Professional Documents
Culture Documents
Makalah Kimia Medisinal Ligan Base Dan Struktur Base
Makalah Kimia Medisinal Ligan Base Dan Struktur Base
Disusun Oleh :
2022
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perbandingan
Ligand-Based Drug Design Dan Structure-Based Drug Design” ini tepat pada
waktu nya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
ibu Tri Minarsih., M.Sc., Apt pada Program Studi Farmasi mata kuliah Kimia
Medisinal. Selain itu juga, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
berdasarkan jurnal penelitian yang kami review baik bagi pembaca maupun juga
penulis.
Tim Penyusun
ii
Daftar Isi
Cover ............................................................................................................ i
Lampiran ..................................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Shoicet BK (2003) telah melakukan seleksi 9500 senyawa berukuran kecil melalui
seleksi bioinformatika (virtual screening) dengan metode simulasi docking.
Desain kandidat molekul obat dapat dilakukan dengan dua metode yang
saling melengkapi. Metode tersebut adalah LBDD (ligand-based drug design) yang
merupakan desain kandidat molekul obat dengan memanfaatkan informasi ligan,
seperti sifat fisikokimia, hidrofobik, dan lain-lain. Metode yang kedua adalah
SBDD (Structure-based drug design) yang merupakan desain kandidat molekul
obat dengan memanfaatkan informasi struktur target (reseptor), seperti prediksi sisi
aktif tempat berikatannya molekul obay (Chatelain, E 2011 & Greer, J, 2009).
Dalam desain kandidat molekul obat terdapat istilah ligan dan reseptor. Ligan
merupakan senyawa aktif yang terikat pada asam-amino suatu protein, dan ligan
berupa molekul organic, contohnya adalah kurkumin dan tetrasiklin. Adapun
reseptor merupakan molekul tempat terikatnya ligan, umumnya memiliki ukuran
molekul yang besar, contohnya adalah enzim da protein. Kemudian akan dilakukan
perbandingan antara LBDD dan SBDD manakah yang lebih efektif dan baik.
1. Bagaimana perbandingan alat dan bahan yang digunakan pada kedua metode
antara LBDD (ligand-based drug design) maupun SBDD (Structure-based drug
design)?
3. Bagaimana hasil dari kedua metode tersebut? Manakah yang lebih unggul dan
efektif?
1.3. Tujuan
2
BAB II
ISI
3
target biasanya diperoleh
secara eksperimental
dengan kristalografi
sinar-X atau NMR
(resonansi magnetik
nuklir). Ketika keduanya
tidak tersedia, metode
komputasi seperti
pemodelan homologi
dapat digunakan untuk
memprediksi struktur tiga
dimensi target.
4
digunakan dengan
pencarian kemiripan
urutan.
Bahan - Protein ligan - Trifenilfosfin
- Rigid Docking - Piridazinon
(bersifat rigid/kaku), - Dorzolamide
- Semi-fleksible docking - Amprenavir
(bersifat semi fleksibel)
fleksible docking
(bersifat fleksibel).
LMMC bisa menjadi metode yang tepat untuk pengambilan sampel ligan
dalam situs aktif yang mengandung loop karena loop cenderung lebih fleksibel dan
sulit untuk dimodelkan menggunakan pendekatan yang ada terutama karena
kemungkinan pergerakannya yang dramatis. Keuntungan lain adalah penyesuaian
5
tingkat fleksibilitas. Baik rantai samping atau gerakan penuh loop dapat dikontrol
langsung oleh pengguna.
Gambar 3. Struktur Loop 2act (198-205) dihasilkan dengan metode local move
MC pada 5000K dan dilanjutkan dengan clustering untuk menghasilkan 100
konformasi yang representatif. Tongkat hitam mewakili struktur loop kristal, dan
kabel abu-abu mewakili 100 konformasi loop perwakilan.
6
Diatas merupakan alur proses algoritma genetika. Algoritma genetika
digunakan sebagai sebuah solusi docking. Setiap individu merupakan solusi
permasalahan dari protein-ligan docking, dimana individu merupakan posisi ligan
sebagai reseptor dari protein. Penelitian molekul docking memfokuskan pada
produk simulasi Proses pengenalan molekuler. Hal ini bertujuan untuk mencapai
konformasi dioptimalkan untuk kedua protein dan ligan dan relatif orientasi antara
protein dan ligan sedemikian rupa sehingga energi bebas dari sistem keseluruhan
diminimalkan.
7
Tabel 1 dimana menghasilkan nilai evaluasi dan posisi dari penempatan
ligan pada protein. Implementasi juga menggunakan software PLANTS
(ProteinLigand ANT System). PLANTS menggunakan algoritma Ant Colony
(koloni semut) untuk docking molecule. Tabel 2 merupakan hasil implementasi
dengan software PLANTS, Hasil implementasi menggunakan java parameter yang
digunakan adalah parameter CHARMM dengan nilai hasil docking evaluasi sekitar
-13254.93. Implementasi menggunakan software PLANTS parameter yang
digunakan adalah parameter GOLD didapatkan nilai 9898.66 Terlihat bahwa nilai
yang dihasilkan memiliki selisih yang besar di karena pamater yang digunakan
berbeda. Tahap selanjutnya adalah penyejajaran sekuen hasil docking dengan
sebelum docking. Pada tabel 3 menunjukan hasil pensejajaran untuk protein virus
Malaria dan DBD, untuk ligan adalah kina dan jambu merah. Dari tabel terlihat
untuk protein virus malaria dan ligan kina memiliki persentasi kemiripan nilai lebih
kecil sama dengan dibandingkan dengan protein virus malaria dan ligan jambu
merah. Kemudian dari tabel juga terlihat untuk protein virus DBD dan ligan jambu
merah memiliki persentasi kemiripan nilai lebih kecil dibandingkan dengan nilai
dari protein virus DBD dan ligan kina. Persentasi kemiripan mempengaruhi suatu
docking, untuk nilai persentasi kemiripan (homologi) kecil maka protein tersebut
sudah memiliki sifat yang berbeda dari sekuen awal protein.
8
Algoritma pengambilan sampel telah dikembangkan dan digunakan secara
luas dalam perangkat lunak docking molekuler. Algoritma pencocokan (MA)
berdasarkan bentuk molekul memetakan ligan ke dalam situs aktif protein dalam
hal fitur bentuk dan informasi kimia. Protein dan ligan direpresentasikan sebagai
farmakofor.
Pada fungsi pengambilan ligan dapat diatasi dengan menggunakan satu set
konformasi ligan yang telah dihitung sebelumnya, atau dengan memungkinkan
tingkat tumpang tindih atom-atom antara protein dan ligan. Versi awal DOCK [10,
50, 51, 74], FLOG [46] dan beberapa program docking protein-protein, seperti
FTDOCK [100], mengadopsi metode yang membuat ligan dan reseptor tetap kaku
selama proses perkaitan. Algoritma pencocokan geometris dan kimia digunakan,
dan kompleks reseptor ligan dapat dinilai dengan memperhitungkan kecocokan
sterik, komplemen kimia, atau kesamaan farmakofor. Dalam versi yang
ditingkatkan, metode konstruksi inkremental dan pencarian lengkap ditambahkan
untuk mempertimbangkan fleksibilitas ligan. FLOG menghasilkan konformasi
ligan berdasarkan geometri jarak dan menggunakan algoritma pencarian klik untuk
menghitung himpunan jarak. FLOG memungkinkan pengguna untuk menentukan
poin penting yang harus dipasangkan dengan atom ligan. Pendekatan ini berguna
jika interaksi penting sudah diketahui sebelum merapat. Konformasi dinilai dengan
fungsi yang mempertimbangkan van der Waals, elektrostatik, ikatan hidrogen, dan
interaksi hidrofobik.
9
Metodologinya yaitu FlexX menggunakan algoritme konstruksi
inkremental untuk mengambil sampel konformasi ligan. Fragmen dasar pertama-
tama dipasangkan ke situs aktif dengan mencocokkan pasangan ikatan hidrogen dan
logam dan interaksi cincin aromatik antara ligan dan protein. Kemudian komponen
yang tersisa dibangun secara bertahap sesuai dengan serangkaian sudut torsi yang
dapat diputar yang telah ditentukan sebelumnya untuk memperhitungkan
fleksibilitas ligan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
11
molekul kecil dan reseptor masih mengandalkan teknologi eksperimental. Fungsi
penilaian biaya komputasi yang akurat dan rendah dapat membawa aplikasi
docking ke tahap baru.
12
Daftar Pustaka
13
Lampiran
14
JURNAL 2 (Structure-Based Drug Design)
15