Professional Documents
Culture Documents
Statika Ok
Statika Ok
Pengertian Gaya.
Di dalam ilmu fisika, gaya adalah pengaruh apapun yang dapat menyebabkan sebuah benda
bermassamengalami perubahan, baik dalam bentuk gerakan, arah, maupun konstruksi geometris.
Dengan kata lain, sebuah gaya dapatmenyebabkan sebuah objek denganmassa tertentu untuk
mengubah kecepatannya(termasuk untuk bergerak dari keadaan diam), atau berakselerasi, atau
untuk terdeformasi. Gaya memilikibesar dan arah, sehingga merupakan besaran vektor.Satuan
SI yang digunakan untuk mengukur gaya adalahNewton (dilambangkan dengan N). Gaya sendiri
dilambangkan dengan simbol F.
Hukum kedua Newton menyatakan bahwa gaya bersih yang bekerja pada suatu benda sama
dengan kecepatanpada saat momentumnya berubah terhadap waktu. Jika massa objek konstan,
maka hukum ini menyatakan bahwa percepatan objek berbanding lurus dengan gaya yang bekerja
pada objek dan arahnya juga searah dengan gaya tersebut, dinyatakan dengan
F=m.a
Konsep yang berhubungan dengan gaya antara lain: gaya hambat, yang mengurangi
kecepatan benda, torsi yang menyebabkan perubahan kecepatan rotasi benda. Pada objek yang
diperpanjang, setiap bagian benda menerima gaya, distribusi gaya ke setiap bagian ini
disebut regangan.Tekanan merupakan regangan sederhana. Regangan biasanya
menyebabkan deformasi pada benda padat, atau aliran pada benda cair.
Sejarah Gaya
Aristoteles dan pengikutnya meyakini bahwa keadaan alami objek di Bumi tak bergerak dan
bahwasannya objek-objek tersebut cenderung ke arah keadaan tersebut jika dibiarkan begitu saja.
Aristoteles membedakan antara kecenderungan bawaan objek-objek untuk menemukan “tempat
alami” mereka (misal benda berat jatuh), yang menuju “gerak alami”, dan tak alami atau gerak
terpaksa, yang memerlukan penerapan kontinyu gaya. Namun teori ini meskipun berdasarkan
pengalaman sehari-hari bagaimana objek bergerak missal kuda dan pedati), memiliki kesulitan
perhitungan yang menjengkelkan untuk proyektil, semisal penerbangan panah.
Beberapa teori telah dibahas selama berabad-abad, dan gagasan pertengahan akhir bahwa
objek dalam gerak terpaksa membawa gaya dorong bawaan adalah pengaruh pekerjaan Galileo
Galilei. Galileo melakukan eksperimen dimana batu dan peluru meriam keduanya digelindingkan
pada suatu kecuraman untuk membuktikan kebalikan teori gerak Aristoteles pada awal abad 17.
Galileo menunjukkan bahwa benda dipercepat oleh gravitasi yang mana tak gayut massanya dan
berargumentasi bahwa objek mempertahankan kecepatan mereka jika tidak dipengaruhi oleh gaya
- biasanya gesekan. Isaac Newton dikenal sebagai pembantah secara tegas untuk pertama kalinya,
bahwa secara umum, gaya konstan menyebabkan laju perubahan konstan (turunan waktu) dari
momentum.
Secara esensi, ia memberi definisi matematika pertama kali dan hanya definisi matematika
dari kuantitas gaya itu sendiri - sebagai turunan waktu momentum: F = dp/dt. Pada
tahun 1784 Charles Coulombmenemukan hukum kuadrat terbalik interaksi antara muatan listrik
menggunakan keseimbangan torsional, yang mana adalah gaya fundamental kedua. Gaya nuklir
kuat dan gaya nuklir lemah ditemukan pada abad ke 20. Dengan pengembangan teori medan
kuantum dan relativitas umum, disadari bahwa “gaya” adalah konsep berlebihan yang muncul dari
kekekalan momentum (momentum 4 dalam relativitas dan momentum partikel virtual dalam
elektrodinamika kuantum). Dengan demikian sekarang ini dikenal gaya fundamental adalah lebih
akurat disebut “interaksi fundamental”.
Macam-Macam Gaya
Resultan Gaya
Resultan gaya adalah gaya-gaya yang bekerja pada duatu benda dapat berupa gaya-gaya
searah, berlawanan arah, saling tegak lurus, atau saling membentuk sudut. Berikut ini adalah
resultan gaya gaya yang searah, dan berlawanan arah :
FA FB
FR = F A + FB
Misalnya, dua orang sedang mendorong sebuah meja dengan gaya masing-masing 60 N dan
45 N. gaya kedua orang yg mempengaruhi meja tersebut menjadi 105 N.
30 N
FA FB FR = FB - FA
Misalnya pada peristiwa tarik tambang, tali akan bergerak kearah tim yg kuat.
FB
FR = √𝐹𝑎2 + √𝐹𝑏 2
FA
Hukum – Hukum Gaya
Hukum I Newton
Hukum I Newton berbunyi: “Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda
yang mula-mula diam akan terus diam (mempertahankan keadaan diam). Sedangkan, jika benda
itu bergerak, maka ia akan bergerak terus dengan kecepatan tetap”.
Pada awalnya, penelitian yang dilakukan Newton merupakan pengkajian ulang terhadap penelitian
yang dilakukan Galileo terhadap gerak benda pada lintasan melengkung, dari sebuah pertanyaan
sederhana mengenai perlu tidaknya gaya luar diberikan pada suatu benda yang
bergerak untuk terus bergerak. Kemudian, Galileo membuat suatu lintasan lengkung yang cukup
licin dan menjatuhkan bola pada lintasan tersebut.
Ia mengamati bahwa pada lintasan 1 dan 2 benda akan terus bergerak dari lengkungan kiri ke
lengkungan kanan sampai ketinggian semula dan terus berulang. Sementara, pada lintasan 3, ia
mengamati bahwa bola itu bergerak dan menempuh jarak yang sangat jauh dengan kelajuan yang
hampir tetap. Setelah menempuh lintasan yang lurus, lambat laun kemudian bola berhenti.
Terhadap pengamatannya ini, Galileo menyatakan bahwa gerak bola berhenti karena adanya gaya
gesekan. Jika gaya gesekan ini diabaikan, maka tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut
dan bola akan terus bergerak dengan kelajuan tetap pada lintasan lurus tanpa membutuhkan gaya
luar Kesimpulan Galileo inilah yang dikaji ulang oleh Newton. Dari hasil pengkajian ulang ini, Newton
menyatakan hukum pertamanya. Untuk menghargai jasanya, hukum ini kemudian dikenal dengan
nama Hukum I Newton.
F = m.a
Jika sebuah benda A mengerjakan gaya pada benda B, maka benda B juga akan mengerjakan gaya
reaksi pada benda A yang sama besar, tetapi berlawanan arah. Gaya ini dikenal dengan gaya aksi-
reaksi.
Sifat-sifat gaya aksi-reaksi adalah:
a) Gaya yang bekerja besarnya sama.
b) Arahnya berlawanan.
c) Terletak pada satu garis lurus.
d) Bekerja pada dua benda yang berbeda.
Contoh penerapan Hukum III Newton:
Peristiwa jatuhnya buah dari pohon.
Peristiwa gaya tarik-menarik ataupun tolak menolak pada gaya magnet.
Ketika kita mendorong kendaraan yg mogok ditengah jalan.
Gas panas yg dikeluarkan roket ketika pertama kali meluncur akan mendorong roket tersebut
naik ke atas.
F1 = - F2
Contoh Soal
1. Gaya Sebesar 20 N bekerja pada sebuah benda yg bermassa m kg, menyebabkan percepatan
sebesar 8m/s2, maka massa benda tersebut adalah?
Pembahasan:
F=m.a
𝐹 20
M= = = 2,5 kg.
𝑎 8
2. Pada perlombaan tarik tambang, gaya gaya yg bekerja pada tambang tersebut berlawanan
arah. Misalkan kelompok pertama menarik tambang kearah kiri sebesar 35 N dan kelompok
kedua menarik tambang kearah kanan sebesar 40 N. Berapakah besar resultan gaya yg
dihasilkan oleh kedua kelompok tersebut pada tarik tambang ?
Jawab:
35 N
40 N
Dari diagram diatas, resultan gaya kedua vector itu dapat dinyatakan dengan :
FR = F1 + F2 = (-35) N + 40 N = 5 N. oleh karena gaya yg dihasilkan kelompok kedua lebih
besar daripada gaya yg dihasilkan kelompok pertama, maka resultan gaya yg bekerja pada
tambang adalah 5 N kearah kanan (kearah kelompok kedua)
3. Andi dan Budi, bersama-sama mendorong sebuah gerobak kea rah kanan. Jika Adi
mengeluarkan gaya sebesar 25 N, dan Bani mengeluarkan gaya sebesar 35 N. Maka, berapakah
resultan gaya yg dikeluarkan Adi (FA) dan Bani (FB)?
Jawab
Diketahui:
FA = 25 N
FB = 35 N
FR = …?
Karena FA dan FB searah, maka FR = FA + FB . jadi, FR = 25 N + 35 N = 60 N.
MATERI
MUATAN
Pada kenyataannya, muatan yang melewati suatu jembatan adalah tidak menentu, ada yang lewat
sendirian atau merupakan suatu rangkaian muatan, Dalam kondisi tersebut kita tetap harus mencari
berapa nilai momen maximum di suatu tempat pada gelagar tersebut.
Misal :
Berapa momen maximum yang terjadi di titik C jika ada suatu rangkaian muatan seperti pada
gambar tersebut melewati jembatan seperti pada gambar.
-Untuk mencari nilai momen maximum di suatu untuk didalam gelagar maka kita perlu mencari
posisi dimana muatan tersebut berada yang menyebabkan momen di titik tersebut maximum.
-Untuk mencari nilai maximum tersebut perlu memakai garis pengaruh dari gaya dalam yang
dicari sebagai perantaranya.
-Kemudian nilai maximum tersebut didapat dengan cara mengalikan antara beban yang terletak
diatas gelagar dengan ordinat dari garis pengaruh yang dipakai.
Ada suatu balok terletak diatas 2 perletakan seperti pada Gambar, jika ada rangkaian
muatan yang berjalan diatasnya berapa Mc maximum yang terjadi.
Muatan bergerak ke kanan sejauh Dx, dimana ordinat garis pengaruh dinyatakan dengan y1’ s/d
y5’ dan Mc = S Py’
berkurang y” y’ = Dx/c*c1
y” = Dx/(1-c)*c1
Perbedaan nilai momen (DM) dari perpindahan posisi beban adalah sebagai berikut :
Jika ql > qrà DM positif
ql menjadi kecil sehingga ql < qr à DM negatif (pergerakan P2 dari kiri C ke kanan C menjadikan
tanda D M dari positif ke negatif)
M max terjadi jika salah satu muatan di atas potongan sehinggaà SPl/C = SPr/l-
c atau ql = qr
Mencari perkiraan posisi beban dalam mencari momen max supaya beban di kiri dan di kanan
potongan seimbang, maka bisa diperkirakan secara grafik sebagai berikut :
Gelagar diatas 2 perletakan A-B, digunakan rangkaian muatan berjalan dengan nomor urut 01, 12,
23,34 dan 45
Cara : buat garis AB dibawah gelagar,- di ujung bagian kanan (B’) buat muatan tumpukan beban
dari 45; 34; 23;12; dan 01 (dengan skala)
Tarik dari titik 0 (ujung dari beban 01) ke ujung garis bagian kiri (A’) sehingga membentuk sudut
(a)
Kalau kita mau mencari dimana letak beban yang mengakibatkan momen di potongan I
maksimum, yaitu dengan menarik garis dari potongan I kebawah, sampai memotong garis A’-
B’ di I’.
Tarik dari titik I’ sejajar (//) dengan garis A’0 dan garis tersebut akan memotong tumpukan
muatan di beban 01.
Dengan cara yang sama, tarik garis dari potongan II ke bawah sampai pada garis A’-B’ dan
memotong di potongan II’.
Dari titik II’ ditarik garis // (sejajar) dengan A’ – O dan memotong tumpukan muatan di beban 12.
Jadi MII akan maximum jika beban 12 terletak diatas potongan II.
Mencari momen maximum maximorum ini berbeda dengan mencari momen maximum di suatu
titik pada gelagar, mencari momen maximum-maximorum di suatu gelagar ini posisi titiknya tidak
tertentu. Jadi dalam hal ini titik letak dimana momen maximum terjadi, serta posisi beban yang
menyebabkan terjadinya momen maximum harus dicari. Jadi dalam hal ini yang harus dicari :
Untuk mencari momen maximum-maximorum di suatu gelagar ini tidak bisa memakai garis
pengaruh karena titik letak momen maximum terjadi harus dicari.
Dalam mencari momen maximum-maximorum ini harus memakai persamaan.
Contoh:
Suatu gelagar diatas 2 perletakan A – B, dan suatu rangkaian muatan dari P1 s/d P5. Berapa dan
dimana momen maximum-maximorumnnya ?.
Jawab:
P2 R2 = resultante dari P3
dan P4
Rt = resultante dari R1; R2 dan P3 atau resultante P1; P2; P3; P4; P5
P3 b = jarak antara R2
danP3
Rangkaian muatan terletak diatas gelagar dan dimisalkan momen maximum terletak dibawah
beban P3 dengan jarak x dari perletakan A.
TUMPUAN
Tumpuan adalah suatu penopang bangunan, dimana beban yang di kenal sebagai Gaya/aksi di
dalam sebuah struktur akan mendapat respon dari reaksi tumpuan dengan arah gaya yang saling
menghilangkan atau sama dengan 0. Di bawah ini marilah kita memahami karakteristik tumpuan
di dalam memahami Satatika 1.
1.Tumpuan Sendi/Hinge
ΣH = 0
Untuk ketentuan plus minus di dalam ilmu statika ada baiknya anda mempelajarinya pada materi
Perjanjian Tanda.
Begitupun dengan reaksi RAv, pada setiap gaya/aksi vertikal beban P yang terjadi RAv akan
menghasilkan reaksi yang apabila di tambahkan dengan reaksi tumpuan lain akan sama dengan
nilai gaya beban P ( lihat rumus Kv di bawah ). Nilainya Reaksi dari tumpuan sendi sangat di
pengaruhi oleh letak gaya/aksi berada, apabila gaya dengan nilai tertentu terletak pada bagian
tengah bentang maka hasil dari 2 tumpuan yaitu sendi dan rol pasti akan selalu sama, tetapi
apabila beban tersebut bergeser sedikit saja dari tengah bentang maka reaksi vertikal yang
ditimbulkan oleh kedua tumpuan akan berbeda. Contoh Reaksi sama yaitu beban P sebesar 50 kN
pada tengah bentang maka reaksi dari RAv, setengah dari 50 kN., dengan kata lain :
Rumus KV
ΣV = 0
RAV + RBV – P = 0
25 + 25 – 50 = 0
Gambar 2
ΣKv = 0
ΣKH = 0
Sedangkan ΣM tidak sama dengan 0 karena ΣM terpenuhi dengan 3 reaksi yang terjadi, oleh sebab
itu tumpuan Sendi menggunakan kolaborasi tumpuan rol untuk menjadikan ΣM = 0.
Pada kasus lain sendi merupakan tumpuan yang mampu menahan gaya horizontal sebagaimana
yang kita pelajari gaya horizontal pada balok merupakan gaya yang sejajar dengan sumbu batang.
Apabila balok tersebut tertekan maka tanda yang di dapat adalah negatif ( – ) , tanda negatif (-)
ini menandakan bahwa balok tersebut mengalami perpendekan sedangkan apabila balok tersebut
mengalami perpanjangan/Tarik maka tanda yang di dapat adalah positif ( + ). Silahkan pahami
ilustrasi di bawah ini
:
Gambar 3
2. Tumpuan Rol/Roller
Tumpuan Rol/Roller adalah tumpuan yang memiliki 1 variabel atau satu reaksi, dengan kata lain
jenis tumpuan ini hanya memiliki reaksi pada arah vertikal saja untuk melawan gaya/ Reaksi yang
di timbulkan. Tumpuan ini tak memiliki kemampuan untuk melawan gaya horizontal, sehingga
gaya-gaya horizontal hanya di tahan oleh tumpuan sendi. Gaya horizontal pada balok juga di kenal
dengan gaya normal karena gaya tersebut bekerja searah sumbu batang. Tumpuan rol merupakan
tumpuan yang hanya memenuhi 1 persamaan yaitu :
ΣKv = 0
Sedangkan ΣKH tidak sama dengan nol, dengan anggapan apabila terjadi gaya/aksi horizontal
tetapi struktur tersebut hanya di pasang oleh tumpuan rol maka struktur tersebut akan bergeser
sesuai dengan arah/gaya yang di berikan. Begitupun dengan ΣM tidak sama dengan 0 karena
tumpuan ini saling berkolaborasi dengan tumpuan Sendi untuk menjadikan ΣM = 0.
Ilustrasi :
Gambar 5
Apabila di tinjau sebuah balok tanpa tumpuan di berikan momen putar kiri, maka balok tersebut
akan terputar/berotasi pula sesuai arah gaya momen yang di berikan, selanjutnya apabila balok
tersebut di berikan tumpuan sendi dan rol. Maka keduanya akan saling memberikan respon
momen yang berlawanan dengan gaya/aksi yang di berikan pada balok tersebut, sehingga balok
yang mula-mula berotasi ke kiri akan kembali stabil/datar di sebabkan respon momen reaksi
nilainya sama.
3. Tumpuan Jepit/Fixed
Persamaan :
ΣKv = 0
ΣKH = 0
ΣM = 0
Tumpuan jepit merupakan tumpuan yang memenuhi 3 persamaan di atas, karena perilaku jepit
telah memenuhi 3 persamaan di atas maka tumpuan ini sudah dapat di katakan statis tertentu
walaupun hanya satu ujung dari suatu struktur yang di topang oleh tumpuan ini, berbeda dengan
tumpuan sendi-Rol yang harus berkolaborasi di dalam menyelesaikan 3 persamaan di atas.
[su_note]Catatan : tumpuan jepit elastis ini biasanya juga di kenal dengan spring, di mana sebuah
struktur balok atau kolom di tandai dengan simbol Konstanta pegas ini, maka struktur tersebut
akan mengalami Translasi atau dalam pemahaman lain bergerak sesuai arah sumbu yang di
simbolkan dengan konstanta pegas tersebut akibat ke-elastisitas-nya.[/su_note]
Gambar 8 merupakan gambaran kondisi awal sebuah rumah yang di bangun di daerah perbukitan,
dalam gambar ini di jelaskan kondisi awal gedung dalam keadaan baik di mana dasar pondasinya
dapat di anggap tumpuan jepit. Sedangkan yang kita ketahui tumpuan jepit memiliki 3 fungsi
tahanan yaitu tahanan gaya horizontal, gaya vertikal dan gaya momen. Tetapi pada sewaktu
waktu kondisi tersebut berubah, katakanlah bencana tanah longsor akibat curah hujan yang tinggi
sehingga dapat menyebabkan perubahan terhadap kontur tanah, efek dari perubahan kontur
tanah dapat menyebabkan struktur mengalami translasi/perpindahan, seperti di gambarkan pada
gambar 9.
Gambar 9
Translasi yang di sebabkan oleh pergerakan tanah ini akibat longsongsornya tebing/bukit
menyebabkan kolom dan balok menjadi memanjang, memendek atau berpindah walaupun pada
awalnya 2 kaki portal pada gambar 9 di anggap sebagai tumpuan yang terjepit oleh kedalaman
bukit. Jepit ini tak seutuhnya jepit tetapi jenis tumpuan ini lebih spesifik pada tumpuan jepit elastis
dengan menggunakan salah satu metode satu satuan unit dan matriks kekakuan kita dapat
memecahkan berbagai macam model struktur yang di simbolkan dengan simbol spring tersebut,
tentunya ini lebih mengarah pada analisis struktur lanjutan.
BALOK DIATAS DUA PERLETAKAN
P = 10 ton
a=2m b=4m
RAV RBV
L=6m
DA-C = + RAV
(-)
(+) DB-C
= - RBV
Bidang gaya lintang
(+)
MC = P.a.b/L
Bidang momen
Penyelesaian :
a. Reaksi Perletakan.
MB = 0,
RAV . L - P . b = 0RAV = P
. b/L
= (10 t) x (4 m)/(6 m)RAV
= + 6,667 ton ()
MA = 0,
- RBV . L + P . a = 0RBV =
P . a/L
= (10 t) x (2 m)/(6 m)RBV
= + 3,333 ton ().
Kontrol :
V = 0,
RAV + RBV – P = 0
6,667 t + 3,333 t - 10 t = 0 …..(memenuhi)
b. Gaya lintang.
DA-C = + RAV = + 6,667 ton. DC-A
= + DA-C = + 6,667 ton.
DC-B = DC-A – P = 6,667 – 10 = - 3,333 ton.
c. M o m e n .
MA = 0
MC = + RAV . a = + 6,667 t x 2 m = + 13,334 ton.m’, atauMC =
P.a.b/L
P3 = 4 t
P2 = 3 t
P1 = 2 t
o 60o
45
RAH
C D E
RAV RBV
L=6m
a2 = 3 m b2
a3 = 4 m b3
+ 3,883 t
+ 1,883 t
Bid. D
- 0,238 t
- 3,702 t
+ 0,121 t
Bid. N
-2t
+ 7,649 t.m
+ 7,411 t.m
+ 3,883 t.m
Bid. M
Penyelesaian :
a. Reaksi Perletakan.
MB = 0,
RAV . L - P1.(L –a1) – P2 sin 45o.(L – a2) – P3 sin 60o.(L – a3) = 0 RAV =
P1.(L – a1)/L + P2 sin 45o.(L – a2)/L + P3 sin 60o.(L – a3)/L
= 2 x (6 - 1)/6 + 3 x ½2 x (6 – 3)/6 + 4 x 0,866 x (6 – 4)/6
= 1,667 + 1,061 + 1,155
RAV = + 3,883 ton ()
MA = 0,
- RBV . L + P1.(a1) + P2 sin 45o.(a2) + P3 sin 60o.(a3) = 0
RBV = P1.(a1)/L + P2 sin 45o.(a2)/L + P3 sin 60o.(a3)/L
= 2 x (1)/6 + 3 x ½2 x (3)/6 + 4 x 0,866 x (4)/6
= 0,333 + 1,061 + 2,309
H = 0,
RA-H + P2 cos 45o – P3 cos 60o = 0
RA-H = – P2 cos 45o + P3 cos 60o = – 3 x ½2 + 4 x ½ = – 2,121 + 2
= – 0,121 ton ()
Kontrol :
V = 0,
RAV + RBV – P1 – P2 sin 45o – P3 sin 60o = 03,883 t +
3,703 t – 2 t – 2,121 t – 3,464 t = 0
7,586 t – 7,585 t = 0,001 0 …..(memenuhi)
b. Gaya Lintang.
DA-C = + RAV = + 3,883 ton.
DC-D = + RAV – P1 = 3,883 – 2 = + 1,883 ton.
DD-E = + RAV – P1 – P2 sin 45o = 3,883 – 2 – 3 x ½2
= 3,883 – 2 – 2,121 = – 0,238 ton.
DE-B = + RAV – P1 – P2 sin 45o – P2 sin 60o
= 3,883 – 2 – 3 x ½2 – 4 x 0,866 = 3,883 – 2 – 2,121 – 3,464DE-B
= – 3,702 ton.
DE-B = – RBV = – 3,703 ton.
c. Gaya Normal .
NA-D = + RAH = + 0,121 ton (tarik).
ND-E = + RAH – P2 cos 45o = + 0,121 – 3 x ½2 = + 0,121 – 2,121
= – 2 ton (tekan).
NE-B = + RAH – P2 cos 45o – P3 cos 60o = + 0,121 – 2 x ½2 – 4 x ½
= 0,121 – 2,121 – 2
NE-B = 0 ton.
c. M o m e n .
MC = + RAV . a1 = + 3,883 x 1 = + 3,883 ton.m’.
MD = + RAV . a2 – P1 . (a2 – a1) = + 3,883 x 3 – 2 x (3 – 1) = 7,649 t.m’.ME =
+ RAV . a3 – P1 . (a3 – a1) – P2 sin 45o . (a3 – a2)
= + 3,883 x 4 – 2 x (4 – 1) – 3 x ½2 x (4 – 3)
= + 15.532 – 6 – 2,121
ME = + 7,411 t.m’.
3. Balok Diatas Dua Perletakan Memikul Muatan Terbagi Rata.
q = 3 t/m’
A
X QR B
RA
x RB
V
L=6m V
Dx -½qL
Bid.
+½qL D
+ 1/8 q L2
Mx
Bid. M
Penyelesaian :
a. Reaksi Perletakan.
QR = q . L = (3 t/m’) x (6 m) = 18 ton.
MB = 0,
RAV . L - QR . ½ L = 0RAV =
½ q . L2/L
RAV = ½ q . L …..(1)
= ½ x (3 t/m’)/(6 m)RAV =
+ 9 ton ()
RBV = RAV = ½ q . L = 9 ton. (simetris)
b. Gaya lintang.
DA-B = + RAV = + 7 ton.
DB-A = + RAV – q . L = - RBV = - 9 ton.
c. M o m e n .
Momen maksimum terjadi ditengah bentang,
Mmaks. = + RAV . ½L – q . ½L . ¼L
= ½ q L . ½L – 1/8 q L2 = ¼ q L2 – 1/8 q L2Mmaks. =
+ 1/8 q L2
Mmaks. = + 1/8 x (3 t/m’) x (6 m’)2 = + 13,5 t.m’.
Dx
d. Tinjau tampang X.
Momen pada tampang X, dihitung dari kanan kekiri,Mx =
RAV . x – q . x . ½ x
Mx = RAV . x – ½ q x2 …..(2)
Mx = 1/2 q L x – 1/2 q x2
= ½ q L/q = ½ L = ½ x 6 x
= 3 m (ditengah bentang).
Substitusikan (3) dan (1) kedalam (2), maka momen maksimum,Mmaks.
= RAV . (RAV/q) – ½ q (RAV/q)2
= (½ q L) . (½ q L/q) – ½ q . (½ q L/q)2
= ¼ q L2 – 1/8 q L2
Mmaks. = 1/8 q L2 …..(4)
Gaya lintang,
Dx = d(Mx)/dx = RAV – q . x …..(5)
Dx = 1/2 q L – q x
R
Penyelesaian :
a. Reaksi Perletakan.
QR = q . ½ L = (3 t/m’) x ½ x (6 m) = 9 ton.
MB = 0,
RAV . L – QR . 1/3 L = 0
RAV = + 1/3 QR = + 1/3 q . ½LRAV =
1/6 q L
= 1/6 x (3 t/m’)/(6 m)RAV
= + 3 ton ()
MB = 0,
– RBV . L + QR . 2/3 L = 0 RBV = +
2/3 QR = + 2/3 q . ½LRBV = 1/3 q L
= 1/3 x (3 t/m’)/(6 m)RBV
= + 6 ton ()
Kontrol :
V = 0,
RAV + RBV – QR = 0
3 ton + 6 ton – 9 ton = 0 ……(memenuhi)
b. Gaya lintang.
DA-B = + RAV = + 1/6 q L = + 3 ton.
DB-A = + RAV – QR = 1/6 q L – ½ q L = – 1/3 q L = – RBV = – 6 ton.
c. Tinjau tampang X.
Tampang X terletak sejauh x dari perletakan A, momen pada tampang X, dihitung darikanan
kekiri,
qx = q . x/L
QX = qx . ½ x = (q . x/L) . ½ x qX (t/m’)
= ½ q x2/L
Mx = RAV . x – QX . 1/3 x QX
= (1/6 q L) . x – (½ q x2/L) . 1/3 x Mx
= 1/6 q L x – 1/6 q x3/L …..(1)
2/3x 1/3x
Momen maksimum terjadi apabila gaya lintang sama dengan nol,Dx
= d(Mx)/dx = 0
= d(1/6 q L x – 1/6 q x3/L )/dx
Dx = 1/6 q L – ½ q x2/L …..(2)
2
1/6 q L – ½ q x /L = 0
x2 = 1/6 q L . 2 L /q
x = (1/3 L2)
x = 1/3 L3 …..(3)
= 1/3 . (6 m) .3
x = 3,464 m (dari perletakan A).
3.000 0.0000
0.5
2.938 1.4896
1.0
2.750 2.9167
1.5
2.438 4.2188
2.0
2.000 5.3333
2.5
1.438 6.1979
3.0
0.750 6.7500
3.5
-0.063 6.9271
4.0
Dx = 1/6 q L – ½ q x2/L
Dx
Mx = 1/6 q L x – 1/6 q x3/L
P1 = 4 t P2 = 2 t
QR
q = 3 t/m’
A C D E B
RA
1m 1m 1m 3 RBV
m
V
L=6m
+ 4,250 t
+ 2,250 t
x
+ 0,250 t
Bid. D
- 6,750 t
Dx = 0
+ 6,750 t.m
MA = 0,
– RBV . (6 m) + P1 . (1 m) – P2 . (2 m) + q . (3 m) . (4,5 m) = 0
Mx
Kontrol :
V = 0,
RAV + RBV – P1 + P2 – QR = 0 4,250 t +
6,750 t – 4 t + 2 t – 9 t = 0
13 t – 13 t = 0 …..(memenuhi)
b. Gaya Lintang.
DA-C = + RAV = + 4,250 ton.
DC-D = DA-C – P1 = + RAV – P1 = 4,250 – 4 = + 0,250 ton.DD-E =
DC-D + P2 = + RAV – P1 + P2
= 0,250 + 2 = + 2,250 ton.
DE-B = DD-E – QR = + RAV – P1 + P2 – QR
= 2,250 – 9 = – 6,750 t.
DE-B = – RBV (memenuhi).
c. M o m e n .
MC = + RAV . (1 m) = + 4,250 x 1 = + 4,250 ton.m’.
MD = + RAV . (2 m) – P1 . (1 m) = + 4,250 x 2 – 4 x 1 = 4,500 t.m’.ME = +
RAV . (3 m) – P1 . (2 m) + P2 . (1 m)
= + 4,250 x 3 – 4 x 2 + 2 x 1 = 6,750 t.m’.
MB = + RAV . (6 m) – P1 . (5 m) + P2 . (4 m) – q . (3 m) . ½ .(3 m)
= + 4,250 x 6 – 4 x 5 + 2 x 4 – 3 x 3 x ½ x 3
= + 25,500 – 20 + 8 – 13,5
MB = 0 t.m’ (memenuhi).
P1 P2 P3 P4 P5
A B
a1 b1
a2 b2
a3 b3
a4 b4
a5 b5
L = 4 + X/2
Kontrol :
V = 0,
RAV + RBV – P1 – P2 – P3 – P4 – P5 = 0
4,750 t + 6,750 t – 1 t – 1,5 t – 4 t – 3 t – 2 t = 0
11,5 t – 11,5 t = 0 (memenuhi).
d). Momen.
Perhitungan momen lentur dari kiri ke kanan, diperoleh,
Ma = 0 t.m’.
Mc = + RAV . a1 = + 4,750 t x 0,7 m = + 3,325 t.m’.
Md = + RAV . a2 – P1 . (a2 – a1) = + 4,750 t x 1,05 m – 1 t .(1,05 m – 0,7 m)
= + 4,638 t.m’.
Me = + RAV . a3 – P1 . (a3 – a1) – P2 . (a3 – a2)
= + 4,750 t x 2,1 m – 1 t .(2,1 m – 0,7 m) – 1,5 t .(2,1 m – 1,05 m)
= + 7,000 t.m’.
Mf = + RAV . a4 – P1 . (a4 – a1) – P2 . (a4 – a2) – P3 . (a4 – a3)
= + 4,750 t x 2,45 m – 1 t .(2,45 m – 0,7 m) – 1,5 t .(2,45 m – 1,05 m)
– 4,0 t .(2,45 m – 2,1 m)
= + 6,388 t.m’.
Mg = + RAV . a5 – P1 . (a5 – a1) – P2 . (a5 – a2) – P3 . (a5 – a3) – P4 . (a5 – a4)
= + 4,750 t x 2,8 m – 1 t .(2,8 m – 0,7 m) – 1,5 t .(2,8 m – 1,05 m)
– 4,0 t .(2,8 m – 2,1 m) –3,0 t .(2,8 m – 2,45 m)
= + 4,725 t.m’.
Mb = 0 t.m’.
Keseimbangan mengharuskan,
Ma = Mb = 0
Mc = Mc’ ; Md = Md’ ; Me = Me’ ; Mf = Mf’ ; Mg = Mg’
P1 P2 P3 P4 P5
a1 b1
a2 b2
a3 b3
a4 b4
+ +
4,750 t +2,250
ay 3,750 t
t
a
Bidang - 1,750
t
g lintang - 4,750
t - 6,750
(D + 7,000 t
t.m + 6,388
t.m
(M + 4,725
+ 4,638
) t.m t.m
+ 3,325
t.m
Bidang Momen 0 0
t.m t.m
Kunci Jawaban
No. P1 P2 P3 P4 P5
-1 3.500 0.700 1.050 2.100 2.450 2.800 2.800 2.450 1.400 1.050 0.700
0 4.000 0.800 1.200 2.400 2.800 3.200 3.200 2.800 1.600 1.200 0.800
1 4.500 0.900 1.350 2.700 3.150 3.600 3.600 3.150 1.800 1.350 0.900
2 5.000 1.000 1.500 3.000 3.500 4.000 4.000 3.500 2.000 1.500 1.000
3 5.500 1.100 1.650 3.300 3.850 4.400 4.400 3.850 2.200 1.650 1.100
4 6.000 1.200 1.800 3.600 4.200 4.800 4.800 4.200 2.400 1.800 1.200
5 6.500 1.300 1.950 3.900 4.550 5.200 5.200 4.550 2.600 1.950 1.300