Professional Documents
Culture Documents
Transformasi Nilai Sikap Anti Korupsi: ("WASAKA" Value Transformation As A Basis For Anti Corruption Attitude)
Transformasi Nilai Sikap Anti Korupsi: ("WASAKA" Value Transformation As A Basis For Anti Corruption Attitude)
2 (Juli, 2020)
ABSTRAK
Korupsi merupakan kejahatan yang menjadi perhatian masyarakat di Indonesia saat ini, berbagai modus dan
variasi kasus korupsi yang muncul dalam rentetan peristiwa. Korupsi dimaknai sebagai penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara/institusi untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Sikap anti korupsi
merupakan perbuatan jujur, berkata benar, tidak mencuri dan tidak memperkaya diri sendiri, serta berpegang
teguh pada 9 nilai anti korupsi. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan Pendidikan Anti
Korupsi pada peserta didik sejak dini, dimana dapat dikembangkan melalui nilai-nilai budaya masyarakat
yang dijalani dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Indonesia memiliki moral dan nilai kehidupan yang
diwariskan menjadi suatu budaya kearifan lokal, salah satunya adalah nilai hidup suku Banjar yang dikenal
dengan WASAKA (Waja Sampai Ka Puting) merupakan semangat hidup yang syarat dengan nilai-nilai
berbasis kearifan lokal digali dari khazanah budaya Banjar. Metodologi penelitian ini menggunakan metode
library research dengan pendekatan kualitatif deskrptif. Penelitian ini menitik beratkan pada analisis falsafah
nilai-nilai semboyan hidup suku Banjar, yaitu WASAKA (Waja Sampai Ka Puting) sebagai landasan
pendidikan nilai sikap anti korupsi. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam WASAKA, yaitu: religius, ikhlas,
kerja keras, tangguh, tekun, bertanggung jawab/konsekuen, jujur, cerdas, peduli, disiplin, mandiri, semangat
kebangsaan, dan cinta tanah air. Nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah WASAKA syarat dengan karakter
yang membentuk sikap anti korupsi.
ABSTRACT
Corruption is a crime of concern to the people in Indonesia today, various modes and variations in corruption cases that occur in a series of events.
Corruption is interpreted as misappropriation or misuse of state institutions for personal or group benefits. An anti-corruption attitude is an honest
act, telling the truth, not steal, and not to enrich them, cling firmly by 9 values anti-corruption. Prevention efforts that can be done are with Anti-
Corruption Education for students from an early age, which can be developed through the cultural values of the people who lived in everyday life.
Indonesian people have moral and value of life inherited into local culture, one of which is life value Banjarese that is WASAKA (Waja Sampai
Ka Puting). WASAKA is the spirit of life, that are rich in values based on local wisdom of the cultural treasures Banjarese. The methodology
of this research uses the library research method with descriptive qualitative approaches. This study focuses on analyzing the philosophy of values of
the motto of life Banjarese that is WASAKA (Waja Sampai Ka Puting) as a foundation for the education of anti-corruption attitudes. Values
contained in WASAKA that are religious, sincere, hardworking, tough, diligent, responsible/consistent, honest, intelligent, caring, discipline,
independent, spirit of nationality, and love the country. While nine anti-corruption values are responsibility, discipline, honest, simple, independent,
hardworking, fair, courageous and caring. All values contained in philosophy of WASAKA rich in anti-corruption attitude character.
35
ISSN: 2655-8491 Vol. 2 No. 1 (Januari, 2020)
kemanusiaan. Menurut Sabda (2002) Dalam dunia sebagai permintaan setengah memaksa atas
pendidikan, transformasi adalah model pengajaran hadiah-hadiah tersebut dalam pelaksanaan tugas-
yang berorientasi pada proses perubahan yang tugas Negara; (c) Penggelapan (fraud), menunjuk
terjadi pada individu dan sosial, seperti perubahan kepada tindakan pejabat yang menggunakan dana
sikap, nilai, pengetahuan dan juga keterampilan. publik yang mereka urus untuk kepentingan diri
Proses penanaman nilai indikator utama sendiri sehingga harga yang harus dibayar oleh
adalah disipilin, bagaimana pengetahuan yang masyarakat menjadi lebih mahal; (d) Penyuapan,
terlah diberikan mampu secara disiplin dan merupakan memberikan sesuatu sebagai suap
konsisten dijalankan oleh peserta didik. Disiplin tidak harus berupa uang, tapi bisa berupa barang
adalah taat dan patuh pada suatu norma dan berharga, rujukan hak-hak istimewa, keuntungan
aturan atau tata tertib yang berlaku di masyarakat ataupun janji tindakan, suara atau pengaruh
(Ridhahani, 2016). seseorang dalam sebuah jabatan publik; (e)
Menurut Brooks (dalam Said, 2016) Penggelembungan, kegiatan menyatu kepada
menyatakan bahwa Korupsi berasal dari kata latin praktik penggunaan informasi agar mau
yaitu Corrumpere, Corruptio atau Corruptus, mengalihkan harta atau barang secara suka rela;
Secara harfiah kata korupsi berarti penyimpangan (f) Nepotisme (nepotism), memilih keluarga atau
dari kesucian (profanity), tindakan tak bermoral, teman dekat berdasarkan pertimbagan hubungan,
kebejatan, kebusukan, kerusakan, ketidakjujuran, bukan karena kemauannya (Budiman, 2016).
atau kecurangan. Korupsi merupakan
penyalahgunaan wewenang oleh pihak individu Nilai Anti Korupsi
ataupun kelompok. Korupsi memiliki konotasi Nilai Anti korupsi adalah sebuah upaya untuk
adanya tindakan-tindakan hina, fitnah, melakukan pencegahan perbuatan korupsi
penghianatan atau hal-hal buruk lainnya. Korupsi dengan berbagai upaya untuk meningkatkan
merupakan penyelewengan tanggung jawab kesadaran individu supaya tidak melakukan
kepada masyarakat dan secara factual korupsi perbuatan korupsi, sekaligus merupakan upaya
dapat berbentuk penggelapan, kecurangan atau perbaikan moral Sumber Daya Manusia (Rosikah,
manipulasi (Budiman, 2016). Lebih lanjut Brooks 2016). SEMAI (Sembilan Nilai), dikenalkan oleh
mengemukakan bahwa, Korupsi adalah suatu Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
tindakan yang sengaja dilakukan atau melalaikan sebagai nilai moral yang ampuh dalam
tugas dan kewajiban atau tanpa hak menggunakan memberikan doktrin prilaku anti koruptif. Meskipun
kekuasaan dengan tujuan memperoleh saat ini sedang dilakukan pengkajian ulang
keuntungan yang bersifat pribadi (Arsal, 2014). terhadap Sembilan nilai ini oleh KPK, namun
Korupsi seringkali dilihat sebagai suatu yang SEMAI ini masih dianggap sangat relevan sebagai
terkait dengan faktor ekonomi, hukum, politik, dan nilai doktrin anti korupsi (Mubayyinah, 2017).
kekuasaan, sangat jarang dikaitkan dengan segi Adapun sembilan nilai anti korupsi terbagi menjadi
lain atau dimensi yang melekat pada manusia, 3 bagian, yaitu Inti yang terdiri dari Tanggung
khususnya dimensi perilaku (Salama, 2014). jawab, Disiplin dan Jujur; Etos Kerja yang terdiri
Berdasarkan beberapa definisi dan paparan para dari Kerja keras, Mandiri, Sederhana; Terakhir
ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah Sikap yang terdiri dari Adil, Berani, Peduli
merupakan tindakan melanggar hukum atau nilai (Rosikah, 2016).
dan standar moral, merugikan negara baik secara Heryadi (2017) menjelaskan lebih lanjut
langsung ataupun tidak langsung, dengan deskripsi dari 9 Nilai Anti Korupsi sebagaimana
melakukan penyalahgunaan kedudukan, uraian berikut ini:
penyalahgunaan kewenangan, untuk kepentingan 1. Tanggung jawab: Melaksanakan tugas
pribadi atau kelompok, sehingga merugikan dengan sungguh-sungguh dari orang lain
kepentingan umum dan masyarakat Indonesia. atau diri sendiri sehingga selesai. Sanggup
Selain pengertian di atas, dalam UU No. 20 menaggung resiko dari apa yang telah
Tahun 2001 tentang korupsi terdapat pula istilah- dikerjakan / diperbuat.
istilah yang lebih merujuk kepada modus operandi 2. Disiplin: Kata disiplin dapat diartikan sebagai
tindakan korupsi, yaitu: (a) Penyogokan (graft), ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan.
merujuk kepada pemberian hadiah atau upeti Hidup disiplin tidak berarti harus hidup
untuk maksud mempengaruhi keputusan orang seperti pola militer, namun hidup disiplin
lain; (b) Pemerasan (extortion), yang diartikan berarti dapat mengatur dan mengelola waktu
37
ISSN: 2655-8491 Vol. 2 No. 1 (Januari, 2020)
WASAKA (Waja Sampai Ka Puting) adalah penuh ikhlas, rasa kesanggupan dan konsekuen
Semboyan dari Kalimantan Selatan yang mana tanpa berhenti di tengah jalan, harus sampai pada
merupakan area basis suku Banjar. Semboyan ini tujuan yang ingin dicapai (Sarbini (2012). Oleh
merupakan warisan yang diajarkan dari Pangeran karena itu selalu dilandasi oleh tekad yang kuat
Antasari, dalam perjuangan perlawanan terhadap dan tangguh, bagaikan baja (waja) dari titik awal
Belanda (Saleh, 1993). Pangeran Antasari (ujung) sampai ke titik tujuan (kaputing), dan
menanamkan secara kuat kepada seluruh haram berhenti di tengah jalan (haram manyarah).
masyarakat Banjar Haram Manyarah Waja Sampai
Ka Puting, berikut pesan lengkap yang beliau METODE PENELITIAN
sampaikan.
Tabel. 1: Semboyan WASAKA Pangeran Penelitian ini menggunakan metode
Antasari
kualitatif deskriptif, dengan pendekatan studi
Haram Manyarah Waja Pantang Menyerah Usaha
kepustakaan (library research). Pendekatan ini
Sampai Kaputing Sampai Akhir menggunakan dan menggali data dari bahan-
bahan kepustakaan berupa buku-buku, jurnal,
Lamun tanah banyu kita Jikalau tanah air kita artikel, majalah, laporan penelitian dan sumber-
Kahada handak dilincai urang Tidak ingin di kuasai orang sumber tertulis lainnya yang relevan dengan pokok
Jangan bacakut papadaan kita Jangan bertikai antara kita
permasalahan yang diteliti (Mardalis, 1996). Pada
Lamun handak tulak manyarang Kalau ingin pergi menyerang penelitian ini penulis mengolah berbagai buku dan
walanda Belanda juga jurnal-jurnal penelitian yang berkaitan tentang
Baikat hati ditali sindad Kuatkan hati sekuat-kuatnya nilai budaya suku Banjar. Penelitian pustaka ialah
Jangan sampai mati paharatan Jangan sampai mati saat berlari serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan
bukah Matilah kita di jalan Allah
Matilah kita di jalan Allah
metode pengumpulan data pustaka, membaca dan
Siapa yang berbaik hati kepada mencatat serta mengolah bahan koleksi
Siapa babaik-baik lawan Belanda perpustakaan saja tanpa memerlukan riset
walanda Tujuh turunan tidak akan aku sapa lapangan (Mestika, 2004). Penelitian ini akan
Tujuh turunan kahada aku sapa Jika kita sudah sepakat menampilkan penalaran keilmuan dan hasil olah
Lamun kita sudah sapakat Akan mengusir Belanda
Handak mahinyik walanda Jangan Belanda diberi harapan
pikir peneliti mengenai topik kajian tentang falsafah
Jangan Walanda dibari muha Wasaka dalam masyarakat Suku Banjar
Lebih baik putus urat saraf di leher khususnya terkait dengan sikap anti korupsi.
Badalas pagat urat gulu Tidak akan menyerah Sumber data yang digunakan adalah data
Lamun manyarah kahada primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung
Pantang dikuasai Belanda
Haram dijamah Walanda Pantang diriku dipenjara
dari sumber pertama baik berupa pustaka yang
Haram diriku dipenjara Pantang negeri dijajah berisikan pengetahuan ilmiah baru ataupun
Haram negri dijajah Pantang menyerah hingga akhir pengertian baru tentang fakta yang diketahui dan
Haram manyarah waja sampai perjuangan juga gagasan (Soekanto, 2006). Teknik analisis
kaputing menggunakan metode analisis isi (Content
Analizing), analisis isi digunakan untuk
memperoleh keterangan dari komunikasi yang
Waja Sampai Kaputing atau biasa disingkat disampaikan dalam bentuk lambang yang
Wasaka bermakna usaha sampai akhir. Adapun terdokumentasi atau dapat didokumentasikan.
arti yang lain dari Wasaka adalah terbuat dari baja Analisis isi dapat dipakai untuk menganalisa
mulai pangkal sampai ke ujungnya, maksudnya semua bentuk komunikasi, seperti pada surat
perjuangan yang tak pernah berhenti hingga tetes kabar, buku, film dan lain sebagainya. Dengan
darah penghabisan, atau hingga perjuangan menggunakan analisis isi, maka akan diperoleh
tercapai. Wasaka mengandung maksud apabila suatu pemahaman terhadap berbagai isi pesan
memulai suatu pekerjaan, harus sampai selesai komunikasi yang disampaikan baik dari buku
pelaksanaannya (Basuni, 1986). Setiap orang ataupun oleh media massa dan dari sumber lain
bertanggung jawab untuk menuntaskan secara objektif, sistematis dan relevan
pekerjaannya jangan sampai menggantung. (Subrayogo, 2001).
Semboyan Wasaka ini merupakan lambang bahwa
penduduk Kalimantan Selatan selalu tekun dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
bekerja, melaksanakan segala sesuatu dengan
39
ISSN: 2655-8491 Vol. 2 No. 1 (Januari, 2020)
40
ISSN: 2655-8491 Vol. 2 No. 1 (Januari, 2020)
kedaulatan negara, sehingga akan menunbuhkan dikarenakan warisan budaya Banjar, namun terjadi
sikap melindungi dan menjaga negeri ini dari karena masyarakat sudah mulai luntur dalam
keterpurukan. Semangat munculnya Motto memahami dan menjadikan falsafah “WASAKA”
“WASAKA” ini adalah dari usaha masyarakat dalam sendi-sendi kehidupan bermasyarakat
Banjar saat itu dalam melepaskan diri dari sebagai identitas diri pribadi dan identitas diri
penjajahan Belanda, sehingga Pangeran Antasari bangsa. Nilai Semangat Kebangsaan dan Cinta
mengikat semangat kebangsaan seluruh rakyat Tanah Air. Dimana dua nilai ini bentuk kesetiaan
dengan motto “WASAKA”. Saat ini Perang untuk dan kepedulian dalam menjaga ketangguhan dan
melawan penjajahan Belanda sejatinya sudah kedaulatan negara, sehingga akan menunbuhkan
tidak ada lagi, namun bangsa kita dihadapkan sikap melindungi dan menjaga negeri ini dari
pada perang melawan perilaku korupsi di negeri keterpurukan.
ini, oleh karenanya seluruh masyarakat perlu
mengikatkan diri pada komitmen yang sama dalam Pendidikan antikorupsi bagi peserta didik di
menumbuhkan sikap anti terhadap Korupsi. satuan pendidikan formal mengarah pada
pendidikan nilai yang ditanam melalui proses
Nilai-nilai budaya masyarakat Banjar yang pembelajaran agar dapat terjadi internalisasi
dipaparkan di atas sangat syarat dengan dalam diri generasi bangsa kedepan. Semangat
pendidikan sikap anti-korupsi. Sejatinya budaya nilai “WASAKA” ini adalah dari usaha masyarakat
dan kearifan lokal masyarakat di Indonesia sangat Banjar saat itu dalam melepaskan diri dari
luas dan beragam, masing-masing suku dan penjajahan Belanda, sehingga Pangeran Antasari
daerah memiliki spirit dan semangat yang kuat mengikat semangat kebangsaan seluruh rakyat
untuk membawa negeri ini menjadi lebih baik. dengan motto “WASAKA”. Saat ini Perang untuk
Menanamkan kembali nilai-nilai dan budaya melawan penjajahan Belanda sejatinya sudah
kearifan lokal kepada masyarakat saat ini, menjadi tidak ada lagi, namun bangsa kita dihadapkan
salah satu upaya untuk menumbuhkan kesadaran pada perang melawan perilaku korupsi di negeri
tentang budaya anti-korupsi sejatinya telah kita ini, oleh karenanya seluruh masyarakat perlu
miliki dalam warisan nilai-nilai falsafah kehidupan mengikatkan diri pada komitmen yang sama dalam
kita sebagai bangsa yang syarat budaya. menumbuhkan sikap anti terhadap Korupsi.
Berdasarkan tinjauan filsafati mengenai
Korupsi adalah perilaku yang dipengaruhi pandangan hidup yang memiliki ajaran-ajarna
oleh budaya, sehingga pendekatan yang paling moral, serta melihat dasar masyarakat Banjar,
tepat adalah memberikan pendidikan nilai-nilai anti maka nilai ini menyatakan bahwa nilai
korupasi yang berkembang dalam semangat kebahagiaan sebagai tujuan hidup adalah bahagia
semboyan “WASAKA” pada generasi peserta didik dunia akhirat. Oleh karena itu konsep pendidikan
dalam setiap aktifitas proses pembelajaran di nilai “WASAKA” sebagai landasan sikap anti-
sekolah. Transformasi pendidikan nilai adalah cara korupsi bagi masyarakat untuk dapat menjadi
untuk mengambangkan karakter yang saling suatu pegangan hidup dalam mengembangkan
terintegrasi antara pengetahuan moral, perasaan generasi bangsa untuk masa yang akan datang.
terhadap moral, dan perilaku yang berlandaskan
pada moral. Sehingga nilai-nilai karakter yang
terkandung dalam semboyan “WASAKA” sebagai
warisan masyarakat Banjar harus
dinternalisasikan oleh guru dalam setiap mata
pelajaran melalui pembelajaran yang terintegrasi. DAFTAR PUSTAKA
Amin, Berkatullah. (2018) “Pendekatan Konseling
KESIMPULAN
Eksistensi Humanistik Berbasis Nilai
Perilaku korupsi merupakan perilaku yang Budaya Banjar WASAKA dalam
dipengaruhi oleh budaya, sehingga korupsi dapat membentuk karakter siswa di
diminimalisir dengan pendenkatan budaya, Banjarmasin”. Prosiding Seminar
dengan menghayati falsafah warisan daerah yang Nasional Bimbingan Konseling. 2 (1), 89-
berkembang dalam tradisi masyarakat Banjar. 98
Tingginya kemunculan perilaku korupsi bukan
42
ISSN: 2655-8491 Vol. 2 No. 1 (Januari, 2020)
Ariani, Intan Hestika Dhesi (2017) “Menumbuhkan Indonesia. Kudus: Universitas Muria
pendidikan karakter anti korupsi melalui Kudus.
model pembelajaran Carilem”. Seminar
Nasional Pendidikan Sains & Teknologi. Hadi, Sumasno. (2015) “Studi etika tentang
Semarang. Universitas Muhammadiyah ajaran-ajaran moral masyarakat Banjar”.
Semaran,. 170-176 Jurnal Tashwir. Vol. 3 (6), 209-226. DOI:
10.18592/jt.v3i6.594.
Arsal, T. (2014) “Korupsi dalam Perspektif
Sosiologi”. Seminar Nasional Hakam, Kama Abdul. (2008) Pendidikan Nilai.
Pemberantasan Korupsi Di Indonesia. Bandung: VP Values Press.
(pp. 99-109). Semarang: DPP IKA,
Heryadi, A., & Evianawati. (2017) Melatih
Universitas Negeri Semarang.
Kepemimpinan Perangkat Desa
Bachruddin, Moch (2015) Pengaruh Big Five Kebonharjo Membangun Sikap Anti
Personality terhadap sikap tentang Korupsi. Proceeding of Community
korupsi pada mahasiswa (Skripsi tidak Development. 107-118. DOI:
diterbitkan). Fakultas Psikologi UMM. http://doi.org/10/30874/comdev.2017.16
Basuni, Ahmad. (1986) Pangeran Antasari: Istiqomah, Ermina. (2014) “Nilai Budaya
Pahlawan kemerdekaan nasional dari Masyarakat Banjar Kalimantan Selatan:
Kalimantan. Jakarta: Bina Ilmu. Studi Indigenous”. Jurnal Psikologi Teori
& Terapan. Vol. 5 No.1 h.1-6
Budhi, Setia. Kebudayaan Melayu Banjar,
(Catatan Pengantar Diskusi Ilmiah), Imam, Subrayogo. (2001) Metodologi Penelitian
https://www.researchgate.net/publication/ Sosial Agama. Bandung: Rosda Karya.
339209375_KEBUDAYAAN_MELAYU_B
ANJAR_Catatan_Pengantar_Diskusi_Mu Mardalis. (1996) Metode Penelitian Suatu
syawarah_Budaya_Banjar, diakses 4 Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Maret 2020 Aksara.
Budiman, A. (2017) “Pendidikan anti korupsi Mestika, Zed. (2004) Metode Penelitian
budaya Melayu”. Jurnal PIGUR. Vol. 01, Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Bogor
No.02, 16-26. Indonesia.
Budiyanto, Drs. (2014.) “Pencegahan korupsi Mubayyinah, Fira. (2017) “SEMAI: Sembilan Nilai
melalui budaya”. Seminar Nasional Anti Korupsi dalam Pendidikan Anak Usia
Pemberantasan Korupsi Di Indonesia. Dini”. Al-Hikmah: Indonesian Journal of
(pp. 195-203). Semarang: DPP IKA, Early Childhood Islamic Education. Vol. 1
Universitas Negeri Semarang. (2), PP. 223-238.
Fajar, Arnie. Achmad Husen & Choirul Muriman. Ridhahani, (2013). Transformasi Nilai-nilai
(2014) “Upaya Pemberantasan Korupsi Karakter/ Akhlak dalalm Proses
Melalui Mata Pelajaran PKn (PPKn) di Pembelajaran. Yogyakarta: LKiS Printing
Satuan Pendidikan”. Seminar Nasional Cemerlang.
Pemberantasan Korupsi Di Indonesia. ________, (2016). Pengembangan Nilai-nilai
(pp. 159-175). Semarang: DPP IKA, Karakter Berbasis Al-Qur’an.
Universitas Negeri Semarang. Banjarmasin: IAIN Antasari Press.
43
ISSN: 2655-8491 Vol. 2 No. 1 (Januari, 2020)
Rosikah, Darul Chatrina & Desi, Marliani. L. (2016) Sartika, Yuniar Dwi. (2017) Hubungan gaya hidup
Pendidikan Anti Korupsi kajian anti hedonis dengan intensi korupsi pada
korupsi teori dan praktek. Jakarta: Sinar mahasiswa pengurus lembaga intra
Grafika. (Skripsi tidak diterbitkan). Fakultas
Psikologi UMM.
Sabda, S. (2002). Tipologi Konsep Kurikulum
Pesantren di Kalimantan Selatan. Soekanto, Sarjono & Sri, Mamudji. (2006)
Khazanah: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: PT.
Kemasyarakatan. IAIN Antasari Raja Grafindi Persada.
Banjarmasin. Vol.I No.6
Soraya, Rani. (2016) Hubungan antara
Said, Muhammad. (2016) Kebersyukuran dengan Machiavellianism dengen kecenderungan
sikap terhadap korupsi (Skripsi tidak perilaku anti-korupsi (Skripsi tidak
diterbitkan). Fakultas Psikologi UMM. diterbitkan). Fakultas Psikologi UMM.
Salama, N. (2014). “Motif dan proses psikologi Sugiyono. (2014) Metode Penelitian Kuantitatif
korupsi”. Jurnal Psikologi, Vol. 41, No.2 Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
h.149-164.
Sulistiyani, Ambar Teguh. (2014). “Korupsi
Saleh, M Idwar. (1993) Pangeran Antasari, Sebagai Perilaku Sosial dan Perilaku
Jakarta: CV. Manggala Bhakti. Formal Yang Menyimpang”. Seminar
Nasional Pemberantasan Korupsi Di
Sarbaini,dkk. (2012) Pedoman Pendidikan Indonesia. (pp. 123-134). Semarang:
Karakter WASAKA (Waja Sampai DPP IKA, Universitas Negeri Semarang.
Kaputing). Banjarmasin: Univ Lambung
Mangkurat.
44