You are on page 1of 88

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS


(OAT) PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
KABUPATEN ACEH UTARA
TAHUN 2020

SKRIPSI

NURUL MUNARTI

160610034

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
JANUARI 2021
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS
(OAT) PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
KABUPATEN ACEH UTARA
TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan ke Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas


Malikussaleh sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Kedokteran

Oleh
NURUL MUNARTI

160610034

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
JANUARI 2021
ABSTRAK

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberkulosis. Jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia
merupakan ke 3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah
penderita sekitar 10% dari total penderita tuberkulosis dunia. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum
obat anti tuberkulosis (OAT) pada pasien TB paru di Rumah Sakit Umum Cut
Meutia Kebupaten Aceh Utara. Penelitian ini merupakan penelitian analitik
melalui pendekatan cross sectional. Analisis statistik menggunakan uji chi
square. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling
dengan jumlah 100 responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil analisis univariat didapatkan frekuensi laki-laki lebih banyak menderita
TB paru yaitu 64%, pada usia ≤ 46 tahun penderita TB paru sebanyak 52%,
penderita TB paru dengan pendidikan rendah sebanyak 75%, penderita TB paru
dengan pengetahuan kurang baik yaitu sebanyak 60%, penderita TB paru dengan
jarak tempuh yang sulit ke layanan kesehatan sebanyak 70%. Hasil uji chi
square didapatkan bahwa terdapat hubungan jenis kelamin, usia, dan jarak
dengan kepatuhan minum (OAT) obat anti tuberkulosis pada pasien TB paru di
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara dengan nilai p value
masing- masing adalah jenis kelamin 0,002, usia < 0,001, jarak < 0,001. Uji chi
square tidak didapatkan hubungan pendidikan, dan pengetahuan dengan
kepatuhan minum (OAT) obat anti tuberkulosis pada pasien TB paru di Rumah
Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara dengan nilai p value masing-
masing pendidikan 0,098 dan pengetahuan 0,532.

Kata kunci: Faktor-faktor yang mempengaruhi, TB paru, kepatuhan


minum obat.

i
ABSTRACT

Tuberculosis is a contagious infectious disease caused by mycobacterium


tuberculosis. The number of tuberculosis patients in Indonesia is the third largest in the
world after India and China with the number of sufferers around 10% of the total world
tuberculosis sufferers. The aim of this study was to determine factors associated with
adherence to drinking anti-tuberculosis drugs(OAT) in pulmonary TB patients at Cut
Meutia Hospital, Aceh Utara. This research is an analytical study using a cross
sectional design. Statistical analysis using the chi square test. Sampling in this study
using total sampling with a total of 100 respondents who have inclusion and exclusion
criteria. The results of the univariate analysis showed that the proportion of men who
suffer from pulmonary TB a lot is 64%, at the productive age of 46 years as much as
52%, more education is in low education as much as 75%, knowledge is in line with the
education of many respondents with poor knowledge, namely 60 ,%, distance is the most
influential on compliance with taking OAT medication, the difficult distance is more
that is 70. Chi square analytic show there are relation between gender, age, distance
with adherence to drinking anti-tuberculosis drugs in pulmonary TB patients at Cut
Meutia Hospital, Aceh Utara on p value of gender 0,002, age <0,001, distance <0,001.
Chi square analytic show there are no relation between education, age, distance with
adherence to drinking anti-tuberculosis drugs in pulmonary TB patients at Cut Meutia
Hospital, Aceh Utaraon p value of education 0,098 and knowledge 0,532.
Key words: Influencing factors, pulmonary TB, medication adherence.

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Fakor- Fakor
Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum (OAT) Obat Anti Tuberkulosis Paru Di
Rumah Sakit Umum Cut Meutia kabupaten Aceh Utara.”
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Malikussaleh. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi
ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Muhammad Sayuti,Sp.B(K)BD selaku Dekan Fakultas Kedokteran
yang telah membantu memberi izin atas penelitian saya.
2. dr. Iskandar Albin,Sp.OG, selaku Ketua Program Studi Kedokteran
Universitas Malikussaleh yang menyetujui hal-hal yang diperlukan dalam
kelengkapan penelitian ini.
3. dr. Cut Khairunnisa,M.Kes, selaku pembimbing 1, dan dr. Juwita
Sahputri, MKT, selaku pembimbing 2 yang telah memberikan petunjuk,
saran dan masukan untuk kelengkapan penelitian ini serta memberikan
bimbingan selama penulis berada dalam masa pendidikan.
4. dr. Riska Sofia,MKT, selaku penguji 1 dan dr. Muhammad
Syahriza,MPH,MHM, selaku penguji 2 yang telah memberikan petunjuk,
saran dan masukan untuk kelengkapan penelitian ini.
5. dr. Cut Asmaul Husna,M.Si dan dr. Muhammad Zubir,M.Biomed
selaku Pembimbing akademik yang selama pendidikan telah memberi
arahan, motivasi dan perhatian bagi penulis dalam menjalani aktivitas
akademik.
6. H. Muhammad Nasir, AMK dan Hj. Nurbaiti, selaku orang tua penulis
Ayahanda yang telah memberikan doa, cinta, kasih sayang, dukungan,

iii
perhatian serta pengorban yang begitu besar berupa material maupun moril
yang tidak akan bisa penulis balas sampai kapanpun.
7. Masyitah Munarti,S,ked, Muttaqin MN, Amna Munarti, dan Afdhal
Hakim MN selaku saudara kandung serta keluarga besar yang
memberikan semangat dan doa agar penulis sukses dalam menjalani
pendidikan ini.
8. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
angkatan 2016 yang bersama-sama berjuang dan saling memberikan
dukungan serta motivasi demi mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran; dan
9. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Malikussaleh
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.

Lhokseumawe, 21 Januari 2021

NURUL MUNARTI

iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK...............................................................................................................i
ABSTRACT............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................ix
LAMPIRAN............................................................................................................x

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
Latar Belakang...................................................................................................................1
Rumusan Masalah..............................................................................................................3
Pertanyaan Penelitian.........................................................................................................3
Tujuan Penelitian...............................................................................................................3
Tujuan umum....................................................................................................3
Tujuan khusus...................................................................................................4
Manfaat Penelitian.............................................................................................................4
Manfaat teoritis 4
Manfaat praktis 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5


Tuberkulosis paru...............................................................................................................5
Definisi tuberkulosis paru..................................................................................................5
Epidemiologi....................................................................................................5
Etiologi dan Faktor resiko................................................................................6
Patogenesis 6
Cara Penularan 8
Manifestasi klinis.............................................................................................8
Diagnosis..........................................................................................................9
Tatalaksana Tuberkulosis.................................................................................................11
Komplikasi TB 12
Kepatuhan Minum OAT....................................................................................13
Kerangka teori....................................................................................................17
24. Kerangka konsep..........................................................................................17
2.5 Hipotesis penelitian.....................................................................................17

BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................................19


Jenis Penelitian.................................................................................................................19
Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................................................19

v
Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel................................19
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional....................................................20
3 .5 Instrumen Penelitian....................................................................................21
3.7 Pengelolaan Data dan Analisa Data.............................................................22

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................24


Data Penelitian.................................................................................................................24
Hasil Penelitian................................................................................................................24
Analisis Univariat............................................................................................................24
Analisis Bivariat...............................................................................................................25
Pembahasan......................................................................................................................27
Gambaran karakteristik pasien TB paru..........................................................................27
Hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB
paru 29
Hubungan usia dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru 30
Hubungan pendidikan dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB
paru 30
Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum OAT pada
pasien TB paru.............................................................................................30
Hubungan jarak dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB
paru................................................................................................................31

BAB 5 PENUTUPAN...........................................................................................33
Kesimpulan......................................................................................................................33
Saran...................................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35
LAMPIRAN..........................................................................................................39

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Dosis untuk panduan OAT KDT.....................................................................12


Tabel 3.1 Definisis operasional........................................................................................20
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik pasien....................24
Tabel 4.2 Hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan....................................................25
Tabel 4.3 Hubungan usia dengan kepatuhan...................................................................26
Tabel 4.4 Hubungan pendidikan dengan kepatuhan........................................................26
Tabel 4.5 Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan......................................................26
Tabel 4.6 Hubungan jarak dengan kepatuhan..................................................................27

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori.....................................................................................17


Gambar 2. Kerangka Konsep.................................................................................17

viii
DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome


ARDS : Acute Respiratory Distress Syndrome
BTA : Basil Tahan Asam
DOTS : Directly Observed Treatment Short-course
E : Ethambutol
H : Isoniazid
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IUALTD : International Union Against Tuberculosis and Lung Disease
LP : Lapang Pandang
MDR : Multiple Drug Resistance
OAT : Obat Anti Tuberkulosis
PMO : Pengawasan Menelan Obat
PT : Pendidikan Tinggi
R : Rifampisin
S : Streptomisin
SPS : Sewaktu Pagi Sewaktu
TB : Tuberkulosis
WHO : World Health Organization
Z : Pirazinamid

ix
LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan dan Rincian Biaya Penelitian ......................... 41


Lampiran 2 Daftar Riwayat Hidup................................................................ 42
Lampiran 3 Penjelasan dan informasi (Informed Consent) .......................... 43
Lampiran 4 Pernyatan Persetujuan Responden............................................. 44
Lampiran 5 Hasil analisis statistik ................................................................ 45
Lampiran 6 Ethical Clearance....................................................................... 49
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian................................................................... 56
Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian............................................................. 64
Lampiran 9 Formulir Bimbingan Skripsi...................................................... 65

x
BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit infeksi menular


yang jumlahnya terus meningkat setiap tahunnya (1). World Health Organization
(WHO) pada tahun 2017 menyatakan, TB adalah salah satu dari 10 penyebab
utama kematian di seluruh dunia. Tahun 2017 jumlah terbesar TB terjadi di
wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat dengan 62% kasus baru, kemudian
diikuti oleh wilayah Afrika dengan 25% kasus baru (2). Negara Asia Tenggara
dan Asia Pasifik menduduki kasus TB tertinggi yaitu Pakistan sekitar 2.500.000
kasus, urutan kedua dan ketiga diduduki oleh Negara China dan Indonesia dengan
masing-masing 1.000.000 kasus (3).
Korban meninggal akibat TB paru di Indonesia diperkirakan sebanyak

61.000 kematian tiap tahunnya. Prevalensi TB paru di Indonesia dikelompokkan


dalam tiga wilayah tertinggi kasus TB, yaitu wilayah Indonesia Bagian Timur
(44%), wilayah Sumatera (33%), serta wilayah Jawa dan Bali (23%) (4).
Aceh merupakan salah satu provinsi di wilayah Sumatera dengan jumlah
kasus TB yang tinggi. Data dari Dinas Kesehatan Aceh pada tahun 2017
ditemukan jumlah kasus TB sebanyak 7.342 kasus, meningkat bila dibandingkan
semua kasus TB yang ditemukan pada tahun 2016 sebesar 5.072 kasus (5). Tahun
2017, tercatat kasus TB di Aceh Utara sebanyak 460 kasus positif TB dan pada
tahun 2018 meningkat menjadi 1247 orang positif TB dengan status sedang
minum obat dan berobat (6).
Pasien TB dapat menularkan penyakit 10-15 kali dalam setahun ke
lingkungan sekitarnya. Seseorang yang mengalami kontak dengan pasien TB
memiliki risiko yang tinggi untuk terkena TB, dalam 1 kali bersin sebanyak
20.000 sampai 40.000 droplet yang dikeluarkan oleh penderita TB. Pasien yang
batuk lebih dari 48 kali per malam akan menginfeksi sebanyak 48% dari orang
yang kontak dengannya. Sementara pasien yang batuk kurang dari 12 kali per
malam akan menginfeksi 28% dari kontaknya (7).

1
2

Pengobatan pasien TB perlu dilakukan untuk mencegah semakin


banyaknya penderita TB, maka perlu dilakukan pengobatan pada pasien TB, agar
tidak menginfeksi orang yang kontak dengannya. Pengobatan TB diberikan dalam
2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan lanjutan. Tahap awal (intensif) pasien
mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah
terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
tepat, biasanya pasien menjadi tidak tertular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan. Tahap lanjutan pada pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan (8).
Pengobatan yang tidak teratur dan tuntas dapat menyebabkan terjadinya
resistensi obat, yang disebut dengan TB multiple drug resistance. TB multiple
drug resistance adalah pasien TB yang resistan terhadap Isoniazid dan
Rifampisin. Berdasarkan Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kemenkes RI di tahun 2009-2015 TB multiple drug resistance mencapai 15.300
kasus (9).
Melihat lamanya pengobatan TB dan agar tidak menyebabkan TB multiple
drug resistance, pasien TB harus teratur mengikuti pengobatan hingga tuntas,
namun masih banyak pasien TB yang tidak patuh dalam berobat. Ketidak patuhan
ini bisa dikarenakan pasien merasa badannya sudah sehat sehingga tidak
menghabiskan obat, merasa tidak kunjung sembuh sehingga berpindah-pindah
tempat berobat, dan juga efek samping dari obat tersebut yang membuat pasien
tidak tahan dan menghentikan minum obat (10).
Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien TB
diantaranya adalah biaya transport, jarak rumah ke pelayanan kesehatan,
dukungan sosial, dan jumlah obat yang diminum. Faktor yang mempengaruhi
kepatuhan yang dominan yaitu faktor dukungan petugas kesehatan yang
memberikan informasi tentang pengobatan yang dijalani pasien (11). Hasil survey
awal yang peneliti lakukan di RSU Cut Meutia didapati angka TB-MDR
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini kemungkinan terjadi akibat
3

adanya ketidak patuhan minum OAT oleh pasien TB paru. Oleh karena itu
peneliti ingin mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum
obat OAT pada pasien tuberkulosis paru di rumah sakit umum Cut Meutia tahun
2019.
Rumusan Masalah

Indonesia merupakan negara ketiga dengan kejadian TB tertinggi di


Dunia. Aceh merupakan salah satu provinsi dengan jumlah kasus TB yang tinggi.
Keberhasilan pengobatan TB paru ditentukan oleh kepatuhan pasien TB dalam
minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Kepatuhan menyangkut aspek jumlah dan
jenis OAT yang diminum, serta keteraturan waktu minum obat. Pengobatan yang
tidak teratur dan tuntas dapat menyebabkan terjadinya resistensi obat, yang
disebut dengan TB multiple drug resistance (MDR-TB). Tingginya angka putus
obat mengakibatkan tingginya kasus resistensi kuman terhadap OAT yang
membutuhkan biaya yang lebih besar dan bertambah lamanya pengobatan, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor–faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan minum OAT pada pasien tuberkulosis paru di
Rumah Sakit Umum Cut Meutia.
Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran jenis kelamin, usia, pendidikan, pengetahuan, dan


jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan penderita TB paru di
Rumah Sakit Umum Cut Meutia tahun 2019?
2. Bagaimana hubungan jenis kelamin, usia, pendidikan, pengetahuan, dan
jarak tempat tinggal dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada
penderita TB paru di Rumah Sakit Umum Cut Meutia tahun 2019?
Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan


minum OAT pada pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum Cut Meutia
tahun 2019.
4

Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui gambaran jenis kelamin, usia, pendidikan, pengetahuan,


dan jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan pada penderita TB
paru di Rumah Sakit Umum Cut Meutia tahun 2019.
2. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin, usia, pendidikan, pengetahuan,
dan jarak tempat tinggal dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis
pada penderita TB paru di Rumah Sakit Umum Cut Meutia tahun 2019.
Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis

1. Menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang faktor kepatuhan


minum OAT pada pasien TB paru di RSU Cut Meutia tahun 2019.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi di perpustakaan
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh.
Manfaat praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data bantu untuk instansi


pelayanan kesehatan dalam menyelesaikan permasalahan tuberkulosis paru
khususnya di Kebupaten Aceh Utara.
2. Meningkatkan penyuluhan dan pelayanan terhadap masyarakat khususnya
penderita tuberkulosis, sehingga meningkat kualitas kepatuhan berobat
bagi penderita tuberkulosis paru.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Tuberkulosis paru

Definisi tuberkulosis paru

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan


oleh Mycobacterium tuberkulosis yang dapat menyerang berbagai organ terutama
paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat
menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada
di dunia sejak 5000 tahun sebelum masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan
pengendalian penyakit TB baru terjadi dalam 2 abad terakhir. Penderita TB yang
tidak patuhan meminum obat pada penyakit ini dapat menyebabkan Multi Drug
Resistant (MDR) dan komplikasinya dapat mengakibatkan kematian (12).
Tuberkulosis paru merupakan penyakit radang parenkim paru karena
infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru termasuk suatu
pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Tuberkulosis paru mencakup 80% dari keseluruhan kejadian penyakit
tuberkulosis, sedangkan 20% selebihnya merupakan tuberkulosis ekstra pulmonal
(13).
Epidemiologi

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian di


dunia. Pada tahun 2014 tuberkulosis diperkirakan menyerang 9,6 juta orang dan
menyebabkan kematian 1,2 juta jiwa. India, Indonesia dan China merupakan
negara dengan penderita tuberkulosis terbesar di dunia (14).
Salah satu dari sepuluh penyakit yang menyebabkan angka kematian
terbesar di dunia adalah TB. Pada tahun 2015 jumlah penderita TB paru di seluruh
dunia sekitar 10,4 juta yaitu laki–laki 5,9 juta, perempuan 3,5 juta dan anak–anak
1,0 juta. Diperkirakan 1.8 juta meninggal antara lain 1,4 juta akibat TB dan 0,4
juta akibat TB dengan HIV (14).
WHO melaporkan sejak dahulu dan faktanya menurut estimasi WHO
prevalensi TB setiap tahun selalu meningkat. Epidemiologi TB di Indonesia,
walaupun prevalensinya menunjukkan penurunan yang signifikan surve
5
6

epidemiologi tahun 1980–2004 secara nasional telah mencapai target yang sudah
ditetapkan tahun 2015 yaitu 221 per 100.000 penduduk dan WHO
memprediksikan kurang lebih 690.000 atau 289/1000 terdapat penderita TB di
Indonesia. TB merupakan penyebab kematian kedua setelah stroke pada usia 15
tahun ke atas dan penyebab kematian pada bayi dan balita (14).
Etiologi dan Faktor resiko

Penyebab penyakit tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, yaitu


bakteri berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora, dan tidak
berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3-0,6µm dan panjang 1-4 µm. Pada
jaringan, basil tuberkulosis berupa batang lurus dan tipis berukuran sekitar
0,4×3μm. Pada media artifisial, bakteri ini memiliki bentuk kokoid dan
filamentosa yang terlihat dalam berbagai morfologi dari satu spesies ke spesies
lain (15).
Bakteri ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan,
sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberkulosis
yaitu Tipe Human Dan Tipe Bovin. Basil Tipe Bovin berada dalam susu sapi yang
menderita mastitis tuberkolosis usus. Basil Tipe Human bisa berada di bercak
ludah (droplet) dan di udara yg berada dari penderita TB, dan orang yang terkena
rentan terinfeksi bila menghirupnya. Setelah organisme terinhalasi, dan masuk
paru-paru bakteri dapat bertahan hidup dan menyebar ke nodus limfatikus lokal.
Penyebaran melalui aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada organ lain,
dimana infeksi laten dapat bertahan sampai bertahun-tahun (16).
Bakteri Mycobacterium tuberculosis juga dapat bertahan hidup pada udara
kering maupun udara dingin dikarenakan bakteri ini bersifat dorman, yaitu bakteri
dapat bangkit dan mengaktifkan penyakit tuberkulosis kembali. Lingkungan hidup
yang sangat padat dan pemukiman di suatu wilayah kemungkinan besar telah
mempermudah proses penularan dan sangat berperan atas peningkatan jumlah
kasus tuberkulosis (15).
Patogenesis

1. Tuberkulosis primer
7

Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau


dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel
infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban yang terlalu
lembab. Dalam suasana lembab dan gelap bakteri juga dapat tahan berhari-hari
sampai berbulan-bulan. Bila partikel ini terisap oleh orang sehat, ia akan
menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel bisa mati dengan
dibersihkan oleh makrofag atau keluar dari percabangan trakeo bronkial bersama
gerakan silia dengan sekretnya (17).
Bakteri yang menetap dijaringan paru, dapat berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Bakteri tersebut dapat terbawa masuk ke organ tubuh
lainnya. Bakteri yang bersarang di jaringan paru dapat membuat sarang
tuberkulosis pneumonia kecil yang disebut sarang primer atau afek primer atau
sarang (focus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi disetiap bagian jaringan paru
dan bila menjalar sampai ke plura, maka terjadi efusi pleura. Bakteri ini dapat juga
masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit,
sehingga dapat terjadi limfadenopati regional, kemudian bakteri masuk ke dalam
vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk
ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB
milier (17).
2. Tuberkulosis sekunder

Individu yang pernah mengalami infeksi primer biasanya mempunyai


mekasisme daya kekebalan tubuh terhadap basil TB, hal ini dapat terlihat pada tes
tuberkulin yang menimbulkan hasil reaksi positif. Jika orang sehat yang pernah
mengalami infeksi primer mengalami penurunan daya tahan tubuh, ada
kemungkinan terjadi reaktivasi biasanya TB yang sebelumnya berada dalam
keadaan dorman. Reaktivasi biasanya terjadi beberapa tahun setelah infeksi
primer. Penurunan daya tahan tubuh dapat disebabkan oleh bertambahnya umur,
mengkomsumsi alkohol, defisiensi nutrisi, sakit berat, diabetes mellitus dan
HIV/AIDS. Gejala TB sekunder berbeda dengan gejala penyakit TB primer. Hal
8

ini disebabkan karena pada penderita TB sekunder, individu tersebut telah


mempunyai mekasisme kekebalan terhadap basil TB (13).
Cara Penularan

Penularan penyakit TB Paru biasanya melalui udara yang tercemar oleh


Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan atau dikeluarkan oleh si penderita
TB Paru saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah
berasal dari orang dewasa yang menderita TB Paru. Bakteri ini masuk kedalam
paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama pada
orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), bahkan bakteri ini pula dapat
mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening
sehingga menginfeksi organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna,
tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ
paru (18).
Mycobacterium tuberculosis berhasil menginfeksi paru-paru, maka
dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).
Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TB Paru ini akan
berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel
sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya
menjadi jaringan paru dan bakteri TB Paru akan menjadi dormant (istirahat).
Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada
pemeriksaan foto rontgen. Masuknya mikobakterium tuberkulosa kedalam organ
paru menyebabkan infeksi pada paru-paru, sehingga terjadi pertumbuhan koloni
bakteri yang berbentuk bulat (globular). Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada
dinding paru berusaha menghambat bakteri TB melalui mekanisme alaminya
membentuk jaringan parut. Akibatnya bakteri TB tersebut akan berdiam
(dormant) seperti yang tampak sebagai tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau foto
rontgen (18).
Manifestasi klinis

Keluhan yang dirasakan pasien TB dapat bermacam-macam atau malah


banyak ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatannya. Gejala TB paru yaitu:
9

1. Demam 40-410C, serta ada batuk/batuk darah

Demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul


kembali. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan
berat ringannya infeksi kuman TB yang masuk. Batuk yang terjadi pada
pasien TB akibat adanya iritasi pada bronkus.
2. Sesak napas dan nyeri dada

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit TB Paru yang sudah lanjut
dengan infiltrat sudah meliputi setengah bagian paru-paru. Gejala nyeri
dada timbul apabila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura, sehingga
menimbulkan pleuritis.
3. Malaise, keringat malam

Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan,
sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll.
4. Suara khas pada perkursi dada

5. Peningkatan sel darah putih yang didominasi oleh limfosit

6. Berat badan turun

Biasanya pasien sering todak merasakan berat badannya turun, sehingga


perlu untuk memeriksa berat badan pasien (17,19).
Diagnosis

1. Foto thorax

Pemeriksaan radiologi (foto thorax) untuk menegakkan diagnosa TB paru


dilakukan bila pemeriksaan sputum hampir selalu negatif. Lesi TB umumnya
berada di apeks paru, tetapi dapat juga pada lobus bawah bagian inferior atau di
daerah hilus. Gambaran radiologik berupa bercak-bercak seperti awan dan batas-
batas yang tidak tegas. Bila lesi telah diliputi jaringan ikat maka bayangan akan
terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas disebut tuberkuloma (20).
2. Mikroskopis

Pemeriksaan sputum sangat penting untuk diagnosis TB yaitu dengan


ditemukannya Basil Tahan Asam (BTA). Disamping itu, pemeriksaan ini juga
mudah dan murah sehingga dapat dilakukan di tingkat perifer (puskesmas).
1
Pemeriksaan secara mikroskopi dilakukan 3 kali dengan menggunakan sputum 0
10

sewaktu-pagi-sewaktu. Untuk menemukan BTA, pembuatan apusan dilakukan


dengan pewarnaan tahan asam dengan metode Ziehl-Neelsen. Pembacaan hasil
pemeriksaan sediaan sputum untuk BTA dilakukan dengan skala International
Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD). Interpretasi BTA,
sebagai berikut: (21).
a. BTA (-) : BTA tidak ditemukan (0/100 LP)

b. Meragukan : 1-9/100 LP

c. + : 10-99/100 LP

d. ++ : 1-10/LP

e. +++ : >10/LP (periksa minimal 20 LP)

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan


mengumpulkan 3 spesimen dahak yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi
Sewaktu (SPS) yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan (21).
a. S (Sewaktu)

Dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang berkunjung pertama


kali ke fasyankes. Pada saat pulang, terduga pasien membawa sebuah pot
dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.
b. P (Pagi)

Dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun
tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di fasyankes.
c. S (Sewaktu)

Dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat menyerahkan dahak


pagi.
3. Kultur media padat

Secara tradisional, kultur Mycobacterial dilakukan pada media padat,


biasanya menggunakan media Lowenstein-Jensen. Kultur memiliki sensitivitas
yang tinggi dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopi dengan kemampuan
mendeteksi 102 basil per milliliter, meskipun membutuhkan waktu 4-6 minggu.
Dalam upaya pengendalian TB secara Nasional, maka diagnosis TB paru pada
orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis.
11
Apabila pemeriksaan secara bakteriologis diperoleh hasil negatif, maka penegakan
11

diagnosis TB dapat dilakukan secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan klinis


dan foto thorax (20).
4. Pemeriksaan biakan

Pemeriksaan biakan untuk identifikasi M. tuberkulosis dimaksudkan untuk


menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu, misalnya pada pasien TB
ekstra paru, pasien TB anak, pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak
mikroskopis langsung BTA negatif. Pemeriksaan tersebut dilakukan disarana
laboratorium yang terpantau mutunya. Apabila dimungkinkan pemeriksaan
dengan menggunakan tes cepat yang direkomendasikan WHO maka untuk
memastikan diagnosis dianjurkan untuk memanfaatkan tes cepat tersebut (21).
Tatalaksana Tuberkulosis

Prinsip pengobatan TB adalah untuk mencegah penyebaran kuman TB


lebih lanjut. Prinsip pengobatan yang adekuat meliputi paduan OAT yang tepat
minimal mengandung 4 macam obat, diberikan dengan dosis yang tepat, ditelan
dan diminum langsung di bawah pengawasan PMO, pengobatan diberikan dalam
jangka waktu yang terbagi yaitu tahap awal dan tahap lanjutan guna mencegah
kekambuhan.
1. Tahap awal, pengobatan diberikan setiap hari dengan tujuan untuk
menyingkirkan kuman yang ada dalam tubuh pasien dan untuk
meminimalisir penularan kuman tuberkulosis.
2. Tahap lanjutan, berguna membunuh sisa-sisa kuman yang ada dalam tubuh
penderita terutama untuk kuman yang persisten sehingga dapat mencegah
kekambuhan.
Panduan obat lini pertama yang digunakan di Indonesia berdasarkan Kemenkes
RI 2011 adalah :
a. Kategori 1 (2HRZE/ 4H3R3)

a. Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

b. Pasien baru TB paru BTA positif.

c. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

d. Pasien TB ekstra paru.


12

Tabel 1.1 Dosis untuk panduan OAT KDT untuk kategori 1

Tahap Intensif tiap hari Tahap Lanjutan 3 kali


Berat Badan selama 56 hari RHZE seminggu selama 16
(150/75/400/275) minggu
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
Sumber: (Kemenkes RI, 2011)

b. Kategori 2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
a. Pasien kambuh

b. Pasien gagal

c. Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat

c. OAT sisipan (HRZE)

Paket obat sisipan adalah paket obat yang sama seperti kategori 1 tetapi diberikan
selama 28 hari.
Keberhasilan pengobatan TB sangat dipengaruhi oleh 8 minggu pertama
proses pengobatan. Pengobatan 8 minggu pertam lebih signifikan digunakan
untuk diagnosis dan follow up pasien terkait dengan konversi hasil pemeriksaan
kultur bakteri TB. Selain itu, keberhasilan pengobatan 8 minggu pertama pada
pasien TB berpengaruh terhadap jumlah produksi sputum pasien tersebut (22).
Komplikasi TB

Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan


komplikasi.komplikasi dibagi atas:
1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empyema, laryngitis, TB usus.

2. Komplikasi lanjut: obstruksi jalan nafas (Sindrom Obstruksi Pasca TB)


kerusakan parenkim berat (fibrosis paru), kor-pulmonal, amyloidosis paru,
sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), TB milier, jamur paru (aspergillosis) dan
13
kavitas (17).
13

Kepatuhan Minum OAT

Definisi

Kepatuhan didenifisikan sebagai tindakan perilaku seseorang yang


mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan melaksanakan gaya hidup sesuai
dengan rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan (23).
kepatuhan terhadap pengobatan dapat didefinisikan sebagai tingkat
ketaatan pasien-pasien yang memiliki riwayat pengambilan obat terapeutik
terhadap resep pengobatan. Terkait dengan terapi obat, kepatuhan pasien
didefinisikan sebagai derajat kesesuaian antara riwayat dosis yang sebenarnya
dengan regimen dosis obat yang diresepkan. Oleh karena itu, pengukuran
kepatuhan pada dasarnya mempresentasikan perbandingan antara dua rangkaian
kejadian, yaitu bagaimana nyatanya obat diminum dengan bagaimana obat
seharusnya diminum sesuai resep (24).
Faktor-faktor yang mempengaruhi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat adalah:

1. Jenis kelamin

Penderita TB-paru cenderung lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan


perempuan. Menurut Hiswani yang dikutip dari WHO, sedikitnya dalam periode
setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal akibat TB paru, dan dapat
disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi kematian yang
disebabkan oleh TB-paru dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan
persalinan. Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok
tembakau dan minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan
tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agen penyebab TB-paru (25).
2. Usia

Menurut kelompok umur, kasus baru yang ditemukan paling banyak pada
kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 21,40% diikuti kelompok umur 35-44
tahun sebesar 19,41% dan pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 19,39%.
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada
14

kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia


meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun (26).
3. Pekerjaan

Paparan infeksi TB pada lingkungan kerja dapat disebabkan oleh status


sosio ekonomi yang rendah misalnya petani di daerah transmigrasi, lingkungan
kerja yang memiliki resiko tinggi terinfeksi TB, misalnya pelayanan kesehatan
atau laboratorium dan pekerjaan yang beresiko terpapar banyak material yang
dapat mendorong terjadinya infeksi seperti pekerja tambang (26).
4. Status ekomoni

Status sosial ekonomi berarti kedudukan suatu individu dan keluarga


berdasarkan unsur-unsur ekonomi. Status sosial ekonomi merupakan posisi yang
ditempati individu atau keluarga yang berkenan dengan ukuran rata-rata yang
umum berlaku tentang kepemilikan kultural, pendapatan efektif, pemilikan barang
dan partisipasi dalam aktifitas kelompok dari komunitasnya (28).
Faktor Sosial Ekonomi disini sangat erat dengan keadaan rumah,
kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja
yang buruk dapat memudahkan penularan TB. Pendapatan keluarga sangat erat
juga dengan penularan TB, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak
dapat memenuhi syarat-syarat kesehatan (25).
5. Tingkat pendidikan

Pendidikan memiliki kaitan dengan resiko infeksi TB. Pendidikan


masyarakat berdampak terhadap pengetahuan yang dimilikinya. Masyarakat yang
berpendidikan rendah cenderung memiliki pengetahuan yang rendah. Pengetahuan
yang rendah terhadap penyakit TB, pencegahan dan pengobatan dapat
mempengaruhi insiden TB. Seseorang yang pendidikan tinggi akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang mengenai penyakit TB dan berupaya untuk
hidup bersih dan sehat sehingga risiko penularan TB dapat dihindari. Pendidikan
penderita meningkatkan kepatuhan penderita, jika pendidikan tersebut adalah
pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku atau kaset yang berisi
tentang kesehatan yang digunakan oleh penderita secara mandiri. Semakin tinggi
15

pendidikan penderita semakin menambahkan pengetahuan penderita tentang


penyakit yang dideritanya (29).
6. Pengetahuan

Pengetahuan yang baik diharapkan akan mempunyai sikap baik yang


sehingga dapat mencegah atau menanggulangi masalah penyakit TB paru.
Pengetahuan masyarakat yang cukup mengenai kesehatan akan membuat
masyarakat mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Tingkat
pengetahuan yang rendah merupakan faktor resiko terjadinya TB paru karena
responden kurang memiliki pengetahuan dalam mencegah dan menanggulangi
penyebaran penyakit TB paru, sehingga mereka tidak waspada terhadap faktor-
faktor resiko penularan TB paru. Pengetahuan yang kurang dapat terjadi karena
kurangnya informasi formal atau nonformal yang didapatkan oleh responden serta
tidak adekuatnya informasi yang didapatkan dan diterima responden (27).
7. Jarak tempat tinggal

Jarak tempat tinggal merupakan jarak antara rumah penderita TB paru


dengan fasilitas pelayanan kesehatan, jarak tempat tinggal tersebut dapat
mempengaruhi keteraturan berobat, semakin jauh jarak untuk ke pelayanan
kesehatan semakin banyak penderita yang tidak berobat. Menurut penelitian
Senewe (2015) didapatkan bahwa semakin dekat jarak tempat tinggal penderita
dengan fasilitas pelayanan kesehatan maka responden semakin patuh berobat
maka sebesar 3,26 responden patuh berobat dibandingkan penderita yang jauh
jarak tempat tinggalnya ke pelayanan kesehatan (26).
8. Lamanya sakit

Lama sakit yang diderita penderita TB dapat mempengaruhi kepatuhan


untuk datang berobat. Hal ini disebabkan karena kondisi kesehatan penderita yang
lemah, gizi yang kurang dan keparahan penyakit yang diderita. Sedangkan
penderita diharuskan untuk mengkomsumsi obat dalam jumlah yang banyak
dalam kondisi yang lemah akan menyebabkan kondisi penderita semakin lemah
akibat efek samping obat yang dirasakan tanpa perbaikan keadaan umum terlebih
dahulu, sehingga membuat penderita memutuskan menghentikan pengobatan
secara sepihak meskipun belum terjadi konversi dahak (29).
16

9. Peran PMO

Pengawas Minum Obat (PMO) adalah seoseorang yang ditunjuk dan


dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita tuberkulosis dalam
meminum obatnya secara teratur dan tuntans. PMO bisa berasal dari keluarga,
tetangga, kader atau tokoh masyarakat atau petugas kesehatan. Pengawas Minum
Obat (PMO) merupakan kegiatan yang dilakukan menjamin kepatuhan penderita
untuk minum obat sesuai dengan dosis dan jadwal seperti yang telah ditetapkan
(30). Peran dan tugas seorang PMO pada penderita tuberkulosis adalah:
1. Mengawasi penderita TB agar minum obat secara teratur sampai selesai
pengobatan.
2. Memberi dorongan kepada penderita TB agar mau berobat teratur.

3. Mengingatkan penderita TB untuk periksa ulang dahak pada waktu yang


telah ditentukan.
4. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita TB yang
mempunyai gejalagejala yang mencurigakan untuk segera memeriksakan
diri ke sarana pelayanan kesehatan (31).
Penanganan TB Paru di Indonesia telah mulai dari tahun 1995 dengan
pendekatan strategi Directly Observed Treatment Short-course(DOTS).
Dibutuhkan peran tenaga kesehatan yang kompeten dalam melakukan deteksi
awal dan pengobatan secara komprehensif. Kompetensi petugas dalam
pengobatan pasien TB Paru menunjukkan bahwa 73,4% petugas kesehatan paru
tidak mengerti penanggulangan TB Paru dan 71,1% sikap petugas yang tidak
kompeten dalam penanggulangan TB Paru. Menunjukkan bahwa prevalensi
kekambuhan tuberkulosis dipengaruhi oleh peran petugas kesehatan dan keluarga
penderita TB paru sebesar 70% (32).
10. Efek samping

Penderita memiliki banyak keluhan semakin tidak patuh penderita untuk


berobat. Pada umumnya gejala efek samping obat yang ditemukan pada penderita
adalah sakit kepala, mual-mual, muntah serta sakit sendi tulang. Gejala efek
samping obat dapat terjadi pada fase intensif atau awal pengobatan bahwa obat
17

yang harus diminum penderita jumlah banyak sehingga membuat penderita malas
untuk minum obat. Adanya efek samping OAT merupakan salah satu penyebab
terjadinya kegagalan dalam pengobatan TB paru. Hal ini bisa berkurang dengan
adanya penyuluhan terhadap penderita sebelumnya, sehingga penderita akan
mengetahui lebih dahulu tentang efek samping obat dan tidak cemas apabila pada
saat pengobatan terjadi efek samping obat (29).
Kerangka teori
1. Jenis kelamin
2. Usia
TB paru
3. Pekerjan
4. Status ekonomi
5. Tingkat pendidikan
6. Pengetahuan
Kepatuhan Faktor-
7. Jarak tempat tinggal
minum faktor
8. Lamanya sakit
OAT
9. Peran PMO
10 Efek samping

Gambar 1. Kerangka teori

24. Kerangka konsep

Variable Independen Variable Dependen


1.Jenis kelamin
2.Usia
3.Pendidikan Kepatuhan minum
4.Pengetahuan OAT

5.Jarak tempat tinggal

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis penelitian


18
Ho: Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, usia, pendidikan, pengetahuan,
dan jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan dengan kepatuhan minum
OAT pada pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit Cut Meutia tahun 2019.
18

Ha : Ada hubungan antara jenis kelamin, usia, pendidikan, pengetahuan, jarak


tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan dengan kepatuhan minum OAT pada
pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit Cut Meutia tahun 2019.
BAB 3
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross


sectional.
Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di poli paru RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh

Utara.

Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2020 – November 2020.

Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita tuberkulosis


paru di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara yang berjumlah 100 orang.
Sampel dan Kriteria

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien tuberkulosis paru yang


memenuhi kriteria sebagai berikut:
Kriteria Inklusi:

1. Semua penderita tuberkulosis yang telah di diagnosa tuberkulosis paru


berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan sputum atau pemeriksaan radiologi.
2. Semua penderita tuberkulosis paru yang bersedia menjadi responden.

3. Penderita TB paru yang hadir di poli paru saat dilakukan penelitian.


Kriteria Eksklusi:
1. TB ekstra paru.

2. Tidak berkomunikasi dengan baik, gangguan psikis.

3. Penderita TB anak.
Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

Total Sampling.

19
20

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Klasifikasi variabel

a. Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang


mempengaruhi kepatuhan minum OAT pada pasien tuberkulosis paru.
b. Variabel dependen

variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan minum OAT


pada pasien TB paru.
Definisi Operasional Tabel
3.1 Defenisi operasional
Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
N Penelitian operasional Ukur
o.
1. Jenis Perbedaan Kuesioner Mengisi 1.Laki-laki Nominal
kelamin perempuan satu item 2.Perempuan
dengan pertanyaan
laki-laki tentang
secara jenis
biologis kelamin
sejak responden
seseorang
lahir
2. Usia Usia Kuesioner Mengisi Median Ordinal
responden satu item
pada saat pertanyaan
penelitian tentang usia
yang responden
dinyatakan
dalam
tahun
3. Pendidikan Jenjang Kuesioner Mengisi 1. Rendah= Ordinal
pendidikan satu item Tidak
terakhir pertanyaan Sekolah,Tida
21
tesponden tentang k Tamat SD,
sesuai pendidikan SD,SMP.
ijazah yang terakhir 2. Tinggi=
dimiliki responden SMA,PT
4. Pengetahuan Tingkat Kuesioner Mengisi 1. Baik jika skor Ordinal
pengatahua satu item >5
n pertanyaan 2. Kurang baik
responden tentang jika skor ≤ 5
tentang pengatahua
TB paru n terakhir
responden
21

5. jarak Mudah atau Kuesioner Mengisi 1. Mudah jika Ordinal


tempat tidaknya satu item skor ≥ 4
tingal dijangkau pertanyaan
dengan dari tempat tentang 2. Sulit jika skor
pelayanan tinggal jarak <4
pasien ke tempat
rumah sakit tinggal
untuk responden.
melakukan
pengobatan
dan/atau
mengambil
obat TB
paru.
6. Kepatuhan Kepatuhan Kuesioner Mengisi 1. Baik jika skor Interval
minum (ketaatan)m kuesioner 13-25
obat inum obat tentang
yaitu kepatuhan 2. Kurang baik
tingkat minum jika skor 5-
penderita OAT 12
melakukan
cara
pengobatan
dan
perilaku
yang
disarankan
oleh dokter
atau orang
lain.
3 .5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang digunakan untuk


mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum OAT pada
pasien tuberkulosis paru di rumah sakit Cut Meutia Aceh Utara. Kuesioner
mencakup pertanyaan mengenai variable independen yaitu (jenis kelamin, usia,
22
pendidikan, pengetahuan,jarak tempat tinggal) dan variable dependen yaitu
kepatuhan minum OAT.
Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang
diperoleh secara langsung dari penderita TB paru yang memiliki berada di poli
paru RSU Cut Meutia. Pengumpulan data berupa wawancara menggunakan
kuesioner. Langkah-langkah pengambilan data dalam penelitian ini sebagai
berikut:
22

1. Peneliti memperoleh surat izin penelitian dari program studi kedokteran


Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh.
2. Peneliti mengajukan surat izin penelitian kepada pihak RSU Cut Meutia.

3. Peneliti mendapatkan surat izin penelitian dari pihak RSU Cut Meutia.

4. Peneliti mendatangi bagian poli paru di RSU Cut Meutia.

5. Peneliti mendatangi penderita TB paru melakukan wawancara terpimpin


untuk mengisi data kuesioner.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan data primer
yaitu penderita TB paru diminta untuk mengisi kuesioner agar dapat dilakukan
analisis terhadap datanya.
Pengelolaan Data dan Analisa Data

Pengelolaan data

Peresedur pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa


langkah, yaitu:
1. Editing

Editing adalah proses yang dilakukan untuk memeriksa data yang telah
dikumpulkan oleh peneliti.
2. Coding

Coding dalah proses pemberian kode pada data yang telah didapatkan
berguna untuk mempermudah penulisan dalam mengolah data.
3. Tabulating

Tabulating adalah proses pengorganisasian suatu data agar dapat


dijumlah,disusun,dan didata agar dapat lebih mudah disajikan dan
dianalisis.
4. Cleaning

Cleaning adalah proses pembersihan data yang dilakukan untuk menjaga


data dari kerusakan sebelum dianalisis.
5. Computing

Computing adalah proses memasukkan data ke komputer dan


mengolahnya dengan menggunakan software statistik.
23
Analisis data
23

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang


mempengaruhi kepatuhan minum OAT pada pasien tuberkulosis paru.
2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang


mempengaruhi kepatuhan minum OAT pada pasien tuberkulosis paru. Uji statistik
yang digunakan chi-square dengan derajat kepercayaan yang dilakukan adalah
95%(α= 0,05). Jika p-value lebih kecil dari α (p<0,05) artinya terdapat hubungan
antar kedua variabel yang diteliti, namun jika p-value lebih besar dari α (p>0,05)
artinya tidak terdapat hubungan antara kedua variable yang diteliti.
BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Penelitian

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2020.


Penelitian ini dilakukan pada pasien tuberkulosis paru yang melakukan kunjungan
ke Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara. Jumlah pasien yang menjadi
sampel untuk penelitian ini yaitu sebesar 100 orang yang telah memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi yang ditentukan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
adalah dengan wawancara terpimpin.
Hasil Penelitian

Analisis Univariat

Karakteristik pasien yang diteliti terdiri dari jenis kelamin, usia,


pendidikan, pengetahuan dan jarak. Data karakteristik responden disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Data secara jelas dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Gambaran karakteristik pasien TB paru

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik pasien

Karakteristik Kategori Frekuensi Persentase (%)


Jenis Kelamin Laki-Laki 64 64,0
Perempuan 36 36,0
Usia ≤ 46 thn 52 52,0
> 46 thn 48 48,0
Pendidikan Rendah 75 75,0
Tinggi 25 25,0
Pengetahuan Baik 40 40,0
Kurang Baik 60 60,0
Jarak Mudah 30 30,0
Sulit 70 70,0
Kepatuhan Baik 40 40,0
Kurang Baik 60 60,0
Sumber. Data Primer diolah 2020
Bedasarkan tabel 4.1 diatas, diketahui bahwa responden dengan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 64 responden (64%), dan responden yang perempuan
sebanyak 36 responden (36%). Responden dengan usia ≤46 tahun 52 responden
(52%), dan responden dengan usia >46 tahun sebanyak 48 responden (48%).

24
25

Responden dengan pendidikan rendah sebanyak 75 responden (75%), dan


responden dengan pendidikan tinggi sebanyak 25 responden (25%). Responden
dengan pengetahuan baik sebanyak 40 responden (40%) dan, responden dengan
pengetahuan kurang sebanyak 60 responden (60%). Responden dengan jarak
tempat tinggal dengan pelayanan mudah sebanyak 30 responden (30%) dan
responden dengan jarak tempat tinggal dengan pelayanan sulit sebanyak 70
responden (70%). Responden dengan kepatuhan baik sebanyak 40 responden
(40%), dan respoden dengan kepatuhan kurang sebanyak 60 responden (60%).
Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui


hubungan karakteristik pasien dengan kepatuhan minum obat OAT pada pasien
TB paru di rumah sakit umum Cut Meutia Aceh Utara tahun 2020. Uji statistik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji alternatif Chi Square dan
penggabungan sel jika tidak memenuhi syarat untuk menggunakan uji Chi Square.
4.2.2.1 Hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB
paru
Tabel 4.2 Hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan

Kepatuhan
Jenis kelamin Baik Kurang Baik Total p
n % n % n % value
Laki-laki 18 28,1 46 71,9 64 100
0,002
Perempuan 22 61,1 14 38,9 36 100
Total 40 40,0 60 60,0 100 100
Sumber: Data primer,2020

Hasil uji Chi Square yang dilakukan memperlihatkan nilai p sebesar 0,002
(α<0,05) yang berarti Ho ditolak atau terdapat hubungan antara jenis kelamin
dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru di rumah sakit umum Cut
Meutia Kabupaten Aceh Utara tahun 2020.

Hubungan usia dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru

Tabel 4.3 Hubungan usia dengan kepatuhan


26

Kepatuhan
Usia Baik Kurang Baik Total p
n % n % n % value
≤46 tahun 1 1,9 51 98,1 52 100
<0,001
>46 tahun 39 81,3 9 18,8 48 100
Total 40 40,0 60 60,0 100 100
Sumber: Data primer,2020

Hasil uji Chi Square yang dilakukan memperlihatkan nilai p sebesar

<0,001 (α<0,05) yang berarti Ho ditolak atau terdapat hubungan antara usia
dengan kepatuhan minum obat OAT pada pasien TB paru di rumah sakit umum
Cut Meutia Aceh Utara tahun 2020.
Hubungan pendidikan dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru
Tabel 4.4 Hubungan pendidikan dengan kepatuhan

Kepatuhan
Pendidikan Baik Kurang Baik Total p
n % n % n % value
Tinggi 6 24,0 19 76,0 25 100
0,098
Rendah 34 45,3 41 54,7 75 100
Total 40 40,0 60 60,0 100 100
Sumber: Data primer,2020

Hasil uji Chi Square yang dilakukan memperlihatkan nilai p sebesar 0,098
(α>0,05) yang berarti Ho diterima atau tidak terdapat hubungan antara pendidikan
dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru di rumah sakit umum Cut
Meutia Kabupaten Aceh Utara tahun 2020.

Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru

Tabel 4.5 Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan

Kepatuhan
Pengetahuan Baik Kurang Baik Total p
27
n % n % n % value
Baik 14 35,0 26 65,0 40 100
0,532
Kurang Baik 26 43,3 34 56,7 60 100
Total 40 40,0 60 60,0 100 100
Sumber: Data primer, 2020
27

Hasil uji Chi Square yang dilakukan memperlihatkan nilai p sebesar 0,532
(α>0,05) yang berarti Ho diterima atau tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru di rumah sakit
umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara tahun 2020.

Hubungan jarak dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru

Tabel 4.6 Hubungan jarak dengan kepatuhan

Kepatuhan
Jarak Baik Kurang Baik Total p
n % n % n % value
Mudah 30 100,0 0 0,0 30 100
<0,001
Sulit 10 14,3 60 85,7 70 100
Total 40 40,0 60 60,0 100 100
Sumber: Data primer, 2020

Hasil uji Chi Square yang dilakukan memperlihatkan nilai p sebesar

<0,001 (α<0,05) yang berarti Ho ditolak atau terdapat hubungan antara jarak
tempat tinggal dengan pelayanan dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB
paru di rumah sakit umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara tahun 2020.
Pembahasan

Gambaran karakteristik pasien TB paru

Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi jenis kelamin terbanyak


berada pada kelompok laki-laki yaitu berjumlah sebanyak 64 orang, sedangkan
pada pasien perempuan sebanyak 36 orang, dilihat dari beberapa pasien yang
berkunjung kerumah Sakit Umum Cut Meutia dipoli paru yang terdiagnosis TB
paru rata-rata berjenis kelamin laki laki. Hal ini dikarenakan laki-laki mempunyai
pergaulan yang luas dan mayoritas laki-laki mempunyai kebiasaan merokok
sehingga besar kemungkinan mudah terjangkit penyakit tuberkulosis (33).
Berdasarkan profil usia, pasien TB terbanyak pada usia dibawah ≤ 46
tahun yaitu terdapat 52 pasien (52%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Wulandari (2015) yang menyatakan bahwa usia yang rentan terkena
Tuberkulosis paru adalah usia produktif (34).
28

Hal ini karena dikaitkan dengan terjadinya perubahan fisiologis pada


tubuh seseorang, yaitu semakin meningkatnya usia seseorang maka daya tahan
tubuh orang tersebut akan semakin berkurang. Sehingga risiko terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis juga mengalami peningkatan. Tuberkulosis sebagian
besar terjadi pada usia dewasa bisa disebabkan karena adanya hubungan dengan
tingkat aktivitas, mobilitas serta pekerjaan sehingga memungkinkan untuk mudah
tertular dengan kuman TB setiap saat dari penderita TB, khususnya penderita
BTA positif (35).
Tingkat pendidikan terbanyak adalah pendidikan rendah (Tidak Sekolah,
Tidak Tamat SD, SD, SMP) sebesar 75%, dan hanya 25% yang berpendidikan
tinggi. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata pendidikan masyarakat di Aceh Utara
adalah pendidikan rendah, sejalan dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh
(2018) yang menyatakan bahwa pendidikan tertinggi yang ditamatkan masyarakat
Aceh terbanyak adalah SMA/SMK 26,25%, sedangkan untuk pendidikan tinggi
hanya 10,9% (36).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden didapatkan penderita
TB Paru yang memiliki tingkat pengetahuan kurang menempati jumlah 60
responden (60%), dan tingkat pengetahuan baik hanya 40 responden (40%), jadi
dapat dikatakan bahwa rata-rata pasien TB paru di RSU Cut Meutia memiliki
pengetahuan yang kurang tentang penyakit TB paru.
Pengetahuan adalah suatu hasil yang terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dari pengalaman yang didapat.
Kurangnya pengetahuan responden mengenai penyakit TB paru diakibatkan oleh
tinggkat pendidikan yang rendah, semakin rendah tinggkat pendidkan dimiliki
seseorang maka semakin sedikit proses penginderaan yang dilakukan. Hal ini lah
yang mengakibatkan tinggkat pegetahuan seseorang menjadi rendah.
Pada penelitian ini didapatkan juga bahwa akses responden ke tempat
pelayanan kesehatan dengan jarak tempuh yang mudah sebesar 30% dan dengan
jarak tempat yang sulit sebanyak 70%, hal ini dikarenakan pelayanan kesehatan
yang terlalu terkonsentrasi di daerah Kecamatan/Kabupaten saja sehingga tidak
ditemukan di daerah perdesaan. Syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik
29

adalah mudah dicapai oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud


adalah lokasi, sehingga untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik,
maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Akses
terhadap pelayanan kesehatan harus baik, artinya bahwa pelayanan kesehatan
tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi atau
hambatan bahasa. Akses geografis dapat diukur dengan jenis transportasi, jarak,
waktu perjalanan dan hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang
untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Semakin jauh jarak tempuh ke fasilitas
kesehatan maka akan terasa semakin berat dilakukannya proses pengambilan obat
(38).
Hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB
paru.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara jenis
kelamin dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru. Jenis kelamin laki-
laki lebih dominan menderita Tuberkulosis Paru karena kebiasaan merokok
dibandingkan dengan perempuan yang lebih banyak melakukan kegiatan rumah
tangga. Selain itu rutinitas kehidupan laki-laki yang lebih banyak berada di luar
rumah dapat menimbulkan faktor pemicu terjadinya penyakit TB paru, serta
adanya kecenderungan laki-laki tidak patuh dalam mengonsumsi OAT
dibandingkan dengan perempuan (39).
Berbeda dengan penelitian Dewi (2011) yang dilakukan di Puskesmas
Lidah Kulon, diketahui bahwa tidak ada hubungan antara variabel jenis kelamin
dengan tingkat kepatuhan minum obat. Meskipun ada kecenderungan responden
laki-laki untuk tidak patuh dalam mengkonsumsi Obat Anti Tuberkulosis, namun
risiko untuk kepatuhan penderita pria dan wanita adalah sama (40).
Tingginya angka pasien TB pada laki-laki memungkinkan penularan yang
luas. Hal ini dikarenakan kelompok laki-laki kebanyakan keluar rumah mencari
nafkah, dengan frekuensi keluar rumah yang memungkinkan terjadinya penularan
penyakit TB Paru, mobilitas yang tinggi dari pada laki-laki dapat menurunkan
kekebalan tubuh sehingga mudah terkena TB paru (41).
32
Hubungan usia dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru.
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara usia dengan
kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru. TB paru terjadi rata-rata pada usia
produktif (15-50 tahun). Hal ini diperkirakan karena kelompok usia produktif
mempunyi mobilitas yang cukup tinggi sehingga kemungkinan untuk terpapar
kuman Mycobacterium tuberculosis paru lebih besar, selain itu reaksi endogen
cenderung terjadi pada usia produktif (42). Usia produktif yang memang lebih
beresiko terkena atau tertular tuberkulosis lebih tinggi karena lebih sering
berinteraksi dengan lingkungan sekitar, serta umumnya mempunyai aktifitas
cukup tinggi dalam kegiatan sehari-hari sehingga sering melupakan untuk
kunjungan berobat dan minum obat secara teratur (39).
Hubungan pendidikan dengan kepatuhan minum OAT pada pasien
TB paru.
Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat hubungan antara pendidikan
dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru di RSU Cut Meutia Aceh
Utara. Pendidikan merupakan faktor utama pembentuk perilaku, Patuh minum
obat anti tubercolusis (OAT) adalah salah satu perilaku yang dapat diamati dan
dinilai baik dengan cara Observasi maupun recall. Berdasarkan penelitian ini
didapatkan nilai p value 0,098 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara pendidikan dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru. Pasien
TB dengan pendidikan rendah dan tinggi memiliki kesempatan yang sama
terhadap kepatuhan untuk minum Obat Anti Tuberkulosis (43).
Berdasarkan penelitian kebanyakan pasien yang tidak patuh berobat adalah
pasien dengan pendidikan rendah hal ini membuktikan bahwa memang benar
tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuan seseorang, seperti
mengenali rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB
Paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba
untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat serta mengatasi masalah
kesehatannya.
Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum OAT pada pasien
TB paru.
Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru di RSU Cut Meutia Aceh
Utara. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, hal ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
memalui panca indra manusia yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan
33
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang.
Pada hasil penelitian didapatkan bahwa lebih sedikit responden yang
memiliki pengetahuan tinggi. Jika semakin tinggi pengetahuan seseorang maka
semakin bisa seseorang tersebut dalam membedakan mana yang baik dan buruk
untuk kesehatannya artinya responden yang memiliki pengetahuan tinggi akan
mudah mendapatkan informasi-informasi untuk kesehatannya, dengan
pengetahuan tinggi responden bisa mengetahui pengobatan mana yang seharusnya
dilakukan oleh responden tersebut. Jika pengetahuan seseorang kurang baik atau
rendah maka kepatuhan minum obat pasien juga akan kurang patuh, hal ini
disebabkan karena kurangnya informasi-informasi yang didapatkan oleh pasien
tentang pengobatannya (44).
Bedasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 34 responden (56,7%)
memiliki tinggkat kepatuhan kurang baik. Tinggkat kepatuhan kurang baik
dipengaruhi oleh tinggkat pengetahuan kurang baik. Hal ini dikarenakan
responden kurang tau dan kurang memahami tentang penyakit TB paru, sehingga
responden tidak berupaya secara maksimal untuk mencapai proses penyembuhan
secara maksimal dari penyakit TB paru, salah satunya yaitu dengan tidak patuh
meminum OAT sesuai dengan jadwal yang dianjurkan oleh dokter (45).
Hubungan jarak dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru.
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara jarak tempat tinggal
ke pelayanan kesehatan dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru,
karena hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan penderita
menyelesaikan pengobatan. Faktor jarak antara rumah dan fasilitas kesehatan ini
memang merupakan faktor yang penting (38).
Jarak rumah penderita TB paru dipengaruhi oleh ketersediaan akses
transportasi menuju tempat pelayanan kesehatan terdekat. Hasil penelitian ini
senada dengan penelitian Nandang Tisna (2013) bahwa semakin jauh rumah ke
tempat pelayanan kesehatan semakin sedikit pengunaan pelayanan kesehatan.
Kemudahan dalam akses menuju faselitas kesehatan sangatlah memungkinkan
seseorang untuk memanfaatkannya.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2016)
yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara akses pelayanan
kesehatan terhadap kepatuhan minum obat Akses geografis diukur dengan jarak,
lamanya perjalanan, biaya perjalanan, jenis transportasi, atau hambatan fisik lain
yang dapat mempengaruhi seseorang memperoleh layanan kesehatan. Menurut
Siswanto (2012) tidak tersedianya alat transportasi menuju tempat berobat dan
34
tidak tersedianya biaya untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang jauh dari
rumah tempat tinggal penderita dapat menjadi hambatan untuk terjadinya perilaku
kepatuhan pengobatan penderita. Seseorang yang tidak memanfaatkan pelayanan
kesehatan puskesmas yang ada, mungkin bukan karena dia tidak tahu akan bahaya
penyakitnya atau karena tidak percaya kepada puskesmas, tetapi karena merasa
kesulitan dalam menjangkau akses pelayanan kesehatan.
BAB 5
PENUTUPAN

Kesimpulan

1. Gambaran karakteristik responden penderita TB paru di RSU Cut Meutia


Aceh Utara Tahun 2020 yaitu laki-laki sebanyak 64 orang (64%), pada usia ≤
46 tahun sebanyak 52 orang (52%), pendidikan rendah sebanyak 75 orang
(75%), pengetahuan kurang baik yaitu sebanyak 60 orang (60%), jarak
tempuh yang sulit sebanyak 70 orang (70%).
2. Gambaran kepatuhan pada pesien TB paru di RSU Cut Meutia Aceh Utara
didapatkan lebih banyak yang tidak patuh (60%) dibandingkan dengan yang
patuh sebanyak (40%).
3. Terdapat hubungan antara variabel usia, jenis kelamin dan jarak dengan
kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru di RSU Cut Meutia Kabupaten
Aceh Utara tahun 2020.
4. Tidak terdapat hubungan antara variabel pendidikan dan variabel
pengetahuan dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru di RSU
Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara tahun 2020.
Saran

1. Pasien harus tetap melakukan pengobatan secara rutin dan tuntas sehingga
mencapai kesembuhan.
2. Bagi petugas kesehatan di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Perlu
adanya melakukan edukasi pada pasien TB Paru untuk peningkatan
kepatuhan pasien TB Paru, khususnya pasien TB Paru agar mengetahui
tentang penyakit TB Paru, penyebab, cara penularan, keadaan yang
memperburuk, pengobatan, manfaat pemeriksaan dahak dan foto rontgen
serta cara pencegahan TB Paru yaitu dengan penyuluhan secara berkala pada
pasien baik di Rumah Sakit maupun dengan kunjungan rumah.
3. Dinas Kesehatan Aceh Utara perlu melakukan supervisi dan koordinasi secara
rutin dan berkala dengan RSU Cut Meutia Puskesmas guna mewujudkan
pemberantasan penyakit TB Paru.
33
34

4. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian mengenai faktor-


faktor lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan minum obat OAT pada
pasien TB paru.
DAFTAR PUSTAKA

1. Nurhidayati I, Sulistyowati AD, Dewi AYKS. Health Belief Penderita


Tuberkulosis Paru Relaps Di Balai Kesehatan Masyarakat (BALKESMAS)
Wilayah Klaten:Studi Fenomenologi. J Keperawatan dan Kesehat Masy
Cendekia Utama. 2019;8(1):17–34.

2. World Helath Organization. Tuberculosis. 2018.

3. Kementrian Kesehatan RI. Tuberkulosis. In: Info Datin Pusat Data Dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2018. P. 3.

4. Mawardi M, Sambera R, Hamisah I. Studi Hubungan Antara Faktor


Lingkungan Fisik Rumah Dengan Penderita TB Paru BTA di Aceh Selatan.
J Serambi Eng. 2019;4(1):406.

5. Dinas Kesehatan Aceh. Profil Kesehatan Aceh Tahun 2017. 2018.

6. Kemenkes RI. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.


Kementrian Kesehat Republik Indones. 2018;1–100.

7. Sari RM. Hubungan Antara Karakteristik Kontak Dengan Adanya Gejala


TB Pada Kontak Penderita TB Paru BTA +. J Berk Epidemiol.
2014;2(2):274–85.

8. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Penanggulangan Tuberculosis TB.


Vol. 2. 2009.

9. Kementrian Kesehatan RI. Tuberkulosis (Temukan Obat Sampai Sembuh).


In: Pusat Data dan Inforasi Kementerian Kesehatan RI. 2016. p. 2–10.

10. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pasien Tb Mdr Dalam


Pencegahan Penularan Tb Mdr Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Semarang. J Kesehat Masy. 2019;7(1):442–52.

11. Betty I. Hubungan Kepatuhan dan Keberhasilan Terapi pada Pasien


Tuberkulosis Paru Fase Intensif di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar
35
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta. 2016.

12. Anisah IA, Kusumawati Y, Kirwono B. Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Keaktifan Kadar Communty TB Care Aisyiyah Surakarta. J
Kesehat. 2017;10(2):47–57.

13. Djojodibroto RD. Respirologi. Perdan TIM, Sunanto D, editors. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. 151 p.

14. Pristiyaningsih A, Darmawati S, Sri Sinto Dewi. Gambaran Suspek TB


Paru di Wilayah UPT Puskesmas Tunjungan Blora. Unimus. 2017;2–3.

15. Nurindi FS. Hubungan Durasi penggunaan Etambutol Fase Intensif


Kategori 1 Terhadap Gangguan Persepsi Warna Dan Penurunan Tajam
Penglihatan Pada Penderita Tuberkulosis Di Puskesmas Rawat Inap
Panjang Kota Bandarlampung. Kedokt Unila. 2018;31.

35
36

16. Fitrianda MI. Asuhan Keperawatan Pasien Tuberkulosis paru pada Tn. M
Dan Tn. L Dengan Masalah Keperawatan Ketidak Efektifan Bersihan Jalan
Napas Di Ruang Melati RSUD dr. Haryoto Lumajang tahun 2018. 2018;27.

17. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF,


editors. Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Internal Publishing; 2014.

18. Azzahra Z. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit


Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017. Universitas Sumatera Utara
Medan; 2017.

19. Wahyudi AD. Faktor Resiko TB Paru Dengan Kejadian TB Paru Di


Pukesmas Kambaniru Karya. osfhome. 2018;13.

20. Eka RW. Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Di Kota Parepare


Tahun 2016. Digilib Unhas. 2017;27–8.

21. Mutiara H, Ainun N. Hubungan Batuk Berdahak pada Pasien TB Paru


dengan Hasil Pemeriksaan Foto Toraks pada Pasien TB Paru di Poli Paru
RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2015 Sampai Desember
2017. pulmonologi. 2018;25.

22. Eka S. ( Hubungan Antara Pengawas Minum Obat ( PMO ) Dengan


Konversi TB Paru Kasus Baru Di Puskesmas Panjang Bandar Lampung
Tahun 2017. Juke Unila. 2017;2017.

23. Martedi A. Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TB Paru. Universitas


Muhammadiyah Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2016.

24. Chris T, Frans L, Eka A pradipta. Kapita Seklekta Kedokteran. Jakarta:


EGC; 2014. 830–831 p.

25. P Manalu HS. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru dan


Upaya Penanggulangannya. J Ekol Kesehat. 2010;14(4):3.

26. Senewe FP. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Berobat


Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Depok. Bul Kesehat.
2015;30(1):5.

27. Suyanto CS, Rita. Gambaran Pengatahuan Dan Sikap Pasien Tuberkulosis
37
Terhadap Penyakit Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Harapan Raya Kota
Pekanbaru Periode Juni-Desember 2014. neliti. 2019;53(9):6.

28. Bruce. Teori Tentang Satus Sosial Ekonomi Dan Ketaatan Beragama. J
Chem Inf Model. 2014;53(9):13.

29. Erawatyningsih E, Purwanta, Subekti H. Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Ketidak Patuhan Berobat Pada Penderita Tuberkulosis
Paru. Kedokt UGM. 2009;25(3):5.

30. Prabowo RDR. Hubungan Antara Peran Pengawas Minum Obat (PMO)
Dengan Kepatuhan Kunjungan Berobat pada Pasien Tuberculosis Paru (TB
Paru) di Puskesmas Nogosari Boyolali. 2015;2.
37

31. Sitorus Bumbunan, Fatmawati, Rahmaniah ES. Peran Pengawas Menelan


Obat (PMO) Terhadap Pengobatan Penderita Tuberkulosa Di Wilayah
Kerja Unit Pengobatan Penyakit Paru-Paru (UP4) Pontianak. J Ilm Ilmu
Sos dan Ilmu Polit Univ Tanjungpura. 2017;5–6.

32. Saifullah, Mulyadi, Asniar. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Perilaku Perawatan Kesehatan Tuberkulosis Paru. J Ilmu Keperawatan.
2018;6(1):31.

33. Nurbaety B, Wahid AR, Suryaningsih E. Gambaran Tingkat Pengetahuan


dan Kepatuhan Pada Pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit Umum Provinsi
NTB Periode Juli-Agustus 2019. Lumbung Farm J Ilmu Kefarmasian.
2020;1(1):8.

34. Wulandari DH. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Kepatuhan Pasien Tuberkulosis Paru Tahap Lanjutan Untuk Minum Obat
di RS Rumah Sehat Terpadu Tahun 2015. Kesehat Masy. 2015;2:21.

35. Ratna Anggarini Dwi, Humaidi Fauzan HS. Kepatuhan Minum Obat Anti
Tuberkulosis Pada Pasien TBC Regimen Kategori 1 Di Pukesmas
palengaan. Kedokt UIM. 2018;6.

36. Aceh BPSPA, BPBD. Profil Pembangunan Aceh 2016. 2016;1.

37. Idris BNAS. Gambaran Kepatuhan Minum Obat Anti Tbc Di UPTD
Puskesmas Ampenan. iImiah Kesehat. 2016;10(2).

38. Yulisetyaningrum Y, Hidayah N, Yuliarti R. Hubungan Jarak Rumah


Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TBC Di RSI Sunan Kudus. J Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan. 2019;10(1):6.

39. Seniantara IK, Ivana T, Adang YG. Pengaruh Efek Samping Oat (Obat
Anti Tuberculosis) Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tbc Di
Puskesmas. J Keperawatan Suaka Insa. 2018;3(2):6.

40. Dewi PMS. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Penderita Tb Paru Dengan
Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis Di Puskesmas Lidah Kulon
Surabaya. Kedokt Airlangga. 2011;(September):73.

41. Kondoy Priska, VRombot Dina M. PH. Faktor-Faktor Yang Berhubungan


38
Dengan Kepatuhan Berobat Pasien Tuberkulosis Paru Di Lima Puskemas
Di Kota Manado. J Kedokt Komunitas Dan Trop. 2014;2(1):5.

42. Herdiman H, Rahman D, Lindayani L. Gambaran Kepatuhan Minum Pada


Pasien Tb Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cimaung. J Keperawatan
Komprehensif. 2020;6(1):5.

43. Rusman R, Basri K S. Faktor yang Mempengaruhi Penderita TB Paru


Terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas
Jatisawit Indramayu. Afiasi J Kesehat Masy. 2019;4(1):33–40.

44. Fadhila A, Gustin RK. Kepatuhan Penderita Tuberculosis Paru Dalam


Menjalani Pengobatan. J Kesehat. 2019;10(1):3.
38

45. Fitriani NE, Sinaga T, Syahran A. Hubungan Antara Pengetahuan,


Motivasi Pasien dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Pada Penderita Penyakit TB Paru BTA (+)
di Puskesmas Pasundan Kota Samarinda. J Kesehat Masy. 2020;5(2):5.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Jadwal Kegiatan dan Rincian Biaya Penelitian

Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jul Jun Agu Sep Okt Nov
2019 2019 2019 2019 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2010 2020
Judul
Bab 1-3
ACC
Proposal
Seminar
Proposal
Revisi
Penelitian
Bab 4-5
ACC
Skripsi
Seminar
Hasil

No Nama @ Jumlah Biaya


1. Kertas HVS Rp 45.000,- 5 rim Rp 225.000,-
2. Tinta printer Rp 80.000,- 4 botol Rp 320.000,-
5. Fotocopy kuesioner penelitian Rp 1.250,- 90 Rp 112.500,-
6. Souvenir penelitian Rp 2.500,- 90 Rp 225.000,-
7. Alat Tulis Kantor (ATK) Rp 3.500,- 4 Rp 14.000,-
8. Transportasi Rp 20.000,- 3 Rp 60.000,-
9. Seminar Proposal Rp 500.000,-
Total Rp. 1,456,500

39
40

Lampiran 2

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Nurul Munarti


NIM 160610034
Tempat/Tgl. Lahir : Sampoyniet, 8 Desember 1998
Alamat lengkap : Duson Mie Nek Rakibah, Gampong Lhok Iboh,
Keude Sampoyniet, Toko Obat Berkah, Kec,
Baktiya Barat, Keb, Aceh Utara.
Email/No Hp : nurul.munarti12@gmail.com /
082311363935 Riwayat pendidikan : 1.TK BAYANGKARI (2003-2004)
2. SDN 2 LHOKSEUKON (2004-2010)
3. MTSS ULUMUDDIN BOARDING SCHOOL
(2010-2013)
4. MAS ULUMUDDIN BOARDING SCHOOL
(2013-2016)
Nama Orangtua :
1. Ayah : H. Muhammad Nasir, AMK.
2. Ibu : HJ.Nurbaiti
Alamat Orang Tua : Duson Mie Nek Rakibah, Gampong Lhok Iboh,
Keude Sampoyniet, Toko Obat Berkah, Kec,
Baktiya Barat, Keb, Aceh Utara.
Anak ke : 2 dari 5 bersaudara
Nama saudara kandung :
1. Masiytah Munarti, S.ked.
2. Muttaqin MN
3. Amna Munarti
4. Afdhal Hakim MN
41

Lampiran 3

Lembaran Permohonan Izin Menjadi Responden

Kepada Yth Calon Responden Di Tempat

Dengan Hormat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurul Munarti

NIM : 160610034

Adalah mahasiswa Pendidikan Kedokteran Universitas Malikussaleh


Lhokseumawe yang akan melakukan uji validitas dan reliabilitas kuisioner dengan
judul penelitian “Fakto-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum
OAT (Obat Anti Tuberkulosis) Pada Pasien TB Paru Di Rumah Sakit Cut Meutia
Aceh Utara Tahun .”
Penelitian ini dilakukan dengan sukarela dan tidak akan memberikan
dampak yang merugikan terhadap responden. Saya sebagai peneliti akan
merahasiakan identitas dan jawaban yang anda berikan dalam pertanyaan
penelitian. Atas kesediaannya saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

Nurul Munarti
42

Informed Consent

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No. Telp/HP :
dengan ini menyatakan telah memberikan persetujuan menjadi responden untuk
menjawab pertanyaan dan/atau dilakukan pemeriksaan fisik terhadap diri saya,
yang tujuan, manfaat, sifat, serta sifatnya penelitian yang akan dilakukan telah
dijelaskan oleh peneliti dan saya telah mengerti sepenuhnya terhadap tindakan
penelitian yang akan dilakukan. Bila pada kemudian hari saya merasa dirugikan
dalam bentuk apapun, maka saya berhak membatalkan persetujuan ini. Demikian
surat pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa
unsur pemaksaan.

Yang memberi penjelasan Lhokseumawe, 2020


Yang membuat persetujuan

( Nurul Munarti) (…………………………………..)


43

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN
TUBERKULOSIS PARU DIRUMAH SAKIT UMUM CUT MUETIA
ACEH UTARA TAHUN 2019

A. Karakteristik Responden
1. Umur : Tahun
2. Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
3. Pendidikan : Pendidikan Rendah=
Tidak sekolah
SD
SMP
Pendidikan Tinggi=
SMA
Pendidikan tinggi(diploma,sarjana)
B. Pengetahuan Penderita TB Tentang Penyakit TB Paru

Petunjuk pengisian

a) Bacalah dengan sebaik-baiknya setiap pertanyaan dan setiap


jawaban yang diberikan.
b) Pilih jawaban yang paling sesuai menurut anda dan berikan tanda
silang (x) pada salah satu jawaban yang menurut anda benar
c) Penilaian Jawaban Benar nilai
1 Jawaban Salah nilai 0

1. Menurut Anda apa yang dimaksud dengan penyakit TB paru?


a) Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang paru dan
masih bisa disembuhkan
b) Penyakit batuk berdarah yang disebabkan karena keturunan
c) Penyakit yang disebabkan karena guna-guna
2. Menurut Anda mengapa dibutuhkan waktu yang lama dalam pengobatan?
44

a. Karena pengobatan pada tahap awal (2-3 bulan) bertujuan untuk


membunuh kuman dan pada tahap lanjutan (4-5 bulan) bertujuan untuk
mencegah kuman aktif kembali.
b. Karena tidak mudah untuk meningkatkan hormon insulin dalam tubuh
c. Karena belum ditemukan pengobatan yang lebih canggih
3. Menurut Anda mengapa harus periksa dahak sebanyak tiga kali di awal
pengobatan?
a. Untuk memastikan bahwa orang tersebut sakit TB atau tidak
b. Untuk membersihkan tenggorokan dari kotoran
c. Untuk membuat dahak jadi lebih bersih
4. Apakah Anda mengetahui berapa jumlah butir obat untuk setiap kali minum?
a. 5 butir
b. 4 butir
c. 3 butir
5. Tahap apa sajakah yang terdapat dalam pengobatan TB paru yang anda
ketahui?
a. Tahap awal dan tahap lanjutan
b. Tahap awal dan tahap intensif
c. Tahap pendiagnosaan, tahap awal, dan tahap akhir
6. Berapa lama total pengobatan TB paru yang Anda ketahui?
a. Pengobatan selama 8 bulan disertai minum obat secara teratur
b. Pengobatan selama 2 bulan disertai suntik obat secara teratur
c. Lama pengobatan tidak pasti
7. Apakah akibatnya jika obat TB tidak diminum secara teratur hingga habis?
a. Kuman menjadi kebal terhadap obat dan penyakit tidak sembuh serta dapat
menular
b. Penyakit dapat sembuh dengan sendirinya
c. Tidak ada akibatnya
8. Menurut Anda langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah
penularan TB paru?
45

a. Menggunakan masker saat berada di luar ruangan dan tidak meludah


sembarangan
b. Mengonsumsi makanan berkualitas tinggi dan memiliki harga jual yang
tinggi
c. Tidak merokok di sembarang tempat
9. Menurut Anda apa pentingnya minum obat secara teratur?
a. Agar cepat sembuh dari TB dan mencegah penyakit untuk bertambah
parah
b. Agar tidak menularkan penyakit TB ke orang sekitar
c. Untuk menghilangkan gejala batuk-batuk
10. Menurut Anda apa manfaat dari pemeriksaan dahak dan photo rontgen?
a. Untuk memastikan status penyakit TB paru, memantau kemajuan
pengobatan dan memastikan kesembuhan
b. Untuk membakar kuman penyakit TB
c. Tidak ada manfaatnya
C. Jarak
1. Apakah jarak tempat tinggal Anda ke Rumah Sakit menjadi hambatan?
a. Tidak
b. Ya
2. Apakah ada transportasi yang dapat digunakan dari tempat tinggal Anda ke
Rumah Sakit?
a. Ada
b. Tidak ada
3. Bagaimana jarak yang Anda tempuh dari tempat tinggal Anda ke Rumah Sakit?
a. Dekat (≤ 2)
b. Jauh ( > 2 )
D. KEPATUHAN BEROBAT
a) Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat saudara
berdasarkan skala 1 sampa 5
b) Berikan tanda contreng ( √ ) pada jawaban yang anda pilih
46

No Pertanyaan 1 2 3 4 5

1 Anda selalu mematuhi petunjuk petugas


kesehatan dalam menelan obat
2 Anda selalu minum obat pada jam yang
sama setiap hari selama pengobatan
3 Anda tidak pernah mengurangi jumlah
butir obat yang harus anda minum
4 Anda mengambil obat ke Rumah Sakit
sesuai jadwal yang ditentukan
5 Anda memeriksakan dahak secara
teratur selama pengobatan
Pengeta
usia Jk
pengetahuan huan Jarak Kepatuhan Kepa
kat kat Pendi jarak
usia JK Kat tuhan
no dikan Tota kat Tota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total 1 2 3 1 2 3 4 5 Kat
l l
L
1 35 2 SMA 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 3 2 2 3 5 1 1 12 2
1
K
Tidak
2 51 PR 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 5 2 2 2 2 6 1 2 5 4 2 4 17 1
2
Sekolah
L
1 22 1 SMP 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 3 2 1 1 1 3 2 1 1 2 1 2 7 2
3
K
4 2 62 PR 1 SMP 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 7 1 2 1 2 4 1 1 5 4 5 5 20 1
L
1 24 1 SD 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3 2 1 1 1 3 2 1 1 2 2 4 10 2
5
K
L Tidak
2 47 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 3 2 2 1 4 1 2 10 2
6
K Tamat SD
L
1 41 2 SMA 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 3 2 1 1 4 2 4 12 2
7
K
L
1 40 1 SD 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 4 2 1 1 1 3 2 3 1 4 1 2 11 2
8
K
9 2 59 PR 1 SD 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 7 1 2 2 2 6 1 5 5 5 5 5 25 1
L
1 25 1 SD 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 5 2 1 1 1 3 2 1 1 1 1 3 7 2
10 K
11 2 51 PR 1 SD 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 2 1 1 2 4 1 2 2 5 2 3 14 1
L
2 60 1 SD 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 4 2 2 2 1 5 1 4 5 5 5 5 24 1
12
K
L
1 23 2 SMA 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 6 1 1 1 1 3 2 2 2 1 2 1 8 2
13
K
L Tidak
1 42 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5 2 1 1 1 3 2 4 1 2 2 4 9 2
14
K Tamat SD

47
15 2 53 PR 1 SD 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 5 2 2 1 2 5 1 2 5 5 3 5 18 1
L Pendidikan
1 26 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 3 2 2 1 3 2 4 10 2
16 K Tinggi
17 1 32 PR 1 SD 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 4 2 2 2 2 6 1 3 5 5 5 5 23 1
L Tidak
1 20 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 4 2 1 1 1 3 2 2 1 3 2 4 12 2
18 K Tamat SD
L
19 1 17 2 SMP 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 4 2 1 1 1 3 2 3 1 4 1 1 10 2
K
L
1 36 1 SD 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 5 2 1 1 1 3 2 1 1 2 2 5 11 2
20 K
L
21 2 57 1 SD 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 5 2 1 2 2 5 1 5 2 5 2 5 19 1
K
L
2 48 2 SMA 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 7 1 1 1 1 3 2 1 1 4 2 4 12 2
22 K
23 2 68 PR 1 SD 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5 2 2 2 2 6 1 5 2 5 5 5 22 1
L
1 31 2 SMA 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 3 2 1 2 5 1 1 10 2
24 K
25 2 53 PR 1 SD 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 5 2 1 1 1 3 2 2 3 5 5 5 20 1
L
2 47 1 SD 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 3 2 2 1 3 2 1 11 2
26 K
L
27 1 40 1 SMP 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 2 1 1 1 3 2 1 1 2 3 4 11 2
K
L
2 59 1 SD 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 4 2 2 2 1 5 1 5 5 1 5 5 21 1
28 K
L
1 32 2 SMA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 3 2 4 1 1 1 1 8 2
29 K
30 2 66 PR 1 SD 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 3 2 1 1 1 3 2 1 2 3 2 5 13 1
L Pendidikan
31
1 46 2 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 4 8 2
K Tinggi
32 2 62 PR 1 SD 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 5 2 1 1 1 3 2 5 5 5 5 5 25 1

48
33 2 56 PR 1 SD 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 5 2 1 1 1 3 2 4 3 4 2 1 14 1
L
1 30 1 SD 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 5 2 1 1 1 3 2 2 1 1 1 2 7 2
34 K
35 2 56 PR 1 SD 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 4 2 2 2 2 6 1 4 5 5 5 5 24 1
L Tidak
1 38 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 3 7 2
36 K Sekolah
L
37 2 57 1 SD 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 5 2 1 1 2 4 1 2 3 3 3 4 15 1
K
L
2 49 1 SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 1 1 1 1 3 2 2 1 3 2 3 11 2
38 K
39 2 67 PR 1 SD 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 5 2 1 1 1 3 2 3 5 5 5 5 23 1
L
1 41 2 SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 1 1 1 1 3 2 3 1 4 2 3 12 2
40 K
41 1 46 PR 1 SD 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 4 2 1 1 1 3 2 3 3 1 2 3 12 2
42 2 64 PR 1 SD 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 5 2 2 2 2 6 1 5 2 1 2 5 16 1
L
1 26 1 SD 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 1 1 1 1 3 2 1 1 3 2 4 12 2
43 K
44 2 76 PR 1 SD 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 5 2 1 2 1 4 1 5 5 5 2 5 22 1
L
45 1 25 1 SD 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 6 1 1 1 1 3 2 4 2 1 1 2 10 2
K
L Tidak
1 31 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 5 2 1 1 1 3 2 1 1 1 1 3 7 2
46 K Tamat SD
L
47 2 48 2 SMA 0 1 1 1 1 1 7 1 1 0 8 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 3 7 2
K
L
2 91 1 SD 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 5 2 2 2 2 6 1 4 2 1 5 5 17 1
48 K
L
49 2 49 1 SD 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 3 2 1 1 2 2 2 8 2
K
L Tidak
50 1 26 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 3 2 2 1 3 3 1 10 2
K Sekolah

49
L
2 59 1 SD 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 5 2 2 2 1 5 1 1 5 5 5 5 21 1
51 K
52 2 78 PR 1 SD 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 5 2 1 1 1 3 2 2 5 4 2 5 18 1
53 1 23 PR 1 SD 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 5 2 1 1 1 3 2 1 1 2 3 3 10 2
L
2 56 1 SMP 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 1 1 1 1 3 2 2 3 5 5 5 20 1
54 K
55 1 46 PR 1 SD 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 5 2 1 1 1 3 2 3 2 4 2 1 12 2
L
56 2 68 1 SD 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 4 2 2 2 2 6 1 2 2 4 1 4 13 1
K
Tidak
1 19 PR 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 4 2 1 1 1 3 2 3 1 4 2 2 12 2
57 Tamat SD
L Pendidikan
58 1 22 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 1 1 1 1 3 2 2 1 3 2 4 12 2
K Tinggi
L
2 53 1 SD 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 3 2 1 1 1 3 2 4 5 5 5 5 24 1
59 K
Tidak
1 33 PR 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 4 2 1 1 1 3 2 1 2 5 1 1 10 2
60 Sekolah
61 2 63 PR 1 SD 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 4 2 2 2 1 6 1 4 1 4 2 3 14 1
62 2 47 PR 1 SD 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5 2 1 1 1 3 2 3 2 4 1 1 11 2
L
1 37 1 SD 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 4 2 1 1 1 3 2 1 1 1 3 4 11 2
63 K
L
64 1 20 2 SMA 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 1 1 1 1 3 2 1 1 1 3 4 10 2
K
L Tidak
65 2 59 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6 1 2 2 1 5 1 5 5 5 5 5 25 1
K Tamat SD
Tidak
66 1 46 PR 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 5 2 1 1 1 3 2 1 2 2 1 1 9 2
Tamat SD
L
2 76 2 SMA 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 5 2 2 2 2 6 1 2 3 5 5 5 15 1
67 K
68 1 43 PR 1 SD 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 5 2 1 1 1 3 2 3 2 1 1 2 9 2

50
L
69 2 48 1 SMP 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 3 2 1 1 1 3 2 1 1 1 4 2 9 2
K
L
2 58 1 SMP 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 1 2 1 2 5 1 3 5 5 5 5 23 1
70 K
71 1 23 PR 1 SD 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 2 1 1 1 3 2 1 1 2 3 3 11 2
L
72 2 47 1 SD 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 7 1 1 1 1 3 2 5 1 1 1 4 12 2
K
L
2 57 2 SMA 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 1 1 1 2 4 1 4 2 4 2 4 16 1
73 K
74 1 46 PR 1 SD 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 5 2 1 1 1 3 2 3 2 2 2 3 12 2
L
75 1 34 2 SMA 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 7 1 1 1 1 3 2 5 1 1 2 3 12 2
K
L
1 21 1 SD 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 5 2 1 1 1 3 2 3 1 3 1 1 9 2
76 K
L
77 2 54 1 SD 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 3 2 5 5 5 5 2 22 1
K
Tidak
78 1 35 PR 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 4 2 1 1 1 3 2 3 2 1 1 1 8 2
Sekolah
L
2 55 2 SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 2 1 4 1 3 2 5 3 4 17 1
79 K
80 1 25 PR 1 SD 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 5 2 1 1 1 3 2 1 1 1 3 2 8 2
L Pendidikan
2 66 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 1 1 1 1 3 2 1 5 5 5 5 21 1
81 K Tinggi
82 2 78 PR 1 SD 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 3 2 1 2 2 5 1 1 2 5 5 5 18 1
Tidak
83 1 21 PR 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 5 2 1 1 1 3 2 3 2 1 1 2 9 2
Sekolah
L
1 24 2 SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 1 1 1 1 3 2 1 1 1 2 4 9 2
84 K
L
85 1 31 K 1 SD 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 6 1 1 1 1 3 2 1 1 1 2 4 9 2

51
86 2 60 PR 1 SD 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 5 2 2 1 1 4 1 2 3 5 5 5 20 1
L
87 1 40 1 SD 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 5 2 1 1 1 3 2 2 3 2 3 2 12 2
K
L Pendidikan
1 40 2 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 3 2 1 1 1 3 2 1 3 3 1 4 12 2
88 K Tinggi
89 2 67 PR 2 SMA 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 1 2 2 2 6 1 1 3 3 1 5 13 1
L
90 1 41 1 SD 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 5 2 1 1 1 3 2 1 1 2 3 4 11 2
K
Tidak
2 60 PR 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 7 1 1 2 1 4 1 5 5 5 5 5 25 1
91 Tamat SD
L
1 40 1 SD 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 5 2 1 1 1 3 2 3 2 2 3 1 11 2
92 K
93 1 46 PR 1 SD 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 1 1 1 1 3 2 3 2 2 3 1 11 2
L
1 37 2 SMA 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 5 2 1 1 1 3 2 2 3 2 3 2 12 2
94 K
L
95 2 52 1 SD 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 6 1 1 2 2 5 1 2 2 3 3 4 14 1
K
L
1 16 2 SMA 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 5 2 1 1 1 3 2 4 3 3 1 1 12 2
96 K
L
1 18 2 SMA 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 3 2 4 3 3 1 1 12 2
97 K
98 2 70 PR 1 SD 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 1 2 2 2 6 1 4 5 5 5 5 24 1
L
1 32 1 SD 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 5 2 1 1 1 3 2 2 3 1 1 1 8 2
99 K
L
100 2 61 K 2 SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 2 2 1 5 1 3 2 5 1 4 15 1

52
53

Lampiran 5

Hasil Analisis Statistik

Frequencies
Usia Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Sama dari 46 Tahun 52 52.0 52.0 52.0
Besar Dari 46 Tahun 48 48.0 48.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia Responden * 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%
Kepatuhan
Responden

Usia Responden * Kepatuhan Responden Crosstabulation


Kepatuhan Responden
Baik Jika
SKOR 13- Kurang Baik
25 Jika Skor 5-12 Total
Usia Kurang Sama Count 1 51 52
Respon dari 46 Tahun % within 1.9% 98.1% 100.0%
den Usia
Responden
Besar Dari 46 Count 39 9 48
Tahun % within 81.3% 18.8% 100.0%
Usia
Responden
Total Count 40 60 100
% within 40.0% 60.0% 100.0%
Usia
Responden
54

Chi-Square Testsc
Asymptotic Point
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Probabili
Value df (2-sided) sided) sided) ty
Pearson Chi-Square 65.445 a
1 .000 .000 .000
Continuity Correction b
62.181 1 .000
Likelihood Ratio 78.392 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear 64.790d 1 .000 .000 .000 .000
Association
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,20.
b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
d. The standardized statistic is -8,049.

Frequencies

Jenis Kelamin Responden


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 64 64.0 64.0 64.0
Perempuan 36 36.0 36.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia Responden * Kepatuhan 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0
Responden %
55

Jenis Kelamin Responden * Kepatuhan Responden Crosstabulation


Count
Kepatuhan Responden
Baik Jika SKOR Kurang Baik Jika
13-25 Skor 5-12 Total
Jenis Kelamin Responden Laki-Laki 18 46 64
Perempuan 22 14 36
Total 40 60 100

Chi-Square Testsc
Asymptotic Point
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Probab
Value df (2-sided) sided) sided) ility
Pearson Chi-Square 10.446 a
1 .001 .002 .001
Continuity Correction b
9.116 1 .003
Likelihood Ratio 10.440 1 .001 .003 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear 10.341 d
1 .001 .002 .001 .001
Association
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,40.
b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
d. The standardized statistic is -3,216.

Pendidikan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah(Tidak Sekolah, Tidak 75 75.0 75.0 75.0
Tamat SD, SD, SMP)
Tinggi (SMA, Pendidikan 25 25.0 25.0 100.0
Tinggi)

Total 100 100.0 100.0

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
56

Percen
N Percent N Percent N t
Pendidikan Responden * 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0
Kepatuhan Responden %

Pendidikan Responden * Kepatuhan Responden Crosstabulation


Count
Kepatuhan Responden
Baik Jika SKOR Kurang Baik Jika
13-25 Skor 5-12 Total
Pendidikan Responden Rendah(Tidak Sekolah, Tidak 34 41 75
Tamat SD, SD, SMP)
Tinggi (SMA, Pendidikan 6 19 25
Tinggi)
Total 40 60 100

Chi-Square Testsc
Asymptotic Point
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Probabili
Value df (2-sided) sided) sided) ty
Pearson Chi-Square 3.556 a
1 .059 .098 .047
Continuity Correction b
2.722 1 .099
Likelihood Ratio 3.731 1 .053 .065 .047
Fisher's Exact Test .065 .047
Linear-by-Linear 3.520d 1 .061 .098 .047 .032
Association
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.
b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
d. The standardized statistic is 1,876.

Pengetahuan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik Besar dari 5 40 40.0 40.0 40.0
Kurang Sama Dari 5 60 60.0 60.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
57

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
Percen
N Percent N Percent N t
Pengetahuan Responden * 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0
Kepatuhan Responden %

Pengetahuan Responden * Kepatuhan Responden Crosstabulation


Kepatuhan Responden
Baik Jika Kurang Baik
SKOR 13-25 Jika Skor 5-12 Total
Pengetah Baik Besar dari 5 Count 14 26 40
uan % within Pengetahuan 35.0% 65.0% 100.0
Respond Responden %
en Kurang Sama Dari 5 Count 26 34 60
% within Pengetahuan 43.3% 56.7% 100.0
Responden %
Total Count 40 60 100
% within Pengetahuan 40.0% 60.0% 100.0
Responden %

Chi-Square Testsc
Asymptotic Point
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Probabilit
Value df (2-sided) sided) sided) y
Pearson Chi-Square .694 a
1 .405 .532 .267
Continuity Correction b
.391 1 .532
Likelihood Ratio .699 1 .403 .416 .267
Fisher's Exact Test .532 .267
Linear-by-Linear .688 d
1 .407 .532 .267 .118
Association
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,00.
b. Computed only for a 2x2 table
58

c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
d. The standardized statistic is -,829.

Jarak Tempat Tinggal Ke Rumah Sakit Responden


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Mudah Lebih Sama Dari 4 30 30.0 30.0 30.0
Sulit kurang Dari 4 70 70.0 70.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
Per
cen
N Percent N Percent N t
Jarak Tempat Tinggal Ke 100 100.0% 0 0.0% 100 10
Rumah Sakit Responden * 0.0
Kepatuhan Responden %

Jarak Tempat Tinggal Ke Rumah Sakit Responden * Kepatuhan Responden


Crosstabulation
Kepatuhan Responden
Kurang Baik
Baik Jika Jika Skor 5-
SKOR 13-25 12 Total
Jarak Tempat Mudah Lebih Sama Count 30 0 30
Tinggal Ke Dari 4 % within Jarak Tempat 100.0% 0.0% 100.0%
Rumah Sakit Tinggal Ke Rumah
Responden Sakit Responden
Sulit kurang Dari 4 Count 10 60 70
% within Jarak Tempat 14.3% 85.7% 100.0%
Tinggal Ke Rumah
Sakit Responden
Total Count 40 60 100
59

% within Jarak Tempat 40.0% 60.0% 100.0%


Tinggal Ke Rumah
Sakit Responden

Chi-Square Testsc
Asymptotic Point
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Probabilit
Value df sided) sided) sided) y
Pearson Chi- 64.286a 1 .000 .000 .000
Square
Continuity 60.764 1 .000
Correction b

Likelihood 77.186 1 .000 .000 .000


Ratio
Fisher's Exact .000 .000
Test
Linear-by- 63.643d 1 .000 .000 .000 .000
Linear
Association
N of Valid 100
Cases

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00.
b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
d. The standardized statistic is 7,978.

Kepatuhan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik Jika SKOR 13-25 40 40.0 40.0 40.0
Kurang Baik Jika Skor 5-12 60 60.0 60.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
60

Lampiran 6

Ethical Clearance
61

Lampiran 8
Dokumentasi Penelitian
62

You might also like