You are on page 1of 2

Ringkasan Jurnal

Judul : Subjective well-being in organizations


Penulis : Arnold B. Bakker dan Wido G.M. Oerlemans
Tahun : 2010
Penerbit : Chapter in K. Cameron & G. Spreitzer (Eds.), Handbook of Positive
Organizational Scholarship. Oxford University Press.

Konsep SWB positif dalam organisasi akan di bahas dengan menggunakan model
circumplex sebagai kerangka kerja teoritis yang luas untuk membedakan antara jenis
kesejahteraan positif dan negatif yang berhubungan dengan pekerjaan. Indikator positif SWB
termasuk keterlibatan kerja, kebahagiaan di tempat kerja, dan pekerjaan kepuasan. Indikator
negatif termasuk workaholic dan burnout. Selain itu juga akan membahas dampak positif
SWB yang berhubungan dengan pekerjaan pada prestasi kerja. Menurut jurnal ini bahwa
kombinasi kenikmatan yang tinggi dan aktivasi tinggi diperlukan untuk kinerja yang optimal.
Model circumplex menekankan bahwa emosi adalah badan yang tidak diskrit dan terisolasi
tetapi saling terkait berdasarkan dua sistem neurofisiologis kesenangan dan aktivasi. Definisi
dari Kesejahteraan subjektif mengacu pada bagaimana orang menilai kehidupan mereka.
seseorang dikatakan memiliki SWB tinggi ditempat kerja jika ia puas dengan
pekerjaannya; dan mengalami emosi positif sering seperti sukacita dan kebahagiaan, daripada
emosi negatif.
Bentuk positif dari subjective well being yang terkait dengan pekerjaan yaitu work
engagement, kebahagiaan dalam bekerja, dan kepuasan kerja. Karyawan yang bahagia akan
lebih aktif, approach-oriented, enerjik, mengalami ketertarikan terhadap pekerjaannya,
bersimpati terhadap koleganya, dan gigih dalam mengadapi kesulitan dibandingkan dengan
karyawan yang tidak bahagia. Bentuk negatif yang berhubungan dengan kesejahteraan,
terutama dalam bentuk workaholic dan burnout. Workaholics memiliki keharusan untuk
bekerja terus-menerus, dan cenderung mengalokasikan jumlah waktu yang luar biasa untuk
bekerja.  Kecenderungan kompulsif mereka membuat workaholics mencurahkan lebih banyak
sumber daya (misalnya, waktu, usaha) untuk bekerja dan meninggalkan lebih sedikit sumber
daya mereka untuk berbakti kepada keluarga mereka dan lainnya dalam segi kehidupan non-
pekerjaan mereka. Akibatnya, workaholics sering mengabaikan kehidupan di luar pekerjaan
mereka. Penelitian menunjukan bahwa kecanduan bekerja berhubungan dengan miskin
kesejahteraan psikologis dan fisik seseorang Berdasarkan penelitian Bakker, Demerouti &
Schaufeli (2002) ada dua dimensi inti burnout yaitu kelelahan emosional dan
sinism. Emosional kelelahan mengacu pada perasaan umum kelelahan kronis yang ekstrim,
yang disebabkan oleh terus-menerus kondisi kerja yang menuntut. Sinisme didefinisikan
sebagai perasaan dan sikap yang menjauhkan terhadap pekerjaan itu sendiri atau orang-orang
dengan siapa kita bekerja. Kelelahan emosional akibat dari stres kerja yang berkepanjangan,
dan sinism merupakan respon terhadap kelelahan emosional tersebut.
SWB dalam organisasi menunjukkan bahwa optimal prestasi kerja yang paling
mungkin adalah ketika SWB dikombinasi dari aktivasi tinggi dan kesenangan yang
tinggi. Kepuasan kerja hanya mencerminkan ke tingkat rata-rata aktivasi yang rendah,
kesenangan yang tinggi dan mengacu pada evaluasi yang lebih kognitif dari suatu pekerjaan
yang mungkin tidak cukup untuk meningkatkan kinerja. Keterlibatan kerja dan kebahagiaan
di tempat kerja lebih mungkin menjadi prediktor job performance, organisasi membutuhkan
tenaga kerja terlibat. Selain itu metode terbaik untuk melilai kesejahteraan adalah dengan
menggunakan catatan harian karena emosi berlalu dengan cepat dan membutuhkan
pendekatan real-time.

You might also like