You are on page 1of 12

ANGSURAN PPH PASAL

25 OBJEK PAJAK

Dosen Pengampu : Dr. Tjok. Gde Indraputra, SE.SH.M.Ak.MAP

Disusun oleh :

KELOMPOK 7

I Gusti Agung Ayu Bintang Rinjani (2102022668)

Ni Made Yuni Lestari (2102022672)

Ida Ayu Mirananda (2102022673)

Kelas III A Akuntansi Sore

PROGRAM STUDI

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN PARIWISATA

UNIVERSITAS HINDU INDONESIA

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha karena telah memberikan
kesempatan pada kami sebagai penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ANGSURAN PPH PASAL 25” tepat waktu.
Makalah ini kami buat agar dapat meperdalam pemahaman serta pengetahuan kami dan teman-
teman di kelas III A Akuntansi Sore tentang pengertian PPh Pasal 25 dan cara menghitung pajak
penghasilan (PPh) pasal 25.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen kami, yaitu Bapak Dr.
Tjok Gde Indraputra, SE.SH.M.Ak.MAP selaku dosen pada mata kuliah Objek Pajak di Universitas
Hindu Indonesia. Selain itu, kami sebagai penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang “ANGSURAN PPH PASAL 25”.

Kami selaku penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,
tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas segala bentuk dukungan data dari berbagai pihak demi
kelangsungan penyelesaian dalam penulisan makalah yang kami buat ini.

Denpasar, 10 Oktober 2022

Penyusun

(Kelompok 7)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN.........................................................................................................................iii
1.1. Latar Belakang...............................................................................................................iii
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................iii
1.3. Tujuan.............................................................................................................................iii
BAB II.............................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.............................................................................................................................1
2.1. Pengertian PPh Pasal 25.................................................................................................1
2.2. Besarnya Angsuran PPh Pasal 25 Secara Umum........................................................3
BAB III...........................................................................................................................................7
PENUTUP......................................................................................................................................7
3.1. Kesimpulan......................................................................................................................7
3.2. Saran................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................8

i
BAB I

1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN
Pajak merupakan penerimaan negara yang mempunyai kontribusi besar dalam
Negara. Menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Cara Perpajakan.
Pajak merupakan sarana untuk membangun pembangunan negara. Dukungan pajak yang besar
memiliki korelasi positif dengan pengembangan pembangunan. Seperti diketahui bahwa Negara
di penyelenggaraan pemerintahan mempunyai kewajiban untuk memelihara kepentingan
rakyatnya, baik dalam bidang kesejahteraan, keamanan, pertahanan dan intelijen. Perkembangan
pajak di Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Pajak dikenakan pada posisi teratas
sebagai sumber pendapatan pertama dan utama di menambah kas negara. Pendapatan terbesar di
negara diperoleh melalui sektor pajak. Hal ini terlihat dari semakin tinggi target penerimaan
negara yang diharapkan dari sektor pajak.

Bagi Indonesia, Pajak Merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi
Negara. Dengan adanya penerimaan pajak, pemerintah memperbesar kemampuan
membangun, memperluas ruang gerak pendanaan bagi berbagai macam program kegiatan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk dapat meningkatkan kesejahteraan
rakyat tentu adanya bentuk kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat dan
menghasilkan sesuatu yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Bagi pemerintah
dapat melaksanakan kewajibannya sebagai fasilitator dalam melayani publik, dan bagi
masyarakat sendiri dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dari pelayanan publik yang
dilakukan oleh pemerintah.

1.2. Rumusan Masalah


1.1.1 Apa yang dimaksud dengan PPH Pasal 25 ?
1.1.2 Bagaimana cara menghitung PPH Pasal 25 ?

1.3. Tujuan
1.1.3 Agar dapat memahami PPH Pasal 25
1.1.4 Agar dapat memahami cara menghitung PPH Pasal 2

i
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian PPh Pasal 25
Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) adalah pajak yang dibayar secara angsuran.
Tujuannya adalah untuk meringankan beban wajib pajak, mengingat pajak yang terutang harus
dilunasi dalam waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak bisa
diwakilkan. PPh Pasal 25 dibagi menjadi dua yakni Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak
Badan.

Wajib Pajak Orang Pribadi

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan (tahun pajak berikutnya setelah
tahun yang dilaporkan di SPT tahunan PPh) dihitung sebesar PPh yang terutang pajak tahun lalu,
yang dikurangi dengan :

 Pajak penghasilan yang dipotong sesuai Pasal 21 (yaitu sesuai tarif pasal 17 ayat (1)
bagi pemilik NPWP dan tambahan 20% bagi yang tidak memiliki NPWP) dan Pasal
23 (15% berdasarkan dividen, bunga, royalti, dan hadiah – serta 2% berdasarkan sewa
dan penghasilan lain serta imbalan jasa) – serta pajak penghasilan yang dipungut
sesuai pasal 22 (pungutan 100% bagi yang tidak memiliki NPWP)

 Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan
sesuai pasal 24; lalu dibagi 12 atau total bulan dalam pajak masa setahun.

 Tarif PPh Pasal 25

Terdapat dua (2) jenis pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) untuk
Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP), yaitu:

1. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP – OPPT), yaitu yang melakukan
usaha penjualan barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa – dengan satu atau lebih
tempat usaha. PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x omzet bulanan tiap masing-masing tempat
usaha.

1
2. Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP – OPSPT), yaitu pekerja
bebas atau karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi OPSPT =
Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh (12 bulan).

 Ketentuan tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh :

Penghasilan sampai Rp 50.000.000 = 5% per tahun

Penghasilan Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 = 15% per tahun

Penghasilan Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 = 25% per tahun

Penghasilan di atas Rp 500.000.000 = 30% per tahun

Pembayaran angsuran PPh 25 untuk wajib pajak badan

Penghasilan Kena Pajak (PKP) x 25% (Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh).

 Batas Waktu Pembayaran PPh Pasal 25

Misalnya: untuk bulan Februari 2014, angsuran PPh 25 harus dibayar paling lambat 15
Maret 2014. Jika batas waktu penyetoran jatuh pada hari libur (termasuk Sabtu, Minggu,
hari libur nasional, dan Pemilihan Umum), maka pembayaran masih dapat dilakukan
pada hari berikutnya – sesuai Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan
No.184/PMK.03/2007, yang kemudian diubah lagi sesuai Peraturan Menteri Keuangan
No. 242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak. Sesuai
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-22/PJ/2008 pada 21 Mei 2008,
pembayaran harus dilakukan dengan membawa Surat Setoran Pajak (SSP) atau dokumen
sejenisnya.

 Sanksi-sanksi Keterlambatan Pembayaran PPh Pasal 25


Apabila wajib pajak terlambat membayar, maka WP akan dikenai bunga sebesar 2% per
bulan, dihitung dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran. Misalnya: untuk
bulan Februari 2014, WP terlambat dan baru membayarnya pada 16 Maret. Sesuai Pasal
9 ayat (2a) UU KUP, WP dikenai bunga 2%.

2
Wajib Pajak Badan

Wajib Pajak Badan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah atas keuntungan bisnis.
WP Badan diringankan beban pajaknya yang terutang pada akhir tahun. Wajib pajak badan yang
tidak dikenakan pajak final sesuai PPh 23 Tahun 2018, diwajibkan melakukan angsuran PPh
Pasal 25 setiap bulannya.

 Yang dibebani PPh 25 Badan yaitu :


- PT (Perseroan Terbatas - BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
- BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) - BUMDes (Basan Usaha Milik Desa)
- Firma - Koperasi
- Kongsi - Persekutuan
- Perkumpul - Dana Pensiun
- Yayasan - Ormas (Organisasi Masyarakat)
- Organisasi Sosial Politik - KIK ( Kontrak Investasi Kolektif)
- BUT (Bentuk Usaha Tetap)
 Tarif angsuran PPh Pasal 25 berdasarkan tingkat peredaran bruto yaitu :
- Apabila penghasilan broto dari Rp. 4,8 Miliar, maka tariff pajaknya adalah 1% dikali
dengan penghasilan kantor (peredaran broto)
- Apabila penghasilan lebih dari Rp. 4,8 Miliar hingga Rp. 50 Miliar, maka
perhitungannya adalah 0,25 – (0,6 Miliar / penghasilan kotoor) x PKP
- Apabila lebih dari Rp. 50 Miliar, maka perhitungannya 25% x PKP

2.2. Besarnya Angsuran PPh Pasal 25 Secara Umum


Penghasilan neto dikalikan dengan tarif pajak, kemudian dibagi dua belas atau banyaknya
bulan dalam bagian tahun pajak. Dalam hal wajib pajak orang pribadi, penghasilan neto terlebih
dahulu dikurangkan dengan penghasilan tidak kena pajak sebelum dikalikan dengan tarif pajak.

Penghasilan Neto adalah :

1. Dalam hal wajib pajak orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan dan dari
pembukuannya dapat dihitung besarnya penghasilan neto setiap bulan, penghasilan neto
fiskal dihitung berdasarkan pembukuannya.

3
2. Dalam hal wajib pajak orang pribadi hanya menyelenggarakan pencatatan dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto atau menyelenggarakan
pembukuan tetapi dari pembukuannya tidak dapat dihitung besarnya penghasilan neto
setiap bulan, penghasilan neto fiskal dihitung berdasarkan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto atas peredaran atau penerimaan bruto.

3. Dalam hal wajib pajak badan, penghasilan neto fiskal dihitung dari hasil perhitungan
penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan.

Besaran angsuran PPh Pasal 25 untuk wajib pajak orang pribadi yang baru terdaftar, dan
wajib pajak badan yang baru terdaftar yang bukan merupakan hasil
merger/likuidas/perubahan bentuk badan usaha dari wajib pajak badan yang sebelumnya
sudah ada, adalah nihil.

PPh Pasal 25 harus dibayar paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir. Wajib Pajak yang melakukan pembayaran PPh Pasal 25 dan telah
mendapat validasi dengan nomor transaksi penerimaan negara dianggap telah
menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 sesuai dengan tanggal validasi.

Contoh Perhitungan Tarif PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi

1. Jumlah pajak penghasilan Tuan Beni yang terutang sesuai dengan SPT Tahunan PPh
2019 sebesar Rp. 50.000.000. Jumlah kredit pajak Tuan Beni pada tahun 2019 sebesar
Rp. 21.500.000 dengan rincian :

PPh Pasal 21 Rp. 10.000.000

PPh Pasal 22 Rp. 5.000.000

PPh Pasal 23 Rp. 3.000.000

PPh Pasal 24 Rp. 3.500.000

Berapakah besarnya angsuran PPh Pasal 25 Tuan Beni untuk tahun 2020?

Jawaban :

4
PPh Terutang tahun 2019 Rp. 50.000.000

Kredit pajak :

PPh Pasal 21 Rp. 10.000.000

PPh Pasal 22 Rp. 5.000.000

PPh Pasal 23 Rp. 3.000.000

PPh Pasal 24 Rp. 3.500.000

Jumlah kredit pajak (Rp. 21.500.000)

Dasar perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2020 Rp. 28.500.000

Besarnya PPh Pasal 25 per bulan = Rp. 28.500.000 : 12 Rp. 2.375.000

Jadi Tuan Beni harus membayar angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun 2020 mulai
masa maret sebesar Rp. 2.375.000

2. Tuan Ninung adalah seorang pedagang minuman. Omset usahanya sebesar Rp.
50.000.000 pada bulan Juni 2018. Dan sudah terdaftar NPWP. Berapakah angsuran PPh
Pasal 25 yang dikenakan kepada Tuan ninung?

Jawaban :

0,75% x Rp. 50.000.000 = Rp. 375.000

Jadi, Besar PPh Jadi Tuan Ninung harus membayar angsuran PPh Pasal 25 sebesar

Rp. 375.000

Contoh Perhitungan Tatif PPh 25 Badan

3. Pada tahun 2019 penghasilan kotor yang diperoleh PT. Bintang Persada sebesar Rp. 4,5
Miliar. Selama tahun 2019 tersebut PT. Bintang Persada wajib membayar pajak
penghasilan karyawan ke kas negara sebesar Rp. 9.000.000. Selain itu perusahaan

5
tersebut juga harus membayar pajak PPh sesuai Pasal 23 sebesar Rp. 2.250.000.
Hitunglah pajak terutang PPh pasal 25 PT Bintang Persada!
Cara menghitung :
= Rp. 4.500.000.000 x 1% = Rp. 45.000.000
= Rp. 45.000.000 – (Rp. 9.000.000 + Rp. 2.250.000) = Rp. 33.750.000
Jadi, PPh Badan yag dikenakan oleh PT Bintang Persada pada tahun 2019 sebesar Rp.
33.750.000
4. Pada tahun 2018, penghasilan kotor yang diperoleh PT. Adi Makmur sebesar Rp. 20
Miliar per tahun dan penghasilan kena pajak sebesar Rp. 3 Miliar. Selama itu , PT Adi
Makmur harus menyetor PPh Karyawan Rp. 300.000.000 dan PPh Pasal 23 sebesar Rp.
20.000.000, Berapakah PPh Badan yang harus dikenakan PT. Adi Makmur pada tahun
2018?
Cara menghitung :
= 25% - (Rp. 600.000.000 : Rp. 20.000.000.000) x Rp. 3.000.000.000
= Rp. 675.000.000
= Rp. 675.000.000 – Rp. 300.000.000 – Rp. 20.000.000 = Rp. 405.000.000

Jadi, PPh Badan dikenakan kepada PT Adi Makmur pada tahun 2018 sebesar Rp.
405.000.000

6
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang sudah kami sajikan diatas, maka dapat kami simpulkan
bahwa, Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah pajak yang dibayar secara angsuran. Tujuannya
adalah untuk meringankan beban wajib pajak, mengingat pajak yang terutang harus dilunasi
dalam waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak bisa diwakilkan.
Tarif PPh Pasal 25 terdapat dua jenis yaitu wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu
(WP – OPPT) dan wajib pajak orang pribadi selain pengusaha tertentu (WP – OPSPT).
Batas waktu pembayaran PPh Pasal 25 untuk bulan Februari maka angsuran PPh 25 harus
dibayar paling lambat 15 Maret. Apabila wajib pajak terlambat membayar, maka WP akan
dikenai bunga sebesar 2% per bulan, dihitung dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal
pembayaran.

3.2. Saran
Berdasarkan materi yang kami sajikan, semoga para Wajib Pajak (WP) dapat
menjalankan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar, mengingat bahwa pajak
adalah sumber pendapatan yang penting bagi negara. Dan semoga makalah yang singkat ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca yangdengan sungguh-sungguh memahami setiap kata
yang tertuang.

7
DAFTAR PUSTAKA

Athallah, G. F. (2022, Januari 6). Mengenal PPh 25 Badan Beserta Tarif dan Cara
Menghitungnya. Diambil kembali dari Mekari: https://mekari.com/blog/pph-25-badan/

Indopajak. (t.thn.). PPh Pasal 25, Pembayaran Pajak secara Angsuran. Diambil kembali dari
Indopajak.ID: https://indopajak.id/angsuran-pajak-berdasarkan-pph-pasal-25/

Pajak, D. J. (t.thn.). Penghitungan Angsuran PPh Pasal 25. Diambil kembali dari pajak.go.id:
https://www.pajak.go.id/id/penghitungan-angsuran-pph-pasal-25

Pajak, O. (2016, November 30). Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25). Diambil
kembali dari Online Pajak: https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pph-
pajak- penghasilan-pasal-25

You might also like