You are on page 1of 23

MAKALAH PANCASILA TENTANG

MASALAH ORGANISASI PAPUA MERDEKA (OPM) DARI SUDUT PANDANG SILA


KE-3 PERSATUAN INDONESIA

DOSEN PENGAMPU :

SABAR DUMAYANTI SIHOMBING, S.Pd., MM.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. WINNIE WIE (2101070002) 10. A. TASYA G. A. S. (2101070038)


2. TARA A. SIAHAAN (2101070010) 11. CITRA M. H. (2101070048)
3. SARAH G. PURBA (2101070014) 12. FORTINA J. S. (2101070049)
4. CRISTYANI S. (2101070017) 13. TRISKA I. S. (2101090004)
5. MICHAEL J. SIJABAT (2101070022) 14. THERESA (2101070005)
6. HANA Y. SAGALA (2101070028) 15. NURUL F. S. (2101100001)
7. TARGO SIMANJUNTAK (2101070029) 16. ROBERT J. N. (21011700006)
8. AFRIANI Y. Br. SIAHAAN (2101070030) 17. JESICA SIREGAR (2101100010)
9. HELEN F. PASKAH (2101070032) 18. MELISA (2101100013)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANG SIANTAR 2022/202
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Masalah Organisasi papua Merdeka (OPM) dari Sudut Pandang Sila ke-3
Persatuan Indonesia” tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena
kemampuan dan pengalaman kami yang masih dalam tahap perkembangan. Oleh karena itu,
kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna dan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan teman-teman yang sifatnya membangun, demi
perbaikan dalam makalah yang akan datang.

Semoga makalah ini bermanfaaat sebagai sumbangsih penulis demi menambah


pengetahuan terutama bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala
usaha dan urusan kita, Aamiin.

Pematangsiantar, 6 Oktober 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................2
C. Manfaat dan Tujuan Makalah..........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................4
A. Pengertian Organisasi Papua (OPM)...............................................................................................4
B. Proses Terbentuknya OPM..............................................................................................................5
C. Tokoh—Tokoh Penggerak Organisasi Papua Merdeka (OPM).......................................................7
D. Tokoh-Tokoh Yang Menolak Tindakan OPM.................................................................................8
1. Rafael Ramirez (dari Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB)............................................................8
2. Rimbink Pato (Menteri Luar negeri dan perdagangan Papua Nugini)..........................................9
3. Warga Indonesia ( salah satu anggota Majelis Kebangsaan Pancasila Jiwa Nusantara (MKPJN))
………………………………………………………………………………………………………………………………………………9
E. Tujuan dari Organisasi Papua Merdeka (OPM)......................................................................9
1. Merasa Sebagai Pemilik Papua....................................................................................................9
2. Mengawetkan Doktrin...............................................................................................................10
3. Petinggi OPM Mengambil Posisi...............................................................................................10
F. Alasan Papua Ingin Melepaskan/Membebaskan Wilayahnya dari Indonesia........................10
1. Papua Barat Mempunyai Hubungan Budaya yang Lebih Kuat dengan Beberapa Negara
Tetangga...........................................................................................................................................10
2. Faktor Kekayaan Alam...........................................................................................................11
3. Sudah Berpuluh Tahun Silam Ingin ‘Merdeka’....................................................................11
4. Berbagai Konflik dengan Pemerintah RI..............................................................................11
5. Melanggar Hak Ekonomi Masyarakat Papua.......................................................................12
G. Alasan mengapa Tindakan OPM di nilai sebagai penyimpangan sila ke-3 Pancasila
Persatuan Indonesia............................................................................................................................12

ii
H. Dampak yang didapatkan Indonesia saat OPM berlangsung..............................................13
I. Tindakan Pemerintah Bangsa Indonesia terhadap Organisasi Papua Merdeka (OPM)......14
J. Upaya yang dapat dilakukan Mahasiswa, Masyarakat dan Pemerintah dalam mencegah dan
mengatasi OPM...................................................................................................................................15
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................17
A. KESIMPULAN............................................................................................................................17
B. SARAN.........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,
yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam
mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara
seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian
dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya,
sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari
kehidupan bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia, dan
sebagai ideologi nasional. Pengetahuan akan pancasila dapat kita bandingkan dengan realita
sosial masyarakat sekarang serta nilai idealnya dan diharapkan dari perbandingan tersebut,
seluruh warga negara kesatuan Republik Indonesia sudah seharusnya mengetahui
mempelajari, mendalami dan mengembangkannya serta mengamalkan pancasila dalam
kehidupan sehari hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan
kemampuan masing-masing individu. Yang paling penting kita sebagai warga negara
Indonesia seharusnya bangga terhadap bangsa sendiri. Dengan merealisasikan sebuah teori
atau pengertian dari pancasila tersebut. Sehingga adanya penerapan Pancasila oleh diri kita di
dalam masyarakat. bangsa dan negara. kita dapat mengetahui hal-hal yang sebelumnya kita
tidak tahu. Dari penerapan pancasila ini, ditinjau pelaksanaannya dari sejak merdeka sampai
sekarang masih terjadi banyak kegagalan, salah satunya adalah adanya Organisasi Papua
Merdeka yang mengancam kedaulatan NKRI. Hal ini menyangkut masalah pennyimpangan
sila ke 3 Pancasila yakni, Persatuan Indonesia.
Papua yang terletak di wilayah paling timur dari kesatuan Republik Indonesia masuk
dalam NKRI pada tanggal 19 Nopember 1969 melalui resolusi PBB No. 2504. Hal ini
sekaligus menjadi pengakuan atas integrasi Papua ke Indonesia menurut hukum
internasional. Selanjutnya, Papua menjadi daerah otonom yang absah bagi Indonesia pada

ii
tahun yang sama melalui UU No. 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Daerah Otonomi
Irian Barat dan kabupaten-kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat.

Akan tetapi sejak menjadi bagian NKRI, sebagian penduduk Papua merasa kurang puas
karena secara fakta mereka masih marginal dan miskin. Papua yang luasnya empat kali lipat
pulau Jawa dan memiliki sumber daya alam yang sangat besar seharusnya mampu membuat
rakyatnya hidup sejahtera. Kondisi kemiskinan tersebut tampak pada terisolirnya kehidupan
sekitar 74% penduduk Papua. Tempat tinggal mereka tidak memiliki akses sarana
transportasi ke pusat pelayanan ekonomi, pemerintahan dan pelayanan sosial.

Ketidakpuasan secara ekonomis itulah, yang memunculkan semangat untuk


memerdekakan diri. Pemerintah Pusat dinilai gagal dalam membangun kesejahteraan di
Papua, apalagi dengan diadakannya Operasi Militer oleh Pemerintah Pusat untuk mengatasi
pemberontakan separatisme di Papua yang dalam faktanya justru banyak menimbulkan
pelanggaran HAM. Hal ini memperkuat rakyat Papua berkeinginan untuk melepaskan diri
dari NKRI.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat kami simpulkan adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan OPM?
2. Bagaimana proses terbentuknya OPM?
3. Siapa saja tokoh penggerak OPM?
4. Siapa saja tokoh yang menolak tindakan OPM?
5. Apa Tujuan dari OPM?
6. Mengapa OPM ingin membebaskan/memerdekakan wilayahnya dari Indonesia?
7. Mengapa tindakan OPM dinilai sebagai penyimpangan sila ke-3 Pancasila?
8. Apa dampak yang didapat Indonesia saat OPM berlangsung?
9. Bagaimana tindakan pemerintahh bangsa Indonesia terhadap OPM?
10. Apa saja contoh upaya yang dapat dilakukan mahasiswa, masyarakat dan pemerintah
dalam mencegah dan mengatasi OPM?

C. Manfaat dan Tujuan Makalah

ii
Tujuan :
1. Demi memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pancasila
2. Memberikan pemahaman kepada para pembaca mengenai permasalahan Organisasi
Papua Merdeka (OPM) sebagai penyimpangan terhadap sila ke 3 Pancasila.
3. Memberikan pemahaman tentang sikap yang harus ditanamkan pada diri kita dan
generasi muda agar masalah mengenai Organisasi Papua Merdeka (OPM) tidak
terulang lagi di masa yang akan datang.

Manfaat :
1. Dapat mengetahui dan memahami dinamika dan tantangan yang dihadapi Bangsa
Indonesia demi mempertahankan Pancasila.
2. Mengetahui dan memahami masalah Organisasi Papua Merdeka (OPM) dari sudut
pandang sila Persatuan Indonesia.

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Papua (OPM)


Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah sebuah organisasi separatis Teroris yang
didirikan pada tahun 1963 untuk selalu membuat kekacauan di Provinsi Papua Barat yang
sebelumnya dikenal sebagai irian jaya, ingin memisahkan diri dari indonesia. . Pada tanggal
26 Juli 1965, terjadi pemberontakan untuk pertama kalinya di Manokwari. Hampir semua
anggota OPM yang bersenjata bermarkas di Papua. Namun, terdapat sebagian orang berada
di perbatasan dan perdalaman Papua Nugini.

Gerakan ini biasa disebut sebagai KKB, KKSB, dan KSTP (singkatan Gerakan ini


biasa disebut sebagai KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata), KKSB ( Kelompok Kriminal
Separatis Bersenjata) dan KTSP (Kelompok Separatis Teroris Papua). Organisasi ini
bertujuan untuk mewujudkan kekacauan bagi provinsi tersebut yang berarti pengkhianatan.
OPM juga menempuh upaya jalur diplomatik, melakukan upacara pengibaran bendera
bintang kejora, dan aksi terorisme sebagai bagian dari konflik papua. Pendukung secara rutin
menampilkan bendera Bintang Kejora dan simbol lain dari separatis Papua, seperti lagu
kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambang negara, yang telah diadopsi pada periode
1961 sampai pemerintahan indonesia dimulai pada Mei 1963 di bawah perjanjian New York.

Bagi pemerintah Indonesia, OPM merupakan sebutan bagi setiap organisasi atau
fraksi yang ada di Irian dan juga yang berbasis luar negeri yang memiliki tujuan yakni
melepaskan Irian Jaya (Papua Barat) dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
pimpinan pro-Papua Barat. OPM melakukan serangkaian pemberontakan diakibatkan
beberapa faktor. Salah satunya dilatarabelakangi oleh ketidakpuasan akan hasil Penentuan
Pendapat Rakyat (Pepera) yang menunjukkan bahwa Papua memilih menjadi bagian dari
Indonesia.

Dalam rangka mencapai tujuannya, OPM melakukan serangkaian pemberontakan


kepada pemerintah Indonesia. Mereka juga menggalang dukungan dunia internasional.
Bentuk perlawanan yang dilakukan OPM juga mengalami perubahan. Pada masa awal

ii
perlawanan, seringkali terjadi konflik senjata antara OPM dan pemerintah Indonesia. Namun
seiring berjalannya waktu, OPM mulai memasukkan praktik diplomasi dalam melakukan
perlawanan terhadap Indonesia.

OPM sebenarnya berawal dari konflik antar kelompok dalam organisasi OPM dan
konflik antara OPM dengan kelompok masyarakat Papua sendiri. Selain itu, sebelum OPM
berkembang menjadi organisasi separatis, gerakan OPM dimulai dengan serangan bersenjata,
perusakan, penyanderaan, demonstrasi, dan pengibaran bendera West Papua oleh suku Arfak
di Manokwari, kemudian meluas ke berbagai wilayah di Irian Jaya.

Pemerintah Indonesia menganggap tindakan OPM sebagai upaya separatisme yang


melanggar hukum dan kedaulatan Indonesia, sehingga pemerintah Indonesia merasa berhak
melakukan perlawanan senjata. Dengan mulai menindaklanjuti tuntutan atas perbedaan di
berbagai aspek, akhirnya disahkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus untuk Provinsi Papua.

Kebijakan ini memberikan kesempatan kepada orang Papua untuk mengembangkan


pengelolaan wilayahnya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap
menghormati nilai-nilai dasar orang asli Papua sesuai dengan kewajiban dan hak warga
negara Indonesia. Kebijakan itu juga mengembalikan nama Irian Jaya ke Papua.

B. Proses Terbentuknya OPM

OPM didirikan bulan Desember tahun 1963, pada awalnya OPM dikendalikan oleh
warga negara Belanda yang bertujuan untuk melepaskan Papua dari Indonesia serta
permintaan tokoh pejuang Papua untuk menerima kewarganegaraan Belanda. Sejak awal
didirikannya, OPM terdiri dari dua fraksi yaitu pertama, fraksi yang didirikan pada tahun
1963 oleh Aser Demotekay di Jayapura. Upaya yang dilakukan Aser Demotekay untuk
mencapai kemerdekaan Papua yaitu dengan cara bekerjasama dengan pemerintah Indonesia
dan tanpa menggunakan aksi kekerasan sehingga hal ini menarik perhatian masyarakat untuk
mendukung aksi yang dilakukan Aser. Harapan Aser dengan cara bekerjasama dengan
pemerintah Indonesia akan lebih mudah mendapatkan kemerdekaan Papua yang merupakan
bangsa terakhir di akhir zaman sesuai dengan janji Alkitab, janji tanah dan janji leluhur.

ii
OPM merupakan sebutan yang dibuat pemerintah Indonesia bagi kelompok-
kelompok separatis yang ingin memisahkan Papua dari Indonesia. Kelompok-kelompok ini
memiliki pemimpin-pemimpin yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri. Pada
tahun 1963, OPM yang dipimpin Permenas Ferry Awom semakin terlihat setelah melakukan
aksi pemberontakan bersenjata di Manokwari dan beberapa wilayah Papua lainnya.

Fraksi kedua yaitu fraksi yang didirikan pada tahun 1964 oleh Terianus Aronggear di
Manokwari. OPM semakin berkembang setelah adanya Terianus Aronggear. Di Masa
kepemimpinan Terianus, OPM disebut sebagai “Organisasi Perjuangan Menuju
Kemerdekaan Negara Papua Merdeka”. Fraksi yang dipimpin Terianus lebih berani karena ia
lebih memilih untuk melakukan perlawanan bersenjata daripada fraksi yang dipimpin Aser
yang masih menggunakan pendekatan diplomatis. Pada awalnya organisasi ini merancang
kekuatan dibawah tanah untuk melawan pemerintah Indonesia. Marcus Kaisiepo dan
Nicolaas Jouwe saat mendengarkan informasi tentang perjuangan OPM, mereka langsung
merencanakan aksi untuk mendukung perlawanan OPM dalam memperjuangkan Papua.

Sebagai ketua umum OPM, Terianus Aronggear menyusun rencana untuk


menyelundupkan dokumen ke badan PBB di New York pada tahun 1962 yang berisikan
pertanyaan tentang status Papua kemudian ia meminta untuk diadakannya peninjauan
Persetujuan New York, namun persetujuan tersebut dirasa tidak adil karena tidak melibatkan
wakil Papua.

Kekecewaan terhadap pemerintah karena tidak melibatkan wakil Papua dalam


menentukan sebuah kebijakan menjadi acuan OPM untuk melakukan upaya-upaya yang
menjatuhkan Indonesia. Tahun 1968, kurang lebih 19 orang oknum Papua melakukan rapat
gelap yang menghasilkan propaganda untuk menyebarluaskan rasa kebencian terhadap
pemerintah Indonesia dan berusaha untuk membebaskan Papua dari Indonesia

Perkembangan OPM tidak terlepas dari masa kepemimpinan Presiden Soekarno.


Selama masa jabatan presiden Soekarno, sistem kebijakan saat itu merupakan demokrasi
terpimpin dan etimologi orde lama yang mana memiliki dua jabatan sebagai Kepala Negara
dan Kepala Pemerintahan. Pada masa orde lama, sistem pemerintahan mengalami perubahan-

ii
perubahan seperti penerapan sistem pemerintahan presidensial, demokrasi bilateral,
parlementer dan sistem pemerintahan demokrasi terpimpin.

Pada masa orde lama, OPM mengalami peningkatan keanggotaan. Meskipun anggota
OPM tidak sebanding dengan anggota TNI/Polri, namun OPM sulit untuk ditangani karena
wilayah Papua didominasi oleh hutan sehingga sangat sulit untuk melacak tempat
persembunyiannya. Perjuangan OPM semakin serius dengan berhasilnya OPM memperoleh
dukungan dari negara Vanuatu pada tahun 1965.

Dalam perkembangannya, OPM merasa tidak memiliki persamaan historis dengan


negara manapun termasuk Indonesia. Pada tahun 1969 melalui perjanjian antara Belanda-
Indonesia, bersatunya wilayah Papua dengan Indonesia dianggap OPM sebagai penyerahan
wilayah dari tangan penjajah ke penjajah lainnya.

C. Tokoh—Tokoh Penggerak Organisasi Papua Merdeka (OPM)

Nicolaas Jouwe dan dua komandan OPM, Seth Jafeth Roemkorem dan Jacob Hendrik
Prai, berencana mendeklarasikan kemerdekaan Papua pada tahun 1971. Tanggal 1 Juli 1971,
Roemkorem dan Prai mendeklarasikan Republik Papua Barat dan segera merancang
konstitusinya.

Organisasi internal OPM sulit untuk ditentukan. Pada tahun 1996 'Panglima Tertinggi'
OPM adalah Mathias Wenda. Juru bicara OPM di Sydney, John Otto Ondawame,
mengatakan telah lebih atau kurang dari sembilan titah kemerdekaan. Jurnalis lepas
Australia, Ben Bohane, mengatakan telah ada tujuh titah kemerdekaan. Tentara Nasional
Indonesia mengatakan OPM memiliki dua sayap utama, 'Markas Besar Victoria' dan
'Pembela Kebenaran'. Mantan yang lebih kecil, dan dipimpin oleh ML Prawar sampai ia
ditembak mati pada tahun 1991. Terakhir ini jauh lebih besar dan beroperasi di seluruh Papua
Barat.

Organisasi yang lebih besar, atau Pembela Kebenaran (selanjutnya PEMKA), yang
diketuai oleh Jacob Prai, dan Seth Roemkorem adalah pemimpin Fraksi Victoria. Selama
pembunuhan Prawar, Roemkorem adalah komandannya. Sebelum pemisahan ini, TPN/OPM

ii
adalah satu, di bawah kepemimpinan Seth Roemkorem sebagai Komandan OPM, kemudian
menjadi Presiden Pemerintahan Sementara Papua Barat, sementara Jacob Prai menjabat
sebagai Ketua Senat. OPM mencapai puncaknya dalam organisasi dan manajemen (dalam
istilah modern) karena sebagai struktural terorganisasi. Selama ini,
Pemerintah Senegal mengakui keberadaan OPM dan memungkinkan OPM untuk membuka
Kedutaan di Dakar, dengan Tanggahma sebagai Duta Besar.

Karena persaingan, Roemkorem meninggalkan markasnya dan pergi ke Belanda.


Selama ini, Prai mengambil alih kepemimpinan. John Otto Ondawame (waktu itu ia
meninggalkan sekolah hukum di Jayapura karena diikuti dan diancam untuk dibunuh oleh
ABRI Indonesia siang dan malam) menjadi tangan kanan dari Jacob Prai. Itu inisiatif Prai
untuk mendirikan Komandan Regional OPM. Dia menunjuk dan memerintahkan sembilan
Komandan Regional. Sebagian besar dari mereka adalah anggota pasukannya sendiri di
kantor pusat PEMKA, perbatasan Skotiau, Vanimo-Papua Barat.

Komandan regional dari mereka , Mathias Wenda adalah komandan untuk wilayah II
(Jayapura – Wamena), Kelly Kwalik untuk Nemangkawi (Kabupaten Fakfak), Tadeus Yogi
(Kabupaten Paniai), Bernardus Mawen untuk wilayah Maroke dan lain-lain. Komandan ini
telah aktif sejak itu. Kelly Kwalik ditembak dan dibunuh pada 16 Desember 2009. Pada
tahun 2009, sebuah kelompok perintah OPM yang dipimpin oleh Jenderal Goliat
Tabuni (Kabupaten Puncak Jaya) sebagai fitur pada laporan menyamar tentang gerakan
kemerdekaan Papua Barat.

D. Tokoh-Tokoh Yang Menolak Tindakan OPM


1. Rafael Ramirez (dari Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB)
Tahun 2017, Gerakan Papua Barat diam-diam menyelundupkan petisi menuntut
kemerdekaan diteken oleh 1,8 juta warga Provinsi Papua Barat ke PBB. Namun, PBB
menolak dengan alasan mereka tidak berwenang buat mengurus kemerdekaan Papua
Barat. Petisi kemerdekaan itu langsung diserahkan oleh pemimpin gerakan Organisasi
Papua Merdeka, Benny Wenda, kepada Komite Dekolonisasi PBB dijuluki 'C24'. Ia
meminta PBB untuk menunjuk seorang perwakilan khusus untuk menyelidiki

ii
pelanggaran dan untuk menempatkan Papua Barat kembali pada agenda dekolonisasi.
Namun, Kepala Komite C24, Rafael Ramirez, menyatakan mereka tidak bisa
menerima petisi dari Papua Barat. Sebab, tugas mereka hanya mengurus 17 negara
yang dianggap belum mempunyai pemerintahan berdaulat. Ramirez yang merupakan
Duta Besar Venezuela untuk PBB malah merasa kalau lembaganya dimanipulasi buat
kepentingan politik. Dia juga menyatakan Komite C24 tidak pernah menerima petisi
itu. Ramirez pun mengaku tidak pernah sekalipun bertemu atau berbincang dengan
Benny Wenda atau Organisasi Papua Merdeka.
2. Rimbink Pato (Menteri Luar negeri dan perdagangan Papua Nugini)
Papua Nugini juga tidak mendukung kemerdekaan Papua Barat. Menurut Menteri
Luar Negeri dan Perdagangan Papua Nugini, Rimbink Pato, Papua Barat masih
menjadi bagian integral dari Indonesia dan Papua Nugini di bawah kebijakan luar
negerinya tidak akan mengganggu hal itu dan Hukum Internasional. Perlu diketahui,
Vanuatu sebagai negara kepulauan di Samudera Pasifik, sangat gencar mengusung isu
Papua Barat di PBB.
3. Warga Indonesia ( salah satu anggota Majelis Kebangsaan Pancasila Jiwa
Nusantara (MKPJN))
Indonesia akan tetap mempertahankan Papua Barat. Bahkan Masyarakat Indonesia
mendukung Presiden Joko Widodo agar tak melepas Papua. “Kami menolak
tandatangan referendum Papua merdeka. Kami tidak ingin Timor Leste kedua. Jangan
sampai Papua atau kepulauan lepas dari NKRI,” kata salah satu anggota Majelis
Kebangsaan Pancasila Jiwa Nusantara (MKPJN). Salah satu perhatian pemerintah
untuk Papua adalah pembangunan infrastruktur yang kini tengah dilakukan.
Pembangunan tersebut seperti membuat jembatan dan membetulkan jalan-jalan yang
rusak.

E. Tujuan dari Organisasi Papua Merdeka (OPM)


Adapun tujuan dari OPM adalah sebagai berikut :
1. Merasa Sebagai Pemilik Papua
OPM merasa sebagai orang yang paling berhak pada wilayah Papua, maka tidak heran
mereka menganggap bahwa orang asli Papua, berhak atas tanahnya. Tanah nenek

ii
moyang mereka yang hendak mereka kendalikan sendiri. Padahal kenyataannya, bahwa
pemahanan ini telah terjadi percampuran opini, dengan posisi Mathius Wenda sebagai
kepala suku dan juga sebagai pimpinan OPM. Maka secara otomatis, membuat anggota
suku memandang bahwa langkah Mathius Wenda sebagai sebuah kebijakan adat yang
harus mereka patuhi.
2. Mengawetkan Doktrin
Belanda yang tidak mengharapkan Irian Barat masuk dalam kedaulatan NKRI, telah
berhasil menciptakan politik memecah belah persatuan bangsa. Dan doktrin tersebut
terawetkan hingga saat ini. Pada kalangan tertentu, OPM dan pendukungnya memandang
bahwa Indonesia menjajah mereka. Padahal Indonesia yang membebaskan mereka dari
penjajahan kolonial Belanda, melalui Trikora.
3. Petinggi OPM Mengambil Posisi
Selanjutnya, pemberontakan OPM dengan tujuan merdeka adalah tidak lepas dari para
petinggi OPM yang berebut kursi kekuasaan. Maka tidak heran, mereka para petinggi
telah melakukan diplomasi pada berbagai Negara. Dengan posisi sebagai Kepala Suku,
maka mereka memiliki kewenangan “menjual aset daerah” bahkan berutang untuk
mendapatkan materi.Semua hal tersebut untuk pembelian berbagai jenis senjata yang
mereka pasok untuk mereka. Disamping mereka merebut beberapa senjata milik TNI
Polri. Namun jauh kedepan, para petinggi OPM ini telah merancang skema kekuasaan.
Dan mengorbankan masyarakat sipil.

F. Alasan Papua Ingin Melepaskan/Membebaskan Wilayahnya dari Indonesia


Beberapa alasan Papua Barat ingin melepaskan diri dari Indonesia diantaranya yaitu
sebagai berikut:
1. Papua Barat Mempunyai Hubungan Budaya yang Lebih Kuat dengan Beberapa
Negara Tetangga.
Alasan pertama adalah karena adanya kesamaan budaya antara rakyat Papua Barat
dengan negara tetangga di bagian timur, seperti Papua Nugini dan wilayah Timur
Pasifik. Dengan mempunyai kesamaan budaya, masyarakat Papua Barat mungkin
lebih memiliki hubungan emosional bak saudara dengan para tetangganya.
Masyarakat Papua merasa memiliki hubungan Budaya yang lebih kuat dengan

ii
negara tetangga Papua Nugini dan negara-negara di Timur Pasifik. Memang
kebudayaan merupakan salah satu hal yang sangat kuat dikalangan masyarakat
sehingga apabila memiliki banyak kesamaan budaya berarti memiliki saudara. Rakyat
Papua merasa lebih memiliki hubungan yang erat dengan negara disebelah timur
sehingga menuntut untuk merdeka.

2. Faktor Kekayaan Alam


Kekayaan alam Papua sudah dikenal seluruh Indonesia. Hal ini menjadi sumber daya
yang semestinya mampu dimanfaatkan untuk kepentingan penduduk lokal. Namun,
selama ini sumber daya alam di Papua lebih banyak dikelola oleh orang yang bukan
penduduk asli. Oleh karena itu, faktor tersebut juga menjadi alasan mengapa Papua
Barat ingin merdeka yaitu untuk mengelola sumber daya alamnya secara mandiri.
3. Sudah Berpuluh Tahun Silam Ingin ‘Merdeka’
Menurut laporan Pengelolaan Konflik di Indonesia (2011) yang dibuat Centre for
Humanitarian Dialogue (HD Centre), sebuah organisasi mediasi independen di Swiss,
wacana mengenai Papua Merdeka sudah ada sejak tahun 1960-an. “Rakyat Papua
menuntut pemisahan dari Indonesia sejak tahun 1960-an, termotivasi oleh
serangkaian permasalahan sejarah, ekonomi dan politik."
4. Berbagai Konflik dengan Pemerintah RI
Akibat ‘dipaksa’ menjadi bagian Indonesia pada tahun 1962 sampai sekarang,
kelompok masyarakat yang ingin merdeka terus berkonflik dengan pemerintah RI.
Beberapa penyebab konflik tersebut, antara lain:
 Marjinalisasi orang asli Papua, terutama dalam hal ekonomi, sebagai efek
kebijakan transmigrasi.
 Kegagalan program pembangunan di Papua.
 Perbedaan pemahaman sejarah antara warga Jakarta dan Papua.
 Warisan kekerasan yang dilakukan negara terhadap masyarakat Papua.

ii
5. Melanggar Hak Ekonomi Masyarakat Papua
Tokoh gerakan Papua Merdeka, Otto Ondawame dalam laporan HD Centre mengurai,
tak hanya pelanggaran hak sipil, tapi ia menilai jika pemerintah Indonesia pun
melanggar hak ekonomi masyarakat Papua. Beberapa pelanggaran itu terjadi sudah
lama hingga berpuluh-puluh tahun, seperti:
 Eksploitasi sumber daya alam yang hanya menguntungkan segelintir orang, dan
membiarkan pemilik asli tanahnya dalam kemiskinan.
 Distribusi yang tidak adil atas pelayanan sosial dan kesempatan ekonomi antara
Papua dan non-Papua.

G. Alasan mengapa Tindakan OPM di nilai sebagai penyimpangan sila ke-3 Pancasila
Persatuan Indonesia
Sebagai warga negara Indonesia yang baik seharusnya kita menghormati
pancasila sebagai landasan hukum negara. Beberapa masyarakat masih memegang teguh
nilai-nilai pancasila akan tetapi ada juga beberapa masyarakat yang justru melakukan
penyimpangan pada lima sila yang tercantum dalam pancasila tersebut dan tidak
menghargai nilai-nilai pancasila.
Sila ketiga berbunyi ‘Persatuan Indonesia’ yang mengandung arti makna kesatuan
dan persatuan rakyat Indonesia untuk membina rasa nasionalisme dan mengutamakan
persatuan seluruh Indonesia, menghargai agama, suku, budaya dan ras, juga rela
berkorban untuk negara dan bangsa. Contoh penyimpangan dari sila ke tiga ini yakni
perang antar suku, tawuran antar pelajar, banyaknya aliran sesat yang muncul dan
sebagainya.
Dari pengertian di atas maka dapat di simpulkan bahwa Salah satu kasus yang
menyimpang sila ke tiga adalah Organisasi Papua Merdeka (OPM). OPM adalah sebuah
gerakan nasionalis yang sudah berdiri sejak tahun 1965 dan masih berdiri sampai
sekarang. Tujuan OPM yaitu untuk memisahkan Papua bagian barat dari wilayah NKRI
dan ingin merdeka sendiri. Oranisasi seperti ini sangat menyimpang dan termasuk
pelanggaran sila ketiga karena keinginannya berpisah dari bangsa Indonesia.

ii
Organisasi Papua merdeka OPM ( adalah sebuah gerakan nasionalis yang
didirikan pada tahun 1965), yang bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan Papua
bagian barat dari pemerintahan Indonesia. Sebelum era reformasi provinsi yang sekarang
terdiri atas Papua dan Papua Barat ini dipanggil dengan nama Irian jaya. OPM merasa
bahwa mereka tidak memiliki hubungan sejarah dengan bagian Indonesia yang lain
maupun negara-negara asia lainnya. Penyatuan wilayah ini ke dalam NKRI sejak tahun
1969), merupakan buah perjanjian antara Belanda dengan Indonesia dimana pihak
Belanda menyerahkan wilayah tersebut yang selama ini dikuasainya kepada bekas
jajahannya yang merdeka Indonesia. Perjanjian tersebut oleh OPM dianggap sebagai
penyerahan dari tangan satu penjajah kepada yang lain.

H. Dampak yang didapatkan Indonesia saat OPM berlangsung


Dampak demonstrasi yang dilakukan OPM semakin memunculkan kebencian di
masyarakat, serta semakin memunculkan opini bahwa separatisme adalah bahaya laten
bagi NKRI dan wajib diwaspadai. Masyarakat semakin cemas dengan ancaman separatis
yang selama ini dilakukan OPM, yang diperkirakan berdampak melemahkan kedaulatan
RI di tanah Papua, ditambah dengan adanya dukungan dari luar negeri atas isu
pelanggaran HAM yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap masyarakat Papua.
Mereka semakin vokal menyuarakan kebebasan Papua dalam berdaulat dan menentukan
nasibnya sendiri. Mengapa ada gerakan seperti itu? Sebagian masyarakat Papua
menganggap bahwa mereka tidak diperhatikan oleh pemerintah dan cenderung sumber
daya alam yang ada di sana hanya dimanfaatkan tanpa berdampak langsung pada
masyarakat asli Papua. Hal itu yang tentu mempengaruhi pemikiran masyarakat sehingga
munculnya gerakan gerakan separatisme sebagai aksi kekecewaan.
Adapun Dampak negatif yang lain dari OPM ialah :
1. Papua bisa seluruhnya tidak berpihak kepada Indonesia.
2. Terjadi kebencian dari rakyat Papua ke Indonesia.
3. Indonesia dapat kehilangan Pulau Papua.
4. .Jika Papua lepas, maka ujung timur Indonesia bukanlah Merauke sehingga
meruntuhkan keutuhan wilayah Indonesia.

ii
I. Tindakan Pemerintah Bangsa Indonesia terhadap Organisasi Papua Merdeka
(OPM)
Sebenarnya pemerintah dapat lebih tegas dalam menyikapi dan menanggapi
persoalan OPM, karena kini OPM tidak saja sebagai organisasi yang menuntut pemisahan
diri Papua Barat dari NKRI, tapi juga melakukan aksi-aksi kekerasan bersenjata, yang
mengganggu stabilitas pertahanan dan keamanan nasional di bumi Papua. Padahal
dengan sekedar melabeli status teroris dan kriminal kepada OPM, pemerintah otomatis
memiliki keterbatasan dalam mereaksi, setidaknya hanya memiliki wewenang layaknya
menumpas teroris di tempat-tempat lain di Indonesia. Padahal, dengan aksi-aksi OPM
yang semakin menjadi-jadi belakangan ini, pemerintah justru dibuat terkesan gagal
menghadirkan negara di sektor pertahanan dan keamanan di Papua, yang membuat
legitimasi dan reputasi Indonesia semakin buruk di sana. Pemerintah yang telah
menetapkan status “pemberontak” kepada pihak yang dituduh mengacau justru gagal
melucuti kemampuan pemberontakan mereka. Jadi jangan disalahkan jika ada saja pihak
yang mengenduskan tuduhan bahwa instabilitas di Papua sengaja dibiarkan seperti itu.
Selain itu, pemerintah harus membangun Papua lebih serius lagi.
Selain infrastruktur,  kemiskinan di Papua masih tinggi,  penganggurannya pun tak
berbeda, juga sama dengan tingkat ketimpangannya. Di saat yang sama, masyarakat
Papua terus menyaksikan kekayaan alamnya dikeruk habis-habisan,  hutan-hutannya
ditebang, lahan mereka dipreteli,  dan uangnya entah kemana. 
Dengan kondisi itu, perlu evaluasi kebijakan ekonomi dan fiskal untuk Papua,
agar keberadaan negara Indonesia bisa mereka rasakan manfaatnya. Bagi hasil pajak
wajib diteruskan, namun dana otsus perlu disempurnakan penyalurannya, agar tidak
hanya dinikmati oleh segelintir elit lokal. Aktivitas-aktivitas ekonomi bisnis harus
melibatkan masyarakat setempat, jika SDM nya belum memadai, maka wajib
diupayakan agar segera memadai.
Dan terakhir berlanjut kepada kebijakan sosial budaya, pengembangan mentalitas,
dan perlindungan lingkungan. Pemerintah harus lebih agresif mengenai alokasi fiskal
untuk pembangunan sosial dan pengembangan budaya yang harus ditetapkan secara
proporsional, seiring dengan anggaran pelestarian lingkungan dan penetapan aturan-
aturan fundamental untuk menjaga lingkungan. Tidak saja terkait dengan pelestarian

ii
budaya, tapi juga pengembangan budaya yang membaurkan kearifan lokal dan
kepentingan ideologi nasional. Aturan-aturan terkait social order di sana harus dijabarkan
secara manusiawi,, tidak saja atas pertimbangan ekonomi, tapi juga atas pertimbangan
keberlanjutan kebudayaan dan lingkungan Papua.

J. Upaya yang dapat dilakukan Mahasiswa, Masyarakat dan Pemerintah dalam


mencegah dan mengatasi OPM
1. Upaya yang dapat dilakukan mahasiswa mencegah OPM :
a. Menjadi mahasiswa sebagai pemuda yang kritis tetapi konstruktif bukan
destruktif dengan semangat mencari solusi dari setiap perbedaan bukan mencari
kemenangan individu.
b. Dikarenakan penyebaran paham radikal terorisme sudah menyasar generasi muda,
oleh karena itu Pemuda Indonesia harus bersatu, bangkit, dan melek teknologi
untuk membendung ancaman radikalisme dan terorisme.
c. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan pengabdian kepada masyarakat Papua
yang tercantum dalam poin ke-3 Tridharma Perguruan Tinggi, yakni Pengabdian
kepada Masyarakat
2. Contoh upaya yang dapat dilakukan masyarakat guna mengatasi OPM :
a. Peningkatan pendidikan dan kesehatan masyarakat menjadi kunci utama meredam
konflik di Papua.
Dengan pendidikan yang bagus akan membuka cakrawala masyarakat tentang
baik buruknya OPM bagi kehidupan mereka. Dengan kesehatan yang baik akan
mengurangi beban hidup dan meningkatkan produktivitas bekerja yang pada
ujungnya sebagai salah satu cara mengetaskan kemiskinan. OPM hidup dengan
melakukan agitasi dan propaganda hoax kepada masyarakat miskin dan kurang
pendidikan, utamanya menyalahkan pemerintah yang berdaulat karena
ketidakberpihakan kepada masyarakat sehingga menjadi miskin dan bodoh. Jika
pemerintah faham dan meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, maka
segala bentuk propaganda kebohongan OPM akan ditolak dengan sendirinya oleh
masyarakat.

ii
3. Contoh upaya yang dapat dilakukan pemerintah guna mengatasi OPM :
a. Organisasi Papua Merdeka dapat dengan mudah diatasi tanpa kekerasan.
Yaitu dengan cara memperbaiki kualitas hidup masvarakat Papua. Pemerintahan
Presiden Joko Widodo sudah mulai melakukan perbaikan kualitas hidup dengan
cara melaksanakan program satu harga BBM dan pembangunan infrastruktur
(seperti jalan Trans-Papua) yang sudah mulai pesat.

ii
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gerakan Separatisme OPM merupakan salah satu ancaman terbesar bagi bangsa
Indonesia, apabila sebuah bangsa tidak memiliki ideologi negara yang menjadi pondasi
kuat bagi rakyatnya maka bangsa tersebut akan sangat mudah terdisintegrasi atau
terpecahkan apalagi gerakan separatisme Papua sangat mudah di tanamkan kepada
masyarakat yang berpendidikan rendah dan faktor ekonomi yang kurang baik, maka
rakyat tersebut akan sangat mudah untuk terpengaruh dan menjadi bagian dari gerakan
separatisme atau bergabung di OPM terlepas dari banyaknya kabar yang masih simpang
siur dan saling berlawanan.
Generasi muda harus sadar bahwa Pancasila yang lahir dari pemikiran para tokoh-
tokoh hebat dan melalui proses yang sangat panjang tidak dapat digantikan. Oleh sebab,
kita harus berbenah diri dan terus tanamkan ideologi Pancasila dalam diri kita, sejatinya
Pancasila dan Indonesia adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena Pancasila
adalah dasar negara bangsa Indonesia, yang selalu digunakan untuk berbagai hal di
negara kita. Layaknya sebuah rumah jika dibangun dengan pondasi yang tidak kuat, maka
rumah tersebut tidak akan bertahan lama. Dengan adanya pancasila dan ditetapkannya
pancasila sebagai dasar negara Indonesia maka bangsa ini tidak akan mudah terombang
ambing saat menghadapi setiap permasalahan yang ada. Baik dari luar maupun dari
negeri kita sendiri, sehingga sejarah kelam ini tidak akan terulang kembali di kemudian
hari.

B. SARAN
Mahasiswa hendaknya lebih proaktif dalam menanggapi implementasi Pancasila
karena pengimplementasian Pancasila memiliki dampat positif bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini, mahasiswa agar lebih
mencari tahu mengenai nilai-nilai Pancasila dan cara pengimplementasian Pancasila.
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan

makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

ii
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan

makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan

kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

ii
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46539502

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Papua_Merdeka

https://www.merdeka.com/peristiwa/pihak-pihak-yang-menolak-kemerdekaan-papua.html

https://organisasi.co.id/tujuan-pemberontakan-opm/

https://www.99.co/blog/indonesia/alasan-papua-ingin-merdeka-dari-indonesia/

https://www.kompasiana.com/sitifatimah7468/6190bc586b07c503ad0e8592/penyimpangan-sila-
ke-3

https://www.umy.ac.id/sila-kelima-pancasila-masih-menjadi-dilema

https://imparsial.org/dampak-pelabelan-teroris-opm-organisasi-papua-merdeka-terhadap-
prospek-perdamaian-papua/

https://kolom.tempo.co/read/1459255/langkah-strategis-penyelesaian-papua

https://www.kominfo.go.id/content/detail/9652/perkuat-komitmen-kebangsaan-dan-kesatuan-
dalam-bingkai-kebhinnekaan/0/artikel_gpr

ii

You might also like