Professional Documents
Culture Documents
Remidi Repro
Remidi Repro
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat memberikan Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada
asuhan kebidanan komprehensif pada Kegawatan Maternal? “
C. Klasifikasi Preeklamsia
Menurut (Lalenoh, 2018) klasifikasi preeklamsia atau hipertensi dalam
kehamilan terbagi 3, yaitu :
1. Preeklamsia Ringan
a. Kenaikan TD 140/90mmHg
b. Adanya pembengkakan kaki, muka, jari tangan serta berat badan naik 1kg
lebih tiap minggunya
c. Adanya Proteinuria
d. Tidak ada nyeri kepala
2. Preeklamsia Sedang Tekanan darah Sistolik 150-159 mmHg, tekanan diastolic
100-109 mmHg
3. Preeklamsia Berat
a. Tekanan darah senilai >160/100 mmHg
b. Adanya proteinuria >5 gram/L
c. Jumlah urine kurang (Oliguria) dari 500 cc/24Jam
d. Serebral terganggu, visus terganggu dan timbul nyeri pada epigastium
e. Terjadi pembengkakan/edema paru atau sianosis
f. Ada kejang (Eklampsia)
g. Timbul keluhan subjektif, seperti : nyeri, gangguan penglihatan, sakit kepala,
gangguan kesadaran ataupun odema paru
E. Patofisologi
Pada kehamilan yang normal, arteri spiral uteri invasiv ke dalam trofoblas,
menyebabkan peningkatan aliran darah dengan lancar untuk kebutuhan oksigen
dan nutrisi janin. Sedangkan pada preeklamsia, terjadi gangguan sehingga
aliran darah tidak lancar dan terjadi gangguan pada plasenta. Peningkatan sFlt1
menyebabkan plasenta memproduksi free vascular endothelial growth factor
(VEGF) dan penurunan placental growth factor (PlGF). Selanjutnya
menyebabkan disfungsi endotel pada pembuluh ibu mengakibatkan penyakit
multi-organ: hypertension, glomerular dysfunction, proteinuria, brain edema,
liver edema, coagulation abnormalities.
Menurut Lalenoh (2018) patofisiologi terjadinya hipertensi dalam kehamilan atau
preeklamsia terdapat beberapa teori teori yang berkaitan dengan Preeklamsia
dan edema diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Cabang-cabang Arteri uterus dan arteri ovarium memberikan aliran darah menuju
rahim dan plasenta kemudian keduanya akan masuk meometrium dalam bentuk
arteri aquaria sehingga dapat memberikan cabang arteri radial, arteri radial
tersebut akan masuk ke endometrium sehingga menjadi anggota dari arteri basal
dari cabang arteri spiral. Dengan kehamilan yang normal, biasa terdapat
trofoblas yang masuk kedalam lapisan otot arteri spiral. Trofoblas juga masuk
kedalam bagian arteri spiral, sehingga jaringan matriks menjadi longgar serta
lumen spiral menjadi lebih lebar. Lumen arteri spiral terjadi vasodilatasi dan
distensi sehingga berdampak terjadinya hipotensi, resistensi pembuluh darah
juga menurun, bahkan dapat membuat aliran darah ke daerah plasenta utero itu
meningkat. Tekanan darah yang tinggi pada masa kehamilan membuat tidak
terdapat invasi yang cukup lengkap di dalam sel trofoblas yang di lapisi otot arteri
spiral untuk tetap kaku dan keras maka tidak mungkin terjadi distensi dan
vasodilatasi akibat lumen arteri spiral itu sendiri. Maka mengakibatkan arteri
spiral mengalami pengecilan lumen pembuluh darah sehingga alirah darah
uteroplasenta itu menjadi berkurang, berakibat tidak adanya oksigen yang cukup
dalam jaringan untuk mempertahankan fungsi tubuh, dan iskemia pada plasenta.
2. Teori iskemia plasenta
Radikal bebas dan disfungsi endotel Iskemia yang dialami plasenta serta tidak
adanya oksigen yang cukup dalam jaringan untuk mempertahankan fungsi tubuh
itu akan menimulkan radikal bebas atau senyawa oksidan. Radikal bebas
merupakan senyawa yang mendapatkan elektron atom atau molekul yang
memiliki elektron tetapi tidak memiliki pasangan. Iskemik pada plasenta dapat
menghasilkan sebuah oksidan penting yaitu radikal hidroksi yang toksik,
terutama membran endotel didalam pembuluh darah untuk perlindungan dalam
tubuh yang normal yaitu produksi oksidan Hadirnya radikal hidroksil ini didalam
pembuluh darah dianggap sebagai racun mengalir dalam aliran darah, sehingga
hipertensi dalam kehamilan tersebut biasa disebut dengan "Toksemia". Radikal
hidroksil tersebut dapat menghancurkan membrane yang menyimpan asam
lemak tidak jenuh membuat lemak peroksida. Lemak peroksida dapat
menghancurkan protein sel endotel dan juga nucleus.
Preeklamsia teruji kadar oksidan yang lebih khusus meningkatnya lemak
peroksida, sedangkan antioksidan mis. fat-soluble sebagai vitamin dalam
preeklamsia mengalami penurunan, yang mengakibatkan dominasi kadar lemak
oksidatif peroksida yang tinggi. Lemak perioksida seperti oksidan sangat toksik
bersirkulasi aliran darah ke seluruh tubuh tetapi menghancurkan membrane sel
endotel itu sendiri. Selaput sel endotel sangat rentan terhadap kerusakan akibat
peroksida lemak yang relatif gemuk. Secara langsung berkaitan dengan peraliran
darah dan yang menampung begitu banyak asam lemak tak jenuh.
Lemak peroksida yang terkena sel endotel mengalami kerusakan, membrane sel
endotel itu sendiri yang mulai mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut
mengakibatkan gangguan fungsi endotel, dan bahkan kerusakan pada struktur
sel endotel secara menyeluruh.
3. Teori pembenaran imunologik
Ibu dan janin Ibu dengan kehamilan yang normal, respon imunnya tidak lagi
menolak keberadaan konsepsi. Terdapat Human Leukocyte Antigen Protein G
(HLA-G), yang sangat memiliki peran penting terkait modulasi respon imun
seseorang, sehingga untuk menolak hasil konsepsi (plasenta) ibu tidak bisa.
Dengan adanya kehadiran HLA-G maka penyerbuan sel trofoblas menuju
kedalam jaringan desidua ibu bisa terjadi. Ibu yang mengalami preeklamsia maka
plasenta mengalami penurunan pada HLA-G. Penurunan pada daerah desidua
plasenta memperlambat invasi trovoblas menuju desidua. sehingga menjadikan
jaringan desidua yang lunak menjadi rapuh dan mudah dilatasi arteri spiral.
4. Teori penyesuaian kardiovaskuler
Klien normal, pembuluh darahnya refrakter. Refrakter adalah suatu pembuluh
darah yang tidak peka dengan adanya impuls bahan vasepresor, untuk
menimbulkan respon vasokontrinksi maka dibutuhkan kadar vasopresor yang
tinggi. Klien normal, sintesis prostaglandin dalam sel endotel melindungi
pembuluh darah refrakter pada vasopressor. Tetapi pada preeklamsia, kekuatan
refrakter menghilang terhadap bahan vasokonstriktor, pada kenyataannya
sensitivitas meningkat terhadap vasopressor. Kekuatan refraktori pembuluh
darah menghilang, sehingga membuat pembuluh darah jadi sensitif akan bahan
vasopressor
5. Teori stimulus inflamasi
Teori yang didasarkan pada fakta adanya proses inflamasi ketika pelepasan
puing-puing trofoblas dalam peredarah darah merupakan stimulus utama. Klien
yang normal, memiliki jumlah puing trofoblas yang masih batas wajar, sehingga
reaksi inflasi dalam batas normal dan plasenta melepaskan puing-puing trofoblas
sebagai nekrotik trofoblas dan sisa proses apoptosis karena reaksi stres
oksidatif. Bahan asing tersebut yang memicu munculnya proses inflamasi.
Berbeda dengan adanya proses apoptisis atau kematian sel pada ibu hami yang
terkena preeklamsia membuat produksi debris apoptosis dan trofoblas nekrotik
mengalami peningkatan maka terjadi peningkatan stress oksidatif.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Saifuddin (2016), pemeriksaan Laboratorium Preeklamsia adalah
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan darah lengkap, hemoglobin menurun kadar normal Hb pada ibu
yang sedang hamil adalah 12-14 gram%, peningkatan hemaktrosit (dengan nilai
37-43 vol%), dan trombosit mengalami penurunan (dengan nilai 150.000-
450.000/mm3 )
2. Tes urin, yang ditemukan proteinuria
3. Tes fungsi hati, Bilirubin mengalami peningkatan (N: < 1 mg/dl), serum Glutamat
Pirufat Transaminase (SGPT) mengalami peningkatan dari nilai normal (N: 15-45
μ/ml), Aspartat aminomtrasferase (AST) >60 ul, SGOT juga mengalami
peningkatan (N: < 31 μ/L), dan serum protein menurun (N: 6,7-8,7 g/dl)
4. Asam urat meningkat (N: 2,402,7 mg/dl)
5. Radiologi
a. Ultrasonografi, adanya perlambatan pertumbuhan janin intrauterin, respirasi
intrauterin melambat, aktivitas pada janin melambat, dan cairan ketuban
dengan volume sedikit.
b. Kardiografi, ditemukan denyut jantung janin (DJJ) dapat diketahui bahwa
mengalami kelemahan.
G. Penatalaksanaan Preeklamsia
Menurut Adriani & Wirjatmadi (2016), penatalaksanaan Preeklamsia memiliki
beberapa prinsip dan beberapa penatalaksanaan sesuai dengan tingkat
klasifikasinya, yaitu :
Prinsip penatalaksanaan Preeklamsia:
1. Melindungi klien dari penyebab tekanan darah meningkat
2. Mencegah progresovitas penyakit menjadi eklampsia
3. Menurunkan atau mengatasi risiko janin (pertumbuhan janin yang terlambat,
solusio plasenta, hipoksia sampai terjadi kematian pada janin)
4. Melahirkan dengan cara yang aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur,
atau imatur jika diketahui adanya resiko pada janin dan klien juga lebih berat jika
persalinan ditunda lebih lama.
H. Pencegahan Preeklamsia
Timbulnya preeklamsia tidak bisa dicegah sepenuhnya, tetapi bisa diberikan
pengetahuan dan pengawasan yang baik untuk ibu yang sedang hamil,
diantaranya:
1. Pemeriksaan Kehamilan
Kunjungan kehamilan / ANC (Antenatal Care) merupakan salah satu upaya yang
dapat dilakukan sebagai pencegahan awal dari preeklamsia (Nur & Arifuddin,
2017). Pemeriksaan kehamilan yang bermutu dan teratur serta teliti dapat
menemukan tanda-tanda dini terjadinya preeklamsia, agar penyakit tidak menjadi
lebih berat maka diberikan pengobatan yang cukup dan pemberian terapi yang
tepat untuk ibu dan janinnya harus dilakukan dalam waktu penanganan
semestinya. Tujuan utama dari penanganan ini adalah mencegah terjadinya
preeklamsia berat, yang akan mengarah pada eklampsia maupun komplikasi
(Anasitu, 2015).
2. Diet Makan
Makanlah makanan yang memiliki protein tinggi, karbohidrat tinggi, vitamin
cukup, lemak rendah, rendah garam dan yang lebih penting yaitu dianjurkan
untuk hindari penambahan berat badan (Marmi, 2011).
3. Istirahat yang cukup
Dalam bertambahnya usia istirahat yang cukup disesuaikan kemampuan dan
kebutuhan, dianjurkan agar klien lebih sering duduk atau baring mengarah
belakang janin agar aliran darah menuju ke plasenta tidak terganggu (Marmi,
2011).
I. Komplikasi Preeklamsia
1. Kurangnya aliran darah menuju ke plasenta
Preeklamsia dapat mempengaruhi arteri yang membawa darah menuju plasenta.
Jika sampai di plasenta namun darah yang sampai tidak cukup, maka terjadi
kekurangan oksigen dan pertumbuhan pada melambat atau lahir dengan barat
bayi yang lebih rendah akibat kekurangan nutrisi.
2. Terlepasnya Plasenta
Resiko terlepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum ibu melahirkan salah
satunya yaitu akibat dari Preeklamsia yang meningkatkan terjadinya resiko yang
mengakibatkan pendarahan sehingga dapat mengancam ibu dan bayinya.
3. Sindrom HELLP
Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count atau sindrom HELLP,
adalah tingginya enzim hati dan rendahnya trombosit. Gejala, yang timbul
biasanya pusing, muntah, sakit kepala dan sakit perut pada bagian atas.
4. Eklampsia
Preeklamsia jika tidak dikontrol, maka akan terjadi eklampsia. Eklampsia
menyebabkan terjadinya kerusakan yang permanen pada organ klien, seperti
hati, dan ginjal. Eklampsia yang parah menimbulkan ibu mengatasi koma,
kerusakan pada otak dan menyebabkan kematian.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku,
alamat, nomer rekam medis (RM), tanggal masuk rumah sakit (MRS), dan
tanggal pengkajian, dan identitas penanggung jawab atas pasien.
2. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Hipertensi sebelum hamil, riwayat preeklamsia pada kehamilan terdahulu, obesitas,
gagal ginjal kronis
b. Riwayat kesehatan sekarang
Sakit kepala di daerah frontal, nyeri ulu hati/ epigastrium, gangguan virus:
penglihatan kabur, diplopia, mual, muntah, tidak nafsu makan, gangguan
serebral lain: terhuyunhg-huyung, tidak tenang, edema pada ekstremitas,
tengkuk terasa berat, kenaikan BB mencapai 1 kg perminggu
c. Riwayat kesehatan keluarga
Mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi, DM, preeklamsia atau eklamsia
dalam keluarga.
d. Riwayat obstetric dan ginekologi
Riwayat menstruasi, riwyat pernikahan, riwyat kehamilan, persalinan, nifas yang
lalu, riwayat KB.
e. Pola kebutuhan sehari-hari
Pernafasan, nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB dan BAK), gerak badan
atau aktivitas, istirahat tidur, berpakaian, rasa nyaman (pasien merasakan
adanya dorongan meneran, tekanan ke anus, perinium menonjol).
Kebersihan diri, rasa aman, pola komunikasi atau hubungan pasien dengan
orang lain, ibadah, produktivitas, rekreasi, kebutuhan belajar.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: lemah.
b. Kepala: sakit kepala, wajah edema.
c. Mata: konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina.
d. Pencernaan abdomen: nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual, dan
muntah.
e. Ektremitas: edema pada kaki, tangan, dan jari-jari.
f. System pernafasan: hiper refleksia, klonus pada kaki.
g. Genitourinaria: oliguria, proteinuria.
h. Pemeriksaan janin: bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin melemah.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Penurunan hemoglobin (kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah
12-14 gr%).
b. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
c. Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3).
d. Bilirubin meningkat
e. LDH (laktat dehydrogenase) meningkat.
f. Serum glutamate oirufat transaminase (SGOT) meningkat.
g. Total protein serum menurun.
h. Tes kimia darah: asam urat meningkat
i. Ultrasonografi: ditemukannya retardasi pertumbuhan janin intrauterus,
pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, serta volume cairan
ketuban sedikit.
j. Kardiotografi: diketahui denyut jantung bayi lemah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan (kegagalan regulasi) berhubungan dengan
kehilangan protein plasma, penurunan tekanan osmotic koloid plasma menyertai
perpindahan cairan dari kompartmen vaskuler
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia/ penurunan aliran
balik vena, peningkatan tahanan vaskuler sitemik
3. Perubahan perfusi jaringan, uretroplasenta berhubungan dengan hipovolemia
ibu, interupsi aliran darah (vasospasme progresif dari arteri spiral)
4. Nyeri akut berhubungan dengan aktivitas uterus yang intens
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas janin berhubungan dengan
perubahan aliran darah, vasopasme dan/ atau kontraksi uterus yang lama
B. Klasifikasi Eklamsia
Eklamsia di bagi menjadi 3 golongan:
1. Eklamsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini
paling sering terjadi)
a. kejadian 15% sampai 60%
b. serangan terjadi dalam keadaan hamil
C. Etiologi
Sampai saat ini, etiologi pasti dari eklamsia belum diketahui. Ada beberapa teori
mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga
kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori
tersebut antara lain:
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
2. Peran faktor imunologis
3. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada
pre-eklampsi/ eklampsi.
4. Peran faktor genetik/ familial.
5. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/
eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/ eklampsi.
6. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)
D. Manifestasi Klinis
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang
atau koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi:
1. Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30–35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan
kosong), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri.
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan
kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis,
lidah dapat tergigit, berlangsung kira –kira 20 –30 detik
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang –ulang dalam waktu yang cepat,
mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit.
Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung 1 -
2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik
nafas, seperti mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam –jam. Kadang antara
kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam
keadaan koma.
E. Patofisiologi
Plasenta mengeluarkan
zat yang menyebabkan
spasme (iskemia
retroplacenta)
Eklamsia
Kejang Vasokontriksi
Penurunan plasma dalam
ginjal
sirkulasi
Resiko tinggi
Rsiko cedera
fetal distress
pada janin
F. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematia ibu dan janin, usaha utama
adalah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia.
1. Terhadap janin dan bayi
a. Solution plasenta
Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat
mudah pecah sehingga terjadi hematom retoplasenta yang menyebabkan
sebagian plasenta dapat terlepas.
b. Asfiksia mendadak
Persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim.
c. Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan
integritas membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan
hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
2. Terhadap ibu
a. Hiprofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya
dibawah 100mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus
secara berkala.
b. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada
penderita eklampsia.
c. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang
merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
d. Edema paru –paru.
e. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus
arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
f. Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda:
hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang
diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada
pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah
melahirkan.
g. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
h. Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh
akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
i. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria
2. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan protein.
3. Fungsi hati: meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine aminotransferase
atau meningkatnya aspartate).
4. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit abnormal,
karena gangguan fungsi ginjal.
5. Tes non tekanan dengan profil biofisik.
6. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin
7. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu
H. Penatalaksanaan
1. Penanganan kejang
a. Beri obat anti konvulsan
b. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sediakan sedotan,
masker O2 dan tabung O2)
c. Lindungi pasien dengan keadaan trauma
d. Aspirasi mulut dan tonggorokkan
e. Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi
resiko aspirasi
f. Beri oksigen 4-6 liter / menit
2. Penanganan Umum
a. Jika tekanan diastolic >110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan
diastolic diantara 90-100 mmHg.
b. Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
c. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload
d. Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric
e. Jika jumlah urine kurang dari 30 ml/jam
f. Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam
g. Pantau kemungkinan oedema paru
h. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi
dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
i. Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam
j. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema
paru hentikan pemberian cairan dan berikan diuretic
k. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside
l. Dosis awal: beri MgSO4(4 gram) per IV sebagai larutan 20% selama 5
menit. Diikuti dengan MgSO4(50%) 5 gr 1 ml dengan 1 ml lignokain 2%
(dalam setopril yang sama) pasien akan merasa agak panas sewaktu
pemberian MgSO4
m. Dosis pemeliharaan: MgSO4(50%) 5 gr+lignokain 2% (1ml) 1 m setiap 4 jam
kemudian dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir
n. Sebelum pemberian MgSO4 periksa: frekuensi pernafasan minimal 16 kali/
menit. Refleks Patella (+), urin minimal 30 ml/ jam dalam 4 jam terakhir
o. Stop pemberian MgSO4, jika: frekuensi pernafasan < / >
p. Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri
kalsium glukonat 2 gr (20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai
pernafasan mulai lagi.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas umum ibu, seperti: nama, tempat tanggal lahir/ umur, pendidikan, suku
bangsa, pekerjaan, agama, dan alamat rumah
2. Data Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya ibu akan mengalami: sakit kepala di daerah frontal, terasa sakit di
ulu hati/ nyeri epigastrium, bisa terjadi gangguan visus, mual dan muntah,
tidak nafsu makan, bisa terjadi gangguan serebral, bisa terjadi edema pada
wajah dan ekstermitas, tengkuk terasa berat, dan terjadi kenaikan berat
badan 1 kg/ minggu.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya akan ditemukan riwayat kemungkinan ibu menderita penyakit
hipertensi pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan ibu mempunyai riwayat
preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan terdahulu, biasanya mudah
terjadi pada ibu dengan obesitas, ibu mungkin pernah menderita gagal ginjal
kronis
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan dengan hipertensi dalam
keluarga.
d. Riwayat Perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau di
atas 35 tahun.
e. Riwayat Obstetri
Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi pada ibu hamil
primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa dan semakin
tuanya usia kehamilan (Prawirohardjo, 2013).
B. Pemeriksaan Fisik
1. Tekanan Darah :tekanan darah sistol diatal 140 mmHg dan diastole 90
mmHg.
2. Nadi :ibu yang mengalami eklampsia akan ditemukan nadi
yang semakin cepat
3. Nafas :ibu yang mengalami eklampsia akan terdengar bunyi
nafas yang berisik dan ngorok.
4. Suhu :ibu hamil yang mengalami eklampsia maka akan
terjadi peningkatan suhu.
5. BB :peningkatan BB lebih dari 1 sebanyak 3 kg dalam 1
bulan
6. Kepala :ibu hamil dengan hipertensi akan mengalami sakit
kepala.
7. Wajah :wajah tampak edema.
8. Mata :konjungtiva sub anemis dan edema pada palpebral,
lalu akan terjadi penglihatan kabur.
9. Bibir :Biasanya akan ditemukan mukosa bibir lembab
10. Mulut :Biasanya terjadi pembengkakan vaskuler pada gusi,
menyebabkan kondisi gusi menjadi peremik dan lunak, sehingga gusi bisa
mengalami pembengkakan dan perdarahan
11. Leher :Biasanya akan ditemukan pembesaran pada kelenjer
tiroid
12. Paru-paru :Biasanya akan terjadi peningkatan respirasi, edema paru dan
napas pendek
13. Jantung :Pada ibu hamil biasanya akan terjadi palpitasi jantung,
pada ibu yangmengalami hipertensi dalam kehamilan, dan lebih berat akan
terjadi dekompensasi jantung.
14. Payudara :Biasanya akan ditemukan payudara membesar,lebih padat
dan lebih keras,puting menonjol danareola menghitam dan membesar dari 3 cm
menjadi 5cm sampai 6 cm, permukaan pembuluh darah menjadi lebih terlihat.
15. Abdomen :Pada ibu hamil dengan hipertensi biasanya akan ditemukan
nyeri pada daerah epigastrum, dan akan terjadi anoreksia, mual dan muntah
16. Pemeriksaan janin :Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa terjadi
bunyi jantung janin yang tidak teratur dan gerakan janin yang melemah.
17. Ekstermitas :Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan
bisa ditemukan edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari.
18. Sistem persarafan :Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa ditemukan
hiperrefleksia, klonus pada kaki
19. Genitourinaria :Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan didapatkan
oliguria dan proteinuria.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal untukwanita
hamil adalah 12-14 gr%)
Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3)
b. Urinalisis Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan hipertensi tersebut
mengalami protein uria atau tidak.
c. Pemeriksaan fungsi hati
Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/ dl)
LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat
Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
SGPT meningkat (N:15-45 u/ml).
SGOT meningkat(N:< 31u/l).
Total protein serum normal (N: 6,7-8,7 g/dl).
d. Tes kimia darah
Asam urat meningkat (N: 2,4-2,7 mg/ dl).
2. Radiologi
a. Ultrasonografi
Bisa ditemukan retardasi pertumbuhan janin intrauterus, pernapasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah
3. Data sosial ekonomi
Hipertensi pada ibu hamil biasanya lebih banyak terjadi pada wanita dengan
golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang mengonsumsi makanan yang
mengandung protein dan juga melakukan perawatan antenatal yang teratur.
4. Data Psikologis
Biasanya ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan berada dalam kondisi
yang labil dan mudah marah, ibu merasa khawatirakan keadaan dirinya dan
keadaan janin dalam kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir cacat ataupun
meninggal dunia, sehingga takut untuk melahirkan (Prawihardjo, 2013).
D. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan kejang
2. Hypervolemia berhubungan dengan peningkatan retensi urine dan edema
3. Resiko cedera pada janin dibuktikan dengan hipertensi, faktor risiko usia ibu (<
15 th atau > 35 th)
4. Resiko tinggi terjadinya fetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
E. Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan kejang
a. Tujuan
Bersihan jalan napas optimal
b. Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan 1 x 24 jam, klien dapat mempertahankan pola
napas efektif dengan jalan napas paten atau aspirasi dicegah
c. Intervensi
Kosongkan mulut pasien dari benda atau zat tertentu atau alat yang lain
untu menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi.
Rasional: menurunkan risiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing ke
faring
Atur posisi klien miring, permukaan datar, miringkan kepala selama
serangan kejang
Rasional: meningkatkan aliran secret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat
jalan nafas
Renggangkan pakian didaerah leher, dada, dan abdomen.
Rasional: untuk memfasilitasi usaha bernafas atau ekspansi dada
Lakukan penghisapan sesuai indikasi
Rasional: menurunkan risiko aspirasi atau asfiksia
Berikan tambahan oksigen atau ventilasi manual sesuai kebutuhan
Rasional: dapat menurunkan hipoksia cerebral
F. ASUHAN KEPEWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang
benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tindakan dan evaluasi
dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan
informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan
pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap klien post meliputi:
A. Anamnesa
Identitas klien.
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dan lain – lain.
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre
eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat
implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak
(>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih,
tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit
jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
2. Riwayat obstetric
a. Riwayat menstruasi meliputi: menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya ,
keluhan waktu haid, HPHT.
b. Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil.
c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu.
1) Riwayat hamil meliputi: waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus,
retensi plasenta.
2) Riwayat persalinan meliputi : tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat
bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat
badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir.
3) Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup
atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.
d. Riwayat Kehamilan sekarang
1) Hamil muda, keluhan selama hamil muda.
2) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan,
suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual,
keluhan lain.
3) Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali,
perawatan serta pengobatannya yang didapat.
3. Pola aktifitas sehari-hari
a) Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat
maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus
bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak
cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
b) Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya
perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum
sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar,
1995 ).
c) Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan
melaporkan kelelahan yang berlebihan.
d) Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas,
baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a. Mulut : bibir pucat.
b. Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris.
c. Abdomen: terdapat pembesaran abdomen.
d. Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam.
e. Ekstermitas : dingin.
2. Palpasi
a. Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri tekan,
perut teraba tegang, messa pada adnexa.
b. Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
3. Auskultasi
Abdomen ; bising usus (+), DJJ (-).
4. Perkusi
Ekstremitas : reflek patella + / +.
C. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
1. Rambut dan kulit.
a. Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
b. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
c. Laju pertumbuhan rambut berkurang.
2. Mata : pucat, anemis.
3. Hidung.
4. Gigi dan mulut.
5. Leher.
6. Buah dada / payudara
a. Peningkatan pigmentasi areola putting susu.
b. Bertambahnya ukuran dan noduler
7. Jantung dan paru
a. Volume darah meningkat.
b. Peningkatan frekuensi nadi.
c. Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah
pulmonal.
d. Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
e. Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
f. Diafragma meninggi.
g. Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
8. Abdomen
a. Menentukan letak janin.
b. Menentukan tinggi fundus uteri.
9. Vagina
a. Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan (tanda
Chandwick).
b. Hipertropi epithelium.
10. System musculoskeletal
a. Persendian tulang pinggul yang mengendur.
b. Gaya berjalan yang canggung.
c. Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis
rectal.
D. Pemeriksaan Khusus
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi
dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi :
1. Nyeri/ketidaknyamananNyeri tekan uterus (fragmen-fragmenplasenta tertahan)
Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma).
2. Sistem vaskuler.
a. Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam kemudian tiap 8 jam berikutnya.
b. Tensi diawasi tiap 8 jam.
c. Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah.
d. Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan.
e. Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi kongenital,
idiopatik trombositopeni purpura.
3. Sistem Reproduksi
a. Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian tiap 8
jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya.
b. Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau c.)
Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan
apakah ada jahitannya yang lepas.
c. Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak.
d. Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum.
e. Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum
kehamilan (sub involusi).
4. Traktus urinarius Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar
atau tidak, spontan dan lain-lain.
5. Traktur gastro intestinal
Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi.
6. Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang.
2. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel
darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat
tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak hamil 4.500-
10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000).
3. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum.
4. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih.
5. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin
(FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial diaktivasi, masa
tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID . Sonografi :
menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
Komplikasi maternal:
Fistula Ractovaginal
Rupture uteri
Komplikasi Fetal:
Fraktura clavicle
Kematian janin
Fraktura humerus
F. Penatalaksanaan
a. Tatalaksana Umum
1) Episiotomi
Episiotomi dilakukan dengan tujuan memperluas jalan lahir sehingga bahu
diharapkan dapat lahir
2) Tekanan ringan pada suprapubic
Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan
dilakukan traksi curam bawah pada kepala janin
3) Manuver Mc Robert (1983)
- Minta bantuan tenaga kesehatan lain, untuk menolong persalinan dan
resusitasi neonatus bila diperlukan. Bersiaplah juga untuk kemungkinan
perdarahan pascasalin atau robekan perineum setelah tatalaksana.
- Lakukan manuver Mc Robert. Dalam posisi ibu berbaring telentang,
mintalah ia untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya
sejauh mungkin ke arah dadanya. Mintalah bantuan 2 orang asisten
untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada.
- Mintalah salah seorang asisten untuk melakukan tekanan secara
simultan ke arah lateral bawah pada daerah suprasimfisis untuk
membantu persalinan bahu.
- Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi,
lakukan tarikan yang mantap dan terus menerus ke arah aksial (searah
tulang punggung janin) pada kepala janin untuk menggerakkan bahu
depan di bawah simfisis pubis.
b. Langkah- langkah Penatalaksanaan Distosia Bahu.
The American College of Obstetrician merekomendasikan langkah-langkah
berikut ini untuk penatalaksanaan distosia bahu dengan urut-urutan yang
tergantung pada pengalaman dan pilihan masing-masing operator:
1. Panggil bantuan (mobilisasi asisten, anestesiolog, dan dokter anak). Pada
saat ini dilakukan upaya untuk melakukan traksi ringan. Kosongkan kandung
kemih bila penuh.
2. Lakukan episiotomy luas (mediolateral) untuk memperluas ruangan posterior
3. Penekanan suprapubik dilakukan pada saat awal oleh banyak dokter karena
alasan kemudahannya. Hanya dibutuhkan satu asisten untuk melakukan
penekanan suprapubik sementara traksi ke bawah dilakukan pada kepala
janin.
4. Manuver Mc Robert memerlukan dua asisten, tiap asisten memegangi satu
tungkai dan memfleksikan paha ibu ke arah abdomen.
C. Manifestasi Klinis
Uterus tidak teraba
Lumen vagina terisi massa yang bewarna merah lembayung
Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)
Perdarahan segera
Nyeri abdomen bawah karena penarikan pada ovarium dan
peritoneum
Berasa ingin defikasi
D. Etiologi
Grande multipara, atonia uteri, kelemahan alat kandungan,
tekanan intra abdominal yang tinggi seperi batuk mengejan.
Tindakan melalui cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat ,
manual plasenta yang di paksa sedangakn plasenta masih
menempel di dinding rahim
E. Patofisiologi
F. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam peruses
perawatan, untuk itu di perlukan kecermatan dan keterlitihan
tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah
terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi
atas:
1. Pengumpulan data
a. Identitas
Nama :Dikaji untuk mengenal dan mengetahui pasien
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan
Umur :Untuk mengetahui umur pasien, semakin
taunya umur resiko terjadinya per-eklamsi berat
sangat berat
Agama : Sebagai keyakinan individu untuk proses
kesebuhannya Alamat : Untuk mengentahui alamat
rumahnya
Pendidikan: dikaji untuk mengetahui tingkat
pengetahuan pasien sehingga mempermudah dalam
pemberian pendidikan kesehatan
Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui
kemungkinan peengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan.
2. Keluhan Utama
Pendarahan jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar keringat
dingin, kesulitan Kesulitan bernafas, pusing, brkunang-
kunang.
3. Riwayat Kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam
kehamilan dan pre elkamsi/ elkamsia, bayi besar,
peradarahan saat hamil,persalinan dengn tindakan robekan
jalan lahir, partus dan lain lain.
4. Riwayat penyakit sebelumnya : Pasien pernah mampunyai
riwayat penyakit yang berhubungan dengan saluran
pencernaan yang menyebabkan mual dan muntah.
5. Riwayat penyakit keluaarga : Adakah keluarga pasien yang
menderita penyakit tertentu yang dapat memperberat /
menimbulkan komplikasi pada ibu hamil misalnya : penyakit
hipertensi.Perilaku yang memperngaruhi kesehatan : Cemas
dan ketakutan.
6. Perilaku yang memperngaruhi kesehatan : Cemas dan
ketakutan.
B. Pemeriksaan Fisik
1. B1 Pernafasan :
a. Auskultasi: ( Bunyi nafas) Versikular tidak ada suara
tambahan
b. Inspeksi: (Bentuk dada) Barrel chest Tidak ada otot bantu
nafas, Sekret (-)
c. Perkursi: Resonan (dug dug dug)
4. B4 Perkemihan :
5. B5 Pencernaan :
Palpasi : abdomen lunak, tidak ada distensi
Inspeksi : abdomen tampak ada garis stretch mark
Auskultasi : Bising usus
Perkursi : Nyeri di bagian abdomen bawah
6. B6 Musculoskleta dan integumen :
Inspeksi : Warna kulit normal, tidak ada benjolan/
pembekakan.
Palpasi : Adanya nyeri tekan.
7. B7 Pengindraan
Inspeksi : Mata (simetris), pupil (Normal), konjungtiva
(merah muda), ketajaman penglihatan (normal).
Hidung (Normal), Sekret (-)
Telingga (Bentuk simetris), ketajaman pendengaran
(Normal).
8. B8 Endokrin
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar Thyroid, Tidak
ada pembesaran kelenjar parotis
Inspeksi : pasien banyak berkeringat.
C. Analisa Data
D. Diagnosa Keperawatan
-Perubahan Fungsi:
selama 1x24 jam diharapkan cemas hubungan baik antara Kooperatif dalam
-Perubahan Fungsi :
Cemas,syok/ketakutan yang di