You are on page 1of 168

PEMANTAUAN TERAPI OBAT

( MONITORING DRUG THERAPY)

Apt Dian Handayani.,M.Farm


PENDAHULUAN
Pharmaceutical Care adalah suatu konsepyang melibatkan
tanggung jawab farmasis dalam menjamin terapi optimal
terhadap pasien secara individu sehingga pasien membaik
dan kualitas hidupnya meningkat ( Quality of Life )

( ASHP 1994 – 1995; Low, 1996 dan Winslade dkk,


1996 )

Unsur – unsur Pharmaceutical Care :


Berkaitan dengan medikasi ( medication related / drug related
problem /DRP ), dilakukan langsung kepada pasien sehingga
didapat hasil terapi optimal dan kualitas hidup pasien
meningkat
Fungsi Utama:
Identifikasi aktual dan potensial DRP
Menyelesaikan masalah DRP
DRUG RELATED PROBLEM
Pasien memerlukan obat tetapi indikasi kurang tepat
(Untreated indications)
Pasien memerlukan terapi obat tetapi mendapatkan obat
yang indikasi tidak ada (Medication use without
indication)
Pasien memerlukan terapi obat tetapi mendapat obat /
produk yang salah ( Improper drug selection)
Pasien memerlukan terapi obat tetapi mendapat dosis
berlebihan (overdosis) sehingga takut terjadi keracunan
Pasien memerlukan terapi obat tetapi menerima dosis
obat kurang (Subterapeutics dosage)
Pasien tidak menggunakan obat karena alasan
kepatuhan, ekonomi dan avaibilitas ( Failure to receive
medications)
Pasien mendapat terapi obat tetapi mengalami efek
samping obat / alergi (Adverse Drug Reactions/ Drug
Allergy)
Pasien mendapat obat tetapi kemungkinan ada interaksi
obat – obat, obat – hasil laboratorium, obat – makanan,
obat – obat tradisional (Drug Interactions)
( ASHP 1994 – 1995; Low, 1996 dan
Winslade dkk, 1996 )
Tanggung jawab Farmasis
Mirip dengan profesi kesehatan lainnya, terutama dokter dan perawat, yaitu
:
Tanggung jawab sosial
Tanggung jawab profesional
Tanggung jawab pada pasien ( utama )
( Winslade dkk, 1996 )
Salah satu pekerjaan beratdan menantang pada praktek
farmasis di rumah sakit adalah mengembangkan
KETERAMPILAN MANAJEMEN KLINIK yang efektif
Perhatianutama Farmasis pada pelayanan kesehatan tertuju
pada proses penggunaan obat karena :
• 80 %kunjungan pasien ke poli rawat jalan (dokter)
menghasilkan resep

• Rata - rata pasien rawat inap menerima minimal 6-8 jenis


obat selama dirawat di rumah sakit.
DEFINISI :
PEMANTAUAN TERAPIOBAT
adalah suatu proses yang meliputi semua fungsi yang perlu untuk
menjamin terapi obat kepada pasien yang aman . efektif /
rasioanal dan ekonomis
FUNGSINYA :
* Pengamatan obat pilihan dokter terhadap kondisi diagnosanya
* Pengamatan pemakaian obat
* Jaminan ketepatan dosis ( jumlah, frekuensi, rute dan bentuk
obat )
* Pengenalan respon terapi obat saat itu cukup atau kurang
* Penilaian adverse effect ( reaksi yang merugikan ) potensial
yang terjadi
* Alternatif atau perubahan – perubahandirekomendasikan
dalam terapi apabila situasi tertentu mengharuskan
SASARAN :

Mengoptimalkan terapi obat dengan


memastikan secara efektif, efisien, efekasi
terapi.

Meminimalkan toksisitas dan memberikan


solusi masalah yang merusak / mengurangi
akses seorang pasien ke atau patuh pada
suatu regimen terapi obat tertentu
Tabel 1. Faktor – faktor yang
mempengaruhi Efekasi Terapi

FAKTOR OBAT FAKTOR PASIEN FAKTOR DOKTER


Dosis yang diberikan  Kelamin, umur  Pelatihan
Multi efek  Ukuran dan bobot tubuh  Keterampilandiagnosis
Absorbsi  Kehamilan  Keterampilanterapi
Nasib metabolit
 Faktor Farmakogenetik  Pengalaman dengan obat
Ekskresi
 Status biokimia  Terapi bersamaan
Dosis dari efek
Rute  Status Nutrisi  Sikap terhadap terapi obat
Kebiasaan  Metabolisme obat  Sikap terhadap penyakit
Ketagihan  Penyakit  Pengaruh lingkungan
Toleransi  Idiosinkrasi, hipersensitive Dll
 Kontraindikasi
FAKTOR OBAT FAKTOR PASIEN FAKTORDOKTER

Efek samping  Tindakanpencegahan


Toksisitas  Toksisitas
Idiosinkrasi( hipersensitif )
 Batas keamanan
Batas keamanan
 Terapi bersamaan
Perhatian
 Faktor personalitas (pribadi )
Kontraindikasi
Sifat Farmasetika  Sikap terhadap penyakit, obat &dokter
Sifat Kimia  Pengarauh lingkingan
Interaksi Obat Harga/ biaya
Dll Dll
Pemantauan Terapi Obat mencakup pengkajiandari:
Ketepatan terapi dari regimen obat pasien
Ketepatan penggunaan obat ( dosis, indikasi,interaksi,
antagonis, duplikasi, kontraindikasi dll )
Ketepatan rute, jadwaldan metode pemberian dosis
obat
Ketepatan informasi yang diberikan pada pasien
Tingkat kepatuhan pasien dengan regimen obat yang
tertulis
Interaksi obat – obat, obat – makan, obat – uji
laboratorium dan obat – penyakit
Data laboratorium klinik dan farmakokinetikauntuk
mengevaluasi efek samping, toksisitas / efek
merugikan
Tanda fisik dan gejala klinik yang relevan denganterapi
obat pasien
STANDAR PEMANTAUAN TERAPI OBAT

Standar ini merupakan usulan yang dapat dimodifikasi sesuai


dengan kebutuhan.
Standar I
* Kegiatan PTO dikelola oleh IFRS dengan dukungan &
Petunjuk staf medik yang tepat
* Pelaksananya adalah farmasis yang memenuhi syarat dan
mampumenunjukan penggunaan obat yang tepat di Rumah
Sakit
Standar II
* Kegiatan PTO memperoleh LEGITIMASI mekanisme
pengembangan keputusan terapi dan kebijakan dalam
Rumah Sakit
Standar III
IFRS harus memiliki kegiatan pendukung yang tepat untuk
melaksanakan pemantauan Terapi Obat

Standar IV
Membuat kebijakan & prosedur tertulis terutama prosedur
kegiatan PemantauanTerapi Obat dilaksanakan serta
membuat tanggung jawab &akuntabilitas

Standar V
• Mekanisme jaminan mutu harus merefleksikan dampak dari
kegiatan Pemantauan Terapi Obat pada perawatan pasien
• Informasi ini digunakan oleh mekanisme pengembangan
keputusan terapi dan kebijakan obat dalam RumahSakit
PENDEKATAN UMUM DALAM
PEMANTAUAN TERAPI OBAT
Identifikasi Obat yang ditulis Dokter

Identifikasi masalah / Diagnosis yang menyebabkan


dokter menulis obat –obat tersebut dengan mengkaji
Catatan Perawat / kunjungan pasien:
- Evaluasi Data Lab
- Evaluasi makanan &minuman yang dikonsumsi
- pertimbangkan biaya terapi dibanding masalah &
kondisi pasien
Uraikan suatu Daftar parameter objektif &subjectif untuk
mengevaluasi hasil
Pastikan pasien mengkonsumsi obat sesuai instruksi

Komunikasikan dengan dokter jika respon terapi yang


diinginkan tidak terjadi &teliti proses terapi

Jika dalam proses Pemantauan Terapi Obat tidak


mencapai sasaran yang diinginkan / merugikan. Gunakan
alternatif lain dan komunikasikan dengan Dokter sebelum
dilaksanakan

Kaji proses ini sebagai suatu rangkaian kesatuan yang


menuntun ketekunan setiaphari
PERESEPAN TIDAK DRP
RASIONAL Untreated indications
a. PERESEPAN BOROS ( Medication use without
EXTRAVAGANT) indication
Improper drug selection
b. PERESEPAN BERLEBIHAN (
Subtherapeutic dosage
OVER PRESCRIBING ) MASALAH
Overdosis
c. PERESEPAN MAJEMUK Failure to receive
( MULTIPLE PRESCRIBING) medications
d. PERESEPAN SALAH Adverse Drug Reaction :
INCORRECT Drug Allergy
PRESCRIBING ) Drug Interaction

PERESEPAN
RASIONAL PENGKAJIAN
4T+1W REKOMENDASI
FARMASIS PENGGUNAAN
OBAT SECARA
RASIONAL
( PPOSR )
Proses Pemantauan Terapi Obat

 Mencakup semua fungsi, diperlukan untuk


memastikan terapi obat secara te pa t aman,
mujarab dan ekonomis pada pasien
meliputi:
 Mengkaji obat diresepkan dokter untuk
k ondi si ya ng di di a gnosi s (k e t e pa t a n terapi
dan regimen obat pasien)
 Mengkaji pemberian obat (dosis, indikasi,
inte raksi , antagonis, duplikasi,
kontraindikasi dll)
 Memelihara dosis yang benar (mengkaji
k e te pa t a n rute, jadw al dan metode
pemberian dosis obat)
 Me ngka ji ke t e pa t a n inf orma si ya ng
diberikan pada pasien
 Mengetahui ada atau tidaknya re spon
terapi yang memadai
 Mengkaji respon kemungkinan terjadi
Reaksi Obat yang Merugikan (Interaksi
Obat)
 Mengkaji Data Laboratorium Klinik dan
Farmakokinetika untuk mengevaluasi
terapi obat serta mengantisipasi efek
samping, toksisitas atau efekmerugikan
 Penyalahgunaan Obat

 Salah Penggunaan
Obat
 Me re kome nda sika n pe ruba ha n
a lt e rna t if da la m t e ra pi jika sit ua si
tertentu memerlukan
 Tanda- tanda fisik dan gejala klinik
yang relevan dengan terapi obat
pasien.
PROSES PELAYANAN KEFARMASIAN DIGAMBARKAN DALAM 3 KOMPONENsbb:

Penentuan hubungan terapeutik

PENILAIAN PERENCANAAN EVALUASI


( Development of Care
• Menjamin bahwa semua Plan ) • Pencatatan hasil
terapi obat terindikasi • Pemecahan terapi yang
efektif dan aman masalah terapi obat sebenarnya
• Mengidentifikasi • Pencapaian masalah • Evaluasi kemajuan untuk
masalah terapi obat terapi obat mematuhi sasaran terapi
• Pencegahan • Memperkirakan kembali
masalah terapi obat munculnya masalah baru

Tindak lanjut terus menerus


Skema Pharmaceutical Care

Gagal
Terapi
PENYUSUNAN PRIORITAS SELEKSI
PASIEN
a. Seleksi Pasien Berdasarkan Keadaan Penyakit
* Pasien yang masuk rumah sakit dengan : “Multiple Desease"
* Pasien dengan masalah memerlukan bahan obat yang
bersifat racun ( toksis )
Misalnya :
Pasien kanker yang beresiko tinggi keracunan obat

* Pasien Kelainan Organ Tubuh


Contoh : Jantung yang bermakna, kelainan ginjal,
kelainan paru – paru atau kelainan hati karena
kemungkinan pasien tersebut akan mengalami
metabolism dan ekskresi yang abnormal.
* Pasien berusia lanjut (Lansia ) atau sangat muda
(balita) yang mempunyai resiko pengobatan yang
meningkat

b. Seleksi Pasien Berdasarkan Terapi Obat :


* Pasien dengan masalah kompleks dan
ditangani dengan polifarmasi
* Pasien yang menerima obat dengan resikotinggi
reaksi toksisitas
1. Pengumpulan Data Base Pasien
Pengumpulan data pasien dan mengatur data kedalam format
masalah.

- Menyusun Data Base Pasien


Data Base Pasien adalah dasar dari proses pemantauan
terdiri dari :
* Data Demografi pasien
* Keluhan Utama
* Sejarah Medik
* Obat yang digunakan pada waktu yang lalu
* Sejarah kesakitan sekarang
* Pemeriksaan fisik
* Sejarah sosial
* Data Laboratorium
- Data Base bersifat dinamis, berubah sesuai
kemajuan penyakit dan obat pasien yang
memerlukan pengkajian serta evaluasi secara terus
menerus

- Data base penting didukung dengan pengetahuan


terapi obat pasien diwaktu lalu

- Setelah informasi pasien dikaji, data yang berkaitan


dengan Pemantauan Terapi Obat ( PTO ) diringkas
dan diorganisasikan kedalam format PTO dan dapat
dikomputerisasi, sbb :
ORIENTASI DATA PASIEN
Tabel 1. Model Data Base Pasien untuk Farmasis
DEMOGRAFI TERAPI OBAT

 Nama - Alamat - Tanggal Lahir  Obat Resep


 Kelamin - Agama - Pekerjaan  Obat Non resep
 Obat sebelummasuk rumahsakit
 Obat rumah / jenis produk kesehatan lain
 Regimenpengobatan
 Kepatuhan [ada terapi
 Alergiobat/intoleran
 Perhatian atau pertanyaan tentang terapi

ADMINISTRATIF PERILAKU / GAYAHIDUP

 Dokter / penulis Farmasis  Makanan - Olahraga / rekresi


 Nomor kamar / tempat tidur Formulirpersetujuan  Rokok / alkohol/ kopi / zat yang digunaka - Sejarah seksual
 Nomor identitas pasien
Jenispersonalitas - Kegiatan harian

MEDIK SOSIAL /EKONOMI

 Masalah medik akut . Kronik - Gejala mutakir  Pengatur hidup


 Tandavital / informasi pemantauan lain di tempat tidur  Latar belakangsuku
 Alergi / intoleran - Sejarah obat yang lalu  Finanacial / asuransi
 Informasi Laboratorium - Prosedur diagnostik / bedah
2. Pengkajian KetepatanSeleksiTerapiObat Dan
Mengidentifikasi Data Terapi
 Kepastianbahwaregiment dosis sudah tepatuntukberat
badan, umur, status metabolisme(status ginjal/hati dll) /
penyakit pasien
 Penerapanprinsip dosis obat berdasarkanfarmakokinetika
 Mengkajibentuk sediaan, frekuensi pemberian untuk
ketepatan
 Mengkajiinteraksi obat –obat, obat–makanan, obat–uji
laboratorium, obat– penyakit

TindakanFarmasis :
 Mulailahmenyortir data dengan mengkaji informasi dasar
status penyakit dan terapiobat
 Identifikasipenggunaan obat mutakhir pasien secara
retrospektif “ Mengapapasien menerima suatu obat ?“
Gunakan pustaka yang tekait untuk memberi arah
mekanisme, signifikansi klinik dan tindakan yang
diperlukan farmasis.
Misalnya : DRUG INTERACTION oleh Philips Hanstein
untuk menilai Interaksi Obat
Formulasikan suatu DaftarMasalah
Seleksi Terapi Obat dengan mempertimbangkan:
* Efekasi
* Efek Samping
* Metode Pemberian
* Interaksi pada terapibersamaan
*Rute pemberian yang berkontribusi pada ketidakpatuhan
dan ketidaknyamanan pasien
*Harga obat merupakan pertimbangan terakhir pada
proses seleksi
3. Mengidentifikasi SasaranTerapi :
Beberapa tahap dalam mengidentifikasi sasaran farmakoterapi sbb :
1. Identifikasi karakteristik penyakit yang mempengaruhi sasaran
farmakoterapi
2. Identifikasi sasaran perawatan kesehatan dari profesional
kesehatan lainnya yang mempengaruhi sasaranfarmakoterapi
3. Identifikasi masalah terapi obat yang mempengaruhi sasaran
farmakoterapi
4. Identifikasi berbagai faktor nonpenyakit yang mempengaruhi
sasaran farmakoterapi
5. Padukan pengaruh karakteristik penyakit, sasaran dari
profesional kesehatan lain ( dokter, perawat ), masalah terapi
obat dan berbagai faktor nonpenyakit untuk mengidentifikasi
sasaran farmakoterapi
6. Sasaran terapi yang tidak jelas dapat dikaji dari catatan dokter,
rencana terapi dan rencana perawatan. Juga diagnosa pasien
secara tidak langsung menunjukan sasaran terapi
ALUR MENGIDENTIFIKASI SASARAN TERAPI
Identifikasi karakteristik penyakit berkaitan dengan kebutuhan perawatan kesehatan
yang mempengaruhi sasaran farmakoterapi

Identifikasi sasaran perawatan kesehatan dari profesional kesehatan lain yang


mempengaruhi sasaran farmakoterapi

Identifikasi masalah terapi obat yang mempengaruhi sasaran farmakoterapi

Identifikasi berbagai faktor non penyakit yang mempengaruhi sasaran terapi :


Faktor yang berkaitan dengan pasien Faktor yang berkaitan nonpasien
* Umur * Asuransi Kesehatan
* Jenis kelamin * Ketersediaan terapi
* Fungsi ginjal * Kebijakan Rumah Sakit
* Fungsi hati
* Kesakitan yang bersamaan
* Hipersensitivitas atau reaksi
merugikan yang diketahui
* Biaya terapi
* Peranan Kesehatan
* Lingkungan Hidup

Padukan pangaruh karakteristik penyakit sasaran dari profesional kesehatan lain,


masalah terapi obat dan berbagai faktor non penyakit untuk mengindentifikasi
sasaran farmakoterapi
4. MENDESAIN RENCANA PEMANTAUAN TERAPI
OBAT

a. Menetapkan Parameter Farmakoterapi

b. Penetapan Titik Akhir Farmakoterapi

c. Penetapan Frekuensi Pemantauan


a. Menetapkan Parameter Farmakoterapi
Adalah menetapkan parameter untuk mengkaji
kemajuan titik akhir farmakoterapi. Farmasis harus
membuat rencana pemantauan untuk tiap obat yang
diterima pasien yang berguna untuk penetapan
keefektifan suatu obat dan penetapan keefektipan
suatu obat dan penetapan terjadinya masalah yang
berkaitan denga obat / efek merugikan dari terapi.
Beberapa pertimbangan menyeleksi parameter
farmakoterapi :
- Karakteristik Obat
Mencakupkemungkinan pengukuran dari konsentrasi
obat dalam serum dan penetapan hubungan
konsentrasi efekasi / toksisitas
- Efekasi terapi dan efek merugikan dari regimen
Seleksi parameter kualitatif dan kuantitatif yang berkaitan
untuk efeksi dan toksisitas tiap obat

- Perubahanfisiologi pasien
Perubahanfisiologi pasien dapat mengubah
farmakokinetika obat (ex: penurunan fungsi ginjal pada
pasien geriatric mencapai 40%)
- Kepraktisan, ketersediaan dan biaya pemantauan Seleksi
parameter yang digunakan berdasarkan kepraktisan (ex:
pemeriksaan kadar kalium dalam darah untuk penggunaan
furosemide dan digoxin secara bersamaan), ketersediaan(pilih
parameterpemeriksaanyang tersedia) dan biaya yang efisien
sehingga dapat terlaksana dengan baik
b. Penetapan Titik Akhir Farmakoterapi
Suatu titik akhir menandakan pencapaian sasaran terapi atau
penyelesaian dari proses terapi yang terukur dan dapat diamati.
Beberapa pertimbangan menentukan titik akhir Farmakoterapi :
- Faktor khusus pasien
Seperti umur dan penyakit yang bersamaan diderita pasien
Misalnya : Perbedaan pengobatan Hipertensi sistolik pada pasien
dewasa dan anak (tekanan darah berbeda)
- Karakteristik Obat
bentuksediaan, rutepemberian, dan carapemberianakan
mempengaruhisasaranterapiyang diinginkan(ex: perbedaan
penurunankadargula darahpada pemberianinsulin dan ADO)
- Efekasi dan Toksisitas
Jika kondisi pasien memberikan kesan kemungkinan terjadi
toksisitas maka titik akhirdisesuaikan
c. Penetapan Frekuensi Pemantauan
Langkah akhir adalah menetapkan frekuensi
pemantauan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
penetapanfrekuensi pemantauan
- Kebutuhan khusus pasien
Mis : Pasien Hipertensi dengan TD : 200 / 120 mm Hg
memerlukan pemantauan lebih sering dibanding
pasien Hipertensi denganTD: 145/95 mmHg
- Rincian dari terapi obat
Pasien memerlukan pemantauan yang lebih sering pada
awal rangkaian terapi ( atau sebaliknya, kemudian
dalam terapi )
Mis: Penggunaan Tiklopidin (aritmia jantung) memerlukan
pemantauan tiap 2 minggu sekali selama 3 bulan disebabkan
bersifat neutropenia ( penurunan neutrofil + 2 %sel darah putih.
Bilasetelah
3 bulan jumlah neutrofil stabil 3500 / mm maka pasien hanya
dipantau untuk tanda & gejala infeksi yang memberi kesan
netropenia ( miskerangkan sakit, demam)
- Biaya dan Kepraktisan Pemantauan
Pertimbangkan biaya seefisien mungkin dan kepraktisan
dalam melaksanakan pemantauan
- Keinginan Profesional Kesehatan lainnya
Koordinasikan dengan pasien dan dokter rencana
pemantauan farmakoterapi ini karena dapat saja ditolak
karena pertimbangan
lain sehingga Farmasis dapat meminimalkan pemanatauan
yang tidak perlu
5. IDENTIFIKASI MASALAH
Formulasi Daftar Masalah
* Daftar masalah merefleksikan hal –hal berbasis
pengobatan dan tidak terfokus pada Daftar Diagnostik
*Kumpulkan Data subjektif &Objekstif pasien berbasis
terus menerus dari berbagai sumber ( RMK,
komunikasi dengan pasien, perawat, dokter )
*Kaji data tersebut untuk kecenderungan yang
merefleksikan seberapa efektif terapi obat bekerja (efekasi)
dan apakah ada tanda / gejala toksisitas terjadi

Masalah berkaitan dengan obat (Misalnya : interaksi,


pemberian dosis yang tepat untuk tingkat fungsi ginjal,
ketidak benaran obat yang diseleksi) timbul pada waktu
setelahpengobatandimulai
6. PENGEMBANGAN ALTERNATIF / SOLUSI
MASALAH
Jika masalah ditetapkan masalah secara klinik
signifikan farmasisharus memformulasi solusi
masalah
Solusi diformulasi dengan pemikiran dan
penelitian yang cermat sebelum
direkomendasikan ke Tim Medis
Rekomendasidapat sangat sederhana atau rumit
yang memberikan perubahan signifikasi dalam
terapi mencakupidentifikasi dan konfirmasi dari
masalah yg di kaji Farmasis
7. PENDEKATAN UNTUK INTERVENSI DAN TINDAK
LANJUT
FormatSOAP
SOAPadalah suatu singkatan dari subjektif, objektif,
assessment dan planning secara logis mengorganisasikan
data dan proses pemikiran klinis
- S = Subjektif
- O = Objektif
- A = Assessment
- P = Planning
S =Subjektif
Status subjektif / pengamatan subjektif merupakan gejala yang
dilaporkan pasien yang tidak dapat ditegaskan secara mandiri
oleh pengamat dandikajidengan pertanyaan sbb:
* Bagaimanaperasaan saudara ?
* Apa gejala saudara ?
Gejala subjektif didokumentasikan dengan huruf S danuraian
dibawahnya. Misalnya :
Masalah: Pneumonia Aspirasi
S = Sakit kepala, merasa dingin dan nafas pendek, tempat
penyuntikan intravena rasa terbakar selama pemberian
obat
O=Objektif
Gejala objektif membantu dalam mengevaluasikemujaraban atau
toksisitas terapi yang dikaji dandidokumentasikan
Gejala objektif dapat diukur oleh mengamat,mencakup :
* Tanda–tanda vital : denyut jantung, suhu, kecepatan
pernafasan,adanyaluka –luka pada kulit, kontraksi pada
perutpadawaktu palpasi, data/ Nilai Labolatorium, dll.
Misalnya :
Masalah : Pneumonia Aspirasi
O =Suhu 38,6 o C, batuk produktif, jumlah sel darah putih 16.000,
infitrasi pada sinar X dada, tetapi tidak ada efusi tempat
penyuntikan i.v merah danlembut.
A : Assesment / Pengkajian
Setelah kemajuan dan status pasien diketahui dari gejala
subjektif, tanda –tanda objektif parameter klinik, Farmasis
mendokumentasi suatu pengkajian dari terapi obat pasien
berkaitandenganefekasi dan toksisitas.
Pertanyaanyangdiajukankepadadiri sendiriantara lain:
* Apakahpasien meresponpadaterapi ?
* Apakahmasih adatanda –tanda toksisitas ?
* Apakahhal kepatuhan / psikososial mempengaruhi
regimen obat?
* Apakahada masalah yang berkaitan dengan obat baru dan
perlu didaftar dibawah masalah iniatau ditambah masalah
baru dalam daftar masalah ?
Masalah : Pneumonia Aspirasi
A = Assessment
Hari kedua terapi antibiotika dengan
penambahan dua garis kenaikan suhu dan
peningkatan jum;lah sel darah putih dengan
pergeseran kekiri menunjukan respon yang
buruk terhadap antibitika sampai sekarang
( pengkajian efekasi ), tromboflebitis pada
tempat i.v mungkin karena eritromisin
( pengkajian toksisitas)
P = Planing / Perencanaan
Pemantauan dan mendokumentasi informasi
Subjektif, ObjektifdanAssessment adalah langkah
kritis tetapi Perencana intervensi dan penerapan
adalah langkah yang paling penting dalam
mengotimalkan perawatan seorang pasien
Masalah : Pneumonia Aspirasi
P = Kaji Kultur dan sensitivitas ( K dan S) untuk
kerentanan / pilihan antibiotika, ubah tempat
penyuntikan iv dan tambahkan lidokain pada eritromisin
injeksi, ulangi kembali kultur darah jika suhu pasien >
38 o C.
MASALAH : PNEUMONIAASPIRASI
S=Sakit kepala, merasa dingin dan nafas pendek, tempat
penyuntikan intravena rasa terbakar selama pemberian obat
O=Suhu 38,6 o C, batuk produktif, jumlah sel darah putih
16.000, infitrasi pada sinar Xdada, tetapi tidak ada efusi
tempat penyuntikan i.v merah dan lembut.
A=Hari kedua terapi antibiotika dengan penambahan dua garis
kenaikan suhu dan peningkatan jum;lah sel darah putih
dengan pergeseran kekiri menunjukan respon yang buruk
terhadap antibitika sampai sekarang ( pengkajian efekasi ),
tromboflebitis pada tempat i.v mungkin karena eritromisin
( pengkajian toksisitas)
P=Kaji Kultur dan sensitivitas ( K dan S ) untuk kerentanan /
pilihan antibiotika, ubah tempat penyuntikan iv dan
tambahkan lidokain pada eritromisin injeksi, ulangi kembali
kultur darah jika suhu pasien > 38 o C.
DOKUMENTASI INFORMASI
 Dokumentasikaninformasi dalam rekaman pasien dengan
menggunakanformatSOAP
 Responinformasi terhadap terapi, toksisitas obat dan
kerjasama dengan rencana pengobatan
 Pengkajianarti dari data klinik dan gejala keberhasilan
intervensi yang lalu
 Rencanauntukintervensi dan tindak lanjut yang diperlukan
oleh sistem mutakhir pasien
Note : Catatan pada hari ke tiga pengobatan mencerminkan
perubahansetelah 24 jam yang lalu
8. Mengkomunikasikan Temuan danRekomendasi
Setelah Farmasis mengidentifikasikanmasalah
dan menetapkan signifikansi kliniknya maka
dikomunikasikan temuan tsb dan
direkomendasikan kepada dokter dan / atau
perawat
Jika masalah mencakupsuatu bidang, seperti
pemberian obat yang merupakan fungsi profesional
perawat. Farmasisdan perawat mengadakan solusi
masalahtsb
Jika dokter harus dikonsultasikan farmasisharus
secara bijaksana menyampaikan masalah
signifikansi klinik dan rekomendasi
Jika timbul masalah yang berkaitan dengan
dengan keamanan atau terjadinya efek obat
yang merugikan (respontoksik) dokter harus
segera diberitahukan dan diberikan masukan
secara lisan atau tulisan untuk solusi
yang memungkinkan ataualternatif masalah
tersebut
Farmasis memantau pasien dan
pengobatan untuk perkembangan lanjut
Farmasis yang benar–benarsiap akan sering
diminta oleh Farmasis untuk memberikan
kontribusi berarti pada perawatan pasien
REKOMENDASI TERTULIS
Komponen
Ada 4 komponen yang dicakup dalam informasi tsb :
* Kebutuhan perawatan kesehatan pasien
* Sasaran Farmakoterapi
* Terapi yang direkomendasikan
* Rencana pemantauan
Pendekatan
Ada 4 kategori dari faktor berikut yang dapat
mempengaruhi pendekatan Farmasis
* Pertimbangan tempat praktik
* Kebijakan khusus setempat
* Standar Praktik
* Profesionalisme
Format
I. Rekomendasi verbal
Rekomendasi lisan lebih sering dibuat dari pada tertulis.
* Pastikan jawaban Farmasis tidak membahayakan pasien.
* Untuk dapat menjawab dengan tepat Farmasis harus
mempelajari sistem fisiologik seorang pasien
II. Rekomendasi Tertulis
Format : SOAP
S =Subjektif
O=Objekstif
A=Assessment / pengkajian
P= Plan / Perencanaan
CONTOH :
1. Masalah : Gagal Jantung Kongestif
S = Pasien mengeluh nafas pendek
O=Udem perifer
A= gagal jantung kongestif memburuk,
mungkin tidak patuh penggunaan digoksin
P= Rekomendasi penetapan konsentrasi
digoksin serum, sesuaikan dengan dosis
jika perlu
2. Masalah : Sakit hebat karena kanker prostat
S=Subjektif
Pasien mengalami rasa sakit hebat pada
punggung bagian bawah dan panggul, sedang
obatnya tidak mengurangi rasa sakit.
Menggunakan asetaminofen / kodein 1-2 tablet
sampai tiga kali sehari. Rasa sakit berkurang
sedikit setelah satu dosis, tetapi keringanan itu
segera hilang. Ia tidak mual dan buang air besar
tiga hari yang lalu.

O=Objektif
Pasien laki – laki, 83 tahun dengan kanker
prost a t da n ra sa sa k i t he ba t me ni ngk a t . Re se p
sekarang untuk rasa sakit adalah
asetaminophen / kodein 30 mg, 1-2 tablet tiap 3
– 6 jam pro renata. Tanda vital : Tekanan Darah
140 / 70 mm Hg, Denyut Nadi: 76 tanpa demam.
A=Assessment
Pasien mengalami rasa sakit yang hebat, kemungkinan
besar kanker prostate yang metastasis. Ia memerlukan
penyesuaian dalam obat mengurangi rasa sakit dan mulai
lagi kegiatan normal Ia juga mengalami konstipasi karena
kodein

P=Perencanaan
1. Berikan ibuprofen 600 mg per oral, 3 x 1 hari, 1 tablet,
setelah makan untuk regimen analgetik
2. Jika asetaminofen /kodein diteruskan pertimbangan
untuk memberinya berdasarkan jadwal ( kemungkinan
suatu dosis p r n untuk mengatasi rasa sakit ).
Saran :
Dosis awal asetaminophen 325 / kodein 30 mg ,
tablet setiap 4 jam ( dan 1 tablet tipa 2-3 jam, jika perlu
untuk menghilangkan rasa sakit )
3. Direkomendasikan untuk menggunakan suatu
skala rasa sakit paling sedikit tiap hari
sampai pasien merasa lega untuk memantau
k ee fek ti pan regimen. (Diinginkan suatu titik
akhir 0)
4. Berikan tablet Bisakodil 5 mg sehari 2 tablet.
Jika konstipasi berlanjut, gunakan tablet
bisakodil 2 – 3 hari. Pertimbangkan
pe na mba ha n suspe nsi ma gne si a 3 0 ml dua k a l i
sehari bila perlu (prn)
TUGAS
Subjektif : Ny B, 60 tahun nefropati, DM, HT,
oedem, CKD, UTI

Objektif :
 pasien mendapat terapi Levofloxacin 500 mg
tab 1x1 dari tanggal 21/4 hingga 3/6
Pemeriksaan urine laboratorium terakhir
dilakukan pada tanggal 14/5 dengan Bakteri Urin
8911/uL (H) dan Leukosit Urine sudah dalam
rentang normal. Setelah itu belum dilakukan cek
urinalisis lagi

Bagaimana Assesment dan Plan untuk kasus


diatas???
Tugas dikerjakan secara individu dalam
bentuk Ms.Word dan di email pada hari
Rabu, 27 April 2022 jam 08.00 WIB
Pelayanan
Informasi Apt Dian Handayani.,M.Farm

Obat
Definisi PIO
• Pelayanan Informasi Obat (PIO)
– merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian
informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat,
tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh
Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi
kesehatan lainnya serta pasien
Dasar Hukum Pelayanan
Informasi Obat
• Permenkes Nomor 35 • Permenkes Nomor 58 Tahun
tahun 2004 tentang 2014 tentang Standar
Standar Pelayanan Pelayanan Kefarmasian Di
kefarmasian Di Apotek Rumah Sakit

Patient oriented Drug oriented

Identifikasi DRP
Pelayanan
Pharmaceutical care Mengatasi DRP Informasi
Obat (PIO)
Mencegah DRP
PIO
memerlukan integrasi pengetahuan dan keahlian
Pengetahuan
terapi
Farmakologi Pengetahuan
Pengetahuan
terapi non
penyakit
farmakologi

Pengetahuan Pengetahuan
interpretasi uji
Teknologi PIO
Farmasi lab & diagnostik

Ketrampilan Ketrampilan
Informasi & penentuan DRP &
Konsultasi Ketrampilan penyelesaiannya
Obat Memonitor
pasien
Tujuan PIO
PIO bertujuan untuk

• menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan


tenaga kesehatan di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain
di luar Rumah Sakit;
• menyediakan informasi untuk membuat kebijakan
yang berhubungan dengan Obat/Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,
terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi;

• Menunjang penggunaan Obat yang rasional.


Sasaran Informasi Obat
1 • Dokter

2 • Perawat

3 • Pasien

4 • Apoteker

5 • Kelompok, Tim, Kepanitiaan & Peneliti


• Informasi obat diberikan langsung
oleh Apoteker
D • Pada tahap penetapan pilihan obat
serta regimennya utk membuat
o
keputusan yg rasional
k
• Informasi obat harus memenuhi
t
persyaratan klinis :
e – Informasi yg disesuaikan dgn
r kebutuhan
– Spesifik bagi pasien yg sedang
ditangani
– Harus disampaikan segera jika
hendak mengubah keputusan
penulisan resep
PENGGUNAAN OBAT
DOKTER YANG RASIONAL APOTEKER

KEPATUHAN PASIEN

TERCAPAI TUJUAN TERAPI

Kualitas hidup meningkat


Efek samping
Dokter
Data farmakokinetika obat

Informasi Yang
Indikasi
Perlu
disampaikan Kontra indikasi

interaksi obat

Stabilitas obat

Ketersediaan hayati

Inkompatibilitas terapi

Biaya obat total


• Merupakan profesional
kesehatan yg paling banyak
P berhubungan dengan pasien
e rawat inap
r – Yang pertama mengetahui reaksi
a obat merugikan (alergi) atau
w mendengar keluhan pasien
a
t • Informasi harus ;
– Praktis
– Segera
– Ringkas
Dosis
PERAWAT

Informasi Yang Frekuensi pemberian


Perlu
disampaikan Metode pemberian

Efek samping

Penyimpanan

Inkompatibilitas
• Diberikan pada pasien :
– Rawat inap : saat visite
P – Rawat jalan : saat penyerahan obat
a
s
• Informasi harus :
i
– Praktis
e
n – Kurang ilmiah
Indikasi
PASIEN

Informasi Yang Dosis


Perlu
disampaikan Cara penggunaan

Jangka waktu penggunaan

Pengaruh makanan pada


obat

Efek samping
• Antar sejawat Apoteker
A – RS
p – Apotek
o – Pendidikan
t – Distribusi
e – Pemerintahan
k
– Industri
e
r • Apoteker RS mempunyai tugas &
fungsi tertentu
– Struktural
– Fungsional
• Kelompok :
K – Profesional kesehatan
e – Masyarakat
l – Mahasiswa
o – Peneliti
m – Kepanitiaan :
p • PFT
o • EPO
k • Pengendalian infeksi
• Edukasi & konseling
• Sistem pemantauan kesalahan obat
Lingkup Jenis Pelayanan Informasi
Obat

Menjawab Mendukung Bentuk


pertanyaan PFT publikasi

Studi Obat
Edukasi EPO
Investigasi
Lingkup Jenis Pelayanan Berdasarkan
Informasi Obat permintaan
penanya
Menjawab
pertanyaan
Informasi tepat pd
waktunya

Sumber informasi
dipusatkan dlm suatu
sentra

Ukuran Keberhasilan :
Jumlah pertanyaan &
jenis pertanyaan
Lingkup Jenis Pelayanan Bentuk monografi
obat & materi latar
Informasi Obat belakang lain utk
pertimbangan PFT
Mendukung
Panitia Farmasi
Membantu PFT dlm
Terapi pembuatan keputusan

Informasi harus unggul

Peninjauan & Evaluasi


objektif dari informasi
suatu obat
Upaya
Lingkup Jenis Pelayanan mengkomunikasikan
Informasi Obat informasi ttg kebijakan
penggunaan obat

Bentuk
Publikasi Perkembangan mutakhir
dlm pengobatan yg
mempengaruhi seleksi obat

Buletin Farmasi / kartu


informasi

Artikel pengkajian obat,


Abstrak pustaka mutakhir,
Pengumuman Prosedur
baru, EPO, laporan reaksi
obat
Lingkup Jenis Pelayanan
Informasi Obat
Pasien
Edukasi • Program
edukasi &
Konseling

Profesional
Kesehatan
• Program
pendidikan
“in-service”
Lingkup Jenis Pelayanan
Informasi Obat Suatu program jaminan
mutu penggunaan obat

Evaluasi
Penggunaan Memerlukan
standar/kriteria
Obat penggunaan obat

Sebagai acuan dlm


evaluasi
ketepatan/ketidaktepatan
penggunaan obat

Pengembangan standar
Lingkup Jenis Pelayanan Obat yg dipertimbangkan
untuk dipasarkan secara
Informasi Obat komersial, ttp belum
disetujui BPOM utk
digunakan pd manusia
Studi Obat
Investigasi Rutin dilakukan, ditekankan
agar informasi obat yg sesuai
diberikan bagi semua
profesional kesehtan yg
terlibat dgn studi obat tsb

Sebagai acuan dlm evaluasi


ketepatan/ketidaktepatan
penggunaan obat

Tanggung jawab PIO:


Mengorganisasikan
penambahan, pengmbangan &
penyebaran informasi obat yg
tepat utk obat investigasi
Kegiatan PIO di Rumah Sakit

menjawab pertanyaan

menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;

menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan


dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit

bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit


(PKRS) melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan
dan rawat inap

melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan


tenaga kesehatan lainnya

melakukan penelitian.
Kegiatan PIO di Apotek

menjawab pertanyaan

membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan


masyarakat (penyuluhan);

memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;

memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa


farmasi yang sedang praktik profesi;

melakukan penelitian penggunaan Obat;

membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;

melakukan program jaminan mutu


Mekanisme Pelayanan Informasi Obat
2
PERTANYAAN INFORMASI KLASIFIKASI
LATAR BELAKANG
• Penanya
PERTANYAAN • Pertanyaan

Searching Literatures
(PENELUSURAN PUSTAKA
KATALOG JAWABAN SECARA SISTEMATIS)
1st, 2nd, 3rd
Hal-hal yg perlu diperhatikan
dalam dokumentasi PIO
• Sifat jawaban
• Nomor, waktu dan metode pertanyaan
• Identitas penanya
• Jenis pertanyaan
• Uraian pertanyaan
• Waktu dan metode jawaban
• Waktu penyampaian jawaban
• Isi jawaban
• Referensi
• Identitas apoteker yg memberikan jawaban
• Sifat jawaban
– cito / dapat ditunda
• Waktu dan metode pertanyaan
– lisan/telepon/tertulis
• identitas penanya
– Nama
– Nomer telepon
– Status
– Pekerjaan
• Jenis pertanyaan
– Identifikasi obat
– Stabilitas
– Harga obat
– Efek samping obat
– Dosis
– Interaksi obat Pustaka
– Farmakokinetik/farmakodinamik acuannya???
– Toksisitas
– Cara pemakaian
– Cara penyimpanan
– Komposisi
– Indikasi obat
– Lain-lian
Hambatan dalam PIO
• Kurangnya SDM
• Kurangnya rasa percaya diri dari apoteker
• Kurangnya fasilitas dan sarana yang menunjang
dalam pelaksanaan PIO
Indikator Keberhasilan
Penerapan PIO
• Meningkatnya jumlah pertanyaan yang diajukan
• Metode penyampaian jawaban
• Pertanyaan yang diajukan
• Orang yang meminta jawaban
• Orang yang menjawab
• Kontak personal untuk tambahan informasi
• Lama penelusuran informasi
• Referensi/sumber pustaka yang digunakan
Manfaat Dokumentasi
• Mengingatkan apoteker tentang informasi
pendukung yang diperlukan dalam menjawab
pertanyaan dengan lengkap
• Sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa
• Catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh
penanya
• Media pelatihan tenaga farmasi
• Basis data penelitian, analisis, evaluasi dan
perencanaan layanan
• Bahan audit dalam melakukan QA dari pelayanan
informasi obat
Contoh Kasus
1. Pasien anak menderita flu dan batuk diberikan obat
paten yang mengandung paracetamol dan
dextrofan. Apakah sirup ini harus diminum terus
jika pasien tsb tidak panas lagi tetapi batuknya
masih ada?
2. Pasien Askes osteoarthritis mendapat obat untuk 10
hari :
Glucosamin 30 tab
Ranitidin 20 tab
Meloxicam 20 tab
Pasien bingung karena pada waktu mengambil obat
tanpa penjelasan bahwa yang mana harus tetap
diminum walaupun nyeri sudah hilang.
• Apakah ranitidin masih juga terus diminum
walaupun meloicamnya sudah dihentikan, dan kapan
meminumnya? Efektifkah bila diminum setelah
diminum meloxicamnya?
3. Pasien setengah tua datang ke IFRS menanyakan
mengapa setelah minum obat urine nya berwarna
merah?
4. Pasien penyakit jantung datang bertanya mengapa
setelah minum obatnya mengalami batuk terus
menerus?
TERIMA KASIH
VISITE / RONDE
Apt Dian Handayani.,M.Farm
Visite
 Implementasi dari perluasan paradigma pelayanan
kefarmasian yang lebih berfocus pada pasien
(Patient Oriented) yang mengharuskan terciptanya
pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care)
komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien
 Visite apoteker : kunjungan rutin yang dilakukan apoteker
kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil
terapi (clinical outcome) yang lebih baik
 Berorientasi pada pasien dan ruang rawat (ward pharmacist).
 Aktivitas visite dapat dilakukan secara :
 mandiri atau
 kolaborasi secara aktif dengan tim dokter dan profesi
kesehatan lainnya dalam proses penetapan keputusan
terkait terapi obat pasien.
Profesi yang terlibat
• Dokter  spesialisasi
• Perawat
• Farmasis
• Ahli gizi
VISITE/RONDE DI RUANG RAWAT

YULIA TRISNA
INSTALASI FARMASI RSCM
TIM TENAGA KESEHATAN

DOKTER PERAWAT
PELAYANAN
MEDIS
ASUHAN
KEPERAWATAN
PASIEN
PELAYANAN
FARMASI
PELAYANAN
GIZI AHLI GIZI
APOTEKER
PELAYANAN
KESEHATAN
LAINNYA

PROFESIONAL
LAINNYA KONTAK
PROFESIONAL
Instruksi Obat Tindak
Pasien Instruksi Pengobatan Obat Respons lanjut
Pengobatan diberikan pasien
dinilai diterima dan disiapkan kepada berdasarkan
dibuat diproses dievaluasi respons
pasien
pasien

Fungsi klinik: Fungsi distribusi: Fungsi klinik:

-Telaah rejimen obat - Dispensing - Memberikan informasi & edukasi


- Ronde di ruang rawat - Memantau efek terapi & efek merugikan
- Memantau kepatuhan

PELAYANAN FARMASI
Tujuan VISITE
• Mengevaluasi secara sistematis tiap pasien
terhadap terapi yang diberikan
• Menentukan rencana terapi selanjutnya
• Mengkomunikasikannya kepada pasien dan
anggota tim kesehatan lain
Tujuan (Farmasis)
• Mengamati perkembangan kondisi klinis
pasien secara langsung yang berkaitan
dengan penggunaan obat
• Memberikan informasi mengenai
farmakologi, farmakokinetika, bentu sediaan
obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait
terapi obat pada pasien
• Mengumpulkan informasi
• Memantau terapi obat pasien
• Memberikan rekomendasi kepada tim
kesehatan dan atau pasien
Proses kegiatan

1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Tindak lanjut
1. Persiapan
• Seleksi pasien
• Memeriksa terapi obat : indikasi, dosis, rute,
interaksi, efek samping
• Mengumpulkan informasi
sumber: catatan medis, kardeks
data : keluhan pasien, hasil pemeriksaan fisik,
laboratorium, diagnostik, penilaian dokter, terapi
• Menyiapkan “quick reference” yang akan dibawa
pada saat ronde
Seleksi Pasien
 Pasien baru (dalam 24 jam pertama)
 Pasien dalam perawatan intensif
 Pasien yang mendapat lebih dari 5 macam obat
 Pasien yang mengalami penurunan fungsi organ terutama hati
dan ginjal
 Pasien yang hasil pemeriksaan labratoriumnya mencapai nilai
kritis (critical value), misal : ketidakseimbangan elektrolit,
penurunan kadar albumin
 Pasien yang mendapatkan obat yang mempunyai indeks terapi
sempit, berpotensi menimbulkan reaksi obat yang tidak
diinginkan (ROTD) yang fatal. Ex : pasien yang mendapat
terapi obat digoksin, teofilin, sitostatika, karbamazepin
Pengumpulan Informasi
REKAM MEDIS :
Kumpulan data medik seorang pasien mengenai
pemeriksaan, pengobatan dan perawatannya.
Bekal yang harus dimiliki dalam membaca rekam
medik :
 Pengetahuan tentang Penyakit (Patogenesis,
Patofisiologi, Manajemen Terapi)
 Pengetahuan terminologi medis
Database Pasien (1)
• Deskripsi pasien : nama, umur, jenis kelamin, BB,
TB, ruang rawat, no. tempat tidur
• Keluhan utama (Chief Complaint)
• Riwayat penyakit saat ini (History of Present
Illness)
• Riwayat penyakit terdahulu (Past Medical History)
• Riwayat sosial (Social History)
• Riwayat keluarga (Family History)
• Riwayat Penggunaan Obat, alergi/ESO
Database Pasien (2)
• Pemeriksaan fisik : tanda-tanda vital, Review
of System
• Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan diagnostik
• Masalah medis (Medical Problem)
• Penggunaan obat saat ini
• Catatan perkembangan pasien dari hari ke
hari
Tujuan Pemeriksaan
Laboratorium
 Menilai apakah diperlukan terapi obat
 Penyesuaian dosis
 Menilai efek terapeutik obat
 Menilai adanya ROTD
 Mencegah terjadinya kesalahan dalam
menginterpretasikan hasil pemeriksaan
laboratorium
Tujuan Pemeriksaan
Diagnostik
 Menunjang penegakan diagnosis
 Menilai hasil terapeutik
pengobatan
 Menilai adanya risiko pengobatan
Masalah-masalah Dalam Membaca Rekam
Medik
 Tulisan tidak terbaca
 Menggunakan istilah dan singkatan yang
tidak standar / lazim
 Kadang keluhan pasien tidak dicatat
 Urutan hasil pemeriksaan tidak tersusun rapi
 Pemeriksaan yang diperlukan tidak
dilakukan
 Pengetahuan Farmasis tentang penyakit dan
terminologi medik terbatas
2. Pelaksanaan
•Kelebihan Visite Mandiri Kekurangan Visite Mandiri
 Waktu visite disesuaikan  Rekomendasi yang dibuat
dengan jadwal kegiatan lain terkait dengan peresapan
 Melakukan konseling, tidak dapat segera
monitoring respon pasien diimplementsikan sebelum
terhadap pengobatan bertemu dengan dokter
 Dapat dijadikan persiapan
penulis resep
untuk melakukan visite  Pemahaman tentang
bersama dengan tenaga patofisiologi pasien terbatas
kesehatan lain (visite tim)
Kegiatan Visite Mandiri
• Memperkenalkan diri kepada tim
• Mendengarkan respon yang disampaikan
oleh pasien dan identifikasi masalah
• Memberikan rekomendasi berbasis bukti
berkaitan dengan masalah terkait
penggunaan obat
• Melakukan pemantauan implemntasi
rekomendasi
• Melakukan pemantauan efektivitas dan
keamanan terkait penggunaan obat
Visite Tim
Kelebihan Kekurangan
 Dapat memperoleh  Jadwal visite hasrus
informasi terkini yang disesuaikan dengan jadwal
komprehensif tim
 Sebagai fasilitas  Waktu pelaksanaan visite
pembelajaran terbatas sehingga diskusi
 Dapat langsung dan penyapaian
mengkomunikasikan informasinya kurang
masalah terkait penggunaan lengkap
obat dan
mengimplementasikan
rekomendasi yang dibuat
Kegiatan Visite Tim
• Memperkenalkan diri kepada pasien
dan/atau tim
• Mengikuti dengan seksama presentassi
kasus yang disampaikan
• Memberikan rekomendasi berbasis bukti
berkaitan dengan masalah terkait
penggunaan obat
• Melakukan pemantauan implementasi
rekomendasi
• Melakukan pemantauan efektivitas dan
keamanan terkait penggunaan obat
3. Tindak lanjut
• Mencari segera data yang dibutuhkan
• Menghubungi bagian yang terkait dengan
masalah (contoh: pusat informasi obat,
apotek, depo, laboratorium)
• Mengevaluasi data dan
memformulasikannya
• Mengkomunikasikan ke pihak yang
berkepentingan
Interaksi dengan
tenaga kesehatan lain

• Memahami tanggung jawab profesi


masing-masing
• Menggunakan istilah teknis
• Fokus pada masalah
• Meninjau masalah dari segala aspek
• Rekomendasi yang diberikan harus
berdasarkan referensi yang up to date
dan dapat dipercaya
Berkomunikasi dengan pasien

• Bersikap empathy
• Menggunakan istilah yang dapat dipahami
oleh orang awam (lay language)
• Memberikan kesempatan pasien untuk
mengungkapkan keluhannya
• Menjaga privacy pasien
• Menyesuaikan sikap (komunikasi verbal dan
non verbal)
Dokumentasi Visite
Pendokumentasian adalah kegiatan merekam
praktik visite yang meliputi :
 Informasi penggunaan obat
 Perubahan terapi
 Catatan kajian penggunaan obat (masalah
terkait penggunan obat, rekomendasi, hasil
diskusi dengan dokter yang merawat,
implementasi, dan hasil terapi)
Tujuan Dokumentasi
Visite
 Menjamin akuntabilitasdan
kredibilitas
 Bahan evaluasi dan perbaikan
mutu kegiatan
 Bahan pendidikan dan penelitian
kegiatan
Con’t
 Pendokumentasian dilakukan pada lembar
kerja praktik visite dan lembar kajian
penggunaan obat
 Penyimpanan dokumentan kegiatan visite
disusun berdasarkan nama pasien dan
tanggal lahir, serta nomor rekam medik agar
mudah ditelusuri kembali
 Dokumen bersifat rahasia
Evaluasi Praktik Visite
 Pengkajian rencana pengobatan pasien
 Pengkajian dokumentasi pemberian obat
 Frekuensi diskusi masalah klinis terkait
pasien termasuk rencana apoteker untuk
mengatasi masalah tersebut
 Rekomendasi apoteker dalam perubahan
rejimen obat (clinical pharmacy
intervention)
Indikator Kunci Kinerja Visite
Apoteker
Aktivitas Klinik Indikator Kinerja
 Akurasi riwayat pengobatan  Persentasi pasien yang
pasien diwawancara apoteker tentang
riwayat pengobatannya dalam 24
 Penilaian perencanaan jam setelah pasien MRS
pengobatan pasien saat ini  Jumlah penilaian apoteker
 Pengkajian rejimen obat terhadap perencanaan pengobatan
pasien saat ini per total hari rawat
pasien
pasien
 Pemberian konsultasi obat  Jumlah penilaian apoteker
kepada pasien pulang terhadap rejiemn obat pasien per
(discharge patient) total hari rawat pasien
 Persentase pasien yang mendapat
konsultasi tentang obat oleh
apoteker pada saat pasien KRS
Tabel 3. Model Ringkasan Informasi Pasien

Pasien. Sejarah Obat


Nama : i. Obat yang lalu
Umur : - ………………………………………
Kelamin :……….( L/P ) Bobot : …… - ………………………………………
Ruang No : ……………… - ………………………………………
Suku : …………………………….. ii. Obat sekarang
Hamil : Ya …………. Tidak ………. - ………………………………………
- ………………………………………
Sejarah Medik yang lalu - ………………………………………
- ……………………………………… iii. Alergi
- ……………………………………… - ………………………………………
- ……………………………………… - ………………………………………
Pemeriksaan fisik - ………………………………………
- ……………………………………… iv. Pembatasan Makanan
- ……………………………………… - ………………………………………
- ……………………………………… - ………………………………………
Status Penyakit sekarang - ………………………………………
- ……………………………………… v. Diagnosis
- ……………………………………… - ………………………………………
- ……………………………………… - ………………………………………
Keluhan Sekarang - ………………………………………
- ……………………………………… vi. Rencana Manajemen
- ……………………………………… - ………………………………………
- ……………………………………… - ………………………………………
Data Laboratorium - ………………………………………
- ………………………………………
- ………………………………………
- ………………………………………
Medication Error

Apt Dian Handayani.,M.Farm


Definisi
• Kejadian yang merugikan pasien, akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan
tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah
(Kepmenkes RI No 1027/MENKES/SK/IX/2004)
• Segala tindakan yang sebenarnya dapat dcegah,
yang dapat mendorong penggunaan obat yang
tidak tepat atau membahayakan pasien, dapat
terjadi pada tahap prescribing (peresepan),
dispensing (penyiapan), dan drug administration
(pemberian obat) (Wittich, 2014)
Penyebab Medication Error
Peresepan Tulisan resep Penggunaan Kesalahan
singkatan yang
obat yang yang tidak tidak tepat pada perhitungan
tidak rasional jelas resep dosis

Kegagalan Waktu
Beban kerja Kesalahan
dalam pemberian obat
berlebih pada label tidak tepat
berkomunikasi

Obat look alike


Ketiadaan stok Ketidakpatuhan
sound alike
obat pasien
(LASA)
Wittich, C.,M.,Burkle, Lanier, W.L.,2014. Medication errors:
An Overview for Clinicians, Mayo Clinic Proceedings,
89(8),1116-1125
Tipe Medication Errors
(berdasarkan alur proses
pengobatan)
Omission error Wrong time error
Gagal menyerahkan Pemberian obat
dosis sesuai dosis diluarinterval waktu
yang diperintahkan yang telah ditetapkan

Inproper dose error Unauthorized drug error


Dosis, strength atau Obat yang terlanjur
jumlah obat yang tidak diserahkan kepada
sesuai dengan yang pasien padahal
dimaksud dalam resep diresepkan oleh bukan
dokter yang berwenang

Wrong dosage-form
error Wrong drug-
Pemberian obat preparation error
dengan bentuk Penyiapan formulasi
sediaan berbeda dari atau pencampuran
yang diresepkan obat yang tidak sesuai
dokter
Lanjutan...
Deteriorated drug error
Wrong administration-
Pemberian obat yang telah
technique error
kadaluarsa atau keutuhan
Obat diberikan tidak sesuai
bentuk takaran fisik atau
rute yang diperintahkan
kimia yang telah berubah

Extra dose
Kesalahan dalam frekuensi Monitoring error
pemberian obat yang lebih Kesalahan yang terjadi
sering dari yang saat melakukan monitoring
dinstruksikan oleh dokter
Prescribing Error
Kesalahan saat pada saat penulisan resep. Fase ini merupakan ME yang
utama

• Kesalahan dalam pemilihan obat


• Resep yang tidak terbaca
• Kesalahan karena dosis tidak benar
• Kesalahan karena penggunaan obat
yang tidak diperlukan
Prescribing Error • Kesalahan karena indikasi tidak diobati
• Kesalahan karena penggunaan obat
yang tidak diperlukan
Dispensing Error
Kesalahan terjadi pada saat pembacaan resep untuk proses
dispensing

• Penyerahan obat ke pasien yang salah


• Penyerahan obat yang salah dan tidak
tepat jumlahnya, bentuk sediaan, kekuatan
obat, waktu pemberian, dan kadaluarsa
• Pelabelan obat dan pemberian etiket yang
Dispensing Error tidak benar
• Penyerahan obat yang peracikannya tidak
benar (inkompatibel, pengenceran,
rekonstitusi, kemasan obat)
Transcription Error
Kesalahan pada saat penulisan resep. Fase ini merupakan ME
yang utama

• Kesalahan karena
pemantauan yang keliru
• Kesalahan karena ROM
(Reaksi Obat Merugikan)
Transcription Error
• Kesalahan karena
interaksi obat
Administering Error
Kesalahan pada saat pemberian resep. Fase ini merupakan ME
yang utama

• Kesalahan karena lalai memberikan obat


• Kesalahan karena waktu pemberian yang
keliru
• Kesalahan karena teknik pemberian yang
keliru
• Kesalahan karena tidak patuh
Administering Error • Kesalahan karena rute pemberian tidak
benar
• Kesalahan karena gagal menerima obat
Indeks medication errors untuk kategorisasi
errors berdasarkan tingkat keparahan
Rekomendasi Untuk Dokter
1. Resep selalu mengikuti perkembangan obat
terkini. Sehingga harus ada komunikasi dan
kerjasama yang baik antara dokter dengan
apoteker
2. Di rumah sakit, penulisan resep harus
sesuai dengan formularium RS
3. Penulisan resep harus tepat dan jelas
4. Sebaiknya dokter menjelaskan resep yang
diberikan kepada pasien atau keluarga
Rekomendasi Untuk Apoteker
1. Apoteker harus berpartisipasi dalam
pemantauan terapi obat
2. Untuk merekomendasikan dan mengenali
terapi obat yang tepat, apoteker harus dapat
bekerjasama dengan tenaga medis lainnya
3. Apabila resep tidak jelas sebaiknya apoteker
harus menghubungi dokter
4. Selain petugas administrasi apoteker juga
harus mengetahui ketersediaan obat
5. Sebelum meracik obat, sebaiknya apoteker
melakukan assessment terlebih dahulu
Rekomendasi Untuk Perawat
1. Perawat harus memeriksa kembali obat
yang akan diberikan kepada pasien untuk
mencapai outcome terapi yang diinginkan
2. Perawat harus mengetahui informasi obat
yang memadai dari tenaga kesehatan
lainnya, literatur, dll
3. Identitas pasien harus diperiksa kembali
sebelum obat diberikan kepada pasien.
Kemudian obat diberikan pada waktu yang
telah ditentukan dan diamati efek yang
ditimbulkan (perkembangan)
Rekomendasi Untuk Pasien dan
Keluarga Pasien
1. Pasien harus merasa bebas untuk bertanya
tentang prosedur dan perawatan yang
diterima
2. Pasien atau keluarga pasien harus memberi
informasi yang lengkap terkait kondisi yang
dialami pasien
3. Pasien berhak untuk mengetahui informasi
dari obat yang didapatkan (cara pemakaian,
waktu minum, efek samping dll)
Rekomendasi Untuk Produsen
Farmasi
1. Dalam pengambilan keputusan tentang nama
obat, pelabelan, dan kemasan sebaiknya
melibatkan tenaga kesehatan (apoteker, dokter,
perawat, dll)
2. Look alike sound alike merek dagang dan nama
generik harus dihindari
3. Petunjuk pemakaian obat harus jelas. Penamaan
obat harus jelas
4. Produsen farmasi harus berkomunikasi dnegan
tenaga kesehatan (apoteker, dokter perawat dll)
ketika ada perubahan yang dibuat dalam
formulasi atau bentuk sediaan
Strategi Pencegahan Medication
Error
Knowledge- • Jelas dapat dicegah dengan meningkatkan pengetahuan.
Pengetahuan adalah pertahanan terbaik untuk mencegah
based errors medication error, seperti prinsip-prinsip dasar terapi

Rule-based • Kesalahan yang dihasilkan dari menerapakan aturan buruk atau


menyalahgunakan atau gagal menerapkan aturan yang baik, dapat
errors dicegah dengan meningkatkan aturan

Action-based • Pelatihan dapat membantu dalam mencegah kesalahan


errors
Memory- • Paling sulit untuk dicegah. Cara terbaik untuk menangani hal ini
adalah dengan membentuk suatu sistem komputerisasi yang
based errors mendeteksi kesalahan dan memungkinkan tindakan perbaikan
Hal yang perlu dilakukan oleh
Pharmacist
Berpartisipasi
dalam
pengawasan terapi
obat

Harus terbiasa dengan Mengontak dokter


cara dan peraturan bila ada resep
dalam pemesanan dan yang
distribusi obat
membingungkan

Memiliki waktu
untuk memberikan
informasi obat dan Menjaga kerapihan
rekomenddasi pada dan kebersihan
dokter dan perawat
mengenai regimen ruangan peracikan
pengobatan dan obat
cara menggunakan
obat yang benar Merekomendasika
n dan mengetahui
terapi obat yang
tepat
Hal yang perlu dilakukan oleh
Pharmacist
Meracik obat
dalam suasan
yang kondusif
dan melakukab 1
tahao dalam satu
waktu

Memeriksa kembali
Mengawasi kecocokan obat(dan/atau
penggunaan dan cara penggunaan alat)
dengan resep (atau
penyimpanan prosedur penanganan)
obat oleh pasien sebelum diberikan pada
pasien

Memberikan obat Memberikan obat


ke psien dalam pada asien dalam
waktu yang
reasonable setela bentuk sediaan
mendapatkan yang siap
resep dikonsumsi

Mengecek
kembali label
obat sebelum
diberikan ke
pasien
Hal yang perlu dilakukan oleh
Pharmacist
Mengawasi
penggunaan dan
penyimpanan obat
oleh pasien

Memberikan Mengecek kembali


saran untuk isi obat yang
dikembalikan ke
dan desain departemen
resep farmasi

Memberikan
konseling kepada
Membuat pasien atau
medication caregivers ketika
record pasien memberikan obat
untuk dibawa
pulang
Khusus untuk Chemotherapy
Membuat
Membuat dan memajang
guideline mengenai cara interprofesional Pengadaan, penyimpanan
rekonstruksi, mengencerkan, education program penanganan dan
mencampur, mengemas dan mengenai medication pembuangan kemoterapi
melabeli kemoterapi yang telah yang terstandarisasi
disetujui PFT RS error dan cara
pencegahannya

Melakukan usaha multi disiplin


untuk membatasi dosis
Preparasi dan Melakukan cross-check maksimum obat, rute dan
pemberian obat ke terhadap dosis, rutem jadwal pemberian obat; edukasi
pasien, keluarga pasien,
pasien yang pemberian obat dan caregivers; meningkatkan dan
terstandarisasi jadwal pemberian mengawasi kepatuhan pasien;
membantu pasien dalam
penggunaan obat

Meningkatkan
komunikasi antara
penyedia layanan
kesehatan, pasien
dan keluarga pasien
Strategi Penanganan
Medication Error

•Langkag pertama •Penyebab •Strategi •Penggunaan


2. Medication Error Understanding

4. Penggunaan Teknologi Komputer


1. Medication Error Reporting

3. Peningkatan dan Pelatihan


adalah secara kesalahan pencegahan komputer akan
jelas pengobatan harus medication error lebih efektif untuk
mendefinisikan dipahami jika perlu diterapkan menyimpan rekam
apa yang jumlah kesalahan dan dilatih dengan medik pasien,
merupakan dapat dikurangi lebih baik untuk resep obat,
kesalahan secara signifikan. menghindari dan informasi terkait
pengobatan dan Untuk itu perlu mengurangi resiko lainnya agar dapat
mengharuskan dilakukan terjadinya meminimalisai
semua kesalahan pemeriksaan dan medication error. kesalahan yang
untuk dilaporkan evaluasi dengan Sehingga terjamin disebabkan oleh
pada formulir mengumpulkan keamanan setiap manusia (misal :
standar, serta data yang terkait profesi kesehatan tulisan yang tidak
untuk menganalisis dengan ruang yang terlibat dalam terbaca atau
kesalahan apa lingkup masalah, proses pengobatan kesalahan
dalam sistem yang jenis kesalahan, benar-benar penulisan)
menyebabkan penyebab dan kompeten untuk
medication error sumber kesalahan melakukan tugas
tersebut serta dampak pada yang dibebankan
pasein
Manajemen Resiko ME
• Manajemen resiko adalah suatu metode
sistematis untuk mengidentifikasi,
menganalisis, mengendalikan, memantau,
mengevaluasi, dan mengkomunikasikan
resiko yang ada pada suatu kegiatan
Manajemen Resiko ME
• Koreksi bila ada kesalahan sesegera mungkin
• Pelaporan medication error
• Dokumentasi medication error
• Pelaporan medication error yang berdampak cedera
• Supervisi setelah terjadinya laporan medication error
• Sistem pencegahan
• Pemantauan kesalahan secara periodik
• Tindakan preventif
• Pelaporan ke tim keselamatan pasien tingkat nasional
Laporan Medication Error
• Setiap laporan harus tercantum :
1. Pelapor yang teridentifikasi
2. Data insiden
3. Deskripsi error
4. Nama obat terkait
5. 5W + 1 H (insiden)
Langkah-Langkah Pengelolaan
ME
Melakukan evaluasi obat yang digunakan pada
pengobatan pasien dengan pihak yang terlibat dalam
pengobatan. Kemudian sesegera mungkin berikan terapi
perbaikan dan terapi suportif yang bertujuan untuk
menangani kesalahan

Kesalahan yang dilakukan harus segera


didokumentasikan dan dilaporkan sesuai dengan
prosedut tertulis yang ada. Untuk kesalahan yang
berdampak signifikan, segera laporkan (secara lisan)
kepada dokter, perawat, dan manajer farmasi. Setelah
itu sertakan laporan tertulis

Untuk kesalahan medis yang signifikan, pengumpulan


fakta dan invertigasi harus segera dilakuakan (apa,
dimana, mengapa, bagaimana kejadian berlangsung,
dan siapa saja yang terlibat). Barang bukti (misal :
kemasan dan label) wajib disimpan
Langkah-Langkah Pengelolaan
ME
Laporan mengenai kejadian kesalahan
pengobatan dan cara untuk memperbaiki
keadaan harus diperiksa kembali oleh bagian
pengawas, kepala divisi yang terlibat, dan
penaehat hukum (bila diperlukan)

Pengawas dan staf yang terlibat dalam


kesalahan pengobatan harus mendiskusikan
bagaimana kesalahan dapat terjadi dan
bagaimana cara agar kesalahan tidak terulang
kembali

Laporan yang ada harus dijadikan sebagai


sarana pembelajaran dan pengembangan
sumber daya manusia dan bila perlu sebagai
bahan masukan untuk memodifikasi sistem
yang telah ada
Monitoring
Kegiatan pemantauan
terhadap
pelaksanaan
pelayanan
kefarmasian terkait
Program Tujuan
Agar pelayanan
Keselamatan Pasien kefarmasian yang
dilakukan sesuai dengan
kaidah keselamatan
pasien dan mencegah
terjadinya kejadian yang
tidak diinginkan dan
berulang di masa yang
akan datang

Evaluasi
Proses
penilaian kerja
pelayanan
kefarmasian
terkait Program
Keselamatan
Pasien
Monitoring dan Evaluasi
dilakukan terhadap :
Sumber daya manusia

Laporan yang didokumentasikan

Pengelolaan perbekalan farmasi : seleksi,


perencanaan, pengadaan penerimaan,
penyimpanan dan distribusi/penggunaan

Pelayanan farmasi klinik : pengkajian resep,


penyerahan obat, pemberian informasi obat,
konseling obat, IV admixture, total parenteral
nutrition, therapeutic drug monitoring
Metode Analisis Medication
Error
Root Cause Analysis Failure Mode dan Effects
(RCA) Analysis (FMEA)
• RCA adalah suatu pemeriksaan setelah • FMEA adalah metode sistematis dan
kesalahan itu terjadi untuk mengetahui apa proaktif untuk mengevaluasi suatu
yang menjadi penyebab kesalahan tersebut proses untuk mengidentifikasi dimana
• Ketika terjadi kesalahan pengobatan, dan bagaimana suatu proses dapat
apoteker harus melakukan RCA
gagal
• Jenis analisis ini tidak terfokus pada
masalah kinerja individu, tetapi pada • Dalam FMEA, diasumsikan bahwa
kegagalan suatu proses/sistem untuk kesalahan akan terjadi dan dapat
menentukan mengapa dan bagaimana diprediksi. Analisis FMEA dilakukan
terjadi sebuah kesalahan untuk mengantisipasi kesalahan yang
• Dalam RCA, serangkaian pertanyaan dibuat akan datang dan mendesain suatu
untuk mengidentifikasi letak kesalahan. proses atau sistem untuk
Kemudian dilakukan rencana aksi, tindak meminimalkan dampaknya
lanjut dan strategi penilaian untuk
mencegah kesalahan serupa dan • Metode ini digunakan untuk
memperbaiki situasi dimana masalah menelusuri resiko potensial dalam
tersebut terjadi suatu produk atau sistem, sering juga
digambarkan sebagai mekanisme
penilaian resiko
Dari hasil monitoring dan evaluasi  dilakukan
intervensi berupa rekomendasi dan tindak lanjut
terhadap hal-hal yang perlu diperbaiki.
Contoh: perbaikan kenijakan, prosedur peningkatan
kinerja SDM, sarana dan prasarana ataupun
organisasi

Untuk mengukur keberhasilan program kegiatan yang


telah ditetapkan, diperlukan indikator keberhasilan
program yang dapat dilihat dari menurunnya Angka
kejadian tidak diinginkan (KTD), Kejadian nyaris
cedera (KNC), dan Kejadian sentinel
Peran Apoteker dalam
Mencegah Medication Error
Peran Apoteker dalam
mencegah ME
1. Berpartisipasi dalam memonitor terapi pengobatan
• Rencana pengobatan
• Ketepatan rute dan cara pemberian obat
• Kemungkinan adanya duplikat terapi
• Mengevaluasi hubungan antara data klinis dan data laboratorium
• Memastikan obat dalam keamanan, keefktifan dan penggunaan yang rasional
2. Berperan penting dalam rekonsiliasi obat
3. Merekomendasikan dan mengenali terapi pengobatan yang tepat
4. Siap sedia untuk memberikan informasi dan saran mengenai rejimen terapi
5. Mengetahui sistem penyediaan obat, kebijakan distribusi obat melalui distributor
yang aman
6. Seharusnya tidak berasumsi yang menyebabkan kekeliruan pengobatan
7. Menjaga kerapian dan kebersihan area kerja dengan standar operasional yang
jelas
8. Meninjau kembali resep dan menuliskan medical record pasien
Peran Apoteker dalam
mencegah ME
9. Menyediakan obat yang siap diberikan seperti sistem
unit dose pada pasien rawat inap
10. Meninjau label
11. Menjamin bahwa pengobatan yang diberikan sesuai,
dengan terlebih dahulu mendeteksi masalah
pengobatan seperti alergi atau interaksi obat
12. Mengobservasi bagaimana obat tersebut diberikan dan
prosedur penyimpanan
13. Melakukan konseling dan melakukan verifikasi bahwa
pasien atau perawat mengerti penggunaan obat dan
informasi lainnya
Studi Kasus
Kasus 1
• Seorang nenek (62 tahun) meninggal dunia setelah diberi obat yang
salah oleh Apoteker. Ia terbiasa meminum tablet Predisolon untuk
penyakit Crohn yang ia derita. Namun seorang apoteker
memberikan tablet Glikazid yang seharusnya diberikan untuk pasien
diabetes
• Karena ukuran dan warna pil yang sama, nenek pun tidak dapat
membedakan obat yang biasa ia minum dengan obat yang diterima
dari apoteker. Beberapa minggu setelah mengkonsumsi tablet
Glikazid, ia ditemukan tidak sadarkan diri di rumahnya dan segera
dilarikan ke RS. Nenek tsb mengalami koma selama 1 bulan hingga
akhirnya meninggal dunia. Diketahui bahwa nenek tsb meninggal
dikarenakan cedera otak hipoksia akibat hipoglikemia setelah
mengkonsumsi tablet Glikazid yang merupakan obat antidiabetes
Analisis Kasus
Prednisolon Glikazid
• Adrenal kortikosteroid (kortison) • Anti hiperglikemik oral yang digunakan
sintetik untuk pengobatan DM
• Kortikosteroid memiliki sifat anti • Glikazid merupakan golongan
sulfonilurea yang bekerja dengan
inflamsi yang kuat dan digunakan
merangsang sel-sel β pankreas untuk
dalam berbagai peradangan melepaskan insulin
seperti arthritis, radang usus, • Sulfonilurea dapat menyebabkan
asma dan kondisi alergi lainnya hipoglikemia dan membutuhkan
• Pada kasus, pemberian obat asupan makanan yang konsisten
Prednisolon ditujukan untuk untuk mengurangi resiko ini
menekan peradangan lapisan • Penggunaan jangka panjang dapat
pada sistem pencernaan atau menyebabkan reaksi hipoglikemia,
dikenal sebagai penyakit Crohn termasuk koma, terutama pada pasien
lansia dengan gangguan fungsi ginjal
yang diderita oleh pasien
atau hati
Analisis Kasus
• Pada kasus yang dialami nenek tersebut,
terdapat beberapa informasi, yaitu :
1. Pasien membawa resep obat ke apotek
2. Pasien terbiasa meminum obat prednisolone
3. Ukuran dan warna pil prednisolone dan glikazid
memiliki warna dan bentuk yang serupa
sehingga sulit dibedakan
4. Pasien menderita penyakit Crohn dan bukan
penderita diabetes
Analisis Kasus
Kemungkinan yang menyebabkan terjadinya kejadian
medication error :
1. Resep pasien tertukar dengan resep lain  tidak didukung
dengan adanya informasi terjadinya kesalahan pemberian
obat terhadap pasien dengan resep Glikazid
2. Apotek memiliki sediaan obat prednisolone dan glikazid
dalam kemasan botol dan bukan kemasan obat yang
dikemas dalam bentuk satuan
3. Kesalahan dalam hal tersebut sangat mungkin terjadi karena
saat apotek menyimpan obat dalam kemasan botol dan
mengeluarkan obat tersebut maka obat akan kehilangan
identitasnya karena obat berada dalam bentuk butiran tanpa
tanda dan kemasan yang jelas
Analisis Kasus
• Hal tersebut dapat didukung dengan adanya
faktor yang dialami oleh apoteker yang
menyebabkan medication error diantaranya
adalah kelelahan, mudah terganggu dalam
mengerjakan resep dan terburu-buru
• Semakin tinggi tingkat ketiga hal tsb maka dapat
meningkatkan tingkat kesalahan terhadap
pekerjaan manusia (human error) yang akan
berdampak sangat berbahaya ketika dialami
oleh tenaga profesional kesehatan seperti
apoteker
Solusi
1. Pemberian label “High Alert” dan “Look Alike Sound Alike” pada botol
kemasan
2. Jika nama obat mirip dengan obat lain, gunakan penulisan menggunakan
huruf Taliman pada label obat
ex huruf Taliman: IRBEsartan, Losartan, TELMIsartan, VALsartan
3. Pisahkan dan jauhkan tempat penyimpanan dengan obat lain yang memiliki
bentuk, warna, ukuran, dan nama serta pengucapan sama atau mirip
4. Obat dalam kemasan satuan dilarang berada diluar botol tanpa keterangan
nama obat berikut isi sediaanya. Jika akan dikeluarkan dari botol maka harus
dipastikan agar obat dipindahkan dan disimpan pada kemasan atau tempat
lain yang sudah diberi label nama obat berikut isi sediannya
5. Apoteker melakukan proses pengecekan ulang terhadap resep yang diterima
dengan obat yang diberikan kepada kepada pasien
6. Apoteker perlu untuk menjaga pola hidup yang baik untuk menghindari
kesalahan yang dapat disebabkan dari faktor human error seperti kelelahan,
mudah terdistraksi dalam bekerja dan faktor terburu-buru dalam mengerjakan
resep

You might also like