Professional Documents
Culture Documents
Topik 8 Faktor Kimia Di Tempat Kerja
Topik 8 Faktor Kimia Di Tempat Kerja
DAN PENANGGULANGANYA
C. CAPAIAN PEMBELAJARAN
D. MATERI
f. Kadmium (Cd)
Kadmium adalah jenis logam putih kebiru-biruan yang resisten terhadap
karat. Logam ini digunakan sebagai senyawa yang mudah disatukan untuk
melapis elektroda pengelasan dan pematrian logam.
Penggunaan lainnya sebagai stabilizer plastik polivinil, elektroda baterai
alkalin, amalgam pada kedokteran gigi dan dalam pabrik lampu fluoresens,
fotosel dan semikonduktor. Senyawa-senyawa kadmium dipergunakan sebagai
pigmen dan cat, pestisida, sebagai katalis dan dalam fotografi.
Pada paparan akut, gangguan gastrointestinal dan pneumonitis kimia dapat
terjadi. Sedangkan pada pemaparan kronis, efek utama adalah kerusakan ginjal
dan emphisema paru. Ginjal merupakan organ pertama yang akan dirusak dalam
pemaparan jangka lama. Perubahan tulang, anemia ringan dan anosmia dapat
pula terjadi.
g. Nikel (Ni)
Nikel adalah logam putih perak yang sangat bermanfaat karena
mengkombinasikan daya tahan terhadap karat dengan mudah dilunakkan dan
dibengkokkan.
Logam ini dipergunakan secara luas sebagai campuran, misalnya
mata uang logam, besi, chromic, plat baja, tungsteen (lampu pijar) dan nikel
untuk alat potong dan perhiasan. Pengelasan benda yang mengandung nikel,
penambangan dan peleburan nikel dan pemotongan produk-produk nikel dapat
menimbulkan pemaparan nikel.
Kontak kulit dengan nikel akan menimbulkan dermatitis secara mudah.
Kepekaan terhadap nikel sulit dihilangkan. Nikel karbonil berbentuk gas nikel
dapat menyebabkan edema paru. Kanker paru dan hidung dapat terjadi dari nikel
karbonil dan bentuk-bentuk nikel lainnya.
h. Chromium (Cr)
Chromium (Cr) adalah logam berwarna putih perak. Logam ini
ditemukan dalam 3 valensi yakni: 2+, 3+ dan 6+. Cr valensi 6+ meliputi asam
chromik dan dichromat.
Pemaparan Cr terjadi pada peleburan dan pembakaran biji chromat.
Chromium juga dipergunakan secara ekstensif dalam pembentukan plat chrom
sebagai alat pencegah karat, membuat lempengan, penyamakan kulit, pabrik
kaca untuk pewarnaan dan pelapisan, dan sebagai katalis dalam industri
kimia. Penanganan produk-produk chromium (misalnya pengelasan), dapat
menimbulkan bahaya kontak. Senyawa Cr6+ adalah umum ditemukan pada
semen, lem, deterjen, dan korek api.
Efek utama chromium adalah iritasi dan nekrosis jaringan terutama lubang
hidung dan kulit. Karsinogen dapat terjadi pada paru-paru. Chromium juga
dicurigai menyebabkan kanker lambung, radang dinding lambung dan gastritis.
i. Zinkum (Zn)
Zinkum (seng) adalah logam berwarna abu kebiru-biruan. Zinkum oksida
adalah senyawa zinkum yang paling umum dimana para pekerja sering terpapar.
Pemaparan zinkum klorida jarang dihadapi tapi sangat toksik. Diberbagai negara
tropis, lembaran zinkum sering digunakan untuk atap rumah di daerah
pedesaan. Dalam proses pengolahan zinkum, dipergunakan secara luas untuk
mencegah karat pada benda-benda besi. Zinkum oksida dapat menyebabkan
dermatitis, tidak berefek jangka panjang. Akibat yang paling umum terhadap
absorbsi zinkum (zinkum oksida) adalah metal fume fever (demam uap logam).
Uap Zinkum klorida mengiritasi saluran pernafasan dan dapat berbahaya dalam
ruang tertutup.
Zinkum klorida bersifat korosif terhadap kulit dan membran mukosa.
Pemaparan yang hebat dapat meningkatkan odema paru dan bronchopneumonia.
j. Berillium
Berillium adalah logam yang dipergunakan secara luas dalam reaksi fisi atom
sebagai lempengan logam dan dalam proses pembuatan alat-alat listrik, kimia dan
peralatan refraktori.
Garam-garam berillium yang mudah larut dapat mengiritasi kulit dan
membran mukosa. Berillium dan senyawanya juga dapat menyebabkan efek
sistemik bila dihirup. Pemaparan akut dapat menyebabkan pneumonitis atau
odema paru. Pemaparan kronis dapat menyebabkan difusi interstisial fibrosis
paru dan gangguan yang parah.
k. Timah
Timah adalah logam lunak berwarna putih perak. Logam ini
dipergunakan secara luas dalam industri pengalengan dan untuk pembuatan
solder, peralatan dapur, lembaran atap dan berbagai barang-barang lainnya.
Juga dipergunakan dalam pembuatan lempengan seperti campuran timah putih
dan hitam.
Pemaparan debu atau uap timah anorganik dapat menimbulkan bayangan
yang membingungkan pada foto thorak (sinar-X) tetapi tidak ada fibrosa atau
disabiliti. Namun demikian, senyawa-senyawa organik mengakibatkan iritasi
kulit dan membrane mukosa. Juga dapat menyebabkan gangguan yang parah
pada sistem saraf pusat.
l. Aluminium
Aluminium dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti:
pembuatan mobil, pesawat, kapal dan berbagai barang-barang rumah tangga
lainnya. Aluminium foil dipergunakan secara luas pada pengemasan.
Pemaparan utama dalam situasi kerja terjadi dalam peleburan dan
penghalusan. Garam aluminium dapat menyebabkan dermatitis, eksim, dan
iritasi mata serta kerongkongan. Efek sistemik dari absorbsi debu dan uap
aluminium masih belum diketahui. Aluminium dicurigai dapat menyebabkan
fibrosis paru.
m. Perak
Perak adalah logam putih yang sangat ductile dan mudah dilunakkan.
Logam ini dipergunakan untuk menghasilkan hiasan, instrumen ilmu
pengetahuan dan lempengan lainnya.
Apabila diabsorbsi dalam tubuh maka perak atau senyawanya akan
terakumulasi dalam tubuh dan sangat sedikit diekskresikan. Tidak ada gejala-
gejala atau gangguan yang terjadi.
n. Antimoni
Antimoni adalah logam lembut berwarna putih perak. Logam ini
dipergunakan secara luas dalam produksi lempengan untuk menambah
kekuatan logam dan tahan karat. Senyawa-senyawa antimoni juga dipergunakan
sebagai katalis. Jalur absorbsi yang lazim adalah paru-paru dan kulit. Logam dan
senyawanya mengiritasi kulit dan membran mukosa mata, hidung dan
tenggorokan. Ulserasi lubang hidung dan larynks juga dapat terjadi. Intoksikasi
sistemik dari antimoni atau senyawanya dapat terjadi dikalangan para pekerja.
o. Platinum
Platinum adalah logam putih abu-abu. Dipergunakan sebagai logam mulia
dan juga sebagai katalis dalam berbagai proses pada industri minyak dan kimia.
Garam-garam platinum, meskipun barangkali bukan logam itu sendiri, telah
diketahui menimbulkan dermatitis, rhinitis, asma dan conjunctivitis.
p. Thallium
Thallium dan senyawanya dipergunakan sebagai fungisida, insektisida,
rodentisida, pencelupan dan pewarnaan, pembuatan berbagai peralatan optik
dan peralatan ilmu pengetahuan lainnya dan juga sebagai katalis dalam industri
kimia.
Thalium adalah zat yang sangat mengiritasi dan substansi toksik dapat
menyebabkan alopesia dan neuropathi perifer.
q. Vanadium
Vanadium adalah logam putih yang sangat langka ditemukan, akan tetapi
senyawanya lebih umum dipergunakan. Vanadium adalah suatu unsur dalam
bahan minyak mentah dari negara-negara tertentu seperti Venezuela. Sebagai
konsekuensinya, vanadium pentoksida dapat ditemukan dalam effluent tungku
api dan boiler dengan menggunakan produk-produk minyak dari negara-
negara tertentu. Vanadium diabsorbsi terutama melalui inhalasi. Vanadium
dapat mengiritasi kulit dan membran mukosa. Pneumonitis dan bronchitis
asthmatik dapat mengkomplikasi penyakit. Depresi sistem saraf pusat dan
tremor dapat terjadi. Lidah dapat berwarna hitam kehijau-hijauan pada
pemaparan vanadium konsentrasi tinggi.
r. Selenium
Selenium adalah suatu unsur yang menyerupai sulfur secara kimia. Ada
bentuk selenium abu-abu, oranye, dan merah. Logam ini memiliki berbagai sifat
logam, meskipun tidak termasuk logam, tetapi metalloid (seperti logam).
Selenium dipergunakan dalam pabrik pembuatan kaca (untuk pewarnaan
kaca atau membuat kaca merah), sebagai pigmen berwarna untuk cet, dalam
proses pembuatan sel-sel fotoelektrik, vulkanisasi karet dan dalam pengalengan
makanan.
Selenium diabsorbsi terutama melalui paru-paru, akan tetapi juga melalui
kulit dan usus. Selenium dapat mengiritasi membran mukosa mata dan naso-
pharinks dan menyebabkan sakit kepala.
Pemaparan yang lama dapat menyebabkan mual, muntah-muntah, pusing,
lelah, dan gangguan rasa logam dan bau bawang putih (garlic) dalam pernafasan.
3. Pestisida
Pestisida adalah kelompok besar substansi dari berbagai komposisi zat-zat
kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama. Pestisida diklasifikasikan
kedalam: insektisida dan fungisida, herbisida, rodentisida dan fumigan.
Pestisida telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia.
Panenan dapat diselamatkan dengan baik yang tadinya merosot akibat pengaruh
sejumlah serangga atau predator mamalia. Kayu yang dijual dan produk-produk
kayu telah terlindungi dari penyakit fungi. Sangat disesalkan, oleh karena
penggunaannya yang berlebihan atau salah penggunaannya, ribuan orang telah mati
atau menderita keracunan pestisida. Kasus ini terutama di sektor pertanian dan
negara-negara sedang berkembang. Kebanyakan kasus keracunan yang tidak
disengaja dari pestisida terjadi melalui absorpsi kulit sedangkan keracunan bunuh
diri atau yang tidak disengaja juga terjadi melalui absorpsi dari saluran
gastrointestinal.
a. Insektisida dan Fungisida
Berikut ini adalah insektisida dan fungisida yang umum dipergunakan:
i. Pyrethrum dan Pyrethrin. Jenis pestisida ini secara alami berasal dari
substansi tanaman. Dan umumnya relatif tidak berbahaya bagi manusia
akan tetapi dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan atau alergi kulit.
Obat nyamuk bakar secara luas digunakan di negara-negara sedang
berkembang terbuat dari substansi tersebut. Rotenone. Rotenon sama seperti
pyrethrum berasal dari tanaman dan berkhasiat. Piperonyl butoxide dan
senyawa piperonyl lainnya. Insektisida ini bekerja sinergis dengan insektisida
lainnya dan menjadi tidak toksik.
ii. Senyawa-senyawa Organoklorin. Contohnya adalah DDT, lindane, dieldrin
dan aldrin yang mudah diabsorbsi dan berakumulasi dalam lemak tubuh.
Oleh karena takut akan efek toksik dapat terjadi melebihi konsentrasi kritis
yang dicapai dan karena biodegradasi senyawa-senyawa ini sangat lambat
terjadi sehingga menimbulkan persistensi dalam lingkungan, maka
pestisida organoklorin tidak digunakan lagi dikebanyakan negara.
Organoklorin adalah stimulator yang kuat dari sistem saraf. Mual, sakit
kepala, disorientasi, parasthesiae, kebingungan mental, otot kejang dan
konvulsi dapat terjadi. Pengujian kadar serum secara teratur dapat
digunakan untuk pemantauan.
iii. Senyawa-senyawa Organofosfat. Kebanyakan substansi ini bervariasi tingkat
keracunannya dari parathion yang sangat toksik sampai dichlovos yang relatif
kurang toksik. Seluruhnya akan menginaktivasi enzim cholinesterase yang
menguraikan asetil cholin dalam tubuh. Asetilcholin akan merangsang
aktifitas saraf parasimpatik. Gejala-gejala ringan meliputi kurangnya selera
makan, sakit kepala, malas, lemas dan konstriksi pupil. Paling banyak
diantaranya berwujud spasme otot, kejang dan koma. Tingkat cholinesterase
dalam plasma dan sel darah merah dapat digunakan untuk memantau
pemaparan organofosfat. Metode pemantauan terdiri dari: metode
elektrometrik (Michel), colorimetrik (Ellman), tintometrik dan
spectrofotometri. Setiap metode ini dapat digunakan untuk memantau
pemaparan tenaga kerja bila pengendalian kualitas memadai terjamin.
Inhibisi sel merah cholinesterase umumnya menjadi indikator terbaik dari
efek biologik dari serum cholinesterase karena analog terhadap enzim yang
ditemukan dalam jaringan sistem syaraf. Namun, antara sel merah dan
serum cholinesterase digunakan untuk memantau tenaga kerja. Data awal
harus diperoleh untuk setiap tenaga kerja sebelum masa penyemprotan.
Tenaga kerja tidak melanjutkan penyemprotan bila pemaparan lebih lanjut
tingkat cholinesterasenya turun dibawah 60% dari awal (tingkat sebelum
pemaparan). Interval antara uji akan tergantung pada intensitas dan keadaan
pemaparan. Kelumpuhan (paralisis) saraf dapat terjadi setelah tertunda
sampai beberapa bulan sejak mulainya serangan gejala-gejala akut.
Adakalanya, tidak ada gejala-gejala akut mendahului serangan paralisis saraf.
Pengobatan dengan atropine dan obat sejenisnya. Pengobatan pendukung
untuk kasus sakit (misalnya penggantian elektrolit dan memelihara fungsi
respirasi jantung) sangat penting.
iv. Karbamat. Contoh substansi ini adalah karbaril (sevin) dan karbofuran yang
kurang toksik dibading organofosfat. Juga merupakan inaktivator
cholinesterase. Atropine dipergunakan sebagai antidot terhadap keracunan
karbamat.
v. Merkuri Organik. Merkuri organik sangat toksik dan persisten. Sekarang ini,
jarang dipergunakan kecuali untuk obat benih dan mematikan rumput pada
lahan.
b. Herbisida
1. Herbisida arsenik. Herbisida ini sangat toksik dan dilarang di berbagai
negara.
2. Herbisida dinitrofenol, dinitro ortho kresol dan jenis herbisida fenol
dan nitro creso lainnya. Substansi ini merangsang metabolisme
tubuh memproduksi sindrom seperti thyrotoksik tetapi tanpa
pembesaran atau pembengkakan kelenjar tiroid. Kelelahan berlebih,
haus dan keringat dapat terjadi. Dalam kasus-kasus kelelahan,
demam, dyspnoea, koma dan kematian dapat pula terjadi. Estimasi
kadar darah dan urine adalah bermanfaat.
3. Paraquat, diquat dan herbisida bipiridyl lainnya. Iritasi kulit, selaput
mukosa mata dan kerongkongan, mual, dyspnoea, dan edema paru,
fibrosis hati dan paru, dan kerusakan ginjal dapat terjadi akibat
substansi ini. Memantau dengan estimasi kadar urine adalah
bermanfaat.
4. Herbisida phenoxy dan pembasmi gulma. Substansi ini tingkat
toksisitasnya rendah tetapi dapat mengiritasi kulit. Asam
triklorofenoksiasetik (2,4 S-T) sangat tidak toksik, akan tetapi
mengandung dioksin dan bentuk tidak murni. Jenis substansi
terakhir ini adalah salah satu substansi yang paling tidak toksik dan
telah diketahui menyebabkan chloracne pada manusia dan
kerusakan yang bersifat turunan pada hewan-hewan percobaan. 2,4
S-T mengandung tidak lebih dari 0,1 ppm dioksin. Kaum wanita
dalam interval usia reproduktif sebaiknya tidak memegang 2,4 S-T
sama sekali. Agent orange, yang dipergunakan secara luas oleh
orang Amerika selama perang Vietnam, mengandung 2,4 S-T dan
dipergunakan sebagai perontok daun tanaman (defoliant). Veteran
perang Amerika yang banyak terpapar selalu diamati oleh
pemerintah Amerika Serikat.
c. Rodentisida dan Fumigan
1. Kalsium sianida. Kalsium sianida adalah jenis fumigan yang umum
dipergunakan membasmi hewan pengerat dan serangga.
Preparasi substansi berwarna abu-abu putih bereaksi dengan air di
udara untuk menghasilkan asam hidrisianik atau gas sianida yang
memiliki aroma sengit yang khas dan pahit.
2. Metil bromida. Substansi ini sangat mengiritasi dan gas toksik
yang dapat menyebabkan kerusakan otak.
3. Fosfin. Gas ini sangat toksik dihasilkan melalui kontak aluminium
fosfid dengan air di udara. Substansi ini memiliki aroma bawang
putih dan ikan busuk yang sangat khas. Dapat menyebabkan
oedema paru.
4. Antikoagulan. Rodentisida ini (contohnya warfarin dan coumafuril)
memperlambat proses koagulasi dan meningkatkan waktu
protrombin yang dapat dipergunakan untuk memantau. Kebanyakan
kasus keracunan pestisida yang dilaporkan tidaklah berhubungan
dengan pekerjaan, melainkan bunuh diri atau tidak disengaja, yang
mempengaruhi komunitas umum daripada pekerja. Oleh karena itu
paling penting agar pengawasan yang tepat dilaksanakan dalam
penyimpanan pestisida dan pembuangan wadah yang dipergunakan,
yang mengandung residu pestisida. Meskipun faktor pekerjaan
turut mempengaruhi sejumlah kecil kasus keracunan pestisida,
namun perlu mendapat perhatian cermat. Teknologi menghilangkan
insiden kasus-kasus demikian ini sudah tersedia secara luas.
Masalahnya biasanya menyangkut kurangnya aplikasi akibat
ketidaktahuan atau kesembronoan.
4. Senyawa karbon
Era modern telah ditandai dengan perkembangan yang luar biasa dari
pemanfaatan dan pengolahan senyawa yang mengandung karbon. Di negara-
negara berkembang, kaum pria dan wanita dikelilingi oleh zat ini. Kenderaan, mesin
tik, perabotan rumah tangga, mainan, pena, radio, televisi dan telepon, terbuat dari
senyawa-senyawa karbon. Kebanyakan suplai energi dunia berasal dari karbon fosil
dalam bentuk minyak atau batubara.
Senyawa-senyawa karbon terdiri dari 2 jenis, yaitu: alifatik dan aromatik.
Senyawa-senyawa alifatik memiliki bentuk rantai terbuka dari struktur molekul,
misalnya etana dimana atom membentuk mata rantai lurus dan bercabang.
Senyawa-senyawa karbon aromatik memiliki struktuk molekul berbentuk cincin,
misalnya benzena dimana atom-atom karbon akan membentuk cincin-cincin
tertutup.
1. Pelarut Organik
Sebagian besar kelompok senyawa-senyawa karbon organik sebagai
substansi (bahan) pelarut dan digunakan secara luas bukan sebagai
pelarut saja melainkan juga sebagai pelumas dan gas-gas anestesi.
Senyawa ini cair dalam rentang suhu 0 - 250 , mudah menguap dan
o
relatif inert secara kimia. Mayoritas senyawa ini tidak larut atau sebagian
larut dalam air. Senyawa ini dipergunakan untuk melarutkan atau
mencairkan zat-zat lain sekaligus menguap setelah digunakan pada
permukaan sehingga terjadi polusi udara. Senyawa ini banyak terdapat
dalam cet, lem dan pelapisan dan juga dipergunakan dalam pabrik
polimer, farmasi dan pencelupan. Adakalanya pelarut-pelarut organik
terjadi dari campuran dua atau lebih pelarut karena dihasilkan sebagai
fraksi distilasi dari bahan-bahan baku.
Dalam tubuh senyawa-senyawa karbon dibiotransformasi dalam
hati atau disimpan dalam jaringan yang kaya lipid seperti otak. Sistem
syaraf merupakan organ target yang paling umum dari efek pelarut
organik. Pelarut ini sebagian diekskresi tanpa berubah melalui paru-paru
dan metabolismenya yang larut dalam air diekskresi dalam urin.
Senyawa-senyawa N-heksan dan sejenisnya akan menyebabkan
penyempitan bagian-bagian terminal neuron pada sistem saraf pusat dan
perifer. Setelah pemaparan trikloretilen yang hebat, kerusakan pada
pusat neuron yang hebat dalam otak. Otak kecil telah diamati sebagai
penyebab pemaparan toluen. Dasar biokimia dari efek pelarut organik
terhadap kesehatan masih belum diketahui secara utuh. Sering pula terjadi
perlambatan dari kecepatan konduksi motor dan sensorik dalam syaraf,
misalnya pada intoksikasi karbon disulfida.
2. Kelompok kimia senyawa karbon:
1. Non substitusi
a. Senyawa alifatik: metil alkohol, tetraklorethan, karbon tetraklorida,
trikloretilen, trikoloroetan, etilin diklorida, glikol (misalnya, etilen
klorhidrin, dietilen dioksida dan karbon disulfida). CCl digunakan
4
demikian, kita perlu menganggap bahwa gas bersifat toksik sebagai kelompok
khusus karena insiden-insiden yang berhubungan dengan gas merupakan bahaya
akut dan serius, dan tindakan pengobatan yang tepat diperlukan untuk
menyelamatkan nyawa korban. Bahaya keracunan gas terutama nyata didalam
ruangan tertutup atau sistem ventilasi yang tidak baik.
pada konsentrasi rendah dan rasa pedas pada konsentrasi tinggi. Dipergunakan
dalam pabrik pembuatan cet, anilin dan isosianat. Pemaparan fosgen potensial
pada pekerja pembuat senyawa chlorinated, pembuatan cet, petugas pemadam api
(tabung pemadam), pembuat gelas, pembuat damar.
Fosgen diproduksi dengan pamanasan substansi klorin, termasuk selama
pembakaran. Substansi ini mengiritasi kulit dan selaput mukosa. Pemaparan akut
dapat menyebabkan odema paru yang diawali oleh periode laten selama 5 - 6 jam
tetapi jarang terjadi lebih lama daripada 12 jam. Pemaparan kronis dapat
menimbulkan fibrosis paru dan emphysema.
c. Gas dengan efek sistemik
Gas-gas dengan efek sistemik diabsorbsi ke dalam tubuh dan mampu
menimbulkan efek penyakit dalam bagian-bagian tubuh selain dari saluran
pernafasan. Contoh:
1. Arsin (AsH ), menyebabkan hemolisis yang hebat.
3
terowongan, sampah, limbah air dan diproduksi oleh sejumlah reaksi kimia.
Pada kilang minyak mentah, H S diproduksi setiap bahan sulfur tinggi disuling
2