You are on page 1of 14

FAKTOR KIMIA DI TEMPAT KERJA

DAN PENANGGULANGANYA

A. DESKRIPSI  MATA KULIAH


Pada bab ini akan dibahas mengenai dampak bahan kimia terhadap manusia, NAB
bahan kimia dan efek bahan kimia pada manuasia.  Setelah mempelajari materi ini
mahasiswa diminta mengidentifikasi hazrad bahan kimia, NAB bahan Kimia, dan efek
bahan kimia  pada kesehatan. Pada saat perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat
berdiskusi mengenai dampak bahan kimia terhadap manusia, NAB bahan kimia dan efek
bahan kimia pada manuasia. Pada akhir bab terdapat evaluasi formatif yang dapat
dikerjakan oleh mahasiswa agar lebih memahami materi yang telah dipelajari
B. RELEVANSI
Faktor kimia adalah faktor didalam tempat kerja yang bersifat kimia, yang meliputi
bentuk padatan (partikel, cair, gas, kabut, aerosol, dan uap yang berasal dari bahan-
bahan kimia, mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu, awan, kabut, uap
logam, dan asap ; serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah gas dan uap (pasal 1,
butir 11, dan butir 12. Permennakertransi No.PER. 13/MEN/X/2011, tentang NAB (Nilai
Ambang Batas) Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja).
Sedangkan bahan kimia (chemical), adalah unsur kimia dan senyawanya
dan campurannya, baik yang bersifat alami maupun sintetis.
Keracunan bahan kimia, dimana dalam keadaan normal, badan manusia
mampu mengatasi bermacam-macam bahan dalam batas-batas tertentu.
Keracunan terjadi apabila batas-batas tersebut dilampui dimana badan tidak
mampu mengatasinya(melalui saluran pencernaan, penyerapan atau pembuangan).
Derajad racun (toxicity), adalah potensi kandungan bahan kimia yang menyebabkan
keracunan. Racun dari bahan kimia sangat beragam (contoh ; beberapa tetesan bahan
kimia bisa mematikan, sementara yang lain baru memberikan efek kalau dikonsumsi
dalam jumlah yang besar)
Bahaya kimia (chemical hazard) adalah bahan kimia yang digolongkan
kedalam bahan-bahan berbahaya atau memiliki informasi yang menyatakan bahwan
bahan tersebut berbahaya, biasanya informasi tersebut dalam “lembar data keselamatan
(chemical safety data sheet)”, yang memuat dokumen dan informasi penting untuk para
pengguna yang bertalian dengan sifat kandungan bahayanya dan cara-cara penggunaan
yang aman, ciri-ciri,supplier, penggolongan, bahayanya, peringatan-peringatan, bahaya
dan prosedur tanggap darurat.
Faktor-faktor yang menciptakan kondisi intensitas bahaya di area
lingkungan tempat kerja yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia
meliputi ; derajat racun,  sifat-sifat fisik dari bahan,  tata cara kerja,  sifat dasar,
tempat/jalan masuk, kerentanan individu para pekerja, dan  kombinasi faktor-faktor
sampai dengan akan menibulkan situasi yang berbahaya.

C. CAPAIAN PEMBELAJARAN
D. MATERI

Bahaya faktor kimia di lingkungan kerja meliputi:  paparan debu, logam,


pestisida, senyawa karbon dan gas.      
1. Debu
Pneumoconiosis  merupakan  penyakit paru  akibat  penimbunan debu.  Jenis
pneumoconiosis tergantung daripada jenis paparan debu.  Bentuk debu terdiri dari:
a. Debu inorganik: debu mineral (silika, asbestos, batu bara, grafit, talk) dan debu
metalik (logam) murni/senyawanya (Pb, Arsen, Berrylium, Cd, Mn, Hg, Ni).
1. Debu silika
Pemaparan debu silika bersumber dari penghancuran granit, pertambangan
batu bara, mineral dan batu mulia dalam tanah  bersilika,  pabrik yang
menggunakan silika untuk proses sand-blasting.  Penimbunan debu silika
dalam paru mengakibatkan penyakit silicosis.
2. Asbestos
Asbestos,  kelompok silika berserat yang  banyak  mengandung Magnesium
(Mg).  Ada 2 jenis asbestos:

  Chrysolite, dikenal sebagai Mg silikat murni (asbestos putih).


  Amphiboles  (mengandung mineral besi dan kalsium).  Jenis  ini
paling banyak adalah crocidolite (asbes biru), amosite (asbestos
coklat) dan anthrophyllite.
Asbestos tahan panas, asam dan api, ringan, lunak dan dapat menahan
berat.  Pada bangunan, asbestos digunakan  sebagai  anti panas dan
api dan insulasi panas dalam bentuk batu  bata, lembaran dan bahan
lain untuk tungku api, cerobong asap, kapal.
Pemaparan debu asbestos terberat terjadi pada industri konstruksi,
terutama saat memasang asbestos pada pekerjaan renovasi atau
pembongkaran bangunan.  Pemaparan asbestos juga ada pada produk
asbes (tekstil, produk yang digesek, insulasi dan bahan bangunan), dan
pekerjaan memperbaiki rem dan kopling kenderaan bermotor.
Debu asbestos  menyebabkan  asbestosis, bronchogenic carcinoma,
mesothelioma,  kanker (dicurigai menyebabkan kanker larynx,
oesophagus, hati dan prostat).
3. Coal miners'lung (coal workers' pneumoconiosis),  penyakit paru akibat
debu batu bara.
4. Graphite lung, penyakit paru akibat debu grafit bersumber dari
pertambangan dan  pengolahan grafit alam.
5. Talkosis  (menghirup  talk, talk murni merupakan  Mg  silikat hydrous).
Industri  yang menggunakan  talk  seperti  industri karet,  tekstil dan
kertas, dan pabrik mesin dan produk karet (sepatu), cet, keramik ubin,
kosmetik.
6. Pulmonary siderosis, siderosis paru disebabkan terpapar debu besi
murni.
7. Anthracosis: debu arang batu.
8. Stannosis: debu timah putih.
9. Berryliosis: debu berrylium dalam bentuk logam, oksida, sulfat, chlorida
dan fluorida.
b. Debu organik, antara lain:
1. Byssinosis disebabkan pemaparan debu (serat) kapas, sisal dan rami.
Bahaya terbesar adalah ketika membersihkan mesin di ruang blowing
dan carding.
2. Bagassosis  disebabkan menghirup debu serat tebu (sugar-cane)
setelah gula diekstraksi (bagasse).
3. Mushroom  worker's  lung  (penyakit  paru  disebabkan  debu tanaman
cendawan termasuk proses membuat kompos).
4. Suberosis akibat menghirup debu gabus.
5. Bird  breeder's  lung  disebabkan terpapar  debu  pada  burung seperti
ayam, beo, merpati dan betet.
6. Debu sisal (serat keras dari daun tanaman untuk membuat tali).  
7. Debu  coir (serat coklat) yang digunakan membuat kasur, kuas/sikat
dan sapu.
8. Paprika lung, penyakit paru disebabkan inhalasi debu buah paprika.
9. Fungal diseases of the lungs, penyakit paru disebabkan paparan debu
jamur aspergillosis.
10. Tabakosis, penyakit paru disebabkan pemaparan debu tembakau.
2. Logam
a. Plumbum (Pb)
Pb organik
Pb  organik  sedikit  lebih  banyak  digunakan  daripada  Pb inorganik.   Tetra-
ethyl lead (TEL) atau tetra methyl-lead (TML) digunakan terutama sebagai bahan
antiknock dalam minyak bensin.  Pemaparan Pb organik terjadi pada pengendera
kenderaan bermotor, pekerja operator pengisian bahan bakar minyak (SPBU).
Pemaparan  akut Pb organik dengan konsentrasi tinggi  menimbulkan   efek
klinis  pada  sistem  syaraf   pusat (convulsi, delirium/mengigau dan  koma).
Pemaparan kronik Pb dengan  konsentrasi  rendah  menimbulkan gangguan
berfikir,  halusinasi,  daya ingat berkurang, insomnia dan kepribadian jelek.
Pb inorganik
Pemaparan  Pb inorganik terjadi pada pertambangan dan  peleburan  Pb,
industri  cet  sebagai  undercoat (resisten karat),  pekerjaan konstruksi sangat
potensial (pengelasan, pemotongan, brassing, blasting pada permukaan cet),
pabrik  batteri, pembuatan tembikar, perbaikan radiator, firing ranges, pabrik
kaca dan pabrik plastik polyvinil.
Efek   Pb   inorganik  terhadap  merusak  sistem  syaraf,  pencernaan, ginjal,
reproduksi dan darah.
b.  Merkuri (Hg)
Pemaparan Hg terjadi selama penambangan, produksi dan pengangkutan,
seperti penambangan dan pengilangan biji emas dan perak.
Merkuri Inorganik
Merkuri  (raksa) digunakan  pada alat  ukur (thermometer, barometer,
transformer dan rectifier), meteran, katup dan tombol. Juga terdapat dalam
lampu merkuri dan batteri, amalgam untuk penambal gigi,  membuat/membentuk
perhiasan, bahan pengawet, teknologi transfer panas, pigmen, katalis dan minyak
pelumas.
Efek utama Hg terhadap tubuh adalah gangguan terhadap sistem syaraf
pusat dan ginjal, iritasi pada mukosa dan kulit.
Merkuri Organik
Merkuri  organik dipergunakan sebagai pelapis  benih  (untuk mencegah
benih  dari serangan parasit)  dan pestisida.  Senyawa-senyawa  merkuri  organik
dalam bentuk aromatik (phenyl merkuri asetat dan phenyl merkuri klorida).
Pemaparan dapat terjadi dari penanganannya selama di pabrik atau digunakan.
Senyawa merkuri organik mengiritasi kulit dan mukosa.  Efek utama  merkuri
organik terhadap sistem syaraf pusat.  Kasus  awal ditandai sakit  kepala,  lelah,
daya  ingat  dan  konsentrasi berkurang.   Dapat  juga  tremor,  ataxia,  dysarthria,
gangguan penglihatan dan kepribadian jelek dan kecerdasan menurun, bahkan
kematian.
c. Fosfor
Fosfor  terjadi dalam bentuk organik dan  inorganik.  Fosfor inorganik  yang
digunakan menyebabkan berbagai  kasus  keracunan fosfor  putih (kuning) untuk
membuat pentul korek api  dan  racun api.  Sejak awal abad ke 20, fosfor putih
telah digantikan oleh fosfor merah dan fosfor sequisulfida yang kurang toksis.
Senyawa fosfor organik umumnya digunakan sebagai pestisida.  
d. Arsen (Ar)
Arsen  ditemui  secara luas dialam  dalam  bentuk  inorganik warna  kuning,
hitam dan abu-abu. Arsen putih  merupakan  senyawa arsenik komersil yang
paling banyak didapatkan.  Arsen  trioksida diperoleh dengan membakar biji
arsen.  Hampir semua produk pabrik arsen  dari arsen putih.  AsH (arsin atau
3

hidrogen arseniuriretted)  dapat dihasilkan dengan melebur dan menghaluskan


kandungan substansi  arsen.  Bentuk arsen organik ditemukan  pada  beberapa
organisme laut dan proses kimia.  Pemaparan arsen juga terjadi pada pekerjaan
peleburan cobalt, biji perak dan pembuatan insektisida arsenat.
Kontak  arsen  terjadi pada saat peleburan,  pengolahan  dan pengunaan
senyawa-senyawa arsenik termasuk pestisida arsen.
Selain  itu arsen umumnya terjadi sebagian kontaminan dalam  biji tembaga,
timah, zinkum,  seng dan besi.  Oleh karena itu peleburan biji logam ini atau
penanganan peralatan yang terbuat  dari arsen seperti: corong asap, tungku api,
dan filter dapat menimbulkan resiko terpapar arsen.
Efek  akut  terhadap penghirupan arsen  menyebabkan  iritasi mata,  kulit,
hidung, larinks dan bronchi.  Efek  akut  terhadap pencernaan  (jarang  terjadi  di
industri)  adalah  mual,  diare, kejang-kejang  otot dan cardiac arrhythmias.
Hemolisis setelah pemaparan arsen dapat menimbulkan kerusakan hati dan ginjal.
Manifestasi paparan  kronis mengakibatkan perforasi  lubang hidung  yang
dapat terjadi dalam beberapa minggu  setelah  kontak pertama.  Dermatitis akibat
arsen dapat terjadi adakalanya disertai hiperpigmentasi dan hiperkeratosis.
Anemia  dan  leukocytopaenia sering  pula terjadi.  Senyawa-senyawa arsen dapat
menimbulkan kanker kulit atau paru-paru.
e. Mangan (Mn)
Dalam bentuk asli mangan adalah berwarna putih perak (penambangan biji
mangan). Logam dan  senyawa-senyawanya dipergunakan dalam proses industri
untuk pembuatan baterai elektrik kering, pewarna kaca, formulasi kalium
permanganat dan campuran baja.
Efek  mangan  terhadap  sistem  saraf  (gangguan   kapasitas mental,
intoksikasi manganase dapat menimbulkan sindrome Parkinson's dan psikosis).

f. Kadmium (Cd)
Kadmium adalah jenis logam putih kebiru-biruan yang resisten  terhadap
karat.   Logam ini digunakan sebagai senyawa  yang  mudah disatukan  untuk
melapis  elektroda  pengelasan dan pematrian logam.
Penggunaan lainnya sebagai stabilizer plastik polivinil, elektroda baterai
alkalin, amalgam pada kedokteran gigi dan dalam pabrik lampu  fluoresens,
fotosel  dan  semikonduktor.  Senyawa-senyawa kadmium dipergunakan sebagai
pigmen dan cat, pestisida, sebagai katalis dan dalam fotografi.
Pada paparan akut, gangguan gastrointestinal dan pneumonitis kimia dapat
terjadi. Sedangkan pada pemaparan  kronis,  efek utama adalah kerusakan ginjal
dan emphisema paru.  Ginjal merupakan organ pertama yang akan dirusak dalam
pemaparan jangka  lama. Perubahan tulang, anemia ringan dan anosmia dapat
pula terjadi.
g. Nikel (Ni)
Nikel adalah logam putih perak yang sangat bermanfaat karena
mengkombinasikan daya tahan terhadap karat dengan mudah dilunakkan dan
dibengkokkan.
           Logam  ini dipergunakan secara luas sebagai  campuran, misalnya
mata uang logam, besi, chromic, plat baja, tungsteen (lampu pijar) dan nikel
untuk alat  potong dan perhiasan. Pengelasan benda yang mengandung nikel,
penambangan dan peleburan nikel dan pemotongan produk-produk nikel dapat
menimbulkan pemaparan nikel.
Kontak kulit dengan nikel akan menimbulkan dermatitis secara mudah.
Kepekaan terhadap nikel sulit dihilangkan. Nikel karbonil berbentuk gas nikel
dapat menyebabkan edema paru.  Kanker paru dan hidung dapat terjadi dari nikel
karbonil dan bentuk-bentuk nikel lainnya.
h. Chromium (Cr)
           Chromium  (Cr) adalah logam berwarna putih perak. Logam  ini
ditemukan dalam 3 valensi yakni: 2+, 3+ dan 6+.  Cr valensi 6+ meliputi asam
chromik dan dichromat.
Pemaparan  Cr  terjadi pada peleburan  dan  pembakaran  biji chromat.
Chromium  juga  dipergunakan secara  ekstensif  dalam pembentukan  plat  chrom
sebagai alat  pencegah  karat,  membuat lempengan,  penyamakan  kulit,  pabrik
kaca  untuk  pewarnaan  dan pelapisan, dan   sebagai   katalis   dalam   industri
kimia.   Penanganan  produk-produk chromium (misalnya  pengelasan),  dapat
menimbulkan  bahaya kontak.   Senyawa Cr6+ adalah umum  ditemukan pada
semen, lem, deterjen, dan korek api.
Efek  utama  chromium adalah iritasi dan  nekrosis  jaringan terutama  lubang
hidung dan kulit. Karsinogen dapat terjadi  pada paru-paru.  Chromium juga
dicurigai menyebabkan  kanker  lambung, radang dinding lambung dan gastritis.
i. Zinkum (Zn)
Zinkum (seng)  adalah  logam berwarna  abu  kebiru-biruan.  Zinkum oksida
adalah senyawa zinkum yang paling umum  dimana para pekerja sering terpapar.
Pemaparan zinkum klorida jarang dihadapi tapi sangat  toksik. Diberbagai negara
tropis, lembaran zinkum  sering digunakan  untuk  atap  rumah di daerah
pedesaan.  Dalam  proses pengolahan zinkum, dipergunakan secara luas untuk
mencegah  karat pada benda-benda besi.  Zinkum  oksida dapat menyebabkan
dermatitis,  tidak  berefek jangka panjang. Akibat yang paling umum terhadap
absorbsi  zinkum (zinkum  oksida) adalah metal fume fever (demam uap logam).
Uap Zinkum klorida mengiritasi saluran pernafasan dan dapat berbahaya dalam
ruang tertutup.
Zinkum klorida bersifat korosif terhadap kulit dan membran mukosa.
Pemaparan yang hebat dapat meningkatkan odema paru dan bronchopneumonia.
j. Berillium
Berillium  adalah logam yang dipergunakan secara luas  dalam reaksi fisi atom
sebagai lempengan logam dan dalam proses pembuatan alat-alat listrik, kimia dan
peralatan refraktori.
Garam-garam  berillium  yang mudah larut  dapat  mengiritasi kulit  dan
membran mukosa. Berillium dan senyawanya  juga dapat menyebabkan  efek
sistemik bila dihirup.  Pemaparan  akut  dapat menyebabkan pneumonitis atau
odema paru. Pemaparan  kronis  dapat menyebabkan difusi interstisial fibrosis
paru dan gangguan yang parah.
k. Timah
    Timah  adalah  logam  lunak berwarna putih  perak.  Logam  ini
dipergunakan  secara  luas dalam industri pengalengan  dan  untuk pembuatan
solder,  peralatan dapur, lembaran atap  dan  berbagai barang-barang lainnya.
Juga dipergunakan dalam pembuatan  lempengan seperti campuran timah putih
dan hitam.
Pemaparan  debu atau  uap timah anorganik dapat  menimbulkan bayangan
yang membingungkan pada foto thorak (sinar-X) tetapi  tidak ada  fibrosa  atau
disabiliti.  Namun  demikian,  senyawa-senyawa organik mengakibatkan iritasi
kulit dan membrane mukosa.  Juga dapat menyebabkan gangguan yang parah
pada sistem saraf pusat.
l. Aluminium
Aluminium dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti:
pembuatan mobil, pesawat, kapal dan berbagai barang-barang  rumah tangga
lainnya.   Aluminium foil dipergunakan secara  luas  pada pengemasan.
Pemaparan utama dalam situasi kerja  terjadi  dalam peleburan  dan
penghalusan.  Garam  aluminium  dapat  menyebabkan dermatitis,  eksim,  dan
iritasi mata  serta  kerongkongan. Efek sistemik dari absorbsi debu dan uap
aluminium masih belum diketahui.  Aluminium dicurigai dapat menyebabkan
fibrosis paru.
m. Perak
Perak  adalah  logam  putih yang sangat  ductile  dan  mudah dilunakkan.
Logam  ini dipergunakan untuk  menghasilkan  hiasan, instrumen ilmu
pengetahuan dan lempengan lainnya.
Apabila  diabsorbsi dalam tubuh maka perak atau  senyawanya akan
terakumulasi dalam tubuh dan sangat sedikit diekskresikan. Tidak ada gejala-
gejala atau gangguan yang terjadi.
n. Antimoni
Antimoni adalah logam lembut berwarna putih perak. Logam ini
dipergunakan secara  luas dalam produksi lempengan untuk  menambah
kekuatan logam dan tahan karat. Senyawa-senyawa  antimoni  juga dipergunakan
sebagai katalis.  Jalur absorbsi yang  lazim  adalah paru-paru dan kulit. Logam dan
senyawanya mengiritasi kulit dan membran mukosa mata, hidung dan
tenggorokan.  Ulserasi lubang hidung dan larynks juga dapat terjadi. Intoksikasi
sistemik  dari  antimoni atau senyawanya dapat terjadi dikalangan para pekerja.
o. Platinum
Platinum  adalah logam putih abu-abu.  Dipergunakan  sebagai logam  mulia
dan juga sebagai katalis dalam berbagai proses  pada industri minyak dan kimia.
Garam-garam   platinum, meskipun barangkali bukan logam  itu sendiri,  telah
diketahui menimbulkan dermatitis, rhinitis, asma dan conjunctivitis.
p. Thallium
Thallium  dan  senyawanya  dipergunakan  sebagai  fungisida, insektisida,
rodentisida,  pencelupan dan  pewarnaan,  pembuatan berbagai  peralatan optik
dan peralatan ilmu pengetahuan lainnya dan juga sebagai katalis dalam industri
kimia.
Thalium adalah zat yang sangat mengiritasi dan substansi toksik dapat
menyebabkan alopesia dan neuropathi perifer.
q. Vanadium
Vanadium  adalah  logam putih yang sangat  langka  ditemukan, akan  tetapi
senyawanya lebih umum dipergunakan. Vanadium  adalah suatu unsur dalam
bahan minyak mentah dari negara-negara tertentu seperti Venezuela. Sebagai
konsekuensinya, vanadium  pentoksida dapat ditemukan  dalam effluent tungku
api  dan  boiler  dengan  menggunakan  produk-produk  minyak dari  negara-
negara tertentu. Vanadium  diabsorbsi  terutama melalui inhalasi.  Vanadium
dapat mengiritasi kulit dan membran mukosa. Pneumonitis dan  bronchitis
asthmatik  dapat mengkomplikasi penyakit.  Depresi  sistem  saraf pusat  dan
tremor  dapat terjadi.  Lidah  dapat  berwarna  hitam kehijau-hijauan pada
pemaparan vanadium konsentrasi tinggi.
r. Selenium
Selenium  adalah suatu unsur yang menyerupai  sulfur  secara kimia.  Ada
bentuk selenium abu-abu, oranye, dan merah. Logam ini memiliki  berbagai  sifat
logam, meskipun tidak termasuk logam, tetapi metalloid (seperti logam).
Selenium  dipergunakan  dalam pabrik pembuatan  kaca  (untuk pewarnaan
kaca atau membuat kaca merah), sebagai pigmen berwarna untuk cet, dalam
proses pembuatan sel-sel fotoelektrik, vulkanisasi karet dan dalam pengalengan
makanan.
Selenium diabsorbsi  terutama melalui paru-paru, akan tetapi juga  melalui
kulit dan usus. Selenium dapat mengiritasi  membran mukosa mata dan naso-
pharinks dan menyebabkan sakit kepala.
Pemaparan  yang lama dapat menyebabkan mual,  muntah-muntah, pusing,
lelah,  dan gangguan rasa logam dan bau bawang putih (garlic) dalam pernafasan.
3. Pestisida
Pestisida  adalah  kelompok besar  substansi  dari  berbagai komposisi zat-zat
kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama.  Pestisida diklasifikasikan
kedalam: insektisida dan fungisida, herbisida, rodentisida dan  fumigan.
Pestisida  telah  memberikan banyak manfaat  bagi  kehidupan manusia.
Panenan  dapat diselamatkan dengan baik  yang  tadinya merosot akibat pengaruh
sejumlah serangga atau predator  mamalia.  Kayu  yang dijual dan produk-produk
kayu telah  terlindungi  dari penyakit  fungi.  Sangat disesalkan, oleh  karena
penggunaannya yang berlebihan atau salah penggunaannya, ribuan orang telah mati
atau menderita keracunan pestisida.  Kasus ini terutama di sektor pertanian dan
negara-negara sedang berkembang.  Kebanyakan  kasus keracunan  yang  tidak
disengaja dari pestisida  terjadi  melalui absorpsi  kulit  sedangkan keracunan bunuh
diri atau yang tidak disengaja juga terjadi melalui absorpsi dari saluran
gastrointestinal.
a. Insektisida dan Fungisida
Berikut  ini adalah insektisida dan fungisida yang umum dipergunakan:
i. Pyrethrum  dan  Pyrethrin.  Jenis pestisida ini  secara  alami berasal  dari
substansi tanaman.  Dan umumnya  relatif  tidak berbahaya  bagi manusia
akan tetapi dapat menyebabkan  iritasi saluran  pernafasan  atau  alergi kulit.
Obat  nyamuk  bakar  secara  luas  digunakan  di  negara-negara sedang
berkembang terbuat dari substansi tersebut. Rotenone.  Rotenon sama seperti
pyrethrum berasal dari tanaman dan   berkhasiat. Piperonyl butoxide  dan
senyawa piperonyl lainnya.  Insektisida ini bekerja   sinergis dengan insektisida
lainnya dan menjadi tidak toksik.
ii. Senyawa-senyawa Organoklorin.  Contohnya adalah DDT,  lindane, dieldrin
dan  aldrin yang mudah diabsorbsi  dan  berakumulasi dalam  lemak tubuh.
Oleh karena takut akan efek toksik  dapat terjadi melebihi konsentrasi kritis
yang dicapai dan karena  biodegradasi  senyawa-senyawa  ini sangat lambat
terjadi  sehingga menimbulkan  persistensi  dalam  lingkungan,  maka
pestisida organoklorin tidak digunakan lagi dikebanyakan negara.
Organoklorin  adalah stimulator yang kuat dari  sistem  saraf.  Mual, sakit
kepala, disorientasi,  parasthesiae,  kebingungan mental, otot kejang dan
konvulsi dapat terjadi.  Pengujian  kadar  serum secara teratur dapat
digunakan untuk pemantauan.
iii. Senyawa-senyawa Organofosfat.  Kebanyakan substansi ini  bervariasi tingkat
keracunannya dari parathion yang sangat toksik sampai dichlovos yang relatif
kurang toksik.  Seluruhnya  akan menginaktivasi  enzim cholinesterase yang
menguraikan  asetil cholin  dalam tubuh.  Asetilcholin akan  merangsang
aktifitas saraf parasimpatik.  Gejala-gejala ringan meliputi kurangnya selera
makan, sakit kepala, malas, lemas dan konstriksi pupil.  Paling  banyak
diantaranya berwujud spasme otot,  kejang  dan koma. Tingkat cholinesterase
dalam plasma dan sel darah merah  dapat digunakan  untuk  memantau
pemaparan organofosfat. Metode pemantauan terdiri dari: metode
elektrometrik (Michel), colorimetrik (Ellman), tintometrik dan
spectrofotometri. Setiap metode  ini  dapat digunakan untuk memantau
pemaparan  tenaga kerja  bila pengendalian kualitas memadai terjamin.
Inhibisi sel merah  cholinesterase umumnya  menjadi  indikator terbaik  dari
efek biologik dari serum  cholinesterase  karena  analog terhadap enzim yang
ditemukan dalam jaringan sistem syaraf.  Namun, antara sel merah  dan
serum  cholinesterase digunakan  untuk  memantau tenaga kerja.   Data  awal
harus diperoleh  untuk setiap tenaga kerja sebelum masa penyemprotan.
Tenaga  kerja  tidak melanjutkan penyemprotan bila pemaparan lebih lanjut
tingkat  cholinesterasenya  turun dibawah 60% dari awal (tingkat sebelum
pemaparan). Interval antara  uji akan tergantung pada intensitas dan keadaan
pemaparan.   Kelumpuhan (paralisis) saraf  dapat  terjadi  setelah  tertunda
sampai beberapa bulan sejak mulainya serangan gejala-gejala akut.
Adakalanya,  tidak ada gejala-gejala akut mendahului serangan paralisis saraf.
Pengobatan  dengan atropine dan obat  sejenisnya.  Pengobatan pendukung
untuk kasus sakit (misalnya penggantian elektrolit dan memelihara fungsi
respirasi jantung) sangat penting.
iv. Karbamat.  Contoh substansi ini adalah karbaril (sevin) dan karbofuran yang
kurang toksik dibading organofosfat. Juga merupakan inaktivator
cholinesterase.  Atropine  dipergunakan sebagai antidot terhadap keracunan
karbamat.
v. Merkuri Organik.  Merkuri organik sangat toksik dan persisten.  Sekarang ini,
jarang dipergunakan kecuali untuk obat benih dan mematikan rumput pada
lahan.
b.   Herbisida
1. Herbisida arsenik.  Herbisida ini sangat toksik dan dilarang di berbagai
negara.
2. Herbisida dinitrofenol, dinitro ortho kresol dan jenis  herbisida fenol
dan nitro creso lainnya.  Substansi ini  merangsang metabolisme
tubuh  memproduksi  sindrom  seperti  thyrotoksik tetapi  tanpa
pembesaran atau pembengkakan  kelenjar  tiroid.  Kelelahan  berlebih,
haus dan keringat dapat  terjadi. Dalam kasus-kasus  kelelahan,
demam, dyspnoea,  koma  dan  kematian dapat  pula terjadi.  Estimasi
kadar darah dan urine adalah bermanfaat.
3. Paraquat,  diquat  dan herbisida bipiridyl  lainnya.  Iritasi kulit,  selaput
mukosa mata dan kerongkongan, mual,  dyspnoea, dan  edema paru,
fibrosis hati dan paru, dan kerusakan  ginjal dapat terjadi akibat
substansi ini.  Memantau dengan estimasi kadar urine adalah
bermanfaat.
4. Herbisida  phenoxy dan pembasmi gulma. Substansi  ini  tingkat
toksisitasnya  rendah  tetapi dapat mengiritasi  kulit.   Asam
triklorofenoksiasetik  (2,4  S-T) sangat  tidak  toksik,  akan tetapi
mengandung  dioksin  dan bentuk  tidak  murni.   Jenis substansi
terakhir ini adalah salah satu substansi yang paling tidak  toksik dan
telah diketahui menyebabkan  chloracne  pada manusia  dan
kerusakan yang bersifat turunan pada  hewan-hewan percobaan.  2,4
S-T mengandung tidak lebih dari 0,1 ppm  dioksin.   Kaum wanita
dalam interval usia  reproduktif  sebaiknya tidak memegang 2,4 S-T
sama sekali.  Agent orange, yang dipergunakan secara luas oleh
orang Amerika selama perang  Vietnam, mengandung  2,4  S-T dan
dipergunakan  sebagai  perontok  daun tanaman  (defoliant).   Veteran
perang  Amerika  yang  banyak terpapar selalu diamati oleh
pemerintah Amerika Serikat.
c.  Rodentisida dan Fumigan
1. Kalsium  sianida.  Kalsium sianida adalah jenis  fumigan  yang umum
dipergunakan  membasmi  hewan  pengerat  dan   serangga.
Preparasi substansi berwarna abu-abu putih bereaksi dengan air di
udara untuk menghasilkan asam hidrisianik atau gas  sianida yang
memiliki aroma sengit yang khas dan pahit.
2. Metil  bromida.   Substansi  ini sangat  mengiritasi  dan  gas toksik
yang dapat menyebabkan kerusakan otak.
3. Fosfin.   Gas  ini  sangat toksik  dihasilkan  melalui  kontak aluminium
fosfid dengan air di udara.  Substansi ini  memiliki aroma  bawang
putih dan ikan busuk yang sangat khas.   Dapat menyebabkan
oedema paru.
4. Antikoagulan. Rodentisida ini (contohnya warfarin dan coumafuril)
memperlambat proses koagulasi dan  meningkatkan  waktu
protrombin yang dapat dipergunakan untuk memantau.  Kebanyakan
kasus keracunan pestisida yang dilaporkan tidaklah berhubungan
dengan  pekerjaan, melainkan bunuh diri atau tidak  disengaja,  yang
mempengaruhi  komunitas  umum  daripada  pekerja. Oleh karena itu
paling penting agar pengawasan yang tepat  dilaksanakan  dalam
penyimpanan pestisida dan pembuangan  wadah  yang dipergunakan,
yang  mengandung  residu  pestisida.  Meskipun faktor  pekerjaan
turut  mempengaruhi  sejumlah  kecil  kasus keracunan  pestisida,
namun perlu mendapat  perhatian  cermat.  Teknologi menghilangkan
insiden kasus-kasus demikian ini sudah tersedia secara luas.
Masalahnya biasanya menyangkut kurangnya aplikasi akibat
ketidaktahuan atau kesembronoan.

4. Senyawa karbon
Era  modern  telah ditandai dengan perkembangan  yang  luar biasa  dari
pemanfaatan dan pengolahan senyawa  yang  mengandung karbon.  Di negara-
negara  berkembang,  kaum pria dan wanita dikelilingi oleh zat ini. Kenderaan, mesin
tik, perabotan rumah tangga, mainan,  pena, radio, televisi dan telepon, terbuat dari
senyawa-senyawa karbon.  Kebanyakan suplai energi dunia berasal dari karbon fosil
dalam bentuk minyak atau batubara.
Senyawa-senyawa karbon terdiri dari 2 jenis, yaitu:  alifatik dan aromatik.
Senyawa-senyawa alifatik memiliki bentuk rantai terbuka dari struktur  molekul,
misalnya  etana dimana  atom  membentuk  mata rantai lurus dan bercabang.
Senyawa-senyawa  karbon aromatik memiliki  struktuk  molekul berbentuk  cincin,
misalnya benzena dimana atom-atom karbon  akan membentuk cincin-cincin
tertutup.         
1. Pelarut Organik
Sebagian besar kelompok senyawa-senyawa karbon organik sebagai
substansi  (bahan) pelarut dan digunakan  secara  luas bukan  sebagai
pelarut saja melainkan juga sebagai  pelumas  dan gas-gas  anestesi.
Senyawa  ini cair dalam  rentang  suhu  0 - 250 , mudah menguap dan
o

relatif inert secara kimia.  Mayoritas senyawa  ini tidak larut atau sebagian
larut dalam  air.  Senyawa ini  dipergunakan untuk melarutkan atau
mencairkan zat-zat lain sekaligus menguap setelah digunakan pada
permukaan sehingga terjadi polusi udara. Senyawa ini banyak terdapat
dalam cet,  lem dan pelapisan dan juga dipergunakan dalam pabrik
polimer, farmasi dan  pencelupan. Adakalanya pelarut-pelarut organik
terjadi  dari campuran dua atau lebih pelarut karena dihasilkan sebagai
fraksi distilasi dari bahan-bahan baku.
  Dalam  tubuh senyawa-senyawa karbon dibiotransformasi  dalam
hati  atau disimpan dalam jaringan yang kaya lipid seperti  otak.  Sistem
syaraf merupakan organ target yang paling umum dari  efek pelarut
organik.  Pelarut ini sebagian diekskresi tanpa  berubah melalui paru-paru
dan metabolismenya yang larut dalam air diekskresi  dalam urin.
Senyawa-senyawa N-heksan dan  sejenisnya  akan menyebabkan
penyempitan bagian-bagian terminal neuron pada sistem saraf  pusat dan
perifer.  Setelah pemaparan  trikloretilen  yang hebat,  kerusakan pada
pusat neuron yang hebat dalam otak.   Otak kecil  telah  diamati sebagai
penyebab pemaparan toluen.   Dasar  biokimia dari efek pelarut organik
terhadap kesehatan masih belum  diketahui secara utuh. Sering pula terjadi
perlambatan dari  kecepatan konduksi motor dan sensorik dalam syaraf,
misalnya pada intoksikasi karbon disulfida.
2. Kelompok kimia senyawa karbon:
1. Non substitusi
a. Senyawa  alifatik: metil alkohol,  tetraklorethan,  karbon tetraklorida,
trikloretilen, trikoloroetan, etilin diklorida, glikol (misalnya, etilen
klorhidrin, dietilen dioksida dan karbon disulfida).  CCl digunakan
4

sebagai bahan pemadam api.


b. senyawa-senyawa aromatik: benzen, toluen, xylen, N-heksan dan
nitrobenzen.  Benzen digunakan untuk larutan lem, karet, selluloid,
vernis, semir sepatu, pembersih cet.  Efek pemaparan benzen:
iritan pada kulit, mata dan selaput lendir (mukosa);  luka bakar;
erythema, oedem dan melepuh; keracunan kronis (anemia,
leucopenia dan thrombocyttopenia).
2.  Senyawa subsitusi :
a. Dengan  oksigen: alkohol, aldehid, keton, eter,  asam-asam
karboksil dan ester.
b. Dengan sulfur: analog alkohol, oksigen.
c. Dengan nitrogen: senyawa nitro, amina, nitril dan amida.
d. Dengan halogen: senyawa fluoro, cloro, bromo dan iodo.
5. Gas
Istilah gas tidak termasuk pada kelompok substansi kimia yang homogen.
Istilah gas dipergunakan untuk menjelaskan substansi yang berada dalam bentuk gas
pada suhu 25 C dan  pada tekanan barometer lebih dari 60 mmHg.   Meskipun
o

demikian,  kita  perlu  menganggap bahwa gas  bersifat toksik  sebagai kelompok
khusus karena insiden-insiden yang  berhubungan  dengan gas merupakan bahaya
akut dan serius, dan tindakan pengobatan yang tepat diperlukan untuk
menyelamatkan nyawa korban.  Bahaya  keracunan  gas  terutama nyata didalam
ruangan tertutup atau sistem ventilasi yang tidak baik.

a. Efek Biologis Gas


Berbagai macam gas yang dapat menimbulkan efek biologis terhadap tenaga kerja,
yaitu:
1. Gas inert
Efeknya  disebabkan oleh perpindahan  oksigen.   Sifat-sifat klinis adalah
mengakibatkan kurangnya oksigen. Gas pada hakekatnya  sama sekali tanpa
toksisitas instrinsik.  Contohnya metana.
Metana. Metana merupakan  gas yang tidak berwarna, tidak berbau  dan mudah
terbakar. Metana dapat ditemukan dalam  pertambangan  yang dikenal sebagai
gas api.  Gas alam mengandung sekitar 85% metana.  
2. Gas-gas iritan (pemerih)
Kita  menggunakan istilah gas iritan untuk mengartikan gas-gas  yang bereaksi
terutama pada saluran pernafasan,  organ-organ yang  mengalami kontak
pertama (kulit).  Baik hidung,  trakhea,  bronkhi, bronkhiola  dan alveoli dapat
pula terlibat.  Biasanya  ada  efek iritan yang bersamaan terhadap mukosa mata,
mulut dan  kerongkongan. Yang  menimbulkan efek terutama terhadap saluran
pernafasan atas,  contohnya  gas halogen (klorin, bromin, fluorin, iodin),
amonia, sulfur dioksida dan ozon.
1. Klorin
Klorin dipakai dalam industri tekstil dan kerja untuk proses bleaching
(pemutihan dan pengelantangan), industri rayon/viscouse untuk proses
pemutihan, PAM (pengolahan air) sebagai desinfekstan (pemati bakteri),
bahan insektisida, bahan peledak dan gas beracun speeti senyawa chlor
(COCl), fosgen, bahan obat-obatan, zat warna (indigo).
2. Chloor bersifat toksik bila terhirup, iritatif terhadap selaput lendir mata
(conjunctiva), selaput lendir hidung, selaput lendir tenggorokan, tali suara
dan paru-paru.
3. Fluorin dan senyawanya
Fluorin  dan  senyawanya dipergunakan dalam  fluoridasi  air minum  dan
sebagai rodentisida.  Hidrogen  fluorida  dipergunakan sebagai  katalis
dalam  sejumlah besar  industri.  Fluorin  dan senyawanya mengiritasi kulit
dan selaput mukosa dan dapat  menyebabkan  kejang  otot, kejang-kejang,
koma dan perubahan dalam sistem skeletal (fluorosis).
4. Amonia
Amonia dipergunakan dalam memproduksi pupuk dan refrigerasi,
pekerjaan acetylen, pembersih gas.  Amonia  mengiritasi mata, hidung dan
saluran pernafasan.   Bronkhospasm,  oedema paru dan gangguan
pernafasan dapat terjadi  dalam kasus-kasus  yang parah.  Bronkhitis atau
pneumonia dapat diakibatkan pemaparan.
5. Sulfur dioksida
Sulfur  dioksida diproduksi dalam berbagai  proses  industri yang meliputi
substansi sulfur.  Pemaparan akut dapat menimbulkan asfiksia dan bronkho-
pneumonia.  Pemaparan kronis dapat menimbulkan kelesuan, perubahan
indera penciuman dan bronkhitis kronis.
6. Ozon
Ozon  dipergunakan  sebagai bahan pengoksidasi  dan  sebagai disinfektan.
Bunga api pengelasan dapat memproduksi  ozon  yang banyak.  Ozon
mengiritasi selaput mukosa mata dan saluran  pernafasan.  Juga dapat
menimbulkan  perubahan-perubahan  kromosom.   Dalam  hewan-hewan
percobaan, ozon   juga    menyebabkan   bronkhitis kronis, emphisema,
fibrosis paru dan penuaan usia yang cepat.  Efek kesehatan jangka panjang
pada manusia belum terbuktikan.
b. Yang  menimbulkan  efek  iritan  terutama  terhadap  saluran respirasi
bawah, contohnya fosgen dan nikel karbonil.
Fosgen.
Fosgen  (COCl ) adalah gas tidak berwarna dengan  rasa  yang agak manis
2

pada konsentrasi rendah dan rasa pedas pada konsentrasi  tinggi.   Dipergunakan
dalam pabrik  pembuatan cet, anilin  dan  isosianat.  Pemaparan fosgen potensial
pada pekerja pembuat senyawa chlorinated, pembuatan cet, petugas pemadam api
(tabung pemadam), pembuat gelas, pembuat damar.
Fosgen  diproduksi  dengan pamanasan substansi  klorin,  termasuk selama
pembakaran.  Substansi ini mengiritasi kulit  dan  selaput mukosa.  Pemaparan akut
dapat menyebabkan odema paru yang diawali oleh  periode laten selama 5 - 6 jam
tetapi  jarang  terjadi lebih  lama daripada 12 jam.  Pemaparan kronis dapat
menimbulkan fibrosis paru dan emphysema.
c. Gas dengan efek  sistemik
Gas-gas dengan efek sistemik diabsorbsi ke dalam  tubuh  dan mampu
menimbulkan efek penyakit dalam bagian-bagian tubuh selain dari saluran
pernafasan.  Contoh:
1. Arsin (AsH ), menyebabkan hemolisis yang hebat.
3

2. Karbon monoksida (CO)  


CO  adalah  gas tidak berwarna dan tidak  berbau  yang  umum ditemukan
setiap  kali ada oksidasi tidak sempurna  dari bahan-bahan karbonasi, contohnya
asap pembakaran batu bara atau  minyak dan buangan kenderaan bermotor.
          Para  pekerja yang cenderung atau bekerja dekat  pembakaran, boiler
(ruang ketel) atau mesin pembakar, pengecoran logam, mesin genset dapat
terpapar oleh CO.  Tingkat yang berbahaya dapat terjadi terutama dalam ruang
tertentu.   Di negara-negara beriklim dingin, Pemaparan CO  juga  dapat berasal
dari sistem pemanas dengan menggunakan arang atau  batu bara yang  telah
digunakan terutama di beberapa negara-negara sedang berkembang.
           Setelah CO dihirup, akan masuk dengan cepat ke dalam  aliran darah
dan membentuk suatu senyawa yang tidak stabil, yakni  carboksihaemoglobin
(COHb)  dengan pigmen  darah.   COHb diuraikan dengan lambat dan kembali
diekskresikan secara bertahap melalui paru-paru.
            Pekerja  dapat merasa  pusing dan gamang, sesak di dada  dan letih  di
kaki.  Corak kulit berwarna merah muda, warna COHb.  Setelah peristiwa  akut,
sakit kepala, batuk, paralisis, kehilangan  sensori, parkinson, ingatan yang
buruk atau angina pectoris (kejang jantung) dapat terjadi.
3. Hidrogen sulfida (H S) 2

            Hidrogen  sulfida  adalah gas yang  mudah  terbakar,  berbau seperti


telur busuk.  Hidrogen ini diproduksi selama  pembusukan bahan organik (yang
banyak mengandung sulfur).  H S juga  ditemukan  dalam  tambang, penggalian
2

terowongan, sampah, limbah air dan diproduksi oleh  sejumlah  reaksi kimia.
Pada kilang minyak mentah, H S diproduksi  setiap  bahan sulfur tinggi disuling
2

(pabrik pembuatan sulfida).  Dari penjelasan di atas,  dapat  dilihat bahwa


operator penambangan minyak dan pekerja di pabrik-pabrik kimia tertentu dapat
terpapar H S.
2

            H S  akan  menghambat oksidasi sitokrom dan  beberapa  enzim


2

lainnya  yang terlibat dalam jaringan pernafasan.  H S juga  mengiritasi


2

membran mukosa.  Bahkan dapat dengan cepat  melumpuhkan saraf  olfaktori


dan menyebabkan perasaan  pusing (giddiness)  dan ketidaksadaran.
4. Hidrogen sianida (HCN) dan garam-garam sianida
           Hidrogen sianida atau asam hidrosianik (HCN) adalah gas  tak berwarna
atau  cairan  dengan rasa menyengat  atau  almond  yang pahit.   HCN sangat
beracun, dan sampai tingkat  tertentu, sianida yang mudah larut seperti natrium
dan kalium sianida juga bersifat racun.
            Garam-garam  sianida  (yang  meliputi  natrium,  kalium  dan kalsium
sianida) umumnya dipergunakan untuk  electroplating  dan mengeraskan
logam-logam. HCN dipergunakan dalam  pembuatan  serat-serat sintesis dan
plastik, dalam  pekerjaan  fumigasi terhadap hama tikus dan serangga, dan
dalam produksi sianida  dan nitrat.  Kontak garam-garam sianida dengan asam
akan menimbulkan pembentukan HCN.
            Pada konsentrasi rendah, sianida dapat menyebabkan  dermatitis, mual,
sakit kepala dan keletihan motor syaraf.  Pada konsentrasi lebih tinggi, kematian
akibat gangguan jaringan  pernafasan dapat  terjadi dengan cepat.  Warna
korban dengan  cepat  menjadi merah cherry dalam pembuluh-pembuluh
darahnya.  Tanda-tanda  lain asfiksia,  juga dapat terjadi kesulitan bernafas,
pingsan dan koma.
5. Asetilen
            Asetilen adalah senyawa hidrokarbon alifatik yang dipergunakan  secara
luas  untuk pengelasan,  pemotongan  dan  pengerasan logam-logam.   Dalam
konsentrasi tinggi, asetilen murni dapat menimbulkan narkosis ringan dan
asfiksia.

Upaya Pengendalian Faktor Kimia


Pengendalian bahaya faktor kimia di lingkungan kerja meliputi:
a. Lingkungan kerja dipelihara dalam keadaan bersih.
b. Perlengkapan teknik pengendalian di tempat kerja harus diterapkan secara tepat.
c. Proses produksi diatur agar kemungkinan inhalasi, kontak, termakan/terminum racun
dapat dicegah semaksimal mungkin.
d. Tenaga kerja diberitahu, waspada dan terampil dalam menghadapi bahaya keracunan.
e. Alat pelindung diri yang memadai harus tersedia dan dipakai semestinya.
f. Higiene personal dipelihara dan ditingkatkan.
g. Pemeriksaan kesehatan.      

You might also like