Professional Documents
Culture Documents
TT Icu - PT.2 - Kel.2 - Pulang Paksa
TT Icu - PT.2 - Kel.2 - Pulang Paksa
MAKALAH
DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
Chirstine Handayani Siburian,S.Kep.,Ns.,M.Kep
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Pulang Paksa” ini
dapat terselesaikan. Tim penyusun juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan
makalah pendidikan promosi kesehatan ini.
Terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan ICU Ibu Christine Handayani Siburian,S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah
memberi ilmu serta kesempatan bagi kami untuk menyelesaikan tugas ini. Tim
penulis menyadari bahwa banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini. Untuk
itu, tim penulis mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat lebih
baik lagi dalam pembuatan makalah kedepannya. Kiranya makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih
Tim Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan nomor: 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, dipersyaratkan bahwa standar kejadian
pulang paksa di rumah sakit adalah ≤ 5%,
Sikap dan keputusan pasien untuk pulang paksa sedapat mungkin
dihindari, karena jika banyak terjadi akan menimbulkan citra rumah sakit yang
kurang baik dan dapat juga mempengaruhi efisiensi pelayanan yang ditandai oleh
menurunnya lamanya pasien dirawat atau length of stay (LOS). Salah satu sebab
turunnya LOS adalah pasien pulang paksa. Angka pulang paksa berhubungan
dengan kepercayaan masyarakat pada rumah sakit. Akibat lebih lanjut dari
menurunnya kepercayaan masyarakat pada suatu rumah sakit antara lain adalah
menurunnya angka pemanfaatan tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR)
yang disebabkan oleh karena visite rate yang rendah. Penurunan BOR tersebut
dimungkinkan juga oleh karena pasien pulang paksa termasuk pasien minta
pindah rawat ke rumah sakit yang mempunyai mutu pelayanan kesehatan yang
baik. Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman,
yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan
dan ketidakmampuan dan kekurangan gizi (Eko, 2001), maka pelayanan rumah
sakit harus memperhatikan hal-hal yang dapat memberi persepsi yang baik bagi
semua masyarakat sehingga dapat menumbuhkan kepuasan dan kepercayaan,
karena tidak dapat diulang untuk mengkonsumsi dengan hal yang sama, oleh
karena itu apabila rumah sakit memberikan mutu pelayanan kesehatan yang
handal, canggih, modern, lengkap dan cepat dalam merespon pasien serta lokasi
yang dapat dijangkau dengan mudah dan strategis, dengan begitu konsumen akan
mengambil keputusan untuk menggunakan jasa rawat inap kembali dan tidak akan
mengajukan komplain dan pulang paksa (Kotler, 2000).
Menurut Parasuraman, Zeithmal dan Berry (2010) dimensi yang
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan yang diberikan dapat
dilihat dari lima dimensi yang dikenal dengan nama ServQual yaitu bukti
langsung (Tangibles) kehandalan (Reliability), daya tangkap (Responsiveness),
jaminan (Assurance), empati (empaty). Banyaknya kasus pulang paksa di rumah
4
sakit, tenaga kesehatan sebaiknya mempunyai standar dalam melakukan
pelayanan terhadap pasien, terutama jika karakteristik masing-masing pasien yang
menjadi tanggung jawab di kelas perawatan yang diampunya semakin beragam,
apakah ada perbedaan cara memberikan pelayanan dengan melihat karakteristik
pasien yang berbeda karena pengaruh karakteristik yang dimiliki oleh pasien,
mulai dari umur, jenis kelamin, pendidikan, suku, penghasilan, pekerjaan atau
ruang kelas perawatan, mungkin akan membuat situasi pelayanan yang diberikan
oleh perawat berbeda karena pasien bisa saja mempunyai harapan yang berbeda
berdasarkan karakteristik yang mereka miliki. Tenaga kesehatan diharapkan
mampu memahami karakteristik pasien berdasarkan hal-hal yang bersifat pribadi
sampai pada jenis penyakit yang diderita pasien, sebagai suatu referensi dalam
melakukan pendekatan kepada pasien. Sehingga harus di tentukan terlebih dahulu
karakteristik pengguna layanan yang meliputi 6 hal.
Hal yang pertama yaitu usia, usia yang relatif lebih muda sangat rentan
untuk pulang paksa dari rumah sakit. Hal kedua jenis kelamin, dalam studi
epidemiologi, jenis kelamin juga menjadi salah satu bagian dari karakteristik yang
memiliki pengaruh terhadap pulang paksa (Franks et al, 2006). Hal ketiga
pendidikan, tingkat pendidikan dapat digunakan untuk mengidentifikasi status
sosial ekonomi. Menurut Lukito (2003), pemanfaatan masyarakat terhadap
berbagai fasilitas pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin mudah seseorang untuk
memahami sebuah perubahan dan manfaat sebuah perubahan, khususnya dalam
bidang kesehatan.
Hampir kejadian pulang paksa dialami oleh populasi dengan tingkat
pendidikan rendah, dan bila dibandingkan dengan pendidikan tinggi perbedaan itu
tampak nyata. Pendidikan dan sosial ekonomi menentukan kejadian pulang paksa
di rumah sakit. Pendidikan dapat memperbaiki perilaku kesehatan serta membantu
mencegah penyakit (Wike, 2010 dalam Kusrini, 2012). Hal Keempat pekerjaan,
Jenis pekerjaan seseorang akan mempengaruhi tingkat pendapatan, tingkat
pendapatan juga mempunyai kontribusi yang besar dalam kejadian pulang paksa,
karena semakin tinggi tingkat pendapatan, maka semakin leluasa untuk memilih
pelayanan kesehatan yang baik (Sutanto, 2002). Kelima yaitu suku, berbagi
5
golongan etnik dapat berbeda di dalam kebiasaan berkomunikasi, gaya hidup dan
sebagaianya yang dapat mengakibatkan pulang paksa di rumah sakit (Franks et al,
2006).
Kemudian hal yang keenam yaitu kelas perawatan, kelas perawatan
adalah tingkatan fasilitas ruangan perawatan yang dipilih pasien dengan
disesuaikan dengan pendapatan yang dimiliki, semakin baik fasilitasnya maka
nilai nominal yang dikeluarkan semakin tinggi dan semakin tinggi pula terjadinya
pulang paksa (Franks et al, 2006). Dengan mengetahui karakteristik demografi
pasien maka dapat menunjukkan tingkat keinginan, persepsi dan kebutuhan
pasien. Sehingga dalam menentukan kebutuhan pasien bukan hanya karakteristik
dari pasien saja yang dilihat, tetapi banyakfaktor yang berhubungan dengan
keputusan pasien dalam memanfaatkan jasa pelayanan di rumah sakit. Kotler
(2002) menjelaskan bahwa keputusan konsumen dalam memilih, memakai, dan
memanfaatkan jasa pelayanan serta memuaskan kebutuhan mereka merupakan
hasil dari rangsangan yang berasal dari luar dirinya dan diolah dalam diri
konsumen tersebut.
1.2 Rumusan Masalah :
1. Apakah pengertian Pulang paksa
2. Apakah Tujuan dari tindakan Pulang paksa
3. Apa saja factor yang melatarbelakangi pasien Pulang paksa
4. Bagaimana alur system pasien rawat inap Pulang paksa
1.3 Tujuan Makalah :
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pulang paksa
2. Untuk mengetahui tujuan tindakan Pulang paksa
3. Untuk mengetahui apa saja Faktor yang melatarbelakangi pasien
Pulang paksa
4. Untuk mengetahui alur system pasien rawat inap Pulang paksa
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.4 Alur system pasien rawat inap pulang paksa
ALUR SISTEM PASIEN RAWAT INAP PULANG PAKSA
PASIEN RANAP PULANG PAKSA
TINDAKAN KEPERAWATAN:
LEPAS INFUS
SURAT KONTROL/
SURAT SAKIT
OBAT PULANG
8
PASIEN PULANG DENGAN PASIEN PULANG DENGAN
KENDARAAN SENDIRI AMBULANCE
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Lubis dan Simanjorang, 2018. Faktor yang mempengaruhi kejadian pulang atas
permintaan sendiri ( PAPS) pada pasien rawat inap di RSU Madani Kota
Medan
Menap, (2009). Analisis alasan pasien pulang paksa (Discharge Against Medical
Advice) di RSUD Praya Kabupaten Lombok Tengah. Yogyakarta
Universitas Gadjah Mada.
10