You are on page 1of 28

1.

AFFANDI KOESOEMA

 Nama lengkap: Affandi Koesoema


 Nama panggilan: Affandi
 Tempat dan Tanggal lahir: Cirebon, 23 Mei 1904
 PEKERJAAN : Pelukis
 Pendidikan:HIS, MULO, dan tamat di AMS
 Bidang yang ditekuni: Karya Lukis

Affandi Koesoema adalah seorang pelukis yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia,
mungkin pelukis Indonesia yang paling terkenal di dunia internasional, berkat gaya
ekspresionisnya yang khas. Pada tahun 1950-an ia banyak mengadakan pameran tunggal diIndia,
Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat. Pelukis yang produktif, Affandi telah melukis lebih dari
dua ribu lukisan.
Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang
sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung.
Bakat melukis yang menonjol pada diri Affandi pernah menorehkan cerita menarik dalam
kehidupannya. Suatu saat, dia pernah mendapat beasiswa untuk kuliah melukis di Santiniketan,
India, suatu akademi yang didirikan oleh Rabindranath Tagore. Ketika telah tiba di India, dia
ditolak dengan alasan bahwa dia dipandang sudah tidak memerlukan pendidikan melukis lagi.
Akhirnya biaya beasiswa yang telah diterimanya digunakan untuk mengadakan pameran keliling
negeri India.
Museum Affandi diresmikan oleh Fuad Hasan . Museum ini didirikan tahun 1973 di atas tanah
yang menjadi tempat tinggalnya. Saat ini, terdapat sekitar 1.000-an lebih lukisan di Museum
Affandi, dan 300-an di antaranya adalah karya Affandi. Lukisan – lukisan tersebut tidak dijual
karena itu adlah karya restropektif yang punya nilai kesejarahan mulai dari awal kariernya
hingga selesai
.
Contoh hasil karya-karya afandi
2. WAKIDI

Pelukis lokal generasi Indie Mooi, lahir di Semarang (Jawa Tengah) 1887 dan meninggal di
Padang (Sumatera Barat) 1983. Meski berdarah Jawa (orang tuanya berasal dari Semarang, tapi
kemudian bekerja di Plaju), ia dikenal sebagai pelukis dengan tema-tema tentang panorama dan
kehidupan Sumatera Barat. Tahun 1903, ia dikirim ke Bukit Tinggi untuk belajar ke Sekolah
Raja yang merupakan sekolah pelatihan guru di Sumatera pada saat itu. Di sana bakat artistiknya
diketahui oleh seorang guru Belanda, dan ia diberi kesempatan untuk pergi ke Semarang, tempat
ia mempelajari seni lukis dengan pelukis Belanda Van Dijk. Dari pelukis inilah, tertanam jiwa
naturalis pada WAKIDI.

Selama hidupnya ia mengajar banyak murid, walaupun sedikit yang telah mengikuti gaya
naturalistisnya. Selama pernikahannya yang pertama, mempunyai banyak anak dan setelah
kematian isteri yang pertama sekitar 1952, ia menikah kembali dengan seorang wanita yang jauh
lebih muda yang dengannya ia mempunyai dua orang anak. Ia melanjutkan mengajar seni di
Bukit Tinggi pada akhir 1950-an serta melukis pada waktu-waktu senggangnya. Ia hidup tenang,
jauh dari arus utama kehidupan seni rupa; ia mencintai musik dan biasa memainkan biola.
Dikenal juga sebagai pendidik, ketika mengajar di INS Kayu tanam, ia menjadi guru tokoh
nasional Mohammad Hatta dan Jendral A.H. Nasution. Penerima Anugerah Seni RI 1983.
3. Wahdi Sumatra
Pelukis natura lis, lahir di Bandung, Oktober 1917. Sejak di bangku kelas tiga HIS, telah gemar
menggambar. Tamat HIS tahun 1935, mendapat bimbingan dari pelukis Abdullah Suriosubroto,
ayah pelukis Basuki Abdullah selama beberapa bulan karena dorongan Dr. Kadmirah yang
melihat bakat yang dimilikinya. Kemudian ia mengembangkan bakat itu dengan berlatih
bersama-sama dengan pelukis Affandi yang ketika tinggal di Gang Wangsareja, Bandung. Selain
Affandi pelukis lain yang sering melukis bersama pada waktu itu ialah Barli Sasmitawinata,
Sudarso dan Hendra Gunawan. Tahun 1964, ketika Bandung diduduki Belanda, Wahdi
mengungsi ke Sumedang, kembali tahun 1951. Selama dalam pengungsian ia tidak melukis sama
sekali. Setiba di Bandung ia menggabungkan diri dengan Himpunan Pelukis Bandung St. Lucas
Gilde yang dipimpin oleh dokter berkebangsaan Austria. Anggota lainnya yang pribumi ialah
Barli, Kerton Sujana, Rudiyat, dan Suwaryono (Soewarjono). Perkumpulan itu secara tetap
setiap tah un menyelenggarakan pameran, paling tidak dua kali, biasanya di Gedung YPK.
Karena kesulitan hidup sebagai pelukis, Wahdi sempat melamar menjadi guru Sekolah Rakyat
dan diterima, tetapi hanya bertahan selama dua tahun. Ia kemudian membuka toko mebel ‘Sri
Tunggal’ di Cicadas. Perusahaan itu berkembang dengan baik, sehingga ia mampu membeli
sebidang tanah di Kiaracondong yang kemudian dijadikan ‘Sanggar Sangkuriang’.
Tahun 1975 ia bersama Affandi, Barli, dan Sudarso mengadakan pameran bersama di TIM
dengan sponsor DIU. Tahun 1976 ia mengadakan pameran tunggal atas sponsor Ajip Rosidi di
Balai Budaya Jakarta.
4. Chusin Setiadikara

Chusin Setiadakara, salah satu seniman lukis senior yang dimiliki Indonesia ini sedang
menyelenggarakan Pameran Tunggal pertamanya di Tahun 2011, dengan diberi judul ‘Chusin’s
Realistic Painting, A Thesis’, pameran ini seperti seakan memberikan suatu tema pembahasan
berskala besar yang berhubungan dengan Chusin dan gaya realis lukisan yang menjadi ciri khas
dirinya.
Seperti yang kita ketahui, Chusin Setiadikara terkenal dengan gaya lukisan realisnya dan
pendekatan fotografis, yang artinya setiap model lukisan yang dib uatnya pertama kali dihasilkan
melalui media foto dan baru dituangkan ke atas kanvas dengan menggunakan media Charcoal
serta Cat Minyak, hasilnya adalah suatu ciri khas Chusin dimana dalam beberapa lukisannya
terasa seperti sebuah kolase, ia menggabungkan drawing charcoalnya dengan lukisan cat minyak,
beberapa objek terkadang dijadikan satu seperti membawa

pesan terselubung akan arti yang ingin di sampaikan.


Situs Taman Ismali Marzuki dalam profil Chusin Setiadikara mengatakan “Bagi Chusin, melukis
dengan pendekatan realisme fotografis bukanlah sekedar menyalin kenyataan ke atas kanvas,
akan tetapi gaya realisme fotografis tersebut juga dianggapnya sebagai idiom. Selain itu, Chusin
juga menggunakan pendekatan yang bukan sekedar material.”

Seniman yang lahir pada tahun 1949 di Bandung Jawa barat ini dalam setiap lukisannya sering
sekali menjadikan Pasar Kintamani yang berada di Bali menjadi Subject matter lukisannya,
setelah sebelumnya tinggal menetap di Bandung, pada tahun 1987 ia pindah dan kemudian
menetap tinggal di Bali, hal tersebut dilakukan karena ia merasa gelisah karena proses kreatif
dirinya sebagai seorang pelukis tidak berjalan kemana-m ana, setelah pindah ke Bali, barulah ia
kembali mengevaluasi dirinya sebagai seorang pelukis.
Pameran yang di selenggarakan di Galeri Nasional Indonesia sampai tanggal 25 Maret 2011 ini
menurut saya merupakan pameran yang wajib di datangi oleh penggemar Seni Rupa Indonesia,
selain di dukung kuratorial oleh Jim Supangkat, bisa dibilang Pameran ‘Chusin’s Realistic
Painting, A Thesis’ ini bukan sembarang pameran, karena apa yang di Sajikan oleh Pameran
Tunggal Chusin ini bukan sekedar pameran lukisan yang menampilkan karya seorang seniman
lukis senior Indonesia, tapi juga merupakan sebuah manifesto dari seorang Chusin Setiadakara
akan karir berkaryanya sebagai seorang pelukis realis.
Contoh hasil karya Chusin:
5. Pablo Picasso

Pablo Ruiz Picasso (lahir 25 Oktober 1881 – meninggal 8 April 1973 pada umur 91 tahun)
adalah seorang seniman yang terkenal dalamaliran kubismedan dikenal sebagai pelukis
revolusioner pada abad ke-20. Jenius seni yang cakap membuat patung, grafis, keramik, kostum
penari balet sampai tata panggung. Lahir di Malaga, Spanyol 25 Oktober 1881 dengan nama
lengkap Pablo (or El Pablito) Diego José Santiago Francisco de Paula Juan Nepomuceno Crispín
Crispiniano de los Remedios Cipriano de la Santísima Trinidad Ruiz Blasco y Picasso López.
Ayahnya bernama Josse Ruiz Blasco, seorang profesor seni dan ibunya bernama Maria Picasso
Lopez.
– Pendidikan
Picasso memiliki sifat yang selalu ingin belajar. Perbedaan kota atau negara bukan suatu
halangan untuk memperoleh beragam ilmu. Di usia 14 tahun, ia lulus ujian masuk School of Fine
Arts di Barcelona dan dua tahun pindah ke Madrid untuk belajar di Royal Academy. Tak lama
kemudian dia kembali lagi ke Barcelona dan bergabung di Els Quatre Gats, te mpat para penyair,
artis dan kritikus untuk tukar menukar ide yang didapat dari luar Spanyol. Pada usia 23 tahun,
Picasso pindah ke Paris, kota pusat seni dunia pada masa itu.
Picasso menghasilkan 20.000 karya dalam hidupnya. Yang menarik, Picasso sering berganti gaya
lukisan. Ini bisa terjadi karena Picasso memiliki banyak teman. Seperti dari gaya lukisan biru dan
merah jambu (karena lukisan didominasi warna biru dan merah jambu) berubah drastis ke gaya
kubisme, akibat pengaruh pertemanannya dengan Georges Braque
– Inspirasi dari Kenyataan Hidup

Picasso adalah seniman yang melankolis, berkepribadian kuat, egoisdan hidupnya sangat
bebas. Tak heran, karya karyanya banyak mencerminkan kepribadiannnya itu. kepribadiannya
yang kuat, egois dan bebas, banyak terlihat dari karya seninya yang berkesan kontroversial dan
sangat ekspresif, beda dari yang pernah ada sebelumnya. Di sisi lain, kemelankolisan Picasso
terungkap dari sifatnya yang sangat sensitif serta rinci dalam menilai suatu kenyataan hidup. Ia
sanggup membuat kenyataan hidup itu sebagai sumbe r inspirasi karyanya. Misalnya, burung
merpati, simbol perdamaian dunia, ternyata juga merupakan rancangannya. Picasso
menyelesaikan seni grafis itu setelah terisnpirasi oleh burungMelanesia, pemberian Henri
Matisse.
Lebih unik lagi, Picasso juga menjadikan wanita sebagai sumber inspirasi. Konon, setiap wanita
memberikan inspirasi berbeda baginya. Misalnya dari kekasihnya, Marie-Terese Walter, ia
menghasilkan karyaLa Reve (mimpi) yang laku terjual 48.402.500 dolar AS. Dari kekasihnya
yang lain, Eva Gouel, terlahir lukisan Femme Assise Dans Un Fauteuil, yang termasuk salah satu
adikarya gaya kubistis. Tak heran jika Picasso sampai dijuluki Don Juan (playboy). Selain
berganti-ganti kekasih, ia juga telah menikah beberapa kali, antara lain dengan Fernande Olivier,
Marchelle Thumbert, Olga Kohklova dan Jaqueline Roque.
1. Leonardo da Vincy

Leonardo da Vinci (lahir di Vinci, propinsi Firenze, Italia, 15 April 1452 – meninggal di
Clos Lucé, Perancis, 2 Mei 1519 pada umur 67 tahun) adalah arsitek, musisi, penulis, pematung,
dan pelukis Renaisans Italia. Ia digambarkan seb agai arketipe “manusia renaisans” dan
sebagaijeniusuniversal. Leonardo terkenal karena lukisannya yang piawai, sepertiJamuan
Terakhir dan Mona Lisa
Leonardo lahir pada tahun 1452 di kota Vinci, propinsi Firenze, Italia anak dari Ser Piero Da
Vinci dan Caterina, jadi nama lengkapnya yaitu Leonardo di Ser Piero da Vinci yang berarti
Leonardo putra Ser Piero asal kota Vinci.
Pada usia belia, beliau sudah belajar melukis dengan Andrea del Verrocchio dan mulai melukis
di Firenze.Ada kabar mengisahkan Verrochio menyatakan pensiun melukis setelah menyaksikan
bahwa lukisan muridnya yang satu ini lebih bagus dari lukisannya sendiri. Selain menjadi pelukis
Leonardo juga sanggup menunjukkan kemampuannya di bidang yang lain. Pada tahun 1481

Leonardo pindah ke Milan untuk bekerja dengan Adipati(Duke) di sana. Hasil karyanya
selama di Milan yang paling termashur adalah Kuda Sforza yang dikerjakannya selama kurang
lebih 11 tahun. Namun di situ ia tidak hanya melukis dan membuat patung saja, melainkan juga
mengubah jalan-jalan sungai dan membangun kanal-kanal, serta menghibur Duke dengan
memainkan lut dan bernyanyi. Lalu ia bekerja untuk Raja Louis XII dari Perancis di Milan dan
untukPaus Leo X di Roma
Mahakaryanya, Jamuan Terakhir(The Last Supper) pada tahun 1495sampai tahun 1497 yang
dilukis pada dinding biara Santa Maria di Milan, kini telah rusak akibat dimakan waktu. Lukisan
terkenal lainnya adalahMona Lisa yang kini terdapat di musium Louvre Paris. Sebuah spekulasi
yang beredar tentang siapa sesungguhnya Mona Lisa antara lain menyatakan bahwa citra
perempuan tersebut merupakan hasil rekaan wajah Da Vinci sendiri. Spekulasi yang lain
menyatakan bahwa perempuan tersebut memang pernah ada, seorang istri pedagang.
Leonardo da Vinci wafat di Clos Lucé, Perancis pada tanggal 2 Mei 1519, dan dimakamkan di
Kapel St. Hubert di kastel Amboise, Perancis.
contoh hasil karya Davincy
2. Van Googh

Vi ncent Willem van Gogh (ucapan Belanda: [vɪnˈsɛnt vɑnˈxɔx](bantuan•info)) (30 Maret
1853 – 29 Juli 1890) adalah pelukispasca-impresionisBelanda. Lukisan-lukisan dan gambar-
gambarnya termasuk karya seni yang terbaik, paling terkenal, dan paling mahal di dunia. Van
Gogh dianggap sebagai salah satu pelukis terbesar dalam sejarah seni Eropa.
Pada masa mudanya Van Gogh bekerja pada sebuah perusahaan penjual karya seni, dan setelah
beberapa waktu bekerja sebagai guru, ia melayani sebagai misionaris yang bekerja di wilayah
pertambangan yang sangat miskin. Ia baru menjadi seniman pada tahun 1880. Mulanya karya-
karyanya menggunakan warna-warna yang suram. Baru ketika di Paris ia berjumpa dengan
impresionisme dan neo-impresionisme yang warna-warnanya yang lebih cerah dan gaya
lukisannya dikembangkannya menjadi sebuah gaya yang unik dan mudah dikenali. Gaya
lukisannya ini mencapai tingkat perkembangannya yang penuh ketika ia tinggal di
Arles,Perancis.
Awalnya mengikuti tipikal pelukis di zamannya dengan gaya impresionisme. Namun
ketidakpuasan terhadap pengekangan ekspresi seni oleh pakem impresionisme mem buat ia
beralih pada gayaekspresionisme.
Vincent Van gogh didiagnosa menderita epilepsi yang cukup parah. Diagnosa ini dibuat oleh 2
orang dokter berbeda yang merawatnya. Van Gogh juga pernah memotong telinganya sendiri.
Pada akhir hidupnya, ia merasa dirinya menjadi gila dan akhirnya menghabiskan sisa hidup di
R.S. Jiwa Saint Paul-de-Mausole di Saint-Rémy-de-Provence, Perancis. Di R.S. Jiwa Saint Paul-
de-Mausole, dia tetap melukis.
3.Salvador Davi

Salvador Felip Jacint Dalí Domènech (11 Mei 1904 – 23 Januari 1989) adalah salah
satupelukis terpenting dari Spanyol. Ia dikenal lewat karya-karyanya yang surealis. Hasil karya
dikenal karena kombinasi mimpi aneh (bizzare) dengan draftmanship dan keahlian menggambar
yang luar biasa dipengaruhi oleh master Renaissance. Dali seorang artis dengan talenta dan
imaginasi yang besar. Dia mengakui bahwa dia mencintai melakukan hal yang tidak biasa untuk
menarik perhatian dirinya sendiri, yang kadang-kadang mengganggu penggermar yang mencintai
lukisannya dan juga para pengkritiknya, karena perilaku “keteaterannya” yang eksentrik kadang-
kadang membayangi hasil karyanya di perhatian publik.
4. Michaelangelo Buonarotti

Nama : MichaelangeloBounarotti
Lahir : Italia, 6 Maret 1475
Wafat : 18 Februari 1564
Nama Ayah : Lodavinco
NamaIbu : Francesca
Profesi : Seorangpelukis, Pemahat, PujanggadanArsitekzaman Renaissance
PerjalananKarir :
Ayahnya menginginkan agar Michaelangelo berkonsentrasi ke profesi yang dianggap lebih
mapan, namun Michaelangelo menyukai senirupa. Lalu dibina oleh Domenico Ghirlandaio
(namun dengan suatu sebabMichaelangelo menolak hali ni) dan Bertoldo di Giovanni.
Ghirlandaio kemudian merekomendasikannya kepada Lorenzo de Medici Ia lalu membuat
beberapa karya yang cukup mengagumkan (untuk usianya yang masih belasan tahun), di
antaranya:
• Madonna de la Salsa (1490-1492)
• Battle of the Centaurs (1491-1492)
Ciri perfeksionisme Michaelangelo mulai berkembang sejak kritik-kritik yang dilancarkan
Lorenzo de Medici.
Setelah Lorenzo de Medici wafat, penggantinya, Piero de Medici bukanlah orang yang disenangi
oleh Michaelangelo. Ia kemudian keluar dari binaan keluarga Medici dan melanjutkan karya-
karyanya sendiri. Kepemimpinan Piero de Medici yang lemah membuat kota Firenze dikepung
pihak Republikan, dan keluarga Medici terusir dari kota Firenze.
Pada masa ini, Michaelangelo membuat beberapa karya, antara lain:
• Wooden crucifix (1493) untukgereja Santa Maria del Santo Spirito
• Patungstudi Hercules darimarmer
5. Barli Sasmitawinata lahir tanggal 18 Maret 1921-8 Februari 2007. Dalam perjalanan
hidupnya, ia mulai menekuni dunia seni lukis di tahun 1930-an saat kakak iparnya meminta ia
belajar melukis di studio milik Jos Pluimentz, pelukis Belgia yang sempat tinggal di Bandung.
Setelah belajar dari Jos Pluimentz, ia melanjutkan pendidikan seninya di Eropa salah duanya :
pendidikannya diAcademie de la Grande Chaumiere, paris pada tahun 1950 danRijksakademie
van beeldende kunsten, Amsterdam Belanda di tahun 1956.

Barli sosok pelukis yang mementingkan pendidikan seni, maka ia pun mendirikan Sanggar


Rangga Gempol di Dago, Bandung.

Hasil karya Barli Sasmitawinata : Affandi dengan Istri Pulang Melukis Pohon Apel, Fruit Saller,
Ibu Tani, Bobotoh, Pasar, Dua Wanita, Gadis, Pantai Nude, Penari Kebyar, Penari Kipas 2 dan
lain-lain.
1. Basuki Abdullah lahir pada tanggal 27 Januari 1915 di Surakarta, Jawa Tengah dan meninggal
pada tanggal 5 November 1993. Termasuk salah satu pelukis Maestro Indonesia dengan
alirannya realis dan naturalis. Jiwa seninya tertanam dari bakat ayahnya yaitu Abdullah
Suriosubroto.

Pada saat masa pemerintahaan Jepang, Basuki masuk ke dalam gerakan Poetra dan ditugasnya
untuk mengajar seni lukis ke murid-muridnya, selain itu Basuki juga aktif di kebudayaan Jepang
saat itu.

Ketika di Belanda ia berhasil mengalahkan 87 pelukis di Eropa dan menjadi pemenang. Wow,
bangga ya beliau telah mengharumkan Indonesia. Selain itu ia sering kali berkeliling Eropa
seperti Itali dan Prancis dimana banyak pelukis di negara sana.

Basuki terkenal dengan pelukis potret yang dapat melukis wajah cantik wanita, terkadang
lukisannya lebih indah dibanding wajah aslinya. Pendidikan seninya tidak sia-sia, hingga
akhirnya pada tahun 1974 beliau menetap di Jakarta untuk diangkat sebagai pelukis Istana
Merdeka.

Hasil karyanya : Dr. Ir. Soekarno, Ibu dan Anak, Upacara Pembakaran Jenazah di Bali, Wanita
Spanyol, Nyai Roro Kidul, Jaka Tarub, Peperangan Antara Gatotkaca dengan Antasena, Anak
Nakal, dan lain-lain.
2. Delsy Syamsumar lahir pada tanggal 7 Mei 1935 di Medan dan meninggal tanggal 21 Juni
2001 di Jakarta. Adalah seorang pelukis beraliran Neoklasik, bakat melukisnya terlihat sejak
berusia 5 tahun.

Waktu masa perang revolusi, keluarganya memutuskan untuk pindah ke Sumatra dimana ia di
sekolahkan hingga SMU dan mendapatkan pendidikan agama Islam. Disinilah bakatnya terlihat,
ia sering mendapatkan rangking pertama untuk pelajaran seni lukis.

Saat usianya 17 tahun, ia membuat komik Sejarah dan dikirim ke majalah Aneka yang membuat
nama Delsy terkenal di seluruh penjuru Indonesia. Pada saat itu Delsy di panggil ke Jakarta oleh
penerbit dengan menyediakan fasilitas yang cukup, sehingga membuat ibunya Delsy rela
melepas anaknya dengan kepastian tunjangan fasilitas yang diterima Delsy.

Dalam membuat lukisan, Delsy terkenal sangat mahir, hal ini terlihat ketika ia melukis sosok
wanita, dengan sangat ekspresif dan gerakan-gerakan tubuhnya seolah menyampaikan suatu
pesan. Menurutnya anatomi wanita bagai medan yang kuat. Tidak heran jika lukisannya menjadi
salah satu lukisan termahal diantara pelukis lainnya.

Hasil karyanya : Komik berjudul si Semut, Sentot Alibasya Prawiradirdja, Gadjah Mada,
Christina Maria Tiahahu, Heroisme Cut Mutia, Kereta Api terakhir Yogyakarta, Dapur Umum
dan lain-lain.
3. Hendra Gunawan lahir pada tanggal 11 Juni 1918 di Bandung dan meninggal pada tanggal 17
Juli 1983 di Bali. Anak dari Raden Pawiranegara dan Raden Odah Tejaningsih.

Bakat melukisnya terlihat sejak masih SD, hal ini ditunjukan dari kemampuan ia melukis benda-
benda disekitar seperti buah-buahan, wayang golek, bunga dan lain-lain. Dan setelah ia
menginjak ke SMP, ia mulai menekuni dunia lukis dengan menggambarkan pemandangan.

Asal muasalnya ia berkenalan dengan Wahdi Sumanta dan Abdullah Suriosubroto kemudian
bertemu dengan Affandi, Sudarso dan Barli. Dari Wahdi ia dikenali dengan banyak ilmu tentang
melukis, namun ternyata tidak hanya melukis bahkan Hendra mengikut serta ke dalam kelompok
sandiwara Sunda. Pengalaman demi pengalaman ia lalui untuk mengasah kemampuannya.

Saat pertemuan dengan Affandi Sang Maestro, niatnya menjadi pelukis semakin besar. Ia mulai
memberanikan diri untuk melukis dan berkarya. Tapi bukan berarti ia tidak berani berkarya lho,
hanya saja… pertemuan dengan Affandi membuat sebuah fase besar bagi hidupnya, baginya
sosok Affandi sangat inspiratif dan motivator. Cintanya terhadap seni tidak hanya ia tumpahkan
pada sebuah kuas, namun ia membentuk Sanggar Pusaka Sunda di tahun 1940.

Karya Lukis Hendra Gunawan : Bisikan Iblis, Sketsa, Perempuan Menjual Ayam, Pasar
dipinggir Laut, Jual Beli dipasar dan lain-lain.
4. Henk Ngantung yang bernama lengkap Hendrik Hermanus Joel Ngantung lahir pada tanggal 1
Maret 1921 di Manado dan meninggal pada tanggal 12 Desember 1991. Seorang pelukis
Indonesia dan juga salah satu Wakil Gubernur pada periode 1960-1964, hingga menjadi
Gubernur Jakarta periode 1964-1965.

Kisah karirnya, sebelum menjabati posisi Gubernur, ia adalah pelukis, belajar dari pendidikan
non formal bersama Chairil Anwar dan Asrul Sani.

Sejarah kehidupannya cukup rumit, ia ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur guna
mengubah Jakarta sebagai kota Budaya, namun Henk Ngantung tidak berhasil mengubah itu
semua. Setelah lepas dari masa jabatan kehidupan Henk Ngantung hidup dalam kemiskinan dan
tinggal di perkampungan. Yang lebih miris lagi, ia memiliki penyakit jantung dan glaukoma.

Walaupun begitu, semangatnya untuk melukis tidak sirna. Hingga akhirnya pada tahun 1980-an
ia melukis dengan wajah nyaris dekat dengan kanvas. Dalam semasa hidupnya, ia belum
membuat pameran seni, namun pengusaha Ciputra mensponsorinya untuk mengadakan pameran
lukis untuk pertama dan juga terakhir.

Karya lukisannya yang berjudul “Digiring Ke Kandang” menjadi lukisan terbaik pada tahun
1942.
5. I.B. Said, lahir pada tanggal 28 Agustus 1934.

Pelukis ini ditunjuk oleh Presiden Soekarno untuk melukis wajah tamu-tamu negara yang
berkunjung ke Indonesia, hingga akhirnya ia melukis 300 wajah. Tamu pertama yang ia lukis
adalah Presiden Tiongkok bernama Liu Shoaqi di tahun 1963 dan yang terkahir adalah tamu
negara Presiden Iran bernama Mamoud Ahmadinejad pada tahun 2006.

Nama I.B. Said sudah sangat terkenal dikalangan seniman. Sampai usia 74 jasanya masih
digunakan di Istana Negara.

Berawal dari usul Henk Ngantung yang saat itu berada di posisi jabatan sebagai Gubernur
memiliki gagasan bahwa pelukis harus diajak aktivitas kenegaraan. Disaat itulah beberapa para
pelukis terlibat untuk melukis wajah tamu negara termasuk I.B. Said. Yang kemudian lukisannya
dipajang di Istana terkadang ada beberapa tamu minta dibawa pulang.

Saat pemerintahan Bung Karno, para pelukis tidak kurang dari 20 orang dan membuat 10 foto
untuk dipasang di titik-titik strategis yang akan terlihat oleh tamu negara, terkadang di titik yang
tidak dilewati tamu juga.

Hasil Karya I.B. Said : Segitiga Senen Tinggal Kenangan dan wajah-wajah tamu negara mulai
dari Josip Broz Tito, Ronald Reagan, Xanana Gusmao, Ferdinand Marcos, dan lain-lain.
1. HENDRA GUNAWAN

Hendra Gunawan adalah seorang pelukis yang lahir di kota Bandung, Jawa Barat pada tanggal
11 Juni 1918 dan wafat pada tanggal 17 Juli 1983 di Denpasar, Bali. Beliau adalah putra dari
Raden Prawiranegara dan Raden Odah Tejaningsih. 

Ketika Hendra Gunawan masih kecil, beliau sangat tekun belajar menggambar segala macam
yang ada di sekelilingnya seorang diri. Hingga ketika beliau duduk di bangku kelas 7, beliau
sanggup melukis sebuah pemandangan alam. 

PENDIDIKAN YANG DITEMPUH HENDRA GUNAWAN

Setelah Hendra Gunawan berhasil menyelesaikan pendidikannya di SMP Pasundan, Hendra


Gunawan mulai serius mempelajari melukis. Pada awal mulanya, Hendra Gunawan belajar
kepada seorang pelukis pemandangan Wahdi Sumanata yaitu Abdullah Suriosubroto yang
merupakan ayah dari Basuki Abdullah.

Selanjutnya, setelah Hendra Gunawan belajar melukis pada Abdullah Suriosubroto, beliau
bertemu dengan Affandi Koesoema, Sudarso dan Barli. Kemudian mereka membentuk sebuah
tim dan diberi nama Lima Serangkai. Hingga akhirnya mereka mengadakan latihan untuk
melukis bersama di rumah Affandi. 
Bertemunya dengan Affandi adalah tahap dimana Hendra Gunawan merasakan terinspirasi untuk
menjadi seorang pelukis. Sehingga akhirnya beliau memberanikan diri untuk berkecimpung di
dunia lukis dan didasari dengan niat tulus dan besar dan ketekunan. Dengan bermodalkan pensil,
kertas, kanvas dan cat, beliau mulai berkarya. Bukti keberanian beliau untuk tetap maju menjadi
seorang pelukis dibuktikan dengan membentuk Sanggar Pusaka Sunda pada tahun 1940-an dan
mengadakan pameran bersama dengan pelukis Bandung lainnya. 

HASIL KARYA LUKISAN HENDRA GUNAWAN

"Perempuan dan Rajungan" oleh Hendra Gunawan


 
2. Dullah suweileh

Pelukis Dullah lahir di Solo, Jawa Tengah, 17 September 1919, ia dikenal sebagai
seorang pelukis realis. Corak lukisannya realistik. Mempunyai kegemaran melukis
portrait (wajah) dan komposisi-komposisi yang menampilkan banyak orang (group).
Diakui, Dullah belajar melukis dari dua orang Gurunya yang sekaligus merupakan
pelukis ternama, yaitu S. Sudjojono dan Affandi. Meskipun demikian corak lukisannya
tidak pernah mempunyai persamaan dengan dua orang gurunya tersebut.  

Pernah dikenal sebagai pelukis istana selama 10 tahun sejak awal tahun 1950-an,
dengan tugas merestorasi lukisan (memperbaiki lukisan-lukisan yang rusak) dan
menjadi bagian dalam penyusunan buku koleksi lukisan Presiden Soekarno. Dullah
juga dikenal sebagai pelukis revolusi, karena dalam karya-karyanya banyak menyajikan
lukisan dengan tema-tema perjuangan selama masa mempertahankan kemerdekaan.
Pada waktu perang kemerdekaan II, saat Yogyakarta diduduki oleh tentara Belanda
pada 19 Desember 1949 hingga 29 Juni 1950, Dullah memimpin anak didiknya yang
masih belum berumur 17 tahun untuk melukis langsung peristiwa-peristiwa selama
pendudukan Yogyakarta sebagai usaha pendokumentasian sejarah perjuangan
bangsa. Lukisan-lukisan yang dihasilkan ketika itu diulas di surat-surat kabar, bahkan
oleh Affandi dinilai sebagai karya satu-satunya di dunia.
  
Dullah merupakan salah seorang pelukis realis yang jarang berpameran. Tapi
pamerannya bersama anak-anaknya di Gedung Agung (Istana Kepresidenan Yogya)
tahun 1978, berhasil menarik puluhan ribu orang. Meskipun pameran diperpanjang satu
hari, pintu gerbang Gedung Agung bagian Utara sempat pula jebol. Pameran itu
dilanjutkan 20 Desember 1979 hingga 2 Januari 1980, di Aldiron Plaza, Jakarta. Banyak
orang kecewa karena ia tak menjual lukisannya.
Bagi Dullah, melukis adalah media untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Dullah
termasuk pendiri Himpunan Budaya Surakarta (HBS). Kemudian didirikannya sebuah
sanggar di Pejeng, Bali. Pada setiap pameran baik didalam atau diluar negeri, karya
murid-muridnya ikut disertakan.
Ia juga menulis sajak, beberapa sajaknya dimuat dalam bunga rampai sastra Indonesia
yang di himpun oleh H.B Jassin. Pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan
terbit dalam sebuah kumpulan di Pakistan. Sebuah puisinya yang berjudul Anak Rakyat
ditulis tahun 1943 dan dimuat dalam Gema Tanah Air, barangkali sudah
mengisyaratkan kegandrungannya kepada tema perjuangan dalam lukisan-lukisannya.
Dullah mendirikan museum pribadi di Solo pada tahun 70-an, dan hingga kini museum
tersebut masih representatif dan dikelola oleh pemerintah Kotamadya Surakarta.
Banyak lukisan-lukisannya yang menjadi koleksi pejabat-pejabat penting pemerintahan,
kolektor seni baik dalam maupun luar negeri, tokoh masayarakat dan orang terkemuka,
diantaranya Presiden pertama RI Soekarno, Wakil Presiden pertama RI Muhammad
Hatta, Adam Malik, mantan Presiden Amerika Serikat Eisenhower, mantan Wakil
Presiden Amerika Serikat Walter Mondale, mantan Perdana Menteri Australia Rudolf
Menzies dan museum seni lukis di Ceko.   
"Di depan pura" by Dullah, Size: 68cm x 54cm, Medium: Oil on canvas, Year: 1969
3. ITJI TARMIZI (1939-2001)

Itji Tarmizi (lahir di Desa Tepi Selo, Lintau, Tanah Datar, Sumatera Barat, 21


Juli 1939 – meninggal di Jakarta, 27 November 2001 pada umur 62 tahun) adalah
seorang seniman senirupa Indonesia. Lukisan Itji Tarmizi beraliran realisme-sosialis,
bahkan dia dianggap salah satu maestro di aliran itu. Dia adalah salah satu pelukis pada
zaman orde lama periode 1950-1960-an, di mana pada masa itu tengah berlangsung
sosialisme yang gegap gempita.
Salah satu pelukis kesayangan Soekarno dan Mohammad Hatta itu dianggap sebagai
satu mata rantai yang hilang dalam jagad senirupa Indonesia. Mata rantai itu adalah
karya-karya senirupa periode 1950-1960-an yang belum dikenal secara luas karena
berada ditangan para kolektor.
Beberapa karya lukis Itji Tarmizi yang memvisualkan kehidupan kaum papa, objek-
objek manusia yang bekerja keras untuk kelangsungan hidup, antara lain
"Perkampungan Nelayan", "Lelang Ikan", "Potret Pribadi", "Melepas Gembala Kerbau"
dan lain-lain.
Pada masa orde baru dia menghindar dari publisitas karena lukisan-lukisannya yang
kritis terhadap ketidak-adilan dalam kehidupan sosial masyarakat. Perubahan rezim
telah menenggelamkan namanya sehingga tak sepopuler teman-teman seangkatannya.
Sejak tahun 1975, dalam kesunyiannya di kampung halaman dia tak pernah berhenti
berkarya. Setelah tumbangnya orde baru dan berganti orde reformasi, Itji kembali
muncul di Jakarta dan berkiprah lagi didunia senirupa. Namun tak lama kemudian,
pada tanggal 27 November 2001 dia meninggal dunia dan dimakamkan di TPU Pondok
Kelapa, Jakarta Timur.

Hasil karyanya.

You might also like