Professional Documents
Culture Documents
NEGERI 2022
DIGITALISASI LAYANAN PENDISTRIBUSIAN PANGAN KORBAN
BENCANA PADA DINAS SOSIAL PROVINSI BANTEN
Farhan Adli Fauzan 30.0611
Ismail Mahendra 30.0617
Muhammad Reyhan Shidqi Alana 30.0624
Grace Valentina Almalida Pasaribu 30.0613
Abstrak
Bencana alam merupakan hal yang seringkali meresahkan manusia. Selain dapat
menimbulkan kerugian, juga dapat mempengaruhi mental dari pihak yang mengalami
bencana. Tujuan diadakannya penelitian kali ini adalah untuk melihat bagaimana kondisi
dan pendistribusian pada kondisi bencana alam di daerah Banten khususnya Serang.
Adapun penelitian yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah dengan metode survey
langsung ke lapangan tempat yang akan di tinjau dengan pendekatan penelitian secara
kuantitatif yaitu dengan mengumpulkan data data terkait penelitian. Kesimpulan yang
didapat ialah dapat diketahui bagaimana kondisi pada daerah Serang ketika terjadi kondisi
Bencana, serta dapat diketahui daerah tersebut memerlukan digitalisasi dalam layanan
pendistribusian.
1
Pendahuluan
Setiap kelompok masyarakat mempunyai pengetahuan dan cara untuk
menghadapi lingkungan demi kelangsungan hidupnya. Pengetahuan dan cara ini dikenal
sebagai “wisdom to cope with the local events” atau sering disingkat dengan istilah “local
wisdom”. Sebagai contoh, di masyarakat Simeuleue dikenal local wisdom yang disebut
smong, yaitu suatu pengetahuan yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke
generasi untuk bertindak bila masyarakat menghadapi bencana tsunami. Mekanisme
dalam menghadapi kejadian (coping mechanism) terbentuk dan lahir dari pengalaman,
pengetahuan, pemahaman, dan pemaknaan terhadap setiap kejadian, fenomena, harapan
dan masalah yang terjadi di sekitarnya. Mekanisme tersebut diteruskan lewat proses
sosialisasi dari generasi ke generasi dan pelaksanaannya tergantung pada kadar kualitas
pemahaman dan implikasinya dalam kehidupan mereka.
Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1883 tsunami besar terjadi di Selat Sunda
yang dipicu oleh letusan Gunung api Krakatau dan mengakibatkan kerusakan
infrastruktur serta lebih dari 35.000 korban jiwa (Self & Rampino, 1981; Simkin & Fiske,
1983; Sigurdsson et al., 1991). Peristiwa yang sama kembali terjadi pada tahun 1928 dan
memicu terjadinya tsunami kecil di sekitar G. Anak Krakatau (Yudhicara & Budiono,
2008). Selain karena letusan gunung api, Selat Sunda juga memiliki potensi tsunami yang
dipicu oleh proses tektonik atau gempa bumi akibat pergerakan lempeng di zona subduksi
atau dikenal dengan istilah megathrust seperti tsunami yang terjadi di Aceh 2004,
Mentawai 2005, dan Pangandaran 2006 (de Langeet et al., 2001; Maeno & Imamura,
2007).
Namun demikian, jejak tsunami akibat proses tektonik di Selat Sunda tersebut
sampai hari ini belum ditemukan atau dibuktikan secara ilmiah (Prasetya, komunikasi
personal, 5 Februari 2019).Provinsi Banten menjadi salah satu daerah yang sering terjadi
bencana, salah satunya banjir yang mengenai pemukiman warga di daerah Kota Serang.
Banjir sebagai salah satu jenis bencana alam merupakan bencana yang paling sering
terjadi di Indonesia (Yunida et al., 2017). Dalam hal ini, banjir merupakan bencana alam
yang patut mendapat perhatian karena merupakan bencana alam terbesar ketiga di dunia
dan telah menimbulkan banyak korban dan kerugian baik materil maupun non fisik
(Umar Nurlailah, 2013).
Banjir tersebut berasal dari curah hujan yang tinggi sejak Senin 28 Februari 2022.
2
Hujan deras itu membuat air dari air Sungai Cibanten meluap dan mengenai rumah-
rumah warga. Ketinggian air mencapai atap-atap rumah. Tak hanya itu, pohon-pohon
yang bertumbangan juga menutup akses jalan raya. Banjir ini juga menimbulkan korban
jiwa sejumlah dua orang dinyatakan meninggal dunia, satu orang meninggal karena
tersengat listrik dan satu orang lainnya karena tertimbun tanah longsor. Hal ini
menandakan bahwa banjir mendatangkan korban jiwa dan juga lingkungan social
masyarakat yang menjadi terganggu. Maka perlu adanya manajemen bencana dalam
upaya mengurangi risiko bencana tersebut.
Manajemen Bencana dibutuhkan untuk mengurangi dan mencengah kerugian
yang timbul dari bencana alam yang terjadi baik kerugian harta benda maupun materi,
serta bantuan-bantuan yang baik untuk para korban bencana mulai dari sebelum, saat, dan
setelah bencana. Hal ini membuat para korban bencana sangat membutuhkan berbagai
bantuan dari pemerintah maupun swasta. Bantuan yang sangat dibutuhkan para korban
adalah bantuan pokok seperti bahan-bahan pangan
Dukungan logistik sangat diperlukan untuk penanggulangan bencana, terutama
pada saat terjadi bencana. Bantuan yang diberikan BNPB biasanya berupa selimut
200pcs, makanan tambahan gizi 500 paket, makanan siap saji 1000, tenda pengungsi 1
unit dan pelampung 15 unit. Bantuan tersebut biasanya disampaikan kepada Dinas Sosial
yang juga turut berkoordinasi dengan BPBD serta TAGANA dalam menyalurkan bantuan
kepada korban bencana, namun para korban masih ada saja yang mengeluhkan tidak
mendapatkan ataupun merasakan manfaat dari bantuan yang telah dialokasikan padahal
sebelumnya Dinas Sosial telah melakukan pendataan terkait jumlah korban dan
kebutuhan yang diperlukan.
Jurnal ini ditulis untuk mengetahui seberapa efektif pendistribusian logistik ketika
terjadi bencana pada daerah yang akan diteliti dalam hal ini yaitu Banten khususnya
daerah serang dan sekitarnya. Dalam hal tersebut akan dapat dilihat bagaiman
pendistribusian bantuan logistik yang nantinya akan dicocokkan untuk menggunakan
digitalisasi sebagai alat untuk membantu pendistribusian logistik tersebut.
3
Metode
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah dengan
menggunakan metode deskriptif analisis yaitu dengan cara mengumpulkan data,
menganalisa data, membuat suatu pemecahan masalah, dan kemudian disusun untuk
menarik kesimpulan mengenai masalah tesebut. Untuk target dari penelitian ini yaitu
mencoba mengidentifikasi penyaluran bantuan logistic kepada korban bencana pada
Dinas Sosial Provinsi Banten. Hal tersebut diperoleh dengan mengutamakan wawancara
dengan kerja lapangan dan pemangku kepentingan terkait pelaksanaan alokasi bantuan
untuk mendapatkan data data primer yang dibutuhkan.
Focus penelitian ini yaitu:
1) mengidentifikasi mekanisme pendistribusian bantuan logistic bagi korban
bencana banjir di kota serang.
2) mengidentifikasi penerapan mekanisme pendistribusian bantuan di Kota
Serang. Dengan mengambarkan jenis bantuan dan menganalisis penerapan Fungsi
Manajemen Logistik serta hambatan-hambatan dalam pendistribusian bantuan.
3) Penerapan digitalisasi sebagai upaya perbaikan desain mekanisme yang lebih
efektif dalam pendistribusian bantuan logistic.
Untuk lokasi yang dijadikan sebagai objek penelitian kali ini yaitu di wilayah
yang mengalami bencana banjir di Kota Serang pada tahun 2022, untuk sumber data
yang digunakan adalah dokumen-dokumen yang relefan dan terpercaya. Teknik
pengumpulan data melalui pengumpulan data melalui studi Pustaka dan wawancara.
Instrumen wawancara yakni peneliti, pedoman wawancara, atau interview serta catatan
lapangan. Pemilihan informan kunci dan informan menggunakan teknik kesengajaan,
dengan pertimbangan bahwa mereka paham bencana dan terampil, baik formal maupun
informal, dalam menangani korban bencana di lingkungannya, yaitu aparat yang ada di
Dinas Sosial Provinsi Banten. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan teknik deskriptif-kualitatif terhadap distribusi bantuan bagi korban bencana
alam di ranah empirik.
4
Hasil dan Pembahasan
Dalam upaya penanggulanagan bencana yang dilakukan dalam skala nasional
terdapat klaster yang menjadi acuan dalam melakukan penanggulanagan bencana, adapun
klaster klaster tersebut adalah
- Klaster kesehatan
- Klaster logistik
Tugasnya: Pengadaan barang, sandang, permakanan dan peralatan, Bea Cukai (untuk
barang yang dibawa dari luar negri/impor), Penyimpanan/Pergudangan, Distribusi
Logistik, Keamanan Logistik, Pengelolaan Informasi dibidang Logistik.
- Klaster pendidikan
5
- Klaster sarana dan prasarana
- Klaster ekonomi
Tugasnya: Pengelolaan Sektor Pertambangan dan Galian, Listrik, Gas, dan Air
Minum, Industri Pengolah, Konstruksi, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Jasa dan
Pertanian, serta Pengelolaan Informasi dibidang Ekonomi.
Pemerintah provinsi Banten dalam menjalankan semua klaster diatas tidak sendiri,
mereka juga ditemani oleh beberapa personil lain seperti halnya TNI, Polri, Tagana,
Distrik, dan masyarakat yang turut membantu jalannya 8 klaster tersebut
Kondisi Gudang Bufferstock yang dimiliki saat ini belum memadai baik dari segi
luasnya ataupun dari peralatan pendukung pergudangan seperti rak barang, lemari
penyimpanan, troli pengangkut barang, timbangan, mesin jahit karung, komputer dan
printer khusus untuk manajemen pergudangan;
7
layak pakai. Kendaraan yang ada saat ini merupakan kendaraan operasional dari Kemensos
RI sebagai aset pinjam pakai. Hal ini mengakibatkan tidak terakomodirnya pemeliharaan
terhadap aset dimaksud dari APBD. Dengan tidak layaknya kendaraan operasional
tersebut, sangat menghambat respon bencana di lapangan (daftar aset, terlampir).
c. Belum tersedianya logistik yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar korban
bencana
Berdasarkan Permensos Nomor 9 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar
pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial di Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota,
penyintas sebanyak 51 s.d 100 orang, dengan daerah terdampaak lebih dari 1 kab/Kota
sudah dapat menjadi kewenangan provinsi. Bencana alam yang cukup besar dan menjadi
bencana provinsi terjadi pada Tahun 2018 (Tsunami Selat Sunda) dan Tahun 2019 (banjir
Bandang Kabupaten Lebak dan Banjir di Wil Tangerang Raya). Namun pada kejadian
bencana alam ini, untuk pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana lebih banyak
diakomodir dari para donatur karena tidak ada anggaran khusus dari Pemprov Banten
untuk logistik yang diperuntukan bagi pemenuhan dasar korban bencana baik itu
kebutuhan sandang, pangan ataupun shelter.
Sejak Tahun 2017 s.d 2020, Dinas Sosial Provinsi Banten tidak dapat mengalokasikan
Bufferstock untuk pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana sendiri sesuai dengan hasil
evaluasi Kemendagri. Untuk bencana tidak dapat masuk ke belanja langsung. Namun
dimungkinkan dari Belanja Tidak Terduga (BTT). Namun pengeluaran anggaran melalui
BTT juga sangat tergantung kepada kebijakan Kepala Daerah (SK Tanggap Darurat
Provinsi) dan tidak setiap bencana ada SK Tanggap Darurat nya;
Dalam penanganan bencana di Kabupaten Serang tidak dapt dilakukan oleh pemerintah
dan masyarakat semata, melainkan membutuhkan tokoh tokoh lain untuk keberhasilan
penanggulanagan bencana. Yang dimaksud pemeran pemeran lain tersebut adalah tokoh
tokoh daerah di Kota Serang dan lainnya. Koorfinasi antar stakeholders tersebut dinilai
memenuhi apa yang harusnya dilakukan oleh instansi administrasi publik
Gambar diatas merupakan alur terjadinya distribusi bantuan bagi korban banjir di Kota
Serang berdasarkan SOP, terdapat 8 tahapan proses yang dilakukan hingga bantuan
tersebut diterima oleh korban bencana banjir. 8 tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
2. Berdasar laporan dari kepala desa tersebut, Camat bersama Muspika mengadakan
peninjauan lokasi kejadian dan mengambil langkah-langkah seperlunya.
4. Kepala BPBD menugaskan Tim Reaksi Cepat (TRC) guna mendapatkan data kaji
cepat dan langkah-langkah yang perlu diambil.
5. Tim Reaksi Cepat (TRC) dan Camat melaporkan semua permasalahan/keadaan yang
terjadi dilapangan kepada Kepala BPBD untuk mendapatkan petunjuk/langkahlangkah
strategis selanjutnya.
10
Dalam kondisi real di lapangan saat kondisi darurat, bantuan dari organisasi
masyarakat, partai politik,dll lebih cepat datang dibandingkan dengan bantuan yang
berasaldari BPBD. Kecukupan bantuan antara SOP dengan pengalaman empiris
menunjukkan kesamaan, yaitu kecukupan bantuan makanan 3 (tiga) kali sehari, bahkan
dilapangan bantuan tersebut lebih dari cukup. Sebelum bantuan diberikan kepada
masyarakat, Sebelum bantuan tersebut dibagikan ke masyarakat, terlebih dahulu personel
BPBD memeriksa kondisi dan tanggal kadaluarsa barang tersebut, namun yang terjadi
dilapangan beras yang diberikan kurang berkualitas. Hal ini disebabkan kurang
memadainya gudang yang dimiliki BPBD, serta lamanya penimbunan beras. Untuk
pasokan atau distribusi yang diberikan ke tempat pengungsian dapat dilihat sebagai berikut
Kesimpulan
Di kota serang Banten tersebut telah diperoleh data data yang meunjukkan bahwa
dinas sosial yang berindak sebagai penerima sekaligus penyalur bantuan logistik untuk
korban banjir yang ada dikawasan tersebut. Dan juga permasalahan permasahalan dalam
melakukan pendistribusian masih saja sering terjadi di kota serang itu sendiri. Salah satu
langkah solusi yang ditawarkan yaitu dengan penerapan digitalisasi, yang memang oleh
Dinas Sosial juga sedang mengembangkan sebuah aplikasi yang bernama Simlog dengan
berbagai macam fasilitas yang diperuntukan guna memudahkan pendistribusian layanan
agar dapat bergerak sesuai secara efektif dan efisien. Juga adanya informasi secara
transpara yang tercantum pada aplikasi agar semuanya tergambar secara jelas pada
aplikasi tersebut dan tidak menimbulkan prasangka buruk dari masyarakat mengenai
bantuan bencana.
Daftar Pustaka
Akhmad Purnama & Murdiyanto. (2013). Penyaluran Bantuan Korban Bencana Alam Studi
Kasus Pemulihan Kehidupan Korban Bencana Alam di Kota Jayapura, 12 (2), 183-
196 https://ejournal.kemensos.go.id
Miles, M.B, Huberman, A.M. & Saldana, J. (2013) Qualitative Data Analysis: A Methods
Sourcebook Third Edition [Internet]. SAGe Publications, London. Diakses melalui
http://www.gumtree.com.au/s-st-lucia-brisbane/leguages/k013005912/ [Diakses pada
tanggal 17 Januari 2015].
11
Samsul maarif, dkk. 2012. “Studi Kasus Ancaman Bencana”. Jakarta. Badan Penanggulangan
Bencana
12
13