Professional Documents
Culture Documents
Laporan Praktikum
Laporan Praktikum
OLEH
KELOMPOK 2:
PENDAHULUAN
Ternak babi merupakan salah satu usaha yang cukup pontesial untuk dikembangkan
karena ternak ini mempunyai sifat-sifat menguntungkan, di antaranya: laju pertumbuhan
yang cepat, jumlah anak perkelahiran (litter size) yang tinggi, efisien dalam mengubah pakan
menjadi daging dan memiliki adaptasi yang tinggi terhadap makanan dan lingkungan serta
dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi peningkatan produksi daging dalam
upaya pemenuhan kebutuhan protein hewani di Indonesia. Di Nusa Tenggara Timur (NTT)
ternak babi merupakan salah satu ternak yang dijadikan sebagai komoditas unggulan baik itu
dari segi ekonomi maupun sosial budaya. hampir setiap daerah ternak babi dijadikan sebagai
sumber pendapatan maupun sebagai tabungan untuk anak sekolah dan keperluan lainnya
serta dijadikan sebagai sumber lapangan kerja dan sumber pupuk organik untuk tanaman.
Namun demikian, tantangan terbesar dalam beternak babi di NTT pada umumnya adalah
sistem pemeliharaan dengan sistem perkandangan yang masih tradisional, rendahnya
manajemen kesehatan, dan penyakit hewan yang masih tinggi insidensi dan prevalensinya
dimana beberapa penyakit pada ternak babi telah dinyatakan endemik di wilayah NTT
termasuk Kabupaten Kupang. Salah satu penyakit atau kelainan yang sering terjadi pada
ternak babi terutama pada ternak jantan adalah cryptorchidism dimana kelainan ini
merupakan keadaan salah satu atau kedua testis pada hewan jantan yang tidak nampak dalam
scrotum atau tertis tidak turun. Testis yang tidak turun biasanya tidak berkembang dan tidak
berfungsi jika di biarkan maka akan menjadi masalah di kemudian hari. Maka dari itu
Praktikum ini dilaksanakan untuk memeriksa ternak babi yang mengalami cryptorchidism.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memeriksa ternak babi yang mengalami
cryptorchidism.
1.3 Metodologi
2. Metode
Penelitian ini di lakukan pada ternak babi jantan berusia 3 bulan dengan cara mengamati
dan melakukan pengecekan langsung ke daerah kelamin (testis dan skrotum) selama 10
menit dengan menggunakan tangan.tanpa alat bantu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cryptorchidism
Cryptorchidism adalah kegagalan satu (unilateral) atau kedua (bilateral) testis untuk turun
ke dalam skrotum dalam delapan minggu pertama setelah partus (Ettinger and Feldman,
2005) atau bisa mencapai 6 bulan setelah partus (Bright, 2011). keadaan dimana salah satu
atau kedua testis pada hewan jantan yang tidak tampak dalam scrotum (testis tidak turun).
Pada kasus ini terjadi pada babi jantan berusia 3 bulan. Turunnya testis ke dalam rongga
abdomen ke cincin inguinalis internal melalui canalis inguinalis masuk ke scrotum, pada
kejadian cryptorchid satu atau kedua testes gagat turun dari rongga abdomen ke scrotum.
Turnunnya testes ini akibat dari membesarnya dan regresi dari gubernaculum testis. Proses
dimulainya dari memendeknya gubernaculum dari ujung kauda testes ke cincin canalis
inguinalis externa. Akibatnya testes tertarik ke canalis inguinalis dan masuk ke srotum.
Abnormal dari perkembangan gubernaculum testes menyebabkan cryptorchid. Pada sapi
descensus testiculorum selesai pada pertengahan kebuntingan, sedangkan pada kuda terjadi
menjelang di lahirkan.
Kejadian cryptorchid lebih sering terjadi pada kuda dan dan babi daripada ternak lain.
Kemungkinan ini bersifat menurun kemungkinan di turunkan dari pejantan. Sifat ini dominan
pada babi dan kuda sedangkan pada ternak lain bersifat resesif. Satu atau kedua testes teap
berada di rongga abdomen atau biasanya berada di canalis inguinalis. Pada kuda yang besar
lebih sering terjadi pada testes kiri dari pada yang kanan. Sedangkan pada kuda yang kecil
kejadiaanya sama besar.
Bilaterlal cryptorchid menyebabkan hewan jadi mandul karena tidak terjadi proses
spermatogenesis. Sedangkan pada unilateral cryptorchid spermatogenesis terjadi pada testes
yang berada di dalam scrotum normal sehingga tetap fertil tetapi biasanya konsentrasi
spermanaya lebih rendah. Tanda tanda kelainan sekundernya normal karena testes tetat
memproduksi testosterone dalam jumlah yang mendekati normal sebagai akibat
meningkatnya produksi LH.
Fungsi steroidogenesis dari testes yang cryptorchid ini kontroversial. Testes yang
cryptorchid pada domba dan sapi lebih rendah kemampuannya dalam mensekresi testosteron
akibat pemberian gonadotropin dari luar. Sebaliknya ini viti produksi testosterone oleh sel
leydig sama, baik bilateral maumpun unilateral pada babi dan kuda, meskipun cryptorchid
yang unilateral tetap fertil sebaiknya tidak digunakan sebagai pejantan karena sifat tersebut
dapat di turunkan pada keturunannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pada ternak babi yang mengalami cryptorchidism maka
dapat di simpulkan bahwa Ternak yang mengalami Cryptorchidism akan mengakibatkan
kegagalan fungsi dari produk sel leydig yaitu jumlah spermatozoa menurun dan
meningkatnya abnormalitas spermatozoa. Pada kasus cryptorchid bilateral akan
mengakibatkan hewan menjadi steril/ majir. Cryptorchidism dapat di betulkan dengan
operasi pembedahan namun untuk ternak tidak di sarankan. Orchiectomy adalah tindakan
operasi pengambilan testis Orchiectomy merupakan satu satunya tindakan medik yang
disarankan pada kasus cryptorchid.
3.2 Lampiran