You are on page 1of 8

JRL Vol.10 No.1 Hal.

25 - 32
Jakarta, p-ISSN : 2085.3866
Juni, 2017 e-ISSN : 2580-0442

PERENCANAAN SISTEM MONITORING KUALITAS AIR SUNGAI


SECARA ONLINE
(monitoring secara online sesuai metode World Meteorological Organization)

Robertus Haryoto Indriatmoko


Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
paktoyo@yahoo.com

Abstrak

Penerapan teknologi untuk memantau kualitas air secara online adalah sebuah aplikasi yang
menawarkan teknologi canggih untuk mengatasi kelemahan atau kekurangan sistem pemantauan
secara manual. Implementasi sistem ini di lapangan akan dapat mengurangi kelemahan dalam
memantau kualitas air sungai secara manual dalam: 1). waktu sebenarnya. 2). Posisi sebenarnya
3). cepat. 4). Terus menerus selama 24 jam. 5). Bisa mengukur kualitas air sungai secara
bersamaan. 6). secara otomatis. 7). Interaktif. Memiliki sistem pemantauan dengan pemantauan
kualitas air seperti kondisi ideal sistem pemantauan. Kehadiran sistem ini dapat memberikan
banyak manfaat bagi pembangunan, terutama dalam memberikan peringatan dini terhadap
kesejahteraan manusia. Kelebihan sistem yang dirancang didasarkan pada dua bagian yang sangat
penting: 1). Perancangan sistem pemantauan (perangkat lunak dan perangkat keras) dan 2).
Pemantauan kendaraan (hard ware). Makalah ini ditulis secara khusus untuk membahas disain sisi
kedua yang mengambang untuk dipantau, yaitu dengan mengaplikasikan float serta cara
memasang sistem di sungai. Dengan menerapkan sistem pemantauan di lapangan diharapkan
dapat memperhatikan aspek mutlak pemantauan kualitas air secara online sambil memenuhi
metodologi yang tepat dalam melakukan pengambilan sampel kualitas air sungai sesuai dengan
Organisasi Meteorologi Dunia.

kata kunci : WMO, wahana apung, monitoring online, logger, sensor

DESIGN OF RIVER WATER QUALITY MONITORING SYSTEM ONLINE


(Online monitoring according to the methods of the World Meteorological Organization)

Abstract

The application of tec hnology to monitor water quality online is an application offers
advanced tec hnology to overcome the weak ness or lack of a monitoring sys tem
manually . The implementation of this system in the field will be able to reduce
weakness es in monitoring the water quality of the river manually in: 1). real time. 2).
real pos ition. 3). fas t. 4). continuously for 24 hours. 5). can measure the quality of riv er
water sim ultaneous ly. 6). automatically. 7). interac tiv e. Hav ing a monitoring system
with the monitoring of water quality lik e it's an ideal c ondition a monitoring sy stem. The
presence of thes e sys tems c an provide many benefits for dev elopment, partic ularly in
providing an early warning to human welfare. The adv antages of the des igned system
is bas ed on two v ery important parts : 1). the design of the monitoring system (software
and hard ware) and 2). v ehicle monitoring (hard ware). The paper was written
s pec ifically to disc uss the design of the second side that float for m onitoring, namely
by applying the float as well as how to install the system in a riv er. By applying the
monitoring sys tem in the field is expected to address the absolute aspect of an online
monitoring of water quality while meeting the appropriate methodology in c onduc ting
the sampling of river water quality according to the World Meteorological Organization.

keywords : WMO, wahana apung, monitoring online, logger, sensor

Perencanaan Sistem... JRL. Vol. 10 No. 1, Juni – 2017 : 25 - 32 25


I. PENDAHULUAN rancangan sistem pengukuran kualitas air
secara online dengan mempertimbangkan
Sistem monitoring kualitas air sungai sistem pengukuran dengan metode yang benar,
secara online adalah suatu cara untuk tepat waktu, tepat sasaran dan tepat kualitas
memonitor kualitas air sungai menggunakan maka dirancanglah sebuah sistem monitoring
sensor kualitas air secara terus menerus serta kualitas air secara online dengan menggunakan
mengirimkan menggunakan data analisis wahana apung. Rancangan dari system
melalui sistem transmisi telepon seluler monitoring online mengunakan wahana apung
kedalam stasiun pengendali utama logger. tersebut dapat mengatasi kelemahan dari
Jumlah titik sampling yang diperlukan monitoring online sistem pompa.
untuk dalam memantau kualitas air sungai Tujuan monitoring kualitas air sungai
dilakukan dengan mempertimbangkan besar secara online adalah:
kecilnya debit sungai (WMO, 1998). Disamping 1. Untuk merekayasa teknik monitoring yang
jumlah titik, faktor homogenitas yang berasal mendasarkan pada standar sampling
dari pertemuan beberapa anak sungai atau titik menurut world meteorological organization
percabangan baik dari anak –anak sungai (WMO, 1998).
maupun buangan dari sumber limbah juga perlu 2. Membuat rancangan wahana apung yang
dipertimbangkan. dilengkapi dengan sistem power, sensor
Melakukan pemantauan kualitas air dan logger.
sungai secara online agar hasil pantauan yang 3. Membuat tabulasi dasar yang digunakan
dilakukan dapat menggambarkan kondisi sebagai dasar eksekusi data.
kualitas air secara tepat waktu (real time) dan
tepat posisi/lokasi maka diperlukan metode II. BAHASAN
pemantauan secara benar.
Kendala yang sering dijumpai dilapangan Rancangan sistem monitoring kualitas air
adalah bagaimana memasang sensor tersebut secara online ini dirancang menggunakan dasar
agar dapat mengukur kualitas air secara tepat dengan standart pengambilan sampling
waktu dan tepat posisi secara terus menerus. menurut WMO.
Metode pemantauan kualitas air sungai secara Asas yang diterapkan dalam membangun
online dengan sistem pemompaan mempunyai sistem monitoring adalah:
kelemahan terhadap perubahan kualitas air 1. Waktu nyata (real time)
sungai yang dipantau. Pemompaan air sungai 2. Posisi nyata
menyebabkan terjadinya turbulensi air dalam 3. Cepat
pipa penyedot, hal ini dapat mempengaruhi 4. Terus menerus
kelarutan oksigen dalam air sehingga
5. Mengukur kualitas air secara serentak
kualitasnya berubah.
6. Secara automatis
Kelemahan dari sistem ini akan coba
7. Interaktive
diatasi dengan cara melakukan sebuah
Menurut WMO (1998) dalam melakukan
rekayasa untuk dapat mengatasi kekurangan
dari sistem pemompaan yang dapat sampling kualitas air sungai faktor homogenitas
dengan mempertimbangkan jarak pencampuran
menyebabkan perubahan kelarutan oksigen
dalam air sehingga kualitas air dapat berubah. yang sempurna dengan mempertimbangkan
Kriteria lainnya yang juga penting diperhatikan lebar dan kedalaman sungai (Tabel 1) dan
adalah bagaimana pengukuran terhadap jumlah titik sampling yang didasarkan atas
berbagai parameter kualitas air dapat dilakukan besar kecilnya debit dan kedalaman sungai
secara bersama sama. (Tabel 2 dan Tabel 3).
Pertimbangan lainnya dalam memantau Kriteria penentuan jumlah titik
pengambilan sampel dilakukan dengan
kualitas air sungai adalah dengan
mempertimbangkan besarnya debit sungai atau
mempertimbangkan sistem pencampuran
berdasarkan klasifikasi sungai. Jumlah titik
sungai terutama pada pertemuan anak-anak
sungai dan outlet saluran pembuangan limbah pengambilan sampel ditentukan oleh besarnya
yang masuk kesungai. Meletakkan sensor pada debit rata-rata tahunan dan kedalaman sungai.
titik-titik pertemuan dimana pencampuran Semakin banyak jumlah titik sampel yang
diamati maka akan semakin dapat
kualitas air (homogenitas) telah terjadi.
menggambarkan kualitas air sungai yang
Dengan pertimbangan berbagai kriteria
sebenarnya. Jika klasifikasi sungai diketahui
dan kendala yang ada maka dibuatlah sebuah

26 R. Haryoto I., 2017


maka jumlah titik pengambilan sampel yang Tabel 2 : Jumlah Titik Pengambilan Sampel
diperlukan seperti yang dapat dilihat pada Berdasarkan Debit Sungai (WMO, 1998)
Tabel 2 dan Tabel 3. Debit Rata Kla- Jumah titik Jumlah
Rata-2 sifikasi Pengambilan Ke-
Tabel 1 : Perkiraan jarak pencampuran yang Tahunan Klas sampel dalam-
sempurna di sungai (WMO, 1998) (m3/detik) Sungai an
<5 Kecil 2 1
Lebar Perkiraan 5 – 150 Sedang 4 2
Kedalaman
rerata jarak pencampuran yang 150 -1000 Besar 6 3
rerata (m)
(m) sempurna (KM) >1000 Sangat Minimum 6 4
besar seperti pada
1 0,08 - 0,70 sungai,
5 2 0,05 - 0,30 tambahan
lebih banyak
3 0,03 – 0,20 tergantung
1 0,30 - 2,70 daripada
2 0,20 – 1,40 sungai,
10 3 0,10 – 0,90 kenaikan
ditambah
4 0,08 – 0,70 dengan faktor
5 0,07 – 0,50 2 (dua)
1 1,30 – 11,0
3 0,40 – 4,00 Tabel 3. Banyaknya Jumlah Titik Sampel
20 Berdasarkan Klasifikasi Sungai
5 0,30 – 2,00
Debit
7 0,20 – 1,50 Jumlah
Rata-2 Klasi-
1 8,00 – 70,0 Titik Jumlah Titik
(m3/dt) / fikasi
Kedalam Sampel
3 3,00 – 20,0 Ke- Sungai
-an
50 5 2,00 – 14,0 dalaman
10 0,80 – 7,00
< 5/ < Sanga
20 0,40 – 3,00 1
2m t Kecil

1.1. Rancangan Wahana


Wahana apung yang dimaksud adalah < 5/ >
Kecil 1
sebuah bentuk perahu, yang didisain dengan 2m
ukuran panjang 190 cm, lebar 60 cm dan
ketinggian 60 cm. Daya angkat wahana
mencapai 60-85 kg. Dibuat dengan bahan serat 5-150/ Sedan
2
kaca tiga sampai empat lapis dinding/bodi >2 m g
dobel dengan bagian dalam diisi busa
sterofoam. Penambahan sterofoam tersebut 150-
untuk menjaga supaya dalam keadaan apapun, 1000/ > Besar 3
wahana apung tetap terapung. 3m
Untuk menjaga stabilitas wahana apung
tetap tegak berdiri dan tidak selip maka titik
berat wahana diletakkan dibawah air dan lantai Untuk menjaga agar wahana tidak hanyut
bagian bawah wahana dilengkapi sirip vertikal. atau terbawa arus air maka bagian depan
Keberadaan titik berat dan sirip bawah ini akan dilengkapi dengan lubang pengait. Lubang
membantu wahana tetap aman, tidak mudah pengait tersebut diperkuat dengan tali baja
terbalik. melingkar ke bodi wahana.
Lubang pengait ini digunakan untuk
pegangan tali pengait wahana, supaya wahana
dapat dengan mudah ditarik ke arah bagian kiri,
tengan atau kanan sungai. Adapun disain dan

Perencanaan Sistem... JRL. Vol. 10 No. 1, Juni – 2017 : 25 - 32 27


rancangan wahana apung tersebut dapat dilihat 10. Bangunan Penjaga: Ukuran dari bangunan
pada Gambar 1. ini adalah 75 cm x 2 m, tinggi 2-3 m.
1.2. Instalasi Wahana Apung Berguna untuk mengamankan tuas dan
untuk tempat menservis sistem online
Alat kelengkapan wahana :
monitoring.
1. Catu daya (power sistem) ini terdiri dari Sel
Solar 12 V-50 WP, Accu Deep Cicle 12 V- 11. Disain instalasi dilapangan seperti yang
dapat di lihat pada Gambar 2
12 AH. Sistem catu daya ini dilengkapi
dengan sistem cutoff yang berfungsi untuk 1.3. HASIL DAN PEMBAHASAN
menghindari kerusakan Accu karena low 2.1.1. Asas Monitoring Online
voltage. Ada lima asas monitoring online yang
2. Logger: Ini merupakan perangkat komputer akan dibangun dalam merancang sistem
yang bekerja mengatur kinerja sensor, solar monitoring kualitas air sungai secara on line. Ke
sel, switching lainnya dan komunikasi data tujuh aspek yang menjadi keunggulan
3. Sensor Kualitas Air: terdiri dari banyak monitoring kualitas air secara online tersebut
probe antara 6 atau 11 probe adalah: 1). waktu nyata. 2). posisi/titik yang
4. Sensor Echo Sounding: digunakan untuk tepat. 3). cepat, 4). mengukur secara terus
mengukur kedalaman air sungai sampai ke menerus. 5). Serentak. 6). Automatis. 7).
dasar. interaktif. Pembahasan terhadap Ke-tujuh asas
5. Roda pemutar untuk menaikkan atau monitoring tersebut seperti yang akan diuraikan
menurunkan kedalaman sensor dalam selanjutnya
sungai. Untuk menjamin bahwa hasil
6. Tiang beton penyangga sebanyak 2 (dua) pemantauan online yang dilakukan pada waktu
buah yang dilengkapi dengan tuas dan roda nyata dalam hal ini tidak ada perbedaan antara
pemutar atau kerekan. Tiang ini seperti waktu pengukuran dengan waktu pengiriman
tiang listrik terbuat dari bahan beton data maka posisi sensor harus berada pada
(panjang tiang listrik ini mencapai 9 m) yang pada titik yang diukur. Hal ini dimungkinkan
dapat ditanam sampai dengan kedalaman karena sistem loger yang dibawa oleh wahana
sampai 4-5 m. Berguna untuk sebagai tiang apung, yang dapat dipindah-pindah sesuai
penahan untk dipasang kerekan di kedua dengan titik yang diukur.
sisinya dan dipasang tuas putar. Keunggulan dalam menggunakan
7. Kerekan: Kerekan utama dipasang di tiang wahana apung untuk membawa sistem logger
penyangga berguna sebagai pemutar untuk ke pinggir kiri, ke arah tengah-tengah atau
menggeser perahu ke kiri dan ke kanan pinggir sungai sebelah kiri yang seperti ini yang
sedangkan kerekan tengah dan kerekan tidak dapat dilakukan jika menggunakan sistem
penarik, berfungsi untuk menarik perahu pemompaan. Sistem pompa sendiri memiliki
agar dapat diangkat. Berguna untuk beberapa kelemahan yaitu terdapat perbedaan
mengamankan perahu dari banjir bandang. waktu antara waktu pengukuran yang
8. Tali baja: Tali baja terdiri dari dua macam disebabkan oleh kecepatan pemompaan air
yaitu: 1.) tali baja yang menghubungkan menuju ke titik sensor. Penggunaan sistem
tiang satu dengan tiang lainnya berguna pemompaan juga menjadi penyebab terjadinya
untuk menggeser perahu ke kanan atau ke perubahan kualitas air baku hal ini disebabkan
kiri, juga berguna untuk pemegang kerekan oleh adanya proses oksidasi dan turbulensi
tengah. 2). Tali baja pemegang wahana selama pemompaan berlangsung.
berguna untuk menahan wahana supaya Penggunaan wahana apung untuk
tidak hanyut dan untuk mengangkat membawa sistem logger juga memungkinkan
wahana jika terjadi banjir bandang. kita dapat melakukan pengukuran kualitas air
9. Tuas: ada dua tuas yaitu tuas 1). secara cepat, tepat pada posisi dimanapun
Digunakan untuk menggeser perahu ke kiri sener berada, apakah kita akan melakukan
dan kekanan sedangkan Tuas 2). Untuk pengukuran kualitas air di sebelah pinggir kiri,
menaikkan dan menurunkan perahu jika tengan atau pinggir sebelah kanan sungai.
terjadi banjir bandang. Kombinasi dari Penggunaan wahana apung juga dapat
kedua tuas tersebut untuk menggeser membawa kita pada posisi kedalaman sensor
perahu ke tepi guna melakukan service didalam sungai sesuai dengan keinginan kita.
atau membersihkan probe dari pengotor Apakah sensor akan diatur untuk
sungai. mengukurkualitas air di kedalaman 0,2 d; 0,5 d

28 R. Haryoto I., 2017


atau 0,8 d (dari kedalaman sungai). Tergantung dan perangkat monitoring secara on line yang
pada pengaturan kedalaman yang telah terdiri dari sensor, logger, power suplay dan
tentukan melalui setingan program. sistem transmisi. Dapat mengaplikasikan sistem
Pengukuran kualitas dapat dilakukan monitoring secara menyeluruh akan dapat
secara cepat, hal ini dimungkinkan adanya membantu kita dalam mengelola sebuah
komunikasi secara software antara sensor sumberdaya air
dengan logger, frekuensi pengukuran dapat 2.1.2. Kriteria Titik Lokasi dan Homogenitas
dilakukan tiap menit, atau jam tergantung dari Air
pengaturan yang dilakukan. Dengan adanya Kriteria dalam menentukan titik lokasi,
pengaturan seperti ini pengukuran dapat sebagai dasar dalam menentukan titik sampling
dilakukan dengan cepat, terus menerus selama kualitas air sungai, dilakukan dengan
24 jam. mempertimbangkan dua aspek yaitu : 1. Titik
Asas kelima yaitu pengukuran yang sampling harus dapat menggambarkan suatu
dilakukan secara serentak. Untuk model kinerja sebuah sistem atau sub sistem Derah
semacam ini dapat dilakukan dengan cara Aliran Sungai (DAS), dan 2.
mengaplikasikan jenis sensor multi probe (6 Mempertimbangkan faktor homogenitas
probe), keenam probe tersebut dapat mengukur percampuran air.
sampai dengan 11 (sebelas) parameter kualitas Kinerja DAS sebagai sebuah sistem
air. hidrologi, terdiri dari 3 (tiga) subsistem input,
Kemampuan pengukuran secara proses dan output. Subsistem input yang terdiri
serentak ini juga dapat ditingkatkan dengan dari aliran dasar (air tanah) dan aliran
mengkombinasikan dengan multi probe permukaan (hujan). Kondisi kualitas air yang
sekaligus multi sensor. Artinya satu loger dapat dihasilkan sangat dipengaruhi oleh subsistem
menghandel tiga sensor sekaligus yang proses yang ada dalam DAS, yang dipicu oleh
dipasan untuk mengukur di tiga kedalaman berbagai aktivitas mulai dari aktivitas pertanian,
sekaligus. Kemampuan mengukur secara peternakan dan perikanan, penduduk/
serentak ini dapat diaplikasikan untuk perkantoran/hotel, industri/Usaha Kecil
mengukur kualitas air sungai besar yaitu untuk Menengah/Industri Kecil Menengah, Mall,
debit sungai dengan kisaran 150-1000 m3/dt Restoran, dan Rumah Sakit. Penentuan titik
dan dengan kedalaman lebih dari 3 m. monitoring seharusnya dapat menggambarkan
Sungai dengan kriteria tersebut jika akan proses apa saja yang mendominasi dan
dilakukan pengukuran kualitas air maka mempengaruhi kualitas air sungai.
dibutuhkan 9 (sembilan) titik pengukuran. Dasar pertimbangan yang kedua adalah
Sehingga jika anggaran memungkinkan/cukup, dengan mempertimbangkan terjadinya proses
dapat dipasang 3 (tiga) wahana sekaligus, pencampuran dalam jarak pencampuran air.
sehingga dapat dilakukan di selebar sungai (L) Terjadinya jarak pencampuran tersebut
dan memasang 3 sensor sekaligus di setiap dilakukan dengan mempertimbangkan lebar,
kedalaman sungai (d) yaitu pada koordinat 1/4 kedalaman, dan kecepatan aliran sungai.
L, 2/4 L dan ¾ L dan di 3 (tiga) kedalaman 0,2 Parameter dasar yang dapat digunakan untuk
d, 0,5 d dan 0,8 d. menentukan terjadinya jarak pencampuran
Adanya komunikasi timbal balik antara adalah melalui uji suhu , derajat keasaman
sensor dan logger ini, memungkinkan terjadinya (pH), oksigen terlarut (DO) dan daya hantar
komunikasi yang interaktif dari keduanya. Jika listrik (DHL).
hasil monitoring terhadap kualitas air Jika dari hasil pengujian tersebut tidak
menunjukkan adanya fluktuasi data tajam maka menunjukkan adanya perbedaan pengukuran
loger dapat memerintahkan alarm berbunyi dan kurang dari 10%, maka sudah dapat
mode sms gateway diaktifkan untuk mengirim disimpulkan bahwa pada titik pengujian
data ke no HP penanggung jawab ke Pusat, tersebut telah terjadi proses pencampuran
sehingga dapat memerintahkan petugas sempurna (WMO, 1989).
lapangan untuk mengambil sampel secara Semakin lebar sungai maka jarak
manual sebagai bukti otentik tarhadap kondisi pencampurannya juga akan semakin jauh,
di lapangan. demikian juga dengan kedalaman kecepatan
Ketujuh aspek tersebut hanya dapat aliran dan turbulensi air semakin terjadi
dapat diwujudkan jika kita mengkombinasikan pergolakan maka jarak pencampurannya akan
kinerja antara wahana apung sebagai wahana pendek. Perkiraan jarak pencampuran dengan
untuk membawa sistem secara keseluruhan faktor homogenitas sudah terjadi dilihat pada

Perencanaan Sistem... JRL. Vol. 10 No. 1, Juni – 2017 : 25 - 32 29


Tabel 1, sedangkan jumlah sampel yang akan sungai, kemudian bergeser 1/3 L ke kiri dan 1/3
diambil berdasarkan perkiraan debit atau L ke kanan. Koordinat sensor (1/3 L, ½ D)
klasifikasi sungai dapat dilihat pada Tabel 2. kemudian (2/3 L, ½ D).
Dengan mempertimbangkan faktor Struktur dari wahana apung ini dilengkapi
homogenitas dan jarak pencampuran maka dengan tali baja, untuk menambah kekuatan
akan didapatkan hasil pengukuran kualitas struktur. Kekuatan struktur ini berguna untuk
yang juga dapat mencerminkan kinerja terutama dalam menahan wahana beserta
subsistem proses dalam DAS yang terpantau isinya pada waktu wahana ditarik keatas, untuk
melalui subsistem output. menghindari banjir besar. Pada waktu banjir
2.1.3. Sistem Kinerja Wahana Apung akan banyak sampah terbawa hanyut ke
sungai. Dengan cara menarik keatas/
Wahana apung dalam melaksanakan
menggantung wahana sementara maka sistem
kinerjanya dipasang diatas permukaan air
sensor akan aman dari gangguan sampah.
sungai yang sedang mengalir. Wahana tersebut
Cara praktis ini juga berguna untuk merawat
ditambatkan dengan menggunakan tali baja
sensor dari gangguan kotor atau mengganti
pengikat yang dikaitkan dalam sebuah kawat
yang dibentangkan diatas sungai diikatkan komponennya karena rusak.
melingkar seperti memasang rantai sepeda
menggunakan kerekan. III. KESIMPULAN
Jika hanya dipasang satu wahana untuk
satu titik pengukuran maka melalui cara ini kita Berisi rangkuman kesimpulan atas hasil
akan dengan mudah menggeser wahana apung penelitian yang dibahas pada bab-bab
ke arah tengah, pinggir kiri atau kanan dengan sebelumnya.
cara memutar tuas geser ke kiri atau ke kanan. Penerapan wahana apung sebagai
Apabila dipasang tiga wahana sekaligus maka sarana untuk diterapkannya sistem
tidak diperlukan upaya menggeser wahana ke pemantauan sungai secara online nampaknya
sisi kanan, tengah atau kiri. Jika wahana apung merupakan sebuah pilihan atau cara yang tepat
yang dipasang di setiap titik hanya satu maka mampu menghadirkan ke tujuh aspek
secara periodik perlu dilakukan penggeseran monitoring secara menyeluruh sehingga
wahana apung ke arah tengah, kanan atau ke menjadi nilai keungulan jika dibanding dengan
kiri. Cara menggeser wahana apung dapat sistem pompa atau manual.
dilakukan secara manual ataupun automatis Kesimpulannya adalah:
dengan menggunakan robut pemutar otomatis. 1. Aplikasi wahana apung, sebagai wahana
Sistem otomatisasi pergeseran wahanan apung untuk membawa sebuah sistem
tersebut dapat dilakukan dengan memasukkan pemantauan kualitas air sungai secara
data lebar sungai (L). Demikian juga dengan online merupakan sebuah pilihan cara
kedalaman sensor pengukur, diatur dengan pemantauan secra online tepat sasaran,
menggunakan parameter kedalaman sungai (d). memenuhi bentuk pemantauan yang secara
Posisi wahana apung diatur secara statis metodologis berstandar WMO.
jika akan memantau sebuah sungai dengan 2. Dapat diaplikasikan dengan mudah.
kriteria debit sungai < 5 m3/dt, lebar (L) dan 3. Mampu digunakan mengatasi kendala
kedalaman (D) Sungai < 2 m, maka menurut fluktuatif elevasi aliran sungai.
kriteria WMO, (1998) hanya diperlukan jumlah 4. Tidak mengganggu atau menghambat
titik pantau sebanyak 1 (satu) titik, oleh karena aliran sungai
itu posisi wahanan diletakkan secara statis di
tengah-tengah sungai dengan posisi kedalaman
DAFTAR PUSTAKA
sensor berada di tengah kedalaman sungai.
Yaitu pada koordinat ½ L , ½ D.
Jika sungai yang akan dimonitor Atmojo, T. Yuni. Bachtiar, T. Radjasa,
mempunyai kriteria debit sungai < 5 m3/dt O.K.Sabdono, A. 2003. Kandungan
sedangkan kedalaman (D) dan lebar sungai (L) Koprostanol dan Bakteri Coliform pada
lebih dari 2 m maka jumlah titik pantau sungai Lingkungan Perairan Sungai, Muara dan
adalah 2 buah, maka sistem otomatisasi Pantai di Banjir Kanal Timur, Semarang
wahana bergerak pada koordinat 1/3 L, ½ D pada Monsun Timur. Jurnal Ilmu Kelautan,
dan 2/3 L, ½ D. Artinya pada titik pertama Vol 9, No. I, pp : 54G60
wahana bergeser ke 1/3 L lebar sungai Chapra, S. C., 1997. Surface Water Quality
kemudian bergeser ke kanan 1/3 L lebar Modelling, McGrawGHill, Singapore

30 R. Haryoto I., 2017


Eko Harsono. 2010. Evaluasi Kemampuan Pulih No.1.
Diri Oksigen Terlarut Air Sungai Citarum http://eprints.upnjatim.ac.id/1247/1/1GNovi
Hulu. Jurnal Limnotek. Vol 17 GCahya%2710.pdf
Hadi, A. 2007. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
Sampel Lingkungan. Jakarta: PT. tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Gramedia Pustaka Utama Pengendalian Pencemaran Air Peraturan
Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang
Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Sungai
Penentuan Status Mutu Air Rama, Birawa. 2016. Pilot Project Sistem Modular
Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup Wahana Apung. PT. Mumpuni. Sukoharjo
Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pedoman http://www.academia.edu/31344135/NOTA
penetapan Daya tampung Beban _DESAIN_PILOT_PROJECT_SISTEM_M
Pencemaran Sumber Air ODULAR_WAHANA_APUNG_BREAKWA
Nieke Karnaningrum, Nadjadji Anwar, Basuki TER
Widodo,Wahyono Hadi, Ediyatno dan Sri Suriawiria, Unus. 2003. Air dalam Kehidupan dan
Wulandari (2004) ”Penyebaran Polutan Di Lingkungan yang Sehat. Penerbit Alumni.
Sungai Dengan Aliran Horizontal 2 (Dua) Bandung
Dimensi Dengan Metode Beda Hingga Tafangenyasha, C. and T. Dzinomwa. 2005.
Eksplisit”, Jurnal Teknologi dan LandGuse Impacts on River Water Quality
Lingkungan (TEKNOLING) – Pusat in Lowveld Sand River Systems in
Kependudukan dan Lingkungan Hidup SouthGEast Zimbabwe. Land Use and
LPPM-ITS, Vol. 2-No. 2/Juli 2004, hal 36 – Water Resources Research 5 : 3.1G3.10.
47 http://www.luwrr.com
Noviriana Hendrasarie, Cahyarani. 2010. WMO, 1998. “Manual on Water Quality
Kemampuan Self Purification Kali Monitoring: Planning and Implementation
Surabaya, ditinjau dari Parameter Organik, of Sampling and Field Testing, Operational
berdasarkan Model Matematis Kualitas Air, Hydrology” Report No. 27
Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Vo.2.

Gambar 1. Rancangan Disain Wahana Apung, Potongan Membujur, Tampak Atas dan Potongan
Melintang

Perencanaan Sistem... JRL. Vol. 10 No. 1, Juni – 2017 : 25 - 32 31


Gambar 2. Rancangan Sistem Online Menggunakan Kapal Apung (Tampak Depan)

Gambar 3. Rancangan Sistem Online Menggunakan Kapal Apung (Tampak Samping)

32 R. Haryoto I., 2017

You might also like