terdapat di Desa Wadung Getas yaitu sebesar 0,46 perseribu penduduk (hal
ini mengandung pengertian bahwa pada tahun 2012 di Desa Wadung Getas
dari 1000 jumlah penduduk yang ada terdapat kematian penduduk sebanyak
1orang).
Perhitungan CDR pada masing-masing desa di Kecamatan Wonosari
pada tahun 2016 dapat dilihat pada lampiran IV, dari perhitungan pada
lampiran IV pada tahun 2016 CDR tertinggi terdapat di Desa Kingkang
yaitu sebesar 15,70 perseribu penduduk (hal ini mengandung pengertian
bahwa pada tahun 2016 di Desa Kingkang dari 1000 jumlah penduduk yang
ada terdapat kematian penduduk sebanyak 15 orang) dan untuk CDR

19
terendah terdapat di Desa Sukorejo yaitu sebesar 2,72 perseribu penduduk
(hal ini mengandung pengertian bahwa pada tahun 2016 di Desa Sukorejo
dari 1000 jumlah penduduk yang ada terdapat kematian penduduk sebanyak
3 orang). Untuk lebih jelas perhitungan Angka Kematian Kasar (CDR) pada
masing-masing desa di Kecamatan Wonosari pada tahun 2012 dan 2016
dapat dilihat di tabel 5.3 sebagai berikut:

Tabel 8. Perhitungan Angka Kematian Kasar/ Crude Death Rate (CDR) di


Kecamatan Wonosari Tahun 2012 dan 2016.
(Sumber: BPS, Kecamatan Wonosari Dalam Angka Tahun 2012 dan 2016)

Tabel 8 Menunjukkan bahwa di Kecamatan Wonosari terjadi


perubahan Angka Kematian Kasar (CDR) yaitu pada tahun 2012 sebesar
89.01 perseribu penduduk, sedangkan tahun 2015 sebesar 156,85 perseribu
penduduk. Pada tahun 2012 dan 2016 juga mengalami peningkatan sebesar
67,84 perseribu penduduk. Hampir semua desa daerah penelitian yang
mengalami kenaikan angka kematian kasar kecuali Desa Sidowarno pada
tahun 2012 dan 2016. Kenaikan tertinggi Angka Kematian Kasar terbesar

20
terdapat di Desa pandanan mencapai 14,12 perseribu penduduk, sedangkan
desa-desa yang mengalami penurunan Angka Kematian Kasar pada tahun
2012 dan 2016 adalah Desa Sidowarno mencapai kurang dari 10,68
perseribu penduduk.
Meningkatnya Angka Kematian Kasar (CDR) pada desa-desa yang
mengalami kenaikan CDR dikarenakan banyak penduduk yang mempunyai
struktur umur tua dan tingkat kesejahteraan yang rendah hal ini bisa dilihat
pada ketersediaan fasilitas kesehatan yang belum merata, sedangkan untuk
desa-desa yang mengalami penurunan CDR dikarenakan struktur umur
muda yang mendominasi jumlah penduduk pada masing-masing desa
tersebut faktor lain yang menyebabkan Angka Kematian Kasar menurun
adalah faktor kesejahteraan dan kesehatan penduduk yang semakin baik.
2.3.2. Analisis dan Pembahasan tentang Fertilitas Menurut Sumber
Data Survei SUPAS Indonesia Tahun 2015
Kematian atau mortalitas merupakan salah satu dari tiga komponen
proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk, dua
komponen yang lainnya adalah kelahiran (fertilitas) dan mobilitas penduduk.
kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen
yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Konsep-konsep lain yang terkait dengan pengertian mortalitas adalah:
a. Neo-natal death adalah kematian yang terjadi pada bayi yang belum
berumur satu bulan.
b. Lahir mati (still birth) atau yang sering disebut kematian janin (fetal
death) adalah kematian sebelum dikeluarkannya secara lengkap bayi
dari ibunya pada saat dilahurkan tanpa melihat lamanya dalam
kandungan.
c. Post neo-natal adalah kematian anak yang berumur antara satu bulan
sampai dengan kurang dari satu tahun.
d. Infant death (kematian bayi) adalah kematian anak sebelum
mencapai umur satu tahun.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kematian dibagi menjadi dua
yaitu:

21
1. Faktor langsung (faktor dari dalam), faktor tersebut antara lain
dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu:
a. Umur,
b. Jenis kelamin,
c. Penyakit,
d. Kecelakaan, kekerasan, bunuh diri.
2. Faktor tidak langsung (faktor dari luar), faktor tersebut antara lain
dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu:
a. Tekanan, baik psikis maupun fisik,
b. Kedudukan dalam perkawinan,
c. Kedudukan sosial-ekonomi,
d. Tingkat pendidikan,
e. Pekerjaan,
f. Beban anak yang dilahirkan,
g. Tempat tinggal dan lingkungan,
h. Tingkat pencemaran lingkungan,
i. Fasilitas kesehatan dan kemampuan mencegah penyakit,
j. Politik dan bencana alam.
Diantara faktor penyebab terjadinya banyak kasus kematian adalah
karena kebiasaan (perilaku). Tiga faktor lainnya adalah lingkungan,
pelayanan kesehatan, dan genetik. Lingkungan merupakan faktor terbesar
yang paling berpengaruh terhadap derajat kesehatan seseorang. Tiga faktor
lainnya adalah lingkungan, pelayanan kesehatan, dan genetik. Lingkungan
merupakan faktor terbesar yang paling berpengaruh terhadap derajat
kesehatan seseorang.
1. Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada penduduk yang
berumur 0-11 bulan (kurang dari 1 tahun). Angka kematian bayi Indonesia
menurun tajam, dari 47 per 1000 kelahiran hidup pada Sensus Penduduk
2000 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup pada SUPAS 2005, 26 per 1000
kelahiran hidup pada SP 2000 dan 22 per 1000 kelahiran hidup pada SUPAS
2015 (Grafik 5). Perbaikan sarana dan prasarana kesehatan serta

22
meningkatnya kualitas hidup wanita Indonesia membuat anak yang baru
lahir semakin mampu bertahan hidup.IMR Indonesia tahun 2015 sekitar 22
anak per 1000 kelahiran hidup
Grafik 5. Angka Kematian Bayi (IMR) di Indonesia
(Sumber: Badan Pusat Statistik.SP 2000, 2010, SUPAS 2005, 2015)

2. Angka Harapan Hidup


Angka harapan hidup adalah perkiraan rata-rata tambahan umur
seseorang yang diharapkan dapat terus hidup. Ukuran yang umum
digunakan adalah angka harapan hidup saat lahir yang mencerminkan
kondisi kesehatan pada saat itu. Sehingga pada umumnya ketika
membicarakan Angka harapan hidup, yang dimaksud adalah rata- rata
jumlah tahun yang akan dijalani oleh seseorang sejak orang tersebut lahir.
Dari hasil SUPAS 2015 angka harapan hidup di Indonesia sebesar 72,1
artinya setiap anak yang dilahirkan akan mempunyai harapan hidup secara
rata-rata sampai berumur 72,1 tahun. Bila diperhatikan menurut jenis
kelamin, angka harapan hidup perempuan selalu menunjukkan angka yang
lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yaitu 74,36 tahun untuk perempuan dan
70,26 tahun untuk laki-laki. Berdasarkan hasil SP 2000 angka harapan hidup
Indonesia sebesar 65 tahun yang kemudian naik menjadi 69,2 tahun pada
SUPAS 2005, 71 tahun pada SP 2010 dan 72,1 tahun pada SUPAS 2015
(Grafik 6).

23
Grafik 5. Angka Harapan Hidup di Indonesia
(Sumber: Badan Pusat Statistik.SP 2000, 2010, SUPAS 2005, 2015)

3. Kematian Anak
kematian anak/Child Mortality Rate (CMR) adalah jumlah kematian
anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang
sama pada pertengahan tahun itu. Berbeda dengan Angka Kematian Balita
(Under Five Mortality), angka kematian anak tidak mencakup kematian bayi
sedangkan angka kematian balita termasuk kematian bayi. Di Indonesia,
angka kematian anak pada tahun 2015 sebesar 4,03 yang artinya terdapat
sekitar 4 anak umur 1-4 tahun yang meninggal per 1000 anak pada umur
yang sama.
4. Kematian Balita
kematian balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun
selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan
tahun itu. Penghitungan angka kematian balita mencakup angka kematian
bayi dan angka kematian anak. Hasil SUPAS 2015 menunjukkan angka
kematian balita sebesar 25,74 yang artinya terdapat sekitar 26 anak umur 0-
4 tahun yang meninggal per 1000 anak pada umur yang sama.
5. Kematian Dewasa
Kematian dewasa merupakan kematian pada usia 15-45 tahun per
1000 penduduk pada waktu tertentu di suatu daerah. Hasil SUPAS 2015
menunjukkan angka kematian dewasa laki-laki sebesar 171,06 per 1000

24
penduduk, sedangkan perempuan sebesar 122,03 per 1000 penduduk.
Dibandingkan dengan kematian dewasa tahun 2010, kematian dewasa tahun
2015 mengalami penurunan. Pada tahun 2010 angka kematian dewasa laki-
laki sebesar 180,36 per 1000 penduduk sedangkan perempuan sebesar
130,17 per 1000 penduduk.
6. Kematian Ibu
Kematian Maternal (MMR) adalah kematian perempuan pada saat
hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan
tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni
kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi
bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain lain.
Hasil SP 2010 menunjukkan Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 346
yang artinya terdapat 346 kematian perempuan pada saat hamil, saat
melahirkan atau masa nifas per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian
Ibu hasil SUPAS 2015 lebih rendah daripada hasil SP 2010, yaitu sebesar
305.Angka Kematian Ibu tahun 2015 sekitar 305 per 100.000 kelahiran
hidup.

25
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan diatas, adapun 3
poin kesimpulan yang dapat penulis rangkum adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Kecamatan Wonosari Tahun 2012
dan 2016. Laju Pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kecamatan
Wonosari antara tahun 2012 dan 2016 masuk dalam kategori rendah
karena hanya memiliki nilai pertumbuhan penduduk sebesar -0,93%,
faktor yang paling mempengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk di
Kecamatan Wonosari yang paling dominan yaitu angka kematian bayi
dan angka mingrasi. Disamping Berdasarkan hasil survei penduduk
Indonesia tahun 2015. Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Indonesia
memiliki kecenderungan menurun. Penurunan ini antara lain disebabkan
berkurangnya tingkat kelahiran sebagai dampak peran serta masyarakat
dalam program KB. Pada periode sepuluh tahun berikutnya, tepatnya
awal masa reformasi tahun 2000-2010 laju pertumbuhan ini mengalami
sedikit peningkatan sekitar 0,05 persen. Namun dalam kurun waktu lima
tahun terakhir (2010-2015) laju pertumbuhan penduduk Indonesia
kembali mengalami penurunan menjadi 1,43 persen.
2. Berdasarkan hasil Sensus penduduk Kecamatan Wonosari tahun 2012
dan 2016. Kecamatan Wonosari mengalami perubahan angka Kelahiran
Kasar yaitu pada tahun 2012 sebesar 160,77 perseribu penduduk
sedangkan pada tahun 2016 sebesar 270,77 perseribu penduduk.
Kenaikan angka kelahiran kasar pada daerah penelitian lebih disebabkan
karena adanya faktor jumlah penduduk yang banyak serta tingginya
tingkat kesejahteraan. Disamping itu, berdasarkan hasil survei penduduk
Indonesia tahun 2015. Tingkat TFR pada data SUPAS tahun 1985 pada
angka 4,06 mengalami tren penurunan juga hingga 2,28 pada SUPAS
tahun 2015. Namun jika dilihat pada tahun 2000 hingga 2015, angka

26
TFR baik dengan data sensus maupun SUPAS tidak mengalami
penurunan atau peningkatan tingkat kelahiran yang dratis, yakni hanya
stagnan di kisaran rata-rata 2,32.
3. Berdasarkan hasil Sensus penduduk Kecamatan Wonosari tahun 2012
dan 2016. Menunjukkan bahwa di Kecamatan Wonosari terjadi
perubahan Angka Kematian Kasar (CDR) yaitu pada tahun 2012 sebesar
89.01 perseribu penduduk, sedangkan tahun 2015 sebesar 156,85
perseribu penduduk. Pada tahun 2012 dan 2016 juga mengalami
peningkatan sebesar 67,84 perseribu penduduk. Meningkatnya Angka
Kematian Kasar (CDR) pada desa-desa yang mengalami kenaikan CDR
dikarenakan banyak penduduk yang mempunyai struktur umur tua dan
tingkat kesejahteraan yang rendah. Disamping itu, berdasarkan hasil
survei penduduk Indonesia tahun 2015. Didapat Angka kematian anak
tahun 2015 sebesar 4,03 yang artinya terdapat sekitar 4 anak umur 1-4
tahun yang meninggal per 1000 anak pada umur yang sama. Angka
kematian balita sebesar 25,74 yang artinya terdapat sekitar 26 anak umur
0-4 tahun yang meninggal per 1000 anak pada umur yang sama. Dan
Pada tahun 2010 angka kematian dewasa laki-laki sebesar 180,36 per
1000 penduduk sedangkan perempuan sebesar 130,17 per 1000
penduduk. Yang terakhir Angka Kematian Ibu hasil SUPAS 2015 lebih
rendah daripada hasil SP 2010, yaitu sebesar 305.Angka Kematian Ibu
tahun 2015 sekitar 305 per 100.000 kelahiran hidup.
3.2. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
paper ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian yang bermanfaat bagi banyak
orang.

27
DAFTAR PUSTAKA

Alma, L. R. (2019). Ilmu Kependudukan. Malang: Wineka Media


Marhaeni, A. A. (2018). Buku Pegangan Pengantar Kependudukan Jilid 1.
Denpasar: CV. Sastra Utama
Nuraini, dkk. 2016. Profil Penduduk Indonesia Hasil SUPAS 2015. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
Suwito. (2020). Pengantar Demografi. Malang: Ediide Infografika

iv

You might also like