Professional Documents
Culture Documents
Makalah Kel. 1
Makalah Kel. 1
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1 MANAJEMEN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat dan
hidayah serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
bertema “MENGGUNAKAN KALMAT EFEKTIF DAN MENGEDIT KALIMAT
YANG TIDAK” ini dengan sederhana meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan kami
juga berterima kasih kepada Ibu Liga Febrina, S.pd., M.pd selaku dosen mata kuliah Bahasa
Indonesia yang memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai sejarah pertumbuhan, kedudukan, fungsi dan ragam bahasa
indonesia. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat di pahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membaca. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata
yang kurang berkenan. Dan kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah yang kami buat. Akhir kata kami ucapkan terima kasih
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama
anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau
perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu
hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan,
diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat
yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi
syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-
kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya
kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena
kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk
membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif ?
2. Apa saja unsur-unsur kalimat ?
3. Apa ciri-ciri kalimat efektif ?
4. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif ?
5. Bagaimana struktur kalimat efektif ?
6. Apa yang dimaksud kalimat tidak efektif ?
7. Sebutkan ciri-ciri kalimat tidak efekti !
8. Bagaimana cara membedakan kalimat efektif dan tidak efektif ?
9. Berikan contoh kalimat efektif dan tidak efektif !
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kalimat efektif
2. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur kalimat
3. Untuk mengetahui apa ciri-ciri kalimat efektif
4. Untuk mengetahui apa syarat yang mendasari kalimat efektif
5. Untuk mengetahui bagaimana struktur kalimat efektif
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud kalimat tidak efektif
7. Untuk mengetahui cirri-ciri kalimat tidak efekti
8. Untuk mengetahui bagaimana cara membedakan kalimat efektif dan tidak efektif
9. Untuk mengetahui contoh kalimat efektif dan tidak efektif
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok
(benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.
Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa
verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a) Ayahku sedang melukis.
b) Meja direktur besar.
c) Yang berbaju batik dosen saya.
d) Berjalan kaki menyehatkan badan.
e) Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang
diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang
3
diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa
verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu
merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis
kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun
hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada
kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda).
Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara
implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda
juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang
lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c)
dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan
memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada
jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata
jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S.
Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas
pelaku atau bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak
mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh
(a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan
adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa
tidak logis.
2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan)
apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam
suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat
pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P
dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S.
4
predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau
adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan
contoh berikut:
a) Kuda meringkik.
b) Ibu sedang tidur siang.
c) Putrinya cantik jelita.
d) Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e) Kucingku belang tiga.
f) Robby mahasiswa baru.
g) Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P.
katameringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok
katasedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa
ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya,
dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota
Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa
baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g)
memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata
menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat
normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada
jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada
contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor
di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada
contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal
lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena
itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum
merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
5
3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya
diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang
berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad
contoh di bawah ini.
a. Nurul menimang …
b. Arsitek merancang …
c. Juru masak menggoreng …
4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P.
letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu
juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu
6
dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O
terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nominaPancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a)
yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat
pasif adalah sebagai berikut:
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan
menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak
gramatikal. Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi
oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival
dan frasa preposisional.
7
5. Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal
mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan
S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir
kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau
klausa.
8
Demi Bagi masa depan
Demi orang tuamu
Secara Secara hati-hati
5. Cara Dengan cara Dengan cara damai
Dengan jalan Dengan jalan berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
Seperti angin
Seperti
Bagaikan seorang dewi
7. Similatif Bagaikan
Laksana bintang di
Laksana
langit
Karena Karena perempuan itu
8. Penyebab
Sebab Sebab kegagalannya
Dengan Dengan adiknya
9. Penyerta Bersama Bersama orang tuanya
Beserta Beserta saudaranya
1) Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran
(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang
baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat
itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan
9
dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Benar)
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama. Atau Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat
mengikuti acara pertama.
10
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki. Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia
membeli sepeda motor Suzuki.
2) Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan
dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau
bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan.
Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
11
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
3) Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan
penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu
ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan
itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
12
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
4) Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah
kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap
kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Perhatikan contoh:
a. Ia memakai baju warna merah.
13
b. Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
5) Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak
menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat
berikut.
14
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa
atau perguran tinggi. Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah
uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
6) Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan
pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak
terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan
bertele-tele. Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota
yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara
tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut
kemanusiaan yang adil dan beradab
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara
tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara
agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
15
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti
daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-
rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah
adat.
7) Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat
diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
16
bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak
dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
3. Menuis saya surat buat Papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya Papa buat menulis surat.
6. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat
kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat)
tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-
kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai
bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan
struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan
pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha
mentaati hokum yag sudah dibiasakan.
17
H. Cara Membedakan Kalimat Efektif dan Tidak Efektif
Cara membedakan kalimat efektif dan tidak efektif tentu tidak sulit, cukup melihat
dari kedua ciri-ciri yang ada pada masing-masing kalimat. Karena ciri-ciri tersebut
sudah cukup bisa menjadi pembeda.
Selain itu, perhatikan baku dan tidaknya kalimat, jika efektif maka akan baku,
tetapi jika tidak efektif tidak baku, justru cenderung tidak mengikuti aturan EYD.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara
mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat
19
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.
20